Dokumen tersebut membahas tentang pandangan sempit, pengertiannya secara bahasa dan istilah, sebab-sebabnya, tanda-tanda, dan kesan negatifnya. Pandangan sempit didefinisikan sebagai kekurangan dalam mengamati dan memahami hal-hal yang lebih luas yang menyebabkan pandangan dan pemikiran menjadi terbatas. Beberapa sebab pandangan sempit diantaranya lingkungan keluarga, bergaul dengan orang berpandangan

1. WABAK KE SEBELAS
BERPANDANGAN SEMPIT
Penyakit kesebelas yang memamah ramai aktivis dan menyukarkan perjuangan
Islam adalah pandangan yang sempit. Untuk membuang penyakit ini dari
pesakitnya, melindungi yang belum terkena dan menghindarkannya dari para
pejuang Islam, maka beberapa perkara perlu dijelaskan seperti berikut :
Pengertian Berpandangan Sempit
Secara bahasa ufuq merupakan bentuk tunggal dari aafaaq iaitu cakerawala.
Allah berfirman:
“Akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di cakerawala”
(Fushshilat [41]:52)
Sedangkan ‘pandangan’ adalah mengamati sesuatu dengan mata. Allah
berfirman:
“Tidakkah mereka mengamati unta bagaimana ia diciptakan.”
(al-Ghasiyyah [88]:17)
Iaitu menajamkan penglihatan untuk memahami dan melihat sesuatu. Allah
berfirman:
“Tidakkah mereka mengamati kerajaan-kerajaan langit dan bumi serta
segala yang telah Allah ciptakan….” (al-A’raf[7]:185)
Atas dasar itu, secara bahasa ‘sempit cakerawala’ bermaksud sempitnya
pandangan dan pengamatan. Demikian pula kata ‘sempit’, ia adalah kekurangan
atau kelemahan dalam mengamati.
Secara istilah, dalam terminologi syarie dan dakwah, ia bererti lemah atau
kurang mendalam pengamatan yang menyebabkan terbatasnya pandangan dan
pemikiran. Dengan kata lain, ia adalah kelemahan atau kekurangan hingga
menyebabkan pandangan sempit dan hanya melihat perkara yang ada di bawah
kakinya saja. Tidak boleh melihat jauh, tidak boleh mempertimbangkan pengaruh
dan akibat yang akan terjadi. Allah berfirman:
“Tidakkah mereka berjalan di bumi ini sehingga mereka memiliki hati
untuk dapat memahami atau telinga untuk mendengar. Sesungguhnya
bukan mata yang buta akan tetapi yang buta adalah hati di dalam
dada.” (al-Hajj [22]: 47)

2. Sebab-sebab Sempitnya Pandangan
Berikut disebutkan beberapa penyebab sempitnya pandangan, di antaranya:
1. Lingkungan keluarga
Seseorang membesar dalam lingkungan yang tidak banyak memerhatikan
pengembangan kecerdasan emosi atau bakat-bakat dimiliki individu akan
mengakibatkan terbatasnya jangkauan pemikiran, pandangan dan pengamatan
kecuali mereka yang dirahmati Allah S.W.T.
2. Bergaul dengan orang yang berpandangan sempit
Seseorang yang bergaul sama ada dengan orang-orang yang berwawasan
atau berpandangan sempit, akan terpengaruh dengan orang itu. Tanpa disedari, ia
akan menyingkapi berbagai peristiwa dengan cara dan gaya serupa dengan orang
yang bergaul dengannya itu. Hal ini berlaku kerana seseorang itu sangat bergantung
kepada agama atau cara hidup mereka yang hampir dengannya.
3. Mengasingkan diri
Sebahagian orang lebih suka memilih untuk mengasingkan diri. Mungkin
kerana tidak mampu menyesuaikan diri dengan orang lain, baik secara individu
ataupun bersama-sama atau kerana merasa lebih selamat memilih bersendirian.
Orang sebegini, walaupun ia dapat bersendirian, namun ia telah mengalami
kerugian besar kerana tidak mendapat pengalaman yang boleh diperolehi melalui
pergaulan sesama sahabat satu jemaah. Pergaulan dapat membantu memperluas
cakerawala dan seterusnya dapat meluaskan pandangan. Jika tidak mendapat
pengalaman tersebut, seseorang akan berwawasan sempit dan berpandangan cetek
serta terbatas.
