SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga
fitososiologi, analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara
kualitatif dan kuantitatif. Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan
dan organisme, maka komunitas disuatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan
demikian pola vegetasi dipermukaan bumi menunjukan pola diskontinyu.
Seringkali sustu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas
lain. Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun
biotik disuatu habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi
komunitas. Komunitas mempunyai beberapa kekhususan yaitu :
1. Komunitas biotik sebagai campuran hewan dan tumbuhan dalam jumlah
besar di suatu habitat, merupakan bagian terbesar dari ekosistem dan
dicirikan adanya hubungan interaksi antara komponen biotik dan abiotik.
2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan tidak besar
variasinya maka tumbuhan yang ada menunjukan kesenangan/perilaku
yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan itu. Dengan demikian
vegetasi merupakan pencerminan iklim dan secara umum keadaan iklim
menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi
indikator.
2
3. Komunitas sebagai suatu kesatuan sering terlihat batasnya, tetapi batas itu
kadang-kadang tidak jelas. Habitat yang diatasnya tumbuh
vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu komunitasyang dapat
mengkarakteristikakan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi
habitat utama yang seragam. Kumpulan dari beberapa jenis organisme
dinamakan komunitas.
Yang dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas
dilihat dari stratafikasinya lapisan (dari atas kebawah) secara horizontal
bentuk pertumbuhannya, sosialitasnya, asosiasinya antar spesifik serta
kerapatan dan biomassa (analisis kuantitatif) sedang komposisi komunitas
adalah anggota spesies. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas
dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur
transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi
menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat
memotong garis-garis topografi, misalnya dari tepi laut kepedalaman
memotong sungai dan mendaki atau menurun lereng pegunungan.
B. Rumusan Masalah
Dengan berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komposisi jenis vegetasi ?
2. Bagaimana penyebarannya ?
3. Bagaimana struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati ?
3
C. Tujuan Praktikum
Sehubungan dengan masalah-masalah diatas dapat diambil tujuan
praktikum diantaranya :
1. Untuk mengetahui komposisi jenis vegetasi
2. Untuk mengetahui penyebarannya
3. Untuk mengetahui struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari hasil praktikum ini dibagi menjadi dua, diantaranya
secara teoritis dan praktis.
1. Secara teoritis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
masyarakat yang berpendidikan, minimal sebagai bahan inspirasi dan
tambahan wawasan praktikan yang mengambil topik yang sama, dimasa
yang akan datang khususnya pada perkembangan biologi.
2. Secara praktis, sebagai bahan motifasi bagi mahasiswa dalam penyusunan
laporan praktikum maupun pembuatan skripsi.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi
dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data
jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan.
B. Komunitas Vegetasi
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
dengan demikian dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat
dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif
dengan parameter kuantitatif. Namun, persoalan yang penting dalam analisis
5
komunitas tumbuhan adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data
kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter
kuntitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data agar
dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan
secara utuh dan menyeluruh (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis
dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith,
1983 dalam Heriyanto 2009).
C. Faktor-Faktor Lingkungan
1. Suhu dan Sinar Matahari
Sumber panas bagi bumi dan planet-planet lainnya dalam sistem tata
surya (solar system) adalah energi matahari. Tinggi rendahnya intensitas
penyinaran matahari bergantung pada sudut datang sinar matahari, letak
lintang, jarak atau lokasi daratan terhadap laut, ketinggian tempat, dan
penutupan lahan oleh vegetasi. Intensitas penyinaran matahari di suatu
wilayah dengan wilayah lainnya berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan
suhu udara di setiap wilayah berbeda-beda.
6
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan
dan hewan. Jenis spesies tertentu memiliki persyaratan terhadap suhu
lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya. Batas suhu
maksimum dan minimum bagi persyaratan tumbuh tanaman dan hewan
dinamakan toleransi spesies terhadap suhu.
Bagi tumbuh-tumbuhan, suhu merupakan faktor pengontrol
persebarannya sesuai dengan letak lintang dan ketinggian tempat. Oleh
karena itu, penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan namanama
wilayah lintang bumi, seperti vegetasi hutan hujan tropis dan vegetasi
lintang sedang.
Wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara yang tidak terlalu dingin
atau tidak terlalu panas merupakan habitat yang sangat sesuai bagi
kehidupan sebagian besar organisme, baik tumbuhan, hewan, maupun
manusia. Kondisi suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah
merupakan salah satu penghalang dalam kehidupan makhluk hidup.
2. Kelembapan Udara
Kelembapan udara menunjukkan banyaknya uap air yang terkandung
dalam udara. Kelembapan berpengaruh langsung terhadap kehidupan
tumbuhan (flora). Ada tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah
kering, di daerah lembap, bahkan terdapat pula jenis tumbuhan yang hanya
hidup di wilayah-wilayah yang sangat basah. Berdasarkan tingkat
kelembapan lingkungannya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi
empat bagian, yaitu sebagai berikut :
7
 Xerophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap
lingkungan kering atau dengan kondisi kelembapan udara yang sangat
rendah, seperti kaktus.
 Mesophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di
lingkungan yang lembap tetapi tidak basah, seperti anggrek dan
cendawan.
 Hygrophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di
daerah yang basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air.
 Tropophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi
terhadap daerah yang mengalami perubahan musim hujan dan musim
kemarau. Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim
tropis, seperti pohon jati dan ekaliptus.
3. Angin
Angin merupakan udara yang bergerak. Angin sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup dunia tumbuhan. Di daerah terbuka hanya
tumbuhan berakar dan berbatang kuat yang dapat bertahan hidup dari
embusan angin yang sangat kencang.
Dalam proses alami yang terjadi di atmosfer, angin berfungsi sebagai
alat transportasi yang memindahkan uap air dan kelembapan dari suatu
tempat ke tempat yang lainnya. Dengan adanya angin, curah hujan dapat
tersebar di atas permukaan bumi sehingga kelangsungan hidup organisme
di berbagai tempat di permukaan bumi dapat terus berlangsung. Angin
sangat membantu proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis
tumbuhan sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung.
