SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Yuliarni Syafrita
Bagian Neurologi FK-UNAND/
RS DR M Djamil Padang
Miastenia Gravis
o Gangguan pada paut saraf otot(neuromuscular
junction)
o Pertama kali di diskripsikan oleh Thomas Willis pada
tahun 1672
o Kelemahan subakut dan fluktuatif tanpa ggn
sensorik
o Ditemukan antibodi terhadap reseptor asetilkholin
o Ig G antibodi berikatan dengan reseptor asetilkolin
o Peningkatan titer AChR Ab pada 90% penderita MG
Anatomi
 Neuromuscular Junction (NMJ)
 Komponen:
 Presynaptic membrane
 Postsynaptic membrane
 Synaptic cleft
 Presynaptic membrane berisi vesicles yg
mengandung Acetylcholine (ACh), yg akan
dilepas ke celah sinap
 ACh berikatan dg reseptor Ach (AChR) pada
membran postsinaps
Patofisiologi
 AutoAb berikatan dengan reseptor Ach di
neuromuscular junction, yang akan
mengakibatkan
 Berkurangnya jumlah reseptor Ach pada
motor end-plate
 Berkurangnya jumlah lipatan postsynaptic
 Celah sinap bertambah lebar
o Otot skelet (lurik) mudah lelah
o Ciri khas : kelemahan membaik dengan
beristirahat
o Gejala : diplopia disertai ptosis(pada 80%
penderita), ggn mengunyah, disfagia dan disfonia
o Dijumpai pada anak, dewasa dan orang tua,
terbanyak pada usia 10-30 tahun
o Umur dibawah 40 tahun banyak pada wanita,
umur lebih dari 40 tahun banyak pada pria
Klasifikasi
Golongan I : hanya kelumpuhan otot okuler
Golongan IIa : miastenia gravis umum ringan
Golongan IIb : miastenia gravis umum sedang
Golongan III : miastenia gravis akut yang berat
juga mengenai otot pernafasan
Golongan IV : miastenia gravis kronis berat
Diagnosis
1. Klinis : bangun tidur penderita merasa segar
setelah beraktifitas penderita merasa lemah,
pandangan ganda,suara makin lemah dan
kesulitan menelan(fluktuatif)
2. Pemeriksaan antibodi anti reseptor asetilkolin :
titer antibodi ini meninggi pada 90% penderita
MG golongan IIa dan IIb. Titer antibodi ini
berkorelasi dengan beratnya penyakit
3. Pemeriksaan antibodi anti otot skelet :
ditemukan 90% pada penderita dengan timoma
4. Tes tensilon(edrofonium) : positif apabila ada
perbaikan kekuatan otot yang jelas.
Edrofonium adalah suatu inhibitor
asetilkholinesterase.
5. Stimulasi repetitif dg frekwensi 3 x/dtk pada
suatu saraf motorik, respon decremental
berupa penurunan amplitudo lebih dari 10%
6. Single fiber electromyography (SFEMG)
7. Foto dada : untuk melihat adanya timus
persisten atau timoma
8. Wartenberg test
9. Tes prostigmin
Penatalaksanaan
1. Monitoring fungsi pernafasan dan menelan
2. Periksa dan obati infeksi, hipokalemia dan ggn
pada tiroid
3. Antikolin esterase : piridostigmin 30-120mg/oral
tiap 3 jam atau neostigmin bromida 15-45mg oral
tiap 3 jam
4. Pertimbangkan plasmaferesis atau IVIG
Krisis Miastenik
Keadaan klinis yang memburuk akibat
penyakitnya sendiri atau adanya keadaan akut
yang mempresipitisasi sep. infeksi,
hipokalemia, peny. tiroid atau obat-obat ttt.
Klinis : kelemahan yang akut dan progresif,
disfungsi bulbar, kemungkinan aspirasi dan
kegagalan pernafasan.
Tindakan : kontrol jalan nafas, dosis anti
kolinesterase ditingkatkan.
Plasmaferesis
Bila diperlukan dapat diberikan obat
imunosupresan(Prednison 40 – 60 mg/hr
atau Azatioprin 2 – 4 mg/kg/hr)
.Obat Obat yang Memperburuk Miastenia Gravis:
 Antibiotik : Streptomisin, Kanamisin, Gentamisin,
Tobramisin, Polimiksin B, Kolistin,
Oksitetrasiklin, Linkomisin dan Klindamisin.
 Antireumatik :d-penisilamin. Chloroquin
 Obat Kardiovaskuler : Lidokain, kinin,
kuinidin,prokainamid, propanolol, oksprenolol
 Antikonvulsan : fenitoin, trimetadon
 Psikotropik : garam litium, khlorpromasin
 Hormon : hormon tiroid
 Lain-lain : garam magnesium, narkotika,
barbiturat
Krisis Kholinergik
Terjadi akibat dosis antikolin esterase yang
berlebihan
Tindakan :
- Kontrol jalan nafas, hentikan antikolin esterase
untuk sementara, kemudian mulai lagi dengan
dosis yang lebih rendah
- Bila diperlukan dapat diberikan obat
imunosupresan
Sering muncul bersamaan dengan penyakit
Autoimmun lainnya
• Hyperthyroidism
• Terjadi pada 10-15% pasien MG
– Adanya exopthalamos dan tachycardia
adalah petunjuk adanya hyperthyroidism
– Kelemahan tidak membaik dengan
pemberian obat2 MG
– Rheumatoid arthritis
– Scleroderma
– Lupus
Definisi
 Suatu gangguan transmisi neuromuscular yang
disebabkan oleh kegagalan presinaps melepaskan
neurotransmitter Asetilkholin.
 Pertama kali di diskripsikan oleh Lee McKendre Eaton
(1905-1958), seorang neurologis Amerika, bersama
dengan Edward H Lambert dan E D Rooke.
Patogenesis:
 Impuls listrik yang terjadi akan menjalar
disepanjang serabut saraf dan di ujung serabut,
akan mencetuskan pengeluaran neurotransmiter
kimia, seperti asetilkolin.
 Asetilkolin harus bisa menyeberangi celah sinaps,
untuk bisa merangsang otot, agar otot
berkontraksi.
 Pada kasus ini, antibodi menghambat pelepasan
asetilkolin yang memadai untuk menimbulkan
impuls saraf yang kuat pada otot. Jadi asetilkolin
yang dilepas, tidak adekuat untuk bisa
merangsang kontraksi otot
 Terjadi akibat reaksi auto-immun terhadap subtipe
P/Q dari voltage-gated calcium channels (VGCCs)
pada presinapt
 Channel ion ini juga ditemukan dalam jumlah yang
cukup besar pada sel-sel tumor yang berhubunga
dengan LES, seperti small cell cancer (SCCL) dari paru

