Teks tersebut membahas tentang praktikum pengolahan bahan galian yang meliputi:
1) Penjelasan latar belakang dan tujuan praktikum mengenai penggunaan alat Hardgrove Grindability Index dan Sieve Shaker.
2) Penjelasan teori dasar mengenai granit, penggerusan, roll crusher, disk mill, dan Hardgrove Grindability Index.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan bahan galian (minel beneficiation/ mineral processing/ mineral
dressing) adalah suatu proses pengolahan yang meanfaatkan perbedaan-perbedaan
sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan.
Yang dimaksund dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri atau bahan
galian golongan C dan batubara (coal). Bahan galian tersebut perlu menjalani
pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai
memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan.
Dalam proses pengolahan bahan galian pasti membutuhkan tahapan-tahapan
seperti :
a. Preparasi (kominusi dan sizing)
b. Konsentrasi
c. Dewatering
Dimana tahap kominusi terdiri dari tahapan crushing dan grinding, dikarenakan
pentingnya pemahaman baik secara konsep maupun praktik, maka pada praktikum kali
ini para praktikan ditekankan untuk memahami proses dari tahapan-tahapan preparasi
itu sendiri. Praktikum kali ini difokuskan pada alat hardgrove grindability index dan
sive shaker, yang mana alat ini sendiri merupakan bagian dari pada
grinding/penghalusan dan juga pada praktikum kali ini kita akan langsung praktik
dengan 3 macam alat, yaitu disc mill (penghalusan), hardgrove grindability index dan
shieve shaker (sizing).
Hal ini dilakukan agar para praktikan lebih memahami proses penghalusan dan
penyeragaman ukuran butir pada pengolahan bahan galian. Sehingga para praktikan
memiliki pemahaman yang cukup mengenai proses-proses atau tahapan-tahapan yang
terdapat dalam pengolahan bahan galian, yang mana seperti yang kita ketahui di era
2. 2
saat ini hampir seluruh perusahaan pertambangan maupun konstruksi meggunakan alat
atau proses pengolahan bahan galian itu sendiri.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum pengolahan bahan galian tentang percobaan
menggunakan alat hardgrove grindability index dan sieve shaker ini adalah sebagai
berikut :
1. Memahami tentang alat hardgrove grindability index dan sieve shaker secara
mendetail.
2. Mengetahui tahapan/cara pengoperasian alat hardgrove grindability index dan
sieve shaker dengan benar.
1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum pengolahan bahan galian tentang percobaan
menggunakan alat Disk Mill ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan dapat memahami tentang alat hardgrove grindability index dan sieve
shaker secara mendetail.
2. Praktikan mampu mengetahui tahapan/cara pengoperasian dan kegunaan alat
hardgrove grindability index dan sieve shaker dengan benar.
3. 3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Granit
Granit adalah salah satu jenis batuan beku bersifat asam yang terbentuk dari
proses intrusi magma. Instrusi magma adalah proses naiknya magma ke permukaan
bumi, dan menyusup diantara celah- celah batuan. Tetapi karena tenaga yang kecil,
magma tidak pernah sempat keluar dari dalam bumi, dan mengalami pendinginan di
dalam bumi. Batu granit terbentuk melalui pendinginan magma yang terjadi di dalam
bumi, dengan tempo yang lama. Karena terbentuk di dalam bumi, maka batu
granit merupakan batu intrusif (Plutonik). Akibat pendinginan/pembekuan magma
yang lama, tekstur batu granit cenderung kasar. Magma yang mengalami pendinginan
membentuk butiran mineral yang besar. Butiran mineral yang besar ini kemudian
bersatu dan menjadi batu granit. Batu granit juga dapat ditemukan di permukaan bumi.
Hal ini dapat terjadi jika lelehan lava yang merayap di permukaan bumi mengandung
unsur batu granit. Struktur dari batu granit adalah 20-60% batu granit yang terdiri dari
kuarsa dan fieldspar, dengan rincian 10% kuarsa, 30-60% fieldsparkalium, 0-35%
plagioklas natrium dan mineral mafik 30- 35%. Kata Granit berasal dari bahasa latin
yaitu Granum yang artinya butir padi. Batu Granit umumnya berwarna putih, abu-abu,
atau campuran keduanya, namun terkadang juga berwarna merah muda atau jingga.
