SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Makalah Sistem Imunitas
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena
atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat
pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
pelajaran ipa. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai sistem
Imunitas.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan
penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada
guru pengajar kami yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini
kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik
membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi
kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat
berguna bagi orang lain yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung
mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi
pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena
itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga
berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun
mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri
khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik
tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh
system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup
lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif,
bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh,
dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit
serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat
mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan
yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Imunitas
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi
disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap
mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup.
Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan makanan
yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel
pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan menggunakan sumber energi sel
pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek lain,
menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan
berguna untuk pejamu.
Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau nonspesifik (nature
innate/ native) dan didapat atau spesifik (adaptive/ acquired).
Mekanisme imunitas nonspesifik (sawar mekanis, fagosit, sel NK dan sistem
komplemen) memberikan pertahanan terhadap infeksi. Imunitas spesifik (respons
limfosit) timbul lebih lambat. Perbedaan-perbedaan antara kedia sistem imun tersebut
terlihat pada gambar dan tabel di bawah.
II.2 Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini
dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme
pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme
pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif
atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan
hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah
sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi
bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen
adaptif atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus
terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain.
Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh
spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia
akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia
kontak dengan antigen.
Pembagian di atas hanya dimaksudkan untuk memudahkan pengertian saja.
Sebenernya antara kedua sistem tersebut ada kerja sama yang erat, yang satu tidak
apat dipisahkan dari yang lain.
II.3 Sistem Imun
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup
A. Fungsi sistem imun:
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan &
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus,
serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh .
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
B. Tipe sistem imun.
Secara umum sistem imun manusia terbagi dalam dua, yaitu : alamiah dan
adaptif (spesifik). Sistem imun alamiah terentang luas, mulai dari air mata, air liur,
keringat (dengan pHnya yang rendah/asam), bulu hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin
dan asam neuraminik (pada air susu ibu), sampai asam lambung termasuk di
dalamnya. Secara lebih mendetail di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah
terdapat komponen sistem imun alamiah yang antara lain terdiri dari fasa cair seperti
IgA (Imunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, ataupun c-reactive protein
(CRP).
C. Mekanisme kerja sistem imun
Keberadaan mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak
diharapkan akan memicu sistem imun untuk melakukan tindakan dengan urutan
mekanisme sebagai berikut : introduksi, persuasi, dan represi.
Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap,
namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen bertugas untuk
menganalisa masalah untuk selanjutnya mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk
selanjutnya akan diolah dandipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Setelah itu limfosit T bekerja dengan memakan mikroba
patogen. Sel limfosit terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B
kelak akan bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan
imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T helper, T sitotoksik, dan T
supresor.
D. Sel – sel sistem imun
A. SEL-SEL IMUN NON SPESIFIK
1. Sel Fagosit Fagosit Agranulosit
