SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
NOMOR : KM 5 TAHUN 1995
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN
KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN
MENTERI PERHUBUNGAN,
Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, telah diatur ketentuan mengenai
penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan;
b. bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Perhubungan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran
Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3186);
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480) jo. Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang
Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Undang-
Undang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3494);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);
4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Organisasi Departemen;
5. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan
Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1994;
6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 91/OT. 002/Phb-80
dan KM 164/OT 002/Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 58 Tahun
1991;
7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 1993
tentang Tata Cara Pemeriksaan Persyaratan Teknis dan Laik Jalan
Kendaraan Bermotor di Jalan;
M E M U T U S K A N :
dengan mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: 461/AJ.403/Phb-82 tentang
Penataan Kembali Jembatan Timbang di Jalan Raya;
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN
BERMOTOR DI JALAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Alat penimbangan adalah seperangkat alat untuk menimbang kendaraan bermotor
yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-pindahkan yang
digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta muatannya;
2. Satuan Kerja Unit Pelaksana Penimbangan adalah unit kerja di bawah Kantor
Wilayah Departemen Perhubungan yang melaksanakan tugas pengawasan terhadap
berat kendaraan beserta muatannya dengan menggunakan alat penimbangan yang
dipasang secara tetap pada setiap lokasi tertentu;
3. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan
jalan;
4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
5. Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang selanjutnya disebut Kantor
Wilayah adalah Instansi vertikal Departemen Perhubungan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Perhubungan.
BAB II
PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN
Bagian Pertama
Penentuan Lokasi Alat Penimbangan
Pasal 2
(1) Penentuan lokasi alat penimbangan yang dipasang secara tetap harus
memperhatikan :
a. rencana umum tata ruang;
b. jaringan transportasi jalan;
c. volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk angkutan barang;
d. kelancaran arus lalu lintas;
e. kelas jalan;
f. kondisi topografi lokasi;
g. tersedia lahan sekurang-kurangnya 4.000 (empat ribu) m2;
h. efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta muatannya.
(2) Lokasi alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
Bagian Kedua
Pengadaan, Pemasangan dan/atau Pembangunan
Pasal 3
a. Pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan yang dipasang
secara tetap atau pengadaan alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan
dilaksanakan oleh Direktur Jenderal.
b. Pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan oleh instansi lain setelah mendapat
persetujuan Direktur Jenderal.
Pasal 4
(1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilengkapi dengan fasilitas
penunjang.
(2) Fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari :
a. gedung operasional;
b. lapangan parkir kendaraan;
c. fasilitas jalan keluar masuk kendaraan;
d. gudang penyimpanan barang;
e. lapangan penumpukan barang;
f. bangunan gedung untuk generator set;
g. pagar;
h. perambuan untuk maksud pengoperasian.
(3) Alat penimbangan dan fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) harus memenuhi persyaratan teknis.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3), ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 5
Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan
yang dipasang secara tetap di jalan penghubung sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1990 tentang Jalan Tol dilakukan oleh
penyelenggara jalan tol setelah mendengar pendapat Menteri.
Pasal 6
Alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan, harus memenuhi persyaratan
teknis meliputi :
a. alat penimbangan elektronis yang dapat mengumpulkan, mengolah, dan mencetak
data hasil penimbangan;
b. mampu mendukung berat kendaraan beserta muatan pada setiap roda sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) ton dan/atau setiap sumbu sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) ton.
Bagian Ketiga
Pengoperasian
Pasal 7
(1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1), dioperasikan oleh Unit Pelaksana Penimbangan.
(2) Unit Pelaksana Penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
dengan keputusan tersendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Kepala Kantor Wilayah bertanggung jawab atas penyelenggaraan penimbangan
dan dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan instansi terkait.
Pasal 8
Pengaturan jumlah dan waktu kerja Petugas Unit Pelaksana Penimbangan dalam
pengoperasian alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
dilakukan oleh Unit Pelaksana Penimbangan yang bersangkutan dengan persetujuan
Kepala Kantor Wilayah setempat.
Pasal 9
Pengoperasian alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan dilaksanakan oleh
pejabat penyidik dan/atau petugas pemeriksa kendaraan bermotor di jalan.
Pasal 10
