Tanaman obat seperti lidah mertua memiliki potensi untuk dijadikan obat tradisional karena mengandung senyawa antibakteri dan dapat menurunkan kadar gula darah. Ekstrak etanol daun lidah mertua telah terbukti secara klinis mampu menurunkan kadar gula darah tikus yang diinduksi sukrosa. Tanaman ini juga bermanfaat sebagai tanaman hias dan penyerap polutan udara.
1. Latar belakang
Tanaman obat diketahui memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri dan menyembuhkan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi
bakteri. Di samping itu, tanaman obat tidak memiliki efek samping sehingga aman untuk
digunakan. Sanseviera merupakan tanaman yang berpotensi sebagai tanam-an obat. Hal
ini dikarenakan tanaman tersebut memiliki senyawa aktif yang bersi-fat antibakteri. (6)
Pemanfaatan tanaman obat untuk pengobatan secara tradisional selain murah dan
mudah didapat, juga memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan obat sintetik. Salah satu tanaman obat yang digunakan ialah daun Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) (Ariyanti, 2005 dalam (2).
Menyadari pentingnya obat tradisional untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, maka tanaman sebagai bahan baku obat tradisional perlu
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kecenderungan kembali ke alam (Back to
nature) sangat menguntungkan bagi negara kita karena begitu banyaknya
tumbuhan obat yang kita miliki, salah satunya adalah dari tanaman
lidah mertua keluarga Liliaceae yang menambah khazanah kekayaan
tanaman obat. Sansevieria trifasciata yang dikenal masyarakat sebagai
tanaman lidah mertua merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat di
Indonesia. Secara tradisional tanaman yang berasal dari Benua Afrika
tropis ini sering dipakai sebagai antimikroba dan antibiotik (Yoshihiro,
1997) (8)
WHO
dalam merealisasikan visi kesehatan dunia di abad 21 melalui Deklarasi Alma-
Ata mendukung pengobatan tradisional dalam pemeliharaan kesehatan dunia
(Ismail, 2000).
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Lidah Mertua
1. Taksonomi Tanaman Lidah Mertua
Klasifikasi S. trifasciata adalah (Dewatisari, 2009) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Sansevieria
Spesies : Sansevieria trifasciata Prain
3. Gambar 1. Tanaman Lidah Mertua (Anonim 2015)
Sansevieria atau yang lebih dikenal dengan Lidah Mertua adalah
marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam
rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air
dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak,
dengan ujung meruncing. . Satu tanaman sansevieria dewasa berdaun 4-5
helai. Sansevieria merupakan jenis tanaman yang telah lama dikenal oleh
banyak orang sejak beberapa abad yang lalu dan mulai dibudidayakan
sebagai tanaman hias mulai abad 19. Pada tahun 2000 dan 2004
Sansevieria sebagai tanaman hias telah booming di Indonesia. Hingga
tahun 2008 minat masyarakat terhadap sansevieria masih tetap tinggi.
Sansevieria memiliki banyak kelebihan, seperti mampu bertahan hidup
pada rentang waktu suhu dan cahaya yang sangat luas.
Sansevieria trifasciata (ST), also known as snake plant or mother-in-law’s
tongue from family Agavaceae is an herbaceous, succulent, perennial plant, growing to a
height of 90 centimeters. Leaves form a basal rosette, are flat, thick, leathery, sword-
shaped, and variegated with grayish white transverse markings. Flowers are whitish
green, up to 5 centimeters long. The plant is native to India and widely distributed in
Philippines, Malaysia etc. Though mostly used for ornamental cultivation and as air
purifying plant, literature surveys have shown that the plant has significant analgesic and
antipyretic effect, used in diabetes, ear ache, pharyngitis, skin itches and urinary diseases.
Related species have shown significant (1).
2. Kandungan Kimia
4. Zat aktif yang terkandung dalam tanaman sansevieria secara umum
diantaranya adalah (255) ruscogenin, 4-0 methyl glucoronic acid, beta siti
sterol, d-xylose, serat, hemiselulosa, n butyl 4 OL propylphthalate,
neoruscogenin, sanseverigenin, dan pregnane glikosid. Lidah Mertua
mengandung senyawa flavonoid, asam galat dan vitamin C yang
berkhasiat untuk mengobati diabetes mellitus (Annisa, Rusman, 2012
dalam (2).
Chemo-profiling by phytochemical tests and GC-MS analysis have shown the
presence of phenolics, alkaloids, terpenoids, flavonoids, saponins, steroids and
glycosides. (1).
