PENGUJIAN DISOLUSI TABLET
ERISKA AGUSTIN, M.S.FARM
DISOLUSI
 Disolusi adalah proses suatu zat aktif dari sediaan
padat (tablet, kapsul, serbuk, supo) terlepas dan
memasuki cairan biologis menjadi larut lalu diikuti oleh
absorpsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistem.
 Kecepatan disolusi suatu zat aktif dari sediaan padat
adalah jumlah zat aktif yang larut per unit waktu di
bawah kondisi antar permukaan padat cair, suhu dan
komposisi pelarut atau media yang dibakukan.
UJI DISOLUSI
 Uji disolusi : metode analisis secara
fisikokimia guna mengukur kecepatan
atau besar konsentrasi zat aktif dari
sediaan terlepas dan terlarut pada kondisi
yang telah ditetapkan.
KEGUNAAN UJI DISOLUSI
1. Prosedur pengendalian mutu untuk produk final atau
akhir
2. Untuk menguji keserbasamaan pelepasan zat aktif
dari sediaan tabletnya dari batch ke batch
(memantau proses formulasi & manufaktur).
3. Untuk menjamin ketersediaan hayati (bio ekivalensi)
dari batch untuk solida apabila korelasi antara sifat
disolusi in vitro dan availabilitas telah ditetapkan, hal
ini sangat mungkin bila disolusi merupakan tahap
pembatasan kecepatan absorpsi dalam sistem
KRITERIA SEDIAAN TABLET/ KAPSUL
YANG DIUJI DISOLUSI
1. Mengandung zat aktif untuk pengobatan penyakit
gawat.
2. Mengandung zat aktif yang jarak terapinya relatif
kecil (LD50/ED50 kecil).
3. Mengandung zat aktif yang sulit/tidak larut dalam air.
4. Mengandung zat aktif yang dapat berubah menjadi
bentuk tidak larut dalam cairan cerna.
5. Tablet Bersalut
MEKANISME DISOLUSI
 Larutan dari zat padat
pada permukaan
membentuk lapisan
tebal yang tetap atau
film di sekitar partikel.
 Difusi dari lapisan
tersebut pada massa
dari zat cair
DIFUSI LAYER (TEORI FILM)
Pada waktu suatu partikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul
obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu
lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat.
8
 The rate of dissolution is given by Noyes and
Whitney:
Where,
dc/dt= dissolution rate of the drug
K= dissolution rate constant
Cs= concentration of drug in stagnant layer
Cb= concentration of drug in the bulk of the
solution at time t
= k (Cs- Cb)
dc
dt
KLECOP, NIPANI 9
Modified Noyes-Whitney’s Equation -
dC
dt
Where,
D= diffusion coefficient of drug.
A= surface area of dissolving solid.
Kw/o= water/oil partition coefficient of drug.
V= volume of dissolution medium.
h= thickness of stagnant layer.
(Cs – Cb )= conc. gradient for diffusion of drug.
DAKw/o (Cs – Cb )
Vh
=
RUMUS NOYES-WHITNEY
 Laju disolusi : kecepatan melarutnya obat pada waktu tertentu, pada suhu
dan komposisi media yang ditetapkan
 Laju disolusi/kecepatan disolusi dirumuskan oleh Noyes-Whitney :
dC/dt = D.S/h.V (Csat – Csol) = kS(Csat – Csol)
 k = D/Vh; k = konstanta disolusi
 dC/dt = kecepatan disolusi
KETERANGAN :
 h = Ketebalan lapisan difusi pada antar-muka padat-cairan
 S = Luas permukaan dari obat yang terpapar (kontak) ke media disolusi
 V = Volume media; D= koefisien difusi
 Csat = Kelarutan solida (Konsentrasi jenuh pada suhu percobaan)
 Csol = Konsentrasi obat dalam larutan pada waktu t
KONDISI HILANG (SINK CONDITION)
 Molekul-molekul zat aktif meninggalkan lapisan difusi menuju
media disolusi, kemudian molekul yang berdifusi tsb diganti oleh
molekul lain yang dilepaskan oleh zat padat itu.
 Jika volume media disolusi lebih besar dibandingkan terhadap
larutan jenuh zat aktif maka Csol sangat kecil dibandingkan Csat.
 dW/dt = k S Csat
 Kondisi demikian disebut “sink condition” (kondisi hilang) artinya
media disolusi yang digunakan volumenya besar, sehingga
pengaruh Csol terhadap kecepatan disolusi solida dapat diabaikan.
Hal ini terjadi bila Csol < 15% dari Csat.