Ø Sel Monosit : sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana setelah
matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai fagosit
Ø Sel makrofag : diferensiasi dari sel monosit yang berada dalam sirkulasi. Ada 2
golongan, yaitu:
ü Fagosit professional: monosit dan makrofag yang menempel pada permukaan
dan akan memakan mikroorganisme asing yang masuk. Monosit dan makrofag juga
mempunyai resepto interferon dan Migration Inhibition Factor (MIF). Selanjutanya
monosit dan makrofag diaktifkan oleh Macrophage Activating Factor (MAF) yang
dilepas oleh sel T yang disensitasi.
ü Antigen Presenting Cell (APC): sel yang mengikat antigen asing yang masuk lalu
meprosesnya sebelum dikenal oleh limfosit. Sel-sel yang dapat menjadi APC antara
lain: kelenjar limfoid, sel Langerhans di kulit, Sel Kupffer di hati, sel mikrogrial di SSP
dan sel B.
Fagosit Garnulosit
Ø Neutrofil : mempunyai reseptor untuk fraksi Fc antibody dan komplemen yang
diaktifkan.
Ø Eosinofil: eosinofil dapat dirangsang untuk degranulasi sel dimana mediator yang
dilepas dapat menginaktifkan mediator- mediator yang dilepas oleh mastosit/basofil
pada reaksi alergi. eosinofil mengandung berbagai granul seperti Major Basic Protein
(MBP), Eosinophil Cationic Protein (ECP), Eosinophil Derived Neurotoxin (EDN) &
Eosinophil Peroxidase (EPO) yang besifat toksik dan dapat menghancurkan sel
sasaran bila dilepas.
2. Sel Nol
Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL) yang terbagi dalam sel NK (Natural
Killer) dan sel K (Killer). Sel NK dapat membunuh sel tumor dengan cara nonspesifik
tanpa bantuan antibody sedang sel K merupakan efektor Antibody Dependent Cell
(ADCC) ynag dapat membunuh sel secara nonspesifik namun bila sel sasaran dilapisi
antibody.
3. Sel Mediator
Basofil dan Mastosit: melepaskan bahan-bahan yang mempunyai aktivitas biologic
antara lain: meningkatkan permeabilitas vaskuler dan respons inflamasi.
Trombosit: berfungsi pada homeostasis, memodulasi respons inflamasi, sitotoksik
sebagai selefektor dan penyembuhan jaringan.
B. SEL IMUN SPESIFIK
1. Sel T
Ø Petanda Permukaan: mempunyai resptor sel yang dapat dibedakan dengan yang lain,
beberapa macam sel T
Ø T11 : Penanda bahwa sel T sudang matang
Ø T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul kelas II MHC dan T8 dalam
pengenalankelas I MHC
Ø T3 : resptor yang diperlukan untukperangsangan sel T
Ø TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : enzim yang diperlukan untuk
menemukan pre T cell
Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan sinyal aktivasi yang
datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi antara antigen molekul MHC dan
reseptor sel T)
Ø Petanda fungsional
Mitogen dan lectin merupakan alamiah yang berkemampuan mengikat dan
merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan diferensiasi.
II.4 Tipe Imunitas
Ø Imunitas : alami dan di dapat
Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan di dapat ( akuisita).
Setiap tipe imunitas meaninkan peranann yang berbeda dalam mempertahankan tubuh
terhadap para penyerang yang berbahaya, namun berbagai komponen biasanya
bekerja dengan cara yang saling tergantung yang satu dengan yang lain.
ü Imunitas alami
Imunitas alami merupakan kekebalan yang non-spesifik yang di temukan pada
saat lahir dan memberikan respon non-spesifik terhadap setiap penyerang asing tampa
memperhatikan kompossisi penyerang tersebut. Dasar mekanisme pertahanan aalami
semata-mata merupakan kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh
atau antara diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Mekanisme alami semacam ini mencakup :
a. Sawar ( barier) fisik
Mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro organism
pathogen dapat di cegah agar tidak masuk kedalam tubuh, dan silia pada traktus
respiratorius bersama respon batuk serta bersin yuang bekerja sebagai filter dan
membersihkan saluran napas atas dari mokro organism pathogen sebel;um mikro
organism tersebut menginflasi tubuh lebuh lajut.
b. Sawar (barier) kimia
Mencakup getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva)
dan substansi dalam secret kelenjar sbasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara non-
spesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus dihadapi
dengan cara interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier) respon biologi yang
meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami yang diprodukasi oleh
tubuh dan dapat mengaktifkan komponen lainya dari sistem imun.
c. Sel darah putih ( leukosit)
Leukosit granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit polimorfonuklear
atau PMN karena nukleusnya terdiri atas beberapa lobus) merupakan sel pertama yang
tiba pada tempat terjadinya inflamasi. Eosinofil dan basofil yaitu tipe leukosit .ain yang
neningkat jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon terhadap stress.
d. Respon inflamasi
Merupakan fungsi utama dari sistem imun alami yang dicetuskan sebagai reaksi
terhadap cidera jaringan atau mikro organism penyerang. Zat-zat mediator komia turut
membantu respon inflamasi untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi mokro
organism penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan meningkatkan pembentukan
jaringan parut fibrosa serta regenerasi jaringan yang cedera.
ü Imunitas yang di dapat.
Imunitas yang didapat (acquired imunity) terdiri atas respon imun yang tidak di