The methanol extract of the plant on preliminary phytochemical screening
showed the presence of alkaloids, terpenoids, flavonoids, tannins, tri-terpenes, saponins,
steroids and glycosides. The polyphenolic and flavonoid content on triplicate
determination were found to be 301.25 ± 3.23 and 7.02 ± 1.02 respectively. GCMS
analysis of the extract showed the presence of compounds like ketones (25.9%), alcohols
(22.6%), terpenoids (12.9%), about 18.8% of phenolic compound, methyl salicylate was
determined in the species; relative concentration of isopropyl myristate was determined to
be 20.7. (1)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sansevieria mengandung banyak
senyawa metabolit sekunder. Bagian tanaman Sansevieria yang berpotensi sebagai obat
adalah bagian daun dan rimpangnya. Kandungan kimia daun dan rimpang S. trifasciata
yang telah dilaporkan adalah vitamin C, tanin, glukogalin, asam galat, asam elegat,
korilagin, terchebin chebulagic acid, chebulinic acid, 3,6-digaloilglukosa, mucid acid,
abamagenin, phylembic acid dan emblikol (Hariana, 2008). Selain itu, dalam uji
fitokimia yang dilakukan oleh Yoshihiro et al. tanaman ini juga mengandung
karbohidrat, saponin, glikosida (1996), dan steroid (1997).(3)
Daun Sansivera mengandung senyawa kimia yang diantaranya bersifat
antibakteri. Menurut Mimaki dkk (1997), senyawa kimia dalam daun Sanseviera
ialah karbohidrat, saponin, glikosida, dan steroid; sedangkan menurut
Departemen Kesehatan RI (1997), senyawa-senyawa kimia yang terkandung
dalam tumbuhan Sansevieria sp. ialah saponin, polifenol, kardenolin, kardamin,
dan abamagenin. (6)
Fenol dapat berfungsi sebagai antibakteri karena bersifat bakteriosida
dan bakteriostatik. Bakteriosida merupakan bahan yang dapat mematikan
bakteri dan bakteriostatik merupakan bahan yang memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri. (6) Polifenol merupakan senyawa yang
5. memiliki gugus-gugus fenol sehingga memiliki sifat yang mirip dengan fenol.
Menurut Volk dan Wheeler (1988) meka-nisme penghambatan bertumbuhan
koloni bakteri yang disebabkan oleh fenol yaitu pada konsentrasi tinggi fenol
dapat merusak membran sitoplasma secara total dan mengendapkan protein
atau hanya merusak membran sitoplasma dan mengakibatkan keluarnya
metabolit penting dan juga menginaktifkan sejumlah sistem enzim bakteri.
Menurut Jawetz dkk (1995) dan Susanti (2008), sebagian besar struktur dinding
sel bakteri terdiri dari protein dan lemak, pada saat fenol yang memiliki
kepolaran gugus hidroksil (Nogrady, 1992) berikatan dengan protein melalui
ikatan Hidrogen, dinding sel dari bakteri tersebut akan rusak karena ikatan
Hidrogen intermolekul pada protein lemah sehingga mudah lepas dan berikatan
dengan senyawa lain (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Senyawa antibakteri
yang terdapat pada daun Sanseviera memiliki atom O yang dapat berikatan
dengan atom H pada protein, yaitu pada ikatan Hidrogen. Apabila atom O
berikatan dengan atom H pada protein, maka struktur protein baik pada dinding
sel maupun membran sel mengalami perubahan. Sehingga semi permeabilitas
membran sel menurun dan mengakibatkan keluar masuknya ion penting, enzim
dan nutrisi tidak terkendali. Hal ini dapat mengganggu metabolisme sel bakteri,
sehingga produksi ATP menurun dan pertumbuhannya sel bakteri terhambat,
selanjutnya dapat mengakibatkan kematian sel.(6)
Saponin merupakan senyawa glikosida yang dapat menurunkan tegangan
permukaan dinding sel bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan sel menjadi lisis (Hassan,
2008). (6) Saponin memiliki kemampuan seperti deterjen (Astuti dkk, 2011), sehingga
bertindak sebagai agen aktif-permukaan, yaitu menurunkan tegangan permukaan dan
merusak dinding sel. Kerusakan pada dinding sel mengakibatkan membran sel tidak
mempunyai pelindung, sehingga terjadi kerusakan membran sel yaitu hilangnya sifat
semi permeabilitas membran sel, sehingga keluar-masuknya zat-zat seperti air, enzim-
enzim tidak terseleksi. Hal ini mengakibatkan metabolisme sel terganggu, sehingga
proses pembentukan ATP untuk pertumbuhan sel terhambat, jika proses ini berlanjut
maka akan menimbulkan kematian sel. Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak
daun Sanseviera berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan S. aureus dan E.
coli.