Batuan ini kasar, keras, dan kuat, serta sering ditemukanpada daerah pinggir pantai,
pinggir sungai, atau di dasar sungai. Batu granit umumnya bersifat masif dan keras,
bertekstur porfiritik, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan
hornblende. Batu granit sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Kegunaan batu
granit sebagai bahan bangunan dapat digunakan untuk membangun rumah dan gedung,
untuk bangunan monumen, jalan dan jembatan, sebagai batu hias (dekorasi), sebagai
bahan baku industri poles (tegel, ornamen, dll), selain itu dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan aksesoris rumah seperti lantai, wastafel dan meja.
4. 4
Gambar 2.1. Granit
Kepadatan batu granit adalah 2.75 gr/ cm3, dengan jangkauan 1,74 dan 2,80.
Batu granit adalah salah satu batu yang mudah dan umum dijumpai. Batu granit dapat
dijumpai disekitar gunung api. Batu granit memiliki ciri- ciri antara lain terbentuk
melalui mineral kuarsa dan filedspar. Kedua meniral ini membentuk granit menjadi
besar, karena mineral yang membentuk granit adalah mineral dengan ukuran yang
besar. Selain itu, batu granit termasuk dalam batuan beku dalam atau batuan plutonik.
Batu granit yang meleleh akibat panas dari magma berubah menjadi batu riolit. Batu
riolit memiliki tekstur hampir sama dengan granit. Yang membedakan adalah riolit
memiliki tekstur lebih halus, terang, dan terbentuk di permukaan bumi, sehingga
termasuk batuan beku luar atau batu vulkanik.
2.2. Penggerusan
Penggerusan merupakan salah satu tahap awal proses pengecilan ukuran
(penghalusan) bijih atau batuan. Penggerusan dilakukan sebelum bahan galian
memasuki proses pengolahan. Penggerusan ini bisa merupakan tahap akhir sebelum
bahan galian dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Penggerusan yang sering juga
disebut penggilingan, dilakukan terhadap agregat-agregat berukuran kecil agar menjadi
butiran yang sangat halus. Agregat ini diperoleh sebagai hasil proses pemecahan
batuan.
Pada bahan galian industri, penggerusan dilakukan untuk menjadikan butiran-
butiran batuan yang berukuran kecil menjadi serbuk sangat halus berukuran beberapa
5. 5
milimeter. Pada bijih logam, penggerusan dilakukan sampai dicapai ukuran yang sesuai
dengan ukuran yang diperlukan untuk proses selanjutnya. Misalnya, agar terjadi
pemisahan fisik antara mineral berharga dan mineral pengotornya.
Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi
farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi
meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau ukuran butiran dapat menentukan
tingkat homogenitas zat aktif dan tingkat kerja optimal. Penggerusan juga dilakukan
untuk menjamin perolehan kandungan zat aktif yang diinginkan sekuantitatif mungkin.
Suatu proses penggerusan meningkatkatkan gaya tekan, gaya bentur, gaya gesek dan
gaya geser. Penggerusan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penggerusan kering
dan penggerusan basah. Pada penggerusan basah, kedalam bahan yang digerus diberi
cairan dimana bahan tidak melarut didalamnya. Proses penggerusan yang paling
sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan mortir dan stemper. Alat ini terutama
untuk penggerusan sediaan farmasi yang berbentuk serbuk. Peralatan yang digunakan
untuk menghaluskan dipilih sesuai dengan tujuan yang dikehendaki tergantung dari
jumlah material dan sifat fisikanya, ukuran partikel awal bahan yang digerus, dan
ukuran partikel akhir produk yang diinginkan. Penggerusan dapat diklsifikasikan
menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat kehalusan yang dicapai, yaitu :
1. Mesin penggerus butir kasar.
2. Mesin penggerus butir sedang.
3. Mesin penggerus butir halus.
Sifat fisik alamiah dari bahan menentukan proses penghalusan, misalnya bahan
berserat tidak dapat digerus dengan tekanan atau tumbukan tetapi bahan tersebut harus
diiris. Dalam proses penggerusan adanya air lebih dari 5% dapat menghalangi
penghalusan. Efek ini lebih nyata dampaknya pada bahan yang memiliki partikel halus
daripada partikel yang lebih besar. Penggerusan juga dapat mengubah struktur kristal
dan menyebabkan perubahan struktur kimiawi pada zat-zat tertentu.