Penimbangan kendaraan beserta muatannya dilakukan dengan tata cara sebagai
berikut :
a. penimbangan kendaraan beserta muatannya dan penimbangan terhadap masing-
masing sumbu;
b. perhitungan berat muatan dilakukan dengan cara mengurangi hasil penimbangan
kendaraan beserta muatannya dengan berat kendaraan yang telah ditetapkan dalam
buku uji;
c. kelebihan berat muatan dapat diketahui dengan cara membandingkan berat muatan
yang ditimbang dengan daya angkut yang diizinkan dalam buku uji atau pelat
samping kendaraan bermotor;
d. kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu dapat diketahui dengan cara
membandingkan hasil penimbangan setiap sumbu dengan muatan sumbu terberat
pada kelas jalan yang dilalui.
e. kelebihan berat muatan atau muatan pada tiap-tiap sumbu sebesar 5 % (lima
prosen) dari yang ditetapkan dalam buku uji, tidak dinyatakan sebagai pelanggaran.
Pasal 11
(1) Apabila terjadi pelanggaran kelebihan berat muatan atau kelebihan muatan pada
tiap-tiap sumbu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pejabat Penyidik Pegawai
Negeri Sipil membuat berita acara pelanggaran, sebagaimana dalam Lampiran I
contoh 1 Keputusan ini.
(2) Dalam hal petugas penimbangan bukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil,
petugas penimbangan melaporkan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
yang ditugaskan pada Kantor Wilayah setempat.
Pasal 12
(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau petugas penimbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) melarang pengemudi meneruskan
perjalanan, apabila pelanggaran berat muatan melebihi 5 % ( lima prosen) dari
daya angkut yang ditetapkan dalam buku uji.
(2) Pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat meneruskan perjalanan
setelah menurunkan kelebihan muatan.
(3) Kegiatan membongkar dan/atau memuat kelebihan muatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dilakukan pada tempat yang ditentukan oleh pejabat
dan/atau petugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(4) Resiko kehilangan dan/atau kerusakan sebagai akibat kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), menjadi tanggung jawab pengemudi dan/atau
pengusaha angkutan barang yang bersangkutan.
Pasal 13
(1) Pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang dapat menggunakan fasilitas
gudang dan/atau lapangan penumpukan yang telah tersedia pada unit pelaksana
penimbangan.
(2) Penggunaan fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan berita acara yang dibuat oleh petugas
unit pelaksana penimbangan sebagaimana dalam Lampiran I contoh 2 Keputusan
ini.
(3) Kehilangan atau kerusakan barang yang dititipkan pada gudang dan/atau
lapangan penumpukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tanggung
jawab pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang yang bersangkutan.
Pasal 14
Mobil barang yang tidak bermuatan, mobil barang pengangkut peti kemas, alat berat,
bahan berbahaya, dan mobil barang yang mengangkut barang dengan menggunakan
tangki tidak diwajibkan untuk dilakukan penimbangan.
Pasal 15
(1) Pengoperasian alat penimbangan yang dipasang secara tetap di jalan penghubung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dilaksanakan oleh penyelenggara jalan tol
untuk memeriksa berat kendaraan beserta muatannya yang diizinkan memasuki
jalan tol.
(2) Kegiatan penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya untuk
menyeleksi kendaraan yang diizinkan memasuki jalan tol.
Pasal 16
Pelaksanaan penimbangan kendaraan bermotor oleh Unit Pelaksana Penimbangan
tidak dipungut biaya.
Pasal 17
(1) Unit Pelaksana Penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), wajib
memberikan laporan mingguan kepada Kepala Kantor Wilayah mengenai
kegiatan penimbangan sebagaimana dalam Lampiran II contoh 1.
(2) Kepala Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memberikan
laporan bulanan kepada Direktur Jenderal, selambat-lambatnya tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya sebagaimana dalam Lampiran II contoh 2.
Bagian Keempat
Pemeliharaan
Pasal 18
(1) Pemeliharaan dan perbaikan alat penimbangan beserta fasilitas penunjangnya
dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah.
(2) Alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib ditera oleh
instansi yang berwenang, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS
Pasal 19
(1) Direktur Jenderal melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas
penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan.
(2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. penentuan persyaratan teknis alat penimbangan;
b. penentuan petunjuk teknis, yang mencakup penetapan pedoman, prosedur
dan/atau tata cara penyelenggaraan alat penimbangan;
c. pemberian bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampuan dan
ketrampilan teknis para penyelenggara penimbangan kendaraan bermotor.
(3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan penimbangan;
b. kegiatan pemberian saran teknis dalam penyelenggaraan penimbangan.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Unit Pelaksana Penimbangan yang belum memenuhi persyaratan teknis sebagaimana
diatur dalam Keputusan ini, tetap dapat beroperasi sebagai Unit Pelaksana
Penimbangan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 3 Pebruari 1995
MENTERI PERHUBUNGAN
Dr. HARYANTO DHANUTIRTO
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada :
1. Para Menteri Kabinet Pembangunan VI;
2. KAPOLRI;
3. Sekjen,Irjen,Dirjen dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen
Perhubungan;
4. Para Gubernur KDH Tk.I;
5. Para Kepala Kepolisian Daerah;
6. Para Kadit. di lingkungan Ditjen. Hubdat;
7. Para Kakanwil Departemen Perhubungan;
8. Para Kepala Dinas LLAJ Tingkat I.

