SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
KELAS KATA
Diajukan untuk Tugas Akhir Semester Ganjil
Dosen pengampu:
Haerudin M,Pd
Disusun oleh:
Siti Soniyah 1584202077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Kelas
Kata", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini menjelaskan tentang pengertian kelas kata, pembagian kelas kata.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak memperoleh, bimbingan
serta masukan dari beberapa pihak terkait. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna
itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Penulis juga
mengharapkan maklah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Tangerang,19 desember 2015
Penulis,
Siti Soniyah
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAUHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelas Kata
2.2 Pembagian Kelas Kata
2.2.1 Verba
2.2.2 Ajektiva
2.2.3 Nomina
2.2.4 Pronomina
2.2.5 Numerilia
2.2.6 Adverbia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung arti dan
makna. Kata dapat digolongkan ke dalam kelas-kelas yang berbeda-beda yang
sering kita sebut dengan kelas kata. Kelas kata termaksuk salah satu permasalahan
atau problem yang selalu diperbincangkan dalam analisis bahasa, hal ini karena
adanya perbedaan dalam penggolongan atu pengelasan kata oleh para ahli.
Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan
atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai
mana kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas
beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau
lebih.
Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa
unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata
merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa.
Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli bahasa.
Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang satu dengan
yang ain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut
pandaang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan
konsep antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan
dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini akan membahas mengenai perbedaan
pendapat para ahli dalam pengelasan kata tersebut serta pembagian-
pembagiannya.
Makalah ini dibuat agar kita khususnya penulis dapat memahami dan mengerti
apa itu pengertian kelas kata, pembagian kelas kata. Agar dapat berbahasa yang
baik dan benar.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian kelas kata?
2. Apa saja kelas kata?
1.3 Tujuan
2. Mengetahui pengertian kelas kata
3. Mengetahui apa saja kelas kata
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kelas kata
Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah
pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam
bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat komplek
yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas
satu suku kata atau lebih.
2.2 Pembagian kelas kata
2.2.1 Verba
Pengertian verba
Secara sintaktis sebuah satuan gramatikal dapat dikatakan berkategori
verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar; jadi sebuah kata dapat
dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase, yakmi dalam
hal kemungkinannya satuan itu didampingi partikel tidak dalam konstruksi
dan dalam hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke,
dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak.
Dari bentuknya dapat dibedakan:
(1) Verba dasar bebas,
Yaitu verba yang berupa morfem dasar.
Contoh: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur.
(2) Verba turunan,
Yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa panduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita
jumpai:
a) Verba berafiks:
Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahitkan,
menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan.
b) Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah, pulang-
pulang, senyum-senyum.
c) Verba berproses gabung:
Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d) Verba majemuk:
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
Subkategorisasi
A) Dilihat dari banyaknya nomina yang yang mendampinginya dapat
dibedakan menjadi:
1) Verba intransitive,
Yaitu verba yang menghindarkan obyek. Klausa yang memakai
verba ini hanya mempunyai satu nomina. Di antara verba intransitive
terdapat sekelompok verba yang berpadu dengan nomina, misalnya alih
bahsa, campur tangan, cuci mata, bersepeda, bersepatu. Di smaping itu,
juga terdapat sekelompok verba yang tidak bias bergabung dengan prefix
me-, ber- tanpa mengubah makna dasarnya. Dalam tata bahasa tradisional
verba semacam itu disebut kata kerja aus.
2) Verba transitif,
Yaitu verba yang bias mempunyai atau harus mendampingi obyek.
Berdasarkan banyaknya obyek, terdapat:
a) Verba monotransitif
Contoh: Saya menulis surat
Subjek obyek
b) Verba bitransitif ,
Yaitu verba yang mempunyai 2 obyek.
Contoh: Ibu memberi adik kue
Subyek obyek tak langsung obyek langsung
c) Verba ditransitif,
Yaitu verba transitif yang obyeknya tidak muncul.
B) Dilihat dari hubungan verba dan nomina, dapat dibedakan:
1. Verba aktif,
Yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba
demikian biasanya berprfiks me-, ber-, atau tanpa perefiks.
Contoh: Ia mengapur dinding.
Apabila ia ditambahin oleh sufiks –kan, maka verba itu bermakna
benefaktf atau kausatif.
Contoh: Ia membuatkan saya baju
Apabila ditandai oleh sufiks –I, maka verba bermakna lokatif atau
repetif.
Contoh: Adik menyirami bunga.
2. Verba pasif,
Yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran,
atau hasil. Verba demikian biasanya diawali denganprefiks di- atau ter-.
Apabila ditandai dengan prefix ter- yang berarti dapat di’atau’tidak dengan
sengaja’maka verba itu bermakna prefektif.
Contoh: Adik dipukul ayah
Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu
dengan mengganti afiksnya.
Contoh: Adik disayangi ayah – Ayah menyayangi adik
3. Verba anti-aktif (ergatif)
Yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan
subyeknya merupakan penanggap (yang merasakan, menderita,
mengalami).
Contoh: Ibu kecopetan di bis
4. Verba anti-pasif
Yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh: Ia haus akan kasih saying
C) Dilihat dari interaksi antara nomina pendampingnya, dapat dibedakan:
I. Verba resiprokal,
Yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua
pihak, dan perbuatan tersebut dlakukan dengan saling berbalasan. Kedua
belah pihak terlibat perbuatan.
Beberapa bentuk verba resiprokal:
a. Ber + calon verba yang mempunyai sifat resiprokal.
Contoh: berkelahi, berperang.
