SlideShare a Scribd company logo
Mengenali dan menatalaksana kasus-
kasus neurologi anak sehari-hari
Pediatric Emergency Series:
Neurology
dr. Arifianto, Sp.A(K)
Pemeriksaan fisis neurologis
Yang Dibahas
Kejang Demam
Kelumpuhan
Penatalaksanaan Kejang dan Status Epileptikus
Meningitis/Ensefalitis
Lain-lain: epilepsi, palsi serebral
Pemeriksaan
Fisis
Neurologis
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
Presentasi adalah alat peragaan, kuliah, ceramah, dan laporan. Presentasi biasanya
disampaikan di hadapan audiens. Beragam kegunaan menjadikan presentasi alat
penyampai dan pengajaran yang ampuh.
Apakah pemeriksaan fisis neurologis
hanya dikerjakan pada pasien
dengan diagnosis penyakit saraf?
• Pemeriksaan fisis neurologis adalah bagian dari pemeriksaan fisis rutin,
yang seharusnya dilakukan pada semua pasien
• Pada anak yang masih mengalami proses tumbuh-kembang, PF
neurologis terkait khususnya dengan perkembangan anak. Temuan
patologis dapat menggambarkan gangguan perkembangan
• Kecurigaan diagnosis tertentu perlu dituliskan, misalnya:
–Tanda Gower pada distrofi muskular
Ketika menuliskan pemeriksaan fisis rutin
• Pemeriksaan fisis dan neurologis anak merupakan kesatuan, karena anak
tidak dapat ditanya/diperintah
• Pada pemeriksaan kepala:
–TIDAK sekedar rambut berwarna hitam dan sulit dicabut, TETAPI tuliskan
lingkar kepala, bentuk kepala, ubun-ubun besar (UUB) terbuka/tidak,
ukurannya
• Pemeriksaan neurologis harus menjawab:
–Adakah kelainan neurologisnya?
–Dimana letak anatomi penyebabnya?
–Etiologi lesi?
Berg. Principles of child neurology 1996.5-22
Menkes. Child Neurology 2005; 1-27
Sambil melakukan anamnesis pasien dengan
masalah neurologis, perkembangan anak dinilai
Usia (bulan) Motorik kasar Motorik halus Sosialisasi Bicara
3 Angkat badan Tangan terbuka Senyum spontan Cooing, ketawa
6 Duduk sebentar Memindahkan benda Suka, tidak suka Babbling
9 Menarik - berdiri Ambil dengan jari Ciluk - Ba Meniru suara
12 Berjalan dituntun Melepaskan benda Dipanggil
menengok
1 – 2 kata
18 Naik tangga dibantu Makan pakai sendok Mengikuti mimik Lebih 20 kata
24 Berlari Susun balok 6 kotak Bermain 2 – 3 kata kalimat
1. Haslam. Nelson Pediatric 2004: 1973-83
Pada kasus kejang dan infeksi SSP
• Kejang fokal atau kejang umum
Tipe kejang
• Demam, diare, nyeri tenggorokan,
• Ruam kulit
Tanda infeksi
• UUB membonjol, “high pitch cry”
• Sakit kepala, muntah, penurunan kesadaran
Peningkatan
Tekanan
Intrakranial
• Hemiparesis, paresis saraf kranial
Defisit
neurologis
Inspeksi umum
Ptosis
UUB
membonjol
Strabismus
Paresis
Kesadaran
Kualitatif
•Kompos mentis
•Somnolen
•Sopor
•Koma
•Delirium
AVPU
•Alert
•Verbal
•Pain
•Unresponsive
Tanda rangsang meningeal
• Kaku kuduk: fleksi pada leher
meningkatkan tekanan pada
saraf di medula spinalis
• Brudzinski: ketika memeriksa
kaku kuduk, perhatikan adanya
aduksi dan fleksi tungkai
• Kernig dan Laseguq: iritasi
meninges menyebabkan tahanan
pada pergerakan akibat
pemeriksaan keduanya)
Pola
napas
15
Doll’s eye movement - (Letak lesi)
Letak lesi pada defisit neurologis
LESI DEM Pola Napas Reaksi Pupil
Korteks Serebri +/+ Cheyne Stokes Miosis
Reaksi cahaya
(+)
Midbrain +/- Kusmaul
hiperventilasi
Dilatasi
Midposisi
Reaksi cahaya
(+)
Pons -/- Ataksik breathing Pinpoint
Reaksi cahaya (-
)
16
Ubun-ubun besar
• Diameter transversa: rata-rata 2,1 cm
• Diameter lebih besar – atrofi
otak
• UUB membonjol
–TIK, infeksi, massa
• Penutupan UUB:
–12 bulan (40%
–19 bulan (90%)
–24 bulan (96%)
–Jika UUB masih terbuka lebar hati-
hati
Am Fam Physician 2003:67;12-23
UUB MEMBONJOL
Etiologi - Pelebaran dan penutupan UUB
terlambat
• Hipotiroidism
• Sindrom Down
• Peningkatan tekanan intrakranial
• Makrosefali familial
• Atrofi serebri
• Akondroplasia
• Sindrom Dandy Walker, Arnold Chiary Malfformation
• Dll
Sign and symptoms in pediatrics1999.h.125-30
Pediatric Neurology 2006. h. 363-90
Bentuk kepala
Mikrosefali
Brachicephaly
Scapocephali
Mielomeningocele
Pemeriksaan kulit – neurokutan
Nervus kranialis
N. I olfaktorius N. II optikus
N. III
okulomotor
N. IV troklearis
N. V
trigeminus
N. VI abdusens N. VII fasialis
N. VIII
vestibulo-
koklearis
N. IX
glosofaringeus
N. X vagus
N. XI
aksesorius
N. XII
hipoglosus
Pemeriksaan Nervus Kranialis (1)
• Pemeriksaan dilakukan setelah memberikan rangsangan
tergantung tingkat kesadaran
–Menggelitik telapak kaki, sampai mencubit
• Cara melakukan pemeriksaan praktis
–Simetri/asimetri wajah – N. VII
–Posisi bahu asimetris – N XI
–Mengikuti benda, Doll’s eye mov. N. II-III–IV–VI
–Refleks cahaya +/+, kontak visual – N. II – III
1. Berg. Principles of child neurology 1996.5-22 2. Menkes. Child Neurology 2005; 1-27
3. Haslam. Nelson Pediatric 2004: 1973-83
24
• Pemeriksaan praktis
–Saat menangis - mulut terbuka
• Posisi uvula dan laring – N. IX
• Posisi lidah ditengah – N. XII
• Refleks menghisap baik – N. VII – IX – X - XII
–Telinga
• Fisis: microtia, gendang telinga
• Neuro: Fungsi pendengaran: dipanggil apakah
menengok, tes BERA – N. VIII
• Pada anak lebih besar dilakukan dengan menyuruh anak
melakukan sesuatu perintah
1. Berg. Principles of child neurology 1996.5-22 2. Menkes. Child Neurology 2005; 1-27
3. Haslam. Nelson Pediatric 2004: 1973-83
Pemeriksaan Nervus Kranialis (2)
N. II, III – IV – VI
• Ketajaman penglihatan
–“Snellen chart”
–Finger-counting test
–Fiksasi cahaya/objek dan
mencari sumber cahaya,
pada bayi
• Lapang pandang
• Refleks cahaya langsung
dan tidak langsung
• funduskopi
• Akomodasi (N. III)
• Buka mata (N. III)
N. VII fasialis
• Mempersarafi otot-otot mimik
• Paresis sentral vs perifer
• Tutup mata – m. orbicularis
oculi
• Sensoris khusus: pengecapan
2/3 anterior lidah
N. VIII
vestibulokoklearis
dan N. IX
glossofaringeus
• Keseimbangan
• Uji Romberg, nistagmus, tes kalori
N. vestibularis
• Ketajaman pendengaran
N. koklearis
• Posisi uvula
• Sensoris khusus: pengecapan lidah
1/3 posterior
• Refleks muntah (bersama N. X)
• Disfagia, gangguan menelan,
salivasi (bersama N. X)
N. glossofaringeus
N. X vagus, N.
XI aksesorius,
N. XII
hipoglosus
N. vagus
• Disfagia, gangguan menelan
• Gangguan refleks batuk
• Gangguan diafragma (sesak)
• Fungsi otonom parasimpatis
• Refleks okulokardiak
• Refleks karotis
N. aksesorius
• Mengangkat bahu
• Memutar kepala (m. sternokleido-mastoideus)
N. hipoglosus
• Motorik lidah
• Paresis:
• Di dalam mulut: deviasi ke sisi sehat
• Terjulur: terdorong ke sisi sakit
• Paresis sentral vs perifer:
• Atrofi dan fasikulasi lidah pada paresis perifer
Pemeriksaan
Neuromuskular
• Bertujuan membedakan kelainan tipe sentral
(UMN) atau tipe perifer (LMN)
• Dilakukan saat anamnesis – observasi
– Posisi Frog leg – hipotoni
– Ekstremitas lebih aktif satu sisi – hemiparesis
– Gerakan involunter – gerakan tak bertujuan
• Pada bayi, kelumpuhan tipe UMN pada keadaan
awal dapat merupakan hipotoni
29
Kelumpuhan ekstremitas
• Susunan Saraf Pusat
– Kaku/ spastis
– Refleks fisiologi meningkat
– Refleks patologis positif
– Tidak ada pengecilan otot
kecuali sudah berlangsung
lama
– Pada keadaan awal sering
layuh
• Susunan Saraf Tepi (Layu)
– Lemas/flaksid
– Refleks fisiologis menurun
atau hilang
– Refleks patologis negatif
– Pengecilan otot
– Fasikulasi otot
Periksa tonus otot dan refleks
• Tonus otot pada bayi diperiksa:
• Traksi suspensi - head lag –
tonus leher
• Suspensi vertikal – tonus bahu
• Suspensi horizontal – tonus
batang tubuh
• Kekuatan otot ekstremitas
• Layuh atau spastis
• Refleks meningkat, klonus
Traksi Suspensi horizontal Suspensi vertikal
Membedakan Kejang Demam dan Infeksi SSP
Edukasi bagi Orangtua, Hal Penting yang Harus
Dilakukan Dokter
Tata Laksana untuk Menghindari Overtreatment
Kejang Demam
Apakah
kejang itu?
• Disrupsi temporer fungsi otak
akibat cetusan mendadak dan
hiper-sinkron dari neuron di
korteks.
• Kadang dibedakan menjadi
kejang epileptik dan non-
epileptik.
• Manifestasi klinis tergantung
pada area spesifik otak dan
keterlibatan area lainnya.
Gejalanya bisa berupa
perubahan fungsi motorik dan
sensasi, perubahan persepsi,
gangguan fungsi otonom, dll.
Definisi/Batasan operasional
Kepmenkes no HK.01.07/Menkes/367/2017
Kejadian klinis yang ditandai aktivitas sinkronisasi sekumpulan neuron otak yang abnormal,
berlebihan, dan bersifat transien. Terjadi disorganisasi paroksismal pada satu/beberapa
fungsi otak yang dapat bermanifestasi eksitasi positif, negatif, atau gabungan keduanya.
Kejang epileptik
Satu atau lebih kejang tanpa demam maupun gangguan metabolik akut yang terjadi dalam
24 jam, disertai pulihnya kesadaran di antara kejang
First unprovoked
seizure
Serangan kejang paroksismal berulang tanpa provokasi, dengan interval lebih dari 24 jam
tanpa penyebab yang jelas.
Epilepsi
Patofisiologi kejang
Beberapa
fakta
kejang
Kondisi kedaruratan yang
memerlukan tindakan
segera
Mayoritas kejang pada
bayi dan anak berhenti
sendiri dalam waktu
kurang dari 5 menit
Obat anti kejang (lewat
dubur, yang bisa
diberikan di rumah)
diberikan apabila kejang
tidak berhenti setelah 5
menit (pada kejang
umum)
Makin lama kejang, maka
makin sukar dihentikan
Kerusakan sel saraf otak
terjadi pada kejang lama,
yaitu > 30 menit
Yang
dapat
terjadi
ketika
anak
kejang
Hentakan gerakan anggota tubuh, akibat
gerakan otot yang tidak terkendali
Anak dapat merasakan sensasi/perasaan dan
emosi tidak wajar (aneh) pada tubuh
Hilang kesadaran total, atau seperti orang
bingung (apabila masih sadar)
Adanya aura (memiliki perasaan aneh) seperti
melihat kilatan cahaya, tidak nyaman di perut
Tatapan kosong (bengong) dan tidak ada
kontak
“Mengeces” (air liur mengalir), atau BAB/BAK
tidak terkendali (mengompol)
Pendekatan
kejang pada anak
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
penunjang
• Deskripsi kejang: semiologi,
durasi, frekuensi, interval
• Tingkat kesadaran
Tipe kejang
• Demam/tidak
• Keluhan organ spesifik: batuk,
diare, sesak, ruam
• Tanda lahir (neurokutan)
• Trauma kepala, penyakit kronik
(penyakit ginjal, hemofilia)
Gejala penyerta lain
• Strabismus, paresis, gangguan
keseimbangan
• Sakit kepala, penurunan
kesadaran
Defisit neurologis
Bagaimana
membedakan
kejang dan
bukan
kejang?
Kondisi Kejang Bukan kejang
Awitan tiba-
tiba/mendadak
Tidak
mendadak
Kesadaran (pada
kejang umum)
terganggu tidak
terganggu
Gerakan ekstremitas Sinkron/berpola asinkron
Sianosis di area bibir sering jarang
Gerak abnormal
mata
selalu jarang
Lama detik-menit beberapa
menit
Dapat diprovokasi jarang hampir selalu
EEG saat kejang
abnormal
selalu tidak pernah
Kondisi setelah
serangan
Bingung, lemas,
lelah, drooling
normal
Smith dkk, 1998; Wilfong A. www.uptodate.com
Kejang umum
Melibatkan struktur di korteks dan
subkorteks, tetapi tidak harus melibatkan
seluruh korteks
Berasal dari satu atau beberapa titik tertentu
dan secara cepat menyebar ke kedua hemisfer
(bilateral) dalam jaringan yang terhubung,
dalam sirkuit kortiko-talamik
• Originate within
networks limited
to one hemisphere
• May be discretely
localized
or more widely
distributed.…
Kejang fokal
Berasal dari jaringan
yang terbatas berada
pada satu hemisfer
Bisa menyebar tetapi
masih terlokalisasi,
atau lebih
terdistribusi luas
KLASIFIKASI KEJANG
Kejang parsial
Sederhana (tanpa kehilangan kesadaran/gangguan
memori)
Sensoris
Motoris
Sensoris-Motoris
Psikis (pemikiran atau persepsi abnormal)
Autonom (merasa demam, mual, wajah kemerahan)
Kompleks (gangguan kesadaran atau memori)
Dengan atau tanpa aura
Dengan atau tanpa automatisme
Menjadi umum
Kejang umum
Absans (petit mal)
Tonik-klonik (grand mal)
Atonik (drop seizures)
Mioklonik
Lainnya
Kejang yang tidak diklasifikasi Dreifuss dkk. Epilepsia.
1981;22:489-501.
KLASIFIKASI ILAE 1981 (LAMA)
Klasifikasi kejang ILAE 2017 (1)
Motorik
Tonik-klonik
Motorik lainnya
Non-Motorik (Absans
Awitan tidak diketahui
Motorik
Non-Motorik
focal to bilateral tonic-clonic
Awitan umum
Awitan fokal
Motorik
Tonik-klonik
Motorik lainnya
Non-Motorik
Unclassified
Sadar Kesadaran
terganggu
Fisher dkk. Epilepsia doi: 10.1111/epi.13671
Klasifikasi kejang ILAE 2017 (2)
Motorik
tonik-klonik
klonik
tonik
mioklonik
mioklonik-tonik-klonik
mioklonik-atonik
atonik
epileptic spasms
Non-Motorik (absans)
tipikal
atipikal
mioklonik
eyelid myoclonia
Awitan tidak diketahui
Awitan motorik
automatism
atonik
klonik
epileptic spasms
hiperkinetik
mioklonik
tonik
Awitan non-motorik
autonomik
behavior arrest
kognitif
emosional
sensorik
focal to bilateral tonic-clonic
Awitan umum
Awitan fokal
Sadar Kesadaran
terganggu
Motorik
tonik-clonic
epileptic spasms
