Presbikusis adalah gangguan pendengaran yang terjadi pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran secara perlahan. Referat ini membahas tentang anatomi, fisiologi, dan etiologi presbikusis.
Laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil selama 1 hari dan sering ingin buang air kecil namun urine tidak keluar disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien memiliki riwayat sulit buang air kecil selama 2 tahun terakhir ini.
Presbikusis adalah gangguan pendengaran yang terjadi pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran secara perlahan. Referat ini membahas tentang anatomi, fisiologi, dan etiologi presbikusis.
Laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil selama 1 hari dan sering ingin buang air kecil namun urine tidak keluar disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien memiliki riwayat sulit buang air kecil selama 2 tahun terakhir ini.
Complications of rhinosinusitis(Dr ravindra daggupati)Ravindra Daggupati
orbital complications of rhino sinusitis,intra cranial complications of rhino sinusitis,classification of complications,diagnosis and treatment of complications
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring, di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
Kerentanan Genetik
Gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) memiliki kerentanan terhadap karsinoma nasofaring
Faktor Lingkungan
- Hidrokarbon aromatik (debu asap).
- Golongan nitrosamin (pengawet ikan asin).
Virus Eipstein-Barr (virus herpes)
Dokumen tersebut membahas kasus peritonitis difus akibat appendisitis perforasi pada pasien laki-laki berusia 14 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut selama seminggu dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peritonitis. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik mendukung diagnosis appendisitis perforasi. Pasien dioperasi dan didiagnosis dengan peritonitis difus akibat appendisitis perforasi.
[Ringkasan]
Otore merupakan keluarnya cairan dari liang telinga yang dapat berupa serosa, serosainguinus atau purulen. Otore dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, kebocoran lapisan selaput lendir, atau penyakit lain seperti otitis media akut dan kronis. Otore diklasifikasikan menjadi akut dan kronis berdasarkan onset gejalanya, serta jenisnya dapat berupa darah, purulen, serosa, atau mukopur
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
Pasien laki-laki berusia 1 tahun datang dengan keluhan diare lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari. Pemeriksaan menunjukkan dehidrasi ringan. Diagnosis kerja diare akut dehidrasi ringan. Penatalaksanaan meliputi cairan infus, antibiotik, dan suplemen zink. Kondisi pasien membaik setelah 6 hari perawatan.
This document discusses acute otitis media (AOM), an inflammation of the middle ear. It notes that AOM commonly affects young children and is usually caused by bacteria spreading from the nose and throat via the Eustachian tube. The document outlines the typical stages of AOM from initial tube blockage to potential complications if left untreated. It recommends initial treatment with antibiotics, pain medication, and ear drops followed by myringotomy if symptoms persist to drain fluid and release pressure on the eardrum. Underlying conditions like chronic rhinitis or adenoiditis can predispose children to recurrent AOM.
Dokumen tersebut merangkum tentang flu burung (Avian Influenza) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan menular dari unggas ke unggas atau unggas ke manusia. Virus flu burung H5N1 memiliki daya rusak tinggi bagi manusia dengan tingkat kematian 70-80% dan gejala utamanya adalah demam tinggi, batuk, dan pneumonia. Dokumen tersebut juga memberikan informasi tentang pencegahan dan tindakan apabila ditemukan unggas yang
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang kasus seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan keluhan pembengkakan wajah dan perut selama 3 minggu.
2) Diberikan pertanyaan-pertanyaan terkait anatomi, fisiologi, histologi, mekanisme edema, diagnosis diferensial, dan penatalaksanaan kasus tersebut.
3) Diberikan penjelasan singkat mengenai GNAPS, Kwashiorkor,
Complications of sinusitis can be local, such as orbital cellulitis, or distant, like brain abscesses. Orbital complications are most common, with progression from preseptal cellulitis to orbital cellulitis, subperiosteal abscess, and orbital abscess. Intracranial complications include meningitis, epidural abscesses, subdural abscesses, and cerebral or venous sinus abscesses. Treatment involves antibiotics, surgical drainage of abscesses, and in severe cases like cavernous sinus thrombosis, anticoagulation. Prognosis is good with prompt treatment but risks include vision loss, diplopia, and neurological deficits.