4. Tidak memahami peranan manusia di bumi
Terdapat juga manusia yang tidak memahami bahawa peranan dan misi
manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengatakan kepada
malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikan di bumi itu seorang
pemimpin…”. (al-Baqarah[2]:30)
bahawa kekhalifahan itu tidak lain adalah kepemimpinan.
“Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menyuruhmu
membangun di dalamnya.” (Hud [11]:61)
dan penghambaan,
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
menyembah-Ku.” (adz-Dzariyat [51]:56)
bahawa hakikat peranan dan misi ini menuntutnya untuk melakukan pengamatan
dan penghayatan,

3. “Dan di bumi ini terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang yakin,
demikian pula di dalam diri kalian, tidaklah kalian melihat?”
(adz-Dzariyat[51]:20-21)
bekerja terus menerus di waktu siang dan malam,
“Dan katakanlah, bekerjalah kalian, maka Allah akan melihat kalian,
dan demikian pula Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.”
(at-Taubah[9]:105)
Ramai orang tidak memahami semua itu, sehingga ia hanya duduk, tidur atau
bergerak tanpa petunjuk dan pengetahuan. Tidak mungkin orang seperti ini akan
berwawasan luas atau berpandangan jauh!
5. Tidak memahami hakikat dan kandungan Islam
Terdapat juga di kalangan Muslim, mereka tidak memahami hakikat dan
kandungan Islam sebagai sistem yang mencakupi seluruh aspek kehidupan dan
berlaku sehingga hari kiamat.
“Katakanlah, inilah jalanku, aku menyeru kepada Allah berdasar
pengetahuanku dan orang-orang yang mengikutiku.”
(Yusuf [12]:108)
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmat dan nasihat yang baik.”
(an-Nahl [16]:125)
Kadang-kadang seorang Muslim tidak memahami hal itu sehingga ia
menyerukan Islam dan memperjuangkannya tanpa berusaha untuk memperoleh
hikmah. Bagaimana orang yang tidak memperoleh hikmah boleh berwawasan luas
dan berpandangan jauh?
6. Tidak memahami keadaan musuh dan cara kerja mereka
Sebahagian dari kaum Muslimin tidak memahami keadaan musuh dan cara
kerja mereka, jumlah mereka, persenjataan dan perbekalan mereka, kelicikan
mereka, makar dan tipu daya mereka. Kadang-kadang juga seorang Muslim
lupa memerhatikan semua itu sehingga tidak berpeluang untuk mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan. Bagaimana orang yang tidak mempunyai
pengalaman dapat menjadi orang yang luas wawasan dan jauh pandangan?
7. Ujub, terpedaya dan takabbur
Kadang-kadang ada orang yang ujub, ghurur dan takabbur. Hal ini
menjadikannya merasa paling tinggi dan enggan mengambil pengalaman dari
orang lain, sehingga sepanjang umurnya tetap sahaja berwawasan sempit dan
berpandangan cetek.
8. Tidak menyedari akibat dan kesan ditimbulkan oleh kesempitan wawasan
Kadangkala seseorang Muslim tidak menyedari akibat dan kesan ditimbulkan
dari sempit dan ceteknya wawasan. Sehingga ia puas dengan perkara yang
sudah dimilikinya tanpa berusaha meningkatkannya atau berfikir untuk mengatasi

4. menularnya kesan dan akibat buruk ini. Orang seperti ini sepanjang hidupnya akan
tetap cetek dan berwawasan sempit.
9. Tidak mengetahui kisah dan peristiwa terdahulu
Ada juga Muslim yang tidak mengetahui kisah dan peristiwa orang-orang
terdahulu. Bagaimana mereka akan menyingkapi hal yang berlaku secara tiba-tiba
dan tidak terduga? Orang seperti ini tidak akan mendapat pengalaman dan pelajaran
yang merupakan dasar keluasan wawasan dan pandangan jauh. Maha Besar Allah
atas firman-Nya mengenai perisitiwa yang telah menimpa orang-orang terdahulu:
“Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu telah terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang berakal” (Yusuf [12]:111)
“Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”
(al-A’raf[7]:176)
10. Lemah hubungan dengan Allah S.W.T
Terkadang seorang Muslim lemah hubungannya dengan Allah S.W.T di
mana terjadi ketika ia tidak berwaspada terhadap kemaksiatan dan keburukan,
terutama dosa-dosa kecil, kurang dalam melakukan amal yaumi dan lail. Atau tidak
memperhatikan suatu sisi kebaikan sehingga akibatnya ia dihukum dengan tidak
mendapatkan hikmah yang merupakan dasar keluasan wawasan dan pandangan
jauh.
