Makalah ini membahas tentang ragam bahasa Indonesia yang dibagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan media, cara pandang penutur, dan jenis pemakaian. Ragam bahasa dapat berupa lisan atau tulisan, dan dipengaruhi oleh daerah, pendidikan, serta sikap penutur. Setiap ragam memiliki fungsi tersendiri sesuai dengan konteks pemakaiannya.
1. Ragam Bahasa
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester ganjil mata kuliah bahasa
Indonesia
Disusun oleh:
Sindy Zulfa Maulida NIM.1584202144
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2015/2016
2. ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, dapat terselesaikannya makalah ini yang berjudul
“Ragam Bahasa” dengan sebaik-baiknya meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga penulis berterima kasih kepada Bapak Haerudin, M.Pd selaku
Dosen mata kuliah bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah
pengetahuan kita tentang ragam bahasa Indonesia. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan
rasa syukur, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
pembaca maupun penulis.
Tangerang, Desember 2015
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………...………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. iv
A. Latar Belakang ……………………………………………………………… iv
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………... iv
C. Tujuan ………………………………………………………………………. iv
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………... 1
A. Pengertian Ragam Bahasa …………………………………………………… 1
B. Macam-Macam Ragam Bahasa ……………………………………………... 1
1. Ragam bahasa berdasarkan media ……………………………………..... 1
2. Ragam bahasa dari cara pandang penutur ……………………………….. 3
3. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan jenis pemakaian………………….. 5
C. Fungsi Bahasa ……………………………………………………………….. 6
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………….8
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 8
B. Saran …………………………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 9
4. iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia bukanlah sistem yang tunggal. Sebagai bahasa yang
hidup dan berkembang serta digunakan dalam pelbagai ranah kehidupan dan
bermacam ragam penuturnya, bahasa Indonesia, mau tidak mau, tunduk pada
hukum perubahan. Arah perubahan itu selalu tidak terelakkan karena setiap
orang dapat mengubah bahasa secara berencana.
Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula memberi
pengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Setiap ragam
dalam bahasa Indonesia mempunyai fungsinya masing-masing sesuai dengan
ranah pemakaiannya.
Ragam bahasa yang beraneka ragam macamnya itu masih tetap disebut
“bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagai teras atau inti sari
bersama yang umum. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, serta tata
makna, pada umumnya sama. Itulah sebabnya, masih bisa dipahami oleh
seseorang ketika orang lain berbahasa Indonesia walaupun seseorang itu
dapat mengenali adanya perbedaan-perbedaan pada orang lain itu dalam
mewujudkan bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ragam bahasa ?
2. Apa saja macam dari ragam bahasa ?
3. Apa fungsi bahasa ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ragam bahasa
2. Mengetahui macam-macam ragam bahasa
3. Mengetahui fungsi bahasa
5. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.
Variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa dapat dibedakan
berdasarkan media pengantarnya dan berdasarkan situasi pemakaiannya.
Berdasarkan media pengantarnya, ragam bahasa dapat dibagi atas dua macam,
yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam
bahasa dapat dibagi atas tiga macam, yaitu ragam formal, ragam semiformal, dan
ragam nonformal.
Penggolongan ragam bahasa berdasarkan media pengantarnya atau cara
berkomunikasi menghasilkan ragam lisan dan dan tulisan. Kedua ragam itu dapat
disebut ragam utama karena apa pun ragam bahasa yang dipilih oleh seseorang,
harus diwujudkan dalam bentuk lisan atau tulisan.
Mengenali ragam bahasa menurut golongan penutur bahasa dan ragam
bahasa menurut jenis pemakaian bahasa. Akan melihat bahwa ragam-ragam itu
bertautan. Ragam yang ditinjau dari sudut pandangan penutur dapat diperinci
menurut patokan daerah, pendidikan, dan sikap penutur.
B. Macam-Macam Ragam Bahasa
Ragam bahasa dibagi tiga, yaitu berdasarkan media, cara pandang penutur,
dan jenis pemakaian.