Non-Motorik
behavior arrest
Tidak terklasifikasi
Fisher dkk. Epilepsia doi: 10.1111/epi.13671
Tidak jelas
Autoimun
Infeksi
Struktural
Etiologi
Metabolik
Genetik
Komorbiditas
Tipe epilepsi
Focal Umum
Gabungan
umum dan
fokal
Tidak diketahui
Fokal
Sindrom Epilepsi
Tipe kejang
Awitan umum
Awitan tidak
diketahui
Awitan fokal
Maka dapat disimpulkan…
Kejang
Dengan
demam
Kejang
demam
Infeksi
otak/SSP
Tanpa
demam
First
unprovoked
seizures
Epilepsi
Penyebab
lain
KEJANG
DEMAM
Definisi
• Kejang demam:
bangkitan kejang yang
terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai
5 tahun, yang mengalami
kenaikan suhu tubuh (>
38°C) yang tidak
disebabkan oleh proses
intrakranial
BEDAkan antara kejang demam dengan kejang
disertai demam
• Kejang pertama < 24 jam demam
• Penyebab demam BUKAN infeksi SSP
• Kesadaran pasca kejang normal
• Kondisi anak baik
Kejang
demam
• Kejang pertama > 24-72 jam demam
• Gangguan saraf/neurologis pasca kejang
• Kondisi anak tampak sakit sedang sampai
berat
Infeksi otak
(susunan saraf
pusat/SSP)
Kejang
Demam
• UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam.
• Berlangsung singkat (<15 menit)
• Kejang umum (tonik/klonik)
• Tidak berulang dalam 24 jam
Kejang demam sederhana
• Kejang > 15 menit
• Kejang fokal satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang fokal
• Berulang atau lebih dari 1x dalam
24 jam
Kejang demam kompleks
Karakteristik
• 80% kejang demam adalah
kejang demam sederhana
• Sebagian besar kejang
demam sederhana < 5 menit
dan berhenti sendiri
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam
Smith, dkk. Am Fam Physician 2019
Kejang Demam
Beberapa definisi
Kejang lama
• Kejang yang berlangsung > 15 menit, atau kejang berulang
> 2x, dan di antara bangkitan kejang, anak tidak sadar
Kejang berulang
• Kejang 2x atau lebih dalam 1 hari, dan di antara 2 bangkitan
kejang, anak sadar
Status epileptikus
• Kejang berlangsung > 30 menit, atau berulang dan anak
tidak pulih kesadarannya di antara kejang
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam.
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Status Epileptikus
Beberapa
pertanyaan
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam.
Perlukah pemeriksaan laboratorium?
• Tidak dikerjakan rutin untuk kejang demam,
tetapi untuk evaluasi penyebab demamnya
Perlukah pungsi lumbal?
• Tidak rutin pada usia <12 bulan dengan
kejang demam sederhana dan keadaan
umum baik
Perlukah EEG?
• Tidak perlu, kecuali bangkitan kejang fokal
Perlukah CT/MRI kepala?
• Tidak perlu, kecuali ada defisit neurologis
fokal menetap
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Status Epileptikus
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang
Demam
Smith, dkk. Am Fam Physician 2019
APAKAH
ANTIPIRETIK
DAPAT
MENCEGAH
KEJANG
DEMAM?
Tidak ada bukti bahwa antipiretik dapat
mencegah kejang demam, meskipun tetap
dapat diberikan.
“Anticipatory guidance for parents should
focus on reassurance, emphasizing the
benign nature of febrile seizures and the
overall excellent prognosis, even if the
seizures recur“
Apakah pemberian antikonvulsan
mengurangi risiko kejang demam?
• Kelainan neurologis berat seperti palsi serebral
• Berulang 4x atau lebih dalam setahun
• Usia < 6 bulan
• Kejang terjadi pada suhu < 39oC
• Pada episode sebelumnya, suhu tubuh naik cepat
Antikonvulsan intermiten (diberikan hanya saat demam)
• Kejang fokal
• Kejang > 15 menit
• Kelainan neurologis nyata sebelum/sesudah kejang, misalnya: palsi
serebral, hidrosefalus, dan hemiparesis
Antikonvulsan rumatan (diberikan selamai satu tahun)
Dosis diazepam: 0,3 mg/kg/kali per oral
Rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg
dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali
sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali,
hanya untuk 48 jam pertama
Hati-hati efek samping: ataksia, iritabilitas,
dan sedasi!
Dosis asam valproat: 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2
dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam.
Edukasi bagi orangtua
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan
Meyakinkan bahwa kejang demam
mempunyai prognosis baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai
kemungkinan berulangnya kejang
Pemberian profilaksis mungkin bermanfaat,
tetapi harus ingat efek samping obat
Panduan bagi orangtua
UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam.
Edukasi
untuk
orangtua
• JANGAN PANIK!
• Baringkan bayi/anak di
tempat datar/lunak,
dan miringkan pada
salah satu sisi tubuh
• Lihat jam! Pastikan
lama kejang < 5 menit
• Boleh melonggarkan
pakaian anak
• Bawa ke IGD terdekat,
apabila kejang > 5
menit
• JANGAN LAKUKAN:
• Memasukkan
sendok/jari tangan
kita ke mulut anak
• Memberikan kopi
• Menggendong/me
mangku/mendeka
p erat
• Membasahi wajah
atau merendam
kaki di air, apalagi
seluruh tubuh
Pemberian
diazepam
lewat dubur
• Hanya diberikan oleh
orangtua di rumah,
apabila kejang tidak
berhenti > 5 menit
Prognosis
DEMAM PLUS
Febrile seizure plus dan GEFS+: kejang demam pada seseorang yang dapat
berlanjut melewati usia wajar (yang seharusnya sudah menghilang)
DAN/ATAU disertai dengan kejang tanpa demam yang dapat berupa kejang
umum (tonik-klonik, atonik, mioklonik, mioklonik-atonik, atau absans) atau
kejang fokal.
Bedanya: riwayat pada keluarga
GEFS+
• Riwayat keluarga dengan epilepsi umum dan kejang demam dengan
fenotip berbeda
• Berhubungan dengan mutasi pada kanal sodium (Na) dan reseptor
GABA, antara lain: SCN1A, SCN1B, GABRG2, dan sebagian dengan
epilepsi absans dengan fenotip kejang demam
• Kejang biasa menghilang pada usia 12 tahun. Mayoritas pasien memiliki
perkembangan dan intelegensi normal.
• Beberapa memiliki riwayat keluarga dengan sindrom Doose atau
sindrom Dravet
• Fenichel’s Clinical Pediatric Neurology 8th ed, 2019
• Swaiman’s Pediatric Neurology 6th ed, 2018.
• Pellock’s Pediatric Epilepsy 4th ed, 2017.
Apabila anak dicurigai
mengalami infeksi SSP, apa
pemeriksaan yang dilakukan?
• Pungsi lumbal
• CT Scan kepala,
apabila diperlukan
• MRI kepala
(instruksi dokter)
• Lainnya: EEG
Kejang
tanpa
demam
First unprovoked seizure (FUS)
• Kejang tanpa pencetus, 1x atau lebih dalam
24 jam, dan TIDAK berulang setelah 24 jam
berikutnya. Lakukan pemeriksaan EEG
Epilepsi
• Kejang tanpa pencetus, terjadi 2x atau
lebih, dengan interval antar kejang > 24 jam
• Kondisi anak normal, di luar serangan.
Lakukan pemeriksaan EEG.
Lainnya
• Tumor otak: gejala muncul bertahap, bisa
disertai muntah/pusing, CT scan kepala
• Cedera kepala: riwayat cedera kepala
biasanya berat, CT scan kepala
• Kelainan metabolik: biasanya kejang umum,
bukan epilepsi
MENINGITIS
DAN
ENSEFALITIS
Infeksi susunan saraf pusat
(SSP)
Anatomi meningen
teachmeanatomy.info
aboutkidshealth.ca
Fig. 1. Coronal view illustrating meningeal layers and common sites of central nervous system
infections. (Reproduced from Lewin JJ, LaPointe M, Ziai WC. Central nervous system infections
in the critically ill. Journal of Pharmacy Practice 2005;18(1):25–41; with permission.)
Meningitis
Ensefalitis
Ketika inflamasi terjadi
di bawah meningen
• https://integratedlistening.com/meet-the-reticular-
activating-system-ras/
Infeksi di SSP
Infeksi virus Ensefalitis
Infeksi bakteri
Meningitis
bakterialis
Meningitis TB
Secara
sederhana… • Disebabkan bakteri penyebab TB
• Demam > 7 hari
• Sakit kepala, perubahan perilaku, muntah
berulang
• Kaku di leher
• Bisa disertai kejang
Meningitis tuberkulosis (TB)
• Demam bisa hanya > 1 hari
• Kejang, biasanya diikuti penurunan kesadaran
• Terbukti bukan meningitis
Ensefalitis
• Disebabkan bakteri selain M. tuberculosis
• Demam < 7 hari
• Gejala lain mirip meningitis TB, kecuali
perjalanan penyakitnya
Meningitis bakterialis
Pendekatan infeksi SSP
Klinis
Demam, sakit kepala
lama, muntah, kejang
fokal, hemiparesis
UUB membonjol, perubahan kesadaran,
tanda rangsang meningeal, paresis saraf
kranial, funduskopi?
CURIGA MASSA? TIDAK CURIGA
CT SCAN / MRI KEPALA
ABSES
Darah perifer, LED, elektrolit,
glukosa, pungsi lumbal, analisis
CSS, kultur CSS
Klinis, analisis CSS
DIAGNOSIS
Decision Making in Child Neurology 1997.h. 154-64
Meningitis
• Adalah peradangan selaput otak
(meninges), terutama di araknoid
dan pia mater
• Edema dan infiltrat inflamasi
menyebabkan demam, defisit
neurologis, penurunan kesadaran,
dan kejang
McMaster Pathophyssiology Review
Ther Adv Neurol Disord 2009
Gejala
yang
dapat
muncul
Algorithm for suspected meningitis. *Do not delay
antimicrobial therapy if the lumbar puncture cannot be
accomplished.
Douglas Swanson Pediatrics in Review
2015;36:514-526
©2015 by American Academy of Pediatrics
Algorithm for suspected meningitis. *Do not delay
antimicrobial therapy if the lumbar puncture cannot
be accomplished.
Douglas Swanson Pediatrics in Review 2015;36:514-526
©2015 by American Academy of Pediatrics
Meningitis
bakterialis
• Inflamasi leptomeninges yang dipicu oleh
bakteri di ruang subaraknoid
• Tujuan utama terapi: pencegahan,
diagnosis tepat, dan tata laksana agresif,
untuk mencegah
• Insidens meningitis bakterialis (MB) jauh
menurun setelah pemberian imunisasi
Hib, pneumokokus, dan meningokokus.
• Penyebab tersering pada neonatus
(diagnosis banding dengan sepsis awitan
dini): streptokokus beta hemolitikus grup
B, E. coli, dan Listeria monocytogenes.
• Swaiman’s Pediatric Neurology
Swanson D. Pediatr Rev 2015
Patogenesis (1)
Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005
Hematogen
• Kolonisasi kuman di saluran napas atas
• Pneumonia, sepsis
Perkontinuitatum
• Penyebaran infeksi secara langsung
• Sinus, mastoid, sinus cavernosus, OMSK
Implantasi langung
• Trauma kepala terbuka, implantasi koklea
• Tindakan bedah saraf, pungsi lumbal
Neonatus
• Aspirasi cairan amnion pada amnionitis/flora kuman normal
• Infeksi transplasental
Patogenesis (2)
Bakteremia yang
disebabkan oleh
patogen dari
kolonisasi di mukosa
nasofaring yang
masuk ke aliran darah.
Organisme lalu
melekat,
berkolonisasi, dan
melintasi lapisan sel
epitel, lalu menembus
pembuluh darah.
Koinfeksi virus di saluran napas
memungkinkan peningkatan
invasi di epitel.
Patogen meningeal
yang lolos dari sistem
imun di aliran darah
melintasi sawar darah-
otak, secara
transelular/paraselular
.
• Pada neonatus:
kolonisasi/transmisi secara
vertikal saat persalinan,
atau bakteremia dari RS.
• Invasi non-hematogen,
misalnya: otitis media,
mastoiditis, dan sinusitis.
Atau komplikasi bedah
saraf, anestesi spinal,
implant koklea, atau VP
shunt.
Swaiman’s Pediatric Neurology
Batuk,pilek,dem
am
Sinusitis,
OMSK,
Pneumonia
Defisit
neurologi
Tanda
rangsang
meningeal
Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005
Manifestasi klinis (1)
Demam
Kaku kuduk
Perubahan kesadaran
Iritabilitas, fotofobia, sakit kepala
Muntah, anoreksia
Tanda Kernig, tanda Brudzinski
Kejang, defisit neurologis fokal
• Ketiadaan tanda rangsang
meningeal tidak
mengeksklusi diagnosis,
khususnya pada bayi < 12
bulan.
• Diagnosis banding:
meningitis virus,
ensefalitis, abses otak,
kejang demam, trauma
kepala, perdarahan
subaraknoid, dan
penyakit neoplastik
leptomeningeal
Swaiman’s Pediatric Neurology
Manifestasi
klinis (2)
• Sangat bervariasi, tergantung umur,
lama sakit di rumah sebelum
diagnosis, respons tubuh terhadap
infeksi.
• Meningitis neonatus - 3 bulan :
• Risiko tinggi: prematur, infeksi
intrapartum, ketuban pecah dini
• Tidak khas
• Demam,letargi,malas
minum,muntah,hipotermia,
kesadaran menurun, UUB
membonjol, apneu, kejang.
• Curigai meningitis pada setiap
neonatus dengan
sepsis/pneumonia yang disertai
kejang
• Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
• JJ Volpe. Neurology of the newborn 2009
Swanson D.
Pediatr Rev 2015
Schwaiman. Pediatric Neurology 2012
Manifestasi
klinis (3)
• Usia 3 bulan - 2 tahun
–Demam, muntah, iritabel, gelisah, kejang,
high pitched cry, , UUB membonjol, tanda
rangsang meningeal sulit dievaluasi,
–Pikirkan pada setiap kejang demam
kompleks
• Anak besar
–Gambaran klasik
–Demam, menggigil, muntah, nyeri kepala,
kejang, gangguan tingkah laku, dapat
terjadi penurunan kesadaran, tanda
rangsang meningeal (kaku kuduk,
Bruzinski, Kernig) jelas
–Paresis saraf kranial (N.III, N.IV, N.VI, N.VII)
Pemeriksaan penunjang (1)
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan
klinis dan hasil LCS
• Upaya memperkecil sekuele tergantung
pada terapi AB efektif yang sesuai hasil
LCS di awal perjalanan penyakit
• Tindakan pungsi lumbal (LP) adalah
aman dan seharusnya dikerjakan