6. Gambar 4. Struktur Flavonoid
3. Manfaat
Tanaman lidah mertua dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias di
dalam ruangan (indoor), sansevieria mampu menangani sick building
syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya
konsentrasi gas karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan
penggunaaan AC dalam ruangan. Dengan kemampuan ini, ibu rumah
tangga yang sering beraktivitas di dapur bisa memetik manfaat dari
tanaman sansevieria. Peletakan sansevieria di dapur dapat dapat
menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m2
dengan
menyerap gas karbondioksida dan monoksida sisa pembakaran dari
kompor (Sulistiana dan Novi, 2011).
Beberapa sansevieria dapat diambil seratnya untuk bahan baku
tekstil terutama di Negara China dan New Zealand. Di pekarangan
Gambar 2. Struktur abamagenin Gambar 3. Struktur ………
7. (outdoor), sansevieria memiliki kemampuan menyerap racun asap
buangan kendaraan dari knalpot sehingga membuatnya akrab dalam
penghijauan lingkungan (Sulistiana dan Novi, 2011). Yoshihiro Mimaki
(1997) melaporkan bahwa sansevieria mampu menyerap polutan
berbahaya yang terdapat di udara sebab mengandung bahan aktif
pregnance glycoside yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi
asam organik, gula, dan asam amino dengan demikian unsur polutan
tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia. Sansevieria juga memiliki
kemampuan sangat tinggi untuk mengangkut pencemaran yang ada dalam
tanah (hyperaccumulator plant) termasuk logam-logam berat.
Berdasarkan penelitian NASA, sansevieria dapat menyerap 107 jenis
polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh dengan asap
rokok dan dapat menyerap radiasi barang elektronik (Sulistiana dan Novi,
2011).
Beberapa negara memanfaatkan sansevieria sebagai obat. Seperti
Sansevieria ahrenbegii yang dimanfaatkan sebagai antiseptik, Sansevieria
liberica sebagai tonic rambut, Sansevieria intermedia sebagai campuran
obat sifilis dan gonorrhea. Rimpang lidah mertua berkhasiat sebagai obat
batuk. Di Afrika getah Sansevieria digunakan sebagai antiracun ular dan
serangga. Sansevieria memiliki kemampuan sebagai tanaman obat yang
telah teruji secara klinis berefek positif terhadap penyakit diabetes dan
ambeien (Sulistiana dan Novi, 2011).
Penggunaan daun lidah mertua dapat digunakan dalam praktek
perawatan kesehatan tradisional Afrika untuk pengelolaan diabetes
mellitus. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya efek hipoglikemik (P
<0,05) setelah diberi ekstak daun lidah mertua. (Chigozie and Chidinma,
2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun Lidah Mertua (Sansevieria
trifasciata Prain) memiliki efek terhadap penurunan kadar gula darah
tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang diinduksi
sukrosa (2).
8. Lidah Mertua telah lama dikenal oleh banyak orang dan mulai
dibudidayakan sebagai tanaman hias mulai abad ke-19. Selain
bermanfaat sebagai tanaman hias, Lidah Mertua juga dapat digunakan
sebagai bahan baku tekstil dengan cara diambil seratnya, yang banyak
digunakan di Cina dan New Zealand (Purwanto, 2006). Di Afrika, getah
dari tanaman tersebut dapat digunakan sebagai antiracun ular dan
serangga. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menggali potensi
tanaman ini. Menurut Afolayan et al. (2008). S. hyacinthoides
mengandung senyawa fenol, proantosianidin, dan flavonoid yang
berpotensi terhadap antibakteri dan antioksidan (3)
Dalam buku Tanaman Obat dan Khasiatnya Seri II (Hariana,
2008) dikatakan bahwa sifat kimiawi daun Lidah Mertua berasa pedas
dengan efek farmakologis untuk mengobati demam, flu, batuk, sakit
tenggorokan, sakit gigi, sariawan, gusi berdarah, kencing manis,
kekurangan vitamin C, menghilangkan dahak dan haus, serta diphteria.