Epidemiologi
 Kasus yang jarang
 Diperkirakan prevalensinya 1/250,000-1/333,300.
 Laki-laki : Perempuan = 2 : 1
 Biasanya muncul pada usia dewasa, namun ernah
dilaporkan terjadi pada masa anak.
Faktor Risko
 Carsinoma , terutama Smal Cell Carcinoma Paru,
ditemukan pada 50% kasus
 Perokok jangka panjang dengan timbulnya LES setelah
usia 50 tahun , risiko tinggi untuk memiliki kanker
paru-paru
Gejala Klinik
 Kelemahan otot proksimal , refleks tendon menurun
 Gejala biasanya dimulai pelan-pelan (insidiously),
banyak pasien tidak terdiagnosis selama beberapa
bulan atau tahun . Kelemahan adalah gejala utama -
biasanya , pada otot proksimal ekstremitas bawah .
Otot mungkin sakit dan menjadi lembut .
Orofaringeal dan okular otot sedikit terpengaruh . •
bulbar dan otot pernapasan biasanya terhindar . •
gejala otonom - mulut kering , impotensi pada laki-
laki dan hipotensi postural dapat ditemukan .
 Meurunnya kekuatan bagian proksimal dari otot paha
dan lengan, sehingga pasien susah untuk jalan
(waddling gait),
 kelopak mata ptosis dan diplopia ringan telah
dilaporkan ( 23 % dan 20,5 % masing-masing dalam
satu studi ) .
 Kadang kesulitan untuk mengunyah , berbicara atau
menelan
 Reflek tendon jauh berkurang atau tidak ada.
Pemeriksaan sensorik normal , kecuali ada neuropati
perifer bertepatan terkait dengan kanker yang
mendasari .
Penyebab:
 Pada kasus karsinoma, penyebabnya diduga
karena tubuh berusaha melawan karsinoma,
namun sebaliknya menyebabkan gangguan
pada ujung serabut saraf (presynaptic
calcium channels)
 Pada kasus non karsinoma, penyebabnya
belum diketahui.
Distribusi otot yang dikenai
Eaton – Lambert
Syndrome
 Progresifitas – tergantung pada apakah
kasus ini terjadi pada karsinoma atau
bukan.
 Dapat di obati pada hampir semua bentuk
 Inheritance – mempunyai predisposisi
genetik untu autoimmun desease.
Pemeriksaan penunjang
 Untuk membedakan myasthenia gravis dan LES
adalah mendeteksi antibodi reseptor ACh karakteristik
myasthenia gravis , atau menemukan adanya
keganasan.
 RNS menggunakan 50 Hz memiliki sensitivitas 97 %
untuk diagnosis LES dan spesifisitas 99 % di termasuk
myasthenia gravis.
 Tes serum untuk voltage gated calcium channel
antibodi. Antibodi ini telah dilaporkan pada lebih dari
90 % pasien dengan LES
 CT scan atau MRI dada untuk menyingkirkan
keganasan di paru.
 Antibodi reseptor ACh kadang-kadang ditemukan dg
titer rendah pada pasien dengan LES.
 Bronkoskopi mungkin diperlukan jika hasil pencitraan
normal tetapi risiko SCCL tinggi.
 Kanker ditemukan di 16-40 % pasien dengan LES ,
biasanya SCCL. LES juga telah dikaitkan dengan
 Lymphosarcoma.
 Thymoma ganas.
 Kanker payudara , perut , usus besar , prostat , kandung
kemih , ginjal atau kandung empedu.( Tanda-tanda
klinis biasanya mendahului identifikasi kanker . )
Diagnosis
 Adanya gejala otonom (dry mouth, constipation,
impotence and bladder urgency) dan menonjolnya
kelemahan tungkai pada kasus ini,
membantu kita untuk dapat membedakan
dengan MG.
 Pemeriksaan elektrodiagnostik menunjukan
peningkatan respon otot pada perangsangan
berulang (Repetitive nerve stimulation)
 Pada sebagian besar kasus bisa ditemukan
adanya anti-VGCC antibodies (voltage-
gated calcium channel ) pada darah.
Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
• Ketika diagnosis LES dibuat, pencarian ekstensif
untuk kanker yang mendasari harus dilakukan.
• Terapi awal harus ditujukan untuk mengobati
neoplasma apapun. Pengobatan yang efektif dari
tumor yang mendasarinya sering menghasilkan
peningkatan yang nyata dalam kekuatan otot
Farmakologi
 3,4-Diaminopyridine (amifampridine) yang secara
signifikan meningkatkan kekuatan otot.
 Imunosupresi direkomendasikan untuk kasus yang
parah: sept prednisolon dan steroid-sparing agent
seperti azathioprine, mycophenolate mofetil,
siklosporin, atau metotreksat
 Penggunaan intravena (IV) imunoglobulin.
 Plasmapharesis adalah pilihan lain tetapi memiliki
kurang bukti.
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt

More Related Content

Similar to KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt

ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptx
ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptxITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptx
ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptxakunanimelemao69
 
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvinDiagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvinSuharti Wairagya
 
ppt kelompok 4 kep kritis.pptx
ppt kelompok 4 kep kritis.pptxppt kelompok 4 kep kritis.pptx
ppt kelompok 4 kep kritis.pptxsitihardiyanti43
 
Guillain barré syndrome
Guillain barré syndromeGuillain barré syndrome
Guillain barré syndromemyusufkarim
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindromFionna Pohan
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Ekky Rahmawan
 
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinEpilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinOkis2
 
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxKonsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxTezarAndrean1
 
Takayasu arteritis
Takayasu arteritisTakayasu arteritis
Takayasu arteritisdzikrulhaq1
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxsandylabulu1
 
mati batang otak.pptx
mati batang otak.pptxmati batang otak.pptx
mati batang otak.pptxUgikWijaya
 
Asuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan imaAsuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan imawenylisyanti
 
Update management sudden deafness aceh pgpkt
Update management sudden deafness aceh pgpktUpdate management sudden deafness aceh pgpkt
Update management sudden deafness aceh pgpktSuharti Wairagya
 

Similar to KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt (20)

ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptx
ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptxITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptx
ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura)(1).pptx
 