More Related Content

Similar to 1995, km 5 tahun 1995 ttg penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan

Pp no. 80 thn 2012
Pp no. 80 thn 2012Pp no. 80 thn 2012
Pp no. 80 thn 2012Sutra Sutra
 
pp_no._80_tahun_2012.pdfpdf
pp_no._80_tahun_2012.pdfpdfpp_no._80_tahun_2012.pdfpdf
pp_no._80_tahun_2012.pdfpdfagus nesta
 
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...Agis Sugiana
 
PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan TolPP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan TolPenataan Ruang
 
PM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdfPM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdfMayliaputri3
 
Skdirjen687tahun2002
Skdirjen687tahun2002Skdirjen687tahun2002
Skdirjen687tahun2002tedy2629
 
Penyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdf
Penyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdfPenyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdf
Penyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdfstiteknas jambi
 
Memo Ijin Taksi
Memo Ijin TaksiMemo Ijin Taksi
Memo Ijin TaksiSindikat
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...Penataan Ruang
 
UJI LAIK FUNGSI JALAN.pptx
UJI LAIK FUNGSI JALAN.pptxUJI LAIK FUNGSI JALAN.pptx
UJI LAIK FUNGSI JALAN.pptxGustialif2
 
PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020
PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020
PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020NicodemusArhatta
 
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020JalinKrakatau
 
Permenhub nomor 25 tahun 2020
Permenhub nomor 25 tahun 2020Permenhub nomor 25 tahun 2020
Permenhub nomor 25 tahun 2020PrabariniKartika
 
pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020Web Master
 
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan TolPeraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan TolYan Achmad
 
Km35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum
Km35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umumKm35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum
Km35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umumtedy2629
 
pm._no._36_tahun_2011.pdf
pm._no._36_tahun_2011.pdfpm._no._36_tahun_2011.pdf
pm._no._36_tahun_2011.pdfTedyBIA
 
pm._no._29_tahun_2011.pdf
pm._no._29_tahun_2011.pdfpm._no._29_tahun_2011.pdf
pm._no._29_tahun_2011.pdfSuryoNegoro3
 
Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012ramabhakti123
 

Similar to 1995, km 5 tahun 1995 ttg penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan (20)

Pp no. 80 thn 2012
Pp no. 80 thn 2012Pp no. 80 thn 2012
Pp no. 80 thn 2012
 
pp_no._80_tahun_2012.pdfpdf
pp_no._80_tahun_2012.pdfpdfpp_no._80_tahun_2012.pdfpdf
pp_no._80_tahun_2012.pdfpdf
 
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
 
PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan TolPP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
 
PM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdfPM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdf
 
Skdirjen687tahun2002
Skdirjen687tahun2002Skdirjen687tahun2002
Skdirjen687tahun2002
 
Penyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdf
Penyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdfPenyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdf
Penyelenggaraan kelompok 2-WPS Office (1).pdf
 
Memo Ijin Taksi
Memo Ijin TaksiMemo Ijin Taksi
Memo Ijin Taksi
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagi...
 
UJI LAIK FUNGSI JALAN.pptx
UJI LAIK FUNGSI JALAN.pptxUJI LAIK FUNGSI JALAN.pptx
UJI LAIK FUNGSI JALAN.pptx
 
PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020
PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020
PERMENHUB NO 25 TAHUN 2020
 
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
 
Permenhub nomor 25 tahun 2020
Permenhub nomor 25 tahun 2020Permenhub nomor 25 tahun 2020
Permenhub nomor 25 tahun 2020
 
Permenhub 25/2020
Permenhub 25/2020Permenhub 25/2020
Permenhub 25/2020
 
pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020
 
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan TolPeraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
 