b. Ber + verba dasar + an
Contoh: bersentuhan, berpegangan, bertolongan
c. Ber + reduplikasi verba dasar + an
Contoh: bermaaf-maafan, bersalam-salaman.
d. Saling me + verba dasar + i
Contoh: saling membari, saling memaki, saling mengampuni
e. Baku + verba dasar
Contoh: baku hantam, baku tembak, baku piara
f. Verba dasar1 + me + verba dasar2
Contoh: tolong-menolong
g. Reduplikasi verba + an
Contoh: cubit-cubitan
h. Saling ter + verba dasar
Contoh: saling tertarik
i. Saling ke + verba dasar + an
Contoh: saling kehilangan
j. Me + verba +
−𝑖
−𝑘𝑎𝑛
+ satu sama lain
Contoh: mencintai satu sama lain, memaafkan satu sama lain
II. Verba non- resiprokal,
Yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh
dua pihak dan tidak saling berbalasan.
2.2.2 Ajektiva
Pengertian ajektiva
Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk,
(1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3)
didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri
morfologis, seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitive), -I (dalam
alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil –
keadilan, halus – kehalusan, yakin – keyakinan (Ciri terakhir ini berlaku bagi
sebagian besar ajektiva dasar dan bias menandai verba intransitive, jadi ada
tumpang tindih di antaranya).
Subkategori
Ada du macam kategori ajektiva:
a. ajektiva predikatif, yaitu ajektiva yang dapat menempati posisi predikat
klausa, misalnya hangat, sulit, mahal.
b. ajektiva atributif, yaitu ajektiva yang mendampingi nomina dalam frase
nominal, misalnya nasional, niskala.
Pada umumnya ajektiva predikatif dapat berfungsi secara atributif, sedangkan
ajektiva atributif tidak dapat berfungsi secara predikatif.
a. ajektiva bertaraf, yakni yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan
sebagainya, seperti nasional, intern.
b. ajektiva tak bertaraf, yakni yang tidak dapat berdampingan dengan agak,
sangat, dan sebagainya, seperti nasional inter
2.2.3 NOMINA
Pengertian nomina
Nomina adalah kategori yang secara sintaktis (1) tidak mempunyai
potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, (2) mempunyai potensi untuk
didahului oleh partikel dari.
Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak,
tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan: tidak kekasih seharusnya bukan
kekasih. Nomina dapat dibedakan menjadi:
1) berdasarkan bentuknya: (a) nomina dasar: rumah, orang, burung, dan
sebagainya.(b) nomina turunan:
ke- : kekasih, kehendak, ketua
per- : pertanda, persegi
pe- : petinju, petani, pelempar
peng- : pengaeas, pengekor, pengacara
-an : tulisan, bacaan, kiriman
Peng-an : pengawasan, penggrapan, penganiayaan
Per-an : persatuan, perdamaian, pertahan
Ke-an : kemerdekaan, kesatuan, kesehatan
2) berdasarkan subkategori: (a) nomina bernyawa (kerbau, sapi, manusia) dan
tidak bernyawa (bunga, rumah, sungai); (b) nomina terbilang :lima orang
mahasiswa, tiga ekor kuda, sekuntumbunga); dan tidak terbilang (air laut,
awan, langit).
2.2.4 PRONOMINA
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kenomina lain,
berfungsiuntuk menggantikan nomina. Ada tiga macam pronominal yaitu:
1) Pronomina persona adalah pronominal yang mengacu kepada orang.
Persona pertama tuggal saya, aku, daku,, -ku, dan persona jamak kami:
persona kedua tunggal engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu. Dan
persona jamak kalian, kamu sekalian, anda sekalian: persona ketiga
tunggal ia, dia, beliau, -nya.
2) Pronominal petunjuk: (a) pronominal penunjuk umum ialah, ini, tu,
dan anu; pronominal penunjuk tempat sini, situ, sana.
3) Pronominal penanya adalah pronominal yang digunakan sebagai
pemarkah (penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis, yaitu:
(a) orang siapa, (b) barang apa menghasilkan turunan di mana, ke
mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.
2.2.5 Numeralia
Pengertian numeralia
Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Numeralia adalah
kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis,
(2) mempunyai potensi untuk mendamping numeralia lain, dan (3) tidak
dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Numeralia mewakili
bilangan yang terdapat dalam alam diluar bahasa.
1) Numeralia pokok tentu, mengacu pada bilangan pokok, yakni 0(nol),
1(satu), 2(dua), sampai 9 (Sembilan).Ada pula numeralia yang
merupakan gugus yaitu diantara sepuluh dan dua puluh dipakai gugus
yang berkomponen belas. Bilangan di atas bilangan sembilan belas
dinyatakan dengan menganggap seolah olah bilangan itu terdiri atas
beberapa gugus dan bilangan. Contoh : 7.859 =Tujuh ribu delapan
ratus lima puluh Sembilan. Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia
pokok ditempatkan di muka nomina dan dapat diselingi oleh kata
penggolong seperti orang, ekor, dan buah. Contoh: majalah kami
memerlukan tiga orang penyunting, pak hasan mempunyai dua ekor
burung merak.
2) Numeralia pokok kolektif, dibentuk dengan prefiks ke- yang
ditempatkan dimuka nomina yang diperankan. Contoh: ketiga pemain,
kedua gedung, kesepuluh anggota. Jika tidak diikuti oleh nomina,
biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi dengan -nya. Contoh:
kedua-duanya, ketiga-tiganya.
Numeralia kolektif dibentuk dengan cara:
a. Penambahan prefiks ber- atau se- pada nomina tertentu setelah
numeralia. Contoh: tiga bersaudara, empat beranak, tiga sekawan,
tiga serangkai, dua sejoli.
b. Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok dan hasilnya
diletakkan sesudah pronominal persona. Contoh: (kamu) berlima,
(kami) berenam.
c. Pemakain numeralia yang berprefiks ber- dan yang diulang.
Contoh: beribu- ribu, berjuta-juta.
d. Pemakaian gugus numeralia yang bersufiks –an. Contoh: puluhan,
ratusan.
3) Numeralia pokok distributif, dapat dibentuk dengan cara mengulang
kata bilangan. Artinya ialah ‗demi‘ dan ‗masing-masing‘. Contoh:
satu-satu, dua-dua.
4) Numeralia pokok tak tentu, mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan
sebagian besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban atas
peranyaan yang memakai kata tanya berapa, ditempatkan di muka
nomina yang diterangkannya. Contoh: banyak orang, berbagai
masalah, pelbagai budaya, sedikit air, semua jawaban, seluruh rakyat,
segala penjuru, segenap anggota.
5) Numeralia pokok klitika, yaitu numeralia lain yang dipungut dari
bahasa Jawa Kuna, diletakkan di muka nomina yang bersangkutan.
Contoh: triwulan, caturwulan, pancasila, saptamarga, dasalomba.
6) Numeralia ukuran. Contoh: lusin, kodi, meter, liter, atau gram.
7) Numeralia Tinggat Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia
tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka
bilangan yang bersangkutan. Contoh: kesatu atau pertama, kesepuluh,
pemain ketiga, jawaban kedua itu, suara pertama.
8) Numeralia Pecahan Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi
bagian yang lebih kecil yang dinamakan numeralia pecahan. Cara
membentuknya dengan memakai kata per- diantara bilangan pembagi
dan penyebut. Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok.
Bilangan campuran dapat ditulis desimal. Contoh: 1/2 = seperdua,
setengah, separuh; 1/10 = sepersepuluh; 3/5 = tiga perlima; 9,75 =
sembilan tigaperempat atau sembilan koma tujuh lima.
9) Frase Numeralia Umumnya dibentuk dengan menambahkan kata
penggolong. Contoh: dua ekor (kerbau), lima orang (penjahat), tiga
buah (rumah).
2.2.6 ADVERBIA
Pengertian Adverbia
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampin adjektiva, numeralia,
atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Sekalipun banyak adverbial dapat
mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu bukan
menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan,
karena adverbia merupakan konsep kategori; sedangkan keterangan
merupakan konsep fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan
bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi, reduplikasi,
gabungan proses, gabungan morfem.
Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-
fungsi sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia
itu berfungsi sebagai predikat. Contoh:
 ia sangat mencintai istrinya.
 Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itu.
 Melihat penampilannya, ia pasti seorang guru.
 Hanya petani yang menanam jagung.
 Tampaknya dia tidak menyetujui usul itu.
Adverbia Dari Segi Perilaku Sintaksisnya Dapat dilihat berdasarkan
posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbial
yang bersangkutan.
a. Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan:
 Ia lebih tinggi dari pada adiknya.
 Telaga itu sangat indah.
 Pendiriannya terlalu kukuh untuk digoyangkan.
 Kami hanya menulis apa yang dikatakannya.
b. Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan:
 Tampan nian kekasih barumu.
 Kami duduk-duduk saja menunggu pangilan.
 Jelek benar kelakuannya.
c. Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan:
 Mahal amat harga barang-barang itu.
 Paginya ia segera pergi meninggalkan kami.
d. Adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan:
 Saya yakin bukan dia saja yang pandai.
 Bagiku, senyumnya sangat manis sekali.
1. Adverbia Tunggal
a) Adverbia yang berupa kata dasar, hanya terdiri atas satu kata dasar.
Contoh: baru, hanya, lebih, hamper, saja, sangat.
b) Adverbia yang berupa kata berafiks, diperoleh dengan menambahkan
gabungan afiks se—nya atau afiks –nya pada kata dasar. Contoh:
sebaiknya, sesungguhnya, agaknya, rupanya, rasanya.
c) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar. Contoh: diam-diam, lekas-
lekas,c. Adverbial yang berupa kata ulang pela-pelan, tinggi-tinggi,
lagi-lagi.
d) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan prefiks
se-. Contoh: setinggi-tinggi, sepandai-pandai, sebesar-besar, sesabar-
sabar, segalak - galak.
e) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahah sufiks
-an. Contoh: hais-habisan, mati-matian, kecil-kecilan, gila-gilaan, gelap-
gelapan.
f) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan
gabungan afiks se—nya. Contoh: setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya,
seikhlas-ikhlasnya, sekuat-kuatnya, selembut-lembutnya.
2. Adverbia Gabungan
Adverbia gabungan terdiri atas dua adverbia yang berupa kata dasar.
a) Adverbia yang berdampingan. Contoh: lagi pula, hanya saja, hampir
selalu, acapkali.
b) Adverbia yang tidak berdampingan. Contoh: hanya … saja, belum … lagi,
hamper … kembali, hanya … kembali, tidak … saja.
3. Adverbia Semantisnya
a. Adverbia Kualitatif Menggabarkan maknayang berhubungan dengan
tingkat, derajat, atau mutu. Contoh: paling, sangat, lebih, dan kurang.
b. Adverbia Kuantitatif Menggambarka makna yang berhubungan dengan
jumlah. Contoh: banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup.
c. Adverbia Limitatif Menggambaran makna yang berhubungan dengan
pembatasan. Contoh: hanya, saja, dan sekedar.
d. Adverbia Frekuentatif Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbial itu.
Contoh: selalu, sering, jaang, dan kadang-kadang. Adverbia Kewaktuan
Menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya
peristiwa yang diterangkan oleh adverbial itu. Contoh: baru dan segera.
e. Adverbia Kecaraan Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
bagaimaa peristiwa yang dierangkan oleh adverbial itu berlangsubg atau
terjadi. Contoh: diam-diam, secepatnya, pelan-pelan.
f. Adverbia Kontrastif Menggambarkan perentangan dengan makna kata
atau hal yang dinyataka sebelumnya. Contoh: bahkan, malahan, dan justru.
g. Adverbia Keniscayaan Menggambarkan makna yang berhubungan dengan
kepastian tentang keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang
dijelaskan adverbial itu. Contoh: niscaya, pasti, dan tentu.
4. Adverbia Konjungtif
Adverbia konjungtif adalah adverbia yang menghubungkan satu klausa
atau kalimat dengan klausa atau kalimat yang lain. Contoh: (akan) teapi,
bahkan, bahwasanya, dengan demikian, kecuali itu.
5. Adverbia Pembuka Wacana
Adverbia pembuka wacana pada umumnya mengawali suatu wacana.
Hubungannya pada paragraf sebelumnya didasarkan pada makna yang
terkandung pada paragraf sebelumnya itu. Contoh: adapun, akan hal,
alkisah, arkian, dalam pada itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan urayan di atas dapat di simpulkan bahwa kata dapat
dikategorikan/diklasifikasikan berdasarkan makna, tujuan dan penempatan dengan
berfariasinya macam kata imbuhan dan kata sambung yang bisa kolaborasikan
secara tekstual dan pelafalan, dan kelas kata atau ketegori kata dapat kita di
bedakan sebagai berikut:
a. Kelas Verba
b. Kelas Adjektiva
c. Kelas Nomina
d. Kelas Pronomina
e. Kelas adverbia
Sejauh ini Kelas Kata/kategori Kata diketahui sebagai mana yang telah terurai,
namun sesuai perkembangan kata bisa jadi akan berubah sesuai dengan tiori yang
di sepakati oleh ahli bahasa Indonesia.
3.2 Saran
 Jika tidak ada kelayakan dalam penulisan yang dapat di manfaatkan
mohon di maklumi
 Apabila dalam uraian ada yang kurang, alangkah baiknya penulisan ini
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
HARIMURTI KRIDALAKSANA (Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia)
Paulus T (SMA kelas 2 )
Widjono HS
Sumber lain:
http://bemwidyadarma.blogspot.co.id/2012/08/makalah-kelas-kata-bahasa-
indonesia.html

