3. A. APA ITU MODERASI BERAGAMA?
• MAKNA MODERSI SECARA LEKSIKAL
– PENGURANGAN KEKERASAN
– PENGHINDARAN KEEKSTREMAN (KANAN ATAU
KIRI)
– KESEDANGAN (TIDAK BERLEBIHAN, TIDAK
KEKURANGAN)
– JALAN TENGAH
– SAKMADYANE (BAHASA JAWA)
– DA BES (JANGAN KELEWATAN BAHASA BALI).
4. • MAKNA MODERASI BERAGAMA SECARA TERMINOLOGIS
– SIKAP BERAGAMA YANG SEIMBANG ANTARA PENGALAMAN
BERAGAMA SENDIRI (EKSKLUSIF) DAN PENGHORMATAN KEPADA
PRATIK BERAGAMA ORANG LAIN YANG BERBEDA AGAMA
(INKLUSIF) = MEMADUKAN MODEL BERAGAMA EKSKLUSIF DAN
INSKLUSIF.
– TIDAK BERAGAMA SECARA EKSTREM ATAU BERLEBIHAN
(MENGGANGGAP DIRI SENDIRI SEBAGAI YANG PALING BENAR DAN
PALING BAIK).
– SEBALIKNYA JUGA TIDAK BOLEH BERAGAMA YANG SERBA BOLEH
(DADI-DADI DOGEN).
– BERAGAMA HARUS MENYEHATKAN, TIDAK SAJA UNTUK DIRI
SENDIRI, TETAPI JUGA UNTUK MASYARAKAT, TERCERMIN PADA
ADANYA HARMONI, RUKUN, DAMAI, DAN SALING MENGHORMATI
BAIK PADA TATARAN INTERNAL (DI DALAM KELOMPOK SENDIRI)
MAUPUN EKSTERNAL (KELOMPOK DI LUAR KITA).
5. B. MENGAPA MODERASI BERAGAMA
SANGAT PENTING?
• ALASAN SEJARAH (HOMO HISTORIKUS)
– SEJARAH MENUNJUKKAN INDONESIA PERNAH
BERHADAPAN DENGAN EKSTREM KANAN DAN
EKSTREM KIRI.
– EKSTREM KANAN DITUNJUKKAN OLEH PERISTIWA
DI/TII DI BAWAH PIMPINAN KARTOSUWIRYO.
– EKSTRIM KIRI DITUNJUKKAN OLEH PKI. DUA KALI
MELAKUKAN PEMBERONTAKAN, YAKNI
PEMBERONTAKAN PKI MADIUN DAN G30S/PKI
(AIDIT).
– EKSTREM KANAN DAN KIRI INI DIPECAHKAN OLEH
IDEOLOGI NEGARA PANCASILA (IDEOLOGI
MODERASI).
6. • ALASAN MANUSIA TERIKAT PADA DUALITAS
(OPOSISI BINER, DUALISME) YANG DAPAT
MENJERUMUSKANNYA KEPADA SATU TITIK YANG
EKSTREM.
– HOMO RATIONAL/HOMO DEMEN
– HOMO INDIVIDUM/HOMO SOCIUS
– HOMO INDIVIDUALIME/HOMO KOLEKTIVISME
– HOMO KONSUMEN /HOMO EKONOMIKUS
– MANUSIA TRADISIONALIS/MANUSIA
MODERNIS/POSTMODERNIS.
7. • ALASAN SOSIOLOGIS
– NKRI ADALAH NEGARA SARA. PLURALISTIK =
MULTIKULTURAL ALA INDONESIA
– SARA BERPOTENSI MEMUNCULKAN FAHAM YANG
MEMILAHKAN
• SAYA/DIA
• KAMI/MEREKA
• PEMILAHAN INI DISERTAI DENGAN PENGUATAN IDENTITAS,
TIDAK SAJA ETNIS/BUDAYA, GAYA HIDUP, TETAPI BISA PULA
MEMAKAI AGAMA
• KONDISI INI MENGAKIBATKAN SAYA DAN KAMI MUDAH
MELIYAN-KAN DIA DAN MEREKA SEHINGGA MUNCUL
KEKERASAN (FISIK DAN BAHASA/KULTURAL)
– KONFLIK DENGAN KEKERASAN ADALAH MUSIBAH YANG
HARUS DIWASPADAI DALAM KONTEKS KEHIDUPAN
SARA DI INDONESIA.
8. C. BAGAIMANA CARA MEMBENTUK
MODERASI BERAGAMA?
• MEMBATINKAN MODERASI BERAGAMA SANGAT TEPAT (TUGAS KITA
BERSAMA).
• HAL INI DIPERKUAT DENGAN PEMBATINAN IDEOLOGI PANCASILA. PANCASILA
ADALAH IDEOLOGI MODERASI, TIDAK SAJA MODERASI BERAGAMA, TETAPI
JUGA MODERASI SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN POLITIK .
• ORANG BALI MEMILIKI THK. THK PADA DASARNYA MEMUAT MODERASI BAIK
AGAMA MAUPUN SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN POLITIK.
• PENCARIAN TITIK TEMU AGAMA-AGAMA SECARA DIALOGIS. PERLU DILOG
SOSIAL PADA MEREKA YANG HIDUP PADA RUANG YANG SAMA (DESA,
BANJAR).
