SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tananman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata)
1. Daerah Asal dan penyebaran Tanaman Lidah Mertua
Sansevieria merupakan tumbuhan yang tumbuh menahun (perennial). Sebagian
besar jenis sansevieria berasal dari benua afrika yang daerahnya merupakan gurun.
Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, sansevieria ini telah ada sejak puluhan tahun
lalu. Pada awalnya, sansevieria yang dikenal secara luas adalah jenis Ceylon
bowstring hemp (Sansevieria trifasciata Lorentii meinliebling) yang banyak
menghasilkan serat rami. Mengingat kualitas serat yang baik, maka tumbuhan ini
dibudidayakan. Meskipun asalnya dari Benua Afrika tropis, namun sekarang
khususnya di Indonesia banyak ditemukan di dataran tanah 1 – 1000 meter diatas
permukaan Laut (Anonim, 2011).
Sansevieria mempunyai banyak nama. "Lidah mertua (mother-in law tongue)"
merupakan julukan yang kerap diberikan pada tanaman tak berdahan ini. Ada juga
yang menamainya "tanaman pedang-pedangan" karena bentuk daunnya yang runcing
menyerupai pedang. Beberapa yang lain menyebutnya "tanaman ular" (snake plant)
karena pada beberapa jenis coraknya menyerupai sisik ular.
Pada zaman dulu, daun sansevieria sudah dimanfaatkan sebagai penghasil
serat, yakni untuk membuat tali anyam, jangkar kapal dan kain. Sejak abad ke-19,
sekitar tahun 1920-an sansevieria sudah menjadi komoditas dagang di Amerika,
terutama di Florida. Di sana sansevieria populer sebagai indoor plant. Sekitar tahun9
10
1930-1n, tanaman sansevieria menyebar luar ke banua Eropa. Bentuk dan corak
daunnya yang indah dan sangat beragam mampu memikat hati para penggemar
tanaman hias ini.
Para ahli biologi menjuluki tanaman sansevieria sebagai tanaman perintis
karena mampu hidup di tempat yang tidak bisa di tumbuhi tanamn lain. Julukan-
julukan lainnya adalah century plant, lucky plant, the devil luck, judas sward dan
african's devil. Nama sansevieria merupakan bahasa latin untuk genus yang terdiri
dari beragam spesies. Dalam ilmu taksonomi yang membagi makhluk hidup ke dalam
lima kerajaan (Kingdom), tanaman sansevieria diklasifikasikan ke dalam famili
Agavaceae (century plant) yang umumnya mempunyai daun berdaging tebal dan
banyak mengandung air (Anonim, 2011).
Dalam ilmu taksonomi yang membagi makhluk hidup ke dalam lima kerajaan
(Kingdom), tanaman sansevieria diklasifikasikan ke dalam famili Agavaceae (century
plant) yang umumnya mempunyai daun berdaging tebal dan banyak mengandung air.
Berikut adalah klasifikasi tanaman lidah mertua:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpemuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class : Liliopsida (Monokotil/berkeping satu)
Subclass : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Sansevieria
Spesies : Sansevieria trifasciata
(Anonim , 2011)
2. Morfologi Tanaman Lidah Mertua
11
a. Akar
Lazimnya tumbuhan berbiji tunggal (monokotil), akar sansevieria berbentuk
serabut. Akar berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar ke
segala arah di dalam tanah.
Gambar 2.1. Sansevieria trifasciata (Sumber: Pribadi, 2015)
Keterangan gambar: a. Akar
b. Rimpang (Rhizoma)
Selain terdapat akar, terdapat organ yang menyerupai batang, organ ini disebut
sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari
makanan hasil fotosintesis. Rimpang juga berperan dalam perkembang biakan.
Rimpang menjalar di bawah tanah dan kadang-kadang di atas permukaan tanah.
Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh memanjang.
Gambar 2.2. Sansevieria trifasciata (Sumber: Pribadi, 2015)
Keterangan gambar : a. Rimpang
c. Daun
a.
a.
12
Tanaman sansevieria dikenal dari bentuk daun yang tebal dan banyak
mengandung air sehingga membuat sansevieria tahan terhadap kekeringan karena
proses penguapan air dan laju transpirasi. Daun tumbuh di sekeliling batang semu di
atas permukaan tanah. Bentuk daun panjang dan meruncing pada bagian ujungnya.
Tulang daun sejajar. Pada beberapa jenis tanaman terkadang terdapat duri.
Gambar 2.3. Sansevieria trifasciata (Sumber: Pribadi, 2015)
Keterangan gambar: a. Daun
d. Bunga
Bunga sansevieria terdapat dalam malai yang tumbuh tegak dari pangkal batang
dan termasuk bunga berumah dua, putik dan serbuk sari tidak berada dalam satu
kuntum bunga. Bunga yang memiliki putik disebut bunga betina, sedangkan yang
memiliki serbuk sari disebut bunga jantan. Bunga ini mengeluarkan aroma wangi,
terutama pada malam hari.
Gambar 2.4. Sansevieria trifasciata (Sumber: Indah, 2014)
Keterangan gambar: a. Bunga
e. Biji
a.
a.
13
Biji dihasilkan dari pembuahan serbuk sari pada kepala putik yang berperan
penting dalam perkembangbiakan tanaman. Biji sansevieria berkeping tunggal seperti
tumbuhan monokotil lainnya yang bagian terluar dari biji berupa kulit tebal yang
berfungsi sebagai lapisan pelindung. Di sebelah dalam kulit terdapat embrio yang
merupakan bakal calon tanaman (Nurjamilah. dkk, 2011).
Gambar 2.5. Sansevieria trifasciata (Sumber: Dika, 2013)
Keterangan gambar: a. Benang sari
3. Varietas Sansevieria trifasciata
Jenis ini sering disebut sebagai tanaman ular. Trifasciata ini memiliki daun
lebih tebal dan keras, ujung daunnya meruncing, tapi tidak berduri, dan dengan
keindahan warna daunnya kelabu berbelang-belang hijau tua yang diserikan dengan
jalur kuning muda pada keseluruhan tepi daun. Pada malam hari biasanya meluarkan
aroma harum.
Gambar 2.6. Sanseviera Trifasciata (sumber: Rian, 2011)
Jenis trifasciata yang telah di silang menghasilkan varietas baru, antara lain:
14
a. Sansevieria trifasciata golden hanii
bentuknya hampir sama dengan hahnii, bedaannya ada pada warna daun yang
hijau muda dengan kombinasi warna kuning emas, dan berbentuk pita pada bagian
tepi daun.
Gambar 2.7. Sanseviera trifasciata golden hahnii (sumber: Rian, 2011)
b. Sansevieria trifasciata lorentii
Daunnya rata dan tumbuh tegak dengan tinggi 40 cm – 100 cm. Pinggir daun
berwarna kuning dan tampak tegas, sedang dibagian tengahnya ada warna kuning
yang menyebar tidak beraturan. Jumlah daunnya bisa mencapai lebih dari 10 helai
dan pertumbuhannya paling cepat dibandingkan dengan jenis lainnya.
Gambar 2.8. Sanseviera trifasciata lorentii (sumber: Diki. 2013)
c. Sansevieria trifasciata bantel’s atau white Sansevieria
15
Daunnya tumbuh merapat dan tegak lurus. Antara helai daun saling
bertumpuk simitris dengan warna dasar putih, bercorak hijau dan tepi daun warna
hijaunya lebih tegas. Pertumbuhannya paling lambat dibandingkan dengan jenis lain.
Gambar 2.9. Sanseviera trifasciata bantel’s atau white Sanseviera
(Sumber: Diki, 2013)
d. Sansevieria trifasciata future
Cirinya mirip dengan lorentii, tapi daunnya lebih lebar dan lebih pendek. Corak
warna daunnya juga lebih jelas. Selain itu, bentuknya menyerupai kelopak bunga
mawar.
Gambar 2.10. Sanseviera trifasciata future (sumber: Diki, 2011)
e. Sansevieria trifasciata prain
Adalah spesies yang mempunyai daun panjang dan tajam, tebal dan keras.
Warnanya kelabu berbelang-belang hijau tua. Pertumbuhan yang subur akan
menyebabkan bentuk daunya yang berpintal-pintal (Pundi, 2010).
16
Gambar 2.11. Sanseviera trifasciata Prain (sumber: Diki, 2013)
4. Kandungan Yang terdapat pada Tananam Lidah mertua (Sansevieria
trifasciata)
Daun dan rimpang sanseviera mengandung:
a. Saponin
Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan yang
memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan
dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut
dalam air dan tidak larut dalam eter, memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan
bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin merupakan racun yang dapat
menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah dan bersifat racun bagi hewan
berdarah dingin dan banyak digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat
keras atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin.
Saponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: saponin steroid dan saponin
triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid dengan molekul karbohidrat.
Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai
saraponin yang memiliki efek anti jamur. Saponin steroid diekskresikan setelah
17
konjugasi dengan asam glukoronida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses
biosintesis dari obat kortikosteroid. Contoh senyawa saponin steroid diantaranya
adalah: Asparagosides (Asparagus officinalis), Avenocosides (Avena sativa),
Disogenin (Dioscorea floribunda dan Trigonella foenum graceum).
Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.
Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin yang merupakan
suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan.
Tipesaponin ini adalah turunan β-amyirine. Contoh senyawa triterpen steroid adalah :
Asiaticoside (Centella asiatica), Bacoside (Bacopa monneira), Cyclamin (Cyclamen
persicum).
b. Polifenol
Polifenol (polyphenol) merupakan senyawa kimia yang terkandung di dalam
tumbuhan dan bersifat antioksidan kuat yang alami, dan terdapat di dalam sayuran,
buah-buahan, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan minuman (seperti teh, kopi,
cokelat dan anggur merah/red wine). Polifenol umumnya banyak terkandung dalam
kulit buah, sehingga ada benarnya kalau kita dihimbau untuk mengkonsumsi apel dan
bit beserta kulitnya.
Polifenol berperan melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas
dengan cara mengikat radikal bebas sehingga mencegah proses inflamasi dan
18
peradangan pada sel tubuh dan juga bermanfaat dalam menurunkan risiko penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan kanker.
Senyawa polifenol terdiri dari beberapa subkelas yakni, flavonol, isoflavon
(dalam kedelai), flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan dan umumnya
ditemukan dalam teh dan apel. Dua unsur terakhir merupakan antioksidan kuat,
dengan kekuatan 4 - 5 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E yang
dikenal sebagai antioksidan potensial. Jenis polifenol lain adalah tanin (terkandung
dalam teh dan cokelat), yang sedang hangat diperbincangkan di dunia kesehatan.
Semua jenis teh mengandung polifenol dalam bentuk epigallocatechin gallate
(EGCG). Kandungan EGCG ini yang melambungkan nama teh sebagai minuman anti
kanker dan pencegah serangan jantung.
c. Pregnane glikosid
Tanaman ini mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang mampu
mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino.
Oleh karena itu, Sansevieria sangat bagus diletakkan didalam ruangan, baik dirumah
maupun dikantor-kantor, maupun dijadikan penghias taman dijalan-jalan yang lalu
lintasnya padat sebagai antipolutan (air freshener) (Nurjamilah. dkk, 2011).
5. Manfaat Tanaman Lidah mertua (Sansevieria trifasciata)
Dahulu serat tanaman yang popular adalah lidah mertua yang dapat ditenun
menjadi pakaian, alat musik, atau bahan baku kertas. Kini Sansevieria dikenal sebagai
tanaman hias, antiseptik, antikanker, dan yang terbaru antipolutan.
19
a. Sanseviera sebagai bahan baku industri tekstil
Bahan Serat Sanseviera
Salah satu nama sanseviera adalah “bowst hemp” yang berarti serat yang
digunakan untuk mengikat. Hal ini beralasan, karena serat daunnya panjang,
mengkilap, kuat, elastic, dan tidak merapuh meskipun terkena air. Karena keunggulan
sifat-sifat inilah serat daun sanseviera digunakan sebagai bahan baku pakaian.
Beberapa Negara seperti Cina dan Selandia Baru membudidayakan sanseviera
sebagai bahan baku pada industri tekstil. Jenis yang biasa ditanam untuk keperluan ini
diantaranya S. cylindrical ‘aethiopica’, S. kirkii ‘perinii’, Sanseviera trifasciata
‘lorentii mein liebling’, dan S. zaeylanica.
b. Sanseviera sebagai tanaman obat
Di Afrika, sanseviera telah lama digunakan sebagai penawar racun akibat
gigitan ular dan serangga. Di beberapa daerah di Asia, getah tumbuhan ini digunakan
sebagai cairan antiseptik dan daunnya digunakan untuk membalut luka pada tindakan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Dari penelitian sebelumnya, terungkap kandungan asam metal glukoronat,
saponin, dan abamagenin dalam tanaman Sansevieria. Itu menjadi bukti yang dapat
membenarkan pemanfaatan daun Sansevieria sebagai obat diabetes, penutup luka,
antiseptik, serta sebagai obat wasir, cacar, cacing, sampai penyakit mata dan telinga,
dan juga sebagai bahan minuman penyegar tubuh.
20
Penemuan lain dari berbagai negara mengungkap khasiat beberapa spesies
Sansevieria sebagai anti malaria, anticendawan, antikolesterol, sampai antikanker.
Sementara di Afrika, Sansevieria dimanfaatkan getahnya sebagai anti racun ular dan
serangga.
c. Sanseviera sebagai antipolutan
Di dalam tiap helai daun sanseviera terdapat senyawa aktif pregnane glycoside,
yaitu zat yang mampu menguraikan zat beracun menjadi senyawa asam organik, gula,
dan beberapa senyawa asam amino. Beberapa senyawa beracun yang bisa diuraikan
diantaranya kloroform, benzene, xilen, formaldehid, dan trikloroetilen. Kloroform
adalah senyawa beracun yang menyerang system saraf manuasia, jantung, hati, paru-
paru, dan ginjal, melalui system pernapasan dan sirkulasi darah.
Kemampuan sanseviera dalam menyerap racun membuatnya akrab dalam
penghijauan lingkungan.Sansevieria sebagai penyerap racun asap buangan kendaraan
dari knalpot, sebagai tanaman hias indoor, sanseviera bisa menangani sick building
syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas
karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan penggunaan AC. Satu tanaman S.
trifasciata ‘lorentii’ dewasa berdaun 4 - 5 helai dapat menyegarkan kembali udara
dalam ruaangan seluas 20 m2
dan sansevieria dapat diletakkan di dapur sehingga
dapat menyegarkan udara dengan menyerap gas karbondioksida dan monoksida sisa
pembakaran dari kompor.
21
Hasil penelitian Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) selama 25 tahun
membuktikan sansevieria mampu menyerap 107 unsur yang terkandung dalam polusi
udara, termasuk di antaranya nikotin dari tembakau, karbonmonoksida, sampai
dioksin (zat beracun hasil pembakaran plastik atau naftalena).
d. Sanseviera sebagai tanaman hias
Sansevieria dapat berfungsi sebagai penghias taman, baik tanaman outdoor
dilahan terbuka ataupun tanaman indoor yang berupa rangkaian. Sebagai tanaman
hias, pesona sanseviera terletak pada corak dan warna daun yang khas dan kenisnya
pun ikut beragam. Sanseviera telah lama digunakan sebagai tanaman hias dalam
ruangan (indoor plants) dan di luar ruangan (outdoor plants). Tanaman Sansevieria
mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi yang digemari oleh masyarakat Indonesia
maupun mancanegara, seperti Belanda, Singapura, Korea, Jepang dll
(Nurjamilah.dkk, 2011).