8
Tumbuh-tumbuhan tertentu penye baran benihnya dilakukan oleh kekuatan
angin, seperti spora yang di terbangkan oleh angin pada tumbuhan paku-
pakuan (pteridophyta).
4. Curah Hujan
Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan makhluk
hidup. Tanpa adanya air mustahil terdapat berbagai bentuk kehidupan di
muka bumi. Bagi lingkungan kehidupan di daratan, sumber air yang utama
bagi pemenuhan kebutuhan hidup organisme adalah hujan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuhan sangat bergantung
pada curah hujan dan kelembapan udara. Intensitas curah hujan di suatu
tempat akan membentuk karakter khas bagi formasi-formasi vegetasi di
muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi ini dapat menimbulkan adanya
fenomena fauna yang khas di lingkungan vegetasi tertentu. Hal ini
dikarenakan tumbuh-tumbuhan merupakan produsen yang menyediakan
makanan bagi hewan. Sebagai contoh, di wilayah vegetasi padang rumput
terdapat hewan khas, seperti rusa, biri-biri, dan sapi.
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Lokasi dan Waktu Praktikum
Adapun dilaksanakan praktikum ini pada :
Hari/Tanggal : Minggu, 1 Januari 2017
Waktu : 11-00 s.d WIT
Tempat : Kelurahan Ngade (Lokasi Danau Laguna) Kec. Ternate
Selatan
B. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum dapat di lihat dibawah
ini :
Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1 Tali Rafia Menetapkan Transek
2 Meter Roll Mengukur lokasi praktikum
3 Kayu Potong Tempat mengikat tali plastik
4 Kamera Digital Dokumentasi kegiatan
5 Alat Tulis Menulis Untuk mencatat data
6 Modul praktikum Referensi data
7 Tumbuhan Jenis yang akan di amati
C. Prosedur Kerja
10
1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk di analisis,
dan luas lintasan 50 m.
2. Luas petak contoh dibuat dengan bentuk bujur sangkar atau persegi
panjang dengan ukuran 5 x 5 m, untuk tingkat pohon, sedangkan untuk
tingkat anakan berukuran 2 x 2 m.
3. Penentuan awal petak contoh dilakukan secara acak atau secara sistematis
atau kombinasi keduanya, yaitu pertama dibuat acak dan selanjutnya
dilakukan sistematis.
4. Sampel yang diambil dalam petak contoh (plot) dimasukan pada kantung
plastic atau Koran.
5. Setelah data terambil semua kemudian diidentifikasi sesuai dengan buku-
buku identifikasi.
6. Dalam setiap petak contoh dicacat data setiap individu yang terdapat.
7. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis
dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut.
8. Tentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR) SDR menunjukan jumlah
Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang membentuknya. SDR
dipakai karena jumlahnya tidak lebih 100%, sehingga mudah untuk
diinterpretasikan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menggunakan metode transek dengan model plot kontinyu sepanjang 50
m yang masing-masing plot 5 x 5 m untuk pohon dan 2 x 2 m untuk anakan.
Dibawah ini adalah gambar plot yang digunakan dalam praktikum :
11
5 x 5 m 2 x 2 m 50 m
Keterangan :
 Plot ukuran 5 x 5 = Untuk kategori pohon
 Plot ukuran 2 x 2 = Untuk kategori anakan
 Jarak antara plot 5 m
Gambar 1. Model Kontinyu
E. Teknik Analisis Data
Data yang dicacat tersebut berupa :
 Kerapatan Mutlak Jenis i atau KM (i)
KM (i) =
Jumlah individu suatu jenis i
Jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh
 Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i)
KR (i) =
Kerapatan Mutlak jenis i
Kerapatan total seluruh jenis yang termbil dalam penarikan contoh
x
100%
 Frekuensi Mutlak Jenis i atau FM (i)
FM (i) =
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i
Jumlah petak contoh yang dibuat dalam analisis vegetasi
 Frekuensi Relatif Jenis i atau FR (i)
FR (i) =
Frekuensi Mutlak jenis i
Frekuensi total seluruh jenis i
x 100%
 Dominasi Mutlak Jenis i atau DM (i)
DM (i) =
Jumlah luas basal dasar / diameter suatu jenis i atau
Jumlah petak contoh / semua unit sampel
 Dominasi Relatif Jenis i atau DR (i)
DR (i) =
Jumlah Dominasi Mutlak jenis i
Jumlah dominasi seluruh jenis
x 100%
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Plot Identifikasi Jenis Pohon
N
o
Nama Jenis
Plot
Jumlah
Ukuran
Basal1 2 3 4 5
1 Mangifera casturi 1 - - 1 - 2 126
2 Syzygium aromaticum - 1 - 1 - 2 119
3 Artocarpus commonis 1 - - - - 1 142
Jumlah total 5 387
2. Plot Identifikasi Jenis Anakan
N
o
Nama Jenis
Plot
Jumlah
Ukuran
Basal1 2 3 4 5
1 Mimosa pudica 18 22 8 16 30 94 22
2 Eleusine indica 52 17 6 6 8 89 39
3
Pennisetum
purpupoides
40 56 27 18 8 152 41
4 Caladium 2 - - - 1 3 54
5 Citrus aurantifolia - - 1 - - 1 68
6 Solanum torvum 1 4 4 - - 9 150
Jumlah total 348 374
3. Indeks Nilai Penting untuk kategori pohon
13
N
o
Nama Jenis KM
KR
%
FM
FR
%
DM
DR
%
INP SDR
1
Mangifera
casturi
2 40 0,4 40 25,2
32,
55
112,
55
37,51
2
Syzygium
aromaticum
2 40 0,4 40 23,8
30,
74
110,
74
36,91
3
Artocarpus
commonis
1 28 0,2 20 28,4
36,
69
76,6
9
25,56
Total 5
60
%
1 60% 77,4
99,
98
299,
98
99,98
4. Indeks Nilai Penting untuk kategori anakan
N
o
Nama Jenis KM
KR
%
FM FR DM
DR
%
INP SDR
1 Mimosa pudica 94
27,
01
1
23,8
0
4,4
5,8
8
56,6
9
18,89
2 Eleusine indica 89
25,
57
1
23,8
0
7,8
10,
42
59,7
9
19,93
3
Pennisetum
purpupoides
152
43,
67
1
23,8
0
8,2
10,
96
78,4
3
26,14
4 Caladium 3
0,8
6
0,4 9,52 10,8
14,
43
24,8
1
8,27
5
Citrus aurantifo
lia
1
0,2
8
0,2 4,76 13,6
18,
18
23,2
2
7,74
6 Solanum torvum 9 2,5 0,6 14,2 30 40, 56,9 18,98
14
8 8 10 6
Total 348 4,2
99,9
6
74,8
99,
97
299,
99
99,95
B. Pembahasan
Kelurahan Ngande adalah kelurahan yang secara administrasi berada di
kecamatan ternate selatan. Lokasi praktikum yang dilakukan seputaran lokasi
danau laguna. Analisis vegetasi danau laguna memerlukan hal yang
diperhitungkan yaitu terkait dengan nilai penting yang didapatkan dari
praktikum ini. Analisis ini digunakan untuk mengetahui struktur dan jenis
vegetasi danau laguna. Dengan mendeskripsikan tumbuhan maka dapat
dihitung komposisi, struktur, densitas/kemelimpahan, frekuensi/sebaran dan
penutupan tajuk dari spesies yang ditemukan. Struktur vegetasi merupakan
susunan anggota komunitas vegetasi pada suatu area yang dapat dinilai dari
tingkat densitas (kerapatan) individu dan diversitas (keanekaragaman) jenis.
Struktur vegetasi pada praktikum ini didasarkan pada kelimpahan jenis spesies
dan sebaran/frekuensi pada tiap plot. Pada studi vegetasi yang telah dilakukan,
ditemukan 9 jenis tanaman yang berbeda. Indeks nilai penting yang diukur
yaitu kerapatan relatif dan frekuensi relatif.
Kemelimpahan/kerapatan (densitas) merupakan banyaknya individu
persatuan luas atau volume. Densitas/kemelimpahan terbesar ditunjukkan pada
spesies Mimosa pudica berjumlah 94 dan spesies Pennisetum purpupoides
berjumlah 152 untuk kategori anakan. Densitas terkecil ditunjukkan oleh
spesies Artocarpus commonis berjumlah 1 untuk kategori pohon dan
Citrus aurantifolia berjumlah 1 untuk kategori anakan.
15
Frekuensi/sebaran merupakan distribusi/sebaran yang terjadi dan terdapat
pada setiap plot. Frekuensi tersebut menggambarkan kemampuan tumbuhan
dalam bertahan hidup sesuai lingkungannya dan kemampuan tumbuh.
Frekuensi terbesar ditunjukkan pada spesies Mimosa pudica berjumlah 94 dan
spesies Pennisetum purpupoides berjumlah 152 untuk kategori anakan,
Sedangkan frekuensi terkecil ditunjukkan pada Artocarpus commonis
berjumlah 1 untuk kategori pohon dan Citrus aurantifolia berjumlah 1 untuk
kategori anakan.
Kemelimpahan/densitas yang terjadi adalah keseluruhan jumlah tumbuhan
