Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma kepala. Lansia, bayi, dan mereka yang bermasalah seperti penyalahgunaan alkohol, terapi anti-koagulasi khususnya rentan untuk konsekuensi serius setelah cedera kepala.
Di Singapura, cedera kepala adalah penyebab utama kecacatan dan kematian dewasa di bawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting pada pasien cedera otak, keluarga dan masyarakat.
Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma kepala. Lansia, bayi, dan mereka yang bermasalah seperti penyalahgunaan alkohol, terapi anti-koagulasi khususnya rentan untuk konsekuensi serius setelah cedera kepala.
Di Singapura, cedera kepala adalah penyebab utama kecacatan dan kematian dewasa di bawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting pada pasien cedera otak, keluarga dan masyarakat.
adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani secara tepat. Ketoasidosis diabetikum disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif di sirkulasi yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone.
Stase Kepaniteraan Departemen Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi)
Universitas Kristen Indonesia
Hanya untuk referensi bukan untuk dicopy paste
Hak cipta penulis langsung
adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani secara tepat. Ketoasidosis diabetikum disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif di sirkulasi yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone.
Stase Kepaniteraan Departemen Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi)
Universitas Kristen Indonesia
Hanya untuk referensi bukan untuk dicopy paste
Hak cipta penulis langsung
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).
Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC ADMINISTRATION model tradisional administras...Universitas Sriwijaya
Model tradisional administrasi publik tetap menjadi teori manajemen
sektor publik yang paling lama dan unsur – unsurnya tidak hilang dalam
sekejap, namun teori ini kini dianggap kuno dan kebutuhan masyarakat yang
berubah dengan cepat.
Sistem Administrasi sebelumnya mempunyai satu karakteristik yang
bersifat pribadi yaitu didasarkan atas kesetiaan kepada individu tertentu
seperti raja, menteri, bukan impersonal tetapi bedasarkan legalitas dan hukum.
1. VERTIGO
WORK UP & MANAGEMENT
Jenny Bashiruddin
Departemen THT FKUI – RSCM
Jakarta
2. •Sistem keseimbangan merupakan kordinasi
dari beberapa organ a.l : mata,proprioseptif,
labirin yang di integrasikan di pusat
3. Fungsi Keseimbangan merupakan kordinasi
berbagai organ
Goebel JA. Otolaryngol Clin North Am 2000;33:483-93
Shepard NT, Solomon D. Otolaryngol Clin North Am 2000;33:455-69
4. Gangguan Keseimbangan
sentral dan perifer
Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Mukherjee A et al. JAPI 2003;51:1095-101. Puri V, Jones E. J Ky Med Assoc
2001;99:316–21. Salvinelli F et al. Clin Ter 2003;154:341–8. Strupp M, Arbusow V, Curr Opin Neurol 2001;14:11–20.
Peripheral
Involving structures not
part of the central
nervous system, most
frequently the inner ear
Central
Involving structures in the
central nervous system
(e.g., cerebrum,
cerebellum, brainstem)
6. GEJALA & TANDA
VESTIBULER
• Rasa berputar
• Episodik
• Gej. Otonom positip
• Ggn dengar YES/NO
• Pencetus gerak an kepala
• Tidak ada situasi pencetus
Kualitas hidup ↓↓↓
7. GEJALA & TANDA
SENTRAL
• Sifat serangan Bertahap
• Intensitas ringan/bertingkat
• Gerak kepala (-)
• Gej. Otonom (+)
• Ggn. Dengar/tinitus(-)
• Gej. Fokal di otak(+)
PERIFER
• Sifat serangan mendadak
• Intensitas berat
• Pengaruh gerak kepala(+)
• Gej . Otonom dominan
• Ggn. Dengar & Tinitus (+)
• Gej. Fokal di otak (-)
9. Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
Anamnesis/ riwayat penyakit
- Onset,Intensity, lama serangan
- Perubahan posisi
- Episodic/ terus menerus
- Penyakit lain
- Obat Ototoxic
- Riwayat Trauma
Pemeriksaan Cerebelum
- Past pointing test
- Finger noseTest
10. Pemeriksaan
Pemeriksaan Neurotology
- THT umum - N. III,IV,VI,VII,IX
- Otoscopy - Neck
- Audiometri - Hallpike Manoever
- Posturography - Positional Nystagmus
- Caloric Nystagmus - ENG
Test Propioseptif
- Romberg Test
- Stepping test
12. Eye movements often hold
clues to vestibular dysfunction.
