Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang Vesikolitiasis atau batu ginjal yang merupakan penyakit ketiga paling umum setelah infeksi saluran kemih dan prostat. Dokumen juga menjelaskan tanda dan gejala serta tindakan operasi untuk mengangkat batu ginjal. Selain itu, dibahas pula mengenai prevalensi nyeri pasca operasi dan pentingnya mengatasi nyeri sebagai kebutuhan dasar manusia.
Alama Jual Obat Aborsi Kediri WA/081222292216/ Cytotec Asli Ampuh
Bab i
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu kandung kemih (Vesikolitiasis) merupakan penyakit terbanyak yang
diderita oleh masyarakat serta menduduki peringkat ke3 setelah penyakit infeksi
saluran kemih dan penyakit kelenjar prostat. Vesikolitiasis sering terjadi pada
sesorang yang pekerjaannya kurang gerakan fisik, stress, kegemukan dan sering
menahan kencing. Batu kandung kemih (Vesikolitiasis) merupakan penyakit
terbanyak yang diderita oleh masyarakat serta menduduki peringkat ke3 setelah
penyakit infeksi saluran kemih dan penyakit kelenjar prostat. Vesikolitiasis sering
terjadi pada sesorang yang pekerjaannya kurang gerakan fisik, stress, kegemukan
dan sering menahan kencing.
Vesikolitiasis merupakan suatu kondisi terdapatnya batu di dalam kandung
kemih (Muttaqin A dan Sari K, 2011). Tanda dan gejala Vesikolitiasis aliran
kemih pancarannya tidak kuat bahkan hanya menetes dan juga terasa nyeri
(Sjamsuhidajat, 2010). Salah satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu
pembedahan pada kandung kemih yang disebut dengan Vesikolitektomi atau
sectio alta. Tindakan ini dilakukan untuk mengangkat batu yang berada di
kandung kemih. Angka bebas batu pada tindakan ini yaitu 100%. Indikasi
dilakukannya pembedahan yaitu jika batu pada batu kandung kemih terlalu besar,
batu dan penderita kesulitan berkemih melalui uretra (Muslim, 2007).
Setelah proses pembedahan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Nyeri menyebabkan rangsangan nosiseptif. Setelah proses pembedahan akan
2. 2
terjadi proses inflamasi pada daerah sekitar operasi. Dimana terjadi pelepasan zat-
zat kimia (prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin, substansi P dan
lekotrein) oleh jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi dan nantinya
mempengaruhi proses terjadinya nyeri (Adrinata, 2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Tamsuri, 2007; Suzanne CS,
Brenda GB, 2002). Setiap individu mengalami nyeri dengan tingkat yang berbeda
setiap hari. Klasifikasi berdasarkan lama nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan
kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari 1 detik
sampai dengan kurang dari 6 bulan umumnya terjadi pada cedera, atau pada
pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi
(sedang sampai berat). Nyeri jenis ini biasanya hilang dengan sendirinya dengan
atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuh.Nyeri kronis adalah
nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan umumnya timbul tidak
teratur, intermiten atau bahkan persisten (Tamsuri, 2007).
Prevalensi nyeri pasca operasi dalam sampel 1490 klien rawat inap bedah,
didapatkan hasil nyeri sedang atau berat dilaporkan 41% klien pada hari 0, 30%
pada hari 1 dan 19%, 16%, 14% pada hari 2,3,4 (Eur J, 2008). Kontrol nyeri yang
efektif merupakan kebutuhan dasar manusia yang penting pada post operasi
(Gupta A, 2010). Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaannya harus
3. 3
diatasi, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang
mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahatnya
(Potter & Perry, 2005).
Alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan jika
mengalami gangguan kenyamanan atau nyeri. Nyeri merupakan penyebab utama
ketidakmampuan fisik dan psikologis seseorang sehingga dapat muncul berbagai
masalah. Menurut hierarki Maslow terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan
dasar manusia secara fisiologi. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang
sangat primer dan mutlak harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia
daripada kebutuhan dasar manusia yang lainnya yaitu kebutuhan keselamatan dan
keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri. Seseorang yang mengalami gangguan kenyamanan (nyeri) akan
mempengaruhi kebutuhan lain yang seharusnya dapat terpenuhi dengan sempurna
(Asmadi, 2005).
Survey awal yang dilakukan di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu didapatkan
data kejadian Vesikolitiasis pada tahun 2011 85 kasus, pada tahun 2012
meningkat menjadi 116 kasus, meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 130
kasus. Pada tahun 2014 periode bulan Januari-Oktober mengalami penurunan
dengan jumlah kasus sebanyak 7 kasus.Pada tahun 2014 menurun disebabkan
penetapan rujukan terstruktur akibat dikeluarkannya program Badan Jaminan
Penyelenggaraan Sosial. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan
meningkatnya kejadian Vesikolitiasis di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu, maka penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan
4. 4
keperawatan pada pasien dengan masalah nyeri Post Operasi Vesikolitiasis di
ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015”.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Dalam ruang lingkup ini penulis membatasi asuhan keperawatan pada
salah satu pasien dengan masalah nyeri Post Operasi Vesikolitiasis yang akan
dilaksanakan dalam 5 (lima) hari perawatan di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu.
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah
mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah nyeri
Post Operasi Vesikolitiasis sesuai dengan penerapan proses keperawatan.
B. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan konsep teori tentang Vesikolitiasis.
2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah pasien dengan
masalah nyeri Post Operasi Vesikolitiasis.
3. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
nyeri Post Operasi Vesikolitiasis.
4. Mampu membuat rencana asuhan tindakan keperawatan pada pasien
dengan masalah nyeri Post Operasi Vesikolitiasis.
5. 5
5. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada pasien dengan
masalah nyeri Post Operasi Vesikolitiasis.
6. Mampu menganalisa kesenjangan teori antara konsep teori dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah nyeri Post Operasi
Vesikolitiasis.
7. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah nyeri Post Operasi Vesikolitiasis.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.