meskipun kecurigaan klinis minimal
• LP ditunda pada:
–Gangguan kardiorespirasi
berat
–Peningkatan TIK yang
signifikan dan fokal
–Infeksi pada kulit/jaringan
lunak/lokasi epidural area LP
–Kecurigaan/riwayat gangguan
perdarahan
Kultur darah dilakukan dan
berikan AB empiris (positif pada
80% kasus)
Swaiman’s Pediatric Neurology
Cairan serebrospinal
Makroskopis: keruh, purulen
Peningkatan ∑ sel sampai ribuan (> 1000 sel/mm3,
hitung jenis predominan PMN.
Fase awal : ∑ sel normal sampai ratusan, hitung jenis
limfositer
Protein meningkat dan penurunan glukosa
(< 60% kadar glukosa darah)
Pewarnaan gram, kultur dan uji resistensi
PCR (Sensitifitas 86% dan spesifisitas 97%)
Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005
Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
Pemeriksaan penunjang (2)
• Neuro-imaging dinilai tidak diperlukan atau tidak adekuat dalam
menegakkan diagnosis MB, tetapi perlu pada impending herniation
atau curiga SOL intrakranial (empiema subdural, abses, stroke).
– Kegunaan lain: menilai komplikasi neurologis (hidrosefalus, infark
arteri/vena, dan ventrikulitis), menentukan sumber lesi pada kejang
menetap atau evaluasi pada terapi yang tidak responsif
• Herniasi akibat pengambilan LCS jarang pada meningitis
• CT Scan sebelum LP tidak perlu pada suspek meningitis. Dikerjakan
khususnya pada riwayat hidrosefalus, VP shunt, trauma kepala,
atau lesi neurologis fokal dengan kecurigaan TIK meningkat tinggi
Swaiman’s Pediatric Neurology
Tata
laksana (1)
• Suportif: IVFD, nutrisi, antipiretik,
antikonvulsan.
• Peningkatan TIK: manitol 20% karena
edema otak (sitotoksik)
• Deksametason untuk menekan sitokin
inflamasi: 0,6-1 mg/kgBB/hari dibagi 3-4
dosis, pemberian sebelum (15-30
menit)/bersamaan dengan injeksi
antibiotika, diberikan selama 2-4 hari.
• Deksametason: mengurangi komplikasi
gangguan pendengaran, menurunkan
angka kematian dan kecacatan
• Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005
• Mann K, jackson MA. Pediatr Rev 2008
• Van de Beek D, De Gans J, Mc Intyre P, Prasad K. Cochrane Database review 2008
Tata
laksana (2)
• Pasien biasanya dirawat di ruang PICU
• Konsultasi ke Bedah Saraf apabila
diperlukan
• Pilihan AB: bakterisidal dan mampu
menembus sawar darah-otak
• Dosis harus lebih tinggi, karena hanya
5-25% konsentrasi serum
• Antibiotik empiris dimulai dalam 15
menit diagnosis
• Swaiman’s Pediatric Neurology
Swaiman’s Pediatric Neurology
Tata
laksana (3)
• Sebanyak 40% S. pneumoniae resistan
terhadap penisilin, dan sebagian sefalosporin
generasi ketiga
• Kecurigaan MB akibat pneumokokus
(kokus gram positif berpasangan pada
pewarnaan Gram di LCS) seharusnya
mendapatkan vankomisin, dikombinasikan
dengan seftriakson/sefotaksim.
• Deksametason menurunkan penetrasi
vankomisin di LCS à deksametason tidak
diberikan, atau rifampin + vankomisin +
sefalosporin generasi ketiga pada
penggunaan deksametason
• Apabila masih sensitif terhadap penisilin,
atau resisten penisilin tetapi sensitif
sefalosporin: stop vankomisin
• Vankomisin diteruskan dengan
seftriakson/sefotaksim pada resistensi
penisilin + sefalosporin generasi ketiga
• Swaiman’s Pediatric Neurology
Tata laksana (4)
Pemberian glukokortikoid sebagai terapi ajuvan untuk mengurangi
kerusakan neurologis masih kontroversial
Deksametason meningkatkan luaran fungsi pendengaran,
khususnya pada MB Hib.
Manfaat pada MB lain (pneumokokus, meningokokus, dan gram-
negatif enterik, atau streptokokus grup B neonatus) belum jelas
Di AS: deksametason diberikan sebelum/dalam 1 jam dosis pertama
AB pada anak berusia 6 minggu atau lebih pada MB Hib, atau
dipertimbangkan pada MB pneumokokus
Dosis: 0,15 mg/kg tiap 6 jam selama 4 hari
Swaiman’s Pediatric Neurology
Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005
Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
Komplikasi
¡ Pengobatan yang tidak sempurna/terlambat
¡ Jika dengan pengobatan antibiotik pada minggu pertama tidak terjadi
perbaikan klinis
¡ Komplikasi saat perawatan :
§ Ventrikulitis
§ Efusi subdural
§ Empiema subdural
§ Abses otak
§ Gangguan cairan dan elektrolit
¡ Komplikasi jangka panjang: Tuli (5-10% pada H.influenzae, 25-35% pada
S.Pneumoniae), hidrosefalus,problem motorik/belajar/bicara/perilaku (10%)
Edema
serebri,
SIADH
• Permeabilitas sawar
darah-otak meningkat
pada MB à edema
vasogenik à apabila
luas, meningkatkan
risiko herniasi otak dan
kompresi batang otak
akibat peningkatan TIK
fokal
• Pasien meningitis akut
seringkali mengalami
hipovolemia akibat
dehidrasi, dan
hiponatremia.
• SIADH dengan retensi
urin dan hipotonisitas
cairan ekstraselular pada
29 – 88% pasien MB
• Restriksi cairan tidak
rutin dikerjakan
• Swaiman’s Pediatric Neurology
• Gejala peningkatan TIK:
kejang sampai koma;
herniasi impending
(pupil tidak responsif,
dekortikasi, atau
deserebrasi, pola napas
abnormal, bradikardia,
hipertensi, tanda vital
iregular)
• Fase awal MB:
peningkatan aliran
darah otak. Fase lanjut:
cerebral blood flow
turun à iskemia fokal
akibat inflamasi ruang
subaraknoid à brain
damage
Peningkatan
TIK
Kejang,
ketulian
• Kejang pada 20-30% kasus
MB. Terjadi pada hari 2-3,
dan menghilang 1-3 hari
kemudian.
• Kejang bisa fokal atau
umum
• EEG normal atau terdapat
gelombang epileptiform
umum/fokal, perlambatan
fokal, atau perlambatan
background
• Dapat terjadi kejang
berulang setelah
pemulihan dari MB
• Swaiman’s Pediatric Neurology
• Sekuele paling sering:
ketulian.
• 31% pada MB
pneumokokal, 10% pada
MB meningokokal, dan 6%
pada MB Hib
• SNHL biasanya berat,
permanen, dan bilateral
• Pendengaran harus
diperiksa sebelum pasien
dipulangkan
• Lain-lain: infark, deficit
sensorimotor fokal,
developmental delay,
epilepsi, dan buta kortikal
Hidrosefalus,
syok
• Hidrosefalus
• Gangguan homeostasis
LCS à produksi LCS
meningkat, dan absorpsi
LCS yang melintasi sistem
vili sinus sagittal-araknoid
berkurang
• Pada fase akut:
ventrikulomegali transien
dengan hipertensi
intrakanial. Fase kronik:
hidrosefalus, khususnya
pada bayi
• Shunting dengan drainase
internal dikerjakan pada
hidrosefalus obstruktif
persisten
• Syok sepsis dan DIC
• Biasanya akibat bakteri N.
meningitidis
• Klinis: sakit berat, kaku,
nyeri otot hebat, dan lesi
kulit maculopapular
menjadi petekie dan
purpura
• Sulit dibedakan dengan
meningokoksemia
• Swaiman’s Pediatric Neurology
Efusi
subdural,
abses otak
• Penumpukan cairan
ekstra-aksial
• Ruang subdural di
antara dura dan
araknoid adalah
ruang intrakranial
yang potensial
menjadi lokasi
menumpuknya
cairan
• Imaging seringkali
tidak dapat
membedakan antara
fluid collection
dengan ruang sub-
araknoid yang
melebar à disebut
extra-axial fluid
collection
• Terjadi pada 20-50%
anak
• Abses otak
• Jarang terjadi
• Khususnya terjadi
pada neonatus
dengan MB akibat
Citrobacter atau
Cronobacter tertentu
• Swaiman’s Pediatric Neurology
Trombosis,
infark
• Inflamasi di ruang subaraknoid
berwarna eksudat kuning keabuan
sampai hijau, yang melapisi dasar otak
• Histologi: predominan granulosit,
dengan campuran limfosit, makrofag,
dan granulosit di bentuk subakut
sampai kronik meningitis
• Arteri dan vena serebral memiliki
infiltrasi fokal di dinding pembuluh
darah, oleh sel-sel inflamasi à
thrombosis dan oklusi vascular
• Kerusakan parenkim otak: edema
serebri, infark à iskemia, reaksi astrosit
dan mikroglia, sampai herniasi
• Swaiman’s Pediatric Neurology
Prognosis
• Tergantung dari :
• Umur pasien
• Manifestasi klinis: kejang dan
penurunan kesadaran
• Jenis dan jumlah mikroorganisme
penyebab
• Jumlah sel dan kadar glukosa
• Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi
CSS
• Lamanya sakit sebelum mendapat
pengobatan
• Kepekaan bakteri terhadap antibiotik
yang diberikan
• Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005
• Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
Meningitis
tuberkulosis
• Meningoensefalitis
• Bentuk TBC kronik yang terbanyak di
negara berkembang
• Mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
• Menyerang semua umur
• Insiden tertinggi: 6 bulan-6 tahun
• Infeksi campak, pertusis dan trauma kepala
sering mendahului timbulnya meningitis
tuberkulosis
• Satu dari 300 kasus infeksi TB yang tidak
diobati.
• Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007
• Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
Thwaites GE, Lancet Neurol 2005
Manifestasi klinis
¡ Stadium 1 (prodromal)
§ Demam, mual, apatis, iritabel, defisit
neurologi (-)
¡ Stadium 2 (transisi/meningitis)
§ Penurunan kesadaran sampai sopor, tanda
rangsang meningeal jelas,
tetraparesis/hemiparesis, paresis nervus
kranial (III,IV,VI,VII), klonus, tuberkel di
koroid, funduskopi : edema papil/atrofi
papil.
§ Paresis N. VI lebih sering terjadi dari
n.kranial lain
¡ Stadium 3 (terminal)
§ Koma, pupil tidak bereaksi, hipertermia,
pernapasan tidak teatur.
§ Terjadi jika pengobatan terlambat/tidak
adekuat
Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak1996
Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007
Stadium Meningitis TBC
Most patients are clinically
diagnosed in this stage
Stage I
Stage I
• Low-grade fever
• Headache
• Irritability
• Drowsiness
• Malaise
• Vomiting
• Photophobia
• Weight gain/weight loss
Stage II
Stage II
• Lethargy
• Neck rigidity
• Positive meningeal
signs,
• Hypertonia
• Seizures
• Focal neurological
deficit(s)
Stage III
Stage III
• Decerebrate/decorticate
posturing
• Hemiplegia
• Coma, and eventually
death.
Diagnosis • Manifestasi klinis
• Pemeriksaan CSS rutin
• Jernih dan ada
pengendapan,
santokrom, jumlah sel
200-500/mm3,
limfositer, protein
meningkat dan glukosa
rendah sampai <30 g/dl
• Riwayat kontak dengan
pasien TBC
• Uji tuberkulin (+), anergi
pada 36% pasien
• Foto toraks normal pada
43%, milier pada 23%,
kalsifikasi pada 10% kasus.
• Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak1996
• Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007
• Pemeriksaan ELISA, PCR
• Kultur CSS à sulit, karena
membutuhkan CSS yang
banyak (6-10 ml) dengan
hasil positif pada 50%
kasus.
• EEG : perlambatan difus
atau fokal
• CT-Scan/MRI kepala :
penyangatan meningen di
daerah basal,
ventrikulomegali sampai
hidrosefalus, infark.
• Kombinasi hidrosefalus,
penyangatan basal dan
infark : 100% spesifik dan
41% sensitif untuk
meningitis TB
Diagnosis
banding
infeksi SSP
Klinis/Lab
.
Ensefalitis Meningi
tis
bakteri
al
Mening.TBC Mening.vi
rus
Ensefalopa
ti
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kroni
k
Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-
)
Kejang Umum/fok
al
Umum Umum Umum Umum
Penurun
an
kesadara
n
Somnolen-
sopor
Apatis Variasi,
apatis -
sopor
CM -
Apatis
Apatis -
Somnolen
Paresis +/- +/- ++/- - -
Perbaika
n
kesadara
n
Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lam
bat
Etiologi Tidak dpt
diidentifika
si
++/- TBC/riw.
kontak
- Ekstra SSP
Terapi Simpt/anti
viral
Antibiot
ik
Tuberkulost
atik
Simpt. Atasi
penyakit
primer
Pendekatan
klinis dan
analisis CSS
• Pediatric Infectious Diseases 2008.h.53-70
Neurol Clin 2008;26:427-68
KLINIS / CSS MENINGITIS
BAKTERIALIS
ENSEFALITIS MENINGITIS
TUBERKULOSI
S
ABSES
SEREBRI
Demam < 1 minggu < 3 hari > 2 minggu > 2
minggu
Kesadaran Sadar-Apatis
- somnolen
Somnolen
soporous
Somnolen
Soporous
Sadar-
Apatis
TIK Meningkat Meningkat Sangat
meningkat
Sangat
meningka
t
Cairan
Serebro
spinalis
Keruh
Opalesen
Jernih Jernih
Santokrom
Kontra
indikasi
Sel (mm3) 100 – 10.000 10 - 200 10 - 500 -
Dominasi PMN> 80% PMN< 50% PMN< 50% -
Protein 100 - 500 50 - 100 100 - 500 -
Glukosa < 50% > 50% < 30% -
Swaiman’s Pediatric Neurology
Meningitis
tuberkulosis
- CT
Eksudat
daerah
basal
Hidrosefalus – meningitis tuberkulosis
Pendekatan
dengan
hidrosefalus
MRI kepala:
infark basal
ganglia
2 yrs,FCh
Pengobatan
Terapi suportif: IVFD, nutrisi, antipiretik, antikonvulsan.
Peningkatan tekanan intrakranial: manitol
Kortikosteroid untuk menekan reaksi inflamasi sesuai panduan TBC Anak
2016, dengan dosis 2-4 mg/kg/hari selama 4 minggu, lalu tapering off
INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 12 bulan
Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari selama 12 bulan
Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hari selama 2 bulan
Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari selama 2 bulan
Tata laksana tambahan
Jika terjadi
hidrosefalus à
pemasangan VP-
shunt
Monitor efek
samping OAT
dengan
pemeriksaan fungsi
hati sebelum terapi
dan secara serial.
Komplikasi
Hidrosefalus
Palsi serebral
