Proses penurunan dan pemeliharaan Al-Quran dibahas dalam makalah ini, mulai dari pengertian Nuzulul Quran, sejarah turunnya Al-Quran secara bertahap kepada Nabi Muhammad, dan upaya pemeliharaan Al-Quran pada masa Nabi beserta khulafaur rasyidin dan generasi berikutnya hingga dicetak pada abad ke-16.
The article discusses how al-Qur’an was transmitted and transformed from oral tradition into the written text as we have it today; how the Revelation was received and recorded, circulated and passed down from generation to generation since the Prophet's time to the present.
kitab suci bagi umat Islam, tidak ada keraguan di dalamnya
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah:2)
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
ulumul qur'an
1. NUZULUL QUR’AN DAN PROSES PEMELIHARAANYA
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen pengampu : Shofaussamawati, S.Ag., M.S.I
Disusun Oleh :
Faristina Alif 1320210187
Novianti Diah Kartono 1320210186
Nida Fatikhah 1320210188
Indra Vernandi Mahardika 1320210189
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH (EKONOMI SYARI’AH)
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
2. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dengan bahasa Arab,
diriwayatkan secara mutawatir, merupakan mukjizat dan membacanya
merupakan ibadah.
Dalam mempelajari ilmu Al-Qur’an, ada beberapa hal yang penting
untuk dipelajari salah satunya adalah bagaimana Al-Qur’an diturunkan dan
bagaimana Al-Qur’an itu dibukukan pada masa Khulafaur Rasyidin. Karena
dengan mengetahui bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an kita dapat
mengerti bagaimana usaha-usaha para sahabat untuk tetap memelihara Al-
Qur’an.
Nuzulul Qur’an adalah proses turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah
Muhammad SAW untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Al-
Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya
bagi penghuni langit dan penghuni bumi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Nuzulul Qur’an?
2. Bagaimana sejarah Nuzulul Qur’an?
3. Bagaimana proses peurunan Al-Qur’an?
4. Bagaimana proses pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad
SAW dan para Sahabat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Nuzulul Qur’an.
2. Untuk mengetahui sejarah Nuzulul Qu’an.
3. Untuk mengetahui proses penurunan Al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui proses pemeliharaan Al Qur’an pada masa Nabi
Muhammad SAW dan para Sahabat.
3. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nuzulul Qur’an
Secara etimologis Nuzulul Qur’an berasal dari dua kata, yaitu Nuzul
dan Al-Qur’an. Nuzulul Qur’an berarti peristiwa turunnya Al-Qur’an. Kata
nuzul berasal dari kata nazala yang memiliki beberapa arti yaitu meluncur dari
tempat yan tinggi ke tempat yang rendah, tetapi harus dipahami sebagai
pengetahuan bahwa Al-Qur’an telah diberitakan oleh Allah SWT kepada
segenap penghuni langit dan bumi dalam semua seginya. Maka Nuzulul Qur’an
berarti proses pemberitaan atau penyampaian ajaran yang terkandung
didalamnya. Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah Peristiwa
diturunkannya wahyu Allah SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara Malaikat Jibril AS secara bertahap.
Dr. Ahmad As Sayyid Al-Kumi dan Dr. Muhammad Ahmad Yusuf Al-
Qosim mengatakan, bahwa nuzul mempunyai lima makna yakni:
1. Meluncurnya sesuatu dari tempat tinggi ke tembat yang rendah.
2. Jauh, tiba, singgah.
3. Tertib, teratur, urutan.
4. Pertemuan.
5. Turun secara berangsur-angsur dan terkadang selakigus.1
B. Sejarah Nuzulul Qur’an
Al-Qur’an sebagai wahyu diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22
hari, yaitu mulai dari malam 17 ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai
9 Dhulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.2 Al-
Qur’an mulai diturunkan pada Rasulallah ketika beliau sedang berkhalwat di
Gua Hira pada malam senin, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, (6
1 Dr. Ahmad as sayyid al kumi dan Dr. M. A Yusuf al Qasim, ulumul, Al-Qur’an, kairo:
fakultas Ushuludin Universitas al azhar, 1396 H/1976 M, cet. III, hlm.23
2 Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islami, (Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-
Qonaah), 1980, hlm. 5-6
4. 3
Agustus 610 M). Sebagai penghormatan dari Allah kepada Al-Qur’an, maka
malam pertama yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an itu disebut sebagai
Malam Ketentuan ( Lailah al Qodr).