Km35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum
Km35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umumKm35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum
Km35tahun2003 penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum
 
pm._no._36_tahun_2011.pdf
pm._no._36_tahun_2011.pdfpm._no._36_tahun_2011.pdf
pm._no._36_tahun_2011.pdf
 
pm._no._29_tahun_2011.pdf
pm._no._29_tahun_2011.pdfpm._no._29_tahun_2011.pdf
pm._no._29_tahun_2011.pdf
 
Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012Pm no. 60_tahun_2012
Pm no. 60_tahun_2012
 

More from tedy2629

14. Gemilang_Aptrindo_Benefit and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...
14. Gemilang_Aptrindo_Benefit  and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...14. Gemilang_Aptrindo_Benefit  and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...
14. Gemilang_Aptrindo_Benefit and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...tedy2629
 
(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdf
(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdf(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdf
(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdftedy2629
 
Longsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salam
Longsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salamLongsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salam
Longsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salamtedy2629
 
T.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptx
T.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptxT.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptx
T.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptxtedy2629
 
04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdf
04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdf04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdf
04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdftedy2629
 
T.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptx
T.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptxT.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptx
T.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptxtedy2629
 
menejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugas
menejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugasmenejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugas
menejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugastedy2629
 
Patologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptx
Patologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptxPatologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptx
Patologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptxtedy2629
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourtedy2629
 
Commuter rail study indonesian 0
Commuter rail study   indonesian 0Commuter rail study   indonesian 0
Commuter rail study indonesian 0tedy2629
 
Bes present english-61215
Bes present english-61215Bes present english-61215
Bes present english-61215tedy2629
 
2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...
2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...
2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...tedy2629
 
2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesi
2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesi2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesi
2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesitedy2629
 
2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...
2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...
2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...tedy2629
 
1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...
1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...
1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...tedy2629
 
1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalan
1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalan1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalan
1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalantedy2629
 
Uu 22 tahun 2009 ttg llaj
Uu 22 tahun 2009 ttg llajUu 22 tahun 2009 ttg llaj
Uu 22 tahun 2009 ttg llajtedy2629
 
Materi best practice study session
Materi best practice study sessionMateri best practice study session
Materi best practice study sessiontedy2629
 
En us ptv-vistro_brochure
En us ptv-vistro_brochureEn us ptv-vistro_brochure
En us ptv-vistro_brochuretedy2629
 

More from tedy2629 (20)

14. Gemilang_Aptrindo_Benefit and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...
14. Gemilang_Aptrindo_Benefit  and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...14. Gemilang_Aptrindo_Benefit  and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...
14. Gemilang_Aptrindo_Benefit and Cost Pemanfaatan Jaringan Jalan bagi Pengu...
 
(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdf
(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdf(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdf
(영문)[인니KCN] 중간보고 발표자료_v0.9_210205.pdf
 
Longsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salam
Longsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salamLongsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salam
Longsoran dan bagaimana mengatasinya dalam salam
 
T.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptx
T.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptxT.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptx
T.Kelompok 1(ganjil)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21.pptx
 
04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdf
04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdf04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdf
04.-231130_10.20_FKP-RPJPD-Provinsi-Jawa-Barat-2025-2045.pdf
 
T.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptx
T.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptxT.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptx
T.Kelompok 1(GANJIL)-M.Kebencanaan-Teknik Sipil Reg A21).pptx
 
menejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugas
menejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugasmenejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugas
menejemen kebencanaan kelompok dua dalam pemenuhan tugas
 
Patologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptx
Patologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptxPatologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptx
Patologi Birokrasi (1) Ahmad Ulul Azmi_41715719.pptx
 
Vega
VegaVega
Vega
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colour
 
Commuter rail study indonesian 0
Commuter rail study   indonesian 0Commuter rail study   indonesian 0
Commuter rail study indonesian 0
 
Bes present english-61215
Bes present english-61215Bes present english-61215
Bes present english-61215
 
2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...
2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...
2002, km 30 tahun 2002 perubahan km 69 1993 ttg penyelenggaraan angkutan bara...
 
2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesi
2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesi2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesi
2001, km 13 tahun 2001 ttg penetapan kelas jalan di p.sulawesi
 
2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...
2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...
2000, km 53 tahun 2000 ttg perpotongan & persinggungan jalur ka dgn bangu...
 
1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...
1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...
1999, km 70 tahun 1999 ttg pelaksanaan uji coba sim laka lalin di bali & ...
 