1. Ragam bahasa berdasarkan media
a. Ragam bahasa lisan
6. 2
Ragam lisan adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya
kepada pendengar atau teman bicaranya. Ragam bahasa lisan ini
ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya. Biasanya
digunakan pada saat berbicara, berpidato, berdiskusi, dan berdebat.
b. Ragam bahasa tulisan
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang ditulis atau dicetak
dengan memerhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar.
Ragam bahasa tulis dapat bersifat formal, semiformal, dan nonformal.
Dalam penulisan makalah seminar dan skripsi, penulis harus
menggunakan ragam bahasa formal sedangkan ragam bahasa semiformal
digunakan dalam perkuliahan dan ragam bahasa nonformal digunakan
keseharian secara informal.
c. Perbedaan ragam lisan dengan ragam tulisan
1) Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang siap mendengar
apa yang diucapkan oleh seseorang, sedangkan ragam tulis tidak
selalu memerlukan lawan bicara yang siap membaca apa yang
dituliskan.
2) Pada ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek,
predikat, objek, dan keterangan tidak selalu dinyatakan dengan kata-
kata. Unsur-unsur itu sering dapat dinyatakan dengan bantuan gerak
tubuh dan mimik muka. Pada ragam tulis, fungsi gramatikal harus
dinyatakan secara eksplisit agar orang yang membaca suatu tulisan
dapat memahami maksud penulisnya.
3) Ragam lisan terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
Sedangkan ragam tulis tidak terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan
waktu.
4) Pada ragam lisan, makna dipengaruhi oleh tinggi-rendah dan panjang-
pendeknya nada suara, sedangkan pada ragam tulis, makna ditentukan
oleh pemakaian tanda baca.
7. 3
Kedua ragam tersebut seyogianya dikuasai secara berimbang oleh mereka
yang ingin memanfaatkan bahasa secara maksimal sebagai media
berkomunikasi. Jika seseorang hanya menguasai salah satu ragam, lisan saja
atau tulisan saja, sebenarnya kemampuan berkomunikasinya belum lengkap.
Berkomunikasi secara lisan dan secara tulis sama pentinngnya karena anatara
keduanya dapat saling melengkapi.
2. Ragam bahasa dari cara pandang penutur
Ditinjau dari sudut pandangan penutur, ragam bahasa Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi tiga ragam:
a. Ragam menurut daerah penutur
Ragam daerah dikenal juga dengan logat atau dialek. Bahasa yang
menyebar luas selalu mengenal logat. Setiap dialek atau logat dapat
dipahami secara timbal-balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh
penutur dialek yang daerah geografisnya berdampingan. Dialek-dialek
geografis bahasa Indonesia yang dikenal sekarang, berkat sarana
perhubungan yang lebih baik dan sempurna lewat pesawat terbang,
kapal laut, mobil, radio, televisi, dan surat kabar, agaknya tidak akan
berkembang menjadi bahasa-bahasa yang tersendiri.
Dialek atauu logat daerah adalah yang paling kentara karena tata
bunyinya yang mudah dipahami. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan,
turun-naiknya nada, dan panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun
aksen yang berbeda-beda. Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal
tentu ada juga, tetapi mungkin kurang tampak. Ragam dialek dengan
sendirinya erat berhubungan dengan bahasa ibu si penutur.
b. Ragam menurut pendidikan penutur
Ragam bahasa Indonesia menurut pendidikan penutur menunjukkan
perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan kaum
yang tidak berpendidikan formal. Tata bunyi bahasa Indonesia
8. 4
golongan yang kedua berbeda dengan fonologi kaum terpelajar atau
yang berpendidikan formal. Bunyi /f/, /v/, dan gugus konsonan akhir
/ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang tidak
bersekolah atau hanya berpendidikan rendah. Bentukan pasif, fitnah,
film, fakultas, variasi, televisi, November dan kompleks misalnya,
yang dikenal di kalangan orang berpendidikan bervariasi dengan
bentukan pasip, pitnah, pilem, pakultas, pariasi, telepisi, Nopember,
dan komplek dalam ragam bahasa Indonesia orang yang tidak beruntung
dapat menikmati pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Perbedaan
kedua ragam itu juga tampak dalam tata bahasa. Kalimat Saya mau tulis
itu surat ke pamanku cukup jelas maksudnya, tetapi bahasa yang apik
menuntut agar bentuknya menjadi Saya mau menulis surat itu kepada
paman saya. Rangkaian kata Indonesia dapat disusun menjadi kalimat
Indonesia, tetapi tidak setiap kalimat Indonesia termasuk kalimat yang
apik.