 Csol = 0 maka kecepatan disolusi maksimal
 Csol meningkat, maka kecepatan disolusi
menurun
 Csol<<<<<<Csat
 Pada uji disolusi Csol < 15% Csat, maka dW/dt
= k S Csat
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISOLUSI
ZAT AKTIF DARI SEDIAAN TABLET
1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia zat
aktif :
a. Ukuran & luas permukaan efektif zat aktif
b. Kelarutan jenuh zat aktif
c. Konsentrasi zat aktif terlarut dalam larutan ruah : makin
kecil Csol, kecepatan disolusi meningkat.
d. Koefisien difusi
e. Pengaruh modifikasi zat aktif
A. UKURAN & LUAS PERMUKAAN
EFEKTIF ZAT AKTIF
 dC/dt = D.S/h.V (Csat – Csol)
 Ukuran partikel halus, maka luas permukaan
besar sehingga kecepatan disolusi semakin
tinggi.
 Reduksi ukuran partikel : penghalusan
(penggilingan, mikronisasi), dispersi padat.
B. KELARUTAN JENUH ZAT AKTIF
 Makin besar Csat, makin besar kecepatan
disolusi
 Untuk meningkatkan kelarutan zat aktif a.l
dengan membuat dalam bentuk garamnya
 Perhatikan juga pengaruh pH, solvasi,
polimorfisme (kristal metastabil tidak stabil
tetapi mudah terdisolusi), kompleksasi.
D. KOEFISIEN DIFUSI
 dW/dt = DS/h (Csat-Csol)
 D= RT/(6 π r η N)
 D = Koefisien difusi untuk suatu molekul dengan jari-jari partikel r
 R = Konstanta gas
 N = Bilangan Avogadro
 T =Temperatur absolut
 Parameter D bergantung pada temperatur.
 Temperatur dan viskositas medium disolusi harus dikontrol karena
koefisien difusi D terkait dengan η.
E. PENGARUH MODIFIKASI ZAT AKTIF
1. Zat aktif yang bersifat amorf lebih cepat terdisolusi
dari bentuk kristal.
2. Polimorfosa : misal bentuk yang metastabil lebih
cepat terdisolusi dari bentuk yang stabil.
3. Hidrat : bentuk hidrat lebih sulit terdisolusi dari
bentuk an-hidrat. Misal ampisilin anhidrat lebih
mudah terdisolusi daripada ampisilin trihidrat
2. Faktor yang Berkaitan dengan Formulasi:
Pengaruh eksipien :
a. pengisi : pati dapat meningkatkan disolusi
zat aktif, laktosa (pengisi yang larut baik
dalam air) menyebabkan disolusi cepat, ada
juga pengisi yang membuat tablet menjadi
keras  menurunkan waktu hancur dan
kecepatan disolusi.
b. Desintegran : digunakan super desintegran untuk
meningkatkan waktu hancur & meningkatkan disolusi : ac-disol.
c. Lubrikan : menghambat keterbasahan (pada umumnya lubrikan
bersifat hidrofob) & menurunkan daya penetrasi medium
disolusi sehingga menurunkan luas permukaan efektif.
d. Pengikat : jika terlalu banyak memperlambat disolusi
e. Surfaktan : dapat meningkatkan kecepatan disolusi untuk zat
aktif yang mempunyai kelarutan yang kecil karena surfaktan
dapat menurunkan tegangan antar muka antara pelarut dengan
granul.
3. Faktor yang Berkaitan dengan Manufaktur:
A. Metode Granulasi : granulasi basah pada
umumnya menunjukkan peningkatan disolusi
zat aktif sulit larut dengan memberi zat
hidrofilik (musilago amili) pada permukaan
granul.
 Jika zat pengikat dalam granulasi basah diberikan terlalu banyak &
pengadukan terlalu lama maka diperoleh tablet yang sangat padat
 akan menurunkan waktu hancur dan kecepatan disolusi.
 Penggunaan pengisi seperti pati, laktosa, selulosamikrokristalin
cenderung meningkatkan hidrofilisitas zat aktif dan memperbaiki
disolusi
 Tablet cetak langsung menunjukkan kecepatan disolusi lebih cepat
dari granulasi basah.
 Granulasi basah banyak digunakan, tetapi banyak kekurangannya,
dimana cairan dalam formulasi menyebabkan pembentukan
jembatan kristal yang menurunkan aktivitas zat aktif mikronisasi
dan juga memberi sifat yang mudah terhidrolisi (terurai). Pada
pengeringan atau pemanasan dapat menguraikan zat aktif dan
mempengaruhi kecepatan disolusi.
B. Tekanan Kompresi
 Dilakukan dengan memberi tekanan cukup keras tapi
tetap mudah hancur agar penuhi persyaratan.
 Jika dikempa terlalu keras maka akan sulit
dipenetrasi media (menurunkan jumlah pori-pori,
sehingga cairan sulit masuk ke dalam media)
akibatnya disolusi terganggu
 Gaya kompresi yang terlalu besar dapat
meningkatkan suhu selama kompresi. Dengan
meningkatnya suhu maka dapat mencairkan
lubrikan lemak, karena pencairan ini maka lemak
akan menyalut partikel zat aktif sehingga zat aktif
sulit dibasahi  kecepatan disolusi makin kecil.
C. Penyimpanan
 Setelah dikempa dengan baik, harus
terhindar dari suhu & kelembaban tinggi.