B. Tinjauan Umun Tanaman Bawang Bombay (Allium cepa L.)
1. Daerah Asal dan Penyebaran Tanaman Bawang Bombay
Bawang bombay adalah jenis bawang yang paling banyak dan luas
dibudidayakan dalam genus Allium. Bawang bimbay biasa digunakan dalam masakan
makanan di Indonesia, tidak hanya digunakan sebagai hiasan tapi juga bagian dari
masakan karena bentuknya yang besar dan tebal dagingnya.
22
Istilah bawang bombay berasal ketika komoditas ini pertama kali dibawa oleh
pedagang-pedagang dari kota Bombay (sekarang disebut Mumbay), India ke
Indonesia. Bawang bombay (Allium ceva L.) termasuk herba biennial (tanaman dua
musim) yang dibudidayakan sebagai tanaman annual (semusim), kecuali untuk
produksi benih (Rini, 2013:66).
Nama umum:
Indinesia : Bawang bombay
Inggris : Onion, brown onion
Vietnam : Cu hanh tay
Thailand : Hom farang
Pilipina : Sibuyas
Cina : Yang cong, yuan cong, cong tou
Jepang : Tama negi
Adapun menurut Rini (2013: 8), kedudukan tanaman bawang bombai dalam
taksonomi tumbuhan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (monokotil/berkeping satu)
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan)
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa L.
2. Morfologi Tanaman Bawang Bombay
a. Akar
Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar pada
kedalaman antara 15 - 30 cm di dalam tanah.
23
Gambar 2.12. Bawang Bombay (Sumber: Anonim, 2011)
Keterangan gambar: a. Akar
b. Batang
Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram,
tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di
bagian atas discus berbentuk batang semu dari pelepah-pelepah daun yang berada di
dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinnya menjadi umbi lapis (bulbus). Di
antara kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau
anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa.
Gambar 2.13. Bawang Bombay (Sumber: Anonim, 2012)
Keterangan gambar: a. Batang
c. Daun
a.
a.
24
Bentuknya seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 - 70 cm,
berlobang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hujau tua dan
letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.
Gambar 2.14. Bawang Bombay (Sumber: Anonim, 2012)
Keterangan gambar: a. Daun
d. Bunga
Tangkai daun keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara
30–90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun melingkar
(bulat) seolah membentuk payung yang terdiri terdiri atas 5 - 6 helai daun bunga yang
berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan
bakal buah berbentuk hampir segitiga (Alexa, 2013).
Gambar 2.15. Bunga Bawang Bombay (Sumber:Anonim, 2012)
Keterangan gambar: a. Kepala Putik
a.
a.
25
Gambar 2. 16. Berbagai Bentuk dan Pertunasan Umbi Bawang Bombay
(Sumber : Singgih Wibowo, 2007:140)
Keterangan Gambar :
A. Beberapa bentuk umbi bawang bombay.
B. Penampang melintang umbi bawang bombay.
C. Pertumbuhan tunas umbi bawang bombay setelah ditanam 1 minggu, banyaknya tunas sesuai
dengan titik tumbuhnya.
1. Bulat pipih. 2. Lonjong. 3. Bulat gepeng. 4. Bulat. 5. Bulat panjang. 6. Calon umbi utama. 7. Calon
umbi samping. 8. Lapis-lapis pembungkus (umbi lapis). 9. Calon umbi utama dengan tiga titik tumbuh.
10. Calon umbi samping dengan dua titik tumbuh.
3. Varietas Bawang bombay
Di Indonesia bawang ini masih belum cukup populer, maka belum banyak
varietas yang sudah dicoba ditanam di Indonesia dan belum berkembang luas, tidak
seperti bawang merah dan bawang putih.
Dilihat dari sifatnya terhadap lama penyinaran matahari, varietas bawang
bombay dapat dikelompakkan menjadi dua kelompok, yaitu hari pendek dan hari
panjang. Varietas hari pendek cocok untuk ditanam di daerah-daerah tropis seperti
Indonesia. Lama penyinaran matahari yang dibutuhkan relatif tidak panjang, sekitar
26
12 jam per hari. Varietas hari panjang. Artinya, varietas ini dapat tumbuh dan
memberikan hasil yang lebih baik jika cukup lama mendapatkan penyinaran matahari.
Sekitar 14 jam per hari atau lebih. Kelompok ini paling cocok untuk ditanam di
daerah subtropis (Sumber: Wibowo, 2007:146).
Tabel 2.1 Beberapa varietas bawang bombay berdasarkan sifat lama penyinaran
matahari.
Varietas
Beberapa Ciri-Cirinya
Bentuk Umbi Warna Umbi Lain-Lain
HARI PENDEK
a. Yellow Granex - Bulat pippih - Kekuning-kuningan - Aroma/bau sedang
b.Texas Yellow
Grano
- Bulat gasing
- Kekuning-kuningan
agak kecoklatan
- Aroma/bau sedang
c. Red Creole - Bulat pipih - Merah - Aroma/bau tajam
HARI PANJANG
a. Zittauer - Bulat pipih - Kecoklatan -
b.Stuttgarter - Bulat pipih - Kuning tua
- Sulit berbunga,
banyak anakan
c. Rijnsburger - Bulat - Merah kekuningan
- Produksi sangat
tinggi
d.Ebenezer Yellow - Bulat pipih - Kuning tua - Banyak anakan
(Sumber: Wibowo, 2007:146)
Jenis-jenis lain hari pendek yang sudah pernah dicoba di Indonesia dan hasilnya
cukup baik di antaranya Red Creole, Burmuda Yellow, Burmuda White, Early Grano
dan Patna Early. Jenis panjang yang lain yang cukup terkenal di antaranya Globe
Danvers, Yellow Globe, Silver king dan sebagainya. Masih banyak lagi varietas-
varietas bawang bombay yang ada. Di antaranya adalah exel dan White globe yang
termasuk kelompok hari pendek. Lalu Crystal Grano, San Yoaquin dan California
Early Red yang termasuk ke hari sedang, yaitu dengan lama penyinaran sekitar 13
jam per hari. Kemudian varietas Sweet Spanish, Mauntain Danvers, Australian
Brown dan Yellow Flat Dutch, yang merupakan kelompok hari panjang (Wuryanti
dan Murnah, 2009).
27
Beberapa contoh varietas tersebut diantaranya:
a. b. c.
gambar 2.17. Beberapa varietas bawang bombay (Sumber: Wuryanti dan Murnah, 2009)
Keterangan: a. White Burmuda
b. Yellow Globe
c. California Early Red
d. Kandungan Yang Terdapat pada Tanaman Bawang Bombay (Allium cepa L.)
Bawang bombay memiliki karakteristik yaitu kaya akan kandungan thiosulfinat,
sulfida, sulfur oksida dan campuran sulfur lain yang berbau. Casteine sulfur oksida
yang sangat berperan pada rasa bawang dan menghasilkan zat yang membuat pedih di
mata. Thiosilfinates menghasilkan zat anti bakteri. Bawang bombay efektif melawan
banyak bakteri termasuk di antaranya: Bacillus subtilis, Salmonella dan E. coli.
Bawang bombay tidak sekeras bawang putih karena kandungan belerang padanya
kira-kira adalah seperempat daripada bawang putih (Rini, 2013).
Menutut Wuryanti dan Murnah (2009), Bawang bombay mengandung beberapa
komponen aktif, diantaranya:
1. Asam amino: asam glutamat, arginin, lisin dan lain-lain.
2. Mineral, terutama: kalium, fosfor, kalsium, mangan, natrium, belerang serta besi,
seng, tembaga dan selenium dalam jumlah yang kecil.
3. Vitamin: vitamin C, asam folat, vitamin E.
28
4. Minyak esensial: dipropil disulfida, metil metantiosulfinat.
5. Quersetin.
6. Allisin, dengan kadar lebih kecil daripada bawang putih.
Bawang bombay adalah sumber yang sangat kaya frukto-oligosakarida.
Oligomer ini merangsang pertumbuhan bakteri sehat bifido dan menekan
pertumbuhan bakteri berbahaya dalam usus besar. Bawang bombay mengandung
sejumlah sulfida mirip dengan yang ditemukan dalam bawang putih yang dapat
menurunkan lemak darah dan tekana darah. Bawang bombay merupakan sumber
yang akan kaya flavonoid, zat yang dikenal dapat melindungi terhadap penyakit
jantung. Bawang bombay juga mengandung agen anticlotting alam karena mereka
memiliki zat dengan aktivitas fibrinolitik dan dapat menekan penggumpalan
trombosit. Pengaruh anticlotting bawang berkorelasi erat dengan kandungan sulfur
mereka. Sedangkan ekstrak bawang bombay kaya dalam berbagai sulfida,
memberikan perlindungan terhadap pertumbuhan tumor (Rini, 2013:68-69).
C. Tinjauan Umum Bakteri Salmmonella thypi
Salmonella merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dan merupakan
patogen umum bagi manusia. Bakteri ini dikelompokkan ke dalam
enterobacteriaceae.
29
Gambar 2.18. Mikroskopis Kuman Salmonella sp (Sumber: Anonim, 2011
1. Struktur Antigenik
Kelompok enterobacteriacea mempunyai struktur antigenik yang kompleks,
yang diklasifikasikan oleh lebih dari 150 antigen somatik O yang tahan panas
(lilipolisakarida) yang berbeda, lebih dari 100 antigen K (kapsular) yang tidak tahan
panas, dan lebih dari 50 antigen H (flagellar). Pada Salmonella typhi, antigen
kapsular disebut antigen V (Virulen) (Jawatz, dkk, 2005:355).
Struktur antigen dari Salmonella terdiri dari:
a. Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari
unit polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung unsur gula.
Antigen O tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehid.
b. Antigen V merupakan polisakarida yang berada di bagian terluar antigen O dan
melindungi seluruh permukaan sel.
c. Antigen H terletak pada flagella yang terdiri dari protein. Antigen ini dapat
diawetkan dengan pemberian formalin tetapi tidak tahan terhadap panas dan
alkohol.
30
Gambar 2.19. Struktur Antigen (Sumber: Jawetz, dkk, 2005:355)
2. Klasifikasi
Klasifikasi salmonella menjadi bakteri yang sangat kompleks karena bakteri ini
memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri ini. Klasifikasi Salmonella
terbentuk berdasarkan epidemiologi, jenis inang, reaksi biokimia dan struktur antigen
O, H dan Vi. Salmonella dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. thypi, S.
typhimurium dan S. choleraesuis. Nama spesies tunggal S. Choleraesuis dapat
membingungkan karena ada serotipe untuk choleraesuis. Sebagai akibatnya, nama
spesies Salmonella enterica disarankan, dan organisme dalam DNA hibridasi adalah
Salmonella enterica subspesies enteric. Berdasarkan serotipenya diklasifikasikan
menjadi empat serotipe yaitu Salmonella paratyphi A (serotipe group A), Salmonella
paratyphi B (serotipe group B), Salmonella choleraesuis – serotipe C1, dan
Salmonella typhi (serotipe D).
Banyaknya serotipe dari Salmonella, namun hanya Salmonella typhi,
Salmonella cholera dan mungkin Salmonella paratyphi A dan Salmonella paratyphi
B yang menjadikan penyakit infeksi utama pada manusia. Infeksi bakteri ini
bersumber dari manusia, namun kebanyakan salmonella menggunakan binatang
sebagai reservior infeksi pada manusia, seperti babi, hewan pengerat, ternak, kura-
31
kura, burung beo dan lain-lain. Dari beberapa jenis Salmonella tersebut di atas,
infeksi Salmonella thypi merupakan yang tersering (Nengsih, 2013).
3. Salmonella typhi
Persamaan yang umum yang digunakan seperti Salmonella typhi sebenarnya
tidak benar. Taksonomi S. typhi adalah sebagai berikut.
Phylum : Eubacteria
Class : Prateobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : enterobacteriaceae
Genus : salmonella
Spesies : Salmonella enterica
Subspesies : enteric (I)
Serotipe : typhi
(Sumber: Nengsih, 2013)
Karena itu, persamaan yang benar adalah S. enterica subgroup enteric serotip
typhi ataupun sering disingkat dengan S. enteric ser typhi. Namun persamaan
Salmonella typhi telah umum digunakan karena lebih sederhana sehingga persamaan
ini lebih sering digunakan dalam tulisan ini.
4. Morfologi Salmonella typhi
Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dan tidak
membentuk spora serta memiliki kapsul. Bentuk panjangnya bervariasi dan sebagian
besar memiliki peritrichous flagella sehingga bersifat motil. Salmonella tumbuh
cepat dalam media yang sederhana, tetapi tidak pernah memfermentasikan laktosa
atau sukrosa. Salmonella typhi membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan
32
mannosa dan biasanya memproduksi gas H2S. Salmonella tahan hidup dalam air
membeku pada waktu yang lama dan juga tahan terhadap bahan kimia tertentu
(misalnya brilliant green, sodium tetrathionate, sodium deoxycholate) (Jawetz, dkk
2005:364).
Gambar 2.20. Struktur Sel Bakteri Salmonella typhi (Sumber Reza, 2011)
5. Senyawa Anti Mikroba
Senyawa antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Senyawa antimikroba dapat bersifat membunuh
mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
(microbiostatic). Senyawa antimikroba umumnya berupa senyawa kimia yang
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan
mikroba, dengan cara mengganggu metabolisme bakteri tersebut. Kemampuan suatu
bahan antimikroba dalam meniadakan kemampuan hidup mikroorganisme tergantung
pada konsentrasi bahan antimikroba itu.
33
Menurut Pelcaar dan Chan (dalam UI-Press, 2012:452), faktor yang
mempengaruhi kerja antimikroba ada enam, yaitu:
1. Konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial, sel-sel akan mati lebih cepat bila
intensitas radiasinya bertambah besar dan bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.
2. Jumlah mikroorganisme, bila jumlah selnya banyak, maka perlakuan harus
diberikan lebih lama supaya kita cukup yakin bahwa semua sel tersebut mati.
3. Suhu, kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikan keefektifan suatu
disenfektan atau bahan antimikrobial lain.
4. Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap
sarana fisik dan bahan kimia
5. Adanya bahan organik asing dapat menurunkan dengan nyata keefentifan zat
kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut atau
melindungi mikroorganisme dari padanya.
6. Keasaman atau kebasahan (pH), mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan
pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih
singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di dalam lingkungan
basa.
Jawetz dkk, 1996 (dalam Sari, 2006: 16) menyatakan bahwa uji sensitivitas
dilakukan untuk menentukan: potensi zat antimikroba, konsentrasi dalam cairan
tubuh dan kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi tertentu.
Penentuan uji sensitivitas antimikroba dapat dilakukan dengan menggunakan difusi.
34
Gambar 2.21. Zona sensitivitas (sumber: Pelcaar & Chan dalam UI-Press, 2012:502
Pada metode difusi digunakan pada paper disc yang mengandung zat
antimikrobial dalam jumlah tertentu, lalu ditempatkan pada pembenihan padat yang
yang telah ditanami dengan biakan mikroorganisme yang diperiksa. Setelah inkubasi,
garis tengah daerah hambat jernih yang mengelilingi paper disc dianggap sebagai
ukuran kekuatan hambatan zat antimikroba terhadap mikroorganisme yang diperiksa.
D. Pengaruh Ekstrak Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) dan Bawang
Bombay (Allium cepa L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Menurut Rohmanto dkk. (2011), dalam penelitiannya tentang pengaruh ekstrak
metanol daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata var. Laurentii) terhadap
penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pengujian
daya antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan menggunakan
konsentrasi 0% (kontrol negatif), 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%,
dan 100% serta kontrol positif menggunakan antibiotik amphicillin. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol daun Sanseviera trifasciata