Retardasi mental
Epilepsi
Gangguan koordinasi motorik, ataksia
Gangguan sensoris
Gangguan pendengaran dan penglihatan
Prognosis
Pasien yang tidak
diobati biasanya
meninggal
Tergantung dari :
Stadium penyakit
pada saat pengobatan
dmulai
Usia pasien : Usia < 3
tahun mempunyai
prognosis yang buruk.
Ensefalitis • Terbanyak : Herpes simpleks,
arbovirus, Eastern & Western Equine
St.Louis encephalitis
• Jarang : Enterovirus,parotitis,
adeovirus,rabies, CMV
Etiologi :
60% etiologi tidak diketahui
• 67% : parotitis, varisela, morbili,
rubela
• 20% : arbovirus dan herpes simpleks
• 5% : enterovirus
40% yang diketahui :
Patogenesis
Whitley RJ,Kimberlin DW. Pediatr Rev 1996
Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005
Dua bentuk
• Ensefalitis primer
• Post/parainfeksi
Primer
• Invasi langsung jaringan otak
• Massa kelabu otak
Post/para
infeksi
• Akibat dari respons imun host
• Massa putih otak
Patogenesis & predileksi
• Langsung menginvasi jaringan otak
• Hematogen (viremia)
–Arbovirus à Sistem retikuloendotelial à SSP.
–Akut
• Neuronal
–Herpes simpleks, rabies, polio à transport
retrograde di neuron.
–Akut/kronik (reaktifasi)
Whitley RJ,Kimberlin DW. Pediatr Rev 1996
Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005
Penurunan
kesadaran lebih
cepat/gejala utama
• Herpes simpleks : lobus temporal & orbitofrontal
• Rabies : Pons, medula, serebelum,hipokampus
• Japanese encephalitis (JE) : batang otak, ganglia
basal
Manifestasi klinis
• Tanda-tanda infeksi akut/prodromal
– Demam, diare, nyeri tenggorokan,ruam kulit, batuk-pilek
• Defisit neurologi (global/fokal)
– Kejang, perubahan perilaku, afasia, hemiparesis, paresis saraf
kranial, diplopia, ataksia, disartria
• Peningkatan tekanan intrakranial
– Nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran
Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005
Schwaimann.Pediatric Neurology 2012
Ziai WC,Lewin JJ. Neurol Clin 2008
• Rabies/JE : brain-stem encephalitis
• Disartria, diplopia, ataksia
• Arbovirus :Gejala global
• Demam,muntah,penurunan kesadaran
• Herpes simpleks :Gejala fokal
• Hemiparesis, kejang fokal, paresis nervus
kranial,afasia,anosmia
Diagnosis
• Identifikasi virus : PCR/kultur CSS
• Manifestasi klinis, gambaran CSS
• CSS : Jernih, jumlah sel 50-200/mm3 sampai 1000/mm3 ,
limfositer, protein normal/sedikit meningkat, glukosa
normal
• EEG : perlambatan umum/fokal
• CT-Scan/MRI : edema otak difus, fokal pada HSE
Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005
Menkes . Textbook of Clinical Neurology 2006
Ziai WC,Lewin JJ. Neurol Clin 2008
EEG dan CT-
Scan/MRI
tidak khas
kecuali pada
HSV
Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005
Schwaimann.Pediatric Neurology 2012
Tata laksana
• Perawatan ideal : ICU
• Terapi sebagian besar suportif
– Airway, Breathing,Circulation
– Nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
– Antikonvulsan dan antipiretik
• Terapi etiologi virus :
– HSV dan varisela : Aciclovir
– Adenovirus : cidofovir/ribafirin
– Enterovirus : pleconaril
• Hipertermia à surface cooling
• Deksametason tidak lagi digunakan
Tata
laksana
• Menurunkan tekanan intrakranial yang
disebabkan oleh edema sitotoksik
• Manitol 20% dosis 0,25 – 1 gr/kgBB/kali,
tiap 6-8 jam, Infus cepat dalam 30
menit
• NaCl 3% 1-6 ml/kgBB tiap 8 jam
• Menarik cairan dari jaringan otak
• Monitor perbaikan GCS, balans cairan
dan elektrolit
• Pemantauan tanda vital dan diuresis
• Hati-hati dehidrasi dan syok
• Naikkan dosis bertahap jika belum
terdapat perbaikan kesadaran
• Elevasi kepala 30 derajat, hindari
tindakan invasif
• Ranger-Castillo L, Robertson CR.Crit Care Clin 2007.
• Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
Schwaimann.Pediatric Neurology 2012
Komplikasi
• Tergantung etiologi dan usia pasien
• Palsi serebral
• Retardasi mental
• Epilepsi, pada ensefalitis HSV : epilepsi fokal
• Gangguan perilaku
Ensefalitis
HSV
Ensefalitis yang dapat diobati etiologinya
Manifestasi klinis ensefalitis dan defisit
neurologis fokal: kejang fokal, hemiparesis
Pada anak besar: gangguan/perubahan
perilaku
EEG: perlambatan di daerah temporal, PLEDS
(periodic lateralizing epileptiform discharge)
CT-Scan/MRI kepala: Edema fokal,
perdarahan/nekrosis di daerah temporal.
Terapi: Asiklovir 20 mg/kgBB/kali IV, tiap 8
jam selama 14-21 hari.
Perlambatan
fokal
Kelumpuhan
• Upper motor neuron
(Susunan Saraf Pusat)
– Dari otak sampai sumsum
tulang belakang (medulla
spinalis)
• Lower Motor Neuron
(Susunan Saraf Tepi)
– Kornu anterior medulla
spinalis sampai otot
Susunan Saraf
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
• Tonus otot meningkat
• Spastic paralysis à hemiplegia atau
hemiparesis
• Spastisitas à menigkatnya resistensi
terhadap gerakan pasif
• Klonus (+) à gerak otot yang timbul
berulang-ulang selama perangsangan
masih berlangsung)
• Refleks patologis (+)
• Tidak ada atrofi pada otot yang
lumpuh, tidak ada kelainan pada EMG,
CK atau biopsi otot
Lesi UMN (1)
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
• Tonus otot menurun à hipotoni à
paralisis tipe flaksid
• Aktivitas refleks berkurang bahkan
tidak ada
• Terjadi atrofi pada otot yang terkena
• Fasikulasi (+): gerakan otot karena
denervasi dari saraf motorik
• Dapat ditemukan kelainan pada EMG,
CK
Lesi LMN (2)
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Kelumpuhan
• Susunan Saraf Pusat (UMN)
– Tonus otot : hypertonia/ kaku/
spastik
– Refleks fisiologi meningkat
– Refleks patologis positif
– Klonus positif
– Tidak ada pengecilan otot kecuali
sudah berlangsung lama
– Pada keadaan awal sering layuh
• Susunan Saraf Tepi (LMN)
– Tonus otot : hypotonia/ Lemas/
flaksid
– Refleks fisiologis menurun atau
hilang
– Refleks patologis negatif
– Pengecilan otot
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)
• Semua anak usia < 15 tahun
• Kelumpuhan yang sifatnya lemas
(flaccid)
• Terjadi mendadak dalam 1 – 14 hari
• Bukan disebabkan rudapaksa /
trauma
• Bila ada keraguan laporkan
sebagai kasus AFP
• Pemeriksaan tinja
• Deteksi dan eradikasi polio
• Indonesian-publichealth.com
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
PENILAIAN
KELUMPUHAN
PENILAIAN
KELEMAHAN
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Anamnesis (1)
Awitan kejadian
Demam
Infeksi sebelumnya
Trauma
Penyakit lain: autoimun, keganasan, dsb
Kejang
Sakit kepala
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Anamnesis (2)
Keluhan Ekstremitas:
Aktivitas tungkai berkurang
Bila berjalan nyeri
Jalan harus dibantu
Tidak dapat berdiri sendiri
Jalan diseret
Tidak dapat bangun dari tidur
Kelemahan tungkai bawah dan atas
Sensasi rasa baal (+/-)
Otonom : Buang air besar dan buang air kecil
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Tonus
Hipotonia
Hipertonia
Pemeriksaan fisis-neurologi
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Vertical suspension
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Refleks tendon fisiologis
• Refleks biseps
• Refleks triseps
• Refleks brakioradialis
• Refleks patella
• Refleks Achilles
• Normal
• Meningkat
• Menurun
• Negatif
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Refleks fisiologis
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Refleks fisiologis
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Babinski
• Menggores plantar kaki
(bagian lateral) dari
posterior ke anterior
• Positif : ekstensi ibu jari
kaki disertai dengan
menyebarnya jari-jari kaki
yang lain
• Oppenheim, Chaddock,
Gordon, Schaefer
Refleks patologis
Klonus
Refleks patologis
Tendon diregangkan
mendadak
Gerakan fleksi ekstensi
berulangkali dengan cepat
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Motorik
Lari – jalan pincang – tidak kuat berdiri – tidak kuat
mengangkat tungkai – lumpuh total
0. Tidak dapat bergerak sama sekali
1. Hanya dapat menggerakkan jari sedikit/
kontraksi otot
2. Tidak dapat mengangkat tungkai dari tempat
tidur, hanya menggeser saja
3. Masih dapat mengangkat tungkai, tapi tidak
dapat melawan tahanan
4. Dapat melawan tahanan tapi tidak maksimal
5. Tidak ada kelumpuhan
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Pola
Kelemahan/
Kelumpuhan
Kelemahan umum
ditemukan pada pasien
dengan miastenia gravis,
periodik paralisis
Kelemahan asimetris
(paraplegia atau hemiplegia)
pada pasien dengan tumor
atau perdarahan intrakranial,
stroke, lesi medula spinalis
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Pola
Kelumpuhan
Kelemahan simetris dapat dibagi lagi
menjadi kelemahan proksimal dan
distal :
1. Kelemahan proksimal. Karakteristik
dari gangguan otot (miositis, distrofi
muskular Duchenne)
2. Kelemahan distalmenunjukkan
neuropati perifer (Sindrom
Guillain-Barre, CIDP, CMT)
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Gower Sign
Waddling
Gait
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Steppage Gait
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
PENDEKATAN
DIAGNOSIS
Anamnesis (motorik, sensorik,
otonom) paraperesis, tetraparesis,
monoparesis,
hemiparesis, refleks fisiologis, tonus
otot, refleks patologis
PASIEN
Kelumpuhan ekstremitas
Upper Motor Neuron
hipertoni-hiperrefleks
Lower Motor Neuron
hipotoni – arefleks/hiporefleks
He m iparesis/
hemiplegi
Tetraparesis
/ Tetraplegi
CT Scan /MRI
kepala
MRI Medula
spinalis
Abses Medula Spinalis Mielitis Transversa
Decision making in child neurology, dengan modifikasi
Ascending Nyeri otot Fluktuatif Monoparesis
Guillain
Barre
Miositis M iastenia
Gravis
Poliomielitis
EMG, PL
Algoritme
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
• CNS
• ADEM
• MS
• CP
•SPINAL
CORD
• Infection
• Tumor
• Transverse
myelitis
•Motor
neuron
• SMA
• POLIO
• PNerve
• GBS
• CIDP
• CMT
• Erb’s
• Bell’s
•NM
Junction
• MG
•MUSCLE
• DMD
• LGMD
• PP
• Myositis
• Myopathy
Diagnosis
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Penyakit Klinis Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Mielitis
transversa
- Kelumpuhan
asimetris, mulai satu
sisi kemudian sisi lain
- Motorik-sensoris-
otonom.
- Refleks fisiologis
menurun→
meningkat
MRI medulla
spinalis : tanda
inflamasi
LP : sel meningkat
Kortikosteroi
d atau IVIg
jika tidak
respons
Poliomielitis Akut, kelumpuhan
asimetris, motorik
EMG jarum : giant
potential
Pem tinja ; Virus
(+)
Simptomatis
dan Rehabilitasi
medik
Spinal Muscular
Atrophy (SMA)
Kronik, Developmental
delay, tipe 1 ada
gangguan napas
EMG jarum : giant
potential
Analisis gen
Rehabilitasi
medik dan
nursinersen
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Penyakit Klinis Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
GBS - Kelumpuhan
simetris,
bilateral dan
ascending.
- Motorik-
sensoris-
otonom.
- Sering
menyebabkan
kelumpuhan
otot
pernapasan
- Refleks
fisiologis
menurun/
hilang
EMG : gambaran
demielinisasi
seperti
perlambatan
konduksi saraf
dan akson atau
adanya blok di
beberapa segmen
saraf
LP : dissosiasi
sitoalbuminik
IVIg atau
plasmafaresi
s
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Guillain-
Barré
syndrome
Typicalascending
form
Atypical
presentations
Demyelinati
on Form
(AIDP)
Axonal form
(AMAN,
AMSAN)
MFS,BBE,PCB,
PCN
Pandys
autonom
ia ASN
Clinical
presentations
Neurophysiologystudy,CSF
analysis
MRI Study Prominent
cranial nerve
involvement
Ryan MM. Guillain barre syndrome in children : epidemiology, clinical features and diagnosis., 2017
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Penyakit Klinis Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Miastenia
gravis
Akut/kronik, fluktuatif,
ocular-general-bulbar
Ice test pack,
Uji Tensilon,
Anti-AChR
antibodi
EMG
Piridostigmin dan
kortikosteroid/
imunosupresan
Periodik
Paralisis
Akut berulang, pencetus
: muntah, diare
Laboratorim :
hipokalemia/
normokalemia
CK
EMG
Koreksi kalium,
hindari pencetus
Miositis Demam (+/-), nyeri di otot
tungkai yang sakit,
kelemahan otot proksimal
CK meningkat
EMG miopati
Kortikosteroid
Distrofi
Muscular
(DMD, BMD,
LGMD)
Kronik, riw keluarga (+),
Kelemahan otot
proksimal
CK meningkat
EMG miopati
Analisis gen
Rehabilitasi medik,
kortikosteroid,
terapi gen :
Exon skipping
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Kesimpulan
Anamnesis dan pemeriksaan fisis-
neurologi yang tepat sangat
membantu menentukan diagnosis.
Diagnosis pasti memerlukan
pemeriksaan teliti yang didukung
pemeriksaan penunjang.
Tata laksana kelemahan/kelumpuhan
bersifat komprehensif dan
multidisiplin.
Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
Terima
Kasih
Pertanyaan?