SGB
SGBSGB
SGB
 
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvinDiagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
 
ppt kelompok 4 kep kritis.pptx
ppt kelompok 4 kep kritis.pptxppt kelompok 4 kep kritis.pptx
ppt kelompok 4 kep kritis.pptx
 
Guillain barré syndrome
Guillain barré syndromeGuillain barré syndrome
Guillain barré syndrome
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
 
Kelainan saraf tepi
Kelainan saraf tepiKelainan saraf tepi
Kelainan saraf tepi
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2
 
Modul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdfModul-Fungsional-Edit.pdf
Modul-Fungsional-Edit.pdf
 
Laparotomi
LaparotomiLaparotomi
Laparotomi
 
Hie referat
Hie referatHie referat
Hie referat
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinEpilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
 
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxKonsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
 
Takayasu arteritis
Takayasu arteritisTakayasu arteritis
Takayasu arteritis
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
mati batang otak.pptx
mati batang otak.pptxmati batang otak.pptx
mati batang otak.pptx
 
Asuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan imaAsuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan ima
 
Update management sudden deafness aceh pgpkt
Update management sudden deafness aceh pgpktUpdate management sudden deafness aceh pgpkt
Update management sudden deafness aceh pgpkt
 

Recently uploaded

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 

Recently uploaded (18)