 Untuk mempertahankan mutu, maka
dilakukan penyimpanan dan pengemasan
yang baik supaya disolusi tak berbeda jauh
dari semula.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL UJI
DISOLUSI IN VITRO
 Jika data kecepatan disolusi mempunyai arti
maka diharapkan hasil dari uji disolusi secara
berturutan selayaknya tetap, tidak berbeda
jauh hasil uji disolusinya.
 Reprodusibilitas : walau dimanufaktur beda,
hasil tidak berbeda jauh.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL UJI
DISOLUSI
1. Eksentrisitas Alat Pengaduk
 Eksentrisitas alat pengaduk berpengaruh pada
hasil uji disolusi
 Eksentrisitas alat pengaduk mengimbas dan
mengubah kondisi hidrodinamik yang
mempengaruhi disolusi tablet. Pengaduk harus
dipelihara dan digunakan hati-hati sekali.
 Maksimum 2 mm, kelebihan yang sering
terdeteksi 2-5 mm, dampak 4-8%, perbaiki
dengan meluruskan tangkai.
2. Vibrasi
 Variabel yang umum masuk pada disolusi.
 Mempengaruhi pola aliran media disolusi sehingga
hasil disolusi antara tetesan berbeda
 Berbagai penyebab antara lain alat disolusi tidak
ditempatkan pada meja beton
 Jauhkan yang menyebabkan getaran (kipas, AC, lemari
asam, sentrifuga).
 Maksimum 0,1 mills, kelebihan yang sering terdeteksi
0,2-0,9 mills, dampak 5-10%, perbaiki dengan
menghilangkan sumber vibrasi.
3. Ketidaksejajaran Tangkai Pengaduk
 Ketidaksejajaran tangkai pengaduk terhadap
sumbu tabung disolusi dapat mempengaruhi
aliran sehingga kecepatan disolusi berubah
hingga 20%.
 Maksimum 1,50 terhadap sumbu, kelebihan yang
sering terdeteksi 2-70, dampak 2-25%, perbaiki
dengan memulai pengujian saat dicapai
kesejajaran
4. Intensitas Pengadukan
 Kecepatan rotasi pengadukan dayung : 50-100 rpm
(FI IV).
 Kondisi pengadukan dapat secara nyata
mempengaruhi kecepatan disolusi karena ketebalan
lapisan difusi berbanding terbalik dengan kecepatan
pengadukan.
 Rumus Winster-Taylor : K = a(N)b
 N = kecepatan pengadukan
 K = konstanta kecepatan disolusi
 a dan b = konstanta difusi terkendali, b=1
 Sewaktu disolusi, kecepatan rotasi harus dipantau teliti.
5. Sifat Media Disolusi
 Komposisi sifat media disolusi
mempengaruhi nyata pada disolusi zat aktif.
 Faktor tsb adalah pH ( keberadaan elektrolit
dan perubahan pH dapat mempengaruhi
difusi karena ionisasinya), viskositas, serta gas
terlarut (dikeluarkan).
6. Gas/Udara Terlarut
 Semua cairan berada dalam keseimbangan dengan
gas pada antar permukaan gas-cairan.
 Pada suhu dan tekanan tertentu suatu bagian gas
terlarut dalam cairan.
 Dalam proses disolusi hal ini mempengaruhi
reprodusibilitas, di mana gas dapat mempengaruhi
pH media.
 Air suling yang mengandung udara pH 6, tanpa udara
terlarut pH 7,2.
 Dengan perubahan suhu, gas terlarut dibebaskan menjadi
gelembung.
 Gelembung mempengaruhi pola aliran dalam media sewaktu
gelembung udara naik ke permukaan media.
 Gelembung berkumpul pada permukaan partikel sehingga
mengganggu proses desintegrasi dengan memperkecil luas
permukaan yang kontak dengan media disolusi.
 Gelembung udara mengganggu BJ massa tablet, kapsul,
menyebabkan posisi sediaan tidak terkendali.
 Gelembung udara berkumpul pada lubang basket,
sehingga dapat menghambat lepasnya zat aktif dan
selanjutnya menurunkan kec disolusi.
 Semua gas terlarut harus dikeluarkan.
 Vit C dapat dioksidasi oleh gas terlarut sehingga
mempengaruhi stabilitasnya.
 Metode diaerasi : gas dikeluarkan dari media disolusi
dengan cara dididihkan 1 hari sebelumnya.
 Metode hampa udara : media disolusi ditarik oleh pipa
vakum lalu disalurkan melalui penyemprot.
7. pH
 Kecepatan disolusi tablet dipengaruhi oleh pH dan
komposisi media.
 Dalam tiap uji disolusi, pH media harus diperiksa
dengan pH-meter.
 Adanya kehadiran sesepora ion tidak dikenal akan
mempengaruhi kecepatan disolusi.
