SlideShare a Scribd company logo
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah suatu zat yang dimaksud untuk manusia untuk
mengurangi rasa sakit, menghambat, atau mencegah penyakit yang
menyerangnya. Obat yang diberikan pada pasien tersebut harus melalui
banyak proses di dalam tubuh. Dan bahan obat yang diberikan tersebut,
dengan cara apapun juga harus memiliki daya larut dalam air untuk
kemanjuran terapeutiknya.
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap
ke dalam tubuh.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus
memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-
senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan
absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan
respon terapeutik yang minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari
senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan lebih banyak
turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti
mikronisasi obat atau kompleksasi.
Dalam bidang farmasi, laju disolusi sangat diperlukan karena
menyangkut tentang tentang waktu yang dibutuhkan untuk penglepasan obat
dalam bentuk sediaan dan diabsorbsi dalam tubuh. Jadi, semakin cepat
disolusinya maka makin cepat pula obat atau sediaan memberikan efek
kepada tubuh.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat
2. Menggunakan alat penentu kecepatan disolusi suatu zat
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
3. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu
zat.
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting
artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.
Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi
padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan
dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang
diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi
sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam
saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung
dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan
berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya
suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985).
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran
cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya.
Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami
disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami
pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan
disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari
bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin, 1993).
Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya
suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu. Persamaan
kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai berikut (Ansel, 1993):
dM.dt-1
: Kecepatan disolusi
D : Koefisien difusi
Cs : Kelarutan zat padat
C : Konsentrasi zat dalam larutan pada waktu
h : Tebal lapisan difusi
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu (Martin,
1993):
1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat
yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat.
Menurut Einstein,koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan
berikut (Martin, 1993):
D : koefisien difusi
r : jari-jari molekul
k : konstanta Boltzman
ή : viskositas pelarut
T : suhu
2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi
suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga
menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3. pH pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang
bersifat asam atau basa lemah.
Untuk asam lemah:
Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.
Untuk basa lemah:
Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat.
Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h).
jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat
berkurang.
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif
menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.
Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan
yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut
daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.
7. Sifat Permukaan Zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat
hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan
permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat
mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya bertambah.
Ada 2 metode penentuan kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993):
1. Metode Suspensi
Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan
terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu
tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.
2. Metode Permukaan Konstan
Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya
sehingga variable perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan.
Umumnya zat diubah menjadi tablet terlebih dahulu, kemudian
ditentukan seperti pada metode suspensi.
Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Dirjen
POM, 1995) :
1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan yang inert, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor
dan keranjang yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air
pada suhu 370
C.
2. Alat yang digunakan adalah dayung yang terdiri dari daun dan batang
sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikel
wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.
2.2 Uraian Bahan
