1. fbTUGAS AKHIR PSIKOLOGI ABNORMAL
1. Membuat ringkasan 1 jurnal bahasa inggris. Pilihlah jurnal yang berkaitan dengan
mata kuliah Psikologi Abnormal
2. Mengikuti format yang sudah diberikan (soft copy boleh diambil untuk dijadikan
sebagai panduan) 3-4 halaman, pada kertas A4, dengan font Arial 11.
3. Tugas dikumpulkan pada saat ujian final mata kuliah psikologi abnormal
berlangsung.
4. BILA ADA HAL YANG TIDAK DIMENGERTI, BOLEH BERTANYA PADA DOSEN
PENGAMPU MATA KULIAH PSIKOLOGI ABNORMAL.
RINGKASAN ARTIKEL PENELITIAN
· Peringkas/NIM TOPAN JAYA
· Tanggal Tanggal tugasnya dikerjakan
· Topik Topik jurnal yang saudara ringkas
· Penulis M. Bachroni
· Tahun 2011
· Judul Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan
Kohesivitas Tim pada Kopertis V Yogyakarta
· Jurnal Jelas
· Vol. & Halaman VOLUME 38, NO. 1
Participants of the study
·
Subjek penelitiannya adalah karyawan KOPERTIS Wilayah
V Yogyakarta yang mengikuti pelatihan pembentukan tim.
Sebanyak 50 orang karyawan laki-laki dan wanita. Sebelum
penetapan subjek penelitian telah dilakukan analisis
kebutuhan pelatihan terlebih dahulu secara organisasional,
individual, maupun yang terkait dengan tugas pekerjaannya,
guna memenuhi syarat efektifitas pelatihan.
· tujuan penelitian untuk mening-katkan
kohesivitas tim yang diberikan
kepada tim kerja. Penelitian ini diharapkan
akan memberikan sumbangan yang berarti
dalam dunia industri dan organisasi untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul
2. sebagai akibat kurangnya kohesivitas pada
tim kerja..
· hypotheses
penelitian yang
utama
terdapat perbedaan kohesivitas tim sebelum dan setelah
diberi pelatihan pembentukan tim. Kohesivitas tim setelah
pelatihan pembentukan tim akan lebih tinggi disbanding
sebelum diberi pelatihan pembentukan tim
· Metode
pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode eksperimen yaitu
pembelajaran melalui pengalaman. Pembelajaran melalui
pengalaman adalah proses belajar yang terjadi ketika subjek
melakukan suatu aktivitas, kemudian ia memperhatikan,
menganalisis aktivitas yang dilakukannya itu secara kritis,
lalu mencari pemahaman berguna dari analisis tadi dan
menetapkan pengetahuan dan pemahaman tersebut dalam
perilaku mendatang.
Menurut saya metode pengambilan data yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
yaitu pengambilan data yang dilakukan berdasarkan ciri-ciri
atau kriteria tertentu terhadap sampel. dengan melakukan
analisis kebutuhan pelatihan terlebih dahulu secara
organisasional, individual, maupun yang terkait dengan
tugas pekerjaannya, guna memenuhi syarat efektifitas
pelatihan.
Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment, yaitu
pengukuran one group pretest-posttes design dengan
menggunakan kelompok eksperimen saja tanpa kelompok
kontrol.
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini
yaitu:
(1) melakukan pelatihan pembentukan tim pada peserta,
(2) satu bulan setelah pelatihan diberikan, dilakukan
pengukuran kembali kohesivitas tim yang berfungsi sebagai
alat untuk evaluasi perlakuan yang telah dilakukan. Skala
3. ingin melihat apakah ada perbedaan tingkat kohesivitas tim
sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Diharapkan
setelah pelatihan, kohesivitas tim dapat meningkat sesuai
dengan tujuan dari pelatihan.
(3) analisis kohesivitas tim menggunakan analisis statistic
inferensial paired sample t-test (t-test sample berpasangan).