8. Viskositas
 Kecepatan disolusi menurun dengan naiknya
viskositas
 D = µKT
 µ = 1/ 6 πηr ηr
 D = KT/ 6πηr
 µ = mobilitas
 K = Konstanta Boltzman
9. Suhu
 Dipantau dengan termometer
 FI IV menetapkan bahwa suhu media disolusi
37oC±0,5oC
 Karena kelarutan zat aktif tergantung suhu,
suhu dikendalikan selama proses disolusi
sehingga konstan
 Persamaan Stokes menerangkan
ketergantungan suhu dari molekul terlarut
dengan koefisien difusi
10. Gangguan pada Pola Aliran
 Konsistensi pola aliran adalah kunci
keberulangan dan kehandalan data
kecepatan disolusi.
 Dipengaruhi oleh geometri dan kesejajaran
pengaduk, vibrasi, kecepatan rotasi.
11. Posisi Pengambilan Contoh
 Cuplikan harus diambil kira-kira pada
pertengahan jarak antara dasar wadah dan
permukaan media, tak kurang dari 1 cm pada
permukaan wadah.
 Tujuan : agar hasil cuplikan tetap, dengan
demikian hasil uji disolusi repsodusibel.
12. Posisi Bentuk Sediaan
 Lihat FI IV untuk alat I dan II
13. Kesalahan Mendeteksi
 Ada 2 variabel yang menyebabkan kesalahan dalam
analisis disolusi, yaitu kegagalan dalam
menggunakan baku standar dan vibrasi eksternal.
 Eksipien jangan sampai mempengaruhi analisis.
Metode analisis harus divalidasi
14. Kalibrasi Alat Disolusi dan Analitik
 Uji disolusi adalah prosedur analisis untuk
menetapkan sifat fisik suatu senyawa.
 Diharapkan tiap prosedur analisis berulang untuk
senyawa yang sama.
 Alat yang telah dikalibrasi dilakukan uji kesesuaian
alat di FI IV.
 Digunakan tablet kalibrasi : jenis tablet desintegrasi
(Tablet USP Asam salisilat RS) dan tablet non
desintegrasi (Tablet USP Prednison RS).
 Cara Kalibrasi : Tablet Non Desintegrasi
Metode I (Basket)
50 rpm 30’  13%-20%
100 rpm 30’  48%-82%
 Metode II (Dayung)
50 rpm 30’ 17-30%
100 rpm 30’  51-77%
Tablet Desintegrasi :
 Metode I (basket)
50 rpm 30’  21% – 49%
100 rpm 30’  49% - 81%
 Metode II (dayung)
50 rpm 30’  51%-77%
100 rpm 30’  68%-85%
 Jika hasil seperti hasil di atas maka alat disolusi tsb
baik.
 Alat uji disolusi harus dikalibrasi tiap dipindahkan
tempatnya atau pada perubahan daya lingkungan
berarti
ALAT UJI DISOLUSI
1. Metode 1 : Basket
 Volume wadah 1000 mL
 Ukuran lubang ayakan basket 40 mesh
 Jarak dasar wadah ke basket 2,5 cm± 2 mm
2. Metode 2 (Paddle/dayung)
 Jarak paddle atau dayung 2,5 cm± 2 mm dari
dasar wadah.
PEMILIHAN METODE
 Sudah tercantum dalam monografi sediaan
tablet/kapsul FI IV.
 Jika dalam FI belum ada metode sediaan yang
dibuat, dapat dengan metode 1 atau 2
tergantung dari :
1. Jika yang diuji adalah kapsul maka dapat
digunakan basket.
2. Jika yang diuji adalah granul maka dapat
digunakan basket.
3. Jika tablet  dayung
 Metode basket banyak kekurangannya antara
lain :
1. Granul dapat menyumbat lubang basket dan
akan mengganggu uji disolusi.
2. Tablet/kapsul tidak dapat diamati selama
proses pengujian.
3. Gelembung udara yang terperangkap dalam
basket dapat mengakibatkan kelainan pada
hasil kecepatan disolusi.
PENETAPAN KESIMPULAN HASIL
DISOLUSI
 Untuk mendapatkan hasil disolusi yang
meyakinkan maka pengujian disolusi untuk 1
batch minimal dilakukan 6 seri.
 Tiap kali pengujian digunakan 1 tablet/ kapsul
 Jika 6 tablet pertama telah memenuhi
persyaratan, maka uji disolusi dianggap cukup.
 Jika kelompok yang pertama gagal tetapi hasil rata-rata kelompok 1 dan 2
memenuhi persyaratan, maka uji disolusi dianggap cukup.
 Jika kelompok 1 & 2 gagal, maka dilakukan uji kelompok 3 sebanyak 12 tablet
(2x6) dan dihitung rata-rata 1,2 dan 3.
Tahap Jumlah tablet yang diuji Kriteria yang diterima
S1 6 Tiap tablet tidak kurang dari
Q+5%.
S2 6 Rata2 dari 12 tablet (S1 & S2)
adalah sama dengan atau > dari
Q, & tidak ada 1 tablet yang <Q-
15%.
S3 12 (2x6) Rata2 dari 24 tablet (S1,S2 & S3)
sama dengan atau > Q, tidak lebih
dari 2 tablet<Q-15% & tidak satu
tabletpun yang < Q-25%.