C. Proses Penurunan Al-Qur’an
Dipandang dari segi filosofis maupun teologis, Al-Qur’an diturunkan
melalui tiga proses, yaitu:
Pertama: Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan ke lauh al-mahfuzh,
yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan
kepastian Allah. Proses ini diterangkan dalam ayat:
“Bahkan yang didustakan mereka itu adalah Al-Qur’an yang mulia.
Yang (tersimpan) dalam lauh mahfuzh (QS. Al-Buruj 21-22)”.
Kedua: Al-Qur’an diturunkan dari lauh mahfuzh ke langit dunia (baitz
al ‘izzah) pada lailah al qodr secara keseluruhan. Proses ini disebutkan dalam
ayat:
“Sesungguhnya aku telah menurunkan Al-Qur’an pada malam Qodar
(QS. Al-Qodr 1)”.
Ketiga: Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dari langit dunia
melalui malaikat Jibril AS, kepada Nabi Muhammad SAW. Proses ini
disebutkan dalam ayat:
“Dan Al-Qur’an yang kami pisah-pisah agar engkau membacakannya
kepada manusia pada suatu tempat dan kami menurunkannya secara
berangsur (QS. Al-Isyra’ 1-6)”.3
D. Proses Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Nabi Muhammad SAW dan
Para Sahabat
Pengumpulan Al-Qur’an di masa Nabi Muhammad SAW terbagi atas dua:
1. Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghafal, menghayati dan
mengamalkan. Al-Qur’anul Karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak
3 Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuniy (Alih Bahasa: Drs. H. Aminuddin) Studi Ilmu
Al-Qur’an, Pustaka Setia. 1999, hlm 93.
5. 4
bisa baca tulis. Karena itu, perhatian Nabi hanyalah untuk sekedar
menghafal dan menghayatinya, agar ia dapat menguasai Al-Qur’an
persis sebagaimana halnya Al-Qur’an diturunkan. Setelah itu, ia
membacakannya kepada umatnya sejelas mungkin agar mereka pun
dapat menghafal dan memantapkannya. Nabi Muhammad SAW
memiliki keinginan untuk menguasai Al-Qur’an, sehingga beliau
menghiasi salat malamnya dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an.4
2. Pengumpulan dalam dokumen, dengan cara menulis dalam kitab, atau
diwujudkan dalam bentuk ukiran. Keistimewaan yang kedua dari Al-
Qur’an Karim adalah pengumpulan dan penulisannya dalam lembaran.
Rasulullah SAW mempunyai beberapa sekretaris wahyu. Setiap turun
ayat Al-Qur’an, beliau memerintahkan kepada mereka untuk menulisnya
dalam rangka memperkuat catatan dan dokumentasi dalam kehati-hatian
beliau terhadap Al-Qur’an, sehingga penulisan tersebut dapat
memudahkan penghafalan dan memperkuat daya ingat. Para penulis
wahyu tersebut adalah sahabat pilihan Rasulullah dari kalangan sahabat
yang terbaik dan indah tulisnnya sehingga mereka benar-benar dapat
mengemban tugas yang mulia ini. Diantaranya adalah Zaid bin Tsabit,
Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Muawiyah bin Abu Sufyan,
Khulafaur Rasyidin. Proses penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi
Muhammad SAW sangat sederhana. Mereka menggunakan alat tulis
sederhana dan berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang belulang,
dan batu.5
Faktor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi
Muhammad SAW adalah: membukukan hafalan yang telah dilakukan
oleh Nabi dan para sahabatnya. Mempresentasikan wahyu dengan cara
yang paling sempurna. Hal ini karena hafalan para sahabat saja tidak
cukup, terkadang mereka lupa atau sebagian dari mereka ada yang sudah
wafat.
4 Ibid, hlm. 94.
5 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Qur’an Al-Karim,
Maktabah As-Sunnah, Kairo, 1992, hlm 241.
6. 5
Penulisan pada Masa Khulafaurrasyidin.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran
(dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang
mengakibatkan 70 orang penghafal Al-Qur’an gugur dalam pertempuran itu.
Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan semakin
sedikitnya penghafal Al-Qur’an yang masih hidup. Atas keadaan tersebut
Umar bin Khattab meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan
seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat.6 Abu
Bakar menerima pendapat Umar tersebut, kemudian Abu Bakar
memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksana tugas
tersebut. Kemudian ia mengumpulkan ayat Al-Qur’an dari daun, pelepah
kurma, batu, tanah keras, tulang unta, atau kambing dan dari sahabat-
sahabat yang hafal Al-Qur’an. Dengan demikian Al-Qur’an seluruhnya telah
tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu
Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya, kemudian
mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan,
terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur’an (qira’at) yang
disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antara suku yang berasal
dari daerah berbeda-beda. Hal itu menimbulkan kekhawatiran Utsman
sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar
(menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis
penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan
istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini.
Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan
standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).
Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya terjadinya perselisihan
di antara umat Islam di masa depan.
6 Subhi Ash-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Qalam li Al-Malayyin, Bairut,
1988, hlm. 74.
7. 6
Penyempurnaan Penulisan Al-Quran Setelah Masa Khalifah
Mushaf yang ditulis atas perintah Utsman tidak memiliki harakat dan
tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qiraat yang tujuh.
Tersebutlah dua tokoh yang berjasa dalam hal ini, yaitu Ubaidillah bin
Ziyad (w. 67 H.) dan Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (w. 95 H.). Upaya
penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan
dilakukan oleh setiap generasi sampai abad III H (atau akhir abad IX M)
ketika proses penyempurnaan naskah Al-Quran (Mushaf Utsmani) selesai
dilakukan, tercatat pula tiga nama yang disebut-sebut sebagai orang yang
pertama kali meletakan tanda titik pada mushaf ‘Utsmani. Ketiga orang itu
adalah Abu Al-aswad Ad-Da’uli, Yahya bin Ya’mar (45-129 H) dan Nasr
bin Ashim Al-Laits (w. 89 H). Adapun orang yang disebut-sebut pertama
kali meletakan hamzah, tasyid, Al-raum, dan al-isymam adalah Al-Khalli
bin Ahmad Al-Frahidi Al-Azdi yang diberi kunyah Abu ‘Abdirrahman (w.
175 H). Dan untuk pertama kalinya, Al-Quran dicetak di Bunduqiyyah
pada tahun 1530.
Penerbit Al-Quran dengan label Islam baru dimulai pada tahun 1787,
yang menerbitkannya adalah maulaya ‘Utsman.
8. 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah Peristiwa
diturunkannya wahyu Allah SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara Malaikat Jibril AS secara bertahap. Al-Qur’an
diturunkannya melalui tiga fase atau tahapan. Tahap pertama, Al-qur’an
diturunkan / ditempatkan ke Lauh Mahfudh.Kedua Al-Qur’an turun dari Lauh
Mahfudh ke Baitul izzah di Langit dunia.Ketiga, Al-Qur’an turun dari Baitul
Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an
diturunkan dengan bahasa Quraisy. Sejarah penulisan dan pemeliharaan
secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat masa ; Pencatatan al-
qur’an pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar as-syidiq,
penulisan al-qur’an pada masa Utsman bin Affan dan untuk pertama kalinya,
Al-Quran dicetak di Bunduqiyyah pada tahun 1530.
Penerbit Al-Quran dengan label Islam baru dimulai pada tahun 1787,
yang menerbitkannya adalah maulaya ‘Utsman.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun dan kami sangat
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan pengembangan, sangat kami harapkan dan
semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfa’at. Amin
9. 8
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ahmad as sayyid al kumi dan Dr. M. A Yusuf al Qasim, ulumul, Al-Qur’an,
kairo: fakultas Ushuludin Universitas al azhar, 1396 H/1976 M, cet. III.
Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islami, (Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah
Al-Qonaah), 1980.
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Qur’an Al-
Karim, Maktabah As-Sunnah, Kairo, 1992.
Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuniy (Alih Bahasa: Drs. H. Aminuddin) Studi
Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Setia. 1999.
Subhi Ash-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Qalam li Al-Malayyin,
Bairut, 1988.