dalam beberapa macam konsentrasi berpengaruh terhadap penghambatan
Populasi
mikroba
medium
Zona Hambat
Populasi
mikroba
Medium
35
pertumbuhan S. aureus dan E. coli. Konsentrasi ekstrak daun Sanseviera trifasciata
yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. aureus adalah konsentrasi
80% yang menghasilkan zona hambat 11,62 mm, sedangkan konsentrasi ekstrak daun
Sanseviera trifasciata yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan E. coli
adalah konsentrasi 100% yang menghasilkan zona hambat 13,12 mm.
Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dkk. (2013), yang bertujuan untuk
menguji potensi filtrat daun S. trifasciata terhadap penghambatan pertumbuhan
bakteri S. Aureus dan E. coli. Penelitian dilakukan dengan konsentrasi 50%, 70%,
90%, 100%, aquades (kontrol negatif) dan kloramfenikol 10 mg/ml (kontrol positif).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa filtrat daun S. Trifasciata dengan konsentrasi
70%, 90% dan 100% merupakan konsentrasi paling efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus, sedangkan konsentrasi 100% merupakan konsentrasi
yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Konsentrasi 90%
dan 100% daun Sansevieria trifasciata lebih disarankan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, karena konsentrasi 70% fitrat daun
Sansevieria trifasciata memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi 50%. Konsentrasi 100% fitrat daun Sansevieria trifasciata lebih
disarankan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli karena memiliki
pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan antibiotik Kloramfenikol 10 mg/ml.
Konsentrasi fitrat 100% membentuk zona bening 6,34 ± 2,51 mm pada
Staphylococcus aureus dan 2,0 ± 1,0 mm pada Escherichia coli.
Penelitian juga dilakukan oleh Gitasari (2011), meneliti tentang aktivitas
antibakteri fraksi aktif daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata prain). Hasil
36
pengujian aktivitas bakteri ekstrak kasar pada konsentrasai 1250 ppm, 2500 ppm,
5000 ppm dan 1000 ppm tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri
yang diuji yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Ekstrak kasar
selanjutnya difraksinasi dengan menggunakan metode kloroform: etil asetat (1:6).
Fraksinasi menghasilkan 10 fraksi yang akan dilakukan uji aktivitas antibakteri
dengan konsentrasi 10000 ppm, 20000 ppm, dan 40000 ppm. Diameter yang
dihasilkan pada fraksi 1 untuk bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi
10000 ppm dan 20000 ppm adalah sebesar 7 mm, sedangkan pada konsentrasi 40000
ppm diameter yang terbentuk adalah sebesar 9 mm. Hasil uji untuk bakteri
Escherichia coli dengan fraksi dan konsentrasi yang sama tidak ada terbentuknya
zona bening disekitar cakram. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi teraktif Sansevieria
trifasciata Prain memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri Gram positif
tetapui tidak pada bakteri Gram negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan ekstrak inulin dari bawang
bombay (Allium cepa L.) dengan bakteri Lactobacillus acidophilus dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hartono dkk. (2012), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak inulin
dengan berbagai konsentrasi berpengaruh nyata dalam meningkatkan daya hambat
sinbiotik Lactobacillus acidophilus terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada masa inkubasi 24 jam secara
berturut-turut adalah 2,60 mm, 4,60 mm, 5,80 mm, dan 5,93 mm sedangkan pada
masa inkubasi 48 jam secara berturut-turut adalah 2,13 mm, 3,23 mm, 4,56 mm, dan
37
4,96 mm. Konsentrasi inulin yang paling menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli adalah 10.000 ppm baik itu masa inkubasi 24 dan 48 jam.
Menurut Wuryanti dan Murnah (2009), dalam uji hambat bawang bombay
terhadap antibakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi
cakram. Uji hambat antibakteri dilakukan dengan konsentrasi 40%, 60%, 80% dan
100%. Antibakteri diukur diameter hambatnya dengan satuan cm. Luas zona
hambat bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 40% dengan diameter
hambat 0,35 cm, 60% diameter hambat 0,45 cm, 80% diameter hambat 0,65 cm
dan konsentrasi 100% dengan diameter hambat 0,75 cm.
Menurut Hatijah dkk. (2013), tentang bioaktivitas minyak atsiri umbi lapis
bawang bombay (Allium cepa L.) lokal asal Bima terhadap bakteri Streptococcus
mutans penyebab karies gigi yang bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas minyak
atsiri terhadap Streptococcus mutans. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
berdasarkan tingkat kekeruhannya pada medium Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
terdapat pada konsentrasi 1,25%. Uji daya hambat dilakukan dengan metode difusi
agar menggunakan cup-plate technique dengan empat variasi konsentrasi minyak
atsiri yaitu 2,5%, 5%, 10% dan 20% pada medium Glukosa Nutrient Agar (GNA)
yang diinkubasi selama 2 x 24 jam. Sebagai kontrol positif digunakan antibakteri
yakni Povidone Iodine 1% dan kontrol negatif yaitu Dimetil sulfoksida (DMSO).
Minyak atsiri mengandung senyawa sulfida yang bersifat bakterisida terhadap
Streptococcus mutans dengan zona hambat yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam
dan 48 jam yaitu dengan diameter hambat terbesar 23,75 - 24,65 mm pada
38
konsentrasi 20% dan diameter hambat terkecil 21,90 - 21,95 mm pada konsentrasi
2,5%.
Sedangkan, menurut Sarson dkk. (2009), dalam uji daya hambat ekstrak daun
bawang Bombay (Allium cepa L.) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli
dengan konsentrasi 1000 ppm, 3000 ppm dan 10000 ppm dengan menggunakan
aquades sebagai kontrol negatif dan kloramfenikol sebagai kontrol positif.
Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370
C. Hasil penelitian menunjukkan
semua konsentrasi ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.) tidak memiliki daya
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Penelitian juga dilakukan oleh Musdalifah dkk. (2014), mengenai aktivitas
antimikroba ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.). Penelitian pendahuluan
dilakukan dengan uji skrining menggunakan bakteri uji Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginos, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermis, Streptococcus mutans dan Candida albicans terhadap ekstrak etanol 70%.
Hasil yang di peroleh menunjukkan bahwa ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.)
memiliki aktivitas terhadap bakteri uji Pseudomonas aeruginos, Escherichia coli dan
Salmonella typhi. Untuk mengetahui senyawa yang memberikan aktivitas
antimikroba dilakukan uji KLT-Bioautografi. Diperoleh hasil terbaik dengan
menggunakan cairan pengelusi n-heksan : etila setat (4:1). Hasil KLT - Bioautografi
tersebut menunjukkan beberapa bercak, yaitu nilai Rf 0,98; 0,92; 0,6; 0,58; 0,54; 0,4;
0,32; 0, 22; 0,16; 0,1 dan 0,08. Bercak pada setiap nilai Rf memberikan efek pada
39
bakteri tertentu. Hasilnya identifikasi komponen kimia menunjukkan kandungan
steroid, flavanoid, dan fenol.
E. Pengajaran di Sekolah Menengah Atas
Hasil penelitian yang berjudul perbandingan ekstrak lidah mertua (Sansevieria
trifasciata) dan bawang bombay (Allium cepa L.) sebagai antibiotik dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dan kaitannya terhapap
pengajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 pada pelajaran biologi di kelas X
tahun ajaran 2014/2015 dengan menggunakan pengajaran cooperative tipe metode
STAD (Student Team Achievement Division).
Pada masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangan karena
ketepatan menggunakan suatu metode tergantung pada materi pelajaran, fasilitas
sekolah, kemampuan guru dan kemampuan siswa. Seorang guru perlu mengetahui
dan menguasai sifat-sifat suatu metode sehingga dapat menggabungkan dengan
beberapa metode dan secara langsung mencapai beberapa tujuan pengajaran yang
dirumuskan.
1. Pengajaran Cooperative Tipe Model STAD (Student Team Achievement
Division)
Pada tahap belajar mengajar terdapat bermacam-macam model pengajaran yang
mana antara satu dengan yang lainnya mempunyai model mana yang paling tepat
untuk menampaikan materi pelajaran sehubungan dengan hal tersebut pengajaran
40
hasil penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Palembang dengan menggunakan
pengajaran cooperative tipe model STAD (Student Team Achievement Division).
Model mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan
pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan
mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut adalah
murid/ siswa, dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima,
menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara
mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif
mungkin. Dari uraian diatas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi
belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa
yang tidak baik pula.
2. Pengertian Pengajaran Cooperative Tipe Model STAD (Student Team
Achievement Division)
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam
tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis
mereka tidak boleh saling membantu (Ahsan, 2012).
41
Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa
untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan
informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal
atau teks (Ahsan, 2012).
Dengan menggunakan pengajaran cooperative tipe model STAD siswa
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan
identifikasi zat-zat yang mengatur sesuatu, proses bekerja sesuatu, proses membuat
sesuatu, komponen-komponen yang membentuk sesuatu dan untuk mengetahui atau
melihat kebenaran sesuatu (Ahsan, 2012).
Penggunaan pengajaran cooperative tipe model STAD sangat menunjang
proses interaksi mengajar belajar dikelas. Keuntungan yang diperoleh ialah dengan
menggunakan pengajaran cooperative tipe model STAD adalah dapat membuat siswa
dirangsang untuk aktif, proses pengajaran lebih menarik, muda dipahami, dan
membuat pelajaran menjadi lebih jelas (Ahsan, 2012).
DAFTAR RUJUKAN
42
Ahsan, Arfiyadi. 2012. Model Pembelajaran. (Online). (http://modelpembelajaran
kooperatif.blogspot.com/2012/08/student-team-achievement-division-stad_37
21.html, diakses tanggal 24 Desember 2014).
Alexa. 2013. Morfologi Bawang Bombay. (Onlone). (http://mencarikanmanfaat
.blogspot.com/2013/05/ciri-ciri-tanaman-bawang-merah.html, diakses pada
tanggal 26 Desember 2014).
Anonim. 2011. Budidaya Bawang Bombay. (Online). (http://www.budidarma.
com/2011/10/budidaya-bawang-bombay.html, diakses pada tanggal 18
Desember 2014).
Anonim. 2011. Sansevieria (Lidah Mertua). (Online). (http://www.scribd.com/
doc/79299552/lidah-mertua#scribd, diakses pada tanggal 24 Desember 2014).
Gitasari, Yanditya Dwastu. 2011. Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata Prain. (Online). (http://repository.ipb.ac.id
/handle/123456789/47572, diakses pada tanggal 04 Februari 2015).
Hartono. dkk. 2012. Daya Hambat Simbiotik Eklstrak Inulin Bawang Bombay
(Allium cepa l.) Dengan Bakteri Lactobacillus acidophilus Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. (Online). (httpdigilib.unm.ac.
iddownload.phpid=178, diakses pada tanggal 04 Februari 2015).
Hatijah. St. dkk. 2013. Bioaktivitas Minyak Atsirih Umbi Lapis Bawang Bombay
(Allium cepa L.) Lokasi Asal Bioma Terhadap Bakteri Streptococcus mutans
Penyebab Karies Gigi. (Online). (httpwww.google.comurlsa=t&rct=j&q=&esrc
=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCoQFjAC&url=http%3A
%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle
%2F123456789%2F6151%2FJURNAL%2520SKRIPSI%, diakses pada
tanggal 04 Februari 2015).
43
Nengsih, Wahyu. 2013. Persamaan Klasifikasi Salmonella sp. (Onlone).
(http://jtptunimus-gdl-wahyunengs-5324-2bab2.httpdigilib.unimus.ac.iddownlo
ad.phpid=4580, diakses pada tanggal 27 Desember 2014).
Nurjamillah, Iin. Dkk. 2011. Sansevieria Tanaman Hias Sejuta Manfaat. (Online).
(https://www.scribd.com/doc/102368023/MAKALAH-sansievera-baru, diakses
pada tanggal 22 Oktober 2014).
Mardiana, A.D. dkk. 2013. Potensi Filtrat Daun Sansevieria Trifasciata Terhadap
Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. (Online). (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio, deiakses pada
tanggal 04 Februari 2015).
Musdalifah. dkk. 2014. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bawang Bombay (Allium
cepa l.) Secara KLT - Bioautografi. (Online). (httpswww.academia.edu
9306788JURNAL_M._Pen, diakses pada tanggal 04 Februari 2015).
Pelcaar, Michael J. & E. C. S. Chan. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI-
Press.
Pundi. 2010. Sansevieria, penyerap Bau Nan Cantik. (Online). (http://pundicahaya.
wordpress.com/tag/lidah-mertua/, diakses pada tanggal 26 Desember 2014)
Rini, Puspita. 2013. Keajaiban Bawang Berlian Ampuh Sembuhkan Berbagai
Penyakit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rohmanto, Kholil dkk. 2011. Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Sanseviera
(Sansevieria trifasciata var. Laurentii) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro. (Online).
(http://www.artikelEDE670724BEFF51FCE1791A42A683BC6, diakses pada
Tanggal 22 November 2014).
44
Roura. 2011. Syarat Tumbuh Tanaman Sansevieria. (Online). (http://aeiroura.
blogspot.com/2011/11/cara-perkembangbiakansansevieria.html, diakses pada
tanggal 26 Desember 2014).
Sarson, Moh. Rizki R. dkk. 2009. Uji Daya Hambat Ekstrak Bawang Bombay
(Allium cepa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. (Online).
(httpwww.google.comurlsa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja
&uact=8&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D146452%26val
%3D1008%26title%3Duj, diakses pada tanggal 04 Februari 2015).
Slamet. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tono. 2013. Kandungan Zat dan Manfaat Pada Tanaman Bawang Bombay. (Online).
(http://www.tonocatering.com/front/index.php/artikel-kesehatan/152-khasiat-
bawang-bombay-bagi=kesehatan-kita, diakses pada tanggal 26 Desember
2014).
Wibowo, Singgih. 2007. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang
Bombay. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Wuryanti dan Murnah. 2009. Uji Ekstrak Bawang Bombay Terhadap antibakteri
Gram Negatif Pseudomonas aeruginosa Dengan Metode Difusi Cakram.
(Online). (httpwww.google.comurlsa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
8&cad=rja&uact=8&ved=0CEsQFjAH&url=http%3A%2F
%2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fsm%2Farticle%2FviewFile
%2F3280%2F2944&ei=lljMVP3W, diakses pada tanggal 04 Februari 2015).