UJI DISOLUSI.ppt

  • 1.
  • 2.
    DISOLUSI  Disolusi adalahproses suatu zat aktif dari sediaan padat (tablet, kapsul, serbuk, supo) terlepas dan memasuki cairan biologis menjadi larut lalu diikuti oleh absorpsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistem.  Kecepatan disolusi suatu zat aktif dari sediaan padat adalah jumlah zat aktif yang larut per unit waktu di bawah kondisi antar permukaan padat cair, suhu dan komposisi pelarut atau media yang dibakukan.
  • 3.
    UJI DISOLUSI  Ujidisolusi : metode analisis secara fisikokimia guna mengukur kecepatan atau besar konsentrasi zat aktif dari sediaan terlepas dan terlarut pada kondisi yang telah ditetapkan.
  • 4.
    KEGUNAAN UJI DISOLUSI 1.Prosedur pengendalian mutu untuk produk final atau akhir 2. Untuk menguji keserbasamaan pelepasan zat aktif dari sediaan tabletnya dari batch ke batch (memantau proses formulasi & manufaktur). 3. Untuk menjamin ketersediaan hayati (bio ekivalensi) dari batch untuk solida apabila korelasi antara sifat disolusi in vitro dan availabilitas telah ditetapkan, hal ini sangat mungkin bila disolusi merupakan tahap pembatasan kecepatan absorpsi dalam sistem
  • 5.
    KRITERIA SEDIAAN TABLET/KAPSUL YANG DIUJI DISOLUSI 1. Mengandung zat aktif untuk pengobatan penyakit gawat. 2. Mengandung zat aktif yang jarak terapinya relatif kecil (LD50/ED50 kecil). 3. Mengandung zat aktif yang sulit/tidak larut dalam air. 4. Mengandung zat aktif yang dapat berubah menjadi bentuk tidak larut dalam cairan cerna. 5. Tablet Bersalut
  • 6.
    MEKANISME DISOLUSI  Larutandari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film di sekitar partikel.  Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair DIFUSI LAYER (TEORI FILM)
  • 7.
    Pada waktu suatupartikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat.
  • 8.
    8  The rateof dissolution is given by Noyes and Whitney: Where, dc/dt= dissolution rate of the drug K= dissolution rate constant Cs= concentration of drug in stagnant layer Cb= concentration of drug in the bulk of the solution at time t = k (Cs- Cb) dc dt
  • 9.
    KLECOP, NIPANI 9 ModifiedNoyes-Whitney’s Equation - dC dt Where, D= diffusion coefficient of drug. A= surface area of dissolving solid. Kw/o= water/oil partition coefficient of drug. V= volume of dissolution medium. h= thickness of stagnant layer. (Cs – Cb )= conc. gradient for diffusion of drug. DAKw/o (Cs – Cb ) Vh =
  • 10.
    RUMUS NOYES-WHITNEY  Lajudisolusi : kecepatan melarutnya obat pada waktu tertentu, pada suhu dan komposisi media yang ditetapkan  Laju disolusi/kecepatan disolusi dirumuskan oleh Noyes-Whitney : dC/dt = D.S/h.V (Csat – Csol) = kS(Csat – Csol)  k = D/Vh; k = konstanta disolusi  dC/dt = kecepatan disolusi KETERANGAN :  h = Ketebalan lapisan difusi pada antar-muka padat-cairan  S = Luas permukaan dari obat yang terpapar (kontak) ke media disolusi  V = Volume media; D= koefisien difusi  Csat = Kelarutan solida (Konsentrasi jenuh pada suhu percobaan)  Csol = Konsentrasi obat dalam larutan pada waktu t
  • 11.
    KONDISI HILANG (SINKCONDITION)  Molekul-molekul zat aktif meninggalkan lapisan difusi menuju media disolusi, kemudian molekul yang berdifusi tsb diganti oleh molekul lain yang dilepaskan oleh zat padat itu.  Jika volume media disolusi lebih besar dibandingkan terhadap larutan jenuh zat aktif maka Csol sangat kecil dibandingkan Csat.  dW/dt = k S Csat  Kondisi demikian disebut “sink condition” (kondisi hilang) artinya media disolusi yang digunakan volumenya besar, sehingga pengaruh Csol terhadap kecepatan disolusi solida dapat diabaikan. Hal ini terjadi bila Csol < 15% dari Csat.  Csol = 0 maka kecepatan disolusi maksimal
  • 12.
     Csol meningkat,maka kecepatan disolusi menurun  Csol<<<<<<Csat  Pada uji disolusi Csol < 15% Csat, maka dW/dt = k S Csat
  • 13.
    FAKTOR YANG MEMPENGARUHIDISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN TABLET 1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia zat aktif : a. Ukuran & luas permukaan efektif zat aktif b. Kelarutan jenuh zat aktif c. Konsentrasi zat aktif terlarut dalam larutan ruah : makin kecil Csol, kecepatan disolusi meningkat. d. Koefisien difusi e. Pengaruh modifikasi zat aktif
  • 14.