1. Air suling ( Ditjen POM, 1979 )
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. Parasetamol ( Ditjen POM, 1979 )
Nama Resmi : ASETAMINOPHENUM
Nama lain : Parasetamol, asetaminofen
RM/BM : C8H9NO2 / 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa
pahit
Rumus struktur : OH
NHCOCH3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel.
2.3 Prosedur Kerja
a. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
 Isilah bejana dengan 900 ml
 Pasang thermostat pada suhu 300
C
 Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 300
C, masukkan 2
g asam salisilat dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
 Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25 dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan
sampel, segera digantikan dengan 20 ml air.
 Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan cara
titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indocator
fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap
waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian
larutan dengan air suling
 Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 400
C dan suhu 50 0
C
 Tabelkan hasil yang diperoleh
 Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh dengan
waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)
b. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
 Isilah bejana dengan 900 ml
 Pasang thermostat pada suhu 300
C
 Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 300
C, masukkan 2
gram paracetamol dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50
rpm
 Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan
sampel, segera gantikan dengan 5 ml air.
 Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan cara
titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indicator
fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap
waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian
larutan dengan air suling
 Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 100 dan 150 rpm
 Tabelkan hasil yang diperoleh
 Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh dengan
waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
c. Penentuan parameter disolusi tablet parasetamol (prosedur lengkap lihat
farmakope indonesia IV)
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat uji disolusi, timbangan, gelas
ukur, spoit 5 ml, buret 50 ml, gelas kimia 50 ml, gelas ukur 25 ml, botol 500
ml, botol 100 ml, Vial, Spektrofotometer, kuvet, botol semprot.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu air steril, aluminium foil,
aquadest, etiket, kuvet disposible, serbuk paracetamol, larutan NaOH 0,1
3.3Cara Kerja
a. Pembuatan kurva baku
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang serbuk paracetamol 10 mg
3. Dilarutkan dalam 250 ml air steril
4. Dipipet 5 ml lalu dimasukkan ke kuvet dan diukur menggunakan
spektrofotometri pada ppm 2, 4, 6, 8, dan 10
5. Dicatat absorbannya dan dibuat dalam tablet
b. Pengukuran absorban paracetamol
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan alat uji disolusi dan dimasukkan 900 ml air steril pada
medium dan diuji dengan metode dayung
3. Dimasukkan tablet paracetamol ke dalam medium
4. Dilakukan pengadukan dengan kecepatan 50 rpm, tiap 5 menit dipipet
5 ml absorban menggunakan spoit 5 ml. Bersamaan dengan diambil 5
ml dimasukkan lagi 5 ml air steril ke dalam medium hingga menit ke
30
5. Dipindahkan absorban ke dalam masing-masing vial dan ditutup
dengan aluminium foil
6. Diukur nilai absorban paracetamol menggunakan spektrofotometri
7. Dicatat hasilnya dan dibuat dalam tabel
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Pembuatan Kurva baku
Konsentrasi (ppm) absorban
12 0,2
17 0,28
24 0,41
36 0,57
48 0,76
a = 0,021
b = 0,015
r = 0,998
b. Data serapan Tablet parasetamol 500 mg
Waktu (menit) Suhu 250
C Suhu 370
C
0 0,016 0,025
5 0,097 0,413
10 0,191 0,250
15 0,268 0,371
20 0,358 0,498
25 0,430 0,958
30 0,494 1,078
c. Konsentrasi tablet parasetamol yang terdisolusi
Waktu (menit)
Konsentrasi (ppm)
Suhu 250
C Suhu 370
C
0 0,333 0,266
5 5,066 26,133
10 11,333 15,266
15 16,446 23,333
20 22,466 31,8
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
25 27,266 61,933
30 31,533 70,466
Perhitungan :
Rumus : y = a + b𝝌
𝝌 =
𝒚−𝒂
𝒃
Suhu 250
C.
1. Menit 0’ :
0,016−0,021
0,015
= 0,333
2. Menit 5’ :
0,097−0,021
0,015
= 5,066
3. Menit 10’ :
0,191−0,021
0,015
= 11,333
4. Menit 15’ :
0,268−0,021
0,015
= 16,466
5. Menit 20’ :
0,358−0,021
0,015
= 22,466
6. Menit 25’ :
0,430−0,021
0,015
= 27,266
7. Menit 30’ :
0,494−0,021
0,015
= 31,533
Suhu 370
C.
1. Menit 0’ :
0,025−0,021
0,015
= 0,266
2. Menit 5’ :
0,413−0,021
0,015
= 26,133
3. Menit 10’ :
0,250−0,021
0,015
= 15,266
4. Menit 15’ :
0,371−0,021
0,015
= 23,333
5. Menit 20’ :
0,498−0,021
0,015
= 31,8
6. Menit 25’ :
0,950−0,021
0,015
= 61,933
7. Menit 30’ :
1,078−0,021
0,015
= 70,466
d. Perhitungan jumlah obat terkoreksi
Waktu
(menit)
Konsentrasi
(mg)
Faktor
Koreksi
Jumlah Obat
Terkoreksi (mg + fk)
0 0,299 0 0,299
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
5 4,559 0,0016 4,5606
10 10,199 0,0269 10,2259
15 14,819 0,0835 14,49025
20 20,219 0,1650 20,3848
25 24,539 0,2781 24,8171
30 29,379 0,4144 28,7934
Perhitungan :
Fk =
𝑽.𝒚𝒂𝒏𝒈𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍
𝑽.𝑴𝒆𝒅𝒊𝒖𝒎
𝒙𝒌𝒐𝒏𝒔. +𝑭𝒌. 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂
Volume yang diambil = 5 mL
Volume medium = 900
1.
5
900
𝑥 0,299 + 0 = 0,0016