pada semua plot yang paling dominan yaitu Sedangkan frekuensi yang terjadi
adalah sebaran pada masing-masing plot yaitu spesies Mimosa pudica dan
Pennisetum purpupoides pola sebaran/frekuensi tidak mempengaruhi pada
densitasnya. Karena frekuensi hanya kemelimpahan tiap plot sedangkan
densitas adalah keseluruhan individu per plot. Begitu juga densitas tidak
mempengaruhi besar kecilnya frekuensi.
Persebaran dan adaptasi tumbuhan merupakan faktor yang mempengaruhi
struktur seputaran lokasi danau laguna. Lapisan yang terdapat di seputaran
lokasi danau laguna ada tiga yaitu lapisan dasar/semak (tumbuhan merumput),
lapisan tengah (perdu), dan lapisan atas. Vegetasi seputaran lokasi danau
laguna akan nampak ketika terjadi pergantian musim dan cuaca. Luas
penutupan tajuk adalah luas daerah yang dihuni tumbuhan. Penutupan tersebut
menggambarkan adanya penguasaan pada daerah tersebut yaitu ditunjukkan
dengan peneduhan oleh batang, daun, cabang jika dilihat dari sisi atas. Sruktur
vegetasi di seputaran lokasi danau laguna dipengaruhi oleh faktor biotik dan
16
abiotik lainnya. Faktor biotik seperti adanya semut, rayap, jamur maupun
dekomposer lain yang membantu proses pertumbuhan tumbuhan. Faktor
abiotik seperti tanah yang lembab dan kaya akan air yang di atasnya terdapat
potongan ranting, daun dan serasah-serasah yang kaya mengandung humus
juga akan mempengaruhi faktor biotiknya. Jika serasah-serasah tersebut
didekomposisi oleh dekomposer, maka akan menjadikan tanah menjadi subur.
Suhu, pH, kelembaban, ketinggian maupun intensitas cahaya juga berpengaruh
pada vegetasi seputaran lokasi danau laguna. Iklim yang mendukung dapat
mempengaruhi kemelimpahan dan keberagaman spesies yang tumbuh di
seputaran lokasi danau laguna.
Metode yang digunakan dalam vegetasi seputaran lokasi danau laguna
adalah teknik ploting (Quadrat Sampling Techniques). Menggunakan tehnik
itu karena untuk menghitung vegetasi seputaran lokasi danau laguna yang
begitu luas diperlukan metode yang menerapkan perluasan plot untuk
menghitung densitas dan sebaran/frekuensi dari vegetasi seputaran lokasi
danau laguna yang nantinya dapat diketahui luas minimum plotnya. Perluasan
plot yang telah dilakuakn yaitu sebanyak 5 kali dengan total perluasan yaitu
50 m.
Komposisi jenis yang ada dalam suatu komunitas tumbuhan sering kali
mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Proses ini dikenal dengan nama
suksesi. Jika keadaan lingkungan mikro dari suatu habitat relatif tidak
berubah, maka perubahan komposisi jenis akan berjalan sangat lambat atau
tidak mengalami perubahan sama sekali (Sastroutomo, 1990).
17
Berikut ini merupakan klasifikasi jenis tumbuhan yang di amati dalam
setiap plot :
1. Kategori pohon :
Mangga Dodol
Kerajaan: Plantae
Divisio: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Anacardiaceae
Genus: Mangifera
Spesies: Mangifera Casturi
Cengkih
Kerajaan: Plantae
Divisio: Angiospermae
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Syzygium
Spesies: Syzygium aromaticum
Sukun
Kerajaan: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Urticales
18
Famili: Moraceae
Genus: Artocarpus
Spesies: Artocarpus communis
2. Kategori anakan :
Putri malu
Kerajaan: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Mimosa
Spesies: Mimosa pudica
Rumpu belulang
Kerajaan: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Eleusine
Spesies: Eleusine indica
Rumput gajah
Kerajaan: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
19
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Pennisetum
Spesies: Pennisetum purpupoides
Keladi
Kerajaan: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Famili: Araceae
Genus: Caladium
Spesies: Caladium sp
Lemon nipis
Kerajaan: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: Citrus aurantifolia
Terong
Kerajaan: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
20
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Solanum
Spesies: Solanum torvum
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis.
2. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks
nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.
3. Pada praktikum analisis vegetasi ini didapat berbagai kekurangan akibat
kesulitan dari praktikan untuk menemukan nama masing-masing spesies.
22
4. Komposisi jenis yang ada dalam suatu komunitas tumbuhan sering kali
mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Proses ini dikenal dengan
nama suksesi.
5. Persebaran dan adaptasi tumbuhan merupakan faktor yang mempengaruhi
struktur seputaran lokasi danau laguna. Lapisan yang terdapat di seputaran
lokasi danau laguna ada tiga yaitu lapisan dasar/semak (tumbuhan
merumput), lapisan tengah (perdu), dan lapisan atas. Vegetasi seputaran
lokasi danau laguna akan nampak ketika terjadi pergantian musim dan
cuaca.
B. Saran
Semoga dengan hasil praktikum ini menjadi bahan informasi bagi kita
semua selaku mahasiswa biologi untuk bagaimana memanfaatkan alam yang
ada untuk menjadi sumber kajian.
23
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. 2009. Geografi 2 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas XI
Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jakarta. CV. CITRA PRAYA
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-
mempelajari-analisa-vegetasi/ (Diakses pada tanggal 7 Januari 2017)
http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis
vegetasi/ (Diakses pada tanggal 7 Januari 2017 )
http://www.scribd.com/doc/38285097/ANALISA-VEGETASI (Diakses pada
tanggal 7 Januari 2017)
Kusumawati, J. 2008. Analisis Struktur Vegetasi Tumbuhan Hubungannya dengan
Ketersediaan Air Tanah di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Marsono, Djoko. 2004. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
Yogyakarta : BIGRAF Publishing bekerjasama dengan Sekolah Tinggi
Teknik Lingkungan (STTL),
Rochman. 2005. Biologi. Bandung : CV. Pustaka Mulia
24
Lampiran :
1. Analisis data untuk kategori pohon
 KM - KR :
1.
2
5
x 100 = 40
2.
2
5
x 100 = 40
3.
1
5
x 100 = 28
 FM :
1.
2
5
= 0,4
2.
2
5
= 0,4
3.
1
5
= 0,2
 FR :
1.
0,4
1
x 100 = 40
2.
0,4
1
x 100 = 40
3.
0,2
1
x 100 = 20
 DM :
1.
126
5
= 25,2
2.
119
5
= 23,8
3.
142
5
= 28,4
 DR :
1.
25,2
77,4
x 100 = 32,55
2.
23,8
77,4
x 100 = 30,74
25
3.
28,4
77,4
x 100 = 36,69
 INP :
1. 40+40+32,55 = 112,55
2. 40+40+32,74 = 110,74
3. 28+20+36,69 = 76,69
 SDR :
1.
112,55
3
= 37,51
2.
110,74
3
= 36,91
3.
76,69
3
= 25,56
2. Analisis data untuk kategori anakan
 KM - KR :
1.
94
348
x 100 = 27,01
2.
89
348
x 100 = 25,57
3.
152
348
x 100 = 13,67
4.
3
348
x 100 = 0,86
5.
1
348
x 100 = 0,28
6.
9
348
x 100 = 2,58
 FM :
1.
5
5
= 1
2.
5
5
= 1
3.
5
5
= 1
26
4.
5
9
= 0,4
5.
1
5
= 0,2
6.
3
5
= 0,6
 FR :
1. 1
4,2
x 100 = 23,80
2. 1
4,2
x 100 = 23,80
3. 1
4,2
x 100 = 23,80
4.
0,4
4,2
x 100 = 9,52
5.
0,2
4,2
x 100 = 4,76
6.
0,6
4,2
x 100 = 14,28
 DM :
1. 22
5
= 4,4
2. 39
5
= 7,8
3. 41
5
= 8,2
4.
54
5
= 10,8
5.
68
5
= 13,6
6.
150
5
= 30
 DR :
1.
4,4
74,8
x 100 = 5,88
2.
7,8
74,8
x 100 = 10,42
27
3.
8,2
74,8
x 100 = 10,96
4.
10,8
74,8
x 100 = 14,43
5.
13,6
74,8
x 100 = 18,18
6.
30
74,8
x 100 = 40,10
 INP :
1. 27,01+23,80+5,88 = 56,69
2. 25,57+23,80+10,42 = 59,79
3. 43,67+23,80+10,96 = 78,43
4. 0,86+9,52+14,43 = 24,81
5. 0,2+4,76+18 = 23,2
6. 2,58+14,28+40,10 = 56,96
 SDR :
1. 56,64
3
= 18,86
2. 59,79
3
= 19,93
3. 78,43
3
= 26,14
4.
24,81
3
= 8,27
5.
23,2
3
= 7,44
6.
56,96
3
= 18,96
28
Dokumentasi :
1. Jenis tumbuhan yang ditemukan :
2. Lokasi praktikum