1. Mr. A, a 52-year-old farmer, presented with a 3-year history of a lump in his left groin area that increased in size with coughing or lifting heavy objects but was reducible and not painful.
2. On physical examination, a 10x4 cm mobile mass was found in the left inguinal region that was reducible but with no overlying erythema. Laboratory tests were normal.
3. Based on the history and physical examination findings, a diagnosis of left lateral inguinal hernia was made. The patient was scheduled for herniorrhaphy surgery.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
Complications of rhinosinusitis(Dr ravindra daggupati)Ravindra Daggupati
orbital complications of rhino sinusitis,intra cranial complications of rhino sinusitis,classification of complications,diagnosis and treatment of complications
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring, di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
Kerentanan Genetik
Gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) memiliki kerentanan terhadap karsinoma nasofaring
Faktor Lingkungan
- Hidrokarbon aromatik (debu asap).
- Golongan nitrosamin (pengawet ikan asin).
Virus Eipstein-Barr (virus herpes)
Dokumen tersebut membahas kasus peritonitis difus akibat appendisitis perforasi pada pasien laki-laki berusia 14 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut selama seminggu dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peritonitis. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik mendukung diagnosis appendisitis perforasi. Pasien dioperasi dan didiagnosis dengan peritonitis difus akibat appendisitis perforasi.
[Ringkasan]
Otore merupakan keluarnya cairan dari liang telinga yang dapat berupa serosa, serosainguinus atau purulen. Otore dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, kebocoran lapisan selaput lendir, atau penyakit lain seperti otitis media akut dan kronis. Otore diklasifikasikan menjadi akut dan kronis berdasarkan onset gejalanya, serta jenisnya dapat berupa darah, purulen, serosa, atau mukopur
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
Pasien laki-laki berusia 1 tahun datang dengan keluhan diare lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari. Pemeriksaan menunjukkan dehidrasi ringan. Diagnosis kerja diare akut dehidrasi ringan. Penatalaksanaan meliputi cairan infus, antibiotik, dan suplemen zink. Kondisi pasien membaik setelah 6 hari perawatan.
This document discusses acute otitis media (AOM), an inflammation of the middle ear. It notes that AOM commonly affects young children and is usually caused by bacteria spreading from the nose and throat via the Eustachian tube. The document outlines the typical stages of AOM from initial tube blockage to potential complications if left untreated. It recommends initial treatment with antibiotics, pain medication, and ear drops followed by myringotomy if symptoms persist to drain fluid and release pressure on the eardrum. Underlying conditions like chronic rhinitis or adenoiditis can predispose children to recurrent AOM.
Dokumen tersebut merangkum tentang flu burung (Avian Influenza) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan menular dari unggas ke unggas atau unggas ke manusia. Virus flu burung H5N1 memiliki daya rusak tinggi bagi manusia dengan tingkat kematian 70-80% dan gejala utamanya adalah demam tinggi, batuk, dan pneumonia. Dokumen tersebut juga memberikan informasi tentang pencegahan dan tindakan apabila ditemukan unggas yang
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang kasus seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan keluhan pembengkakan wajah dan perut selama 3 minggu.
2) Diberikan pertanyaan-pertanyaan terkait anatomi, fisiologi, histologi, mekanisme edema, diagnosis diferensial, dan penatalaksanaan kasus tersebut.
3) Diberikan penjelasan singkat mengenai GNAPS, Kwashiorkor,
Complications of sinusitis can be local, such as orbital cellulitis, or distant, like brain abscesses. Orbital complications are most common, with progression from preseptal cellulitis to orbital cellulitis, subperiosteal abscess, and orbital abscess. Intracranial complications include meningitis, epidural abscesses, subdural abscesses, and cerebral or venous sinus abscesses. Treatment involves antibiotics, surgical drainage of abscesses, and in severe cases like cavernous sinus thrombosis, anticoagulation. Prognosis is good with prompt treatment but risks include vision loss, diplopia, and neurological deficits.
1. Mr. A, a 52-year-old farmer, presented with a 3-year history of a lump in his left groin area that increased in size with coughing or lifting heavy objects but was reducible and not painful.
2. On physical examination, a 10x4 cm mobile mass was found in the left inguinal region that was reducible but with no overlying erythema. Laboratory tests were normal.