2.
5
900
𝑥 4,559 + 0,0016 = 0,0269
3.
5
900
𝑥 10,199 + 0,0269 = 0,0835
4.
5
900
𝑥 14,819 + 0,0835 = 0,1658
5.
5
900
𝑥 20,219 + 0,1658 = 0,2781
6.
5
900
𝑥 24,539 + 0,2781 = 0,4144
mg + fk
1. 0 + 0,0299 = 0,299
2. 0,0016 + 4,559 = 5,5606
3. 0,0269 + 10,199 = 10,2259
4. 0,0835 + 14,819 = 15,654
5. 0,1658 + 20,219 = 20,3848
6. 0,2781 + 24,539 = 24,8171
7. 0,4144 + 28,379 = 28,7934
e. Perhitungan Efisiensi Disolusi (%ED)
Waktu
(menit)
Luas bidang A Luas A + B
E%ED30
(luas bidang A/luas
A+B) x 100%
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
0 0,747
492,881 x
30 menit
=14786,43
%ED =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔𝐴
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝐴+𝐵
𝑥 100%
=
450,919
14786,43
𝑥 100%
= 3,0495 %
5 12,149
10 36,96
15 64,69
20 90,09
25 113,004
30 134,026
1. Luas bidang A0
5 =
0,299+4,5606
2
𝑥(5 − 0) = 12,14
2. Luas bidang A 5
10 =
4,5606+ 10,2259
2
𝑥(10 − 5) = 36,96
3. Luas bidang A10
15 =
10,2259 +15,654
2
𝑥 (15 − 10) = 64,69
4. Luas bidang A15
20 =
15,654+20,3848
2
𝑥(20 − 15) = 90,09
5. Luas bidang A20
25 =
20,3848+24,8171
2
𝑥(25 − 20) = 113,004
6. Luas bidang A25
30 =
24,8171+28,7934
2
𝑥(30 − 25) = 134,0
4.2 Pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses hancurnya obat (tablet) dan
terlepasnya zat-zat aktif dari tablet ketika dimasukkan ke dalam saluran
pencernaan dan terjadi kontak dengan cairan tubuh.
Pada percobaan kali ini dilakukan uji laju disolusi terhadap tablet
gliseril guaiakolat. Tujuan dilakukannya uji laju disolusi yaitu untuk
mengetahui seberapa cepat kelarutan suatu tablet ketika kontak dengan
cairan tubuh, sehingga dapat diketahui seberapa cepat keefektifan obat yang
diberikan tersebut.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu penentuan bentuk-bentuk sediaan
yang akan dibuat sesuai dengan sifat zat aktif sehingga dicapai kecepatan
pelarutan dalam cairan tubu sehingga dicapai kecepatan pelarutan dalam
cairan tubuh sehingga cepat diabsorbsi dan cepat memberikan efek
farmakologinya
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
Secara umum mekanisme disolusi suatu sediaan dalam bentuk tablet
yaitu tablet yang ditelan akan masuk ke dalam lambung dan di dalam
lambung akan dipecah, mengalami disintegrasi menjadi granul-granul yang
kecil yang terdiri dari zat-zat aktif dan zat-zat tambahan yang lain. Granul
selanjutnya dipecah menjadi serbuk dan zat-zat aktifnya akan larut dalam
cairan lambung atau usus, tergantung di mana tablet tersebut harus bekerja.
Percobaan ini dilakukan untuk menetukan laju disolusi suatu obat
(paracetamol). Aadapun mekanisme dari amoxicilin pada pemberian secara
oral (psoses absorbsi di dalam tubuh) yaitu amoxicilin dimasukkan ke dalam
saluran cerna dalam bentuk padatan, amaka sebagian zat tersbut akan
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan granul-granul ini akan
dipecah menjadi partikel-partikel halus (disebut degranulasi). Kemudian
disolusi dalam cairan tubuh, kemudian diabsorbsi ke dalam darah atau
cairan tubuh lainnya dan diikat ole reseptor setela itu baru memberikan efek
terhadap tubuh.
Pada percobaan ini akan ditentukan tetapan disolusi dari tablet
paracetamol 500 mg dalam media air suling, dimana besarnya tetapan
tersebut menunjukkan cepat lambatnya disolusi atau kelarutan dari tablet
paracetamol tersebut. Di sini digunakan air suling sebagai media disolusi
karena air merupakan cairan penyususn utama dalam tubuh manusia, jadi
diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh. Selain itu juga karena
paracetamol kelarutannya dalam air sangat baik.
waktu larutandiambil, harus diusahakan pada bagian yang sama dari
cairan, yaitu tepat di samping keranjang sampel, sebab pada bagian tersebut
zat aktif langsung keluar dari keranjang dan dapat dipipet dengan tepat.
Pemipetan yang dilakukan pada tempat yang berbeda dapat mengakibatkan
perbedaan kadar zat aktif yang sangat besar. Dilakukan tiga kali agar hasil
yang diperoleh dapat dibandingkan.
Pemipetan dilakukan pada waktu yang berbeda-beda untuk melihat
kapan paracetamol akan terdisolusi dengan optimal pada media pelarut. Dari
hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa mula-mula paracetamol akan
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
terdisolusi dengan lambat dan lama kelamaan akan bertambah cepat. Setelah
terdisolusi sempurna zat aktif akan diabsorbsi, dimetabolisme, dan
kemudian akan memberikan efek terapi jika obat berada dalam tubuh.
Hasil yang diperoleh pada percobaan untuk data kurva baku pada ppm
12 absorbannya 0,2;ppm 17 absorbannya 0,28; ppm 24 absorbannya
0,41;ppm 36 absorbannya 0,57 dan untuk ppm 48 absorbannya 0,76.
Konstanta laju disolusi paracetamol yaitu 7,9 x 10-3
mg/menit. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin banyak waktu yang dibutuhkan oleh
suatu obat untuk berdisolusi maka semakin tinggi pula konsentrasi (Kadar)
zat tersebut dalam cairan (media pelarut).
Adapun Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil
yang diperoleh dalam percobaan kali ini antara lain :
o Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.
o Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa
ml.
o Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel
menggunakan pipet volume.
o Terdapat kontaminasi pada larutan sampel.
o Suhu yang dipakai tidak tepat.
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil laju disolusi obat
paracetamol sebesar 7,9 x 10 3