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...Maedy Ripani
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeMaedy Ripani
 
Klasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanKlasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanmohtheaeng
 
Tumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasaTumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasaLieya Rayyan
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophyta
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophytaLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophyta
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophytaMaedy Ripani
 
tanaman bunga hias
tanaman bunga hiastanaman bunga hias
tanaman bunga hiasTita Rosita
 
Tumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasaTumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasaLieya Rayyan
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidaeMaedy Ripani
 
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Makalah morfotum alat perkembangbiakan bunga
Makalah morfotum alat perkembangbiakan bungaMakalah morfotum alat perkembangbiakan bunga
Makalah morfotum alat perkembangbiakan bungaFirlita Nurul Kharisma
 
Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi
Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi
Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi salsabilaraaz
 
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Plantae kelas X
Plantae kelas XPlantae kelas X
Plantae kelas Xmilaram
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 

What's hot (20)

Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 3 sub classis hamamelidae dan caryop...
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
 
Angiospermae
AngiospermaeAngiospermae
Angiospermae
 
Elaeis guineensis
Elaeis guineensisElaeis guineensis
Elaeis guineensis
 
Klasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanKlasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhan
 
Tumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasaTumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasa
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophyta
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophytaLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophyta
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 1 divisio pinophyta
 
Subclass Dialypetalae
Subclass DialypetalaeSubclass Dialypetalae
Subclass Dialypetalae
 
tanaman bunga hias
tanaman bunga hiastanaman bunga hias
tanaman bunga hias
 
Subclass dialypetalae
Subclass dialypetalaeSubclass dialypetalae
Subclass dialypetalae
 
Tumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasaTumbuhan ajaib yang luar biasa
Tumbuhan ajaib yang luar biasa
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 4 sub classis dilleniidae
 