· metode eksperimen
Intervention
Perlakuan yang dikakukan untuk meningkatkan kohesivitas
tim yaitu pelatihan atau pembentukan tim. Pelatihan dipilih
karena merupakan media yang dinilai efektif untuk
menstranfer pengetahuan (Noe, 2002). Kegiatan pelatihan
meliputi beberapa tahap sebagai berikut: (1) tahap
persiapan, pada tahap ini pelatih memberikan penjelasan
tentang kegiatan yang akan dilakukan, meliputi proses,
tanggung jawab, kemungkinan resiko yang akan diperoleh
anggota kelompok, pelaksanaan pertemuan dan melakukan
kesepakatan; (2) tahap peran serta, tahap ini dilakukan
dengan melaksanakan perkenalan antar perserta, dan
kemudian dilanjutkan dengan ungkapan kesan diri,
penggalian ide dan perasaan; (3) tahap transisi, tahap ini
dilalui dengan proses pengungkapan diri anggota kelompok,
pemberian umpan balik dan saran; (4) tahap terminasi,
tahap ini memberikan informasi pada anggota kelompok
bahwa kegiatan akan berakhir dan melakukan evaluasi
tentang perubahan yang dialami subjek selama mengikuti
kegiatan. Sebelum tahap persiapan dimulai, kepada subjek
diberikan pre-test dan setelah tahap terminasi berakhir,
kepada subjek disajikan post-test dengan materi yang sama
dengan materi pre-test. Setelah melaksanakan pelatihan
dilakukan pengukuran sikap atau perilaku untuk mengukur
adanya perubahan kohesivitas tim sebelum dan sesudah
pelatihan dengan menggunakan skala kohesivitas tim.
Pengukuran menggunakan skala kohesivitas tim diberikan
kepada kelompok eksperimen sebelum pelatihan dan satu
4. bulan setelah diadakan pelatihan pembentukan tim.
Pelatihan pembentukan tim pada kelompok eksperimen
diberikan dalam satu kali pertemuan dengan 13 jam.
Susunan acara pelatihan sebagai berikut. Pengantar, bagian
pengantar ini merupakan perwujudan dari tahap persiapan
meliputi: pembukaan, perkenalan pelatih dan fasilitator,
penjelasan maksud dan tujuan pelatihan oleh fasilitator, dan
diskusi peraturan pelatihan dengan peserta. Pemberian jajag
pengetahuan dilanjutkan pelaksanaan pelatihan: Sesi 1
“Pencairan”, sesi ini merupakan perwujudan dari tahap
peran serta, pada sesi ini diberikan permainan “What is this”
tujuannya adalah untuk menghilangkan suasana tegang
(prosedur pelatihan bias dilihat di lampiran). Sesi 2 “Definisi
tim”, sesi ini merupakan perwujudan dari tahap peran serta
dan transisi, pada sesi ini subjek diberi penjelasan mengenai
macam-macam kelompok dan definisi dari tim kerja.
Kemudian dilajutkan dengan mengisi lembar kerja
karakteristik dari masing-masing jenis tim dengan tujuan
agar subjek memahami macam-macam kelompok
pengertian tim kerja. Sesi 3 Tahap perkembangan kelompok
yang dibagi menjadi 4 yaitu (1) tahap forming, dengan tujuan
balajar pemahaman tahap forming; (2) tahap storming,
dengan tujuan balajar pemahaman tahap storming; (3) tahap
norming, dengan tujuan balajar pemahaman tahap norming;
(4) tahap performing, dengan tujuan balajar pemahaman
tahap performing. Sesi 4 Ceramah Pembentukan Tim, sesi
ini merupakan tahap transisi dan terminasi. Pelatih
melakukan kristalisasi dan memberikan penjelasan
mengenai tahapan dari perkembangan kelompok,
karakteristik yang menentukan efektivitas kelompok dengan
tujuan memahami karakteristik tim, memahami kerjasama
dalam tim, memahami kepemimpinan dalam tim, memahami
komunikasi dalam tim, norma dan kohesivitas tim, dengan
5. tujuan memahami norma tim dan memahami kohesivitas
dalam tim. Penutup, bagian ini merupakan perwujudan dari
tahap terminasi, pada tahap ini peserta diminta untuk
mengisi lembar evaluasi reaksi pelatihan (materi, pelatih dan
pelaksanaan). Untuk lebih lengkap tentang pelaksanaan dan
format evaluasi pelatihan pembentyukan tim ini dapat dilihat
pada lampiran modul pelatihan pembentukan tim. Pelatihan
pembentukan tim dilakukan dengan melibatkan pelatih dan
fasilitator yang dinilai telah berpengalaman dan memiliki
kompetensi di bidangnya. Pelatih yang berfungsi sebagai
agen perubahan dalam pelatihan pembentukan tim ini yaitu
seseorang yang telah memenuhi kompetensi memiliki
keterampilan intrapersonal, yaitu memiliki integritas, dewasa
(matang), dan mampu untuk mendidik. Keterampilan
intrapersonal yaitu memiliki kemampuan mendengarkan,
empati, mempengaruhi orang lain; keterampilan umum
konsultasi, yaitu dapat mendiagnosis pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan; menguasai teori-teori
pengembangan organisasi. Pelatih dalam pelatihan
pembentukan tim ini bertugas untuk memberikan ceramah
pada sesi pelatihan selama 60 menit.