Manfaat Lidah Mertua lainnya yaitu untuk mengobati darah tinggi,
radang saluran pernapasan, diare, sífilis, TBC kelenjar (Tuberculous
lymphadenopathy), ambeien (wasir), astringent, hypotensif, mengobati
bengkak (edema), eksim, bisul, digigit lipan, digigit ular berbisa, fistula
ani (anal fistula), sakit gigi, penyubur rambut, penyakit telinga untuk
menurunkan panas (antipiretik). (3)
Beberapa bahan aktif lainnya akan meningkatkan fungsi mental
melalui efek penenang, antistres, dan anticemas.(3)
The results obtained in this study indicate that the extracts possess
mild analgesic properties. This seems to provide a rationale for the use of
this plant in fever and inflammatory disorders (4).
Temuan eksperimental mendemonstrasikan menjanjikan aktivitas anti
alergi dan anti - anafilaksis dari EEST dan juga menimbulkan aktivitas
antioksidan kuat . Kegiatan anti alergi dan anti - anphylactic mungkin
disebabkan karena penghambatan pelepasan mediator kimia dari sel mast
9. terutama oleh phytoconstituents seperti steroid saponin , triterpenoid dan
flavonoid hadir dalam EEST (5)
B. S.aureus dan e coli
S. aureus merupakan flora normal yang bersifat oportunis, sehingga pada
kondisi tubuh kurang baik dapat bersifat patogen. Salah satu contoh penyakit
akibat infeksi S. aureus ialah peradangan saluran pernafasan. Menurut Anna
(2010), bakteri ini merupakan bakteri yang resisten terhadap berbagai jenis
antibiotik (Multi Drug Resistance/MDR) dan angka infeksi meningkat seiring
ditemukannya strain baru yang resisten dengan Methicillin (Methicillin
Resistance S. aureus/MRSA) yang semula hanya resisten terhadap Penicillin.
Bakteri E. coli dapat ditemukan pada kolon manusia, berkoloni pada intestine,
dan beberapa jenis E. coli kontaminan dapat ditemukan pada feses hewan atau
manusia (Levinson dan Jawetz, 1989). Proses infeksi bakteri ini dapat melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit
infeksi saluran kemih, diare, sepsis, dan meningitis (Kusuma, 2010). Menurut
Noviana (2004), resistensi bakteri E. coli terhadap antibiotik telah banyak
dilaporkan. E. coli tersebut resisten terhadap antibiotik golongan β-laktan,
fosfomicin, dan kuinolon. Jenis bakteri E. coli yang telah mengalami resistensi
dan menyebabkan infeksi ialah Enterotoxic E. coli (ETEC) dan Enteropathogenic
E. coli (EPEC) (Karsinah, 1994). Resistensi bakteri terhadap antibiotik
mengakibatkan masyarakat beralih menggunakan tanaman obat. (6)
C. Ekstraksi
D. Gel
BAB III
Gambar 5. Luka Pada Penyakit Diabetes
10. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam karya
ilmiah ini menggunakan kombinasi dua metode, yaitu studi literatur dan penelitian
eksperimen
Karya ini ditulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yakni suatu
metode yang menggambarkan suatu fenomena secara sistematis, dengan hasil
yang dinyatakan dalam bentuk angka (statistik).
A. Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal
dari penelitian yang telah dilakukan, literature kepustakaan yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas beberapa referensi utama adalah buku pelajaran
kedokteran, jurnal ilmiah edisi cetak maupun edisi online, dan artikel ilmiah yang
bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat kualitatif
maupun kuantitatif.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses penulisan karya
tulis ilmiah ini adalah melalui studi literatur (literaturereseach). Penulis
melakukan telaah pustaka yang berupa jurnal-jurnal ilmiah, artikel-artikel di
internet, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan rumusan masalah yang
akan dibahas. Kemudian, data dianalisis, dikompilasi, disintesis, dan disajikan
secara deskriptif.
C. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penulisan karya tulis ini adalah
metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu:
1. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan data dan fakta yang ada
kemudian dibandingkan dengan teori dan pustaka yang mendukung.
2. Menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung
yang lain.
3. Mencari pemecahan masalah dari perumusan masalah.
D. Penarikan Kesimpulan
11. Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan
pokok bahasan karya tulis. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok
bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metodologi penulisan, Bab
IV Pembahasan, dan Bab V Penutup.
12. BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
(1) perlu dilakukan penelitian sejenis mengenai daya antibakteri tanaman Sanseviera
dengan menggunakan bakteri uji yang berbeda
(2) Perlu dilakukan penelitian in vivo untuk mengetahui dosis ekstrak daun
Sanseviera yang tepat untuk mengendalikan pertumbuhan E. coli.
DAFTAR PUSTAKA