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
 
Botani 2 Daun Tunggal
Botani 2 Daun TunggalBotani 2 Daun Tunggal
Botani 2 Daun Tunggal
 
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
 
Makalah morfotum alat perkembangbiakan bunga
Makalah morfotum alat perkembangbiakan bungaMakalah morfotum alat perkembangbiakan bunga
Makalah morfotum alat perkembangbiakan bunga
 
Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi
Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi
Tanaman Dikotil dan Monokotil - Biologi
 
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 8  akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 8 akar dan modifikasinya (morfologi tumbuhan)
 
Plantae kelas X
Plantae kelas XPlantae kelas X
Plantae kelas X
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
 

Viewers also liked

ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...Hanifah Nurhayati
 
Silabus prakarya pengolahan
Silabus prakarya pengolahanSilabus prakarya pengolahan
Silabus prakarya pengolahanbayu hidayah
 
4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikan
4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikan4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikan
4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikanpendidikan
 
Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 Prakarya
Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 PrakaryaBuku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 Prakarya
Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 PrakaryaDafin Kanaf
 
Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013Randy Ikas
 
IIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with Answers
IIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with AnswersIIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with Answers
IIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with AnswersWalnut Knowledge Solutions
 

Viewers also liked (7)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
 
Silabus prakarya pengolahan
Silabus prakarya pengolahanSilabus prakarya pengolahan
Silabus prakarya pengolahan
 
4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikan
4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikan4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikan
4.silabus prakarya pengolahan smp kls 7 .terbaru- pendidikan
 
Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 Prakarya
Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 PrakaryaBuku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 Prakarya
Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 7 Prakarya
 
Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Prakarya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
 
IIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with Answers
IIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with AnswersIIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with Answers
IIT - Bombay - Open General Quiz 2.0 - Preliminary Round with Answers
 

Similar to Bab II

Similar to Bab II (20)

Makalah ornamental plants
Makalah ornamental plantsMakalah ornamental plants
Makalah ornamental plants
 
Morf anggrek
Morf anggrekMorf anggrek
Morf anggrek
 
Biologi - 3 Tumbuhan
Biologi - 3 TumbuhanBiologi - 3 Tumbuhan
Biologi - 3 Tumbuhan
 
Tumbuhan biji
Tumbuhan bijiTumbuhan biji
Tumbuhan biji
 
Taksonomi tumbuhan persentasi kelompok 2
Taksonomi tumbuhan persentasi kelompok 2Taksonomi tumbuhan persentasi kelompok 2
Taksonomi tumbuhan persentasi kelompok 2
 
Morfologi BUNGA MAJEMUK(BY DELA NAVARIN).pptx
Morfologi BUNGA MAJEMUK(BY DELA NAVARIN).pptxMorfologi BUNGA MAJEMUK(BY DELA NAVARIN).pptx
Morfologi BUNGA MAJEMUK(BY DELA NAVARIN).pptx
 
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
 
Keanekaragaman flora
Keanekaragaman floraKeanekaragaman flora
Keanekaragaman flora
 
Tanaman Hias Sansevieria
Tanaman Hias Sansevieria Tanaman Hias Sansevieria
Tanaman Hias Sansevieria
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisPPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
 
KLASIFIKASI MENURUT RH.WHITTAKER
KLASIFIKASI MENURUT RH.WHITTAKERKLASIFIKASI MENURUT RH.WHITTAKER
KLASIFIKASI MENURUT RH.WHITTAKER
 
Pengertian bunga sedap malam
Pengertian bunga sedap malamPengertian bunga sedap malam
Pengertian bunga sedap malam
 
Pengertian bunga sedap malam
Pengertian bunga sedap malamPengertian bunga sedap malam
Pengertian bunga sedap malam
 
Filicinae
FilicinaeFilicinae
Filicinae
 
P.1 & 2 PENDAHULUAN BOTANI FARMASI.pptx
P.1 & 2 PENDAHULUAN BOTANI FARMASI.pptxP.1 & 2 PENDAHULUAN BOTANI FARMASI.pptx
P.1 & 2 PENDAHULUAN BOTANI FARMASI.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Angiosperm, Monocotyl, Dicotyl.pptx
Angiosperm, Monocotyl, Dicotyl.pptxAngiosperm, Monocotyl, Dicotyl.pptx
Angiosperm, Monocotyl, Dicotyl.pptx
 
Pembahasan legume
Pembahasan legumePembahasan legume
Pembahasan legume
 
Photo gulma
Photo gulmaPhoto gulma
Photo gulma
 
Morfologi tumbuhan pepaya
Morfologi tumbuhan pepayaMorfologi tumbuhan pepaya
Morfologi tumbuhan pepaya
 