    A. UKURAN &LUAS PERMUKAAN EFEKTIF ZAT AKTIF  dC/dt = D.S/h.V (Csat – Csol)  Ukuran partikel halus, maka luas permukaan besar sehingga kecepatan disolusi semakin tinggi.  Reduksi ukuran partikel : penghalusan (penggilingan, mikronisasi), dispersi padat.
  • 15.
    B. KELARUTAN JENUHZAT AKTIF  Makin besar Csat, makin besar kecepatan disolusi  Untuk meningkatkan kelarutan zat aktif a.l dengan membuat dalam bentuk garamnya  Perhatikan juga pengaruh pH, solvasi, polimorfisme (kristal metastabil tidak stabil tetapi mudah terdisolusi), kompleksasi.
  • 16.
    D. KOEFISIEN DIFUSI dW/dt = DS/h (Csat-Csol)  D= RT/(6 π r η N)  D = Koefisien difusi untuk suatu molekul dengan jari-jari partikel r  R = Konstanta gas  N = Bilangan Avogadro  T =Temperatur absolut  Parameter D bergantung pada temperatur.  Temperatur dan viskositas medium disolusi harus dikontrol karena koefisien difusi D terkait dengan η.
  • 17.
    E. PENGARUH MODIFIKASIZAT AKTIF 1. Zat aktif yang bersifat amorf lebih cepat terdisolusi dari bentuk kristal. 2. Polimorfosa : misal bentuk yang metastabil lebih cepat terdisolusi dari bentuk yang stabil. 3. Hidrat : bentuk hidrat lebih sulit terdisolusi dari bentuk an-hidrat. Misal ampisilin anhidrat lebih mudah terdisolusi daripada ampisilin trihidrat
  • 18.
    2. Faktor yangBerkaitan dengan Formulasi: Pengaruh eksipien : a. pengisi : pati dapat meningkatkan disolusi zat aktif, laktosa (pengisi yang larut baik dalam air) menyebabkan disolusi cepat, ada juga pengisi yang membuat tablet menjadi keras  menurunkan waktu hancur dan kecepatan disolusi.
  • 19.
    b. Desintegran :digunakan super desintegran untuk meningkatkan waktu hancur & meningkatkan disolusi : ac-disol. c. Lubrikan : menghambat keterbasahan (pada umumnya lubrikan bersifat hidrofob) & menurunkan daya penetrasi medium disolusi sehingga menurunkan luas permukaan efektif. d. Pengikat : jika terlalu banyak memperlambat disolusi e. Surfaktan : dapat meningkatkan kecepatan disolusi untuk zat aktif yang mempunyai kelarutan yang kecil karena surfaktan dapat menurunkan tegangan antar muka antara pelarut dengan granul.
  • 20.
    3. Faktor yangBerkaitan dengan Manufaktur: A. Metode Granulasi : granulasi basah pada umumnya menunjukkan peningkatan disolusi zat aktif sulit larut dengan memberi zat hidrofilik (musilago amili) pada permukaan granul.
  • 21.
     Jika zatpengikat dalam granulasi basah diberikan terlalu banyak & pengadukan terlalu lama maka diperoleh tablet yang sangat padat  akan menurunkan waktu hancur dan kecepatan disolusi.  Penggunaan pengisi seperti pati, laktosa, selulosamikrokristalin cenderung meningkatkan hidrofilisitas zat aktif dan memperbaiki disolusi  Tablet cetak langsung menunjukkan kecepatan disolusi lebih cepat dari granulasi basah.  Granulasi basah banyak digunakan, tetapi banyak kekurangannya, dimana cairan dalam formulasi menyebabkan pembentukan jembatan kristal yang menurunkan aktivitas zat aktif mikronisasi dan juga memberi sifat yang mudah terhidrolisi (terurai). Pada pengeringan atau pemanasan dapat menguraikan zat aktif dan mempengaruhi kecepatan disolusi.
  • 22.
    B. Tekanan Kompresi Dilakukan dengan memberi tekanan cukup keras tapi tetap mudah hancur agar penuhi persyaratan.  Jika dikempa terlalu keras maka akan sulit dipenetrasi media (menurunkan jumlah pori-pori, sehingga cairan sulit masuk ke dalam media) akibatnya disolusi terganggu
  • 23.
     Gaya kompresiyang terlalu besar dapat meningkatkan suhu selama kompresi. Dengan meningkatnya suhu maka dapat mencairkan lubrikan lemak, karena pencairan ini maka lemak akan menyalut partikel zat aktif sehingga zat aktif sulit dibasahi  kecepatan disolusi makin kecil.
  • 24.
    C. Penyimpanan  Setelahdikempa dengan baik, harus terhindar dari suhu & kelembaban tinggi.  Untuk mempertahankan mutu, maka dilakukan penyimpanan dan pengemasan yang baik supaya disolusi tak berbeda jauh dari semula.
  • 25.