3. Based on the history and physical examination findings, a diagnosis of left lateral inguinal hernia was made. The patient was scheduled for herniorrhaphy surgery.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
Dokumen tersebut membahas tentang studi kasus farkoterapi pada pasien wanita berusia 65 tahun yang didiagnosa kanker ovarium dan menerima terapi kemoterapi. Terapi kemoterapi yang diberikan adalah kombinasi Carboplatin dan Paclitaxel beserta obat pendukung untuk mencegah mual dan muntah seperti Ondensetron, Diphenhydramine, Famotidine dan Dexamethasone.
Dokumen tersebut membahas tentang obat dan terapi yang digunakan pada persalinan. Secara ringkas, dibahas tiga jenis agen uterotonika (oksitosin, alkaloid ergot dan derivatnya, serta prostaglandin) yang digunakan untuk merangsang kontraksi rahim, antihipertensi yang aman digunakan, dan magnesium sulfat sebagai anti kejang dan tokolitik.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan kontraktilitas uterus. Obat-obat oksitosik seperti oksitosin dan alkaloid ergot digunakan untuk meningkatkan kontraksi uterus, sementara obat-obat tokolitik seperti prostaglandin, antagonis oksitosin, dan penyekat saluran kalsium digunakan untuk menurunkan kontraksi uterus. Dokumen juga membahas efek, indikasi, kont
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai penggunaan obat dalam kehamilan. Ada beberapa poin pentingnya, yaitu: (1) efek obat pada janin ditentukan oleh sifat kimia obat dan paparan janin, (2) teratogenesis dapat menyebabkan cacat kongenital, dan (3) antibiotik, obat kardiovaskuler, antiepilepsi, dan analgesik memiliki risiko tertentu bagi janin sehingga pemakaian harus diperhatikan.
Resep obat tersebut tidak lengkap karena tidak mencantumkan identitas dokter dan data pasien. Resep tersebut mencakup captopril, mucosulvan, ponstan, dan amoxicillin beserta keterangan mengenai komposisi, indikasi, dosis, dan efek samping masing-masing obat. Ada permasalahan kontraindikasi captopril bagi pasien batuk sehingga perlu diganti dengan golongan obat ARB. Informasi yang disampaikan ke pasien mencakup modifikasi
Farmakoterapi Pada Kehamilan Dan Menyusui.pptxKetutWidyani
Farmakoterapi pada kondisi hamil dan menyusui. Tata laksana terapi pada kondisi hamil dan menyusui. Obat obatan yang aman digunakan dan kontraindikasi saat hamil dan menyusui.
Obat, suplemen, vitamin yang penting untuk menunjang kesehatan saat hamil dan menyusui
Dokumen tersebut membahas tentang virus dan obat antivirus. Secara singkat dibahas tentang siklus replikasi virus, tempat kerja obat antivirus, golongan obat antivirus untuk berbagai jenis virus, dan penggunaan klinis obat antivirus untuk mencegah dan mengobati infeksi virus.
Risk assessment and genetic counseling.pptxdrRiyan1
Dokumen tersebut membahas tentang konseling genetik dan penilaian risiko kanker berdasarkan riwayat keluarga, termasuk menentukan kemungkinan penyakit genetik muncul kembali. Dibahas pula diagnosis kanker berdasarkan genom dan molekuler.
Pharmacodynamics is the study of how drugs act on the body and their biochemical and physiological effects. Drugs can act through receptor-mediated or non-receptor mediated pathways. There are four main types of receptor families: ligand-gated ion channels, G-protein coupled receptors, enzymatic receptors, and nuclear receptors. Receptor-mediated actions involve drug-receptor binding which can have varying effects depending on the drug's efficacy and potency. Non-receptor mediated actions do not involve receptors and can include chemical or physical effects. Tolerance to drugs can develop with repeated use through mechanisms such as receptor regulation.
Gene therapy and gene editing techniques show promise for treating genetic diseases. CRISPR-Cas9 allows geneticists to precisely edit DNA sequences by removing, adding, or altering sections of the genome. While few treatments currently exist, gene therapy aims to insert new genes or replace defective ones to treat underlying genetic mutations. Researchers believe genetic therapies will become standard of care for many rare genetic diseases by 2036. However, gene therapy also carries risks like immune reactions, off-target effects, and possible tumor formation that researchers continue working to address through alternative vectors like stem cells or liposomes.