Recently uploaded

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Bab II

  • 1. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tananman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) 1. Daerah Asal dan penyebaran Tanaman Lidah Mertua Sansevieria merupakan tumbuhan yang tumbuh menahun (perennial). Sebagian besar jenis sansevieria berasal dari benua afrika yang daerahnya merupakan gurun. Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, sansevieria ini telah ada sejak puluhan tahun lalu. Pada awalnya, sansevieria yang dikenal secara luas adalah jenis Ceylon bowstring hemp (Sansevieria trifasciata Lorentii meinliebling) yang banyak menghasilkan serat rami. Mengingat kualitas serat yang baik, maka tumbuhan ini dibudidayakan. Meskipun asalnya dari Benua Afrika tropis, namun sekarang khususnya di Indonesia banyak ditemukan di dataran tanah 1 – 1000 meter diatas permukaan Laut (Anonim, 2011). Sansevieria mempunyai banyak nama. "Lidah mertua (mother-in law tongue)" merupakan julukan yang kerap diberikan pada tanaman tak berdahan ini. Ada juga yang menamainya "tanaman pedang-pedangan" karena bentuk daunnya yang runcing menyerupai pedang. Beberapa yang lain menyebutnya "tanaman ular" (snake plant) karena pada beberapa jenis coraknya menyerupai sisik ular. Pada zaman dulu, daun sansevieria sudah dimanfaatkan sebagai penghasil serat, yakni untuk membuat tali anyam, jangkar kapal dan kain. Sejak abad ke-19, sekitar tahun 1920-an sansevieria sudah menjadi komoditas dagang di Amerika, terutama di Florida. Di sana sansevieria populer sebagai indoor plant. Sekitar tahun9
  • 2. 10 1930-1n, tanaman sansevieria menyebar luar ke banua Eropa. Bentuk dan corak daunnya yang indah dan sangat beragam mampu memikat hati para penggemar tanaman hias ini. Para ahli biologi menjuluki tanaman sansevieria sebagai tanaman perintis karena mampu hidup di tempat yang tidak bisa di tumbuhi tanamn lain. Julukan- julukan lainnya adalah century plant, lucky plant, the devil luck, judas sward dan african's devil. Nama sansevieria merupakan bahasa latin untuk genus yang terdiri dari beragam spesies. Dalam ilmu taksonomi yang membagi makhluk hidup ke dalam lima kerajaan (Kingdom), tanaman sansevieria diklasifikasikan ke dalam famili Agavaceae (century plant) yang umumnya mempunyai daun berdaging tebal dan banyak mengandung air (Anonim, 2011). Dalam ilmu taksonomi yang membagi makhluk hidup ke dalam lima kerajaan (Kingdom), tanaman sansevieria diklasifikasikan ke dalam famili Agavaceae (century plant) yang umumnya mempunyai daun berdaging tebal dan banyak mengandung air. Berikut adalah klasifikasi tanaman lidah mertua: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpemuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Class : Liliopsida (Monokotil/berkeping satu) Subclass : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Agavaceae Genus : Sansevieria Spesies : Sansevieria trifasciata (Anonim , 2011) 2. Morfologi Tanaman Lidah Mertua
  • 3. 11 a. Akar Lazimnya tumbuhan berbiji tunggal (monokotil), akar sansevieria berbentuk serabut. Akar berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar ke segala arah di dalam tanah. Gambar 2.1. Sansevieria trifasciata (Sumber: Pribadi, 2015) Keterangan gambar: a. Akar b. Rimpang (Rhizoma) Selain terdapat akar, terdapat organ yang menyerupai batang, organ ini disebut sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari makanan hasil fotosintesis. Rimpang juga berperan dalam perkembang biakan. Rimpang menjalar di bawah tanah dan kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh memanjang. Gambar 2.2. Sansevieria trifasciata (Sumber: Pribadi, 2015) Keterangan gambar : a. Rimpang c. Daun a. a.
  • 4. 12 Tanaman sansevieria dikenal dari bentuk daun yang tebal dan banyak mengandung air sehingga membuat sansevieria tahan terhadap kekeringan karena proses penguapan air dan laju transpirasi. Daun tumbuh di sekeliling batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun panjang dan meruncing pada bagian ujungnya. Tulang daun sejajar. Pada beberapa jenis tanaman terkadang terdapat duri. Gambar 2.3. Sansevieria trifasciata (Sumber: Pribadi, 2015) Keterangan gambar: a. Daun d. Bunga Bunga sansevieria terdapat dalam malai yang tumbuh tegak dari pangkal batang dan termasuk bunga berumah dua, putik dan serbuk sari tidak berada dalam satu kuntum bunga. Bunga yang memiliki putik disebut bunga betina, sedangkan yang memiliki serbuk sari disebut bunga jantan. Bunga ini mengeluarkan aroma wangi, terutama pada malam hari. Gambar 2.4. Sansevieria trifasciata (Sumber: Indah, 2014) Keterangan gambar: a. Bunga e. Biji a. a.
  • 5. 13 Biji dihasilkan dari pembuahan serbuk sari pada kepala putik yang berperan penting dalam perkembangbiakan tanaman. Biji sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya yang bagian terluar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Di sebelah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan bakal calon tanaman (Nurjamilah. dkk, 2011). Gambar 2.5. Sansevieria trifasciata (Sumber: Dika, 2013) Keterangan gambar: a. Benang sari 3. Varietas Sansevieria trifasciata Jenis ini sering disebut sebagai tanaman ular. Trifasciata ini memiliki daun lebih tebal dan keras, ujung daunnya meruncing, tapi tidak berduri, dan dengan keindahan warna daunnya kelabu berbelang-belang hijau tua yang diserikan dengan jalur kuning muda pada keseluruhan tepi daun. Pada malam hari biasanya meluarkan aroma harum. Gambar 2.6. Sanseviera Trifasciata (sumber: Rian, 2011) Jenis trifasciata yang telah di silang menghasilkan varietas baru, antara lain:
  • 6. 14 a. Sansevieria trifasciata golden hanii bentuknya hampir sama dengan hahnii, bedaannya ada pada warna daun yang hijau muda dengan kombinasi warna kuning emas, dan berbentuk pita pada bagian tepi daun. Gambar 2.7. Sanseviera trifasciata golden hahnii (sumber: Rian, 2011) b. Sansevieria trifasciata lorentii Daunnya rata dan tumbuh tegak dengan tinggi 40 cm – 100 cm. Pinggir daun berwarna kuning dan tampak tegas, sedang dibagian tengahnya ada warna kuning yang menyebar tidak beraturan. Jumlah daunnya bisa mencapai lebih dari 10 helai dan pertumbuhannya paling cepat dibandingkan dengan jenis lainnya. Gambar 2.8. Sanseviera trifasciata lorentii (sumber: Diki. 2013) c. Sansevieria trifasciata bantel’s atau white Sansevieria
  • 7. 15 Daunnya tumbuh merapat dan tegak lurus. Antara helai daun saling bertumpuk simitris dengan warna dasar putih, bercorak hijau dan tepi daun warna hijaunya lebih tegas. Pertumbuhannya paling lambat dibandingkan dengan jenis lain. Gambar 2.9. Sanseviera trifasciata bantel’s atau white Sanseviera (Sumber: Diki, 2013) d. Sansevieria trifasciata future Cirinya mirip dengan lorentii, tapi daunnya lebih lebar dan lebih pendek. Corak warna daunnya juga lebih jelas. Selain itu, bentuknya menyerupai kelopak bunga mawar. Gambar 2.10. Sanseviera trifasciata future (sumber: Diki, 2011) e. Sansevieria trifasciata prain Adalah spesies yang mempunyai daun panjang dan tajam, tebal dan keras. Warnanya kelabu berbelang-belang hijau tua. Pertumbuhan yang subur akan menyebabkan bentuk daunya yang berpintal-pintal (Pundi, 2010).
  • 8. 16 Gambar 2.11. Sanseviera trifasciata Prain (sumber: Diki, 2013) 4. Kandungan Yang terdapat pada Tananam Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) Daun dan rimpang sanseviera mengandung: a. Saponin Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan yang memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter, memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan banyak digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin. Saponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin yang memiliki efek anti jamur. Saponin steroid diekskresikan setelah
  • 9. 17 konjugasi dengan asam glukoronida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintesis dari obat kortikosteroid. Contoh senyawa saponin steroid diantaranya adalah: Asparagosides (Asparagus officinalis), Avenocosides (Avena sativa), Disogenin (Dioscorea floribunda dan Trigonella foenum graceum). Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin yang merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipesaponin ini adalah turunan β-amyirine. Contoh senyawa triterpen steroid adalah : Asiaticoside (Centella asiatica), Bacoside (Bacopa monneira), Cyclamin (Cyclamen persicum). b. Polifenol Polifenol (polyphenol) merupakan senyawa kimia yang terkandung di dalam tumbuhan dan bersifat antioksidan kuat yang alami, dan terdapat di dalam sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan minuman (seperti teh, kopi, cokelat dan anggur merah/red wine). Polifenol umumnya banyak terkandung dalam kulit buah, sehingga ada benarnya kalau kita dihimbau untuk mengkonsumsi apel dan bit beserta kulitnya. Polifenol berperan melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dengan cara mengikat radikal bebas sehingga mencegah proses inflamasi dan
  • 10. 18 peradangan pada sel tubuh dan juga bermanfaat dalam menurunkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan kanker. Senyawa polifenol terdiri dari beberapa subkelas yakni, flavonol, isoflavon (dalam kedelai), flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan dan umumnya ditemukan dalam teh dan apel. Dua unsur terakhir merupakan antioksidan kuat, dengan kekuatan 4 - 5 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E yang dikenal sebagai antioksidan potensial. Jenis polifenol lain adalah tanin (terkandung dalam teh dan cokelat), yang sedang hangat diperbincangkan di dunia kesehatan. Semua jenis teh mengandung polifenol dalam bentuk epigallocatechin gallate (EGCG). Kandungan EGCG ini yang melambungkan nama teh sebagai minuman anti kanker dan pencegah serangan jantung. c. Pregnane glikosid Tanaman ini mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang mampu mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Oleh karena itu, Sansevieria sangat bagus diletakkan didalam ruangan, baik dirumah maupun dikantor-kantor, maupun dijadikan penghias taman dijalan-jalan yang lalu lintasnya padat sebagai antipolutan (air freshener) (Nurjamilah. dkk, 2011). 5. Manfaat Tanaman Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) Dahulu serat tanaman yang popular adalah lidah mertua yang dapat ditenun menjadi pakaian, alat musik, atau bahan baku kertas. Kini Sansevieria dikenal sebagai tanaman hias, antiseptik, antikanker, dan yang terbaru antipolutan.
  • 11. 19 a. Sanseviera sebagai bahan baku industri tekstil Bahan Serat Sanseviera Salah satu nama sanseviera adalah “bowst hemp” yang berarti serat yang digunakan untuk mengikat. Hal ini beralasan, karena serat daunnya panjang, mengkilap, kuat, elastic, dan tidak merapuh meskipun terkena air. Karena keunggulan sifat-sifat inilah serat daun sanseviera digunakan sebagai bahan baku pakaian. Beberapa Negara seperti Cina dan Selandia Baru membudidayakan sanseviera sebagai bahan baku pada industri tekstil. Jenis yang biasa ditanam untuk keperluan ini diantaranya S. cylindrical ‘aethiopica’, S. kirkii ‘perinii’, Sanseviera trifasciata ‘lorentii mein liebling’, dan S. zaeylanica. b. Sanseviera sebagai tanaman obat Di Afrika, sanseviera telah lama digunakan sebagai penawar racun akibat gigitan ular dan serangga. Di beberapa daerah di Asia, getah tumbuhan ini digunakan sebagai cairan antiseptik dan daunnya digunakan untuk membalut luka pada tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Dari penelitian sebelumnya, terungkap kandungan asam metal glukoronat, saponin, dan abamagenin dalam tanaman Sansevieria. Itu menjadi bukti yang dapat membenarkan pemanfaatan daun Sansevieria sebagai obat diabetes, penutup luka, antiseptik, serta sebagai obat wasir, cacar, cacing, sampai penyakit mata dan telinga, dan juga sebagai bahan minuman penyegar tubuh.
  • 12. 20 Penemuan lain dari berbagai negara mengungkap khasiat beberapa spesies Sansevieria sebagai anti malaria, anticendawan, antikolesterol, sampai antikanker. Sementara di Afrika, Sansevieria dimanfaatkan getahnya sebagai anti racun ular dan serangga. c. Sanseviera sebagai antipolutan Di dalam tiap helai daun sanseviera terdapat senyawa aktif pregnane glycoside, yaitu zat yang mampu menguraikan zat beracun menjadi senyawa asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Beberapa senyawa beracun yang bisa diuraikan diantaranya kloroform, benzene, xilen, formaldehid, dan trikloroetilen. Kloroform adalah senyawa beracun yang menyerang system saraf manuasia, jantung, hati, paru- paru, dan ginjal, melalui system pernapasan dan sirkulasi darah. Kemampuan sanseviera dalam menyerap racun membuatnya akrab dalam penghijauan lingkungan.Sansevieria sebagai penyerap racun asap buangan kendaraan dari knalpot, sebagai tanaman hias indoor, sanseviera bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan penggunaan AC. Satu tanaman S. trifasciata ‘lorentii’ dewasa berdaun 4 - 5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruaangan seluas 20 m2 dan sansevieria dapat diletakkan di dapur sehingga dapat menyegarkan udara dengan menyerap gas karbondioksida dan monoksida sisa pembakaran dari kompor.
  • 13. 21 Hasil penelitian Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) selama 25 tahun membuktikan sansevieria mampu menyerap 107 unsur yang terkandung dalam polusi udara, termasuk di antaranya nikotin dari tembakau, karbonmonoksida, sampai dioksin (zat beracun hasil pembakaran plastik atau naftalena). d. Sanseviera sebagai tanaman hias Sansevieria dapat berfungsi sebagai penghias taman, baik tanaman outdoor dilahan terbuka ataupun tanaman indoor yang berupa rangkaian. Sebagai tanaman hias, pesona sanseviera terletak pada corak dan warna daun yang khas dan kenisnya pun ikut beragam. Sanseviera telah lama digunakan sebagai tanaman hias dalam ruangan (indoor plants) dan di luar ruangan (outdoor plants). Tanaman Sansevieria mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi yang digemari oleh masyarakat Indonesia maupun mancanegara, seperti Belanda, Singapura, Korea, Jepang dll (Nurjamilah.dkk, 2011). B. Tinjauan Umun Tanaman Bawang Bombay (Allium cepa L.) 1. Daerah Asal dan Penyebaran Tanaman Bawang Bombay Bawang bombay adalah jenis bawang yang paling banyak dan luas dibudidayakan dalam genus Allium. Bawang bimbay biasa digunakan dalam masakan makanan di Indonesia, tidak hanya digunakan sebagai hiasan tapi juga bagian dari masakan karena bentuknya yang besar dan tebal dagingnya.