More Related Content

What's hot

tumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkungantumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkunganIMUandIMA93
 
Ekologi tumbuhan
Ekologi tumbuhanEkologi tumbuhan
Ekologi tumbuhanawengs
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNSyawalina Soerbakti
 
komponen biotik abiotik di Sawah
komponen biotik abiotik di Sawah komponen biotik abiotik di Sawah
komponen biotik abiotik di Sawah asih rahayu
 
Saling ketergantungan dalam ekosistem
Saling ketergantungan dalam ekosistemSaling ketergantungan dalam ekosistem
Saling ketergantungan dalam ekosistemPoetra Chebhungsu
 
intraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhan
intraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhanintraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhan
intraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhanmuslimin569
 
Ppt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanahPpt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanahCanny Becha
 
Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )
Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )
Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )Dedi Setiadi
 
TANAH DAN ORGANISME
TANAH DAN ORGANISMETANAH DAN ORGANISME
TANAH DAN ORGANISMEwahidnugroho
 
Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan
Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan  Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan
Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan ayusitha
 
Ekosistem darat & ekosistem akuatik ppt
Ekosistem darat & ekosistem akuatik pptEkosistem darat & ekosistem akuatik ppt
Ekosistem darat & ekosistem akuatik pptsunaryono
 

What's hot (20)

tumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkungantumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkungan
 
Lingkungan abiotik
Lingkungan abiotikLingkungan abiotik
Lingkungan abiotik
 
Ekologi tumbuhan
Ekologi tumbuhanEkologi tumbuhan
Ekologi tumbuhan
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
Makalah tumbuhan
Makalah tumbuhanMakalah tumbuhan
Makalah tumbuhan
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
 
komponen biotik abiotik di Sawah
komponen biotik abiotik di Sawah komponen biotik abiotik di Sawah
komponen biotik abiotik di Sawah
 
Ekosistem kebun
Ekosistem kebunEkosistem kebun
Ekosistem kebun
 
Saling ketergantungan dalam ekosistem
Saling ketergantungan dalam ekosistemSaling ketergantungan dalam ekosistem
Saling ketergantungan dalam ekosistem
 
intraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhan
intraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhanintraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhan
intraksi dan pengaruh suhu dan cahaya terhadap tumbuhan
 
Ppt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanahPpt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanah
 
Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )
Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )
Makalah IPA ( KOMPONEN EKOSISTEM )
 
TANAH DAN ORGANISME
TANAH DAN ORGANISMETANAH DAN ORGANISME
TANAH DAN ORGANISME
 
01 ekologi 1
01 ekologi 101 ekologi 1
01 ekologi 1
 
Ekologi
EkologiEkologi
Ekologi
 
Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan
Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan  Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan
Komunitas dan pengaruh suhu matahari terhadap tumbuhan
 
Adaptasi tumbuhan
Adaptasi tumbuhanAdaptasi tumbuhan
Adaptasi tumbuhan
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
 