This document discusses the molecular, biochemical, and cellular basis of genetic diseases. It covers the central dogma of DNA to protein, classes of proteins, and examples of diseases involving enzymes, receptors, transport proteins, and structural proteins. Specific diseases discussed include phenylketonuria, retinitis pigmentosa, thalassemia, Ehlers-Danlos syndrome, Alzheimer's disease, Huntington's disease, and Parkinson's disease. The document also provides molecular pathways and assigns students to write essays on different genetic diseases.
2. Pendahuluan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini
peserta didik mampu memahami
aspek farmakologi uterotonika dan
tokolitik agent.
Mourisa C, FK UMSU
3. KOMPETENSI DASAR
Mampu memilih obat, dosis, sediaan,
dan menggunakan obat-obat
uterotonika dan tokolitik sesuai
indikasi dan mempertimbangkan
efek samping serta kontraindikasi
pemberian obat
Mourisa C, FK UMSU
4. Sub content
A. Uterotonics
Classification of uterotonics (oxytocin, prostaglandin
derivatives (dinoproston, misoprostol, carboprost),
alcaloid ergot (ergometrine)
Pharmacokinetics & pharmacodynamics
Indications/clinical use & contraindications
Doses & preparations & side effects
Mourisa C, FK UMSU
5. B.Tocolytic
1.Classification of tocolytic agents
(MgSO4, B-Adrenergic agents, Calcium Channel
blockers, Prostaglandin synthetase inhibitors)
2. Pharmacokinetics & pharmacodynamics
3.Indications/clinical use & contraindications
4. Doses & preparations & side effects
Mourisa C, FK UMSU
Sub content
10. Induksi serta pengguatan persalinan
(induksi persalinan)
Pencegahan serta penanganan
perdarahan postpartum
Penanganan aktif pada kala tiga
persalinan
Pengendalian perdarahan akibat
abortus inkompletus
Indikasi Oksitosik
Mourisa C, FK UMSU
11. Oksitosin
Suatu peptida yang disekresi hipofise
posterior
Menyebabkan ejeksi air susu pada
wanita menyusui
Pada dosis farmakologi : digunakan
utk merangsang kontraksi uterus -->
induksi persalinan, memelihara
persalinan, mengontrol perdarahan
pasca salin
Mourisa C, FK UMSU
12. Farmakokinetik
Tidak efektif pemberian per oral
(rusak dlm lambung, usus halus)
Biasa diberikan IV dan IM
Tidak terikat protein plasma
Dikatabolisme oleh ginjal, hati
waktu paruh 5 menit
Mourisa C, FK UMSU
13. Farmakodinamik
Oksitosin mengubah arus ion
transmembran dlm sel otot polos
miometrium kontraksi uterus yang terus
menerus
Juga menyebabkan kontraksi sel mioepitel
yang mengelilingi alveoli mammary
ejeksi air susu
Oksitosin dapat dihambat agonis
adrenoseptor β, magnesium sulfat, anestesi
inhalasi
Mourisa C, FK UMSU
14. Farmakologi klinik
A. Penggunaan diagnostik
Tes tantangan oksitosin
B. Penggunaan terapi
Induksi persalinan : Inersia uteri, atonia
uteri, Abortus tak lengkap
Mengontrol PPH
Gangguan keluarnya ASI
Mourisa C, FK UMSU
15. Dosis
Induksi persalinan
Infus IV awal 1 IU/menit pelan-
pelan dinaikkan 5-20 IU/menit
sampai terjadi pola kontraksi
fisiologi
Mourisa C, FK UMSU
16. Dosis
Perdarahan pasca persalinan
Pemberian oksitosin 10 IU IM
atau 5 IU IV lambat atau 20-40
IU/L cairan infus IV
(WHO merekomendasikan
penggunaan IV oksitosin
dibanding IM)
Mourisa C, FK UMSU
17. Dosis
Induksi keluarnya ASI
Spray nasal, dlm posisi duduk, 3-
5 menit sebelum menyusui