· Metode analisa Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan
adalah menggunakan teknik analisis uji T-tes. Dengan
menggunakan analisis berpasangan (paired samples test).
· hasil penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil
bahwa rerata skor kohesivitas tim sebelum dilakukan
mengikuti pelatihan pembentukan tim adalah 48,28. Setelah
mengikuti pelatihan pembentukan tim, rerata skor adalah
54,10. Hal tersebut mengindikasikan terjadi kenaikan rerata
akibat mengikuti pelatihan pembentukan tim. Peningkatan
rerata pada masing-masing kelompok tersaji dalam terjadi
pula penurunan standar deviasi sebesar 0,266 di mana
pada saat sebelum diberikan pelatihan pembentukan tim,
6. standar deviasi sebesar 6,627 dan sesudah diberikan
pelatihan pembentukan tim standar deviasi sebesar 6,36.
Dan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai p=0,659
pada kelompok subjek sebelum pelatihan pembentukan tim
(p>0,05) dn nilai p=0,249 pada kelompok subjek sesudah
pelatihan pembentukan tim (p>0,05) yang berarti bahwa
data variabel penelitian normal.
· Type of research
study (quantitative or
qualitative
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
CONTOH REVIEW JURNAL
· Peringkas ASNIAR KHUMAS
· Tanggal 12 September 2005
· Topik Program Intervensi (pencegahan dan terapi psikologis) untuk
anak-anak dari keluarga yang bercerai.
· Penulis JoAnne L.Pedro-Carrol and Emory L.Cowen
· Tahun 1985
· Judul The Children of Divorce Intervention Program: An
Investigation of the Efficacy of a School-Based Prevention
Program
· Jurnal Journal of Consulting and Clinical Psychology
· Vol. & Halaman Vol. 53, No. 5, 603-611
· latar belakang
· Landasan Teori Penelitian ini dilatari oleh peningkatan jumlah rata-rata
perceraian dari tahun ke tahun di Amerika Serikat.
Perceraian yang terjadi menimbulkan dampak negatif
terhadap kondisi psikologis semua anggota keluarga,
khususnya pada anak-anak sebagai korban yang
7. menderita paling parah.
Hasil penelitian dari banyak ahli menunjukkan bahwa
dampak perceraian antara lain, perasaan sedih, marah,
agresivitas, penolakan, masalah penyesuaian diri,
ekspresi afeksi yang kurang, prestasi akademik rendah,
penguasaan skill yang terhambat, kecemasan bahkan
depresi merupakan masalah-masalah yang lazim
dialami oleh anak-anak korban perceraian.
Hasil penelitian mengenai dampak negatif perceraian
memotivasi para peneliti untuk membuat program
intervensi (prevensi dan treatmen) bagi anak-anak
korban perceraian. Beberapa hasil penelitian yang
dipaparkan dalam jurnal ini menunjukkan hasil yang
signifikan dalam mengurangi efek negatif yang dialami
oleh anak-anak tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi children
support group (CSG) yang dimodifikasi bagi anak-anak
korban perceraian yang berusia 9-12 tahun yang
menekankan pada pemberian dukungan dan
ketrampilan kognitif anak, pengungkapan perasaan
(komponen afeksi) anak tentang perceraian orang tua,
serta upaya untuk mengontrol kemarahan yang
dirasakan anak.
·
· Metode
· Subyek
Pada awal penelitian, subjek berjumlah 75 anak (42 laki-laki,
33 perempuan). Tiga anak mengundurkan diri pada
saat penelitian berjalan sehingga data penelitian yang
dianalisis adalah: 40 subjek pada kelompok eksperimen
(KE) dan 32 subjek pada kelompok kontrol (KK). Dua puluh
satu (21) anak tingkat keenam, 20 tingkat kelima, 26
tingkat keempat dan 8 tingkat ketiga. Semua anak belum
pernah mengikuti program treatmen sebelumnya. Subjek
8. penelitian adalah anak-anak dari keluarga-keluarga yang
bersedia mengikuti penelitian, berasal dari kelas
menengah, berkulit putih, dan rata-rata telah bercerai
selama 23,6 bulan (Range = 1-84 bulan). Pengelompokan
subjek ke dalam KE dan KK dilakukan secara random.