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 

KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt

  • 1. Yuliarni Syafrita Bagian Neurologi FK-UNAND/ RS DR M Djamil Padang
  • 2. Miastenia Gravis o Gangguan pada paut saraf otot(neuromuscular junction) o Pertama kali di diskripsikan oleh Thomas Willis pada tahun 1672 o Kelemahan subakut dan fluktuatif tanpa ggn sensorik o Ditemukan antibodi terhadap reseptor asetilkholin o Ig G antibodi berikatan dengan reseptor asetilkolin o Peningkatan titer AChR Ab pada 90% penderita MG
  • 3. Anatomi  Neuromuscular Junction (NMJ)  Komponen:  Presynaptic membrane  Postsynaptic membrane  Synaptic cleft  Presynaptic membrane berisi vesicles yg mengandung Acetylcholine (ACh), yg akan dilepas ke celah sinap  ACh berikatan dg reseptor Ach (AChR) pada membran postsinaps
  • 4.
  • 5.
  • 6.
  • 7. Patofisiologi  AutoAb berikatan dengan reseptor Ach di neuromuscular junction, yang akan mengakibatkan  Berkurangnya jumlah reseptor Ach pada motor end-plate  Berkurangnya jumlah lipatan postsynaptic  Celah sinap bertambah lebar
  • 8. o Otot skelet (lurik) mudah lelah o Ciri khas : kelemahan membaik dengan beristirahat o Gejala : diplopia disertai ptosis(pada 80% penderita), ggn mengunyah, disfagia dan disfonia o Dijumpai pada anak, dewasa dan orang tua, terbanyak pada usia 10-30 tahun o Umur dibawah 40 tahun banyak pada wanita, umur lebih dari 40 tahun banyak pada pria
  • 9. Klasifikasi Golongan I : hanya kelumpuhan otot okuler Golongan IIa : miastenia gravis umum ringan Golongan IIb : miastenia gravis umum sedang Golongan III : miastenia gravis akut yang berat juga mengenai otot pernafasan Golongan IV : miastenia gravis kronis berat
  • 10. Diagnosis 1. Klinis : bangun tidur penderita merasa segar setelah beraktifitas penderita merasa lemah, pandangan ganda,suara makin lemah dan kesulitan menelan(fluktuatif) 2. Pemeriksaan antibodi anti reseptor asetilkolin : titer antibodi ini meninggi pada 90% penderita MG golongan IIa dan IIb. Titer antibodi ini berkorelasi dengan beratnya penyakit 3. Pemeriksaan antibodi anti otot skelet : ditemukan 90% pada penderita dengan timoma
  • 11. 4. Tes tensilon(edrofonium) : positif apabila ada perbaikan kekuatan otot yang jelas. Edrofonium adalah suatu inhibitor asetilkholinesterase. 5. Stimulasi repetitif dg frekwensi 3 x/dtk pada suatu saraf motorik, respon decremental berupa penurunan amplitudo lebih dari 10% 6. Single fiber electromyography (SFEMG) 7. Foto dada : untuk melihat adanya timus persisten atau timoma 8. Wartenberg test 9. Tes prostigmin
  • 12. Penatalaksanaan 1. Monitoring fungsi pernafasan dan menelan 2. Periksa dan obati infeksi, hipokalemia dan ggn pada tiroid 3. Antikolin esterase : piridostigmin 30-120mg/oral tiap 3 jam atau neostigmin bromida 15-45mg oral tiap 3 jam 4. Pertimbangkan plasmaferesis atau IVIG
  • 13. Krisis Miastenik Keadaan klinis yang memburuk akibat penyakitnya sendiri atau adanya keadaan akut yang mempresipitisasi sep. infeksi, hipokalemia, peny. tiroid atau obat-obat ttt. Klinis : kelemahan yang akut dan progresif, disfungsi bulbar, kemungkinan aspirasi dan kegagalan pernafasan.
  • 14. Tindakan : kontrol jalan nafas, dosis anti kolinesterase ditingkatkan. Plasmaferesis Bila diperlukan dapat diberikan obat imunosupresan(Prednison 40 – 60 mg/hr atau Azatioprin 2 – 4 mg/kg/hr)
  • 15. .Obat Obat yang Memperburuk Miastenia Gravis:  Antibiotik : Streptomisin, Kanamisin, Gentamisin, Tobramisin, Polimiksin B, Kolistin, Oksitetrasiklin, Linkomisin dan Klindamisin.  Antireumatik :d-penisilamin. Chloroquin  Obat Kardiovaskuler : Lidokain, kinin, kuinidin,prokainamid, propanolol, oksprenolol
  • 16.  Antikonvulsan : fenitoin, trimetadon  Psikotropik : garam litium, khlorpromasin  Hormon : hormon tiroid  Lain-lain : garam magnesium, narkotika, barbiturat
  • 17. Krisis Kholinergik Terjadi akibat dosis antikolin esterase yang berlebihan Tindakan : - Kontrol jalan nafas, hentikan antikolin esterase untuk sementara, kemudian mulai lagi dengan dosis yang lebih rendah - Bila diperlukan dapat diberikan obat imunosupresan
  • 18. Sering muncul bersamaan dengan penyakit Autoimmun lainnya • Hyperthyroidism • Terjadi pada 10-15% pasien MG – Adanya exopthalamos dan tachycardia adalah petunjuk adanya hyperthyroidism – Kelemahan tidak membaik dengan pemberian obat2 MG – Rheumatoid arthritis – Scleroderma – Lupus
  • 19.
  • 20. Definisi  Suatu gangguan transmisi neuromuscular yang disebabkan oleh kegagalan presinaps melepaskan neurotransmitter Asetilkholin.  Pertama kali di diskripsikan oleh Lee McKendre Eaton (1905-1958), seorang neurologis Amerika, bersama dengan Edward H Lambert dan E D Rooke.