    FAKTOR YANG MEMPENGARUHIHASIL UJI DISOLUSI IN VITRO  Jika data kecepatan disolusi mempunyai arti maka diharapkan hasil dari uji disolusi secara berturutan selayaknya tetap, tidak berbeda jauh hasil uji disolusinya.  Reprodusibilitas : walau dimanufaktur beda, hasil tidak berbeda jauh.
  • 26.
    FAKTOR YANG MEMPENGARUHIHASIL UJI DISOLUSI 1. Eksentrisitas Alat Pengaduk  Eksentrisitas alat pengaduk berpengaruh pada hasil uji disolusi  Eksentrisitas alat pengaduk mengimbas dan mengubah kondisi hidrodinamik yang mempengaruhi disolusi tablet. Pengaduk harus dipelihara dan digunakan hati-hati sekali.  Maksimum 2 mm, kelebihan yang sering terdeteksi 2-5 mm, dampak 4-8%, perbaiki dengan meluruskan tangkai.
  • 27.
    2. Vibrasi  Variabelyang umum masuk pada disolusi.  Mempengaruhi pola aliran media disolusi sehingga hasil disolusi antara tetesan berbeda  Berbagai penyebab antara lain alat disolusi tidak ditempatkan pada meja beton  Jauhkan yang menyebabkan getaran (kipas, AC, lemari asam, sentrifuga).  Maksimum 0,1 mills, kelebihan yang sering terdeteksi 0,2-0,9 mills, dampak 5-10%, perbaiki dengan menghilangkan sumber vibrasi.
  • 28.
    3. Ketidaksejajaran TangkaiPengaduk  Ketidaksejajaran tangkai pengaduk terhadap sumbu tabung disolusi dapat mempengaruhi aliran sehingga kecepatan disolusi berubah hingga 20%.  Maksimum 1,50 terhadap sumbu, kelebihan yang sering terdeteksi 2-70, dampak 2-25%, perbaiki dengan memulai pengujian saat dicapai kesejajaran
  • 29.
    4. Intensitas Pengadukan Kecepatan rotasi pengadukan dayung : 50-100 rpm (FI IV).  Kondisi pengadukan dapat secara nyata mempengaruhi kecepatan disolusi karena ketebalan lapisan difusi berbanding terbalik dengan kecepatan pengadukan.
  • 30.
     Rumus Winster-Taylor: K = a(N)b  N = kecepatan pengadukan  K = konstanta kecepatan disolusi  a dan b = konstanta difusi terkendali, b=1  Sewaktu disolusi, kecepatan rotasi harus dipantau teliti.
  • 31.
    5. Sifat MediaDisolusi  Komposisi sifat media disolusi mempengaruhi nyata pada disolusi zat aktif.  Faktor tsb adalah pH ( keberadaan elektrolit dan perubahan pH dapat mempengaruhi difusi karena ionisasinya), viskositas, serta gas terlarut (dikeluarkan).
  • 32.
    6. Gas/Udara Terlarut Semua cairan berada dalam keseimbangan dengan gas pada antar permukaan gas-cairan.  Pada suhu dan tekanan tertentu suatu bagian gas terlarut dalam cairan.  Dalam proses disolusi hal ini mempengaruhi reprodusibilitas, di mana gas dapat mempengaruhi pH media.
  • 33.
     Air sulingyang mengandung udara pH 6, tanpa udara terlarut pH 7,2.  Dengan perubahan suhu, gas terlarut dibebaskan menjadi gelembung.  Gelembung mempengaruhi pola aliran dalam media sewaktu gelembung udara naik ke permukaan media.  Gelembung berkumpul pada permukaan partikel sehingga mengganggu proses desintegrasi dengan memperkecil luas permukaan yang kontak dengan media disolusi.  Gelembung udara mengganggu BJ massa tablet, kapsul, menyebabkan posisi sediaan tidak terkendali.
  • 34.
     Gelembung udaraberkumpul pada lubang basket, sehingga dapat menghambat lepasnya zat aktif dan selanjutnya menurunkan kec disolusi.  Semua gas terlarut harus dikeluarkan.  Vit C dapat dioksidasi oleh gas terlarut sehingga mempengaruhi stabilitasnya.  Metode diaerasi : gas dikeluarkan dari media disolusi dengan cara dididihkan 1 hari sebelumnya.  Metode hampa udara : media disolusi ditarik oleh pipa vakum lalu disalurkan melalui penyemprot.
  • 35.
    7. pH  Kecepatandisolusi tablet dipengaruhi oleh pH dan komposisi media.  Dalam tiap uji disolusi, pH media harus diperiksa dengan pH-meter.  Adanya kehadiran sesepora ion tidak dikenal akan mempengaruhi kecepatan disolusi.
  • 36.
    8. Viskositas  Kecepatandisolusi menurun dengan naiknya viskositas  D = µKT  µ = 1/ 6 πηr ηr  D = KT/ 6πηr  µ = mobilitas  K = Konstanta Boltzman
  • 37.