jumpai pada saat lahir tetapi diperoleh dalam kehidupan seseorang. Imunitas didapat
biasanya terjadi setelah seseorng terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang
menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Ada dua tipe imunitas yang di dapat,
yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas didapat yang aktif , pertahanan imunologi akan
dibetuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut dan umumnya
berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif
merupakan imunitas temporer yang di transmisikan dari sumber lain yang sudah
memiliki kekebala setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi.
II.5 Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Imun
A. Usia
1. Penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap
mikroorganisme yang menginvasinya.
2. Terganggunya produksi limfosit B dan T.
3. Kulit tipis, tidak elastic, neuropati perifer, penurunan sensitabilitas serta sirkulasi
yang menyertainya ulkus statis dan dekubitus.
B. Gender
Ø Estrogen
1. Memodulasi aktivitas limfosit T khususnya sel T supresor
2. Mengaktifkan populasi sel-sel B berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan
marker CD5
3. Cenderung menggalakkan imunitas, sedangkan androgen=imunosupresif
mempertahankan produksi IL-2 dan aktivitas sel T supresor
4. Androgen
5. Lebih sering pada wanita terkait dengan estrogen
Ø Faktor-faktor psikoneuro-imunologik
• Kelainan organ lain
• Obat-obatan
• Radiasi
II.6 Fisiologi Reaksi Hipersensitifitas
Reaksi hipersensitif merujuk kepada reaksi berlebihan , tidak diinginkan
(menimbulkan ketidaknyamanan dan kadang-kadang berakibat fatal) dari sistem
kekebalan tubuh. Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral
maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh
antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas.
Menurut Gell dan Coombs ada 4 tipe reaksi hipersensitif yaitu :
1. Reaksi hipersensitif tipe I atau reaksi anafilaktik.
2. Reaksi hipersensitif tipe II atau sitotoksik.
3. Reaksi hipersensitif tipe III atau kompleks imun.
4. Reaksi hipersensitif tipe IV atau reaksi yang diperantarai sel.
Berdasarkan kecepatan reaksinya, tipe I, II dan III termasuk tipe cepat karena
diperantarai oleh respon humoral (melibatkan antibodi) dan tipe IV termasuk tipe
lambat.
II.7 Imunodefisiensi
Defisiensi Imun yaitu gangguan fungsi sistem imun penyakit yang menyertai
defisiensi.
1. Sel B
2. Sel T
3. Fagosit
4. komplemen
Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pnemumonia rekuren Kerentanan
meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoa Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam
keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik Infeksi bakteri,
autoimunitas.
§ PEMBAGIAN DEFISIENSI SISTEM IMUN
1. DEFISIENSI IMUN NONSPESIFIK
1.1 DEFISIENSI KOMPLEMEN
Berhubungan dengan peningkatan insiden infeksi atau penyakit autoimun Lupus
Eritematosis Sistemik (LES). Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat
seperti infeksi bakteri yang rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit
autoimun. Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter.
A. DEFISIENSI KOMPLEMEN KONGENITAL
Biasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti
LES.
B. DEFISIENSI KOMPLEMEN FISIOLOGIK
Defisiensi Ck, C7, dan C8 menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap septikemi
meningokok dan gonokok oleh karena lisis melalui jalur komplemen merupakan
mekanisme kontrol utama. Defisiensi komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada
neonatus yang disebabkan karena kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah.
C. DEFISIENSI KOMPLEMEN DIDAPAT
Disebabkan oleh depresi sintesis, misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi
protein/kalori
1.2 DEFISIENSI INTERFERON (IFN) DAN LISOZIM
A. DEFISIENSI IFN KONGENITAL
Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
B. DEFISIENSI IFN DAN LISOZIM DIDAPAT
Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori.
1.3 DEFISIENSI NK
A. DEFISIENSI KONGENITAL
Terjadi pada penderita dengan osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit). Kadat IgG,
IgA, dan kekerapak antibodi biasanya meningkat
B. DEFISIENSI DIDAPAT
Terjadi akibat imunosupresi atau radiasi
1.4 DEFISIENSI SISTEM FAGOSIT
Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tampa bantuan
komplemen. Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang.
A. DEFISIENSI KUANTITATIF
Merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu yang dapat memacu
produksi antibodi dan berfungsi sebagai opsonin neutrofil normal
B. DEFISIENSI KUALITATIF
Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, menelan atau membunuh mikroba
intraselular.
2. DEFISIENSI IMUN SPESIFIK
2.1 DEFINSIASI IMUN KONGENITAL ATAU PRIMER
A. DEFISIENSI IMUN PRIMER B
Dapat berupa gangguan perkembangan pada sel B. Berbagai akibat dapat ditemukan
seperti tidak adanya semua Ig atau atu kelas atau subkelas. Penderita dengan
defisiensi semua jenis IgG akan lebih mudah menjadi sakit dibanding dengan yang
hanya menderita defisiensi Ig tertentu saja.
B. DEFISIENSI IMUN PRIMER SEL T
Penderita dengan defisiensi sel T kongenital sangat rentan terhadap infeksi virus,
jamur, dan protozoa. Oleh karena sel T juga berpengaruh pada sel B, maka defisiensi
sel t disertai lupa gangguan produksi Ig yang nampak dan tidak adanya respons