More Related Content

Similar to pediatric-emergency-neurology-slide.pdf

KEJANG.pdf
KEJANG.pdfKEJANG.pdf
KEJANG.pdf
FhyNiie1
 
LBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptx
LBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptxLBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptx
LBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptx
MuhammadRezaFirdaus3
 
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-klTht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
ronaldRonald35
 
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptxKelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
MuhammadImamHanafi2
 
Neurologi.pptx
Neurologi.pptxNeurologi.pptx
Neurologi.pptx
AirinShabrina1
 
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)
gerasimoos
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
Ronald Wiradirnata
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
Kuliah Pagi
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pemeriksaan Fisik Sistem SarafPemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Dian Sheila Aprilia
 
Vertigo saraf.pptx
Vertigo saraf.pptxVertigo saraf.pptx
Vertigo saraf.pptx
SharonRodriguez73
 
Bell's Palsy
Bell's Palsy Bell's Palsy
Bell's Palsy
NurRohmahTriaRomadho
 
Cerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.pptCerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.ppt
ssuserb6baaa
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
jimmyp14
 

Similar to pediatric-emergency-neurology-slide.pdf (20)

KEJANG.pdf
KEJANG.pdfKEJANG.pdf
KEJANG.pdf
 
LBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptx
LBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptxLBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptx
LBD Ilmiah Kamis R1 TAMPIL rev.pptx
 
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-klTht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
Tht kl (emergency) dr.novialdi sp.tht-kl
 
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptxKelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
 
Neurologi.pptx
Neurologi.pptxNeurologi.pptx
Neurologi.pptx
 
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pemeriksaan Fisik Sistem SarafPemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
 
Meningitis pwr poin
Meningitis pwr poinMeningitis pwr poin
Meningitis pwr poin
 
Vertigo saraf.pptx
Vertigo saraf.pptxVertigo saraf.pptx
Vertigo saraf.pptx
 
Spina bifida
Spina bifidaSpina bifida
Spina bifida
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
Bell's Palsy
Bell's Palsy Bell's Palsy
Bell's Palsy
 
Cerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.pptCerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.ppt
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 
Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA
Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA
Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA
 