6. 6
2.3.1 Roll Crusher
Roll Crusher adalah tipe crusher dengan sistem gilas rotary dengan kecepatan
rpm yang realatif lebih rendah dari impact crusher yaitu sekitar 300 rpm dan memiliki
kapasitas produksi yang jauh lebih besar. Unjuk kerja dari mesin Roll Crusher ini
bergantung pada jenis / kualiatas material gigi gilasnya, ukuran shaft dan ukuran Roda
nya, yang semuanya harus disesuaikan dengan raw material dan target kapasitas
produksi.
Roll Crusher biasa banyak digunakan didunia pertambangan, yaitu
untuk menghancurkan batuan dengan tingkat kekerasan & keuletan yang relatif
rendah, seperti batu bara, batu kapur, bahan semen, batu tembaga, belerang, dsb. Roll
crusher memiliki rasio MAKSIMUM pengurangan teoritis 4:1. Jika partikel 2 inci
diumpankan ke crusher melempar satu ukuran absolut terkecil bisa harapkan dari
crusher adalah 1 / 2 inci. Roll Crusher hanya akan menghancurkan materi ke ukuran
partikel minimum sekitar 10 Mesh (2 mm). Roll crusher digunakan sebagai crusher
sekunder atau crusher terseier setelah batuan melewati crusher tipe lain yang berfungsi
sebagai crusher primer. Roll crusher terdiri dari single roll dan double roll. Single roll
digunakan untuk memecahkan batuan yang lembap dan tidak menguntungkan jika
digunakan untuk memecahkan batuan yang abrasive. Kapasitas roll crusher tergantung
pada jenis batuan, ukuran crusher primer, ukuran batuan yang diinginkan, lebar roda
dan kecepatan roda berputar.
Double roll crusher adalah roll crusher yang mempunyai 2 buah roller, dengan
sumbu yang sejajar pada bidang horizontal yang sama. Double roll crusher sangat
cocok digunakan untuk batuan mineral jenis :
Batu bara
Lime stone
Kaolin
Phospat
Tersier crusher
pada batu split/andesit. Dengan kecepatan 300-350 rpm double roll crusher memiliki
kecepatan dalam menghancurkan berbagai jenis batuan.
7. 7
Gambar 2.2 Double Roll rusher (Domas,2013)
Cara kerjanya sendiri ialah Double roll crusher melakukan peremukan dengan
cara menjepit benda yang hendak diremukkan diantara satu buah roller yang dikenal
dengan sebutan crushing roll.
Alat ini terdiri dari 2 silinder (roller) dengan sumbu yang sejajar pada bidang
horizontal yang sama kedua roller berdekatan lalu berputar dengan arah putaran
berlawanan kemudian batubara mentah diumpan masuk akan dijepit diantara dua
roller, akibat tekanan yang kuat akhirnya batubara mentah remuk dan jatuh kedalam
roller truk ke penampungan.
Keuntungan dari Double Roll rusher ini, yaitu :
Tabel 2.1 Keuntungan double roll crusher (Domas,2013)
8. 8
2.3 Penggilingan
Proses penggilingan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan
bahan yang siap untuk diolah. Penggilingan memiliki tujuan yang sangat penting, hal
ini dilakukan untuk mengurangi ukuran partikel suatu bahan.penggilingan dikatakan
optimal jika mampu menggiling bahan dengan konsumsi yang rendah.penggilingan
juga harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan factor-faktor yang
berkontribusi agar proses pengilingan tersebut dapat berjalan dengan baik dan
menghasilkan hasil yang sempurna pula. Grinding terdiri dari beberapa alat, yaitu ball
mill, rod mill, disc mill, hardgrove grindability index, SAG dll.
2.3.1 Disk mill
Disk mill merupakan jenis alat pengecil bahan yang dapat menghasilkan produk
dalam ukuran sedang maupun halus, seperti kedelai, jagung kentang dan lainnya. Alat
ini digunakan untuk mengupas kulit ari, pembelah dan penghancur biji kedelai dalam
keadaan kering maupun basah.