Bahasa Indonesia kaum terpelajar atau orang yang berpendidikan,
yang lazimnya dipertautkan dengan bahasa Indonesia persekolahan,
berciri pemeliharaan. Lembaga pemerintah, lembaga perwakilan rakyat,
badan kehakiman, pers, radio, televisi, mimbar agama, dan profesi
ilmiah, singkat kata, setiap lembaga yang hendak berbahasa Indonesia
dengan khalayak ramai akan menggunakan ragam bahasa yang
berpendidikan.
c. Ragam menurut sikap penutur
Ragam bahasa Indonesia menurut sikap penutur mencakup
sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada dasarnya
tersedia bagi setiap pemakainnya. Ragam ini sering disebut dengan
istilah langgam atau gaya. Pemilihannya bergantung pada sikap penutur
terhadap orang lawan yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya.
Sikap itu dipengaruhi antara lain, oleh umur dan kedudukan yang
9. 5
disapa, tingkat keakraban antarpenutur, pokok persoalan yang
disampaikan, dan tujuan penyampaian informasinya. Dalam hal
ragam bahasa Indonesia menurut sikap penutur, pebahasa dihadapkan
dengan pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu yang menggambarkan
sikap seseorang, seperti yang kaku resmi, adab, dingin, hambar, hangat,
akrab, atau santai. Perbedaan berbagai gaya itu tercermin melalui
kosakata dan tata bahasa.
3. Ragam bahasa berdasarkan jenis pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan jenis pemakaiannya dapat diperinci
menjadi dua, yaitu ragam menurut pandangan bidang atau pokok persoalan,
dan ragam yang mengalami gangguan pencampuran.
a. Ragam menurut bidang persoalan
Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalam sejumlah lingkungan
masyarakat yang adat-istiadat atau tata cara pergaulannya mungkin
berbeda-beda. Perbedaan itu terwujud pula dalam pemakaian bahasanya.
Keadaan ini melahirkan dialek sosial. Seseorang yang ingin turut serta
dalam bidang tertentu atau yang ingin membicarakan pokok persoalan
yang berkaitan dengan lingkungan itu harus memilih salah satu ragam
yang dikuasainya dan yang cocok dengan bidang atau pokok persoalan
itu. Jumlah ragam yang dimilikinya agak terbatas karena bergantung
pada luas pergaulannya, pendidikannya, profesinya, kegemarannya, dan
pengalamannya.
Peralihan ragam sering berkisar pada pemilihan sejumlah kata atau
ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang atau pokok persoalan
yang bersangkutan. Sekadar contoh, istilah-istilah seperti sembahyang,
magrib, pendeta, dan karmapala, khusus digunakan dalam ranah atau
bidang agama; kata-kata seperti partai, pemilihan umum, rapat umum,
dan organisasi, digunakan khusus dalam ranah politik; serta istilah-
istilah sajak, bait, unsur intrinsik, dan tema, khusus digunakan dalam
10. 6
ranah seni sastra. Pemakaian ragam menurut bidang atau pokok
persoalan sering didasari oleh praanggapan terhadap adanya ragam
bahasa yang lain, seperti kalimat-kalimat yang berhubungan dengan
pokok persoalan dalam bidang ekonomi atau manajemen yang
mempersyaratkan pemakaian ragam bahasa orang yang
berpendidikan formal.
b. Ragam menurut gangguan pencampuran
Ragam bahasa yang mengalami gangguan pencampuran ini setidaknya
dapat mengarah pada dua hal, yaitu campur kode dan interferensi.