Smbungan tth
Smbungan tthSmbungan tth
Smbungan tth
 

Recently uploaded

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 

pediatric-emergency-neurology-slide.pdf

  • 1. Mengenali dan menatalaksana kasus- kasus neurologi anak sehari-hari Pediatric Emergency Series: Neurology dr. Arifianto, Sp.A(K)
  • 2. Pemeriksaan fisis neurologis Yang Dibahas Kejang Demam Kelumpuhan Penatalaksanaan Kejang dan Status Epileptikus Meningitis/Ensefalitis Lain-lain: epilepsi, palsi serebral
  • 4. KETERAMPILAN KOMUNIKASI Presentasi adalah alat peragaan, kuliah, ceramah, dan laporan. Presentasi biasanya disampaikan di hadapan audiens. Beragam kegunaan menjadikan presentasi alat penyampai dan pengajaran yang ampuh.
  • 5. Apakah pemeriksaan fisis neurologis hanya dikerjakan pada pasien dengan diagnosis penyakit saraf? • Pemeriksaan fisis neurologis adalah bagian dari pemeriksaan fisis rutin, yang seharusnya dilakukan pada semua pasien • Pada anak yang masih mengalami proses tumbuh-kembang, PF neurologis terkait khususnya dengan perkembangan anak. Temuan patologis dapat menggambarkan gangguan perkembangan • Kecurigaan diagnosis tertentu perlu dituliskan, misalnya: –Tanda Gower pada distrofi muskular
  • 6. Ketika menuliskan pemeriksaan fisis rutin • Pemeriksaan fisis dan neurologis anak merupakan kesatuan, karena anak tidak dapat ditanya/diperintah • Pada pemeriksaan kepala: –TIDAK sekedar rambut berwarna hitam dan sulit dicabut, TETAPI tuliskan lingkar kepala, bentuk kepala, ubun-ubun besar (UUB) terbuka/tidak, ukurannya • Pemeriksaan neurologis harus menjawab: –Adakah kelainan neurologisnya? –Dimana letak anatomi penyebabnya? –Etiologi lesi? Berg. Principles of child neurology 1996.5-22 Menkes. Child Neurology 2005; 1-27
  • 7. Sambil melakukan anamnesis pasien dengan masalah neurologis, perkembangan anak dinilai Usia (bulan) Motorik kasar Motorik halus Sosialisasi Bicara 3 Angkat badan Tangan terbuka Senyum spontan Cooing, ketawa 6 Duduk sebentar Memindahkan benda Suka, tidak suka Babbling 9 Menarik - berdiri Ambil dengan jari Ciluk - Ba Meniru suara 12 Berjalan dituntun Melepaskan benda Dipanggil menengok 1 – 2 kata 18 Naik tangga dibantu Makan pakai sendok Mengikuti mimik Lebih 20 kata 24 Berlari Susun balok 6 kotak Bermain 2 – 3 kata kalimat 1. Haslam. Nelson Pediatric 2004: 1973-83
  • 8. Pada kasus kejang dan infeksi SSP • Kejang fokal atau kejang umum Tipe kejang • Demam, diare, nyeri tenggorokan, • Ruam kulit Tanda infeksi • UUB membonjol, “high pitch cry” • Sakit kepala, muntah, penurunan kesadaran Peningkatan Tekanan Intrakranial • Hemiparesis, paresis saraf kranial Defisit neurologis
  • 11.
  • 12.
  • 13. Tanda rangsang meningeal • Kaku kuduk: fleksi pada leher meningkatkan tekanan pada saraf di medula spinalis • Brudzinski: ketika memeriksa kaku kuduk, perhatikan adanya aduksi dan fleksi tungkai • Kernig dan Laseguq: iritasi meninges menyebabkan tahanan pada pergerakan akibat pemeriksaan keduanya)
  • 15. 15 Doll’s eye movement - (Letak lesi)
  • 16. Letak lesi pada defisit neurologis LESI DEM Pola Napas Reaksi Pupil Korteks Serebri +/+ Cheyne Stokes Miosis Reaksi cahaya (+) Midbrain +/- Kusmaul hiperventilasi Dilatasi Midposisi Reaksi cahaya (+) Pons -/- Ataksik breathing Pinpoint Reaksi cahaya (- ) 16
  • 17. Ubun-ubun besar • Diameter transversa: rata-rata 2,1 cm • Diameter lebih besar – atrofi otak • UUB membonjol –TIK, infeksi, massa • Penutupan UUB: –12 bulan (40% –19 bulan (90%) –24 bulan (96%) –Jika UUB masih terbuka lebar hati- hati Am Fam Physician 2003:67;12-23 UUB MEMBONJOL
  • 18. Etiologi - Pelebaran dan penutupan UUB terlambat • Hipotiroidism • Sindrom Down • Peningkatan tekanan intrakranial • Makrosefali familial • Atrofi serebri • Akondroplasia • Sindrom Dandy Walker, Arnold Chiary Malfformation • Dll Sign and symptoms in pediatrics1999.h.125-30 Pediatric Neurology 2006. h. 363-90
  • 21. Pemeriksaan kulit – neurokutan
  • 22. Nervus kranialis N. I olfaktorius N. II optikus N. III okulomotor N. IV troklearis N. V trigeminus N. VI abdusens N. VII fasialis N. VIII vestibulo- koklearis N. IX glosofaringeus N. X vagus N. XI aksesorius N. XII hipoglosus
  • 23. Pemeriksaan Nervus Kranialis (1) • Pemeriksaan dilakukan setelah memberikan rangsangan tergantung tingkat kesadaran –Menggelitik telapak kaki, sampai mencubit • Cara melakukan pemeriksaan praktis –Simetri/asimetri wajah – N. VII –Posisi bahu asimetris – N XI –Mengikuti benda, Doll’s eye mov. N. II-III–IV–VI –Refleks cahaya +/+, kontak visual – N. II – III 1. Berg. Principles of child neurology 1996.5-22 2. Menkes. Child Neurology 2005; 1-27 3. Haslam. Nelson Pediatric 2004: 1973-83
  • 24. 24 • Pemeriksaan praktis –Saat menangis - mulut terbuka • Posisi uvula dan laring – N. IX • Posisi lidah ditengah – N. XII • Refleks menghisap baik – N. VII – IX – X - XII –Telinga • Fisis: microtia, gendang telinga • Neuro: Fungsi pendengaran: dipanggil apakah menengok, tes BERA – N. VIII • Pada anak lebih besar dilakukan dengan menyuruh anak melakukan sesuatu perintah 1. Berg. Principles of child neurology 1996.5-22 2. Menkes. Child Neurology 2005; 1-27 3. Haslam. Nelson Pediatric 2004: 1973-83 Pemeriksaan Nervus Kranialis (2)
  • 25. N. II, III – IV – VI • Ketajaman penglihatan –“Snellen chart” –Finger-counting test –Fiksasi cahaya/objek dan mencari sumber cahaya, pada bayi • Lapang pandang • Refleks cahaya langsung dan tidak langsung • funduskopi • Akomodasi (N. III) • Buka mata (N. III)
  • 26. N. VII fasialis • Mempersarafi otot-otot mimik • Paresis sentral vs perifer • Tutup mata – m. orbicularis oculi • Sensoris khusus: pengecapan 2/3 anterior lidah
  • 27. N. VIII vestibulokoklearis dan N. IX glossofaringeus • Keseimbangan • Uji Romberg, nistagmus, tes kalori N. vestibularis • Ketajaman pendengaran N. koklearis • Posisi uvula • Sensoris khusus: pengecapan lidah 1/3 posterior • Refleks muntah (bersama N. X) • Disfagia, gangguan menelan, salivasi (bersama N. X) N. glossofaringeus
  • 28. N. X vagus, N. XI aksesorius, N. XII hipoglosus N. vagus • Disfagia, gangguan menelan • Gangguan refleks batuk • Gangguan diafragma (sesak) • Fungsi otonom parasimpatis • Refleks okulokardiak • Refleks karotis N. aksesorius • Mengangkat bahu • Memutar kepala (m. sternokleido-mastoideus) N. hipoglosus • Motorik lidah • Paresis: • Di dalam mulut: deviasi ke sisi sehat • Terjulur: terdorong ke sisi sakit • Paresis sentral vs perifer: • Atrofi dan fasikulasi lidah pada paresis perifer
  • 29. Pemeriksaan Neuromuskular • Bertujuan membedakan kelainan tipe sentral (UMN) atau tipe perifer (LMN) • Dilakukan saat anamnesis – observasi – Posisi Frog leg – hipotoni – Ekstremitas lebih aktif satu sisi – hemiparesis – Gerakan involunter – gerakan tak bertujuan • Pada bayi, kelumpuhan tipe UMN pada keadaan awal dapat merupakan hipotoni 29
  • 30. Kelumpuhan ekstremitas • Susunan Saraf Pusat – Kaku/ spastis – Refleks fisiologi meningkat – Refleks patologis positif – Tidak ada pengecilan otot kecuali sudah berlangsung lama – Pada keadaan awal sering layuh • Susunan Saraf Tepi (Layu) – Lemas/flaksid – Refleks fisiologis menurun atau hilang – Refleks patologis negatif – Pengecilan otot – Fasikulasi otot
  • 31. Periksa tonus otot dan refleks • Tonus otot pada bayi diperiksa: • Traksi suspensi - head lag – tonus leher • Suspensi vertikal – tonus bahu • Suspensi horizontal – tonus batang tubuh • Kekuatan otot ekstremitas • Layuh atau spastis • Refleks meningkat, klonus
  • 32. Traksi Suspensi horizontal Suspensi vertikal
  • 33. Membedakan Kejang Demam dan Infeksi SSP Edukasi bagi Orangtua, Hal Penting yang Harus Dilakukan Dokter Tata Laksana untuk Menghindari Overtreatment Kejang Demam
  • 34. Apakah kejang itu? • Disrupsi temporer fungsi otak akibat cetusan mendadak dan hiper-sinkron dari neuron di korteks. • Kadang dibedakan menjadi kejang epileptik dan non- epileptik. • Manifestasi klinis tergantung pada area spesifik otak dan keterlibatan area lainnya. Gejalanya bisa berupa perubahan fungsi motorik dan sensasi, perubahan persepsi, gangguan fungsi otonom, dll.
  • 35. Definisi/Batasan operasional Kepmenkes no HK.01.07/Menkes/367/2017 Kejadian klinis yang ditandai aktivitas sinkronisasi sekumpulan neuron otak yang abnormal, berlebihan, dan bersifat transien. Terjadi disorganisasi paroksismal pada satu/beberapa fungsi otak yang dapat bermanifestasi eksitasi positif, negatif, atau gabungan keduanya. Kejang epileptik Satu atau lebih kejang tanpa demam maupun gangguan metabolik akut yang terjadi dalam 24 jam, disertai pulihnya kesadaran di antara kejang First unprovoked seizure Serangan kejang paroksismal berulang tanpa provokasi, dengan interval lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang jelas. Epilepsi
  • 37. Beberapa fakta kejang Kondisi kedaruratan yang memerlukan tindakan segera Mayoritas kejang pada bayi dan anak berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 5 menit Obat anti kejang (lewat dubur, yang bisa diberikan di rumah) diberikan apabila kejang tidak berhenti setelah 5 menit (pada kejang umum) Makin lama kejang, maka makin sukar dihentikan Kerusakan sel saraf otak terjadi pada kejang lama, yaitu > 30 menit
  • 38. Yang dapat terjadi ketika anak kejang Hentakan gerakan anggota tubuh, akibat gerakan otot yang tidak terkendali Anak dapat merasakan sensasi/perasaan dan emosi tidak wajar (aneh) pada tubuh Hilang kesadaran total, atau seperti orang bingung (apabila masih sadar) Adanya aura (memiliki perasaan aneh) seperti melihat kilatan cahaya, tidak nyaman di perut Tatapan kosong (bengong) dan tidak ada kontak “Mengeces” (air liur mengalir), atau BAB/BAK tidak terkendali (mengompol)
  • 39. Pendekatan kejang pada anak Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang • Deskripsi kejang: semiologi, durasi, frekuensi, interval • Tingkat kesadaran Tipe kejang • Demam/tidak • Keluhan organ spesifik: batuk, diare, sesak, ruam • Tanda lahir (neurokutan) • Trauma kepala, penyakit kronik (penyakit ginjal, hemofilia) Gejala penyerta lain • Strabismus, paresis, gangguan keseimbangan • Sakit kepala, penurunan kesadaran Defisit neurologis
  • 40. Bagaimana membedakan kejang dan bukan kejang? Kondisi Kejang Bukan kejang Awitan tiba- tiba/mendadak Tidak mendadak Kesadaran (pada kejang umum) terganggu tidak terganggu Gerakan ekstremitas Sinkron/berpola asinkron Sianosis di area bibir sering jarang Gerak abnormal mata selalu jarang Lama detik-menit beberapa menit Dapat diprovokasi jarang hampir selalu EEG saat kejang abnormal selalu tidak pernah Kondisi setelah serangan Bingung, lemas, lelah, drooling normal Smith dkk, 1998; Wilfong A. www.uptodate.com
  • 41. Kejang umum Melibatkan struktur di korteks dan subkorteks, tetapi tidak harus melibatkan seluruh korteks Berasal dari satu atau beberapa titik tertentu dan secara cepat menyebar ke kedua hemisfer (bilateral) dalam jaringan yang terhubung, dalam sirkuit kortiko-talamik
  • 42.
  • 43. • Originate within networks limited to one hemisphere • May be discretely localized or more widely distributed.… Kejang fokal Berasal dari jaringan yang terbatas berada pada satu hemisfer Bisa menyebar tetapi masih terlokalisasi, atau lebih terdistribusi luas
  • 45. Kejang parsial Sederhana (tanpa kehilangan kesadaran/gangguan memori) Sensoris Motoris Sensoris-Motoris Psikis (pemikiran atau persepsi abnormal) Autonom (merasa demam, mual, wajah kemerahan) Kompleks (gangguan kesadaran atau memori) Dengan atau tanpa aura Dengan atau tanpa automatisme Menjadi umum Kejang umum Absans (petit mal) Tonik-klonik (grand mal) Atonik (drop seizures) Mioklonik Lainnya Kejang yang tidak diklasifikasi Dreifuss dkk. Epilepsia. 1981;22:489-501. KLASIFIKASI ILAE 1981 (LAMA)
  • 46. Klasifikasi kejang ILAE 2017 (1) Motorik Tonik-klonik Motorik lainnya Non-Motorik (Absans Awitan tidak diketahui Motorik Non-Motorik focal to bilateral tonic-clonic Awitan umum Awitan fokal Motorik Tonik-klonik Motorik lainnya Non-Motorik Unclassified Sadar Kesadaran terganggu Fisher dkk. Epilepsia doi: 10.1111/epi.13671
  • 47. Klasifikasi kejang ILAE 2017 (2) Motorik tonik-klonik klonik tonik mioklonik mioklonik-tonik-klonik mioklonik-atonik atonik epileptic spasms Non-Motorik (absans) tipikal atipikal mioklonik eyelid myoclonia Awitan tidak diketahui Awitan motorik automatism atonik klonik epileptic spasms hiperkinetik mioklonik tonik Awitan non-motorik autonomik behavior arrest kognitif emosional sensorik focal to bilateral tonic-clonic Awitan umum Awitan fokal Sadar Kesadaran terganggu Motorik tonik-clonic epileptic spasms Non-Motorik behavior arrest Tidak terklasifikasi Fisher dkk. Epilepsia doi: 10.1111/epi.13671
  • 48. Tidak jelas Autoimun Infeksi Struktural Etiologi Metabolik Genetik Komorbiditas Tipe epilepsi Focal Umum Gabungan umum dan fokal Tidak diketahui Fokal Sindrom Epilepsi Tipe kejang Awitan umum Awitan tidak diketahui Awitan fokal
  • 51. Definisi • Kejang demam: bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun, yang mengalami kenaikan suhu tubuh (> 38°C) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial
  • 52. BEDAkan antara kejang demam dengan kejang disertai demam • Kejang pertama < 24 jam demam • Penyebab demam BUKAN infeksi SSP • Kesadaran pasca kejang normal • Kondisi anak baik Kejang demam • Kejang pertama > 24-72 jam demam • Gangguan saraf/neurologis pasca kejang • Kondisi anak tampak sakit sedang sampai berat Infeksi otak (susunan saraf pusat/SSP)
  • 53. Kejang Demam • UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam. • Berlangsung singkat (<15 menit) • Kejang umum (tonik/klonik) • Tidak berulang dalam 24 jam Kejang demam sederhana • Kejang > 15 menit • Kejang fokal satu sisi, atau kejang umum didahului kejang fokal • Berulang atau lebih dari 1x dalam 24 jam Kejang demam kompleks
  • 54. Karakteristik • 80% kejang demam adalah kejang demam sederhana • Sebagian besar kejang demam sederhana < 5 menit dan berhenti sendiri UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam Smith, dkk. Am Fam Physician 2019
  • 56. Beberapa definisi Kejang lama • Kejang yang berlangsung > 15 menit, atau kejang berulang > 2x, dan di antara bangkitan kejang, anak tidak sadar Kejang berulang • Kejang 2x atau lebih dalam 1 hari, dan di antara 2 bangkitan kejang, anak sadar Status epileptikus • Kejang berlangsung > 30 menit, atau berulang dan anak tidak pulih kesadarannya di antara kejang UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam. UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Status Epileptikus
  • 57. Beberapa pertanyaan UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam. Perlukah pemeriksaan laboratorium? • Tidak dikerjakan rutin untuk kejang demam, tetapi untuk evaluasi penyebab demamnya Perlukah pungsi lumbal? • Tidak rutin pada usia <12 bulan dengan kejang demam sederhana dan keadaan umum baik Perlukah EEG? • Tidak perlu, kecuali bangkitan kejang fokal Perlukah CT/MRI kepala? • Tidak perlu, kecuali ada defisit neurologis fokal menetap
  • 58. UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Status Epileptikus
  • 59. UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam Smith, dkk. Am Fam Physician 2019 APAKAH ANTIPIRETIK DAPAT MENCEGAH KEJANG DEMAM? Tidak ada bukti bahwa antipiretik dapat mencegah kejang demam, meskipun tetap dapat diberikan. “Anticipatory guidance for parents should focus on reassurance, emphasizing the benign nature of febrile seizures and the overall excellent prognosis, even if the seizures recur“
  • 60. Apakah pemberian antikonvulsan mengurangi risiko kejang demam? • Kelainan neurologis berat seperti palsi serebral • Berulang 4x atau lebih dalam setahun • Usia < 6 bulan • Kejang terjadi pada suhu < 39oC • Pada episode sebelumnya, suhu tubuh naik cepat Antikonvulsan intermiten (diberikan hanya saat demam) • Kejang fokal • Kejang > 15 menit • Kelainan neurologis nyata sebelum/sesudah kejang, misalnya: palsi serebral, hidrosefalus, dan hemiparesis Antikonvulsan rumatan (diberikan selamai satu tahun) Dosis diazepam: 0,3 mg/kg/kali per oral Rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali, hanya untuk 48 jam pertama Hati-hati efek samping: ataksia, iritabilitas, dan sedasi! Dosis asam valproat: 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam.
  • 61. Edukasi bagi orangtua UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Meyakinkan bahwa kejang demam mempunyai prognosis baik Memberitahukan cara penanganan kejang Memberikan informasi mengenai kemungkinan berulangnya kejang Pemberian profilaksis mungkin bermanfaat, tetapi harus ingat efek samping obat