Barangkali itulah yang dapat difahami dari firman-Nya dalam kitab suci-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah
nescaya Dia akan membuatkan pembeza untuk kalian.” (al-Anfal:29)
Dapat juga kita fahami dari sabda Baginda S.A.W dalam hadis Qudsi di mana
Allah berfirman:
“Barangsiapa memerangi wali-Ku bererti telah Ku nyatakan perang
terhadapnya, dan tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan
sesuatu yang lebih Aku cintai dari segala perkara Aku wajibkan
kepadanya, dan hamba-Ku itu senantiasa mendekat kepada-Ku
hingga Aku mencintainya, bila Aku telah mencintainya maka Aku
menjadi pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar,
penglihatannya yang digunakannya untuk melihat, tangannya yang
digunakannya untuk memegang, dan kakinya yang digunakannya
untuk melangkah, jika ia meminta kepada-Ku pasti Aku memberinya,
jika ia berlindung kepada-Ku pasti Aku melindunginya, dan Aku tidak
ragu-ragu yang akan Aku lakukan, keragu-raguan-Ku adalah terhadap
jiwa seorang mukmin yang belum mahu mati, sedang Aku sendiri tidak
ingin menyakitinya.”1
1 Hadis oleh Al-Bukhari dalam As-Sahih Kitab Ar-Riqaaq bab tawadhu’ 8/131 dari hadis Abu Hurairah R.A secara
marfu’ padanya, dikeluarkan juga oleh Ahmad dalam Al-Musnad 6/257 serupa itu secara marfu’ dari hadis
Aisyah R.A.

5. Tanda-tanda Sempitnya Wawasan
Ada beberapa gejala dan petanda yang menunjukkan sempitnya wawasan, di
antaranya :
1. Rasa jenuh terhadap pendekatan dakwah atau harakah yang dipilih oleh
gerakan Islam kontemporari dan berjuang untuk keteguhan pendekatan Allah di
bumi ini. Akhirnya menganggap pendekatan ini terbelakang dan tidak mampu
mengikuti perkembangan zaman, bahkan menganggap aktivisnya cenderung
kepada dunia dan mengutamakan keselamatan.
2. Terbatasnya kemampuan pada sudut-sudut tertentu. Meskipun bermanfaat,
namun hanya bersifat sekunder dan menahan banyak potensi dalam waktu yang
lama. Misalnya usaha pembangunan masjid, mendirikan yayasan sosial, memberi
nasihat, menulis buku, qira‘ah, telaah, mengunjungi orang sakit, atau usaha
menyatukan masyarakat pada satu pendapat dalam masalah-masalah furu’ atau
masalah yang diperdebatkan dan begitulah seterusnya.
3. Bersikap keras terhadap pengabaian amalan sunat, namun berdiam diri
dan tidak peduli terhadap pengabaian amalan wajib. Misalnya, bersikap sangat
keras terhadap orang yang kurang prihatin dengan hal pemendekan kain, tidak
memberus gigi atau mengenakan jam di tangan kiri, namun tidak peduli saat melihat
hukum Allah tidak dilaksanakan, penganut kebatilan menghalangi jalan Allah dan
menimpakan seksa terhadap wali-wali Allah.
4. Usaha penyelesaian permasalahan umat Islam yang dilakukan sebaliknya
menjurus kepada timbulnya masalah baru, tanpa fokus mencari akar permasalahan
yang sebenarnya. Contoh, kita sering menjumpai, penyelesaian masalah kafe, bar
dan tempat-tempat penjualan video dan vcd porno hanya dengan memecah dan
membakarnya. Padahal, penyelesaian yang sebenarnya adalah mengupayakan
terwujudnya penguasa yang menegakkan syariat Allah. Dengan penguasa itulah
Allah akan mencabut hal-hal yang tidak dapat dicabut dengan Al-Qur‘an, kemudian
mewujudkan kesedaran dalam kalangan umat, merubah tradisi umum dan
membuatnya mahu memikul tanggung jawab dalam penerapan syariat Allah.
5. Tergesa-gesa (isti’jal) ingin mendapatkan hasil sebelum masanya, padahal
telah dikatakan bahawa, “Barangsiapa tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu
akan dihukum dengan tidak mendapatkannya.”