terhadap vaksinasi dan seringnya terjadi infeksi.
C. DEFISIENSI KOMBINASI SEL B DAN SEL
2.2 DEFISIENSI IMUN SPESIFIK FISIOLOGIK
A. Kehamilan
Defisiensi imun selular dapat ditemukan pada kehamilan. Keadaan ini mungkin
diperlukan untuk kelangsungan hidup fetus yang merupakan allograft dengan antigen
paternal.
B. Usia Tahun Pertama
Sistem imun pada usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum
matang. Meskipu neonatus menunjukkan jumlah sel T yang tinggi, semuanya berupa
sel naif dan tidak memberikan respons yang kuat terhadap antigen
C. Usia Lanjut
Disebabkan oleh karena terjadi atrofi timus, fungsi timus menurun. Akibat invusi
timus, jumlah sel T naif dan kualitas respons sel T makin berkurang. Jumlah sel T
memori meningkat tetapi mungkin sulit untuk berkembang.
3. DEFISIENSI IMUN DIDAPAT SEKUNDER
a. Malnutrisi
b. Infeksi
c. Obat, trauma, tindakan kateterisasi
d. Penyinaran
e. Penyakit berat
f. Kehilangan imunoglobulin/leukosit
g. Stres
h. Agamaglobulinemia dengan timoma (disertai menghilangnya sel B total dari sirkulasi)
4. AIDS
II.8 Kompleks Histokompatibilitas Mayor
Kompleks histokompatibilitas utama (major histocompatibility complexatau MHC)
adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut
terdiri dari ± 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan lebih dikenal
sebagai kompleks antigen leukosit manusia (HLA). Protein MHC yang disandikan
berperan dalam mengikat dan mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Molekul
permukaan sel yang bertanggung jawab terhadap rejeksi transplan dinamakan molekul
histokompatibilitas, dan gen yang mengkodenya disebut gen histokompatibilitas. Nama
ini kemudian disebut dengan histokompatibilitas mayor karena ternyata MHC bukan
satu-satunya penentu rejeksi. Terdapat pula molekul lain yang walaupun lebih lemah
juga ikut menentukan rejeksi, yang disebut molekul histokompatibilitas minor. Pada saat
ini telah diketahui bahwa molekul MHC merupakan titik sentral inisiasi respons imun.
Hubungan dengan penyakit tertentu
Selain peran dalam rejeksi transplan, beberapa alel spesifik mempunyai
hubungan dengan penyakit tertentu yang umumnya mempunyai kelainan dasar
imunologik. Mayoritas penyakit tersebut berhubungan dengan HLA kelas II, dan ini
menunjukkan peran penting molekul kelas II untuk presentasi antigen pada sel T CD4.
Hubungan itu dinyatakan dengan nilai risiko relatif. Semakin besar nilai tersebut untuk
alel HLA tertentu maka semakin meningkat pula risiko seseorang untuk mendapat
penyakit tersebut.
Terdapat beberapa hipotesis untuk menerangkan asosiasi penyakit dengan HLA ini,
yaitu 1) molekul HLA sebagai reseptor etiologi, 2) HLA bersifat selektif untuk antigen, 3)
TCR sebagai penentu predisposisi penyakit, 4) agen penyebab menyerupai molekul
HLA, dan 5) penyimpangan ekspresi molekul kelas II.
Molekul HLA dapat berlaku sebagai reseptor untuk etiologi penyakit seperti virus atau
toksin. Dugaan ini berdasarkan bukti bahwa molekul lain pada permukaan sel dapat
berlaku sebagai reseptor etiologi, misalnya molekul CD4 selaku reseptor HIV.
Hanya tempat ikatan antigen pada lekukan molekul HLA tertentu saja yang dapat
mengikat suatu antigen penyebab penyakit. Jadi hanya individu yang mempunyai
molekul HLA seperti itu saja yang dapat menderita penyakit tersebut.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Imunitas mengacu kepada respons protektif tubuh yang spesifik terhadap benda
asing atau mikroorganismeyang menginvasinya. Komponen dan fungsi pada imunitas
terdiri leukosit, sumsum tulang, jaringan limfoid yang terdiri dari kelenjar thymus, limfe,
tonsil, lien,tonsil serta adenoid, dan jaringan serupa.
Dari leukosit terdapat sel B dan sel T. sel B mencapai maturasinya pada
sumsum tulang dan sel T mencapai maturasinya di kelenjar thymus. Imunitas dibagi
menjadi imunitas alami dan imunitas yang didapat. Imunitas alami merupakan respons
nonspesifik terhadap setiap penyerang asing tanpa mempertahankan komposisi
penyerang tersebut.
Mekanismenya mencakup sawar fisik, kimia, sel darah putih, respon inflamasi. Imunitas
yang didapat terdiri dari respon imun yang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan
diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Biasanya terjadi setelah seseorang
terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang
bersifat protektif.
Terdapat 2 tipe pada imunitas yang didapat yaitu imunitas didapat aktif dan pasif.
Pertahanan system imun dibagi pada respons imun fagositik, respon humoral/antibody
respon, dan respon imun seluler. Disamping system pertahanan, terdapat stadium
respon imun; yakni stadium pengenalan, bersirkulasi, proliferasi, respon, dan efektor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi system imun yaitu usia, gender, faktor-faktor
psikoneuro-imunologik, kelainan organ lain, obat-obatan dan radiasi.
Imunodefisiensi bisa diklasifikasikan sebagai kelainan primer/sekunder dan
dapat pula berdasar komponen yang terkena pada system imun tersebut.
Imunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai, akibat dari proses penyakit yang
mendasarinya. Penyebabnya malnutrisi, stress kronik, luka bakar, uremia, DM, kelainan
autoimun, AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.imunitas.com
http://biokom.edu.com/sistim-imunitas/ htm.
http://hannysilia./ com/ sistim-imunitas/htpm
http://pustakamajutiga/com/htm.
http://sarnokoku. sistim-imunitas.com