Ekosistem darat & ekosistem akuatik ppt
Ekosistem darat & ekosistem akuatik pptEkosistem darat & ekosistem akuatik ppt
Ekosistem darat & ekosistem akuatik ppt
 

Similar to Bab iii

Tumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkunganTumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkunganIMUandIMA93
 
Tumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkunganTumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkunganIMUandIMA93
 
2 masyarakat dan tumbuhan
2 masyarakat dan tumbuhan2 masyarakat dan tumbuhan
2 masyarakat dan tumbuhanjunjun62
 
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSMateri Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSAdam Maulana Aji
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFppghybrid4
 
Materi Kuliah Biologi Ekosistem.pptx
Materi Kuliah Biologi Ekosistem.pptxMateri Kuliah Biologi Ekosistem.pptx
Materi Kuliah Biologi Ekosistem.pptxIntanSoelaluSoenyumP
 
Ekosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tikEkosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tikirmakurniasih
 
44. bayuda luqman al farisi new
44. bayuda luqman al farisi new44. bayuda luqman al farisi new
44. bayuda luqman al farisi newYudha Al-Farisi
 
Zaenal rahman x'a keperawatan ekosistem
Zaenal rahman x'a keperawatan ekosistemZaenal rahman x'a keperawatan ekosistem
Zaenal rahman x'a keperawatan ekosistemzaenalofficial48
 
PPT EKTUM TITA UTAMI
PPT EKTUM TITA UTAMIPPT EKTUM TITA UTAMI
PPT EKTUM TITA UTAMISatria Efendi
 
DASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptx
DASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptxDASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptx
DASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptxIndiraDwikasari
 
tugas ekofisiologi tanaman
tugas ekofisiologi tanamantugas ekofisiologi tanaman
tugas ekofisiologi tanamanmaya safitri
 
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Nurul Afdal Haris
 

Similar to Bab iii (20)

Tumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkunganTumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkungan
 
Tumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkunganTumbuhan dalam lingkungan
Tumbuhan dalam lingkungan
 
2 masyarakat dan tumbuhan
2 masyarakat dan tumbuhan2 masyarakat dan tumbuhan
2 masyarakat dan tumbuhan
 
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSMateri Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
 
PPT EKTUM SUCI
PPT EKTUM SUCIPPT EKTUM SUCI
PPT EKTUM SUCI
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDF
 
Materi Kuliah Biologi Ekosistem.pptx
Materi Kuliah Biologi Ekosistem.pptxMateri Kuliah Biologi Ekosistem.pptx
Materi Kuliah Biologi Ekosistem.pptx
 
2222
22222222
2222
 
Ekosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tikEkosistem dan pelestarianya tugas tik
Ekosistem dan pelestarianya tugas tik
 
Komponen ekosistem
Komponen ekosistemKomponen ekosistem
Komponen ekosistem
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
44. bayuda luqman al farisi new
44. bayuda luqman al farisi new44. bayuda luqman al farisi new
44. bayuda luqman al farisi new
 
Zaenal rahman x'a keperawatan ekosistem
Zaenal rahman x'a keperawatan ekosistemZaenal rahman x'a keperawatan ekosistem
Zaenal rahman x'a keperawatan ekosistem
 
PPT EKTUM TITA UTAMI
PPT EKTUM TITA UTAMIPPT EKTUM TITA UTAMI
PPT EKTUM TITA UTAMI
 
Komunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhanKomunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhan
 
DASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptx
DASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptxDASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptx
DASAR DISTRIBUSI_KELIMPAHAN Terbaru.pptx
 
tugas ekofisiologi tanaman
tugas ekofisiologi tanamantugas ekofisiologi tanaman
tugas ekofisiologi tanaman
 
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
 
Ekosistem dinamik
Ekosistem dinamikEkosistem dinamik
Ekosistem dinamik
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 

Recently uploaded

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 

Recently uploaded (7)