1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalan
1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalan1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalan
1993, km 60 tahun 1993 ttg marka jalan
 
Uu 22 tahun 2009 ttg llaj
Uu 22 tahun 2009 ttg llajUu 22 tahun 2009 ttg llaj
Uu 22 tahun 2009 ttg llaj
 
Materi best practice study session
Materi best practice study sessionMateri best practice study session
Materi best practice study session
 
En us ptv-vistro_brochure
En us ptv-vistro_brochureEn us ptv-vistro_brochure
En us ptv-vistro_brochure
 

Recently uploaded

Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desamateri penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desassuser274be0
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 

Recently uploaded (10)

Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desamateri penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 

1995, km 5 tahun 1995 ttg penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan

  • 1. KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, telah diatur ketentuan mengenai penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan; b. bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480) jo. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Undang- Undang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529); 4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen; 5. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1994; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 91/OT. 002/Phb-80 dan KM 164/OT 002/Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 58 Tahun 1991;
  • 2. 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 1993 tentang Tata Cara Pemeriksaan Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor di Jalan; M E M U T U S K A N : dengan mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: 461/AJ.403/Phb-82 tentang Penataan Kembali Jembatan Timbang di Jalan Raya; Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Alat penimbangan adalah seperangkat alat untuk menimbang kendaraan bermotor yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta muatannya; 2. Satuan Kerja Unit Pelaksana Penimbangan adalah unit kerja di bawah Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang melaksanakan tugas pengawasan terhadap berat kendaraan beserta muatannya dengan menggunakan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada setiap lokasi tertentu; 3. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan; 4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat; 5. Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang selanjutnya disebut Kantor Wilayah adalah Instansi vertikal Departemen Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Perhubungan. BAB II PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN Bagian Pertama Penentuan Lokasi Alat Penimbangan
  • 3. Pasal 2 (1) Penentuan lokasi alat penimbangan yang dipasang secara tetap harus memperhatikan : a. rencana umum tata ruang; b. jaringan transportasi jalan; c. volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk angkutan barang; d. kelancaran arus lalu lintas; e. kelas jalan; f. kondisi topografi lokasi; g. tersedia lahan sekurang-kurangnya 4.000 (empat ribu) m2; h. efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta muatannya. (2) Lokasi alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Bagian Kedua Pengadaan, Pemasangan dan/atau Pembangunan Pasal 3 a. Pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan yang dipasang secara tetap atau pengadaan alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal. b. Pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan oleh instansi lain setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal. Pasal 4 (1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilengkapi dengan fasilitas penunjang. (2) Fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari : a. gedung operasional; b. lapangan parkir kendaraan; c. fasilitas jalan keluar masuk kendaraan; d. gudang penyimpanan barang; e. lapangan penumpukan barang; f. bangunan gedung untuk generator set; g. pagar; h. perambuan untuk maksud pengoperasian. (3) Alat penimbangan dan fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi persyaratan teknis.
  • 4. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 5 Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan alat penimbangan yang dipasang secara tetap di jalan penghubung sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1990 tentang Jalan Tol dilakukan oleh penyelenggara jalan tol setelah mendengar pendapat Menteri. Pasal 6 Alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan, harus memenuhi persyaratan teknis meliputi : a. alat penimbangan elektronis yang dapat mengumpulkan, mengolah, dan mencetak data hasil penimbangan; b. mampu mendukung berat kendaraan beserta muatan pada setiap roda sekurang- kurangnya 10 (sepuluh) ton dan/atau setiap sumbu sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) ton. Bagian Ketiga Pengoperasian Pasal 7 (1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dioperasikan oleh Unit Pelaksana Penimbangan. (2) Unit Pelaksana Penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan keputusan tersendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Kepala Kantor Wilayah bertanggung jawab atas penyelenggaraan penimbangan dan dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan instansi terkait. Pasal 8 Pengaturan jumlah dan waktu kerja Petugas Unit Pelaksana Penimbangan dalam pengoperasian alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dilakukan oleh Unit Pelaksana Penimbangan yang bersangkutan dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah setempat. Pasal 9 Pengoperasian alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan dilaksanakan oleh pejabat penyidik dan/atau petugas pemeriksa kendaraan bermotor di jalan. Pasal 10 Penimbangan kendaraan beserta muatannya dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