mg/menit.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan praktikum dan
hati-hati dalam menggunakan alat laboratorium agar tidak terjadi kesalahan
yang tidak diinginkan.
DISOLUSI
AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH
15020140081
DAFTAR PUSTAKA
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta
Ansel. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta
Ditjen POM, (1995), “ Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 90, 96, 412, 675.
Martin, Alfred, 1993. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press: Jakarta

More Related Content

Similar to Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx

Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
Abulkhair Abdullah
 
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani ganiLaporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani ganiLaporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
ilmanafia13
 
4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral
risti eyen
 
Kelarutan
KelarutanKelarutan
Kelarutan
AuliaNurtafani
 
BENTUK SEDIAAN ORAL.pptx
BENTUK SEDIAAN ORAL.pptxBENTUK SEDIAAN ORAL.pptx
BENTUK SEDIAAN ORAL.pptx
youstiana rusita
 
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hariLaporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hari
Ajeng Putri
 
Pengaruh ph
Pengaruh phPengaruh ph
Pengaruh ph
feby ramdani
 
Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarah
dini riza
 
Sifat-Sifat Molekul Obat dan Eksipien
Sifat-Sifat Molekul Obat dan EksipienSifat-Sifat Molekul Obat dan Eksipien
Sifat-Sifat Molekul Obat dan Eksipien
KhaerulUmam54
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
SOLUTIO (Larutan).pptx
SOLUTIO (Larutan).pptxSOLUTIO (Larutan).pptx
SOLUTIO (Larutan).pptx
anjarPribadi2
 