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 

Bab iii

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga fitososiologi, analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif. Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas disuatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi dipermukaan bumi menunjukan pola diskontinyu. Seringkali sustu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik disuatu habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Komunitas mempunyai beberapa kekhususan yaitu : 1. Komunitas biotik sebagai campuran hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar di suatu habitat, merupakan bagian terbesar dari ekosistem dan dicirikan adanya hubungan interaksi antara komponen biotik dan abiotik. 2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan tidak besar variasinya maka tumbuhan yang ada menunjukan kesenangan/perilaku yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan itu. Dengan demikian vegetasi merupakan pencerminan iklim dan secara umum keadaan iklim menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi indikator.
  • 2. 2 3. Komunitas sebagai suatu kesatuan sering terlihat batasnya, tetapi batas itu kadang-kadang tidak jelas. Habitat yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu komunitasyang dapat mengkarakteristikakan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Kumpulan dari beberapa jenis organisme dinamakan komunitas. Yang dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari stratafikasinya lapisan (dari atas kebawah) secara horizontal bentuk pertumbuhannya, sosialitasnya, asosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan biomassa (analisis kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis-garis topografi, misalnya dari tepi laut kepedalaman memotong sungai dan mendaki atau menurun lereng pegunungan. B. Rumusan Masalah Dengan berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana komposisi jenis vegetasi ? 2. Bagaimana penyebarannya ? 3. Bagaimana struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati ?
  • 3. 3 C. Tujuan Praktikum Sehubungan dengan masalah-masalah diatas dapat diambil tujuan praktikum diantaranya : 1. Untuk mengetahui komposisi jenis vegetasi 2. Untuk mengetahui penyebarannya 3. Untuk mengetahui struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati D. Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari hasil praktikum ini dibagi menjadi dua, diantaranya secara teoritis dan praktis. 1. Secara teoritis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya masyarakat yang berpendidikan, minimal sebagai bahan inspirasi dan tambahan wawasan praktikan yang mengambil topik yang sama, dimasa yang akan datang khususnya pada perkembangan biologi. 2. Secara praktis, sebagai bahan motifasi bagi mahasiswa dalam penyusunan laporan praktikum maupun pembuatan skripsi.
  • 4. 4 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Vegetasi Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh- tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. B. Komunitas Vegetasi Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. dengan demikian dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Namun, persoalan yang penting dalam analisis
  • 5. 5 komunitas tumbuhan adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuntitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data agar dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh (Gopal dan Bhardwaj, 1979). Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu : 1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda 2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal 3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto 2009). C. Faktor-Faktor Lingkungan 1. Suhu dan Sinar Matahari Sumber panas bagi bumi dan planet-planet lainnya dalam sistem tata surya (solar system) adalah energi matahari. Tinggi rendahnya intensitas penyinaran matahari bergantung pada sudut datang sinar matahari, letak lintang, jarak atau lokasi daratan terhadap laut, ketinggian tempat, dan penutupan lahan oleh vegetasi. Intensitas penyinaran matahari di suatu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan suhu udara di setiap wilayah berbeda-beda.
  • 6. 6 Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan. Jenis spesies tertentu memiliki persyaratan terhadap suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya. Batas suhu maksimum dan minimum bagi persyaratan tumbuh tanaman dan hewan dinamakan toleransi spesies terhadap suhu. Bagi tumbuh-tumbuhan, suhu merupakan faktor pengontrol persebarannya sesuai dengan letak lintang dan ketinggian tempat. Oleh karena itu, penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan namanama wilayah lintang bumi, seperti vegetasi hutan hujan tropis dan vegetasi lintang sedang. Wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara yang tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas merupakan habitat yang sangat sesuai bagi kehidupan sebagian besar organisme, baik tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kondisi suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah merupakan salah satu penghalang dalam kehidupan makhluk hidup. 2. Kelembapan Udara Kelembapan udara menunjukkan banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Kelembapan berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan (flora). Ada tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah kering, di daerah lembap, bahkan terdapat pula jenis tumbuhan yang hanya hidup di wilayah-wilayah yang sangat basah. Berdasarkan tingkat kelembapan lingkungannya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut :
  • 7. 7  Xerophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan kering atau dengan kondisi kelembapan udara yang sangat rendah, seperti kaktus.  Mesophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di lingkungan yang lembap tetapi tidak basah, seperti anggrek dan cendawan.  Hygrophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah yang basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air.  Tropophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap daerah yang mengalami perubahan musim hujan dan musim kemarau. Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim tropis, seperti pohon jati dan ekaliptus. 3. Angin Angin merupakan udara yang bergerak. Angin sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dunia tumbuhan. Di daerah terbuka hanya tumbuhan berakar dan berbatang kuat yang dapat bertahan hidup dari embusan angin yang sangat kencang. Dalam proses alami yang terjadi di atmosfer, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang memindahkan uap air dan kelembapan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Dengan adanya angin, curah hujan dapat tersebar di atas permukaan bumi sehingga kelangsungan hidup organisme di berbagai tempat di permukaan bumi dapat terus berlangsung. Angin sangat membantu proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung.