Gambar 2.3 Disc Mill (JXSMINING)
Disk mill merupakan alat yang memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang sama
seperti dengan stone mill. Keduanya sama-sama memiliki dua piringan yang
dipasangkan pada sebuah shaft. Terdapat dua macam disk mill yaitu:
(1) Disk mill yang bergerak pada satu roda dan roda lainnya stasioner.
(2) Disk mill dimana kedua rodanya bergerak.
9. 9
Gambar 2.4. Disk Mill
2.3.2 Hardgrove Grindability Index (HGI)
Menurut Hadi,dkk (2012) HGI adalah suatu tolak ukur secara laboratorium dari
mudah atau sulitnya batubara digerus atau di pulverizing. ASTM merupakan metode
uji baku untuk ketergilingan batubara dengan cara mesin hardgrove. Metode ini
dipakai untuk menetukan tingkat ketergilingan relatif atau kemudian penghancuran
batubara, dengan membandingkan batubara yang dipilih secara standar.nilai index
ketergilingan menentukan waktu dan tenaga yang diperlukan untuk menggiling
batubara sampai kehalusan tertentu.
Uji ini ditentukan dengan menyiapkan ukuran butir tertentu yang digeerus
menggunakan mesin dalam kondisi standard an jumlah batubara yang tergerus
dibandingkan secara linearitas standar batubara. Nilai HGI yang telah disertifikasi
berdasarkan standar ASTM, yaitu : 32, 49,65 dan 95. Semakin tinggi nilai HGI maka
semakin lunak batubara yang berarti semakin mudah batubara tersebut untuk
dihancurkan.indeks ini sangat membantuk dalam memperkirakan kapasitas mill yang
digunakan untuk menggiling batubara sampai ukuran yang diperlukan untuk umpan
ke furnance. Adapin prinsip kerja alat HGI termasuk semangkuk penggilingan
10. 10
stasioner besi cor, dengan delapan bola baja dipoles, bola didorong oleh grinding
cincin yang berputar secara otomatis selama 22 putaran dengan digerakkan oleh
motor listrik.
Gambar 2.5 HGI (Hadi,dkk (2012)
2.4 Shieve Shaker
Sieve Shaker merupakan suatu alat yang berfungsi dalam memilah berdasarkan
ukuran partikelnya. Pada sieve shaker terdapat saringan atau ayakan-ayakan yang pada
dasarnya diberikan lubang yang disebut dengan mesh. Mesh menggunakan jumlah
lubang persatuan panjang yang apabila Negara yang menggunakan sistem satuan
Inggris menggunakan satuan inch yang dihitung dari pusat kawat.
Gambar 2.6 Shieve Shaker (indiamart)
11. 11
Ukuran partikel adalah dimensi suatu partikel yang dinyatakan dalam istilah
lubang terkecil dimana partikel tersebut dapat melewatinya.
Cara Penggunaan Sieve Shaker :
Urutkan/susun ayakan bertingkat dari atas ke bawah dengan diawali ayakan yang
memiliki diameter paling besar hingga terkecil.
Masukkan partikel kedalam ayakan paling atas (diameternya paling besar)
Letakkan di atas Sieve Shaker (mesin pemisah partikel), dan tutup dengan
menggunakan tutup pemberat yang sudah tersedia di shaker guna untuk menekan
ayakan bertingkat agar tidak goyang dan tumpah.
Nyalakan mesin dengan menekan tombol start/resume.
Tekan set/display untuk mengatur waktu yang diperlukan selama pengadukan,
lalu pilih mode increase (menambahkan waktu/detik) decrease (mengurangi
waktu/detik).
Setelah mesin berhenti, ambil ayakan dari mesin dan lihat hasil dari setiap
ayakan. Untuk hasil ayakan yang paling kecil dimasukkan kedalam cawan dan
dimuat di open.
Analisis ayakan dari sebuah conto tanah melibatkan penentuan persentase berat
partikel dalam rentan ukuran yang berbeda. Distribusi ukuran partikel tanah berbutir
kasar dapat ditentukan dengan metode pengayakan (sieving) conto tersebut dilewatkan
melalui satu set saringan standar yang memiliki lubang makin kecil ukurannya dari atas
ke bawah. Berat tanah yang tertahan ditiap saringan ditentukan dan persentase
kumulatif dari berat tanah yang melewati tiap saringan dihitung beratnya. Jika terdapat
partikel yang berbutir halus pada tanah conto tanah tersebut harus dibersihkan terlebih
dahulu dan butiran halus tersebut dengan cara mencucinya dengan air melalui saringan
berukuran terkecil.