· Manipulasi Semua peserta pertama kali diresepkan untuk
memastikan bahwa mereka dalam kesehatan yang baik,
berikut ini yang mereka ditugaskan untuk kelompok usia
dan pengalaman masing-masing.
Kelompok pengalaman menerima test ATC
baterai, dan setengah sisanya menerima baterai
kognitif.. Dalam setiap kelompok, urutan tes diberikan
secara acak untuk menghindari efek
Program treatmen terdiri dari 10 sesi program yang
terbagi atas 3 kelompok, yaitu: sesi 1-3, merupakan sesi
perkenalan masing-masing anggota, pembukaan diri
dengan menceritakan pengalaman satu sama lain,
memberikan dukungan dan menceritakan kecemasan
dan miskonsepsi mengenai perceraian. Sesi 4-6
merupakan program pembentukan komponen kognisi.
Sesi 7-9 merupakan program yang bertujuan untuk
mengelola dan mengontrol rasa marah. Sesi terakhir
merupakan evaluasi pengalaman mengikuti treatmen.
· Instrumen Instrumen penelitian terbagi atas 4 jenis, disesuaikan
dengan komponen yang terlibat dalam penanganan,
yaitu: guru, orangtua, kelompok leader, dan anak-anak.
Teacher rated children’s problem behavior on the
Classroom Adjustment Rating Scale (CARS; Lorion,
Cowen, & Caldwell, 1975). Skala yang terdiri dari 41
aitem yang mengukur 3 faktor permasalahan anak.
Banyaknya faktor dan skor total yang diperoleh
merupakan indikasi maladjustment pada anak.
Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak disebutkan.
9. Parent Evaluation Form, skala yang terdiri dari 14 aitem,
yang mengindikasikan maladjustment yang berat pada
skor total yang diperoleh. Informasi tentang reliabilitas
alat ukur tidak disebutkan
Group Leader Evaluation Form, terdiri dari dua bagian
yang masing-masing terdiri dari 8 aitem. Penilaian ini
diberikan dua kali, yaitu awal sesi ketiga dan setelah
sesi kesepuluh selesai. Skor total yang diperoleh
mengindikasikan penyesuaian subjek yang menjadi
lebih baik. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak
disebutkan.
Child measure, terdiri dari empat jenis alat ukur, yaitu:
Harter’s Perceived Competence Scale (28 aitem), The
State-Trait Anxiety Inventory for Children (STAIC) terdiri
dari 20 aitem, Children’s Attitude and Self Perception
(CASP) terdiri dari 15 aitem dan CAG (untuk
mengetahui komentar tentang kelompok, terdiri dari 6
aitem. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak
disebutkan.
· Hasil Tujuan utama penelitian ini, yaitu melakukan evaluasi
terhadap efektivitas program treatmen berbasis sekolah
yang diberikan pada anak-anak yang orang tuanya
bercerai dengan melibatkan guru, orang tua, kelompok
leader dan anak menunjukkan hasil yang positif
(perbedaan skor anak-anak pada kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil
yang signifikan, kecuali pada satu pengukuran, yaitu:
perceived competence dan self-esteem).
·
·
10. · Peringkas Topan jaya
· Tanggal 10/11/2014
· Topik .
· Penulis Ashley Nunes and Arthur F. Kramer
· Tahun 2009
· Judul Experience-Based Mitigation of Age-Related Performance
Declines: Evidence From Air Traffic Control
· Jurnal Journal of Experimental Psychology: Applied
· Vol. & Halaman Vol. 15, No. 1, 12–24
· latar belakang
· Landasan Teori
· manfaat penelitian
· Metode
· Subyek
36 kontrol ATC dan 36 non kontrol. dengan 18 lebih tua
dan 18 orang dewasa muda per Kelompok .Controller yang
lebih tua yang berusia antara 53 dan 64, memiliki
pengalaman jangkauan operasional antara 25 dan 38
tahun & Pengendali muda (15 laki-laki dan 3 perempuan)
berusia antara 20 dan 27 tahun telah pengalaman kisaran
antara 0,25 dan 4 tahun
· Manipulasi Tes awal diberikan pada guru, orangtua dan
anak-anak yang diselesaikan kira-kira satu minggu
sebelum program dimulai. Tes diberikan di sekolah
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 8-9 anak. Tes
akhir diberikan dua minggu setelah treatmen.