More Related Content

What's hot

Tugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa Indonesia
Tugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa IndonesiaTugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa Indonesia
Tugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa IndonesiaDwi Permadi
 
BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )
BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )
BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )NOOR IZWANA NADIA
 
Ayat majmuk pancangan ii
Ayat majmuk pancangan iiAyat majmuk pancangan ii
Ayat majmuk pancangan iifiro HAR
 
Pembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimatPembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimatMuhammad Amal
 
Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053elbadr
 
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesiaJenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesiastikesby kebidanan
 
Kata kerja majmuk
Kata kerja majmukKata kerja majmuk
Kata kerja majmukzatris
 
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa IndonesiaMakalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
Konsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumKonsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumJaf Hussin
 
7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesia7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesiaChairil Anam
 
2.2.2 kata kerja
2.2.2 kata kerja2.2.2 kata kerja
2.2.2 kata kerjaAsri Mohad
 

What's hot (17)

Tugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa Indonesia
Tugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa IndonesiaTugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa Indonesia
Tugas presentasi bahasa indonesia tentang kata dalam bahasa Indonesia
 
BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )
BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )
BAHASA MELAYU STPM PENGGAL 2 ( MORFOLOGI : KATA TUGAS )
 
Ayat majmuk pancangan ii
Ayat majmuk pancangan iiAyat majmuk pancangan ii
Ayat majmuk pancangan ii
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Pembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimatPembentukan dan perluasan kalimat
Pembentukan dan perluasan kalimat
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053Bab 2 08205244053
Bab 2 08205244053
 
3. tatabahasa
3. tatabahasa3. tatabahasa
3. tatabahasa
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif
 
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesiaJenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia
 
Kata kerja majmuk
Kata kerja majmukKata kerja majmuk
Kata kerja majmuk
 
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa IndonesiaMakalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
Makalah Semantik dan Sintaksis dalam Bahasa Indonesia
 
Konsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumKonsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umum
 
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa IndonesiaMakalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
 
7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesia7 kelas kata bahasa indonesia
7 kelas kata bahasa indonesia
 
2.2.2 kata kerja
2.2.2 kata kerja2.2.2 kata kerja
2.2.2 kata kerja
 
peresentasi Kalimat
peresentasi Kalimatperesentasi Kalimat
peresentasi Kalimat
 

Similar to Bab ii

Jenis Kata dan Klasifikasi Kata.docx
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata.docxJenis Kata dan Klasifikasi Kata.docx
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata.docxZukét Printing
 
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdf
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdfJenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdf
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdfZukét Printing
 
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docxPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docxZukét Printing
 
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdfPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdfZukét Printing
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacanafebrino
 
Kalimat dalam Bahasa Indonesia
Kalimat dalam Bahasa IndonesiaKalimat dalam Bahasa Indonesia
Kalimat dalam Bahasa IndonesiaRifka Marwani
 