  • 14. 22 Istilah bawang bombay berasal ketika komoditas ini pertama kali dibawa oleh pedagang-pedagang dari kota Bombay (sekarang disebut Mumbay), India ke Indonesia. Bawang bombay (Allium ceva L.) termasuk herba biennial (tanaman dua musim) yang dibudidayakan sebagai tanaman annual (semusim), kecuali untuk produksi benih (Rini, 2013:66). Nama umum: Indinesia : Bawang bombay Inggris : Onion, brown onion Vietnam : Cu hanh tay Thailand : Hom farang Pilipina : Sibuyas Cina : Yang cong, yuan cong, cong tou Jepang : Tama negi Adapun menurut Rini (2013: 8), kedudukan tanaman bawang bombai dalam taksonomi tumbuhan klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (monokotil/berkeping satu) Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan) Genus : Allium Spesies : Allium cepa L. 2. Morfologi Tanaman Bawang Bombay a. Akar Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar pada kedalaman antara 15 - 30 cm di dalam tanah.
  • 15. 23 Gambar 2.12. Bawang Bombay (Sumber: Anonim, 2011) Keterangan gambar: a. Akar b. Batang Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus berbentuk batang semu dari pelepah-pelepah daun yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinnya menjadi umbi lapis (bulbus). Di antara kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa. Gambar 2.13. Bawang Bombay (Sumber: Anonim, 2012) Keterangan gambar: a. Batang c. Daun a. a.
  • 16. 24 Bentuknya seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 - 70 cm, berlobang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hujau tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Gambar 2.14. Bawang Bombay (Sumber: Anonim, 2012) Keterangan gambar: a. Daun d. Bunga Tangkai daun keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30–90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah membentuk payung yang terdiri terdiri atas 5 - 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Alexa, 2013). Gambar 2.15. Bunga Bawang Bombay (Sumber:Anonim, 2012) Keterangan gambar: a. Kepala Putik a. a.
  • 17. 25 Gambar 2. 16. Berbagai Bentuk dan Pertunasan Umbi Bawang Bombay (Sumber : Singgih Wibowo, 2007:140) Keterangan Gambar : A. Beberapa bentuk umbi bawang bombay. B. Penampang melintang umbi bawang bombay. C. Pertumbuhan tunas umbi bawang bombay setelah ditanam 1 minggu, banyaknya tunas sesuai dengan titik tumbuhnya. 1. Bulat pipih. 2. Lonjong. 3. Bulat gepeng. 4. Bulat. 5. Bulat panjang. 6. Calon umbi utama. 7. Calon umbi samping. 8. Lapis-lapis pembungkus (umbi lapis). 9. Calon umbi utama dengan tiga titik tumbuh. 10. Calon umbi samping dengan dua titik tumbuh. 3. Varietas Bawang bombay Di Indonesia bawang ini masih belum cukup populer, maka belum banyak varietas yang sudah dicoba ditanam di Indonesia dan belum berkembang luas, tidak seperti bawang merah dan bawang putih. Dilihat dari sifatnya terhadap lama penyinaran matahari, varietas bawang bombay dapat dikelompakkan menjadi dua kelompok, yaitu hari pendek dan hari panjang. Varietas hari pendek cocok untuk ditanam di daerah-daerah tropis seperti Indonesia. Lama penyinaran matahari yang dibutuhkan relatif tidak panjang, sekitar
  • 18. 26 12 jam per hari. Varietas hari panjang. Artinya, varietas ini dapat tumbuh dan memberikan hasil yang lebih baik jika cukup lama mendapatkan penyinaran matahari. Sekitar 14 jam per hari atau lebih. Kelompok ini paling cocok untuk ditanam di daerah subtropis (Sumber: Wibowo, 2007:146). Tabel 2.1 Beberapa varietas bawang bombay berdasarkan sifat lama penyinaran matahari. Varietas Beberapa Ciri-Cirinya Bentuk Umbi Warna Umbi Lain-Lain HARI PENDEK a. Yellow Granex - Bulat pippih - Kekuning-kuningan - Aroma/bau sedang b.Texas Yellow Grano - Bulat gasing - Kekuning-kuningan agak kecoklatan - Aroma/bau sedang c. Red Creole - Bulat pipih - Merah - Aroma/bau tajam HARI PANJANG a. Zittauer - Bulat pipih - Kecoklatan - b.Stuttgarter - Bulat pipih - Kuning tua - Sulit berbunga, banyak anakan c. Rijnsburger - Bulat - Merah kekuningan - Produksi sangat tinggi d.Ebenezer Yellow - Bulat pipih - Kuning tua - Banyak anakan (Sumber: Wibowo, 2007:146) Jenis-jenis lain hari pendek yang sudah pernah dicoba di Indonesia dan hasilnya cukup baik di antaranya Red Creole, Burmuda Yellow, Burmuda White, Early Grano dan Patna Early. Jenis panjang yang lain yang cukup terkenal di antaranya Globe Danvers, Yellow Globe, Silver king dan sebagainya. Masih banyak lagi varietas- varietas bawang bombay yang ada. Di antaranya adalah exel dan White globe yang termasuk kelompok hari pendek. Lalu Crystal Grano, San Yoaquin dan California Early Red yang termasuk ke hari sedang, yaitu dengan lama penyinaran sekitar 13 jam per hari. Kemudian varietas Sweet Spanish, Mauntain Danvers, Australian Brown dan Yellow Flat Dutch, yang merupakan kelompok hari panjang (Wuryanti dan Murnah, 2009).
  • 19. 27 Beberapa contoh varietas tersebut diantaranya: a. b. c. gambar 2.17. Beberapa varietas bawang bombay (Sumber: Wuryanti dan Murnah, 2009) Keterangan: a. White Burmuda b. Yellow Globe c. California Early Red d. Kandungan Yang Terdapat pada Tanaman Bawang Bombay (Allium cepa L.) Bawang bombay memiliki karakteristik yaitu kaya akan kandungan thiosulfinat, sulfida, sulfur oksida dan campuran sulfur lain yang berbau. Casteine sulfur oksida yang sangat berperan pada rasa bawang dan menghasilkan zat yang membuat pedih di mata. Thiosilfinates menghasilkan zat anti bakteri. Bawang bombay efektif melawan banyak bakteri termasuk di antaranya: Bacillus subtilis, Salmonella dan E. coli. Bawang bombay tidak sekeras bawang putih karena kandungan belerang padanya kira-kira adalah seperempat daripada bawang putih (Rini, 2013). Menutut Wuryanti dan Murnah (2009), Bawang bombay mengandung beberapa komponen aktif, diantaranya: 1. Asam amino: asam glutamat, arginin, lisin dan lain-lain. 2. Mineral, terutama: kalium, fosfor, kalsium, mangan, natrium, belerang serta besi, seng, tembaga dan selenium dalam jumlah yang kecil. 3. Vitamin: vitamin C, asam folat, vitamin E.
  • 20. 28 4. Minyak esensial: dipropil disulfida, metil metantiosulfinat. 5. Quersetin. 6. Allisin, dengan kadar lebih kecil daripada bawang putih. Bawang bombay adalah sumber yang sangat kaya frukto-oligosakarida. Oligomer ini merangsang pertumbuhan bakteri sehat bifido dan menekan pertumbuhan bakteri berbahaya dalam usus besar. Bawang bombay mengandung sejumlah sulfida mirip dengan yang ditemukan dalam bawang putih yang dapat menurunkan lemak darah dan tekana darah. Bawang bombay merupakan sumber yang akan kaya flavonoid, zat yang dikenal dapat melindungi terhadap penyakit jantung. Bawang bombay juga mengandung agen anticlotting alam karena mereka memiliki zat dengan aktivitas fibrinolitik dan dapat menekan penggumpalan trombosit. Pengaruh anticlotting bawang berkorelasi erat dengan kandungan sulfur mereka. Sedangkan ekstrak bawang bombay kaya dalam berbagai sulfida, memberikan perlindungan terhadap pertumbuhan tumor (Rini, 2013:68-69). C. Tinjauan Umum Bakteri Salmmonella thypi Salmonella merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dan merupakan patogen umum bagi manusia. Bakteri ini dikelompokkan ke dalam enterobacteriaceae.
  • 21. 29 Gambar 2.18. Mikroskopis Kuman Salmonella sp (Sumber: Anonim, 2011 1. Struktur Antigenik Kelompok enterobacteriacea mempunyai struktur antigenik yang kompleks, yang diklasifikasikan oleh lebih dari 150 antigen somatik O yang tahan panas (lilipolisakarida) yang berbeda, lebih dari 100 antigen K (kapsular) yang tidak tahan panas, dan lebih dari 50 antigen H (flagellar). Pada Salmonella typhi, antigen kapsular disebut antigen V (Virulen) (Jawatz, dkk, 2005:355). Struktur antigen dari Salmonella terdiri dari: a. Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung unsur gula. Antigen O tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. b. Antigen V merupakan polisakarida yang berada di bagian terluar antigen O dan melindungi seluruh permukaan sel. c. Antigen H terletak pada flagella yang terdiri dari protein. Antigen ini dapat diawetkan dengan pemberian formalin tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
  • 22. 30 Gambar 2.19. Struktur Antigen (Sumber: Jawetz, dkk, 2005:355) 2. Klasifikasi Klasifikasi salmonella menjadi bakteri yang sangat kompleks karena bakteri ini memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri ini. Klasifikasi Salmonella terbentuk berdasarkan epidemiologi, jenis inang, reaksi biokimia dan struktur antigen O, H dan Vi. Salmonella dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. thypi, S. typhimurium dan S. choleraesuis. Nama spesies tunggal S. Choleraesuis dapat membingungkan karena ada serotipe untuk choleraesuis. Sebagai akibatnya, nama spesies Salmonella enterica disarankan, dan organisme dalam DNA hibridasi adalah Salmonella enterica subspesies enteric. Berdasarkan serotipenya diklasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu Salmonella paratyphi A (serotipe group A), Salmonella paratyphi B (serotipe group B), Salmonella choleraesuis – serotipe C1, dan Salmonella typhi (serotipe D). Banyaknya serotipe dari Salmonella, namun hanya Salmonella typhi, Salmonella cholera dan mungkin Salmonella paratyphi A dan Salmonella paratyphi B yang menjadikan penyakit infeksi utama pada manusia. Infeksi bakteri ini bersumber dari manusia, namun kebanyakan salmonella menggunakan binatang sebagai reservior infeksi pada manusia, seperti babi, hewan pengerat, ternak, kura-
  • 23. 31 kura, burung beo dan lain-lain. Dari beberapa jenis Salmonella tersebut di atas, infeksi Salmonella thypi merupakan yang tersering (Nengsih, 2013). 3. Salmonella typhi Persamaan yang umum yang digunakan seperti Salmonella typhi sebenarnya tidak benar. Taksonomi S. typhi adalah sebagai berikut. Phylum : Eubacteria Class : Prateobacteria Ordo : Eubacteriales Family : enterobacteriaceae Genus : salmonella Spesies : Salmonella enterica Subspesies : enteric (I) Serotipe : typhi (Sumber: Nengsih, 2013) Karena itu, persamaan yang benar adalah S. enterica subgroup enteric serotip typhi ataupun sering disingkat dengan S. enteric ser typhi. Namun persamaan Salmonella typhi telah umum digunakan karena lebih sederhana sehingga persamaan ini lebih sering digunakan dalam tulisan ini. 4. Morfologi Salmonella typhi Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dan tidak membentuk spora serta memiliki kapsul. Bentuk panjangnya bervariasi dan sebagian besar memiliki peritrichous flagella sehingga bersifat motil. Salmonella tumbuh cepat dalam media yang sederhana, tetapi tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. Salmonella typhi membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan
  • 24. 32 mannosa dan biasanya memproduksi gas H2S. Salmonella tahan hidup dalam air membeku pada waktu yang lama dan juga tahan terhadap bahan kimia tertentu (misalnya brilliant green, sodium tetrathionate, sodium deoxycholate) (Jawetz, dkk 2005:364). Gambar 2.20. Struktur Sel Bakteri Salmonella typhi (Sumber Reza, 2011) 5. Senyawa Anti Mikroba Senyawa antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Senyawa antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Senyawa antimikroba umumnya berupa senyawa kimia yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan mikroba, dengan cara mengganggu metabolisme bakteri tersebut. Kemampuan suatu bahan antimikroba dalam meniadakan kemampuan hidup mikroorganisme tergantung pada konsentrasi bahan antimikroba itu.
  • 25. 33 Menurut Pelcaar dan Chan (dalam UI-Press, 2012:452), faktor yang mempengaruhi kerja antimikroba ada enam, yaitu: 1. Konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial, sel-sel akan mati lebih cepat bila intensitas radiasinya bertambah besar dan bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi. 2. Jumlah mikroorganisme, bila jumlah selnya banyak, maka perlakuan harus diberikan lebih lama supaya kita cukup yakin bahwa semua sel tersebut mati. 3. Suhu, kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikan keefektifan suatu disenfektan atau bahan antimikrobial lain. 4. Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap sarana fisik dan bahan kimia 5. Adanya bahan organik asing dapat menurunkan dengan nyata keefentifan zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme dari padanya. 6. Keasaman atau kebasahan (pH), mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di dalam lingkungan basa. Jawetz dkk, 1996 (dalam Sari, 2006: 16) menyatakan bahwa uji sensitivitas dilakukan untuk menentukan: potensi zat antimikroba, konsentrasi dalam cairan tubuh dan kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi tertentu. Penentuan uji sensitivitas antimikroba dapat dilakukan dengan menggunakan difusi.
  • 26. 34 Gambar 2.21. Zona sensitivitas (sumber: Pelcaar & Chan dalam UI-Press, 2012:502 Pada metode difusi digunakan pada paper disc yang mengandung zat antimikrobial dalam jumlah tertentu, lalu ditempatkan pada pembenihan padat yang yang telah ditanami dengan biakan mikroorganisme yang diperiksa. Setelah inkubasi, garis tengah daerah hambat jernih yang mengelilingi paper disc dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan zat antimikroba terhadap mikroorganisme yang diperiksa. D. Pengaruh Ekstrak Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) dan Bawang Bombay (Allium cepa L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Menurut Rohmanto dkk. (2011), dalam penelitiannya tentang pengaruh ekstrak metanol daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata var. Laurentii) terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pengujian daya antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan menggunakan konsentrasi 0% (kontrol negatif), 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% serta kontrol positif menggunakan antibiotik amphicillin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol daun Sanseviera trifasciata dalam beberapa macam konsentrasi berpengaruh terhadap penghambatan Populasi mikroba medium Zona Hambat Populasi mikroba Medium