1 spray (5 IU)
Mourisa C, FK UMSU
18. Toksisitas & Kontraindikasi
Jarang, tapi pernah dilaporkan :
hipertensi, ruptur uterus, kematian
janin, afibrinogenemia
KI : fetal distress, prematuritas, bayi
abnormal, ketidakseimbangan
sefalopelvik, diberikan bersama obat
simpatomimetik, preeklamsia berat
Mourisa C, FK UMSU
21. PENGGUNAAN PADA PARTUS &
ABORSI
PGE2 dan PGF2α oksitosik
Digunakan utk aborsi trimester 1,2
serta mematangkan servix sebelum
aborsi
Mourisa C, FK UMSU
22. Efek samping : muntah, diare,
hipertermia, bronkokontriksi,kolaps
kardiovaskuler
Cara pemberian : IV, IM, intravagina
dan intra-amniotik (PGF2α)
Mourisa C, FK UMSU
Derivat prostaglandin
23. Prostaglandin sintetik
Dinoproston(PGE2)
mempengaruhi kolagenase serviks &
merangsang kontraksi uterus
diberikan sebagai supositoria vaginal
dapat diberikan IV pada kasus missed
abortion atau mola hidatidosa
Mourisa C, FK UMSU
24. Carboprost (15 metil PGF2α)
Suntikan IM untuk:
menginduksi abortus (diberikan
berulang sampai dosis total 2,6mg)
Mengatasi PPH (bila preparat lain gagal
menghentikan perdarahan, & obat
pilihan jika pasien menderita hipertensi)
tidak boleh diberikan pada penderita
asma
Prostaglandin sintetik
Mourisa C, FK UMSU
25. Misoprostol (analog PGE1)
digunakan untuk :
induksi serta penguatan
persalinan
penatalaksanaan kala tiga
persalinan
Mourisa C, FK UMSU
26. Kontraindikasi & kewaspadaan
Induksi persalinan jika sudah
terdapat ruptura membran amnion
Pemberiannya harus hati-hati pada
Adanya riwayat sikatriks pd uterus,
sikatriks yang vertikal.
Mourisa C, FK UMSU
27. Interaksi obat
Jika diberikan bersama oksitosin
dapat terjadi hiperstimulasi
Krn itu oksitosin biasanya baru
diberikan 6 – 12 jam setelah
pemberian prostaglandin yg terakhir
Mourisa C, FK UMSU
28. Aspirin dan obat-obat AINS lainnya
antagonis Prostaglandin
Pemberiannya memperlambat atau
memperpanjang proses persalinan
Alkohol zat antagonis yang
melawan kerja dinoproston
Mourisa C, FK UMSU
29. Alkaloid asam amino dgn prototip
ergotamin
Derivat dihidro-alkaloid asam amino
dgn prototip dihidro-ergotamin
Alkaloid amin dgn prototip ergonovin
Alkaloid ergot
Mourisa C, FK UMSU
30. Alkaloid ergot
Farmakokinetik
Ergotamin, diabsorpsi lambat & tdk
sempurna melalui sal.cerna
Mengalami metabolisme lintas pertama
kadar dlm darah rendah
Kadar puncak dlm plasma dicapai dlm 2
jam
Pemberian bersama kafein, me
kecepatan absorpsi
Mourisa C, FK UMSU
31. Farmakokinetik
Dosis IM 1/10 dosis oral, tapi respon
uterus setelah 20 menit
Dosis IV, ½ dosis IM, respon uterus
setelah 5 menit
90% metabolit diekskresi melalui
empedu
Mourisa C, FK UMSU
32. Farmakokinetik
Ergonovin, absorpsi cepat & sempurna
per oral
Kadar puncak plasma stlh 60-90 menit,
10x > ergotamin
10 menit stlh pemberian 0,2mg per oral
kontraksi uterus (pasca persalinan)
Metabolisme, ekskresi lebih cepat dari
ergotamin
Mourisa C, FK UMSU
33. Farmakodinamik
Semua alkaloid ergot meningkatkan
kontraksi uterus
ergonovin dan turunannya
ergometrin, metilergometrin (drug
of choice : obstetric application)
Mourisa C, FK UMSU
34. Kepekaan uterus thd alkaloid ergot
bergantung pada maturitas dan usia
kehamilan
Penggunaan klinis : mengontrol PPH
Mourisa C, FK UMSU
35. Efek samping
Ergotamin > toksik, shg yg byk dipakai