More Related Content

What's hot

Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusGlukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusRinii Alfiiah
 
PPT Komposisi darah dan golongan darah
PPT Komposisi darah dan golongan darahPPT Komposisi darah dan golongan darah
PPT Komposisi darah dan golongan darahMey Sari
 
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigenKlasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigenfantasykomp
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologiAzmi Yunita
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosaselvindianda
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)LizaHardila
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiVivi Yunisa
 
sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)Shelfi Steiv
 
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcerPEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcerSofiaNofianti
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9tristyanto
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)PRAMITHA GALUH
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifikPramitha Ayu
 

What's hot (20)

Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusGlukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
 
PPT Komposisi darah dan golongan darah
PPT Komposisi darah dan golongan darahPPT Komposisi darah dan golongan darah
PPT Komposisi darah dan golongan darah
 
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigenKlasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosa
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
 
MIKROBIOLOGI: BAKTERI
MIKROBIOLOGI: BAKTERIMIKROBIOLOGI: BAKTERI
MIKROBIOLOGI: BAKTERI
 
Makalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikumMakalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikum
 
Cacing
CacingCacing
Cacing
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)sistem imunitas (kekebalan tubuh)
sistem imunitas (kekebalan tubuh)
 
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcerPEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
 
Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan AtomSpektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan Atom
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Laporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteriLaporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteri
 
Suplemen makanan
Suplemen makanan Suplemen makanan
Suplemen makanan
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifik
 

Viewers also liked

Sistem Imun Non-Spesifik
Sistem Imun Non-SpesifikSistem Imun Non-Spesifik
Sistem Imun Non-Spesifikmey9
 
Defisiensi imun
Defisiensi imunDefisiensi imun
Defisiensi imunAglein
 
Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas. Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas. ari saputra
 
Makalah manajemen konflik dan stres
Makalah manajemen konflik dan stresMakalah manajemen konflik dan stres
Makalah manajemen konflik dan stresjuniska efendi
 
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"DION RANGGA
 
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxMAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxFirman Anz
 
Pengantar anatomi fisiologi manusia
Pengantar anatomi fisiologi manusiaPengantar anatomi fisiologi manusia
Pengantar anatomi fisiologi manusiaRizci Kribs
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imunphrast
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohWarnet Raha
 

Viewers also liked (14)

Sistem Imun Non-Spesifik
Sistem Imun Non-SpesifikSistem Imun Non-Spesifik
Sistem Imun Non-Spesifik
 
Makalah sistem kekebalan
Makalah sistem kekebalanMakalah sistem kekebalan
Makalah sistem kekebalan
 
Defisiensi imun
Defisiensi imunDefisiensi imun
Defisiensi imun
 
Makalah sistem indera
Makalah sistem inderaMakalah sistem indera
Makalah sistem indera
 
Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas. Makalah hipersensitivitas.
Makalah hipersensitivitas.
 
Makalah manajemen konflik dan stres
Makalah manajemen konflik dan stresMakalah manajemen konflik dan stres
Makalah manajemen konflik dan stres
 
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
 
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxMAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
 
Makalah pdf
Makalah pdfMakalah pdf
Makalah pdf
 
Pengantar anatomi fisiologi manusia
Pengantar anatomi fisiologi manusiaPengantar anatomi fisiologi manusia
Pengantar anatomi fisiologi manusia
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Regenerasi sel
Regenerasi selRegenerasi sel
Regenerasi sel
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 

Similar to Sistem Imunitas

Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxGerlhyReynaldoWaworu
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxavita12
 
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhBab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhSMAN 2 Indramayu
 

Similar to Sistem Imunitas (20)

Makalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andrianiMakalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andriani
 
Pertahanan tubuh
Pertahanan tubuhPertahanan tubuh
Pertahanan tubuh
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
 
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhBab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulinMakalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulin
 
Makalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andrianiMakalah imunoglobin fitri andriani
Makalah imunoglobin fitri andriani
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7Makalah imunoglobin 7
Makalah imunoglobin 7
 
Modulhistologi blok imunologi
Modulhistologi  blok imunologiModulhistologi  blok imunologi
Modulhistologi blok imunologi
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 