Campur kode merupakan percampuran unsur-unsur bahasa yang berbeda
(terutama dalam penggunaan kosakata) dalam satu satuan bentuk ujar
(lisan atau tulisan), sedangkan interferensi merupakan ragam bahasa
yang timbul akibat adanya percampuran pola dua bahasa atau lebih
(yang satu dengan yang lainnya berbeda) dalam diri seorang
dwibahasawan pada saat mewujudkan satu satuan tindak ujar.
Walaupun diakui bahwa dalam kontak bahasa ada proses pengaruh-
memengaruhi di antara bahasa-bahasa yang digunakan secara
berdampingan, seperti halnya di Indonesia, keleluasaan itu ada
batasnya. Selama pemasukan unsur-unsur bahasa daerah Nusantara atau
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, mengisi kekosongan atau
memperkaya kesinoniman dalam kosakata atau
bangun kalimat, gejala itu dianggap wajar. Akan tetapi, jika unsur
bahasa yang bersangkutan mengganggu keefektifan penyampaian
informasi, maka ragam bahasa Indonesia yang dicampuri unsur-unsur
masukan itu hendaknya dihindari.
C. Fungsi Bahasa
Pentingnya peranan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia tercermin pada
ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: “Kami poetra dan poetri
11. 7
Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”. Dan pada
Undang-Undang 1945 pasal 36 yang di dalamnya dinyatakan bahwa “bahasa
negara ialah bahasa Indonesia”. Ikrar Sumpah Pemuda 1928 menegaskan bahwa
bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa kebangsaan, sedangkan
hakikat bahasa negara dalam UUD 1945 tidak lain dari menegaskan fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia.
Fungsi bahasa secara umum:
1. Sebagai alat berkomunikasi
2. Sebagai alat mengekspresikan diri
3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial
4. Sebagai alat kontrol sosial
5. Sebagai alat untuk berfikir
Fungsi bahasa secara khusus:
1. Sebagai bahasa nasional
2. Sebagai bahasa negara
12. 8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa bersifat dinamis artinya bahasa selalu mengalami perkembangan-
perkembangan. Begitupula dengan ragam bahasa yang kian hari kian kaya.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaiannya, topik
yang dibicarakan, hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium
pembicaraannya. Ditinjau dari sudut pandang penutur, ragam bahasa
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga ragam: (1) ragam daerah penutur,
(2) ragam pendidikan penutur, dan (3) ragam sikap penutur.
Ragam bahasa berdasarkan jenis pemakaiannya dapat diperinci menjadi
ragam menurut bidang atau pokok persoalan dan ragam yang mengalami
gangguan pencampuran. Terdapat kaitan yang erat antara ragam bahasa
Indonesia yang digunakan dan sikap penutur terhadap bahasa Indonesia.
Fungsi bahasa secara umum, yaitu sebagai alat berkomunikasi sebagai alat
mengekspresikan diri, sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial, sebagai
alat kontrol sosial, dan sebagai alat untuk berfikir. Fungsi bahasa secara khusus,
yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
B. Saran
Baiknya disadari bahwa jumlah ragam yang kita pahami biasanya lebih besar
daripada jumlah ragam yang kita kuasai. Hal itu juga berlaku bagi pengetahuan
kita tentang kosakata dan sintaksis. Jika seseorang hanya menguasai salah satu
ragam bahasa saja, sebenarnya kemampuan berkomunikasinya belum lengkap.
Dengan mempelajari ragam bahasa, kita bisa lebih bijak dalam menggunakan
ragam bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Mempelajari ragam bahasa
juga menambah khasanah kebahasaan kita.
13. 9
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi.
Santoso, Djoko. 2013. MATERI KULIAH MATA KULIAH BAHASA
INDONESIA. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Suandi, Nengah dkk. 2013. KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA
Berorientasi Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial. Singaraja: Pustaka
Universitas Pendidikan Ganesha.