  • 5. a. penimbangan kendaraan beserta muatannya dan penimbangan terhadap masing- masing sumbu; b. perhitungan berat muatan dilakukan dengan cara mengurangi hasil penimbangan kendaraan beserta muatannya dengan berat kendaraan yang telah ditetapkan dalam buku uji; c. kelebihan berat muatan dapat diketahui dengan cara membandingkan berat muatan yang ditimbang dengan daya angkut yang diizinkan dalam buku uji atau pelat samping kendaraan bermotor; d. kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu dapat diketahui dengan cara membandingkan hasil penimbangan setiap sumbu dengan muatan sumbu terberat pada kelas jalan yang dilalui. e. kelebihan berat muatan atau muatan pada tiap-tiap sumbu sebesar 5 % (lima prosen) dari yang ditetapkan dalam buku uji, tidak dinyatakan sebagai pelanggaran. Pasal 11 (1) Apabila terjadi pelanggaran kelebihan berat muatan atau kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara pelanggaran, sebagaimana dalam Lampiran I contoh 1 Keputusan ini. (2) Dalam hal petugas penimbangan bukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, petugas penimbangan melaporkan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pada Kantor Wilayah setempat. Pasal 12 (1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau petugas penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) melarang pengemudi meneruskan perjalanan, apabila pelanggaran berat muatan melebihi 5 % ( lima prosen) dari daya angkut yang ditetapkan dalam buku uji. (2) Pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat meneruskan perjalanan setelah menurunkan kelebihan muatan. (3) Kegiatan membongkar dan/atau memuat kelebihan muatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan pada tempat yang ditentukan oleh pejabat dan/atau petugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Resiko kehilangan dan/atau kerusakan sebagai akibat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), menjadi tanggung jawab pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang yang bersangkutan. Pasal 13 (1) Pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang dapat menggunakan fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan yang telah tersedia pada unit pelaksana penimbangan. (2) Penggunaan fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan berita acara yang dibuat oleh petugas
  • 6. unit pelaksana penimbangan sebagaimana dalam Lampiran I contoh 2 Keputusan ini. (3) Kehilangan atau kerusakan barang yang dititipkan pada gudang dan/atau lapangan penumpukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tanggung jawab pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang yang bersangkutan. Pasal 14 Mobil barang yang tidak bermuatan, mobil barang pengangkut peti kemas, alat berat, bahan berbahaya, dan mobil barang yang mengangkut barang dengan menggunakan tangki tidak diwajibkan untuk dilakukan penimbangan. Pasal 15 (1) Pengoperasian alat penimbangan yang dipasang secara tetap di jalan penghubung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dilaksanakan oleh penyelenggara jalan tol untuk memeriksa berat kendaraan beserta muatannya yang diizinkan memasuki jalan tol. (2) Kegiatan penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya untuk menyeleksi kendaraan yang diizinkan memasuki jalan tol. Pasal 16 Pelaksanaan penimbangan kendaraan bermotor oleh Unit Pelaksana Penimbangan tidak dipungut biaya. Pasal 17 (1) Unit Pelaksana Penimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), wajib memberikan laporan mingguan kepada Kepala Kantor Wilayah mengenai kegiatan penimbangan sebagaimana dalam Lampiran II contoh 1. (2) Kepala Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memberikan laporan bulanan kepada Direktur Jenderal, selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya sebagaimana dalam Lampiran II contoh 2. Bagian Keempat Pemeliharaan Pasal 18 (1) Pemeliharaan dan perbaikan alat penimbangan beserta fasilitas penunjangnya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah. (2) Alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib ditera oleh instansi yang berwenang, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 7. BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS Pasal 19 (1) Direktur Jenderal melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan. (2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. penentuan persyaratan teknis alat penimbangan; b. penentuan petunjuk teknis, yang mencakup penetapan pedoman, prosedur dan/atau tata cara penyelenggaraan alat penimbangan; c. pemberian bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampuan dan ketrampilan teknis para penyelenggara penimbangan kendaraan bermotor. (3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan penimbangan; b. kegiatan pemberian saran teknis dalam penyelenggaraan penimbangan. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Unit Pelaksana Penimbangan yang belum memenuhi persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam Keputusan ini, tetap dapat beroperasi sebagai Unit Pelaksana Penimbangan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 3 Pebruari 1995 MENTERI PERHUBUNGAN Dr. HARYANTO DHANUTIRTO
  • 8. SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Para Menteri Kabinet Pembangunan VI; 2. KAPOLRI; 3. Sekjen,Irjen,Dirjen dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan; 4. Para Gubernur KDH Tk.I; 5. Para Kepala Kepolisian Daerah; 6. Para Kadit. di lingkungan Ditjen. Hubdat; 7. Para Kakanwil Departemen Perhubungan; 8. Para Kepala Dinas LLAJ Tingkat I.