Program treatmen terdiri dari 10 sesi program
yang terbagi atas 3 kelompok, yaitu: sesi 1-3,
11. merupakan sesi perkenalan masing-masing anggota,
pembukaan diri dengan menceritakan pengalaman satu
sama lain, memberikan dukungan dan menceritakan
kecemasan dan miskonsepsi mengenai perceraian.
Sesi 4-6 merupakan program pembentukan komponen
kognisi. Sesi 7-9 merupakan program yang bertujuan
untuk mengelola dan mengontrol rasa marah. Sesi
terakhir merupakan evaluasi pengalaman mengikuti
treatmen.
· Instrumen Instrumen penelitian terbagi atas 4 jenis, disesuaikan
dengan komponen yang terlibat dalam penanganan,
yaitu: guru, orangtua, kelompok leader, dan anak-anak.
Teacher rated children’s problem behavior on the
Classroom Adjustment Rating Scale (CARS; Lorion,
Cowen, & Caldwell, 1975). Skala yang terdiri dari 41
aitem yang mengukur 3 faktor permasalahan anak.
Banyaknya faktor dan skor total yang diperoleh
merupakan indikasi maladjustment pada anak.
Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak disebutkan.
Parent Evaluation Form, skala yang terdiri dari 14 aitem,
yang mengindikasikan maladjustment yang berat pada
skor total yang diperoleh. Informasi tentang reliabilitas
alat ukur tidak disebutkan
Group Leader Evaluation Form, terdiri dari dua bagian
yang masing-masing terdiri dari 8 aitem. Penilaian ini
diberikan dua kali, yaitu awal sesi ketiga dan setelah
sesi kesepuluh selesai. Skor total yang diperoleh
mengindikasikan penyesuaian subjek yang menjadi
lebih baik. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak
disebutkan.
Child measure, terdiri dari empat jenis alat ukur, yaitu:
Harter’s Perceived Competence Scale (28 aitem), The
State-Trait Anxiety Inventory for Children (STAIC) terdiri
12. dari 20 aitem, Children’s Attitude and Self Perception
(CASP) terdiri dari 15 aitem dan CAG (untuk
mengetahui komentar tentang kelompok, terdiri dari 6
aitem. Informasi tentang reliabilitas alat ukur tidak
disebutkan.
· Hasil Tujuan utama penelitian ini, yaitu melakukan evaluasi
terhadap efektivitas program treatmen berbasis sekolah
yang diberikan pada anak-anak yang orang tuanya
bercerai dengan melibatkan guru, orang tua, kelompok
leader dan anak menunjukkan hasil yang positif
(perbedaan skor anak-anak pada kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil
yang signifikan, kecuali pada satu pengukuran, yaitu:
perceived competence dan self-esteem).
·
·
1. Participants of the study
2. Main purpose (tujuanpenelitian)
3. Research questions or hypotheses penelitian yang utama
4. Method of data collection (Metodepengumpulan data)
5. Metodeeksperimen (Intervention)
6. Method of data analysis (Metodeanalisa)
7. Main findings (hasilpenelitian)
8. Type of research study (quantitative or qualitative)
13. · Peringkas/NIM TOPAN JAYA
· Tanggal Tanggal tugasnya dikerjakan
· Topik Topik jurnal yang saudara ringkas
· Penulis M. Bachroni
· Tahun 2011
· Judul Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan
Kohesivitas Tim pada Kopertis V Yogyakarta
· Jurnal Jelas
· Vol. & Halaman VOLUME 38, NO. 1
14. Participants of the study
·
Subjek penelitiannya adalah karyawan KOPERTIS Wilayah
V Yogyakarta yang mengikuti pelatihan pembentukan tim.
Sebanyak 50 orang karyawan laki-laki dan wanita. Sebelum
penetapan subjek penelitian telah dilakukan analisis
kebutuhan pelatihan terlebih dahulu secara organisasional,
individual, maupun yang terkait dengan tugas pekerjaannya,
guna memenuhi syarat efektifitas pelatihan.