To record eye movements,
physicians use a technique
called electronystagmography
(ENG).
13. Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal
• S : Sway
• F : Fall
• R : Right
• L : Left
N N N N N N N
N N S F F F F
NORMAL
ABNORMAL(CNS
-MULTIFAKTOR)
14. Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal
• S : Sway
• F : Fall
• R : Right
• L : Left
N N N N F F N
N N N N N F R
ABNORMAL(CNS
-MULTIFAKTOR)
ABNORMAL-
VESTIBULER
15. Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal
• S : Sway
• F : Fall
• R : Right
• L : Left
N N N N N F N
ABNORMAL-
VESTIBULER
16. Gans Sensory Organization Performance Test
• N : Normal
• S : Sway
• F : Fall
• R : Right
• L : Left
N N N N F F N
N N N N N F R
ABNORMAL(CNS
-MULTIFAKTOR)
ABNORMAL-
VESTIBULER
17. Refleks Vestibulo-Kolik (VCR)
• Berperanan
mempertahankan atau
menstabilkan kepala
melalui proprioseptor di
otot-otot daerah leher.
• Respons gerakan kepala
dirangsang oleh organ
otolit (utrikulus dan
sakulus) dan kanalis
semisirkularis.
18. HEAD IMPULSE (THRUST) TEST
• Pasien diminta menundukkan
kepala 30 derajat
• Kemudian pemeriksa
menggerakkan kepala pasien ke
kanan atau ke kiri (10 - 15 derajat)
tanpa diduga pasien, tetapi mata
tetap fokus ke target pusat (mis.
ke hidung pemeriksa)
• Perhatikan apakah ada gerakan
sakadik (lack of control) pada
mata pasien akibat kurangnya
fiksasi visual pada saat tes
• Berkurangnya fiksasi visual
behubungan dengan menurunnya
fungsi kanalis semisirkularis
ipsilateral (sisi lesi)
19. HEADSHAKE NYSTAGMUS (HSN)
• Pasien diminta untuk
menundukkan kepala 30
derajat
• Goyangkan kepala pasien ke
kanan dan ke kiri sejauh 45
derajat secepat mungkin (2-3
Hz) selama 30 detik atau 20 –
30 kali dengan mata terbuka
HASIL :
• Nistagmus horizontal arah ke
sisi sehat pada beberapa detik
pertama
• Nistagmus horizontal arah ke
sisi lesi terjadi 20 detik setelah
headshake
• HSN berkorelasi baik dengan
kelainan vestibuler perifer
20. TES DYNAMIC VISUAL ACUITY
• Pasien diminta untuk membaca
huruf pada Snellen eye chart
(seperti memeriksa visus mata),
tandai pada garis kemampuan
membaca maksimal
• Goyangkan kepala ke kanan
dan ke kiri pada kecepatan 2 Hz
(seperti tes headshake) sambil
pasien diminta membaca chart
tadi
• Kehilangan kemampuan
membaca lebih dari 2 garis
menandakan adanya hipofungsi
vestibuler bilateral
21. Tes Schellong (hipotensi
ortostatik)
– Pasien berada dalam posisi berbaring selama
10 menit
– Dilakukan pengukuran tekanan darah dan
denyut nadi
– Pengukuran diulang pada menit ke 1, 5, dan
10 setelah pasien berada dalam posisi berdiri
– Hasil POSITIF (setelah 10 menit):
• penurunan tekanan sistolik 21 mmHg
atau lebih
• penurunan tekanan nadi 16 mmHg atau
lebih
• peningkatan denyut nadi 21 kali per
menit atau lebih
22. Penatalaksanaan Gangguan
Keseimbangan
• Agar pengobatan efektif harus diketahui jenis dan penyebab
vertigo
• Tujuan terapi:
– Sesuai penyebabnya
• Medika mentosa
• Reposisi Kanal
• Pembedahan?