Sistem Imunitas

  • 1. Makalah Sistem Imunitas KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran ipa. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai sistem Imunitas. Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada guru pengajar kami yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami. Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang. Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. Penyusun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula. Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal. Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein. BAB II PEMBAHASAN II.1 Imunitas Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan menggunakan sumber energi sel pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu.
  • 2. Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau nonspesifik (nature innate/ native) dan didapat atau spesifik (adaptive/ acquired). Mekanisme imunitas nonspesifik (sawar mekanis, fagosit, sel NK dan sistem komplemen) memberikan pertahanan terhadap infeksi. Imunitas spesifik (respons limfosit) timbul lebih lambat. Perbedaan-perbedaan antara kedia sistem imun tersebut terlihat pada gambar dan tabel di bawah. II.2 Respon Imun Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen. Pembagian di atas hanya dimaksudkan untuk memudahkan pengertian saja. Sebenernya antara kedua sistem tersebut ada kerja sama yang erat, yang satu tidak apat dipisahkan dari yang lain. II.3 Sistem Imun Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup A. Fungsi sistem imun: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh . 2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan. 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. B. Tipe sistem imun. Secara umum sistem imun manusia terbagi dalam dua, yaitu : alamiah dan adaptif (spesifik). Sistem imun alamiah terentang luas, mulai dari air mata, air liur, keringat (dengan pHnya yang rendah/asam), bulu hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin dan asam neuraminik (pada air susu ibu), sampai asam lambung termasuk di dalamnya. Secara lebih mendetail di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen sistem imun alamiah yang antara lain terdiri dari fasa cair seperti IgA (Imunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, ataupun c-reactive protein (CRP). C. Mekanisme kerja sistem imun Keberadaan mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan akan memicu sistem imun untuk melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai berikut : introduksi, persuasi, dan represi. Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen bertugas untuk menganalisa masalah untuk selanjutnya mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dandipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah itu limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T helper, T sitotoksik, dan T supresor.
  • 3. D. Sel – sel sistem imun A. SEL-SEL IMUN NON SPESIFIK 1. Sel Fagosit Fagosit Agranulosit Ø Sel Monosit : sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana setelah matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai fagosit Ø Sel makrofag : diferensiasi dari sel monosit yang berada dalam sirkulasi. Ada 2 golongan, yaitu: ü Fagosit professional: monosit dan makrofag yang menempel pada permukaan dan akan memakan mikroorganisme asing yang masuk. Monosit dan makrofag juga mempunyai resepto interferon dan Migration Inhibition Factor (MIF). Selanjutanya monosit dan makrofag diaktifkan oleh Macrophage Activating Factor (MAF) yang dilepas oleh sel T yang disensitasi. ü Antigen Presenting Cell (APC): sel yang mengikat antigen asing yang masuk lalu meprosesnya sebelum dikenal oleh limfosit. Sel-sel yang dapat menjadi APC antara lain: kelenjar limfoid, sel Langerhans di kulit, Sel Kupffer di hati, sel mikrogrial di SSP dan sel B. Fagosit Garnulosit Ø Neutrofil : mempunyai reseptor untuk fraksi Fc antibody dan komplemen yang diaktifkan. Ø Eosinofil: eosinofil dapat dirangsang untuk degranulasi sel dimana mediator yang dilepas dapat menginaktifkan mediator- mediator yang dilepas oleh mastosit/basofil pada reaksi alergi. eosinofil mengandung berbagai granul seperti Major Basic Protein (MBP), Eosinophil Cationic Protein (ECP), Eosinophil Derived Neurotoxin (EDN) & Eosinophil Peroxidase (EPO) yang besifat toksik dan dapat menghancurkan sel sasaran bila dilepas. 2. Sel Nol Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL) yang terbagi dalam sel NK (Natural Killer) dan sel K (Killer). Sel NK dapat membunuh sel tumor dengan cara nonspesifik tanpa bantuan antibody sedang sel K merupakan efektor Antibody Dependent Cell (ADCC) ynag dapat membunuh sel secara nonspesifik namun bila sel sasaran dilapisi antibody. 3. Sel Mediator Basofil dan Mastosit: melepaskan bahan-bahan yang mempunyai aktivitas biologic antara lain: meningkatkan permeabilitas vaskuler dan respons inflamasi. Trombosit: berfungsi pada homeostasis, memodulasi respons inflamasi, sitotoksik sebagai selefektor dan penyembuhan jaringan. B. SEL IMUN SPESIFIK 1. Sel T Ø Petanda Permukaan: mempunyai resptor sel yang dapat dibedakan dengan yang lain, beberapa macam sel T Ø T11 : Penanda bahwa sel T sudang matang Ø T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul kelas II MHC dan T8 dalam pengenalankelas I MHC Ø T3 : resptor yang diperlukan untukperangsangan sel T Ø TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : enzim yang diperlukan untuk menemukan pre T cell Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi antara antigen molekul MHC dan reseptor sel T) Ø Petanda fungsional Mitogen dan lectin merupakan alamiah yang berkemampuan mengikat dan merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan diferensiasi. II.4 Tipe Imunitas Ø Imunitas : alami dan di dapat Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan di dapat ( akuisita). Setiap tipe imunitas meaninkan peranann yang berbeda dalam mempertahankan tubuh terhadap para penyerang yang berbahaya, namun berbagai komponen biasanya bekerja dengan cara yang saling tergantung yang satu dengan yang lain. ü Imunitas alami Imunitas alami merupakan kekebalan yang non-spesifik yang di temukan pada saat lahir dan memberikan respon non-spesifik terhadap setiap penyerang asing tampa memperhatikan kompossisi penyerang tersebut. Dasar mekanisme pertahanan aalami