  • 8. 8 Tumbuh-tumbuhan tertentu penye baran benihnya dilakukan oleh kekuatan angin, seperti spora yang di terbangkan oleh angin pada tumbuhan paku- pakuan (pteridophyta). 4. Curah Hujan Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan makhluk hidup. Tanpa adanya air mustahil terdapat berbagai bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi lingkungan kehidupan di daratan, sumber air yang utama bagi pemenuhan kebutuhan hidup organisme adalah hujan. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuhan sangat bergantung pada curah hujan dan kelembapan udara. Intensitas curah hujan di suatu tempat akan membentuk karakter khas bagi formasi-formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi ini dapat menimbulkan adanya fenomena fauna yang khas di lingkungan vegetasi tertentu. Hal ini dikarenakan tumbuh-tumbuhan merupakan produsen yang menyediakan makanan bagi hewan. Sebagai contoh, di wilayah vegetasi padang rumput terdapat hewan khas, seperti rusa, biri-biri, dan sapi.
  • 9. 9 BAB III METODE PRAKTIKUM A. Lokasi dan Waktu Praktikum Adapun dilaksanakan praktikum ini pada : Hari/Tanggal : Minggu, 1 Januari 2017 Waktu : 11-00 s.d WIT Tempat : Kelurahan Ngade (Lokasi Danau Laguna) Kec. Ternate Selatan B. Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum dapat di lihat dibawah ini : Tabel 1. Alat dan Bahan No. Alat dan Bahan Kegunaan 1 Tali Rafia Menetapkan Transek 2 Meter Roll Mengukur lokasi praktikum 3 Kayu Potong Tempat mengikat tali plastik 4 Kamera Digital Dokumentasi kegiatan 5 Alat Tulis Menulis Untuk mencatat data 6 Modul praktikum Referensi data 7 Tumbuhan Jenis yang akan di amati C. Prosedur Kerja
  • 10. 10 1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk di analisis, dan luas lintasan 50 m. 2. Luas petak contoh dibuat dengan bentuk bujur sangkar atau persegi panjang dengan ukuran 5 x 5 m, untuk tingkat pohon, sedangkan untuk tingkat anakan berukuran 2 x 2 m. 3. Penentuan awal petak contoh dilakukan secara acak atau secara sistematis atau kombinasi keduanya, yaitu pertama dibuat acak dan selanjutnya dilakukan sistematis. 4. Sampel yang diambil dalam petak contoh (plot) dimasukan pada kantung plastic atau Koran. 5. Setelah data terambil semua kemudian diidentifikasi sesuai dengan buku- buku identifikasi. 6. Dalam setiap petak contoh dicacat data setiap individu yang terdapat. 7. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut. 8. Tentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR) SDR menunjukan jumlah Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih 100%, sehingga mudah untuk diinterpretasikan. D. Teknik Pengumpulan Data Menggunakan metode transek dengan model plot kontinyu sepanjang 50 m yang masing-masing plot 5 x 5 m untuk pohon dan 2 x 2 m untuk anakan. Dibawah ini adalah gambar plot yang digunakan dalam praktikum :
  • 11. 11 5 x 5 m 2 x 2 m 50 m Keterangan :  Plot ukuran 5 x 5 = Untuk kategori pohon  Plot ukuran 2 x 2 = Untuk kategori anakan  Jarak antara plot 5 m Gambar 1. Model Kontinyu E. Teknik Analisis Data Data yang dicacat tersebut berupa :  Kerapatan Mutlak Jenis i atau KM (i) KM (i) = Jumlah individu suatu jenis i Jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh  Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i) KR (i) = Kerapatan Mutlak jenis i Kerapatan total seluruh jenis yang termbil dalam penarikan contoh x 100%  Frekuensi Mutlak Jenis i atau FM (i) FM (i) = Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i Jumlah petak contoh yang dibuat dalam analisis vegetasi  Frekuensi Relatif Jenis i atau FR (i) FR (i) = Frekuensi Mutlak jenis i Frekuensi total seluruh jenis i x 100%  Dominasi Mutlak Jenis i atau DM (i) DM (i) = Jumlah luas basal dasar / diameter suatu jenis i atau Jumlah petak contoh / semua unit sampel  Dominasi Relatif Jenis i atau DR (i) DR (i) = Jumlah Dominasi Mutlak jenis i Jumlah dominasi seluruh jenis x 100%
  • 12. 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Plot Identifikasi Jenis Pohon N o Nama Jenis Plot Jumlah Ukuran Basal1 2 3 4 5 1 Mangifera casturi 1 - - 1 - 2 126 2 Syzygium aromaticum - 1 - 1 - 2 119 3 Artocarpus commonis 1 - - - - 1 142 Jumlah total 5 387 2. Plot Identifikasi Jenis Anakan N o Nama Jenis Plot Jumlah Ukuran Basal1 2 3 4 5 1 Mimosa pudica 18 22 8 16 30 94 22 2 Eleusine indica 52 17 6 6 8 89 39 3 Pennisetum purpupoides 40 56 27 18 8 152 41 4 Caladium 2 - - - 1 3 54 5 Citrus aurantifolia - - 1 - - 1 68 6 Solanum torvum 1 4 4 - - 9 150 Jumlah total 348 374 3. Indeks Nilai Penting untuk kategori pohon
  • 13. 13 N o Nama Jenis KM KR % FM FR % DM DR % INP SDR 1 Mangifera casturi 2 40 0,4 40 25,2 32, 55 112, 55 37,51 2 Syzygium aromaticum 2 40 0,4 40 23,8 30, 74 110, 74 36,91 3 Artocarpus commonis 1 28 0,2 20 28,4 36, 69 76,6 9 25,56 Total 5 60 % 1 60% 77,4 99, 98 299, 98 99,98 4. Indeks Nilai Penting untuk kategori anakan N o Nama Jenis KM KR % FM FR DM DR % INP SDR 1 Mimosa pudica 94 27, 01 1 23,8 0 4,4 5,8 8 56,6 9 18,89 2 Eleusine indica 89 25, 57 1 23,8 0 7,8 10, 42 59,7 9 19,93 3 Pennisetum purpupoides 152 43, 67 1 23,8 0 8,2 10, 96 78,4 3 26,14 4 Caladium 3 0,8 6 0,4 9,52 10,8 14, 43 24,8 1 8,27 5 Citrus aurantifo lia 1 0,2 8 0,2 4,76 13,6 18, 18 23,2 2 7,74 6 Solanum torvum 9 2,5 0,6 14,2 30 40, 56,9 18,98
  • 14. 14 8 8 10 6 Total 348 4,2 99,9 6 74,8 99, 97 299, 99 99,95 B. Pembahasan Kelurahan Ngande adalah kelurahan yang secara administrasi berada di kecamatan ternate selatan. Lokasi praktikum yang dilakukan seputaran lokasi danau laguna. Analisis vegetasi danau laguna memerlukan hal yang diperhitungkan yaitu terkait dengan nilai penting yang didapatkan dari praktikum ini. Analisis ini digunakan untuk mengetahui struktur dan jenis vegetasi danau laguna. Dengan mendeskripsikan tumbuhan maka dapat dihitung komposisi, struktur, densitas/kemelimpahan, frekuensi/sebaran dan penutupan tajuk dari spesies yang ditemukan. Struktur vegetasi merupakan susunan anggota komunitas vegetasi pada suatu area yang dapat dinilai dari tingkat densitas (kerapatan) individu dan diversitas (keanekaragaman) jenis. Struktur vegetasi pada praktikum ini didasarkan pada kelimpahan jenis spesies dan sebaran/frekuensi pada tiap plot. Pada studi vegetasi yang telah dilakukan, ditemukan 9 jenis tanaman yang berbeda. Indeks nilai penting yang diukur yaitu kerapatan relatif dan frekuensi relatif. Kemelimpahan/kerapatan (densitas) merupakan banyaknya individu persatuan luas atau volume. Densitas/kemelimpahan terbesar ditunjukkan pada spesies Mimosa pudica berjumlah 94 dan spesies Pennisetum purpupoides berjumlah 152 untuk kategori anakan. Densitas terkecil ditunjukkan oleh spesies Artocarpus commonis berjumlah 1 untuk kategori pohon dan Citrus aurantifolia berjumlah 1 untuk kategori anakan.