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdfini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdfAriaSonta1
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiahtaufiq99
 
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaDarwis Maulana
 
BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIABAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIAZURYATI1
 
Bab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan biBab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan biNurul Qamar
 
Menelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptx
Menelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptxMenelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptx
Menelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptxTheodorusMortaman
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAHMAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAHSharon Alfa Marlina
 
Makalah bahas indonesia "kalimat"
Makalah bahas indonesia "kalimat"Makalah bahas indonesia "kalimat"
Makalah bahas indonesia "kalimat"Suciati Yunus
 

Similar to Bab ii (20)

Jenis Kata dan Klasifikasi Kata.docx
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata.docxJenis Kata dan Klasifikasi Kata.docx
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata.docx
 
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdf
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdfJenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdf
Jenis Kata dan Klasifikasi Kata .pdf
 
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docxPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
 
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdfPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
 
Wungker
WungkerWungker
Wungker
 
Kalimat dalam Bahasa Indonesia
Kalimat dalam Bahasa IndonesiaKalimat dalam Bahasa Indonesia
Kalimat dalam Bahasa Indonesia
 
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdfini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
ini adalaha sebuah makalah tentang -paragraf.pdf
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiah
 
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah pembentukan kata dan kalimat SMA NEGERI 1 RAHA
 
Makalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimatMakalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimat
 
Makalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimatMakalah pembentukan kata dan kalimat
Makalah pembentukan kata dan kalimat
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Pilihan kata-diksi
Pilihan kata-diksiPilihan kata-diksi
Pilihan kata-diksi
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa Indonesia
 
BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIABAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIA
 
Bab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan biBab ii pembahasan bi
Bab ii pembahasan bi
 
Menelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptx
Menelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptxMenelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptx
Menelaah Struktur Dan Ciri Kebahsaan Teks Pidato Persuasif.pptx
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAHMAKALAH BAHASA INDONESIA  RAGAM ILMIAH
MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
 
Makalah bahas indonesia "kalimat"
Makalah bahas indonesia "kalimat"Makalah bahas indonesia "kalimat"
Makalah bahas indonesia "kalimat"
 

More from taufiq99

Makalah bindo
Makalah bindoMakalah bindo
Makalah bindotaufiq99
 
Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)taufiq99
 
Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)taufiq99
 
Pengantar dasar matematika (FUNGSI)
Pengantar dasar matematika (FUNGSI)Pengantar dasar matematika (FUNGSI)
Pengantar dasar matematika (FUNGSI)taufiq99
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individutaufiq99
 
Tgs b.i ..
Tgs b.i ..Tgs b.i ..
Tgs b.i ..taufiq99
 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individutaufiq99
 
B.indonesia kelompokk
B.indonesia kelompokkB.indonesia kelompokk
B.indonesia kelompokktaufiq99
 
(1584202164) m. taufiqurrohman
(1584202164) m. taufiqurrohman(1584202164) m. taufiqurrohman
(1584202164) m. taufiqurrohmantaufiq99
 
Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)
Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)
Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)taufiq99
 
Siska yuliana
Siska yulianaSiska yuliana
Siska yulianataufiq99
 

More from taufiq99 (20)

Makalah bindo
Makalah bindoMakalah bindo
Makalah bindo
 
Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 4 (TURUNAAN FUNGSI)
 
Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)
Pengantar dasar matematika 3 (LIMIT FUNGSI)
 
Pengantar dasar matematika (FUNGSI)
Pengantar dasar matematika (FUNGSI)Pengantar dasar matematika (FUNGSI)
Pengantar dasar matematika (FUNGSI)
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Tgs b.i ..
Tgs b.i ..Tgs b.i ..
Tgs b.i ..
 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individu
 
B.indonesia kelompokk
B.indonesia kelompokkB.indonesia kelompokk
B.indonesia kelompokk
 
wiwin
wiwin wiwin
wiwin
 
Nurul j
Nurul jNurul j
Nurul j
 
S yuliani
S yulianiS yuliani
S yuliani
 
Roseta
RosetaRoseta
Roseta
 
(1584202164) m. taufiqurrohman
(1584202164) m. taufiqurrohman(1584202164) m. taufiqurrohman
(1584202164) m. taufiqurrohman
 
Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)
Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)
Cover,pengantar,daftar isi (wiwin 142)
 