– Menatalaksana Gejalanya
• Medika mentosa
– Penatalaksanaan Jangka panjang Reorganisasi sistem syarafnya
• Latihan untuk rehabilitasi Vestibular
Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Mukherjee A et al. JAPI 2003;51:1095-101.
24. Medika mentosa membantu pengobatan jangka
pendek
• Pengobatan untuk menghilangkan gejala
• Vestibular suppressants
• Meclizine, dimenhydrinate, diazepam
– Anti-emetics
• Prochlorperazine, metoclopramide
• Ingat efek samping seperti sedasi dan reaksi
ekstrapiramidal
• Pengobatan dapat meningkatkan kompensasi
vestibular.
Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Hain TC, Uddin M. CNS Drugs 2003;17:85–100.
25. • Dengan penatalaksanaan yang tepat pasien
dapat sembuh sempurna, tetapi beberapa
pasien dapat kambuh kembali gejalanya dan
perlu latihan vestibuler teratur.
• Penatalaksanaan selain medika mentosa dapat
ditambahkan dengan fisioterapi
26. Vestibular Rehabilitation Therapy
• Tujuan :
1. Mengatasi gangguan keseimbangan akibat
perubahan gerakan
2. Meningkatkan fungsi keseimbangan
3. Meningkatkan kualitas
27. Beberapa tipe
Terapi rehabilitasi vestibuler
Vestibular rehabilitation exercises
Head and neck Visual-vestibular
interaction
Postural stability
• Performed lying,
sitting or standing
• Vertigo-inducing
movements of head
and neck in different
planes
• Uses cervical-ocular
reflex
• Promotes visual-
vestibular interaction
• Involves ocular and
hand-eye co-ordination
exercises
• Uses the vestibulo-
ocular reflex
• Improves static and
dynamic posture
• Manipulates visual,
somatosensory and
vestibular cues
• Involves trunk rotation,
head rotations, and
gait exercises
Konnur MK. J Postgrad Med 2000;46:222–3.
Rehabilitation exercises differ in their target
28. Rehabilitasi
• Penatalaksanaan Gangguan keseimbangan tergantung
diagnosisnya ,rehabilitasi harus dilakukan secara
komprehensif
• Pada kasus yang ringan ,gejala dapat menghilang secara
spontan karena terdapat kompensasi sentral
3 prinsip terapi :
1. Adaptasi,
2. Substitusi, mekanisme kompensasi,
3. Reposisi Canal untuk BPPV
36. Benign Paroxysmal Position Vertigo
(BVPV)
Penyebabnya adalah kristal calcium carbonate
dalam utrikulus terlepas dan dapat masuk ke
Kanalis semisirkularis vestibuler
– Bila pasien berubah posisi ,kristal dapat masuk ke
dalam kanalis semisirkularis dan dapat
menimbulkan rangsangan gangguan
keseimbangan
– Trauma kepala merupakan hal yang sering
menyebabkan timbulnya BPPV, pada usia kurang
dari 50 tahun, sedangkan usia lanjut terjadi
karena proses degenerasi pada telinga dalam
43. Penatalaksanaan
• Canalith Repositioning Treatment (CRT) dan
perasat Liberatory untuk kanalis
semisirkularis anterior dan posterior
• Perasat Rolling (Barbecue) untuk kanalis
semisirkularis horisontal
• Latihan Brandt-Daroff untuk BPPV yang
mempunyai gejala sisa
44. Pencegahan
• Pencegahan Primer
• > Mengidentifikasi pasien yang berisiko spt
usia lanjut.
> Mengidentifikasi lingkungan yang berisiko.
45. Kesimpulan
Diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk
mendiagnosa jenis Gangguan Keseimbangan
Gangguan Keseimbangan dapat ditatalaksana
dengan baik sesuai penyebabnya, sehingga
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas
akibat jatuh.
Perlu kordinasi dan kolaborasi berbagai
departemen yang terkait dan melibatkan
keluarga