ergonovin dan turunannya
Mual, muntah, diare, gatal, bingung,
tidak sadar, gangguan sirkulasi, nyeri
otot
Vasospasme berat
hipertensi
Mourisa C, FK UMSU
36. Bila terjadi toksisitas berat :
Hentikan pengobatan
Terapi simtomatis
antikoagulan
vasodilator kuat(natrium
nitroprusid)
antiemetik gol.fenotiazin
Mourisa C, FK UMSU
37. Kontraindikasi
Penderita penyakit pembuluh darah
arteriosklerosis
pykt pembuluh darah koroner
tromboflebitis
buerger disease
Penyakit hati dan ginjal
Mourisa C, FK UMSU
44. Magnesium sulphate(MgSO4)
Bekerja merelaksasi otot polos
Me(-) konsentrasi calsium dalam
miometrium dan membrane stabilizer -->
(menurunkan kekuatan kontraksi)
Profilaksis preeklampsia (1st line therapy)
Mencegah kejang lanjutan untuk 12-24jam
pasca persalinan
Mourisa C, FK UMSU
45. Rute pemberian: IV
EFEK SAMPING :
Perasaan hangat yang ekstrim,
berkeringat, flushing, mual, muntah,
penglihatan kabur,lesu, sembelit, letargi,
nyeri dada (bila diberikan bersama
tocolytic lain)
Magnesium sulphate(MgSO4)
Mourisa C, FK UMSU
46. Magnesium sulphate(MgSO4)
Dosis awal: bolus MgSO4 4 gram selama 5-
10 menit
dosis pemeliharaan 1-2 gram/jam selama
24 jam post partum atau setelah kejang
terakhir.
Pemberian ulang 2 gram bolus dapat
dilakukan bila terjadi kehjang berulang
Mourisa C, FK UMSU
50. Efek pada bayi baru lahir: denyut
jantung, mengantuk, menangis
lemah, mengisap kurang
Pemantauan yang ketat untuk ibu &
bayi baru lahir
Magnesium sulphate(MgSO4)
Mourisa C, FK UMSU
51. Adrenergic agents (terbutaline,
ritodrine)
Me kan level cAMP melalui adenilat
siklase
Me level ion calsium bebas
Relaksasi otot polos
Terbutaline & ritodrine
atau menghentikan kontraksi uterus
Mencegah persalinan prematur
Mourisa C, FK UMSU
52. Terbutaline & ritodrine
Rute pemberian : oral, IV, SC
Kontrol infus, utk memberikan
continuous low dose of terbutaline
Efek samping :Gelisah, insomnia, sakit
kepala, denyut jantung cepat, mual,
hiperglikemia, hipokalemia, edema paru,
napas pendek, nyeri dada
Mourisa C, FK UMSU
53. terbutaline
Efek pada bayi baru lahir:
Denyut jantung cepat
Pemantauan yang ketat untuk ibu &
bayi baru lahir
Mourisa C, FK UMSU
54. Calcium Channel blockers
(verapamil, nifedipine)
Ion calsium tidak dapat masuk ke dlm
sel otot polos kekuatan kontraksi
otot polos
atau menghentikan kontraksi uterus
Menunda persalinan
Mourisa C, FK UMSU
55. Rute pemberian : oral
Efek samping : wajah kemerahan, sakit
kepala, mual, palpitasi
Efek pada bayi baru lahir : Tidak ada
efek samping serius yg pernah
dilaporkan
Calcium Channel blockers
(verapamil, nifedipine)
Mourisa C, FK UMSU
61. REFERENSI
Formularium Nasional KEMENKES RI 2016
Goodman and Gilman, The Pharmacological Basis of
Therapeutics, Edisi 13, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Katzung, B.G. Farmakologi dasar dan klinik, Edisi 12 Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
PNPK POGI, Perdarahan Pasca Salin.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja,Obat-Obat Penting
Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Ketujuh,
2015, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
World Health Organization. WHO recommendations for the
prevention and treatment of postpartum hemorrhage. Geneva
(Switzerland)
Mourisa C, FK UMSU