Rafika
RafikaRafika
Rafika
 
Nila
NilaNila
Nila
 
Winda d
Winda dWinda d
Winda d
 
Tyara s r
Tyara s rTyara s r
Tyara s r
 
Sufitri
SufitriSufitri
Sufitri
 
Siska yuliana
Siska yulianaSiska yuliana
Siska yuliana
 

Recently uploaded

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

Bab ii

  • 1. KELAS KATA Diajukan untuk Tugas Akhir Semester Ganjil Dosen pengampu: Haerudin M,Pd Disusun oleh: Siti Soniyah 1584202077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG TANGERANG 2015/2016
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Kelas Kata", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini menjelaskan tentang pengertian kelas kata, pembagian kelas kata. Dalam menyusun makalah ini penulis banyak memperoleh, bimbingan serta masukan dari beberapa pihak terkait. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Penulis juga mengharapkan maklah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya. Tangerang,19 desember 2015 Penulis, Siti Soniyah
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAUHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kelas Kata 2.2 Pembagian Kelas Kata 2.2.1 Verba 2.2.2 Ajektiva 2.2.3 Nomina 2.2.4 Pronomina 2.2.5 Numerilia 2.2.6 Adverbia BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung arti dan makna. Kata dapat digolongkan ke dalam kelas-kelas yang berbeda-beda yang sering kita sebut dengan kelas kata. Kelas kata termaksuk salah satu permasalahan atau problem yang selalu diperbincangkan dalam analisis bahasa, hal ini karena adanya perbedaan dalam penggolongan atu pengelasan kata oleh para ahli. Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang satu dengan yang ain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandaang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini akan membahas mengenai perbedaan pendapat para ahli dalam pengelasan kata tersebut serta pembagian- pembagiannya. Makalah ini dibuat agar kita khususnya penulis dapat memahami dan mengerti apa itu pengertian kelas kata, pembagian kelas kata. Agar dapat berbahasa yang baik dan benar. 1.2 Rumusan masalah 1. Apa pengertian kelas kata? 2. Apa saja kelas kata? 1.3 Tujuan 2. Mengetahui pengertian kelas kata 3. Mengetahui apa saja kelas kata
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian kelas kata Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih. 2.2 Pembagian kelas kata 2.2.1 Verba Pengertian verba Secara sintaktis sebuah satuan gramatikal dapat dikatakan berkategori verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar; jadi sebuah kata dapat dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase, yakmi dalam hal kemungkinannya satuan itu didampingi partikel tidak dalam konstruksi dan dalam hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak. Dari bentuknya dapat dibedakan: (1) Verba dasar bebas, Yaitu verba yang berupa morfem dasar. Contoh: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur. (2) Verba turunan, Yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa panduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai: a) Verba berafiks: Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahitkan, menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan. b) Verba bereduplikasi: Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah, pulang- pulang, senyum-senyum. c) Verba berproses gabung:
  • 6. Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan. d) Verba majemuk: Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi. Subkategorisasi A) Dilihat dari banyaknya nomina yang yang mendampinginya dapat dibedakan menjadi: 1) Verba intransitive, Yaitu verba yang menghindarkan obyek. Klausa yang memakai verba ini hanya mempunyai satu nomina. Di antara verba intransitive terdapat sekelompok verba yang berpadu dengan nomina, misalnya alih bahsa, campur tangan, cuci mata, bersepeda, bersepatu. Di smaping itu, juga terdapat sekelompok verba yang tidak bias bergabung dengan prefix me-, ber- tanpa mengubah makna dasarnya. Dalam tata bahasa tradisional verba semacam itu disebut kata kerja aus. 2) Verba transitif, Yaitu verba yang bias mempunyai atau harus mendampingi obyek. Berdasarkan banyaknya obyek, terdapat: a) Verba monotransitif Contoh: Saya menulis surat Subjek obyek b) Verba bitransitif , Yaitu verba yang mempunyai 2 obyek. Contoh: Ibu memberi adik kue Subyek obyek tak langsung obyek langsung c) Verba ditransitif, Yaitu verba transitif yang obyeknya tidak muncul.
  • 7. B) Dilihat dari hubungan verba dan nomina, dapat dibedakan: 1. Verba aktif, Yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian biasanya berprfiks me-, ber-, atau tanpa perefiks. Contoh: Ia mengapur dinding. Apabila ia ditambahin oleh sufiks –kan, maka verba itu bermakna benefaktf atau kausatif. Contoh: Ia membuatkan saya baju Apabila ditandai oleh sufiks –I, maka verba bermakna lokatif atau repetif. Contoh: Adik menyirami bunga. 2. Verba pasif, Yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Verba demikian biasanya diawali denganprefiks di- atau ter-. Apabila ditandai dengan prefix ter- yang berarti dapat di’atau’tidak dengan sengaja’maka verba itu bermakna prefektif. Contoh: Adik dipukul ayah Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya. Contoh: Adik disayangi ayah – Ayah menyayangi adik 3. Verba anti-aktif (ergatif) Yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan subyeknya merupakan penanggap (yang merasakan, menderita, mengalami). Contoh: Ibu kecopetan di bis 4. Verba anti-pasif Yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif. Contoh: Ia haus akan kasih saying
  • 8. C) Dilihat dari interaksi antara nomina pendampingnya, dapat dibedakan: I. Verba resiprokal, Yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dlakukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan. Beberapa bentuk verba resiprokal: a. Ber + calon verba yang mempunyai sifat resiprokal. Contoh: berkelahi, berperang. b. Ber + verba dasar + an Contoh: bersentuhan, berpegangan, bertolongan c. Ber + reduplikasi verba dasar + an Contoh: bermaaf-maafan, bersalam-salaman. d. Saling me + verba dasar + i Contoh: saling membari, saling memaki, saling mengampuni e. Baku + verba dasar Contoh: baku hantam, baku tembak, baku piara f. Verba dasar1 + me + verba dasar2 Contoh: tolong-menolong g. Reduplikasi verba + an Contoh: cubit-cubitan h. Saling ter + verba dasar Contoh: saling tertarik i. Saling ke + verba dasar + an Contoh: saling kehilangan j. Me + verba + −𝑖 −𝑘𝑎𝑛 + satu sama lain Contoh: mencintai satu sama lain, memaafkan satu sama lain II. Verba non- resiprokal, Yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.
  • 9. 2.2.2 Ajektiva Pengertian ajektiva Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk, (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis, seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitive), -I (dalam alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil – keadilan, halus – kehalusan, yakin – keyakinan (Ciri terakhir ini berlaku bagi sebagian besar ajektiva dasar dan bias menandai verba intransitive, jadi ada tumpang tindih di antaranya). Subkategori Ada du macam kategori ajektiva: a. ajektiva predikatif, yaitu ajektiva yang dapat menempati posisi predikat klausa, misalnya hangat, sulit, mahal. b. ajektiva atributif, yaitu ajektiva yang mendampingi nomina dalam frase nominal, misalnya nasional, niskala. Pada umumnya ajektiva predikatif dapat berfungsi secara atributif, sedangkan ajektiva atributif tidak dapat berfungsi secara predikatif. a. ajektiva bertaraf, yakni yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya, seperti nasional, intern. b. ajektiva tak bertaraf, yakni yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya, seperti nasional inter
  • 10. 2.2.3 NOMINA Pengertian nomina Nomina adalah kategori yang secara sintaktis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan: tidak kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina dapat dibedakan menjadi: 1) berdasarkan bentuknya: (a) nomina dasar: rumah, orang, burung, dan sebagainya.(b) nomina turunan: ke- : kekasih, kehendak, ketua per- : pertanda, persegi pe- : petinju, petani, pelempar peng- : pengaeas, pengekor, pengacara -an : tulisan, bacaan, kiriman Peng-an : pengawasan, penggrapan, penganiayaan Per-an : persatuan, perdamaian, pertahan Ke-an : kemerdekaan, kesatuan, kesehatan 2) berdasarkan subkategori: (a) nomina bernyawa (kerbau, sapi, manusia) dan tidak bernyawa (bunga, rumah, sungai); (b) nomina terbilang :lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda, sekuntumbunga); dan tidak terbilang (air laut, awan, langit). 2.2.4 PRONOMINA Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kenomina lain, berfungsiuntuk menggantikan nomina. Ada tiga macam pronominal yaitu: 1) Pronomina persona adalah pronominal yang mengacu kepada orang. Persona pertama tuggal saya, aku, daku,, -ku, dan persona jamak kami: persona kedua tunggal engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu. Dan
  • 11. persona jamak kalian, kamu sekalian, anda sekalian: persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya. 2) Pronominal petunjuk: (a) pronominal penunjuk umum ialah, ini, tu, dan anu; pronominal penunjuk tempat sini, situ, sana. 3) Pronominal penanya adalah pronominal yang digunakan sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis, yaitu: (a) orang siapa, (b) barang apa menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana. 2.2.5 Numeralia Pengertian numeralia Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendamping numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Numeralia mewakili bilangan yang terdapat dalam alam diluar bahasa. 1) Numeralia pokok tentu, mengacu pada bilangan pokok, yakni 0(nol), 1(satu), 2(dua), sampai 9 (Sembilan).Ada pula numeralia yang merupakan gugus yaitu diantara sepuluh dan dua puluh dipakai gugus yang berkomponen belas. Bilangan di atas bilangan sembilan belas dinyatakan dengan menganggap seolah olah bilangan itu terdiri atas beberapa gugus dan bilangan. Contoh : 7.859 =Tujuh ribu delapan ratus lima puluh Sembilan. Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan di muka nomina dan dapat diselingi oleh kata penggolong seperti orang, ekor, dan buah. Contoh: majalah kami memerlukan tiga orang penyunting, pak hasan mempunyai dua ekor burung merak. 2) Numeralia pokok kolektif, dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan dimuka nomina yang diperankan. Contoh: ketiga pemain, kedua gedung, kesepuluh anggota. Jika tidak diikuti oleh nomina,
  • 12. biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi dengan -nya. Contoh: kedua-duanya, ketiga-tiganya. Numeralia kolektif dibentuk dengan cara: a. Penambahan prefiks ber- atau se- pada nomina tertentu setelah numeralia. Contoh: tiga bersaudara, empat beranak, tiga sekawan, tiga serangkai, dua sejoli. b. Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok dan hasilnya diletakkan sesudah pronominal persona. Contoh: (kamu) berlima, (kami) berenam. c. Pemakain numeralia yang berprefiks ber- dan yang diulang. Contoh: beribu- ribu, berjuta-juta. d. Pemakaian gugus numeralia yang bersufiks –an. Contoh: puluhan, ratusan. 3) Numeralia pokok distributif, dapat dibentuk dengan cara mengulang kata bilangan. Artinya ialah ‗demi‘ dan ‗masing-masing‘. Contoh: satu-satu, dua-dua. 4) Numeralia pokok tak tentu, mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan sebagian besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban atas peranyaan yang memakai kata tanya berapa, ditempatkan di muka nomina yang diterangkannya. Contoh: banyak orang, berbagai masalah, pelbagai budaya, sedikit air, semua jawaban, seluruh rakyat, segala penjuru, segenap anggota. 5) Numeralia pokok klitika, yaitu numeralia lain yang dipungut dari bahasa Jawa Kuna, diletakkan di muka nomina yang bersangkutan. Contoh: triwulan, caturwulan, pancasila, saptamarga, dasalomba. 6) Numeralia ukuran. Contoh: lusin, kodi, meter, liter, atau gram. 7) Numeralia Tinggat Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Contoh: kesatu atau pertama, kesepuluh, pemain ketiga, jawaban kedua itu, suara pertama.