• MENGGALI KEARIFAN LOKAL BAIK PADA SASTRA LISAN MAUPUN SASTRA
TERTULIS YANG DAPAT DITAFSIRKAN SECARA BERKONTEKSTUAL GUNA
MENUNJANG MODERASI BERAGAMA MAUPUN MODERASI LAINNYA
MENGINGAT GEJALA SOSIAL SELALU BERKAITAN.
• PADA DESA-DESA MULTI AGAMA PERLU DIBANGUN KELOMPOK SOSIAL YANG
MENYILANG DAN MEMOTONG GUNA MENUMBUHKAN SOLIDARITAS SOSIAL
LINTAS AGAMA.
9. D. MENEMPATKAN MODERASI
BERAGAMA DALAM BINGKAI ETIKA
KEUTAMAAN
• ETIKA KEUTAMAAN BERASUMSI BAHWA MANUSIA
BERKARAKTER MULIA (INSAN KAMIL, DAIVI SAMPAD) DAPAT
DIBENTUK DENGAN CARA MENANAMKAN NILAI-NILAI
KARAKTER YANG IDEAL/UTAMA.
• PENANAMAN DILAKUKAN PADA AKALBUDI.
• MENURUT KONSTRUKTIVISME AKALBUDI TIDAK SAJA
MENGONSTRUKSI PENGETAHUAN, TETAPI JUGA MEMBENTUK
TINDAKAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT.
• SUKIDI (2004) MENUNJUKKAN ADA 51 DAFTAR KEBAJIKAN
YANG DAPAT DIPAKAI SEBAGAI PANDUAN BERBUAT BAIK DAN
BENAR, TIDAK SAJA UNTUK MEMBENTUK MANUSIA
BERKARAKTER MULIA, TETAPI JUGA MENJADIKAN MANUSIA
HIDUP BERBAHAGIA.
10. • ETIKA KEUTAMAAN YANG DIKEMUKAKAN SUKIDI
MENCAKUP DI DALAM BERSIKAP MODERASI ATAU JALAN
TENGAH.
• BHAGAWAD-GITA SEBAGAIMANA DIKEMUKAKAN PUTRA
(2016) DAN WASVANI (2007) MEMUAT PULA ETIKA
KEUTAMAAN YANG TERDIRI DARI 27 BUTIR.
• BERKENAAN DENGAN ITU MENJADIKAN KITA SEBAGAI
ORANG BERSIKAP MODERASI, TIDAK CUKUP HANYA
MENGACU KEPADA ASPEK MODERASI, MELAINKAN HARUS
PULA DISERTAI DENGAN PEMBATINAN ETIKA KEUTAMAAN
LAINNYA.
• PEMBATINAN ETIKA KEUTAMAAN MODERASI WAJIB
DISERTAI DENGAN PEMBANTINAN ETIKA KEUTAMAAN
LAINNYA SECARA INTEGRALISTIK.
11. E. MARI KITA LIHAT ETIKA
KEUTAMAAN BAGAWAD-GITA.
1. KEJUJURAN (ARJAWAM)
2. KEBENARAN (SATYAM)
3. KEBERANIAN (ABHAYAM)
4. KEPAHLAWANAN (SAURYAM)
5. TAHAN UJI, KETABAHAN (TITIKSA)
6. KEINGINAN DAN KETETAPAN HATI (SANKALPA)
7. HIDUP SEDERHANA (TAPASYA)
8. HIDUP PENUH SEMANGAT (TEJAH)
9. PENGENDALIAN DIRI (DAMA)
10. KEBIJAKSANAAN YANG MANTAP (SAMAH SAMYA)
11. TIDAK MENCARI-CARI KESALAHAN ORANG LAIN (APAISUNAM)
12. RENDAH HATI, BERSAHAJA (AMINATWAM)
13. TENPA KEKERASAN (AHIMSA)
13. F. SIAPA BERPERAN MEMBENTUK
MODERASI BERAGAMA?
• PERAN UTAMA PADA GURU
• AGAMA HINDU MENGENAL EMPAT (CATUR) GURU
– GURU SWADYAYA (TUHAN) MEMBERIKAN AJARAN AGAMA =
DHARMA= TUHAN
– GURU RUPAKA (ORANGTUA DALAM KELUARGA)
– GURU PANGAJIAN (GIRU DI SEKOLAH)
– GURU WISESA (PEMERINTAH)
• CATUR GURU DIPERKUAT OLEH:
– MASYARAKAT
– MEDIA MASSA.
• KESEMUANYA WAJIB BERSINERGI UNTUK MEMBENTUK
MODERASI BERAGAMA.
14. G. PENDIDIKAN MODERASI
MEMBUTUHKAN HAL LAIN
1. PEMODELAN DARI GURU/TOKOH
MANSYARAKAT SECARA MULTIPATERNALISTIK
2. MEMBUTUHKAN STANDARISASI (NILAI,
NORMA) SEBAGAI PATOKAN BAGI
NORMALISASI DAN PENDISIPLINAN TUBUH KE
ARAH MODERASI BERAGAMA.
3. STANDARISASI, NORMALISASI, DAN
PENDISIPLINAN TUBUH MEMERLUKAN SANKSI
(HUKUMAN YANG MENDIDIK) DAN
GANJARAN.
15. SEKIAN, TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA, SEMOGA ADA
MANFAATNYA.
OM SHANTI, SHANTI, SAHNTI, OM