Ukuran-ukuran saringan berkisar dari lubang berdiameter 4,750 mm (No.4)
sampai 0,075 mm (No.200). semua lubang terbentuk bujur sangkar jadi apa yang
disebut sebagai diameter partikel tanah sebenarnya hanyalah merupakan patokan
12. 12
akademis saja, sebab kemungkinana lolos nya suatu partikel pada suatu saringan yang
berukuran tertentu akan tergantung pada ukuran dan orientasinya terhadap lubang
saringan. Ukuran saringan berhubungan dengan ukuran lubang dari 4,750 mm – 0,075
mm maka saringan tersebut dengan nomor-nomor.
13. 13
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Pengolahan Bahan Galian ini dilakukan pada :
Hari, tanggal : Jum’at, 10 Maret 2017
Waktu : 10.00 WIB-selesai
Tempat : Laboratorium Pengolahan Bahan Galian Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Bangka
Belitung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Alat Pelindung Diri (Masker, Headphone, Apron, Kaca mata pelindung, sepatu
safety dll)
2. Hardgrove Grindability Index (HGI)
3. Sieve Shaker
4. Feed yaitu bubuk batu granit
5. Timbangan
6. Plastik Sample
7. Alat tulis (Pulpen dan kertas A4)
8. Stopwatch
9. Kamera
3.2 Langkah-Langkah Praktikum
Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan praktikum ini, antara
lain :
1. Sebelum memasuki laboratorium pengolahan bahan galian dan melaksanakan
kegiatan praktikum mengenai Hardgrove Grindability Index (HGI) dan Sieve
Shaker terlebih dahulu praktikan memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti
14. 14
sepatu safety, baju lengan panjang, kacamata pelindung dan masker agar tidak
terjadinya kecelakaan selama praktikum berlangsung.
2. Langkah selanjutnya nyalakan blower terlebih dahulu sebelum menggunakan
alat pembagian sample agar semua debu terhisap.
3. Timbang feed berupa bubuk batu granit hasil penggerusan menggunakan alat
Disk Mill yang akan dilakukan penggilingan menggunakan Hardgrove
Grindability Index (HGI) seberat 250 gram sebanyak 3 kantong sample.
4. Sambungkan aliran listrik kealat Hardgrove Grindability Index (HGI).
5. Masukkan feed seberat 250 gram kedalam mangkuk.
6. Letakkan bola-bola penggiling diatas mangkuk, jumlah bola-bola penggiling
ada 8. Lalu tutup bola-bola penggiling dengan besi penutup mangkuk.
7. Letakkan mangkuk dibawah baut pemutar mangkuk. Paskan dengan penutup
atas mangkuk, lalu kunci.
8. Atur waktu penggilingan yaitu selama 2, 4 dan 6 menit.
9. Tekan tombol ON, maka bola-bola akan menggiling feed selama waktu yang
telah diatur.
10. Setelah waktu penggilingan selesai matikan alat Hardgrove Grindability Index
(HGI) dengan menekan tombol OFF.
11. Buka pengunci, keluarkan mangkuk. Buka penutup besi, lalu ambil bola-bola
penggiling.
12. Didapatlah feed berupa bubuk batu granit hasil penggilingan menggunakan
Hardgrove Grindability Index (HGI) yang akan dilakukan pengayakan
menggunakan alat Sieve Shaker. Tujuan pengayakan ini adalah untuk
mengklasifikasikan ukiran butir hasil penggilingan menggunakan Hardgrove
Grindability Index (HGI).
13. Sambungkan aliran listrik ke alat Sieve Shaker, kemudian hidupkan alat
dengan cara memutar tombol ON.
14. Tuangkan feed secara perlahan kedalam Sieve Shaker, lakukan pengayakan
selama 5 menit untuk ketiga sampel , hitung waktu menggunakan stopwatch.
Setelah waktu yang ditentukan selesai, matikan alat Sieve Shaker dengan
memutar tombol OFF.