  • 27. 35 pertumbuhan S. aureus dan E. coli. Konsentrasi ekstrak daun Sanseviera trifasciata yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. aureus adalah konsentrasi 80% yang menghasilkan zona hambat 11,62 mm, sedangkan konsentrasi ekstrak daun Sanseviera trifasciata yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan E. coli adalah konsentrasi 100% yang menghasilkan zona hambat 13,12 mm. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dkk. (2013), yang bertujuan untuk menguji potensi filtrat daun S. trifasciata terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri S. Aureus dan E. coli. Penelitian dilakukan dengan konsentrasi 50%, 70%, 90%, 100%, aquades (kontrol negatif) dan kloramfenikol 10 mg/ml (kontrol positif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa filtrat daun S. Trifasciata dengan konsentrasi 70%, 90% dan 100% merupakan konsentrasi paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, sedangkan konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Konsentrasi 90% dan 100% daun Sansevieria trifasciata lebih disarankan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, karena konsentrasi 70% fitrat daun Sansevieria trifasciata memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 50%. Konsentrasi 100% fitrat daun Sansevieria trifasciata lebih disarankan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli karena memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan antibiotik Kloramfenikol 10 mg/ml. Konsentrasi fitrat 100% membentuk zona bening 6,34 ± 2,51 mm pada Staphylococcus aureus dan 2,0 ± 1,0 mm pada Escherichia coli. Penelitian juga dilakukan oleh Gitasari (2011), meneliti tentang aktivitas antibakteri fraksi aktif daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata prain). Hasil
  • 28. 36 pengujian aktivitas bakteri ekstrak kasar pada konsentrasai 1250 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm dan 1000 ppm tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri yang diuji yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Ekstrak kasar selanjutnya difraksinasi dengan menggunakan metode kloroform: etil asetat (1:6). Fraksinasi menghasilkan 10 fraksi yang akan dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 10000 ppm, 20000 ppm, dan 40000 ppm. Diameter yang dihasilkan pada fraksi 1 untuk bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 10000 ppm dan 20000 ppm adalah sebesar 7 mm, sedangkan pada konsentrasi 40000 ppm diameter yang terbentuk adalah sebesar 9 mm. Hasil uji untuk bakteri Escherichia coli dengan fraksi dan konsentrasi yang sama tidak ada terbentuknya zona bening disekitar cakram. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi teraktif Sansevieria trifasciata Prain memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri Gram positif tetapui tidak pada bakteri Gram negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan ekstrak inulin dari bawang bombay (Allium cepa L.) dengan bakteri Lactobacillus acidophilus dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartono dkk. (2012), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak inulin dengan berbagai konsentrasi berpengaruh nyata dalam meningkatkan daya hambat sinbiotik Lactobacillus acidophilus terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada masa inkubasi 24 jam secara berturut-turut adalah 2,60 mm, 4,60 mm, 5,80 mm, dan 5,93 mm sedangkan pada masa inkubasi 48 jam secara berturut-turut adalah 2,13 mm, 3,23 mm, 4,56 mm, dan
  • 29. 37 4,96 mm. Konsentrasi inulin yang paling menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah 10.000 ppm baik itu masa inkubasi 24 dan 48 jam. Menurut Wuryanti dan Murnah (2009), dalam uji hambat bawang bombay terhadap antibakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi cakram. Uji hambat antibakteri dilakukan dengan konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100%. Antibakteri diukur diameter hambatnya dengan satuan cm. Luas zona hambat bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 40% dengan diameter hambat 0,35 cm, 60% diameter hambat 0,45 cm, 80% diameter hambat 0,65 cm dan konsentrasi 100% dengan diameter hambat 0,75 cm. Menurut Hatijah dkk. (2013), tentang bioaktivitas minyak atsiri umbi lapis bawang bombay (Allium cepa L.) lokal asal Bima terhadap bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi yang bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas minyak atsiri terhadap Streptococcus mutans. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) berdasarkan tingkat kekeruhannya pada medium Brain Heart Infusion Broth (BHIB) terdapat pada konsentrasi 1,25%. Uji daya hambat dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cup-plate technique dengan empat variasi konsentrasi minyak atsiri yaitu 2,5%, 5%, 10% dan 20% pada medium Glukosa Nutrient Agar (GNA) yang diinkubasi selama 2 x 24 jam. Sebagai kontrol positif digunakan antibakteri yakni Povidone Iodine 1% dan kontrol negatif yaitu Dimetil sulfoksida (DMSO). Minyak atsiri mengandung senyawa sulfida yang bersifat bakterisida terhadap Streptococcus mutans dengan zona hambat yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam yaitu dengan diameter hambat terbesar 23,75 - 24,65 mm pada
  • 30. 38 konsentrasi 20% dan diameter hambat terkecil 21,90 - 21,95 mm pada konsentrasi 2,5%. Sedangkan, menurut Sarson dkk. (2009), dalam uji daya hambat ekstrak daun bawang Bombay (Allium cepa L.) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi 1000 ppm, 3000 ppm dan 10000 ppm dengan menggunakan aquades sebagai kontrol negatif dan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C. Hasil penelitian menunjukkan semua konsentrasi ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.) tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Penelitian juga dilakukan oleh Musdalifah dkk. (2014), mengenai aktivitas antimikroba ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.). Penelitian pendahuluan dilakukan dengan uji skrining menggunakan bakteri uji Escherichia coli, Pseudomonas aeruginos, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, Streptococcus mutans dan Candida albicans terhadap ekstrak etanol 70%. Hasil yang di peroleh menunjukkan bahwa ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.) memiliki aktivitas terhadap bakteri uji Pseudomonas aeruginos, Escherichia coli dan Salmonella typhi. Untuk mengetahui senyawa yang memberikan aktivitas antimikroba dilakukan uji KLT-Bioautografi. Diperoleh hasil terbaik dengan menggunakan cairan pengelusi n-heksan : etila setat (4:1). Hasil KLT - Bioautografi tersebut menunjukkan beberapa bercak, yaitu nilai Rf 0,98; 0,92; 0,6; 0,58; 0,54; 0,4; 0,32; 0, 22; 0,16; 0,1 dan 0,08. Bercak pada setiap nilai Rf memberikan efek pada
  • 31. 39 bakteri tertentu. Hasilnya identifikasi komponen kimia menunjukkan kandungan steroid, flavanoid, dan fenol. E. Pengajaran di Sekolah Menengah Atas Hasil penelitian yang berjudul perbandingan ekstrak lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dan bawang bombay (Allium cepa L.) sebagai antibiotik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dan kaitannya terhapap pengajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 pada pelajaran biologi di kelas X tahun ajaran 2014/2015 dengan menggunakan pengajaran cooperative tipe metode STAD (Student Team Achievement Division). Pada masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangan karena ketepatan menggunakan suatu metode tergantung pada materi pelajaran, fasilitas sekolah, kemampuan guru dan kemampuan siswa. Seorang guru perlu mengetahui dan menguasai sifat-sifat suatu metode sehingga dapat menggabungkan dengan beberapa metode dan secara langsung mencapai beberapa tujuan pengajaran yang dirumuskan. 1. Pengajaran Cooperative Tipe Model STAD (Student Team Achievement Division) Pada tahap belajar mengajar terdapat bermacam-macam model pengajaran yang mana antara satu dengan yang lainnya mempunyai model mana yang paling tepat untuk menampaikan materi pelajaran sehubungan dengan hal tersebut pengajaran
  • 32. 40 hasil penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Palembang dengan menggunakan pengajaran cooperative tipe model STAD (Student Team Achievement Division). Model mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut adalah murid/ siswa, dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Dari uraian diatas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. 2. Pengertian Pengajaran Cooperative Tipe Model STAD (Student Team Achievement Division) Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu (Ahsan, 2012).
  • 33. 41 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks (Ahsan, 2012). Dengan menggunakan pengajaran cooperative tipe model STAD siswa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan identifikasi zat-zat yang mengatur sesuatu, proses bekerja sesuatu, proses membuat sesuatu, komponen-komponen yang membentuk sesuatu dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Ahsan, 2012). Penggunaan pengajaran cooperative tipe model STAD sangat menunjang proses interaksi mengajar belajar dikelas. Keuntungan yang diperoleh ialah dengan menggunakan pengajaran cooperative tipe model STAD adalah dapat membuat siswa dirangsang untuk aktif, proses pengajaran lebih menarik, muda dipahami, dan membuat pelajaran menjadi lebih jelas (Ahsan, 2012). DAFTAR RUJUKAN
  • 34. 42 Ahsan, Arfiyadi. 2012. Model Pembelajaran. (Online). (http://modelpembelajaran kooperatif.blogspot.com/2012/08/student-team-achievement-division-stad_37 21.html, diakses tanggal 24 Desember 2014). Alexa. 2013. Morfologi Bawang Bombay. (Onlone). (http://mencarikanmanfaat .blogspot.com/2013/05/ciri-ciri-tanaman-bawang-merah.html, diakses pada tanggal 26 Desember 2014). Anonim. 2011. Budidaya Bawang Bombay. (Online). (http://www.budidarma. com/2011/10/budidaya-bawang-bombay.html, diakses pada tanggal 18 Desember 2014). Anonim. 2011. Sansevieria (Lidah Mertua). (Online). (http://www.scribd.com/ doc/79299552/lidah-mertua#scribd, diakses pada tanggal 24 Desember 2014). Gitasari, Yanditya Dwastu. 2011. Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain. (Online). (http://repository.ipb.ac.id /handle/123456789/47572, diakses pada tanggal 04 Februari 2015). Hartono. dkk. 2012. Daya Hambat Simbiotik Eklstrak Inulin Bawang Bombay (Allium cepa l.) Dengan Bakteri Lactobacillus acidophilus Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. (Online). (httpdigilib.unm.ac. iddownload.phpid=178, diakses pada tanggal 04 Februari 2015). Hatijah. St. dkk. 2013. Bioaktivitas Minyak Atsirih Umbi Lapis Bawang Bombay (Allium cepa L.) Lokasi Asal Bioma Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. (Online). (httpwww.google.comurlsa=t&rct=j&q=&esrc =s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCoQFjAC&url=http%3A %2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle %2F123456789%2F6151%2FJURNAL%2520SKRIPSI%, diakses pada tanggal 04 Februari 2015).
  • 35. 43 Nengsih, Wahyu. 2013. Persamaan Klasifikasi Salmonella sp. (Onlone). (http://jtptunimus-gdl-wahyunengs-5324-2bab2.httpdigilib.unimus.ac.iddownlo ad.phpid=4580, diakses pada tanggal 27 Desember 2014). Nurjamillah, Iin. Dkk. 2011. Sansevieria Tanaman Hias Sejuta Manfaat. (Online). (https://www.scribd.com/doc/102368023/MAKALAH-sansievera-baru, diakses pada tanggal 22 Oktober 2014). Mardiana, A.D. dkk. 2013. Potensi Filtrat Daun Sansevieria Trifasciata Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. (Online). (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio, deiakses pada tanggal 04 Februari 2015). Musdalifah. dkk. 2014. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bawang Bombay (Allium cepa l.) Secara KLT - Bioautografi. (Online). (httpswww.academia.edu 9306788JURNAL_M._Pen, diakses pada tanggal 04 Februari 2015). Pelcaar, Michael J. & E. C. S. Chan. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI- Press. Pundi. 2010. Sansevieria, penyerap Bau Nan Cantik. (Online). (http://pundicahaya. wordpress.com/tag/lidah-mertua/, diakses pada tanggal 26 Desember 2014) Rini, Puspita. 2013. Keajaiban Bawang Berlian Ampuh Sembuhkan Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Rohmanto, Kholil dkk. 2011. Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Sanseviera (Sansevieria trifasciata var. Laurentii) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro. (Online). (http://www.artikelEDE670724BEFF51FCE1791A42A683BC6, diakses pada Tanggal 22 November 2014).
  • 36. 44 Roura. 2011. Syarat Tumbuh Tanaman Sansevieria. (Online). (http://aeiroura. blogspot.com/2011/11/cara-perkembangbiakansansevieria.html, diakses pada tanggal 26 Desember 2014). Sarson, Moh. Rizki R. dkk. 2009. Uji Daya Hambat Ekstrak Bawang Bombay (Allium cepa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. (Online). (httpwww.google.comurlsa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja &uact=8&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F %2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D146452%26val %3D1008%26title%3Duj, diakses pada tanggal 04 Februari 2015). Slamet. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Tono. 2013. Kandungan Zat dan Manfaat Pada Tanaman Bawang Bombay. (Online). (http://www.tonocatering.com/front/index.php/artikel-kesehatan/152-khasiat- bawang-bombay-bagi=kesehatan-kita, diakses pada tanggal 26 Desember 2014). Wibowo, Singgih. 2007. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Wuryanti dan Murnah. 2009. Uji Ekstrak Bawang Bombay Terhadap antibakteri Gram Negatif Pseudomonas aeruginosa Dengan Metode Difusi Cakram. (Online). (httpwww.google.comurlsa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd= 8&cad=rja&uact=8&ved=0CEsQFjAH&url=http%3A%2F %2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fsm%2Farticle%2FviewFile %2F3280%2F2944&ei=lljMVP3W, diakses pada tanggal 04 Februari 2015).