    9. Suhu  Dipantaudengan termometer  FI IV menetapkan bahwa suhu media disolusi 37oC±0,5oC  Karena kelarutan zat aktif tergantung suhu, suhu dikendalikan selama proses disolusi sehingga konstan  Persamaan Stokes menerangkan ketergantungan suhu dari molekul terlarut dengan koefisien difusi
  • 38.
    10. Gangguan padaPola Aliran  Konsistensi pola aliran adalah kunci keberulangan dan kehandalan data kecepatan disolusi.  Dipengaruhi oleh geometri dan kesejajaran pengaduk, vibrasi, kecepatan rotasi.
  • 39.
    11. Posisi PengambilanContoh  Cuplikan harus diambil kira-kira pada pertengahan jarak antara dasar wadah dan permukaan media, tak kurang dari 1 cm pada permukaan wadah.  Tujuan : agar hasil cuplikan tetap, dengan demikian hasil uji disolusi repsodusibel.
  • 40.
    12. Posisi BentukSediaan  Lihat FI IV untuk alat I dan II 13. Kesalahan Mendeteksi  Ada 2 variabel yang menyebabkan kesalahan dalam analisis disolusi, yaitu kegagalan dalam menggunakan baku standar dan vibrasi eksternal.  Eksipien jangan sampai mempengaruhi analisis. Metode analisis harus divalidasi
  • 41.
    14. Kalibrasi AlatDisolusi dan Analitik  Uji disolusi adalah prosedur analisis untuk menetapkan sifat fisik suatu senyawa.  Diharapkan tiap prosedur analisis berulang untuk senyawa yang sama.  Alat yang telah dikalibrasi dilakukan uji kesesuaian alat di FI IV.
  • 42.
     Digunakan tabletkalibrasi : jenis tablet desintegrasi (Tablet USP Asam salisilat RS) dan tablet non desintegrasi (Tablet USP Prednison RS).  Cara Kalibrasi : Tablet Non Desintegrasi Metode I (Basket) 50 rpm 30’  13%-20% 100 rpm 30’  48%-82%
  • 43.
     Metode II(Dayung) 50 rpm 30’ 17-30% 100 rpm 30’  51-77% Tablet Desintegrasi :  Metode I (basket) 50 rpm 30’  21% – 49% 100 rpm 30’  49% - 81%
  • 44.
     Metode II(dayung) 50 rpm 30’  51%-77% 100 rpm 30’  68%-85%  Jika hasil seperti hasil di atas maka alat disolusi tsb baik.  Alat uji disolusi harus dikalibrasi tiap dipindahkan tempatnya atau pada perubahan daya lingkungan berarti
  • 45.
    ALAT UJI DISOLUSI 1.Metode 1 : Basket  Volume wadah 1000 mL  Ukuran lubang ayakan basket 40 mesh  Jarak dasar wadah ke basket 2,5 cm± 2 mm 2. Metode 2 (Paddle/dayung)  Jarak paddle atau dayung 2,5 cm± 2 mm dari dasar wadah.
  • 46.
    PEMILIHAN METODE  Sudahtercantum dalam monografi sediaan tablet/kapsul FI IV.  Jika dalam FI belum ada metode sediaan yang dibuat, dapat dengan metode 1 atau 2 tergantung dari : 1. Jika yang diuji adalah kapsul maka dapat digunakan basket. 2. Jika yang diuji adalah granul maka dapat digunakan basket. 3. Jika tablet  dayung
  • 47.
     Metode basketbanyak kekurangannya antara lain : 1. Granul dapat menyumbat lubang basket dan akan mengganggu uji disolusi. 2. Tablet/kapsul tidak dapat diamati selama proses pengujian. 3. Gelembung udara yang terperangkap dalam basket dapat mengakibatkan kelainan pada hasil kecepatan disolusi.
  • 48.
    PENETAPAN KESIMPULAN HASIL DISOLUSI Untuk mendapatkan hasil disolusi yang meyakinkan maka pengujian disolusi untuk 1 batch minimal dilakukan 6 seri.  Tiap kali pengujian digunakan 1 tablet/ kapsul  Jika 6 tablet pertama telah memenuhi persyaratan, maka uji disolusi dianggap cukup.
  • 49.
     Jika kelompokyang pertama gagal tetapi hasil rata-rata kelompok 1 dan 2 memenuhi persyaratan, maka uji disolusi dianggap cukup.  Jika kelompok 1 & 2 gagal, maka dilakukan uji kelompok 3 sebanyak 12 tablet (2x6) dan dihitung rata-rata 1,2 dan 3. Tahap Jumlah tablet yang diuji Kriteria yang diterima S1 6 Tiap tablet tidak kurang dari Q+5%. S2 6 Rata2 dari 12 tablet (S1 & S2) adalah sama dengan atau > dari Q, & tidak ada 1 tablet yang <Q- 15%. S3 12 (2x6) Rata2 dari 24 tablet (S1,S2 & S3) sama dengan atau > Q, tidak lebih dari 2 tablet<Q-15% & tidak satu tabletpun yang < Q-25%.