  • 62. Panduan bagi orangtua UKK Neurologi IDAI 2016. Rekomendasi Penatalaksaan Kejang Demam.
  • 63. Edukasi untuk orangtua • JANGAN PANIK! • Baringkan bayi/anak di tempat datar/lunak, dan miringkan pada salah satu sisi tubuh • Lihat jam! Pastikan lama kejang < 5 menit • Boleh melonggarkan pakaian anak • Bawa ke IGD terdekat, apabila kejang > 5 menit • JANGAN LAKUKAN: • Memasukkan sendok/jari tangan kita ke mulut anak • Memberikan kopi • Menggendong/me mangku/mendeka p erat • Membasahi wajah atau merendam kaki di air, apalagi seluruh tubuh
  • 64. Pemberian diazepam lewat dubur • Hanya diberikan oleh orangtua di rumah, apabila kejang tidak berhenti > 5 menit
  • 66. DEMAM PLUS Febrile seizure plus dan GEFS+: kejang demam pada seseorang yang dapat berlanjut melewati usia wajar (yang seharusnya sudah menghilang) DAN/ATAU disertai dengan kejang tanpa demam yang dapat berupa kejang umum (tonik-klonik, atonik, mioklonik, mioklonik-atonik, atau absans) atau kejang fokal. Bedanya: riwayat pada keluarga
  • 67. GEFS+ • Riwayat keluarga dengan epilepsi umum dan kejang demam dengan fenotip berbeda • Berhubungan dengan mutasi pada kanal sodium (Na) dan reseptor GABA, antara lain: SCN1A, SCN1B, GABRG2, dan sebagian dengan epilepsi absans dengan fenotip kejang demam • Kejang biasa menghilang pada usia 12 tahun. Mayoritas pasien memiliki perkembangan dan intelegensi normal. • Beberapa memiliki riwayat keluarga dengan sindrom Doose atau sindrom Dravet • Fenichel’s Clinical Pediatric Neurology 8th ed, 2019 • Swaiman’s Pediatric Neurology 6th ed, 2018. • Pellock’s Pediatric Epilepsy 4th ed, 2017.
  • 68. Apabila anak dicurigai mengalami infeksi SSP, apa pemeriksaan yang dilakukan? • Pungsi lumbal • CT Scan kepala, apabila diperlukan • MRI kepala (instruksi dokter) • Lainnya: EEG
  • 69. Kejang tanpa demam First unprovoked seizure (FUS) • Kejang tanpa pencetus, 1x atau lebih dalam 24 jam, dan TIDAK berulang setelah 24 jam berikutnya. Lakukan pemeriksaan EEG Epilepsi • Kejang tanpa pencetus, terjadi 2x atau lebih, dengan interval antar kejang > 24 jam • Kondisi anak normal, di luar serangan. Lakukan pemeriksaan EEG. Lainnya • Tumor otak: gejala muncul bertahap, bisa disertai muntah/pusing, CT scan kepala • Cedera kepala: riwayat cedera kepala biasanya berat, CT scan kepala • Kelainan metabolik: biasanya kejang umum, bukan epilepsi
  • 72. Fig. 1. Coronal view illustrating meningeal layers and common sites of central nervous system infections. (Reproduced from Lewin JJ, LaPointe M, Ziai WC. Central nervous system infections in the critically ill. Journal of Pharmacy Practice 2005;18(1):25–41; with permission.) Meningitis Ensefalitis
  • 73. Ketika inflamasi terjadi di bawah meningen • https://integratedlistening.com/meet-the-reticular- activating-system-ras/
  • 74. Infeksi di SSP Infeksi virus Ensefalitis Infeksi bakteri Meningitis bakterialis Meningitis TB
  • 75. Secara sederhana… • Disebabkan bakteri penyebab TB • Demam > 7 hari • Sakit kepala, perubahan perilaku, muntah berulang • Kaku di leher • Bisa disertai kejang Meningitis tuberkulosis (TB) • Demam bisa hanya > 1 hari • Kejang, biasanya diikuti penurunan kesadaran • Terbukti bukan meningitis Ensefalitis • Disebabkan bakteri selain M. tuberculosis • Demam < 7 hari • Gejala lain mirip meningitis TB, kecuali perjalanan penyakitnya Meningitis bakterialis
  • 76. Pendekatan infeksi SSP Klinis Demam, sakit kepala lama, muntah, kejang fokal, hemiparesis UUB membonjol, perubahan kesadaran, tanda rangsang meningeal, paresis saraf kranial, funduskopi? CURIGA MASSA? TIDAK CURIGA CT SCAN / MRI KEPALA ABSES Darah perifer, LED, elektrolit, glukosa, pungsi lumbal, analisis CSS, kultur CSS Klinis, analisis CSS DIAGNOSIS Decision Making in Child Neurology 1997.h. 154-64
  • 77. Meningitis • Adalah peradangan selaput otak (meninges), terutama di araknoid dan pia mater • Edema dan infiltrat inflamasi menyebabkan demam, defisit neurologis, penurunan kesadaran, dan kejang McMaster Pathophyssiology Review Ther Adv Neurol Disord 2009
  • 79. Algorithm for suspected meningitis. *Do not delay antimicrobial therapy if the lumbar puncture cannot be accomplished. Douglas Swanson Pediatrics in Review 2015;36:514-526 ©2015 by American Academy of Pediatrics
  • 80. Algorithm for suspected meningitis. *Do not delay antimicrobial therapy if the lumbar puncture cannot be accomplished. Douglas Swanson Pediatrics in Review 2015;36:514-526 ©2015 by American Academy of Pediatrics
  • 81. Meningitis bakterialis • Inflamasi leptomeninges yang dipicu oleh bakteri di ruang subaraknoid • Tujuan utama terapi: pencegahan, diagnosis tepat, dan tata laksana agresif, untuk mencegah • Insidens meningitis bakterialis (MB) jauh menurun setelah pemberian imunisasi Hib, pneumokokus, dan meningokokus. • Penyebab tersering pada neonatus (diagnosis banding dengan sepsis awitan dini): streptokokus beta hemolitikus grup B, E. coli, dan Listeria monocytogenes. • Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 82. Swanson D. Pediatr Rev 2015
  • 83. Patogenesis (1) Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Hematogen • Kolonisasi kuman di saluran napas atas • Pneumonia, sepsis Perkontinuitatum • Penyebaran infeksi secara langsung • Sinus, mastoid, sinus cavernosus, OMSK Implantasi langung • Trauma kepala terbuka, implantasi koklea • Tindakan bedah saraf, pungsi lumbal Neonatus • Aspirasi cairan amnion pada amnionitis/flora kuman normal • Infeksi transplasental
  • 84. Patogenesis (2) Bakteremia yang disebabkan oleh patogen dari kolonisasi di mukosa nasofaring yang masuk ke aliran darah. Organisme lalu melekat, berkolonisasi, dan melintasi lapisan sel epitel, lalu menembus pembuluh darah. Koinfeksi virus di saluran napas memungkinkan peningkatan invasi di epitel. Patogen meningeal yang lolos dari sistem imun di aliran darah melintasi sawar darah- otak, secara transelular/paraselular . • Pada neonatus: kolonisasi/transmisi secara vertikal saat persalinan, atau bakteremia dari RS. • Invasi non-hematogen, misalnya: otitis media, mastoiditis, dan sinusitis. Atau komplikasi bedah saraf, anestesi spinal, implant koklea, atau VP shunt. Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 86.
  • 87. Manifestasi klinis (1) Demam Kaku kuduk Perubahan kesadaran Iritabilitas, fotofobia, sakit kepala Muntah, anoreksia Tanda Kernig, tanda Brudzinski Kejang, defisit neurologis fokal • Ketiadaan tanda rangsang meningeal tidak mengeksklusi diagnosis, khususnya pada bayi < 12 bulan. • Diagnosis banding: meningitis virus, ensefalitis, abses otak, kejang demam, trauma kepala, perdarahan subaraknoid, dan penyakit neoplastik leptomeningeal Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 88. Manifestasi klinis (2) • Sangat bervariasi, tergantung umur, lama sakit di rumah sebelum diagnosis, respons tubuh terhadap infeksi. • Meningitis neonatus - 3 bulan : • Risiko tinggi: prematur, infeksi intrapartum, ketuban pecah dini • Tidak khas • Demam,letargi,malas minum,muntah,hipotermia, kesadaran menurun, UUB membonjol, apneu, kejang. • Curigai meningitis pada setiap neonatus dengan sepsis/pneumonia yang disertai kejang • Schwaimann. Pediatric Neurology 2012 • JJ Volpe. Neurology of the newborn 2009
  • 90. Schwaiman. Pediatric Neurology 2012 Manifestasi klinis (3) • Usia 3 bulan - 2 tahun –Demam, muntah, iritabel, gelisah, kejang, high pitched cry, , UUB membonjol, tanda rangsang meningeal sulit dievaluasi, –Pikirkan pada setiap kejang demam kompleks • Anak besar –Gambaran klasik –Demam, menggigil, muntah, nyeri kepala, kejang, gangguan tingkah laku, dapat terjadi penurunan kesadaran, tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, Bruzinski, Kernig) jelas –Paresis saraf kranial (N.III, N.IV, N.VI, N.VII)
  • 91. Pemeriksaan penunjang (1) • Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis dan hasil LCS • Upaya memperkecil sekuele tergantung pada terapi AB efektif yang sesuai hasil LCS di awal perjalanan penyakit • Tindakan pungsi lumbal (LP) adalah aman dan seharusnya dikerjakan meskipun kecurigaan klinis minimal • LP ditunda pada: –Gangguan kardiorespirasi berat –Peningkatan TIK yang signifikan dan fokal –Infeksi pada kulit/jaringan lunak/lokasi epidural area LP –Kecurigaan/riwayat gangguan perdarahan Kultur darah dilakukan dan berikan AB empiris (positif pada 80% kasus) Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 92. Cairan serebrospinal Makroskopis: keruh, purulen Peningkatan ∑ sel sampai ribuan (> 1000 sel/mm3, hitung jenis predominan PMN. Fase awal : ∑ sel normal sampai ratusan, hitung jenis limfositer Protein meningkat dan penurunan glukosa (< 60% kadar glukosa darah) Pewarnaan gram, kultur dan uji resistensi PCR (Sensitifitas 86% dan spesifisitas 97%) Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
  • 93. Pemeriksaan penunjang (2) • Neuro-imaging dinilai tidak diperlukan atau tidak adekuat dalam menegakkan diagnosis MB, tetapi perlu pada impending herniation atau curiga SOL intrakranial (empiema subdural, abses, stroke). – Kegunaan lain: menilai komplikasi neurologis (hidrosefalus, infark arteri/vena, dan ventrikulitis), menentukan sumber lesi pada kejang menetap atau evaluasi pada terapi yang tidak responsif • Herniasi akibat pengambilan LCS jarang pada meningitis • CT Scan sebelum LP tidak perlu pada suspek meningitis. Dikerjakan khususnya pada riwayat hidrosefalus, VP shunt, trauma kepala, atau lesi neurologis fokal dengan kecurigaan TIK meningkat tinggi Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 94. Tata laksana (1) • Suportif: IVFD, nutrisi, antipiretik, antikonvulsan. • Peningkatan TIK: manitol 20% karena edema otak (sitotoksik) • Deksametason untuk menekan sitokin inflamasi: 0,6-1 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, pemberian sebelum (15-30 menit)/bersamaan dengan injeksi antibiotika, diberikan selama 2-4 hari. • Deksametason: mengurangi komplikasi gangguan pendengaran, menurunkan angka kematian dan kecacatan • Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 • Mann K, jackson MA. Pediatr Rev 2008 • Van de Beek D, De Gans J, Mc Intyre P, Prasad K. Cochrane Database review 2008
  • 95. Tata laksana (2) • Pasien biasanya dirawat di ruang PICU • Konsultasi ke Bedah Saraf apabila diperlukan • Pilihan AB: bakterisidal dan mampu menembus sawar darah-otak • Dosis harus lebih tinggi, karena hanya 5-25% konsentrasi serum • Antibiotik empiris dimulai dalam 15 menit diagnosis • Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 97. Tata laksana (3) • Sebanyak 40% S. pneumoniae resistan terhadap penisilin, dan sebagian sefalosporin generasi ketiga • Kecurigaan MB akibat pneumokokus (kokus gram positif berpasangan pada pewarnaan Gram di LCS) seharusnya mendapatkan vankomisin, dikombinasikan dengan seftriakson/sefotaksim. • Deksametason menurunkan penetrasi vankomisin di LCS à deksametason tidak diberikan, atau rifampin + vankomisin + sefalosporin generasi ketiga pada penggunaan deksametason • Apabila masih sensitif terhadap penisilin, atau resisten penisilin tetapi sensitif sefalosporin: stop vankomisin • Vankomisin diteruskan dengan seftriakson/sefotaksim pada resistensi penisilin + sefalosporin generasi ketiga • Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 98. Tata laksana (4) Pemberian glukokortikoid sebagai terapi ajuvan untuk mengurangi kerusakan neurologis masih kontroversial Deksametason meningkatkan luaran fungsi pendengaran, khususnya pada MB Hib. Manfaat pada MB lain (pneumokokus, meningokokus, dan gram- negatif enterik, atau streptokokus grup B neonatus) belum jelas Di AS: deksametason diberikan sebelum/dalam 1 jam dosis pertama AB pada anak berusia 6 minggu atau lebih pada MB Hib, atau dipertimbangkan pada MB pneumokokus Dosis: 0,15 mg/kg tiap 6 jam selama 4 hari Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 99. Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Schwaimann. Pediatric Neurology 2012 Komplikasi ¡ Pengobatan yang tidak sempurna/terlambat ¡ Jika dengan pengobatan antibiotik pada minggu pertama tidak terjadi perbaikan klinis ¡ Komplikasi saat perawatan : § Ventrikulitis § Efusi subdural § Empiema subdural § Abses otak § Gangguan cairan dan elektrolit ¡ Komplikasi jangka panjang: Tuli (5-10% pada H.influenzae, 25-35% pada S.Pneumoniae), hidrosefalus,problem motorik/belajar/bicara/perilaku (10%)
  • 100. Edema serebri, SIADH • Permeabilitas sawar darah-otak meningkat pada MB à edema vasogenik à apabila luas, meningkatkan risiko herniasi otak dan kompresi batang otak akibat peningkatan TIK fokal • Pasien meningitis akut seringkali mengalami hipovolemia akibat dehidrasi, dan hiponatremia. • SIADH dengan retensi urin dan hipotonisitas cairan ekstraselular pada 29 – 88% pasien MB • Restriksi cairan tidak rutin dikerjakan • Swaiman’s Pediatric Neurology • Gejala peningkatan TIK: kejang sampai koma; herniasi impending (pupil tidak responsif, dekortikasi, atau deserebrasi, pola napas abnormal, bradikardia, hipertensi, tanda vital iregular) • Fase awal MB: peningkatan aliran darah otak. Fase lanjut: cerebral blood flow turun à iskemia fokal akibat inflamasi ruang subaraknoid à brain damage Peningkatan TIK
  • 101. Kejang, ketulian • Kejang pada 20-30% kasus MB. Terjadi pada hari 2-3, dan menghilang 1-3 hari kemudian. • Kejang bisa fokal atau umum • EEG normal atau terdapat gelombang epileptiform umum/fokal, perlambatan fokal, atau perlambatan background • Dapat terjadi kejang berulang setelah pemulihan dari MB • Swaiman’s Pediatric Neurology • Sekuele paling sering: ketulian. • 31% pada MB pneumokokal, 10% pada MB meningokokal, dan 6% pada MB Hib • SNHL biasanya berat, permanen, dan bilateral • Pendengaran harus diperiksa sebelum pasien dipulangkan • Lain-lain: infark, deficit sensorimotor fokal, developmental delay, epilepsi, dan buta kortikal
  • 102. Hidrosefalus, syok • Hidrosefalus • Gangguan homeostasis LCS à produksi LCS meningkat, dan absorpsi LCS yang melintasi sistem vili sinus sagittal-araknoid berkurang • Pada fase akut: ventrikulomegali transien dengan hipertensi intrakanial. Fase kronik: hidrosefalus, khususnya pada bayi • Shunting dengan drainase internal dikerjakan pada hidrosefalus obstruktif persisten • Syok sepsis dan DIC • Biasanya akibat bakteri N. meningitidis • Klinis: sakit berat, kaku, nyeri otot hebat, dan lesi kulit maculopapular menjadi petekie dan purpura • Sulit dibedakan dengan meningokoksemia • Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 103. Efusi subdural, abses otak • Penumpukan cairan ekstra-aksial • Ruang subdural di antara dura dan araknoid adalah ruang intrakranial yang potensial menjadi lokasi menumpuknya cairan • Imaging seringkali tidak dapat membedakan antara fluid collection dengan ruang sub- araknoid yang melebar à disebut extra-axial fluid collection • Terjadi pada 20-50% anak • Abses otak • Jarang terjadi • Khususnya terjadi pada neonatus dengan MB akibat Citrobacter atau Cronobacter tertentu • Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 104. Trombosis, infark • Inflamasi di ruang subaraknoid berwarna eksudat kuning keabuan sampai hijau, yang melapisi dasar otak • Histologi: predominan granulosit, dengan campuran limfosit, makrofag, dan granulosit di bentuk subakut sampai kronik meningitis • Arteri dan vena serebral memiliki infiltrasi fokal di dinding pembuluh darah, oleh sel-sel inflamasi à thrombosis dan oklusi vascular • Kerusakan parenkim otak: edema serebri, infark à iskemia, reaksi astrosit dan mikroglia, sampai herniasi • Swaiman’s Pediatric Neurology
  • 105. Prognosis • Tergantung dari : • Umur pasien • Manifestasi klinis: kejang dan penurunan kesadaran • Jenis dan jumlah mikroorganisme penyebab • Jumlah sel dan kadar glukosa • Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi CSS • Lamanya sakit sebelum mendapat pengobatan • Kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan • Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 • Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
  • 106. Meningitis tuberkulosis • Meningoensefalitis • Bentuk TBC kronik yang terbanyak di negara berkembang • Mortalitas dan morbiditas yang tinggi. • Menyerang semua umur • Insiden tertinggi: 6 bulan-6 tahun • Infeksi campak, pertusis dan trauma kepala sering mendahului timbulnya meningitis tuberkulosis • Satu dari 300 kasus infeksi TB yang tidak diobati. • Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007 • Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