  • 4. semata-mata merupakan kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara diri sendiri dan bukan diri sendiri. Mekanisme alami semacam ini mencakup : a. Sawar ( barier) fisik Mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro organism pathogen dapat di cegah agar tidak masuk kedalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama respon batuk serta bersin yuang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran napas atas dari mokro organism pathogen sebel;um mikro organism tersebut menginflasi tubuh lebuh lajut. b. Sawar (barier) kimia Mencakup getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sbasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara non- spesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus dihadapi dengan cara interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier) respon biologi yang meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami yang diprodukasi oleh tubuh dan dapat mengaktifkan komponen lainya dari sistem imun. c. Sel darah putih ( leukosit) Leukosit granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit polimorfonuklear atau PMN karena nukleusnya terdiri atas beberapa lobus) merupakan sel pertama yang tiba pada tempat terjadinya inflamasi. Eosinofil dan basofil yaitu tipe leukosit .ain yang neningkat jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon terhadap stress. d. Respon inflamasi Merupakan fungsi utama dari sistem imun alami yang dicetuskan sebagai reaksi terhadap cidera jaringan atau mikro organism penyerang. Zat-zat mediator komia turut membantu respon inflamasi untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi mokro organism penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan meningkatkan pembentukan jaringan parut fibrosa serta regenerasi jaringan yang cedera. ü Imunitas yang di dapat. Imunitas yang didapat (acquired imunity) terdiri atas respon imun yang tidak di jumpai pada saat lahir tetapi diperoleh dalam kehidupan seseorang. Imunitas didapat biasanya terjadi setelah seseorng terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Ada dua tipe imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas didapat yang aktif , pertahanan imunologi akan dibetuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut dan umumnya berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang di transmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebala setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi. II.5 Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Imun A. Usia 1. Penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme yang menginvasinya. 2. Terganggunya produksi limfosit B dan T. 3. Kulit tipis, tidak elastic, neuropati perifer, penurunan sensitabilitas serta sirkulasi yang menyertainya ulkus statis dan dekubitus. B. Gender Ø Estrogen 1. Memodulasi aktivitas limfosit T khususnya sel T supresor 2. Mengaktifkan populasi sel-sel B berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 3. Cenderung menggalakkan imunitas, sedangkan androgen=imunosupresif mempertahankan produksi IL-2 dan aktivitas sel T supresor 4. Androgen 5. Lebih sering pada wanita terkait dengan estrogen Ø Faktor-faktor psikoneuro-imunologik • Kelainan organ lain • Obat-obatan • Radiasi II.6 Fisiologi Reaksi Hipersensitifitas Reaksi hipersensitif merujuk kepada reaksi berlebihan , tidak diinginkan (menimbulkan ketidaknyamanan dan kadang-kadang berakibat fatal) dari sistem kekebalan tubuh. Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh
  • 5. antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Menurut Gell dan Coombs ada 4 tipe reaksi hipersensitif yaitu : 1. Reaksi hipersensitif tipe I atau reaksi anafilaktik. 2. Reaksi hipersensitif tipe II atau sitotoksik. 3. Reaksi hipersensitif tipe III atau kompleks imun. 4. Reaksi hipersensitif tipe IV atau reaksi yang diperantarai sel. Berdasarkan kecepatan reaksinya, tipe I, II dan III termasuk tipe cepat karena diperantarai oleh respon humoral (melibatkan antibodi) dan tipe IV termasuk tipe lambat. II.7 Imunodefisiensi Defisiensi Imun yaitu gangguan fungsi sistem imun penyakit yang menyertai defisiensi. 1. Sel B 2. Sel T 3. Fagosit 4. komplemen Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pnemumonia rekuren Kerentanan meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoa Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik Infeksi bakteri, autoimunitas. § PEMBAGIAN DEFISIENSI SISTEM IMUN 1. DEFISIENSI IMUN NONSPESIFIK 1.1 DEFISIENSI KOMPLEMEN Berhubungan dengan peningkatan insiden infeksi atau penyakit autoimun Lupus Eritematosis Sistemik (LES). Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri yang rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun. Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter. A. DEFISIENSI KOMPLEMEN KONGENITAL Biasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES. B. DEFISIENSI KOMPLEMEN FISIOLOGIK Defisiensi Ck, C7, dan C8 menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap septikemi meningokok dan gonokok oleh karena lisis melalui jalur komplemen merupakan mekanisme kontrol utama. Defisiensi komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan karena kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah. C. DEFISIENSI KOMPLEMEN DIDAPAT Disebabkan oleh depresi sintesis, misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori 1.2 DEFISIENSI INTERFERON (IFN) DAN LISOZIM A. DEFISIENSI IFN KONGENITAL Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal B. DEFISIENSI IFN DAN LISOZIM DIDAPAT Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori. 1.3 DEFISIENSI NK A. DEFISIENSI KONGENITAL Terjadi pada penderita dengan osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit). Kadat IgG, IgA, dan kekerapak antibodi biasanya meningkat B. DEFISIENSI DIDAPAT Terjadi akibat imunosupresi atau radiasi 1.4 DEFISIENSI SISTEM FAGOSIT Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tampa bantuan komplemen. Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang. A. DEFISIENSI KUANTITATIF Merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu yang dapat memacu produksi antibodi dan berfungsi sebagai opsonin neutrofil normal B. DEFISIENSI KUALITATIF Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, menelan atau membunuh mikroba intraselular. 2. DEFISIENSI IMUN SPESIFIK 2.1 DEFINSIASI IMUN KONGENITAL ATAU PRIMER A. DEFISIENSI IMUN PRIMER B