  • 21. Patogenesis:  Impuls listrik yang terjadi akan menjalar disepanjang serabut saraf dan di ujung serabut, akan mencetuskan pengeluaran neurotransmiter kimia, seperti asetilkolin.  Asetilkolin harus bisa menyeberangi celah sinaps, untuk bisa merangsang otot, agar otot berkontraksi.  Pada kasus ini, antibodi menghambat pelepasan asetilkolin yang memadai untuk menimbulkan impuls saraf yang kuat pada otot. Jadi asetilkolin yang dilepas, tidak adekuat untuk bisa merangsang kontraksi otot
  • 22.  Terjadi akibat reaksi auto-immun terhadap subtipe P/Q dari voltage-gated calcium channels (VGCCs) pada presinapt  Channel ion ini juga ditemukan dalam jumlah yang cukup besar pada sel-sel tumor yang berhubunga dengan LES, seperti small cell cancer (SCCL) dari paru 
  • 23. Epidemiologi  Kasus yang jarang  Diperkirakan prevalensinya 1/250,000-1/333,300.  Laki-laki : Perempuan = 2 : 1  Biasanya muncul pada usia dewasa, namun ernah dilaporkan terjadi pada masa anak.
  • 24. Faktor Risko  Carsinoma , terutama Smal Cell Carcinoma Paru, ditemukan pada 50% kasus  Perokok jangka panjang dengan timbulnya LES setelah usia 50 tahun , risiko tinggi untuk memiliki kanker paru-paru
  • 25. Gejala Klinik  Kelemahan otot proksimal , refleks tendon menurun  Gejala biasanya dimulai pelan-pelan (insidiously), banyak pasien tidak terdiagnosis selama beberapa bulan atau tahun . Kelemahan adalah gejala utama - biasanya , pada otot proksimal ekstremitas bawah . Otot mungkin sakit dan menjadi lembut . Orofaringeal dan okular otot sedikit terpengaruh . • bulbar dan otot pernapasan biasanya terhindar . • gejala otonom - mulut kering , impotensi pada laki- laki dan hipotensi postural dapat ditemukan .
  • 26.  Meurunnya kekuatan bagian proksimal dari otot paha dan lengan, sehingga pasien susah untuk jalan (waddling gait),  kelopak mata ptosis dan diplopia ringan telah dilaporkan ( 23 % dan 20,5 % masing-masing dalam satu studi ) .  Kadang kesulitan untuk mengunyah , berbicara atau menelan  Reflek tendon jauh berkurang atau tidak ada. Pemeriksaan sensorik normal , kecuali ada neuropati perifer bertepatan terkait dengan kanker yang mendasari .
  • 27. Penyebab:  Pada kasus karsinoma, penyebabnya diduga karena tubuh berusaha melawan karsinoma, namun sebaliknya menyebabkan gangguan pada ujung serabut saraf (presynaptic calcium channels)  Pada kasus non karsinoma, penyebabnya belum diketahui.
  • 28.
  • 29. Distribusi otot yang dikenai Eaton – Lambert Syndrome
  • 30.
  • 31.
  • 32.  Progresifitas – tergantung pada apakah kasus ini terjadi pada karsinoma atau bukan.  Dapat di obati pada hampir semua bentuk  Inheritance – mempunyai predisposisi genetik untu autoimmun desease.
  • 33. Pemeriksaan penunjang  Untuk membedakan myasthenia gravis dan LES adalah mendeteksi antibodi reseptor ACh karakteristik myasthenia gravis , atau menemukan adanya keganasan.  RNS menggunakan 50 Hz memiliki sensitivitas 97 % untuk diagnosis LES dan spesifisitas 99 % di termasuk myasthenia gravis.  Tes serum untuk voltage gated calcium channel antibodi. Antibodi ini telah dilaporkan pada lebih dari 90 % pasien dengan LES
  • 34.  CT scan atau MRI dada untuk menyingkirkan keganasan di paru.  Antibodi reseptor ACh kadang-kadang ditemukan dg titer rendah pada pasien dengan LES.  Bronkoskopi mungkin diperlukan jika hasil pencitraan normal tetapi risiko SCCL tinggi.
  • 35.  Kanker ditemukan di 16-40 % pasien dengan LES , biasanya SCCL. LES juga telah dikaitkan dengan  Lymphosarcoma.  Thymoma ganas.  Kanker payudara , perut , usus besar , prostat , kandung kemih , ginjal atau kandung empedu.( Tanda-tanda klinis biasanya mendahului identifikasi kanker . )
  • 36. Diagnosis  Adanya gejala otonom (dry mouth, constipation, impotence and bladder urgency) dan menonjolnya kelemahan tungkai pada kasus ini, membantu kita untuk dapat membedakan dengan MG.  Pemeriksaan elektrodiagnostik menunjukan peningkatan respon otot pada perangsangan berulang (Repetitive nerve stimulation)  Pada sebagian besar kasus bisa ditemukan adanya anti-VGCC antibodies (voltage- gated calcium channel ) pada darah.
  • 37. Penatalaksanaan Prinsip-prinsip umum • Ketika diagnosis LES dibuat, pencarian ekstensif untuk kanker yang mendasari harus dilakukan. • Terapi awal harus ditujukan untuk mengobati neoplasma apapun. Pengobatan yang efektif dari tumor yang mendasarinya sering menghasilkan peningkatan yang nyata dalam kekuatan otot
  • 38. Farmakologi  3,4-Diaminopyridine (amifampridine) yang secara signifikan meningkatkan kekuatan otot.  Imunosupresi direkomendasikan untuk kasus yang parah: sept prednisolon dan steroid-sparing agent seperti azathioprine, mycophenolate mofetil, siklosporin, atau metotreksat  Penggunaan intravena (IV) imunoglobulin.  Plasmapharesis adalah pilihan lain tetapi memiliki kurang bukti.