  • 107. Thwaites GE, Lancet Neurol 2005
  • 108. Manifestasi klinis ¡ Stadium 1 (prodromal) § Demam, mual, apatis, iritabel, defisit neurologi (-) ¡ Stadium 2 (transisi/meningitis) § Penurunan kesadaran sampai sopor, tanda rangsang meningeal jelas, tetraparesis/hemiparesis, paresis nervus kranial (III,IV,VI,VII), klonus, tuberkel di koroid, funduskopi : edema papil/atrofi papil. § Paresis N. VI lebih sering terjadi dari n.kranial lain ¡ Stadium 3 (terminal) § Koma, pupil tidak bereaksi, hipertermia, pernapasan tidak teatur. § Terjadi jika pengobatan terlambat/tidak adekuat Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak1996 Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007
  • 109. Stadium Meningitis TBC Most patients are clinically diagnosed in this stage Stage I Stage I • Low-grade fever • Headache • Irritability • Drowsiness • Malaise • Vomiting • Photophobia • Weight gain/weight loss Stage II Stage II • Lethargy • Neck rigidity • Positive meningeal signs, • Hypertonia • Seizures • Focal neurological deficit(s) Stage III Stage III • Decerebrate/decorticate posturing • Hemiplegia • Coma, and eventually death.
  • 110. Diagnosis • Manifestasi klinis • Pemeriksaan CSS rutin • Jernih dan ada pengendapan, santokrom, jumlah sel 200-500/mm3, limfositer, protein meningkat dan glukosa rendah sampai <30 g/dl • Riwayat kontak dengan pasien TBC • Uji tuberkulin (+), anergi pada 36% pasien • Foto toraks normal pada 43%, milier pada 23%, kalsifikasi pada 10% kasus. • Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak1996 • Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007 • Pemeriksaan ELISA, PCR • Kultur CSS à sulit, karena membutuhkan CSS yang banyak (6-10 ml) dengan hasil positif pada 50% kasus. • EEG : perlambatan difus atau fokal • CT-Scan/MRI kepala : penyangatan meningen di daerah basal, ventrikulomegali sampai hidrosefalus, infark. • Kombinasi hidrosefalus, penyangatan basal dan infark : 100% spesifik dan 41% sensitif untuk meningitis TB
  • 111. Diagnosis banding infeksi SSP Klinis/Lab . Ensefalitis Meningi tis bakteri al Mening.TBC Mening.vi rus Ensefalopa ti Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kroni k Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(- ) Kejang Umum/fok al Umum Umum Umum Umum Penurun an kesadara n Somnolen- sopor Apatis Variasi, apatis - sopor CM - Apatis Apatis - Somnolen Paresis +/- +/- ++/- - - Perbaika n kesadara n Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lam bat Etiologi Tidak dpt diidentifika si ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP Terapi Simpt/anti viral Antibiot ik Tuberkulost atik Simpt. Atasi penyakit primer
  • 112. Pendekatan klinis dan analisis CSS • Pediatric Infectious Diseases 2008.h.53-70 Neurol Clin 2008;26:427-68 KLINIS / CSS MENINGITIS BAKTERIALIS ENSEFALITIS MENINGITIS TUBERKULOSI S ABSES SEREBRI Demam < 1 minggu < 3 hari > 2 minggu > 2 minggu Kesadaran Sadar-Apatis - somnolen Somnolen soporous Somnolen Soporous Sadar- Apatis TIK Meningkat Meningkat Sangat meningkat Sangat meningka t Cairan Serebro spinalis Keruh Opalesen Jernih Jernih Santokrom Kontra indikasi Sel (mm3) 100 – 10.000 10 - 200 10 - 500 - Dominasi PMN> 80% PMN< 50% PMN< 50% - Protein 100 - 500 50 - 100 100 - 500 - Glukosa < 50% > 50% < 30% -
  • 114.
  • 120. Pengobatan Terapi suportif: IVFD, nutrisi, antipiretik, antikonvulsan. Peningkatan tekanan intrakranial: manitol Kortikosteroid untuk menekan reaksi inflamasi sesuai panduan TBC Anak 2016, dengan dosis 2-4 mg/kg/hari selama 4 minggu, lalu tapering off INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 12 bulan Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari selama 12 bulan Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hari selama 2 bulan Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari selama 2 bulan
  • 121. Tata laksana tambahan Jika terjadi hidrosefalus à pemasangan VP- shunt Monitor efek samping OAT dengan pemeriksaan fungsi hati sebelum terapi dan secara serial.
  • 122. Komplikasi Hidrosefalus Palsi serebral Retardasi mental Epilepsi Gangguan koordinasi motorik, ataksia Gangguan sensoris Gangguan pendengaran dan penglihatan
  • 123. Prognosis Pasien yang tidak diobati biasanya meninggal Tergantung dari : Stadium penyakit pada saat pengobatan dmulai Usia pasien : Usia < 3 tahun mempunyai prognosis yang buruk.
  • 124. Ensefalitis • Terbanyak : Herpes simpleks, arbovirus, Eastern & Western Equine St.Louis encephalitis • Jarang : Enterovirus,parotitis, adeovirus,rabies, CMV Etiologi : 60% etiologi tidak diketahui • 67% : parotitis, varisela, morbili, rubela • 20% : arbovirus dan herpes simpleks • 5% : enterovirus 40% yang diketahui :
  • 125. Patogenesis Whitley RJ,Kimberlin DW. Pediatr Rev 1996 Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Dua bentuk • Ensefalitis primer • Post/parainfeksi Primer • Invasi langsung jaringan otak • Massa kelabu otak Post/para infeksi • Akibat dari respons imun host • Massa putih otak
  • 126. Patogenesis & predileksi • Langsung menginvasi jaringan otak • Hematogen (viremia) –Arbovirus à Sistem retikuloendotelial à SSP. –Akut • Neuronal –Herpes simpleks, rabies, polio à transport retrograde di neuron. –Akut/kronik (reaktifasi) Whitley RJ,Kimberlin DW. Pediatr Rev 1996 Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Penurunan kesadaran lebih cepat/gejala utama • Herpes simpleks : lobus temporal & orbitofrontal • Rabies : Pons, medula, serebelum,hipokampus • Japanese encephalitis (JE) : batang otak, ganglia basal
  • 127. Manifestasi klinis • Tanda-tanda infeksi akut/prodromal – Demam, diare, nyeri tenggorokan,ruam kulit, batuk-pilek • Defisit neurologi (global/fokal) – Kejang, perubahan perilaku, afasia, hemiparesis, paresis saraf kranial, diplopia, ataksia, disartria • Peningkatan tekanan intrakranial – Nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Schwaimann.Pediatric Neurology 2012 Ziai WC,Lewin JJ. Neurol Clin 2008 • Rabies/JE : brain-stem encephalitis • Disartria, diplopia, ataksia • Arbovirus :Gejala global • Demam,muntah,penurunan kesadaran • Herpes simpleks :Gejala fokal • Hemiparesis, kejang fokal, paresis nervus kranial,afasia,anosmia
  • 128. Diagnosis • Identifikasi virus : PCR/kultur CSS • Manifestasi klinis, gambaran CSS • CSS : Jernih, jumlah sel 50-200/mm3 sampai 1000/mm3 , limfositer, protein normal/sedikit meningkat, glukosa normal • EEG : perlambatan umum/fokal • CT-Scan/MRI : edema otak difus, fokal pada HSE Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Menkes . Textbook of Clinical Neurology 2006 Ziai WC,Lewin JJ. Neurol Clin 2008 EEG dan CT- Scan/MRI tidak khas kecuali pada HSV
  • 129. Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Schwaimann.Pediatric Neurology 2012 Tata laksana • Perawatan ideal : ICU • Terapi sebagian besar suportif – Airway, Breathing,Circulation – Nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit – Antikonvulsan dan antipiretik • Terapi etiologi virus : – HSV dan varisela : Aciclovir – Adenovirus : cidofovir/ribafirin – Enterovirus : pleconaril • Hipertermia à surface cooling • Deksametason tidak lagi digunakan
  • 130. Tata laksana • Menurunkan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh edema sitotoksik • Manitol 20% dosis 0,25 – 1 gr/kgBB/kali, tiap 6-8 jam, Infus cepat dalam 30 menit • NaCl 3% 1-6 ml/kgBB tiap 8 jam • Menarik cairan dari jaringan otak • Monitor perbaikan GCS, balans cairan dan elektrolit • Pemantauan tanda vital dan diuresis • Hati-hati dehidrasi dan syok • Naikkan dosis bertahap jika belum terdapat perbaikan kesadaran • Elevasi kepala 30 derajat, hindari tindakan invasif • Ranger-Castillo L, Robertson CR.Crit Care Clin 2007. • Schwaimann. Pediatric Neurology 2012
  • 131. Schwaimann.Pediatric Neurology 2012 Komplikasi • Tergantung etiologi dan usia pasien • Palsi serebral • Retardasi mental • Epilepsi, pada ensefalitis HSV : epilepsi fokal • Gangguan perilaku
  • 132. Ensefalitis HSV Ensefalitis yang dapat diobati etiologinya Manifestasi klinis ensefalitis dan defisit neurologis fokal: kejang fokal, hemiparesis Pada anak besar: gangguan/perubahan perilaku EEG: perlambatan di daerah temporal, PLEDS (periodic lateralizing epileptiform discharge) CT-Scan/MRI kepala: Edema fokal, perdarahan/nekrosis di daerah temporal. Terapi: Asiklovir 20 mg/kgBB/kali IV, tiap 8 jam selama 14-21 hari.
  • 135. • Upper motor neuron (Susunan Saraf Pusat) – Dari otak sampai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) • Lower Motor Neuron (Susunan Saraf Tepi) – Kornu anterior medulla spinalis sampai otot Susunan Saraf Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 136. • Tonus otot meningkat • Spastic paralysis à hemiplegia atau hemiparesis • Spastisitas à menigkatnya resistensi terhadap gerakan pasif • Klonus (+) à gerak otot yang timbul berulang-ulang selama perangsangan masih berlangsung) • Refleks patologis (+) • Tidak ada atrofi pada otot yang lumpuh, tidak ada kelainan pada EMG, CK atau biopsi otot Lesi UMN (1) Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 137. • Tonus otot menurun à hipotoni à paralisis tipe flaksid • Aktivitas refleks berkurang bahkan tidak ada • Terjadi atrofi pada otot yang terkena • Fasikulasi (+): gerakan otot karena denervasi dari saraf motorik • Dapat ditemukan kelainan pada EMG, CK Lesi LMN (2) Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 138. Kelumpuhan • Susunan Saraf Pusat (UMN) – Tonus otot : hypertonia/ kaku/ spastik – Refleks fisiologi meningkat – Refleks patologis positif – Klonus positif – Tidak ada pengecilan otot kecuali sudah berlangsung lama – Pada keadaan awal sering layuh • Susunan Saraf Tepi (LMN) – Tonus otot : hypotonia/ Lemas/ flaksid – Refleks fisiologis menurun atau hilang – Refleks patologis negatif – Pengecilan otot Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 139. Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) • Semua anak usia < 15 tahun • Kelumpuhan yang sifatnya lemas (flaccid) • Terjadi mendadak dalam 1 – 14 hari • Bukan disebabkan rudapaksa / trauma • Bila ada keraguan laporkan sebagai kasus AFP • Pemeriksaan tinja • Deteksi dan eradikasi polio • Indonesian-publichealth.com Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 142. Anamnesis (1) Awitan kejadian Demam Infeksi sebelumnya Trauma Penyakit lain: autoimun, keganasan, dsb Kejang Sakit kepala Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 143. Anamnesis (2) Keluhan Ekstremitas: Aktivitas tungkai berkurang Bila berjalan nyeri Jalan harus dibantu Tidak dapat berdiri sendiri Jalan diseret Tidak dapat bangun dari tidur Kelemahan tungkai bawah dan atas Sensasi rasa baal (+/-) Otonom : Buang air besar dan buang air kecil Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 145. Vertical suspension Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 146. Refleks tendon fisiologis • Refleks biseps • Refleks triseps • Refleks brakioradialis • Refleks patella • Refleks Achilles • Normal • Meningkat • Menurun • Negatif Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 147. Refleks fisiologis Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 148. Refleks fisiologis Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 149. Babinski • Menggores plantar kaki (bagian lateral) dari posterior ke anterior • Positif : ekstensi ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain • Oppenheim, Chaddock, Gordon, Schaefer Refleks patologis
  • 150. Klonus Refleks patologis Tendon diregangkan mendadak Gerakan fleksi ekstensi berulangkali dengan cepat Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 151. Motorik Lari – jalan pincang – tidak kuat berdiri – tidak kuat mengangkat tungkai – lumpuh total 0. Tidak dapat bergerak sama sekali 1. Hanya dapat menggerakkan jari sedikit/ kontraksi otot 2. Tidak dapat mengangkat tungkai dari tempat tidur, hanya menggeser saja 3. Masih dapat mengangkat tungkai, tapi tidak dapat melawan tahanan 4. Dapat melawan tahanan tapi tidak maksimal 5. Tidak ada kelumpuhan Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 152. Pola Kelemahan/ Kelumpuhan Kelemahan umum ditemukan pada pasien dengan miastenia gravis, periodik paralisis Kelemahan asimetris (paraplegia atau hemiplegia) pada pasien dengan tumor atau perdarahan intrakranial, stroke, lesi medula spinalis Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 153. Pola Kelumpuhan Kelemahan simetris dapat dibagi lagi menjadi kelemahan proksimal dan distal : 1. Kelemahan proksimal. Karakteristik dari gangguan otot (miositis, distrofi muskular Duchenne) 2. Kelemahan distalmenunjukkan neuropati perifer (Sindrom Guillain-Barre, CIDP, CMT) Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 156. Steppage Gait Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 158. Anamnesis (motorik, sensorik, otonom) paraperesis, tetraparesis, monoparesis, hemiparesis, refleks fisiologis, tonus otot, refleks patologis PASIEN Kelumpuhan ekstremitas Upper Motor Neuron hipertoni-hiperrefleks Lower Motor Neuron hipotoni – arefleks/hiporefleks He m iparesis/ hemiplegi Tetraparesis / Tetraplegi CT Scan /MRI kepala MRI Medula spinalis Abses Medula Spinalis Mielitis Transversa Decision making in child neurology, dengan modifikasi Ascending Nyeri otot Fluktuatif Monoparesis Guillain Barre Miositis M iastenia Gravis Poliomielitis EMG, PL Algoritme Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 159. • CNS • ADEM • MS • CP •SPINAL CORD • Infection • Tumor • Transverse myelitis •Motor neuron • SMA • POLIO • PNerve • GBS • CIDP • CMT • Erb’s • Bell’s •NM Junction • MG •MUSCLE • DMD • LGMD • PP • Myositis • Myopathy Diagnosis Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 160. Penyakit Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi Mielitis transversa - Kelumpuhan asimetris, mulai satu sisi kemudian sisi lain - Motorik-sensoris- otonom. - Refleks fisiologis menurun→ meningkat MRI medulla spinalis : tanda inflamasi LP : sel meningkat Kortikosteroi d atau IVIg jika tidak respons Poliomielitis Akut, kelumpuhan asimetris, motorik EMG jarum : giant potential Pem tinja ; Virus (+) Simptomatis dan Rehabilitasi medik Spinal Muscular Atrophy (SMA) Kronik, Developmental delay, tipe 1 ada gangguan napas EMG jarum : giant potential Analisis gen Rehabilitasi medik dan nursinersen Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 161. Penyakit Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi GBS - Kelumpuhan simetris, bilateral dan ascending. - Motorik- sensoris- otonom. - Sering menyebabkan kelumpuhan otot pernapasan - Refleks fisiologis menurun/ hilang EMG : gambaran demielinisasi seperti perlambatan konduksi saraf dan akson atau adanya blok di beberapa segmen saraf LP : dissosiasi sitoalbuminik IVIg atau plasmafaresi s Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 162. Guillain- Barré syndrome Typicalascending form Atypical presentations Demyelinati on Form (AIDP) Axonal form (AMAN, AMSAN) MFS,BBE,PCB, PCN Pandys autonom ia ASN Clinical presentations Neurophysiologystudy,CSF analysis MRI Study Prominent cranial nerve involvement Ryan MM. Guillain barre syndrome in children : epidemiology, clinical features and diagnosis., 2017 Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 163. Penyakit Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi Miastenia gravis Akut/kronik, fluktuatif, ocular-general-bulbar Ice test pack, Uji Tensilon, Anti-AChR antibodi EMG Piridostigmin dan kortikosteroid/ imunosupresan Periodik Paralisis Akut berulang, pencetus : muntah, diare Laboratorim : hipokalemia/ normokalemia CK EMG Koreksi kalium, hindari pencetus Miositis Demam (+/-), nyeri di otot tungkai yang sakit, kelemahan otot proksimal CK meningkat EMG miopati Kortikosteroid Distrofi Muscular (DMD, BMD, LGMD) Kronik, riw keluarga (+), Kelemahan otot proksimal CK meningkat EMG miopati Analisis gen Rehabilitasi medik, kortikosteroid, terapi gen : Exon skipping Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)
  • 164. Kesimpulan Anamnesis dan pemeriksaan fisis- neurologi yang tepat sangat membantu menentukan diagnosis. Diagnosis pasti memerlukan pemeriksaan teliti yang didukung pemeriksaan penunjang. Tata laksana kelemahan/kelumpuhan bersifat komprehensif dan multidisiplin. Slide dr. Urfianty, Sp.A(K)