  • 15. 15 Frekuensi/sebaran merupakan distribusi/sebaran yang terjadi dan terdapat pada setiap plot. Frekuensi tersebut menggambarkan kemampuan tumbuhan dalam bertahan hidup sesuai lingkungannya dan kemampuan tumbuh. Frekuensi terbesar ditunjukkan pada spesies Mimosa pudica berjumlah 94 dan spesies Pennisetum purpupoides berjumlah 152 untuk kategori anakan, Sedangkan frekuensi terkecil ditunjukkan pada Artocarpus commonis berjumlah 1 untuk kategori pohon dan Citrus aurantifolia berjumlah 1 untuk kategori anakan. Kemelimpahan/densitas yang terjadi adalah keseluruhan jumlah tumbuhan pada semua plot yang paling dominan yaitu Sedangkan frekuensi yang terjadi adalah sebaran pada masing-masing plot yaitu spesies Mimosa pudica dan Pennisetum purpupoides pola sebaran/frekuensi tidak mempengaruhi pada densitasnya. Karena frekuensi hanya kemelimpahan tiap plot sedangkan densitas adalah keseluruhan individu per plot. Begitu juga densitas tidak mempengaruhi besar kecilnya frekuensi. Persebaran dan adaptasi tumbuhan merupakan faktor yang mempengaruhi struktur seputaran lokasi danau laguna. Lapisan yang terdapat di seputaran lokasi danau laguna ada tiga yaitu lapisan dasar/semak (tumbuhan merumput), lapisan tengah (perdu), dan lapisan atas. Vegetasi seputaran lokasi danau laguna akan nampak ketika terjadi pergantian musim dan cuaca. Luas penutupan tajuk adalah luas daerah yang dihuni tumbuhan. Penutupan tersebut menggambarkan adanya penguasaan pada daerah tersebut yaitu ditunjukkan dengan peneduhan oleh batang, daun, cabang jika dilihat dari sisi atas. Sruktur vegetasi di seputaran lokasi danau laguna dipengaruhi oleh faktor biotik dan
  • 16. 16 abiotik lainnya. Faktor biotik seperti adanya semut, rayap, jamur maupun dekomposer lain yang membantu proses pertumbuhan tumbuhan. Faktor abiotik seperti tanah yang lembab dan kaya akan air yang di atasnya terdapat potongan ranting, daun dan serasah-serasah yang kaya mengandung humus juga akan mempengaruhi faktor biotiknya. Jika serasah-serasah tersebut didekomposisi oleh dekomposer, maka akan menjadikan tanah menjadi subur. Suhu, pH, kelembaban, ketinggian maupun intensitas cahaya juga berpengaruh pada vegetasi seputaran lokasi danau laguna. Iklim yang mendukung dapat mempengaruhi kemelimpahan dan keberagaman spesies yang tumbuh di seputaran lokasi danau laguna. Metode yang digunakan dalam vegetasi seputaran lokasi danau laguna adalah teknik ploting (Quadrat Sampling Techniques). Menggunakan tehnik itu karena untuk menghitung vegetasi seputaran lokasi danau laguna yang begitu luas diperlukan metode yang menerapkan perluasan plot untuk menghitung densitas dan sebaran/frekuensi dari vegetasi seputaran lokasi danau laguna yang nantinya dapat diketahui luas minimum plotnya. Perluasan plot yang telah dilakuakn yaitu sebanyak 5 kali dengan total perluasan yaitu 50 m. Komposisi jenis yang ada dalam suatu komunitas tumbuhan sering kali mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Proses ini dikenal dengan nama suksesi. Jika keadaan lingkungan mikro dari suatu habitat relatif tidak berubah, maka perubahan komposisi jenis akan berjalan sangat lambat atau tidak mengalami perubahan sama sekali (Sastroutomo, 1990).
  • 17. 17 Berikut ini merupakan klasifikasi jenis tumbuhan yang di amati dalam setiap plot : 1. Kategori pohon : Mangga Dodol Kerajaan: Plantae Divisio: Tracheophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Sapindales Famili: Anacardiaceae Genus: Mangifera Spesies: Mangifera Casturi Cengkih Kerajaan: Plantae Divisio: Angiospermae Kelas: Magnoliopsida Ordo: Myrtales Famili: Myrtaceae Genus: Syzygium Spesies: Syzygium aromaticum Sukun Kerajaan: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Urticales
  • 18. 18 Famili: Moraceae Genus: Artocarpus Spesies: Artocarpus communis 2. Kategori anakan : Putri malu Kerajaan: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Fabales Famili: Fabaceae Genus: Mimosa Spesies: Mimosa pudica Rumpu belulang Kerajaan: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Eleusine Spesies: Eleusine indica Rumput gajah Kerajaan: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida
  • 19. 19 Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Pennisetum Spesies: Pennisetum purpupoides Keladi Kerajaan: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Alismatales Famili: Araceae Genus: Caladium Spesies: Caladium sp Lemon nipis Kerajaan: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Sapindales Famili: Rutaceae Genus: Citrus Spesies: Citrus aurantifolia Terong Kerajaan: Plantae Divisio: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida
  • 20. 20 Ordo: Solanales Famili: Solanaceae Genus: Solanum Spesies: Solanum torvum
  • 21. 21 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. 2. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. 3. Pada praktikum analisis vegetasi ini didapat berbagai kekurangan akibat kesulitan dari praktikan untuk menemukan nama masing-masing spesies.
  • 22. 22 4. Komposisi jenis yang ada dalam suatu komunitas tumbuhan sering kali mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Proses ini dikenal dengan nama suksesi. 5. Persebaran dan adaptasi tumbuhan merupakan faktor yang mempengaruhi struktur seputaran lokasi danau laguna. Lapisan yang terdapat di seputaran lokasi danau laguna ada tiga yaitu lapisan dasar/semak (tumbuhan merumput), lapisan tengah (perdu), dan lapisan atas. Vegetasi seputaran lokasi danau laguna akan nampak ketika terjadi pergantian musim dan cuaca. B. Saran Semoga dengan hasil praktikum ini menjadi bahan informasi bagi kita semua selaku mahasiswa biologi untuk bagaimana memanfaatkan alam yang ada untuk menjadi sumber kajian.
  • 23. 23 DAFTAR PUSTAKA Hartono. 2009. Geografi 2 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta. CV. CITRA PRAYA http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana- mempelajari-analisa-vegetasi/ (Diakses pada tanggal 7 Januari 2017) http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis vegetasi/ (Diakses pada tanggal 7 Januari 2017 ) http://www.scribd.com/doc/38285097/ANALISA-VEGETASI (Diakses pada tanggal 7 Januari 2017) Kusumawati, J. 2008. Analisis Struktur Vegetasi Tumbuhan Hubungannya dengan Ketersediaan Air Tanah di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Marsono, Djoko. 2004. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta : BIGRAF Publishing bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL), Rochman. 2005. Biologi. Bandung : CV. Pustaka Mulia
  • 24. 24 Lampiran : 1. Analisis data untuk kategori pohon  KM - KR : 1. 2 5 x 100 = 40 2. 2 5 x 100 = 40 3. 1 5 x 100 = 28  FM : 1. 2 5 = 0,4 2. 2 5 = 0,4 3. 1 5 = 0,2  FR : 1. 0,4 1 x 100 = 40 2. 0,4 1 x 100 = 40 3. 0,2 1 x 100 = 20  DM : 1. 126 5 = 25,2 2. 119 5 = 23,8 3. 142 5 = 28,4  DR : 1. 25,2 77,4 x 100 = 32,55 2. 23,8 77,4 x 100 = 30,74
  • 25. 25 3. 28,4 77,4 x 100 = 36,69  INP : 1. 40+40+32,55 = 112,55 2. 40+40+32,74 = 110,74 3. 28+20+36,69 = 76,69  SDR : 1. 112,55 3 = 37,51 2. 110,74 3 = 36,91 3. 76,69 3 = 25,56 2. Analisis data untuk kategori anakan  KM - KR : 1. 94 348 x 100 = 27,01 2. 89 348 x 100 = 25,57 3. 152 348 x 100 = 13,67 4. 3 348 x 100 = 0,86 5. 1 348 x 100 = 0,28 6. 9 348 x 100 = 2,58  FM : 1. 5 5 = 1 2. 5 5 = 1 3. 5 5 = 1
  • 26. 26 4. 5 9 = 0,4 5. 1 5 = 0,2 6. 3 5 = 0,6  FR : 1. 1 4,2 x 100 = 23,80 2. 1 4,2 x 100 = 23,80 3. 1 4,2 x 100 = 23,80 4. 0,4 4,2 x 100 = 9,52 5. 0,2 4,2 x 100 = 4,76 6. 0,6 4,2 x 100 = 14,28  DM : 1. 22 5 = 4,4 2. 39 5 = 7,8 3. 41 5 = 8,2 4. 54 5 = 10,8 5. 68 5 = 13,6 6. 150 5 = 30  DR : 1. 4,4 74,8 x 100 = 5,88 2. 7,8 74,8 x 100 = 10,42
  • 27. 27 3. 8,2 74,8 x 100 = 10,96 4. 10,8 74,8 x 100 = 14,43 5. 13,6 74,8 x 100 = 18,18 6. 30 74,8 x 100 = 40,10  INP : 1. 27,01+23,80+5,88 = 56,69 2. 25,57+23,80+10,42 = 59,79 3. 43,67+23,80+10,96 = 78,43 4. 0,86+9,52+14,43 = 24,81 5. 0,2+4,76+18 = 23,2 6. 2,58+14,28+40,10 = 56,96  SDR : 1. 56,64 3 = 18,86 2. 59,79 3 = 19,93 3. 78,43 3 = 26,14 4. 24,81 3 = 8,27 5. 23,2 3 = 7,44 6. 56,96 3 = 18,96
  • 28. 28 Dokumentasi : 1. Jenis tumbuhan yang ditemukan : 2. Lokasi praktikum