· tujuan penelitian untuk mening-katkan
kohesivitas tim yang diberikan
kepada tim kerja. Penelitian ini diharapkan
akan memberikan sumbangan yang berarti
dalam dunia industri dan organisasi untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul
sebagai akibat kurangnya kohesivitas pada
tim kerja..
· hypotheses
penelitian yang
utama
terdapat perbedaan kohesivitas tim sebelum dan setelah
diberi pelatihan pembentukan tim. Kohesivitas tim setelah
pelatihan pembentukan tim akan lebih tinggi disbanding
sebelum diberi pelatihan pembentukan tim
· Metode
pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode eksperimen yaitu
pembelajaran melalui pengalaman. Pembelajaran melalui
pengalaman adalah proses belajar yang terjadi ketika subjek
melakukan suatu aktivitas, kemudian ia memperhatikan,
menganalisis aktivitas yang dilakukannya itu secara kritis,
lalu mencari pemahaman berguna dari analisis tadi dan
menetapkan pengetahuan dan pemahaman tersebut dalam
perilaku mendatang.
Menurut saya metode pengambilan data yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
yaitu pengambilan data yang dilakukan berdasarkan ciri-ciri
atau kriteria tertentu terhadap sampel. dengan melakukan
15. analisis kebutuhan pelatihan terlebih dahulu secara
organisasional, individual, maupun yang terkait dengan
tugas pekerjaannya, guna memenuhi syarat efektifitas
pelatihan.
Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment, yaitu
pengukuran one group pretest-posttes design dengan
menggunakan kelompok eksperimen saja tanpa kelompok
kontrol.
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini
yaitu:
(1) melakukan pelatihan pembentukan tim pada peserta,
(2) satu bulan setelah pelatihan diberikan, dilakukan
pengukuran kembali kohesivitas tim yang berfungsi sebagai
alat untuk evaluasi perlakuan yang telah dilakukan. Skala
ingin melihat apakah ada perbedaan tingkat kohesivitas tim
sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Diharapkan
setelah pelatihan, kohesivitas tim dapat meningkat sesuai
dengan tujuan dari pelatihan.
(3) analisis kohesivitas tim menggunakan analisis statistic
inferensial paired sample t-test (t-test sample berpasangan).
· metode eksperimen
Intervention
Perlakuan yang dikakukan untuk meningkatkan kohesivitas
tim yaitu pelatihan atau pembentukan tim. Pelatihan dipilih
karena merupakan media yang dinilai efektif untuk
menstranfer pengetahuan (Noe, 2002). Kegiatan pelatihan
meliputi beberapa tahap sebagai berikut: (1) tahap
persiapan, pada tahap ini pelatih memberikan penjelasan
tentang kegiatan yang akan dilakukan, meliputi proses,
tanggung jawab, kemungkinan resiko yang akan diperoleh
anggota kelompok, pelaksanaan pertemuan dan melakukan
kesepakatan; (2) tahap peran serta, tahap ini dilakukan
dengan melaksanakan perkenalan antar perserta, dan
kemudian dilanjutkan dengan ungkapan kesan diri,
penggalian ide dan perasaan; (3) tahap transisi, tahap ini
16. dilalui dengan proses pengungkapan diri anggota kelompok,
pemberian umpan balik dan saran; (4) tahap terminasi,
tahap ini memberikan informasi pada anggota kelompok
bahwa kegiatan akan berakhir dan melakukan evaluasi
tentang perubahan yang dialami subjek selama mengikuti
kegiatan. Sebelum tahap persiapan dimulai, kepada subjek
diberikan pre-test dan setelah tahap terminasi berakhir,
kepada subjek disajikan post-test dengan materi yang sama
dengan materi pre-test. Setelah melaksanakan pelatihan
dilakukan pengukuran sikap atau perilaku untuk mengukur
adanya perubahan kohesivitas tim sebelum dan sesudah
pelatihan dengan menggunakan skala kohesivitas tim.
Pengukuran menggunakan skala kohesivitas tim diberikan
kepada kelompok eksperimen sebelum pelatihan dan satu
bulan setelah diadakan pelatihan pembentukan tim.
Pelatihan pembentukan tim pada kelompok eksperimen
diberikan dalam satu kali pertemuan dengan 13 jam.