Kesan Dari Sempitnya Wawasan
Wawasan yang sempit akan menimbulkan kesan negatif dan akibat buruk
terhadap para aktivis mahupun perjuangan Islam, di antaranya adalah:

6. Kesan terhadap para aktivis
1. Menghamburkan tenaga dan menghabiskan potensi
Kesan pertama adalah menghamburkan tenaga dan potensi pada hal-hal
yang bersifat sekunder bahkan pelengkap sahaja. Apabila tenaga dan potensi telah
habis dalam hal-hal semacam itu, maka seorang aktivis muslim akan lemah, tidak
mampu menghadapi tugas-tugas berat dan tanggung jawab yang lebih besar.
Barangkali kesan inilah yang dapat difahami dari arahan pertama al-Qur‘an
yang ditujukan kepada kaum Muslimin; agar mereka menegakkan Islam dalam diri
mereka dan mengerat jalinan di antara mereka.
“Telah beruntunglah orang yang membersihkan diri dan mengingati
nama Tuhannya lalu solat.” (as-Syams[87]:14-15)
“Beruntunglah orang yang mensucikannya dan merugilah orang yang
mengotorinya.” (as-Syams[91]:9-10)
Tidak perlu memperhatikan sebarang hasutan atau membalas sesuatu
gangguan mahupun tekanan yang musuh arahkan kepada mereka.
Apakah pendapatmu mengenai orang-orang yang dikatakan kepada mereka:
“tahanlah tangan kalian dan tegakkanlah solat dan tunaikanlah
zakat….” (an-Nisa[4]:77)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar telah mengetahui bahawa
engkau bersempit dada kerana segala yang mereka katakan. Kerana
itu maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah termasuk
orang-orang yang bersujud, dan sembahlah Tuhanmu hingga
kematian datang kepadamu.” (al-Hijr[15]:97-99)
Semua ini agar potensi mereka berkembang dan tenaga mereka pun berlipat
kali ganda, bahkan tenaga dan potensi ini dapat disimpan untuk suatu saat apabila
diarahkan kepada hal yang bermanfaat pada waktu setepatnya.
Sejarah telah melakarkan gambaran yang menunjukkan sejauh mana
gelora semangat dalam memerangi musuh-musuh Allah dan musuh mereka. Di
antara ilustrasi paling menarik yang mereka gambarkan adalah perkara yang
telah dilakukan oleh Bilal bin Rabah terhadap Umayyah bin Khalaf, sebagaimana
dikatakan oleh Abdurrahman bin Auf, “Aku telah melakukan perjanjian dengan
Umayyah bin Khalaf agar ia melindungi orang-orangnya di Madinah. Ketika aku
menyebut Ar-Rahman, ia mengatakan, “Aku tidak tahu Ar-Rahman.” Gunakanlah
namamu di masa jahiliyah. Maka aku pun menggunakan nama Abdu Amrin.
Pada waktu Perang Badar, di saat orang-orang tidur, aku pergi ke gunung untuk
menculiknya. Tetapi Bilal menemuinya. Maka keluarlah ia sehingga berdiri di
tengah majlis beberapa orang Ansar. Ia mengatakan, “Aku tidak mungkin selamat
jika Umayyah itu selamat.” Berangkatlah bersamanya sejumlah orang Ansar
di belakang kami. Ketika aku takut menyusul kami, aku pun menculik anaknya

7. untuk memecahkan tumpuan mereka. Mereka membunuhnya kemudian datang
mengikuti kami. Ia adalah seorang yang berbadan besar. Setelah melihat kami, aku
mengatakan kepadanya, “Duduklah!” Ia pun duduk, lalu aku melindunginya dengan
tubuhku, namun mereka tetap membidasnya dengan pedang-pedang dari bawahku
hingga mereka pun membunuhnya, bahkan pedang salah seorang di antara mereka
turut mengenai kakiku.2
2. Putus asa
Kesan yang kedua iaitu putus asa. Orang yang tertutup dan berpandangan
sempit akan menghadapi banyak aral dan rintangan dalam perjalanannya. Oleh
kerana sifatnya itu, ia tidak akan mampu memahami dan menyelesaikan rintangan
dan kesulitan yang dihadapinya. Hasilnya adalah putus asa dan akhirnya tidak mahu
lagi menjalankan peranan dan kewajipannya. Inilah yang selalu diusahakan oleh
musuh-muusuh Allah agar mereka berleluasa menggunakan kesempatan yang ada
itu.
3. Melemahkan pengkaderan
Sangat jarang taufiq dan kejayaan terhasil dari kecetekan fikiran. Orang yang
tidak mendapat taufiq dan kejayaan, tidak akan memiliki daya tarikan yang dapat
mengikat para pendukungnya. Realiti telah menunjukkan bukti ini. Berapa ramai
orang berwawasan sempit dan cetek yang hidup lalu mati, hanya beberapa orang
sahaja yang ada di sekitarnya. Bahkan, orang-orang disekitarnya lari dan berpaling
darinya.
4. Tidak mendapat taufiq Illahi
Orang yang cetek dan berwawasan sempit menghendaki agar orang lain
mengikuti persepsi sempit dan pandangannya yang terbatas. Tentu orang tidak
mahu mengikutinya. Pada saat itulah, ia akan menyakiti mereka dengan ucapan
menyakitkan dan menjadikannya sebagai daging santapan yang lazat. Mungkinkah
orang yang memakan dan menodai kehormatan orang lain akan mendapat taufiq
dan dukungan dari Tuhannya?
Kesan terhadap perjuangan Islam
Di antara kesan sempitnya wawasan terhadap perjuangan Islam adalah:
1. Pencemaran
Wawasan yang sempit akan membawa perjuangan Islam kepada
penyelesaian masalah secara tidak menyeluruh tanpa melihat penyebabnya dan
menghilangkan akar permasalahannya sepertimana telah disebutkan sebelum
ini. Dalam perjuangan Islam, cara seperti ini tidak berkesan. Selain itu juga akan
memanjangkan perjalanan dan membanyakkan beban. Pada saat itulah para
musuh mendapatkan kesempatan untuk mencemarkan semangat perjuangan
Islam dan menyebarkan isu bahawa Islam dan para aktivisnya tidak akan mampu
menyelesaikan masalah zaman dengan baik.
2 Hadis oleh Al-Bukhari dalam As-Sahih Kitab Wakallah bab seorang muslim mewakilkan kepada seorang
tentera di wilayah perang atau negeri Islam (3/129) dari hadis Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman
bin Auf dari ayahnya, dari datuknya, Abdurrahman bin Auf R.A secara marfu’ padanya. Di akhirnya
ditambah, “Abdurrahman dulu memperlihatkan bekas luka di bawah kakinya itu kepada kami.”

8. 2. Pengambilalihan
Hal ini kerana perjuangan Islam akan menghadapi banyak tentangan dan
rintangan yang sengaja dibuat oleh musuh-musuh Allah. Sempitnya pandangan
akan menyebabkan terjadinya kerosakan antara rintangan dan kesulitan, tidak
mampu menguasai dan menyiasatnya. Pada saat itulah terjadinya pengambilalihan
dan dakwah dilarang untuk dijalankan lagi.
3. Pukulan atau minimal tekanan
Sempitnya pandangan juga menyebabkan perjuangan Islam tidak mendapat
pendokong dan penolong, bahkan tidak mendapat taufiq dan bantuan Allah. Pada
saat perjuangan Islam tidak mendapatkan semua itu, maka pukulan atau paling tidak
ancaman dari musuh-musuh akan menimpanya. Akhirnya, perjuangan ini harus
kembali ke belakang beberapa tahun lagi.
Cara Mengubati Pandangan Sempit
Pandangan sempit, dapat dihindari dengan mengikuti hal-hal berikut:
1. Membiasakan diri memikul tanggung jawab sejak kecil. Hal ini akan
memberikan banyak pengalaman serta mengembangkan bakat dan kecerdasan
naluri seseorang. Apabila dewasa, ia akan berfikiran luas dan berpandangan jauh.
Untuk itu, ada teladan para nabi dan rasul, terutama Muhammad S.A.W telah
menanggung hidup sejak kecil, suatu perkara yang membantu mengembangkan
bakat serta kemampuan siasah dan memperbaiki jiwa setelah mereka mendapat
tugas kerasulan. Nabi S.A.W telah mengambil metod tarbawi ini ketika Baginda
bersabda, “Allah tidak mengutus seorang nabi pun kecuali pernah mengembala
kambing.” Sahabat-sahabatnya bertanya, “Baginda?” Baginda menjawab:
“Ya, aku dulu mengembalanya untuk mendapat upah beberapa
peseruang penduduk Makkah.”3
2. Beralih dari lingkungan yang berwawasan sempit dan berpandangan
cetek kepada lingkungan orang-orangnya berpengalaman dan berwawasan luas,
berpandangan jauh, dengan rendah hati di hadapan mereka. Dengan ini apabila
tiba masanya nanti akan berkembanglah bakat bawaan dan belajar hikmah yang di
antara cirinya adalah keluasan wawasan dan pandangan jauh.
3. Memahami dengan benar terhadap misi dan peranan manusia di bumi serta
cara untuk menunaikan peranan dan misi tersebut.
3 Hadis oleh Al-Bukhari dalam As-Sahih Kitab Ijarah bab Mengembala kambing dengan upah (3/115-116), kitab
Al-Ath’imah bab Kibats iaitu buah pohin araki (7/105), Kitab Anbiya bab ya’kufuuna ‘ala ashnamil lahum (4/
191). Muslim dalam As-Sahih Kitab Asyribah bab Keutamaan kibats hitam (3/1621 no. 2050), Ibn Majah dalam
As-Sunan Kitab Tijarat bab Shina’aat (2/727 no. 2149). Mallik dalam Al-Muwaththa bab mengenai kambing
hal. 689 no. 1770, Ahmad dalam Al-Musnad (3/326), semua dari hadis Jabir bin Abdullah R.A secara marfu’,
bahawa riwayat pertama pada Bukhari dan Ibn Majah dari Abu Hurairah R.A secara marfu’.

9. 4. Memahami dengan utuh hakikat dan kandungan Islam serta cara mengamal
dan melestarikannya di muka bumi. Pemahaman yang demikian akan banyak
menghimpunkan kekuatan dalam menerap dan melaksanakan ajaran Islam. Hal ini
akan membantu terciptanya wawasan luas dan pandangan yang jauh.
5. Memahami dengan benar jalan dan konsep kerja musuh. Perhatian ini akan
membawa pelakunya untuk mengunci pintu pemikiran dan berusaha melambatkan
perjalanan konsep itu. Inilah yang dimaksudkan dengan wawasan luas dan
pandangan jauh.
6. Berhubung rapat dengan Rasulullah S.A.W melalui sirahnya kerana sirah
ini penuh dengan hal-hal yang akan membantu terciptanya wawasan luas dan
pandangan jauh. Ada satu pelajaran dapat kita petik dari hal ini, bahawa Rasulullah
S.A.W tidak menghancurkan patung-patung yang ada di dalam dan di atas Kaabah
kecuali pada tahun kelapan Hijrah, iaitu pada saat penaklukan Makkah. Beliau
melihat bahawa penghancuran patung-patung tersebut sebelum penghancuran
berhala di dalam jiwa yang mengarahkan dan mengajak kepada kemusyrikan, dosa
dan kehinaan, hanya akan memberikan semangat untuk membangun patung-patung
itu dengan emas menggantikan batu, bahkan akan semakin memperbanyakkan
jumlahnya. Kerana itulah Baginda S.A.W membiarkannya untuk sementara waktu
dan memfokuskan pada perubahan jiwa dari dalam, mengamalkan firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah perkara yang ada pada
sesuatu kaum sehingga mereka merubah perkara yang ada di dalam
diri mereka ” (ar-Ra’du[13]:11)
Hingga jiwa-jiwa itu menjadi baik dan istiqamah di jalan Allah serta terjadi
hubungan yang harmonis di antara mereka. Baginda S.A.W memimpin untuk
menakluk Makkah, bahkan menghancurkan patung-patung itu. Demikian pula yang
terjadi dalam Perjanjian Hubaidiyah di mana Baginda S.A.W menerima perjanjian itu
walaupun syarat-syaratnya agak keras hingga menyebabkan kebanyakan sahabat
bersempit dada, terutama Umar R.A. Hal ini kerana, Baginda melihat dengan mata
kenabian. Baginda S.A.W melihat bahawa meskipun keadaannya keras, syarat-
syarat tersebut pada akhirnya memberikan banyak kebaikan buat kaum Muslimin
dan itulah yang ditegaskan oleh realiti. Jumlah kaum Muslimin setelah Perjanjian
Hubaidiyah itu semakin bertambah beberapa kali ganda jumlah sebelumnya. Pada
waktu Perang Khandak tahun kelima Hijrah, jumlah tentera yang berperang bersama
Rasullullah sebanyak tiga ribu orang. Pada waktu penaklukan Makkah, kaum
Muslimin yang ikut berangkat mencapai sepuluh ribu orang. Hal ini terjadi kerana
adanya kerjasama di antara kedua belah pihak, di mana kaum musyrikin melihat
langsung akhlak dan keadaan kaum Muslimin sebagai hasil dari perdamaian dan
gencatan senjata selama sepuluh tahun.
Setelah beberapa waktu perdamaian itu berlaku, kaum musyrikin sendiri
datang meminta dibatalkan syarat: “Barangsiapa datang kepada Nabi S.A.W
sebagai seorang Muslim, beliau harus mengembalikannya kepada kaum musyrikin.”

10. Setelah Bashir dan kawan-kawannya menimpakan kejahatan kepada mereka dan
memutuskan jalan perdagangan mereka sehingga kelaparan, terpaksa mereka
makan makanan busuk, bangkai dan daun-daunan.
Peristiwa-peristiwa seperti ini dan sejenisnya mengajarkan mengenai
wawasan luas dan pandangan yang jauh itu memberikan kebaikan kepada Islam
dan aktivisnya.
7. Menjaga hubungan baik dengan Allah S.W.T secara meninggalkan maksiat
dan keburukan, baik kecil mahupun besar; diikuti mengerjakan amalan siang
dan malam; serta banyak melakukan berbagai bentuk kebaikan; kerana hal itu
akan mewariskan himmah yang di antara hasilnya adalah keluasan wawasan dan
berpandangan jauh.
8. Sentiasa menimba pengalaman orang-orang terdahulu, kerana ia adalah
lautan pengalaman yang dapat menumbuhkan bakat dan kemampuan. Dalam hal
ini, cukuplah bagi kita riwayat mengenai Al-Hafizah Abul Faraj atau lebih dikenali
sebagai Ibnul Jauzi yang meninggal dunia tahun 597H ketika ditanya oleh seorang
Rafidhi (penganut Syi’ah Rafidhah, pent.) dalam sebuah majlis nasihat untuk
umum, “Tuan, kami menginginkan satu kata yang hendak kami riwayatkan dari
Baginda, mana yang lebih afdhal, Abu Bakar atau Ali?”
Abul Faraj membaca dari fikiran orang tersebut betapa busuk dan bahayanya
pertanyaan itu sehingga beliau langsung menjawab, “Yang paling afdhal adalah
puterinya ada di bawahnya (menjadi isterinya, pent.).” Ungkapan ini mengandungi
dua jawapan, kerana itu ia melegakan kedua belah pihak, kaum Rafidhah mahupun
Ahli Sunnah. Jawapan ini tidak diberikan kecuali kerana wawasannya yang luas dan
berpandangan jauh.
Contoh lain adalah perkara yang dikatakan oleh Ustaz Hasan Al-Banna
ketika menjawab penulis kitab “Ahdatsu Shana’at Tarikh” (peristiwa-peristiwa yang
mengukir sejarah, pent.) yang menulis sebuah artikel untuk membantah tulisan
Sayyid Qutub (ketika masih berfahaman komunis, pent.) dalam kolum Al-Ahram
pada akhir tahun tiga puluhan. Dalam artikel ini, Sayyid Qutub dengan terang-
terangan menyerukan untuk bertelanjang bulat, agar manusia hidup telanjang
seperti saat dilahirkan oleh ibu-ibu mereka. Syeikh Hasan Al-Banna membaca
jawapan itu kemudiannya menundukkan kepala dengan lama ~tidak seperti
biasa~ lalu menoleh ke arah Mahmud (penulis jawapan itu) dan mengatakan
kepadanya, “Mahmud, artikel ini menggunakan gaya penulisan yang sangat kukuh,
kuat hujahnya dan layak untuk diterbitkan. Sebelumnya saya telah mengizinkan
sebahagian artikel yang kau terbitkan di beberapa harian…. Akan tetapi pada kali ini
terlintas sejumlah fikiran di benak saya yang saya akan ajukan kepadamu:”
Pertama, tidak diragukan lagi bahawa artikel itu menimbulkan luapan
kemarahan dan melukai hati orang yang beriman.
Kedua, penulis artikel itu adalah seorang pemuda yang terpengaruh oleh
lingkungannya di mana telah kau kenal dan aku kenal. Lingkungan itulah yang

11. mempengaruhinya dengan fikiran-fikiran itu.
Ketiga, sesungguhnya tujuan anak muda itu, dalam menulis artikelnya bukan
sekadar mengungkapkan perkara yang diyakini saja, tetapi berusaha menarik
perhatian berdasarkan prinsip kebiasaan mereka bahawa untuk mencapai tujuan
boleh menghalalkan segala cara.
Keempat, pembaca harian Al-Ahram adalah terhad, bila dibandingkan
dengan jumlah penduduk negeri ini iaitu Mesir dan tidak semua pembaca Al-
Ahram membaca artikelnya kerana kebanyakkan pembaca Al-Ahram hanya
membaca berita sahaja. Selain itu, kebanyakkan mereka yang membaca artikel tidak
memahami seluruh fikiran dan gagasannya kerana mereka biasa membaca artikel
selingan sepintas lalu saja.
Kelima, jika kita memberikan jawapan terhadap artikel itu di harian Al-Ahram
akan menjadi hal-hal berikut :
Dengan menerbitkan jawapan itu, akan menarik perhatian orang-
1.
orang yang belum membaca artikel aslinya untuk mencari dan membacanya.
Sebagaimana ia akan mendorong mereka yang telah membacanya sepintas
lalu untuk membacanya lagi dengan berhati-hati. Dengan begitu gagasan yang
ada dalam artikel tersebut akan mengemukakan berbagai forum, menjadi tema
perbincangan dan perhatian. Dengan itu, tanpa disengajakan kita telah bekerja
untuk merealisasikan tujuan penulisnya iaitu menarik perhatian dan mencari sensasi,
agar namanya menjadi buah bibir.
2.Tanpa disengajakan kita telah menyebabkan timbulnya perhatian
kepada kehinaan di mana barangkali telah ada dalam jiwa-jiwa yang lemah. Kalau
kita tidak menjawabnya tentu seruan kepada kehinaan itu akan berlalu begitu sahaja
dalam kelalaian masyarakat dan tidak mendapat sedikit pun perhatian, lalu akan
dilupakan begitu sahaja.
3.Jawapan adalah sejenis tanggapan yang meninggalkan keangkuhan
di hati orang yang dijawab. Keangkuhan ini menjadikannya fanatik dengan
pemikirannya meskipun ia mengakui bahawa pemikirannya itu salah. Dengan
demikian, kita telah memutus benang pertaubatan baginya. Dalam hal ini terjadi
kerugian yang kita tidak memerlukannya. Penulis ini adalah seorang pemuda.
Memberi kesempatan kepadanya untuk kembali kepada kebenaran adalah
lebih baik daripada melukainya. Engkau tidak tahu, barangkali pemuda ini akan
sedar dari kelalaiannya lalu kembali kepada kebenaran dan menjadi orang
yang memberi manfaat kepada dakwah ini suatu hari nanti. Kemudian, beliau
mengatakan, “Bagaimana pendapatmu mengenai idea-ideaku ini?” Mahmud
(penulis jawapan itu) menjawab, “Benar-benar melegakan, lalu aku mengoyak artikel
jawapan yang telah kutulis itu di hadapan beliau.”4
4 Lihat Ahdats Shana’at Tarikh (1/191-192)

12. Hari-hari berlalu dan Sayyid Qutub rahimahullah telah menjadi salah seorang
tokoh dakwah Islam, bahkan salah seorang syahid-Nya. Barangkali rahsianya
adalah taufiq dari Allah terlebih dahulu, kemudian pandangan tajam dan ilham yang
ada pada Syeikh Hasan Al-Banna rahimahullah.
Contoh lain tentang sempitnya wawasan dan ceteknya pandangan adalah
sepertimana dikatakan oleh seorang ulama’ yang komitmen dengan Islam kepada
dua orang pemuda di abad ini. Ia melihat, keduanya sedang berselisih tentang batas
basuhan kepala ketika wuduk. Apakah cukup beberapa helai rambut, seperempat,
setengah atau seluruh kepala?
Perselisihan itu memuncak hingga perdebatan kasar, bahkan sampai saling
memukul. Ia dikatakan kepada keduanya, “Lindungi dulu kepala kalian dari ancaman
pemenggalan, sesungguhnya memang ada konspirasi dari musuh-musuh Islam
untuk memenggal kepala kalian, setelah itu barulah kalian boleh berselisih tentang
batasan rambut kepala mana yang harus dibasuh itu.”
9. Cuba memahami setiap akibat yang terjadi kerana sempit wawasan
dan ceteknya pandangan, baik terhadap para aktivis mahupun terhadap perjuangan
Islam, sebagaimana telah dijelaskan sebelum ini. Barangkali hal itu akan dapat
mengasah kemahuan dan menguatkan tekad sehingga anda akan berusaha untuk
memperluas wawasan dan menajamkan pandangan.