  • 6. Dapat berupa gangguan perkembangan pada sel B. Berbagai akibat dapat ditemukan seperti tidak adanya semua Ig atau atu kelas atau subkelas. Penderita dengan defisiensi semua jenis IgG akan lebih mudah menjadi sakit dibanding dengan yang hanya menderita defisiensi Ig tertentu saja. B. DEFISIENSI IMUN PRIMER SEL T Penderita dengan defisiensi sel T kongenital sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur, dan protozoa. Oleh karena sel T juga berpengaruh pada sel B, maka defisiensi sel t disertai lupa gangguan produksi Ig yang nampak dan tidak adanya respons terhadap vaksinasi dan seringnya terjadi infeksi. C. DEFISIENSI KOMBINASI SEL B DAN SEL 2.2 DEFISIENSI IMUN SPESIFIK FISIOLOGIK A. Kehamilan Defisiensi imun selular dapat ditemukan pada kehamilan. Keadaan ini mungkin diperlukan untuk kelangsungan hidup fetus yang merupakan allograft dengan antigen paternal. B. Usia Tahun Pertama Sistem imun pada usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang. Meskipu neonatus menunjukkan jumlah sel T yang tinggi, semuanya berupa sel naif dan tidak memberikan respons yang kuat terhadap antigen C. Usia Lanjut Disebabkan oleh karena terjadi atrofi timus, fungsi timus menurun. Akibat invusi timus, jumlah sel T naif dan kualitas respons sel T makin berkurang. Jumlah sel T memori meningkat tetapi mungkin sulit untuk berkembang. 3. DEFISIENSI IMUN DIDAPAT SEKUNDER a. Malnutrisi b. Infeksi c. Obat, trauma, tindakan kateterisasi d. Penyinaran e. Penyakit berat f. Kehilangan imunoglobulin/leukosit g. Stres h. Agamaglobulinemia dengan timoma (disertai menghilangnya sel B total dari sirkulasi) 4. AIDS II.8 Kompleks Histokompatibilitas Mayor Kompleks histokompatibilitas utama (major histocompatibility complexatau MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut terdiri dari ± 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan lebih dikenal sebagai kompleks antigen leukosit manusia (HLA). Protein MHC yang disandikan berperan dalam mengikat dan mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Molekul permukaan sel yang bertanggung jawab terhadap rejeksi transplan dinamakan molekul histokompatibilitas, dan gen yang mengkodenya disebut gen histokompatibilitas. Nama ini kemudian disebut dengan histokompatibilitas mayor karena ternyata MHC bukan satu-satunya penentu rejeksi. Terdapat pula molekul lain yang walaupun lebih lemah juga ikut menentukan rejeksi, yang disebut molekul histokompatibilitas minor. Pada saat ini telah diketahui bahwa molekul MHC merupakan titik sentral inisiasi respons imun. Hubungan dengan penyakit tertentu Selain peran dalam rejeksi transplan, beberapa alel spesifik mempunyai hubungan dengan penyakit tertentu yang umumnya mempunyai kelainan dasar imunologik. Mayoritas penyakit tersebut berhubungan dengan HLA kelas II, dan ini menunjukkan peran penting molekul kelas II untuk presentasi antigen pada sel T CD4. Hubungan itu dinyatakan dengan nilai risiko relatif. Semakin besar nilai tersebut untuk alel HLA tertentu maka semakin meningkat pula risiko seseorang untuk mendapat penyakit tersebut. Terdapat beberapa hipotesis untuk menerangkan asosiasi penyakit dengan HLA ini, yaitu 1) molekul HLA sebagai reseptor etiologi, 2) HLA bersifat selektif untuk antigen, 3) TCR sebagai penentu predisposisi penyakit, 4) agen penyebab menyerupai molekul HLA, dan 5) penyimpangan ekspresi molekul kelas II. Molekul HLA dapat berlaku sebagai reseptor untuk etiologi penyakit seperti virus atau toksin. Dugaan ini berdasarkan bukti bahwa molekul lain pada permukaan sel dapat berlaku sebagai reseptor etiologi, misalnya molekul CD4 selaku reseptor HIV.
  • 7. Hanya tempat ikatan antigen pada lekukan molekul HLA tertentu saja yang dapat mengikat suatu antigen penyebab penyakit. Jadi hanya individu yang mempunyai molekul HLA seperti itu saja yang dapat menderita penyakit tersebut. BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan Imunitas mengacu kepada respons protektif tubuh yang spesifik terhadap benda asing atau mikroorganismeyang menginvasinya. Komponen dan fungsi pada imunitas terdiri leukosit, sumsum tulang, jaringan limfoid yang terdiri dari kelenjar thymus, limfe, tonsil, lien,tonsil serta adenoid, dan jaringan serupa. Dari leukosit terdapat sel B dan sel T. sel B mencapai maturasinya pada sumsum tulang dan sel T mencapai maturasinya di kelenjar thymus. Imunitas dibagi menjadi imunitas alami dan imunitas yang didapat. Imunitas alami merupakan respons nonspesifik terhadap setiap penyerang asing tanpa mempertahankan komposisi penyerang tersebut. Mekanismenya mencakup sawar fisik, kimia, sel darah putih, respon inflamasi. Imunitas yang didapat terdiri dari respon imun yang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Terdapat 2 tipe pada imunitas yang didapat yaitu imunitas didapat aktif dan pasif. Pertahanan system imun dibagi pada respons imun fagositik, respon humoral/antibody respon, dan respon imun seluler. Disamping system pertahanan, terdapat stadium respon imun; yakni stadium pengenalan, bersirkulasi, proliferasi, respon, dan efektor. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi system imun yaitu usia, gender, faktor-faktor psikoneuro-imunologik, kelainan organ lain, obat-obatan dan radiasi. Imunodefisiensi bisa diklasifikasikan sebagai kelainan primer/sekunder dan dapat pula berdasar komponen yang terkena pada system imun tersebut. Imunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai, akibat dari proses penyakit yang mendasarinya. Penyebabnya malnutrisi, stress kronik, luka bakar, uremia, DM, kelainan autoimun, AIDS. DAFTAR PUSTAKA www.wikipedia.imunitas.com http://biokom.edu.com/sistim-imunitas/ htm. http://hannysilia./ com/ sistim-imunitas/htpm http://pustakamajutiga/com/htm. http://sarnokoku. sistim-imunitas.com