Susunan acara pelatihan sebagai berikut. Pengantar, bagian
pengantar ini merupakan perwujudan dari tahap persiapan
meliputi: pembukaan, perkenalan pelatih dan fasilitator,
penjelasan maksud dan tujuan pelatihan oleh fasilitator, dan
diskusi peraturan pelatihan dengan peserta. Pemberian jajag
pengetahuan dilanjutkan pelaksanaan pelatihan: Sesi 1
“Pencairan”, sesi ini merupakan perwujudan dari tahap
peran serta, pada sesi ini diberikan permainan “What is this”
tujuannya adalah untuk menghilangkan suasana tegang
(prosedur pelatihan bias dilihat di lampiran). Sesi 2 “Definisi
tim”, sesi ini merupakan perwujudan dari tahap peran serta
dan transisi, pada sesi ini subjek diberi penjelasan mengenai
macam-macam kelompok dan definisi dari tim kerja.
Kemudian dilajutkan dengan mengisi lembar kerja
karakteristik dari masing-masing jenis tim dengan tujuan
agar subjek memahami macam-macam kelompok
17. pengertian tim kerja. Sesi 3 Tahap perkembangan kelompok
yang dibagi menjadi 4 yaitu (1) tahap forming, dengan tujuan
balajar pemahaman tahap forming; (2) tahap storming,
dengan tujuan balajar pemahaman tahap storming; (3) tahap
norming, dengan tujuan balajar pemahaman tahap norming;
(4) tahap performing, dengan tujuan balajar pemahaman
tahap performing. Sesi 4 Ceramah Pembentukan Tim, sesi
ini merupakan tahap transisi dan terminasi. Pelatih
melakukan kristalisasi dan memberikan penjelasan
mengenai tahapan dari perkembangan kelompok,
karakteristik yang menentukan efektivitas kelompok dengan
tujuan memahami karakteristik tim, memahami kerjasama
dalam tim, memahami kepemimpinan dalam tim, memahami
komunikasi dalam tim, norma dan kohesivitas tim, dengan
tujuan memahami norma tim dan memahami kohesivitas
dalam tim. Penutup, bagian ini merupakan perwujudan dari
tahap terminasi, pada tahap ini peserta diminta untuk
mengisi lembar evaluasi reaksi pelatihan (materi, pelatih dan
pelaksanaan). Untuk lebih lengkap tentang pelaksanaan dan
format evaluasi pelatihan pembentyukan tim ini dapat dilihat
pada lampiran modul pelatihan pembentukan tim. Pelatihan
pembentukan tim dilakukan dengan melibatkan pelatih dan
fasilitator yang dinilai telah berpengalaman dan memiliki
kompetensi di bidangnya. Pelatih yang berfungsi sebagai
agen perubahan dalam pelatihan pembentukan tim ini yaitu
seseorang yang telah memenuhi kompetensi memiliki
keterampilan intrapersonal, yaitu memiliki integritas, dewasa
(matang), dan mampu untuk mendidik. Keterampilan
intrapersonal yaitu memiliki kemampuan mendengarkan,
empati, mempengaruhi orang lain; keterampilan umum
konsultasi, yaitu dapat mendiagnosis pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan; menguasai teori-teori
pengembangan organisasi. Pelatih dalam pelatihan
18. pembentukan tim ini bertugas untuk memberikan ceramah
pada sesi pelatihan selama 60 menit.
· Metode analisa Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan
adalah menggunakan teknik analisis uji T-tes. Dengan
menggunakan analisis berpasangan (paired samples test).
· hasil penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil
bahwa rerata skor kohesivitas tim sebelum dilakukan
mengikuti pelatihan pembentukan tim adalah 48,28. Setelah
mengikuti pelatihan pembentukan tim, rerata skor adalah
54,10. Hal tersebut mengindikasikan terjadi kenaikan rerata
akibat mengikuti pelatihan pembentukan tim. Peningkatan
rerata pada masing-masing kelompok tersaji dalam terjadi
pula penurunan standar deviasi sebesar 0,266 di mana
pada saat sebelum diberikan pelatihan pembentukan tim,
standar deviasi sebesar 6,627 dan sesudah diberikan
pelatihan pembentukan tim standar deviasi sebesar 6,36.
Dan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai p=0,659
pada kelompok subjek sebelum pelatihan pembentukan tim
(p>0,05) dn nilai p=0,249 pada kelompok subjek sesudah
pelatihan pembentukan tim (p>0,05) yang berarti bahwa
data variabel penelitian normal.
· Type of research
study (quantitative or
qualitative
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif