Artikel ini membahas pentingnya muraqabah (mengawasi diri sendiri) dan muhasabah (menilai diri sendiri) bagi umat Islam. Dengan melakukan muraqabah dan muhasabah, seseorang akan selalu takut berbuat dosa karena merasa diawasi Allah, dan akan berusaha mengerjakan kebaikan untuk mendapatkan balasan di akhirat."
13 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiii 2013 muraqabah dan muhasabah
1. LEMBAGA
AMIL ZAKAT
NASIONAL
Buletin Jumat
Chevron Indonesia
Akta Notaris Wahyu Nurani, SH.
No. 34 Tanggal 28 April 2008
NPWP : 02.816.712.0-077.000
Balikpapan|Darajat|Dumai|Duri|Jakarta|Minas|Rumbai|Salak
Edisi XIII
13 Dzulhijjah 1434 H /
18 Oktober 2013
Terbit setiap Jumat,
tidak diperjualbelikan
LAZNas Chevron Duri
Tidak dibaca saat Khutbah Jumat
Muraqabah dan Muhasabah
H. J. Ardan Mardan, Lc., M.A
URGENSI MURAQABAH DAN MUHASABAH
Apabila setiap Muslim senantiasa
memuraqabahi dirinya dan menghadirkan
muraqabatullah (pengawasan Allah) dalam
dirinya maka ia akan selalu takut untuk berbuat
kemaksiatan karena ia selalu merasa dan
sadar dirinya dalam pemantauan dan
pengawasan Allah. Kemudian bila ia juga
gemar memuhasabahi dirinya karena takut
pada perhitungan hari Akhirat, maka bisa
dipastikan akan terwujud masyarakat yang
aman karena semua orang sudah memiliki
pengawasan melekat.
Orientasi Ukhrawi (akhirat) membuat
seseorang senantiasa memperhitungkan
segala tindak-tanduknya dalam perspektif
Ukhrawi. Ia juga akan terhindar dari penyakit
Wahn (cinta dunia dan takut mati),
keserakahan, kezhaliman, penindasan dan
kemungkaran, karena semua keburukan itu
hanya akan menyengsarakannya di akhirat
kelak.
Sebaliknya ia akan berusaha menanam
kebajikan sebanyak mungkin (QS. 22:77) agar
dapat menuai hasilnya di akhirat kelak. Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah pernah mengibaratkan
bahwa dunia adalah ladang tempat menanam,
bibitnya adalah keimanan dan ketaatan adalah
air dan pupuknya. Sementara akhirat adalah
tempat kita memetik atau menuai hasilnya,
kelak.
Bila demikian keadaannya, Insya Allah
akan tercipta “Baldatun thayyibatun warabbun
ghafur” (negeri yang baik, berkah dan dalam
ampunan Allah) yang bukan sekedar slogan.
Selain tercipta kemaslahatan dalam ruang
lingkup negeri, Insya Allah akan tercipta pula
kemaslahatan di ruang lingkup dunia
internasioanal bila para Muslimnya dengan
kualitas seperti itu mampu menjadi “Ustadziatul
'alam” (soko guru dunia).
TAHAPAN-TAHAPANNYA
Ada beberapa tahapan yang memiliki
keterkaitan erat satu sama lain dan
membangun sistem pengawasan serta
penjagaan yang kokoh. Kesemua tahapan
tersebut penting kita jalani agar benar-benar
menjadi “safety net” (jaring pengaman) yang
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang taqwa dari neraka itu, (yaitu mereka) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah)
untuk membersihkan hartanya.” (Q.S. Al-Lail: 17-18)
2. menyelamatkan kita dari keterperosokan dan
keterpurukan di dunia serta kehancuran di
akhirat nanti.
salafus-shaleh dalam meng'iqab
(menghukum/menjatuhi sanksi atas diri
mereka sendiri).
a. Mu'ahadah
Umar r.a berkata: “Hisablah dirimu
sebelum kelak engkau dihisab,” maka tak ada
salahnya kita menganalogikan mu'aqabah
dengan ucapan tersebut yakni “Iqablah dirimu
sebelum kelak engkau diiqab.” Umar Ibnul
Khathab pernah terlalaikan dari menunaikan
shalat dzuhur berjamaah di masjid karena
sibuk mengawasi kebunnya. Lalu karena ia
merasa ketertambatan hatinya kepada kebun
melalaikannya dari bersegera mengingat Allah,
maka ia pun cepat-cepat menghibahkan kebun
beserta isinya tersebut untuk keperluan fakir
miskin. Hal serupa itu pula yang dilakukan Abu
Thalhah ketika beliau terlupakan berapa
jumlah rakaatnya saat shalat karena melihat
burung terbang. Ia pun segera menghibahkan
kebunnya beserta seluruh isinya, subhanallah!
Mu'ahadah yakni mengingat dan
mengokohkan kembali perjanjian kita dengan
Allah SWT di alam ruh. Di sana sebelum kita
menjadi janin yang diletakkan di dalam rahim
ibu kita dan ditiupkan ruh, kita sudah dimintai
kesaksian oleh Allah, “Bukankah Aku ini
Rabbmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau
Rabb kami), kami menjadi saksi.” (QS. AlA'raf:172)
Dengan bermu'ahadah, kita akan
berusaha menjaga agar sikap dan tindak
tanduk kita tidak keluar dari kerangka
perjanjian dan kesaksian kita.
b. Muraqabah
Setelah bermu'ahadah, seyogyanyalah
kita bermuraqabah (Merasa Allah senantiasa
mengawasi). Jadi kita akan sadar ada yang
selalu memuraqabahi diri kita apakah
melanggar janji dan kesaksian tersebut atau
tidak.
Penjelasan yang detail tentang
muraqabah diuraikan dalam bagian tersendiri,
karena tulisan ini memang menitikberatkan
pada pembahasan tentang muraqabah dan
muhasabah.
c. Muhasabah
Muhasabah adalah usaha untuk
menilai, menghitung, mengkalkulasi amal
shaleh yang kita lakukan dan kesalahankesalahan atau maksiat yang kita kerjakan.
d. Mu'aqabah
Selain mengingat perjanjian
(mu'ahadah), sadar akan pengawasan
(muraqabah) dan sibuk mengkalkulasi diri, kita
pun perlu meneladani para sahabat dan
e. Mujahadah
Mujahadah adalah upaya keras untuk
bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah
kepada Allah, menjauhi segala yang dilarang
Allah dan mengerjakan apa saja yang
diperintahkan-Nya. Kelalaian sahabat Nabi
SAW yakni Ka'ab bin Malik sehingga tertinggal
rombongan saat perang Tabuk adalah karena
ia sempat kurang bermujahadah untuk
mempersiapkan kuda perang dan sebagainya.
Ka'ab bin Malik mengakui dengan jujur
kelalaian dan kurangnya mujahadah pada
dirinya.
Ternyata Kaab harus membayar sangat
mahal berupa pengasingan/pengisoliran
selama kurang lebih 50 hari sebelum akhirnya
turun ayat Allah yang memberikan
pengampunan padanya.
Rasulullah Muhammad SAW terkenal
dengan mujahadahnya yang luar biasa dalam
3. ibadah seperti dalam shalat tahajjudnya. Kaki
beliau sampai bengkak karena terlalu lama
berdiri. Namun ketika isteri beliau Ummul
Mukminin Aisyah r.a bertanya, “Kenapa engkau
menyiksa dirimu seperti itu, bukankah sudah
diampuni, seluruh dosamu yang lalu dan yang
akan datang.” Beliau menjawab. “Salahkah aku
bila menjadi 'abdan syakuran?”
f. Mutaba'ah
Terakhir kita perlu memonitoring,
mengontrol dan mengevaluasi sejauh mana
proses-proses tersebut seperti mu'ahadah dan
seterusnya berjalan dengan baik.
Taubah:40) bahwa “Sesungguhnya Allah
bersama kita” ketika Abu Bakar r.a sangat
cemas musuh akan bisa mengetahui
keberadaan Nabi dan menangkapnya. Begitu
pula pada diri Nabi Musa a.s ketika
menghadapi jalan buntu karena di belakang
tentara Fir'aun mengepung dan laut merah ada
di depan mata. Namun ketika umat
pengikutnya panik dan ketakutan, beliau
sangat yakin adanya kesertaan Allah. Ia
berkata, “Sekali-kali tidak (akan tersusul).
Rabbku bersamaku. Dia akan menunjukiku
jalan.”
Muhasabah
MURAQABAH
Muraqabah atau perasaan diawasi
adalah upaya menghadirkan kesadaran
adanya muraqabatullah (pengawasan Allah).
Bila hal tersebut tertanam secara baik dalam
diri seorang Muslim maka dalam dirinya
terdapat 'waskat' (pengawasan melekat atau
built in control) yakni sebuah mekanisme yang
sudah inheren, dalam dirinya. Artinya ia akan
aktif mengawasi dan mengontrol dirinya sendiri
karena ia sadar senantiasa berada di bawah
pengawasan Allah seperti dalam untaian ayatayat Allah berikut ini:
Muhasabah atau menghisab,
menghitung atau mengkalkulasi diri adalah
satu upaya bersiap-siaga menghadapi dan
mengantisipasi yaumal hisab (hari
perhitungan) yang sangat dahsyat di akhirat
kelak. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang
yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri, memperhatikan bekal
apa yang dipersiapkannya untuk hari esok
(kiamat). Bertaqwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.”(QS. Al-Hasyr:18)
“...Dan Dia bersama kamu di mana saja
kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Hadid:4).
Persiapan diri yang dimaksud tentu saja
membekali diri dengan taqwa, karena di sisi
Allah bekal manusia yang paling baik dan
berharga adalah taqwa.
Muraqabatullah atau kesadaran tentang
adanya pengawasan Allah akan melahirkan
ma'iyatullah (kesertaan Allah) seperti nampak
pada keyakinan Rasulullah SAW (QS. al-
Umar r.a pernah mengucapkan katakatanya yang sangat terkenal: “Haasibu
anfusakum qabla antuhasabu” (Hisablah
dirimu sebelum kelak engkau dihisab).
Buletin Jumat
LAZNas Chevron Duri
LAZNas Chevron Duri Newsletter
Published by : LAZNas Chevron Duri
Jln. Aman No. 34 (Samping Kompleks Sibayak), Duri, Telp. 0765-595652 ; 0765-7023090, e-Mail : admin.dri@laznaschevron.org
Dewan Syuro : Abdul Rahman,Gufron, Tri Heru Susanto,Yon Hendri, H.Nasir Bagis; Konsultan: H. J. Ardan Mardan Lc,M.A
Direktur : Guntur Gantara ; Bendahara : Arzandra Fendi ; Sekertaris : Didit Kurniawan
Riset & Development: Yudi Adrianto, Deni Eka Prasetya ; Manager Operasional : Budi Suhari
Amil Koordinator Program Penyaluran Zakat: Jufriadi
Amil Koordinator Survey dan Publikasi: Syahrul Ilham
Amil Koordinator Administrasi dan Keuangan: Zulfadlil Azhim
4. Allah SWT juga menyuruh kita bergegas
untuk mendapat ampunan-Nya dan syurga-Nya
yang seluas langit dan bumi, diperuntukkan-Nya
bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS AliImran:133)
jawaban di akhirat kelak maka cobaan
sebesar apapun tidak akan
memalingkannya dari jalan Allah seperti
misalnya tokoh Bilal dan Masyitah.
Walaupun keistiqamahan adalah hal yang
sangat berat sehingga Rasulullah SAW
sampai mengatakan, “Surat Hud
membuatku beruban” (Karena di
dalamnya ada ayat 112 berisi perintah
untuk istiqamah).
Hasil Muraqabah dan Muhasabah
Jika dirinci, paling tidak, ada tiga hasil
yang akan diraih orang yang rajin melakukan
muraqabah dan muhasabah :
1.
2.
Mengetahui aib, kekurangan-kekurangan
dan kelemahan-kelemahan dirinya serta
berupaya sekuat tenaga meminimalisir
atau bahkan menghilangkannya.
Istiqamah di atas syari'at Allah. Karena ia
mengetahui dan sadar akan konsekuensikonsekuensi keimanan dan pertanggung-
3.
Insya Allah akan aman dari berat dan
sulitnya penghisaban di hari kiamat nanti
(QS. 3:30)
Wallahu a'lam
LEMBAGA
AMIL ZAKAT
NASIONAL
Chevron Indonesia
“Berkhidmat pada Muzakki dan Mustahik”
Zakat Infaq Sadaqah Call Center
Hubungi 0765-595652, setiap hari kerja Senin s.d Sabtu
Call/SMS LAZNas (24 jam): 07657023090 - contact person Jufriadi (FLEXI)
Menerima permintaan penjemputan zakat langsung ke Muzakki (LAYANAN JEMPUT ZAKAT)
LAZNas Chevron Duri Salary Allotment
Silahkan hubungi Accounting Duri untuk mengikuti:
·Program Salary Allotment 2,5% gaji pokok, atau dapat juga dengan
·Pemotongan per bulan dengan jumlah tertentu ke Account Club 117973 (Bazismal Caltex Duri).
Setoran Zakat Infaq Sadaqah Wakaf
·Bank Mandiri AC No. 108-001-2210655 a.n. LAZNas Chevron Indonesia
·Bank Syariah Mandiri AC No.717.777.777.8 a.n LAZNas Chevron Indonesia