15. 15
15. Material hasil pengayakan menggunakan Sieve Shaker, kemudian dimasukkan
ke dalam kantong sampel yang telah diberi label 60, 80, 120, 200, dan -200.
16. Timbang setiap kantong sampel dan catat pada tabel hasil praktikum.
17. Dokumentasi gambar bagian-bagian alat, sampel sebelum dan sesudah
dilakukan penggilingan (grinding) dan pengayakan (screening).
16. 16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bagian-Bagian Hardgrove Grindability Index
Gambar 4.1 Alat Hardgrove Grindability Index
Keterangan :
Berikut ini adalah bagian-bagian dari alat hardgrove grindability index
beserta keterangan dan penjelasannya:
1. Ball
Ini adalah penggerus utama dari alat hardfrove grindability index. Berbentuk
bola besi yang keras untuk menggerus feed yang sudah dimasukkan di media alat.
Gambar 4.2 Ball
17. 17
2. Penampung
Tempat atau wadah untuk feed dimasukkan serta ball penggerus tadi. Pada
bagian ini feed akan digerus dengan cara rotasi pada wadah.
Gambar 4.3 Penampang
3. Pengunci
Merupakan alat yang digunakan untuk mengunci penampang agar
penampang dapat berputar dengan baik sehingga penggerusan dapat bekerja dengan
baik.
Gambar 4.4 Pengunci
4. Control Panel
Merupakan bagian yang berguna untuk menyalakan dan mematikan alat.
Pada bagian ini juga terdapat papan penghitung waktu sesuai yang diinginkan.
Waktu 1 detik pada alat ini berarti 3 detik di keadaan sebenarnya.
18. 18
Gambar 4.5 Control Panel
5. Motor
Merupakan mesin yang akan membuat alat Disk Mill ini dapat bekerja.
Gambar 4.6 Motor
4.2 Mekanisme / Cara Kerja Alat
Berikut ini adalah mekanisme kerja dari alat Disk Mill :
1. Lakukan pengukuran terlebih dahulu pada alat Disk Mill, yang diukur disini
adalah diameter screen serta jarak antara screen dan hammer.
2. Hidupkan alat Disk Mill terlebih dahulu dengan menekan tombol on pada
alat.
3. Setelahnya, masukkan feed yang digunakan dalam percobaan ke dalam Disk
Mill melalui hopper. Pada percobaan ini, feed yang digunakan ada 2 macam,
yaitu feed oversize dan feed undersize.
19. 19
4. Setelah feed selesai dimasukkan, tunggu sampai feed tersebut dihaluskan oleh
alat Disk Mill ini. Apabila feed telah selesai dihaluskan, maka matikan alat
Disk Mill dengan menekan tombol off pada alat.
5. Keluarkan feed yang telah dihancurkan oleh alat Disk Mill tadi.
6. Setelah feed selesai dikeluarkan, feed ini akan dimasukkan ke dalam alat
selanjutnya yaitu Sieve Shaker. Dimana sieve shaker ini merupakan alat
pengayakan (screening).
7. Pada alat Sieve Shaker ini, feed yang dimasukkan akan diayak dengan
menggunakan batas waktu yang diinginkan. Pada percobaan ini waktu yang
digunakan adalah selama 3 menit. Setelah waktu yang ditentukan habis,
keluarkan feed hasil pengayakan.
4.3 Hasil Praktikum
Pada hasil praktikum kali ini dengan menggunakan alat hardgrove
grindability index dilakukan dengan 3 kali percobaan. Dari tiap percobaan tersebut
dengan menggunakan feed yang sama. Feed inilah yang nantinya akan dimasukkan
ke alat hardgrove grindability index untuk diproses ke proses selanjutnya.
Penimbangan yang dilakukan tentunya harus teliti agar nantinya hasil feed awal
dengan feed yang sudah diproses akan tetap sama serta tidak adanya
ketidakselarasan antar berat hasil feed yang ditimbang. Setiap percobaan diberikan
range waktu yang berbeda-beda, yaitu dengan penambahan waktu 2 menit setiap
percobaan.