  • 13. 8) Numeralia Pecahan Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuknya dengan memakai kata per- diantara bilangan pembagi dan penyebut. Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok. Bilangan campuran dapat ditulis desimal. Contoh: 1/2 = seperdua, setengah, separuh; 1/10 = sepersepuluh; 3/5 = tiga perlima; 9,75 = sembilan tigaperempat atau sembilan koma tujuh lima. 9) Frase Numeralia Umumnya dibentuk dengan menambahkan kata penggolong. Contoh: dua ekor (kerbau), lima orang (penjahat), tiga buah (rumah). 2.2.6 ADVERBIA Pengertian Adverbia Adverbia adalah kategori yang dapat mendampin adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Sekalipun banyak adverbial dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan, karena adverbia merupakan konsep kategori; sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, gabungan morfem. Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi- fungsi sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Contoh:  ia sangat mencintai istrinya.  Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itu.  Melihat penampilannya, ia pasti seorang guru.  Hanya petani yang menanam jagung.  Tampaknya dia tidak menyetujui usul itu. Adverbia Dari Segi Perilaku Sintaksisnya Dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbial yang bersangkutan.
  • 14. a. Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan:  Ia lebih tinggi dari pada adiknya.  Telaga itu sangat indah.  Pendiriannya terlalu kukuh untuk digoyangkan.  Kami hanya menulis apa yang dikatakannya. b. Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan:  Tampan nian kekasih barumu.  Kami duduk-duduk saja menunggu pangilan.  Jelek benar kelakuannya. c. Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan:  Mahal amat harga barang-barang itu.  Paginya ia segera pergi meninggalkan kami. d. Adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan:  Saya yakin bukan dia saja yang pandai.  Bagiku, senyumnya sangat manis sekali. 1. Adverbia Tunggal a) Adverbia yang berupa kata dasar, hanya terdiri atas satu kata dasar. Contoh: baru, hanya, lebih, hamper, saja, sangat. b) Adverbia yang berupa kata berafiks, diperoleh dengan menambahkan gabungan afiks se—nya atau afiks –nya pada kata dasar. Contoh: sebaiknya, sesungguhnya, agaknya, rupanya, rasanya. c) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar. Contoh: diam-diam, lekas- lekas,c. Adverbial yang berupa kata ulang pela-pelan, tinggi-tinggi, lagi-lagi. d) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan prefiks se-. Contoh: setinggi-tinggi, sepandai-pandai, sebesar-besar, sesabar- sabar, segalak - galak.
  • 15. e) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahah sufiks -an. Contoh: hais-habisan, mati-matian, kecil-kecilan, gila-gilaan, gelap- gelapan. f) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan gabungan afiks se—nya. Contoh: setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, seikhlas-ikhlasnya, sekuat-kuatnya, selembut-lembutnya. 2. Adverbia Gabungan Adverbia gabungan terdiri atas dua adverbia yang berupa kata dasar. a) Adverbia yang berdampingan. Contoh: lagi pula, hanya saja, hampir selalu, acapkali. b) Adverbia yang tidak berdampingan. Contoh: hanya … saja, belum … lagi, hamper … kembali, hanya … kembali, tidak … saja. 3. Adverbia Semantisnya a. Adverbia Kualitatif Menggabarkan maknayang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Contoh: paling, sangat, lebih, dan kurang. b. Adverbia Kuantitatif Menggambarka makna yang berhubungan dengan jumlah. Contoh: banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup. c. Adverbia Limitatif Menggambaran makna yang berhubungan dengan pembatasan. Contoh: hanya, saja, dan sekedar. d. Adverbia Frekuentatif Menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbial itu. Contoh: selalu, sering, jaang, dan kadang-kadang. Adverbia Kewaktuan Menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh adverbial itu. Contoh: baru dan segera. e. Adverbia Kecaraan Menggambarkan makna yang berhubungan dengan bagaimaa peristiwa yang dierangkan oleh adverbial itu berlangsubg atau terjadi. Contoh: diam-diam, secepatnya, pelan-pelan. f. Adverbia Kontrastif Menggambarkan perentangan dengan makna kata atau hal yang dinyataka sebelumnya. Contoh: bahkan, malahan, dan justru.
  • 16. g. Adverbia Keniscayaan Menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbial itu. Contoh: niscaya, pasti, dan tentu. 4. Adverbia Konjungtif Adverbia konjungtif adalah adverbia yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat yang lain. Contoh: (akan) teapi, bahkan, bahwasanya, dengan demikian, kecuali itu. 5. Adverbia Pembuka Wacana Adverbia pembuka wacana pada umumnya mengawali suatu wacana. Hubungannya pada paragraf sebelumnya didasarkan pada makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu. Contoh: adapun, akan hal, alkisah, arkian, dalam pada itu.
  • 17. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan urayan di atas dapat di simpulkan bahwa kata dapat dikategorikan/diklasifikasikan berdasarkan makna, tujuan dan penempatan dengan berfariasinya macam kata imbuhan dan kata sambung yang bisa kolaborasikan secara tekstual dan pelafalan, dan kelas kata atau ketegori kata dapat kita di bedakan sebagai berikut: a. Kelas Verba b. Kelas Adjektiva c. Kelas Nomina d. Kelas Pronomina e. Kelas adverbia Sejauh ini Kelas Kata/kategori Kata diketahui sebagai mana yang telah terurai, namun sesuai perkembangan kata bisa jadi akan berubah sesuai dengan tiori yang di sepakati oleh ahli bahasa Indonesia. 3.2 Saran  Jika tidak ada kelayakan dalam penulisan yang dapat di manfaatkan mohon di maklumi  Apabila dalam uraian ada yang kurang, alangkah baiknya penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA HARIMURTI KRIDALAKSANA (Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia) Paulus T (SMA kelas 2 ) Widjono HS Sumber lain: http://bemwidyadarma.blogspot.co.id/2012/08/makalah-kelas-kata-bahasa- indonesia.html