Ukuran
Mesh
Sampel I
2 menit (gr)
Sampel II
4 menit (gr)
Sampel III
6 menit (gr)
60 150 135 140
80 10 5 5
120 30 35 15
200 40 55 40
-200 30 50 60
Jumlah 260 280 260
Tabel 4.1 Hasil Praktikum
20. 20
4.4 Analisi Hasil
Dari hasil praktikum kita kali ini dapat kita ketahui ukuran butir yang
dihasilkan oleh alat hardgrove grindibility index ini tidaklah seragam akan tetapi
tingkat atau jumlah ukuran butir yang dihasilkan pada -200 mesh ralatif meningkat
sedangkan pada ukuran butir diatas 200 mesh mengalami perubahan hasil yang
tidak kontinus, yang mana sebagai contoh pada percobaa 1, 2 dan 3 dengan ukuran
60 mesh didapat kan jumlah kasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh :
a. Tingkat keseragaman kekarasan dari suatu bautan.
b. Keseragaman ukuran butir ketika masuk ke alat
c. Lama waktu penggilingan
d. Kekerasan bola penggiling
Terjadi peningkatan volume tonase feed setelah praktikum berlangsung,
yang mana semula feed yang dimasukkan adalah 250 gr kemudian setelah
dilakuakan percobaan feed yang dihasilkan bertambah secara signifikan, antara
lain :
a. Percobaan pertama : 260 gr
b. Percobaan kedua : 280 gr
c. Percobaan ketiga : 260 gr
Peningkatan jumlah volume tonase diatas dapat disebabkan oleh beberapa factor,
yaitu :
a. Kesalahan dalam penimbangan awal ataupun akhir
b. Rusaknya alat timbangan yang digunakan
c. Terjadi penambahan material dari alat yamg disebabkan oleh tidak
bersihnya pemakaian alat
d. Kurangmya ketelitian para praktikan dalam pemakaian alat
e. Kesalahan ketika pengamatan pada timbangan
Adanya penambahan material pada hasil akhir praktikum dapat
mengindikasikan bahwa material yang kita olah kemungkinan besar bias saja
tercampur dengan material lain yang masih tersisa pada alat yang kita gunakan.
21. 21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dengan alat Hardgrove Grindibility Index dapat
kita Tarik kesimpulan, bahwa :
1. Terjadi peningkatan jumlah secara kontinus pada ukuran butir – 200 mesh
2. Semakin banyak bola yang terdapatpada alat maka tingkat kehalusan yang
dihasilkan alat tersebut akan semakin meingkat.
3. Terjadi peningkatan jumlah tonase output dari alat yang disebabkan oleh
beberapa factor seperti factor penglihatan, factor alat mau pun factor material
itu sendiri.
5.2 Saran
Adapun saran yang saya berikan untuk praktikum pengolahan bahan galian
mengenai alat Hardgrove Grindibility Index ini, yaitu :
1. Alangkah lebih baiknya, ketika dilakukan suatu percobaan menggunakan
suatu alat yang sama, perlunya dilakukan cleaning terlebih dahulu sebelu alat
tersebut digunakan untuk kedua kalinya guna mengurangi kemungkinan
penambahan tonase yang terjadi pada saat praktikum berlangsung.
2. Lebih ditingkatkannya keefektifitasan waktu ketika melakukan praktikum,
agar tidak terburu-buru sehingga diharapkan para praktikan mampu mengerti
dan memahami segala macam kegunaan dari alat tersebut secara menyeluruh.
22. 22
DAFTAR PUSTAKA
Bravo, Khusnul. 2014. Praktikum Batubara HGI. http://khusnulbravo.blogspot.co.
id/2014/02/praktikum-batubara-hgi.html. (Diakses pada 19 Maret 2017)
Datu, Torro Junita. 2011. Hardgrove Grindability Index (HGI). http://nheyta.blog
Spot.co.id/2011/05/hardgrove-grindability-index-hgi-di.html.(Diakses
pada 19 Maret 2017)
Puspasari, Fitria. 2013. HGI (Hardgrove Grindability Index). http://fitriapeez.blog
spot.co.id/2013/12/hgi-hardgrove-grindability-index_9645.html.(Diakses
pada 19 Maret 2017
Hadi,dkk.2012. Analisis Kualitas Batubara Berdasarkan Nilai HGI
dengan Standar ASTM. Jurnal Ilmu Fisika Indonesia