Preformulasi 2020
Preformulasi 2020Preformulasi 2020
Preformulasi 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Novi Fachrunnisa
 
Review Materi Transpor materi dan energi
Review Materi Transpor materi dan energiReview Materi Transpor materi dan energi
Review Materi Transpor materi dan energi
emahalas123
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
UIN Alauddin Makassar
 
Farmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenikaFarmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenika
Truly Anggraini
 
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Malikul Mulki
 
Visko adit
Visko aditVisko adit
Visko adit
Adityaa Pratamaa
 

Similar to Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx (20)

Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani ganiLaporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
 
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani ganiLaporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral4. biofarmasi sediaan oral
4. biofarmasi sediaan oral
 
Kelarutan
KelarutanKelarutan
Kelarutan
 
BENTUK SEDIAAN ORAL.pptx
BENTUK SEDIAAN ORAL.pptxBENTUK SEDIAAN ORAL.pptx
BENTUK SEDIAAN ORAL.pptx
 
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hariLaporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan  sehari-hari
Laporan kimia sifat koligatif larutan di kegiatan sehari-hari
 
Pengaruh ph
Pengaruh phPengaruh ph
Pengaruh ph
 
Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarah
 
Sifat-Sifat Molekul Obat dan Eksipien
Sifat-Sifat Molekul Obat dan EksipienSifat-Sifat Molekul Obat dan Eksipien
Sifat-Sifat Molekul Obat dan Eksipien
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
SOLUTIO (Larutan).pptx
SOLUTIO (Larutan).pptxSOLUTIO (Larutan).pptx
SOLUTIO (Larutan).pptx
 
Preformulasi 2020
Preformulasi 2020Preformulasi 2020
Preformulasi 2020
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
 
Review Materi Transpor materi dan energi
Review Materi Transpor materi dan energiReview Materi Transpor materi dan energi
Review Materi Transpor materi dan energi
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Farmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenikaFarmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenika
 
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
Laporan estimasi water potensial(LIMITED EDITION)
 
Visko adit
Visko aditVisko adit
Visko adit
 

Recently uploaded

Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
sucibrooks86
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Fathan Emran
 
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Habibatut Tijani
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
BAHTIARMUHAMAD
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
WAYANDARSANA1
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
NurHasyim22
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
dhenisarlini86
 
RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...
RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...
RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...
Kanaidi ken
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
vivi211570
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
andimagfirahwati1
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
SafaAgrita1
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docxRaport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
MuhammadAminullah32
 

Recently uploaded (20)

Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
 
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...
RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...
RENCANA + Link2 Materi BimTek _"Ketentuan TERBARU_PTK 007 Rev-5 Tahun 2023 & ...
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docxRaport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
Raport sekolah dasar Kelulusan 2024.docx
 

Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx

  • 1. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah suatu zat yang dimaksud untuk manusia untuk mengurangi rasa sakit, menghambat, atau mencegah penyakit yang menyerangnya. Obat yang diberikan pada pasien tersebut harus melalui banyak proses di dalam tubuh. Dan bahan obat yang diberikan tersebut, dengan cara apapun juga harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa- senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti mikronisasi obat atau kompleksasi. Dalam bidang farmasi, laju disolusi sangat diperlukan karena menyangkut tentang tentang waktu yang dibutuhkan untuk penglepasan obat dalam bentuk sediaan dan diabsorbsi dalam tubuh. Jadi, semakin cepat disolusinya maka makin cepat pula obat atau sediaan memberikan efek kepada tubuh. 1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini yaitu: 1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat 2. Menggunakan alat penentu kecepatan disolusi suatu zat
  • 2. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 3. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat.
  • 3. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985). Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985). Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin, 1993). Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu. Persamaan kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai berikut (Ansel, 1993): dM.dt-1 : Kecepatan disolusi D : Koefisien difusi Cs : Kelarutan zat padat C : Konsentrasi zat dalam larutan pada waktu h : Tebal lapisan difusi
  • 4. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993): 1. Suhu Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat. Menurut Einstein,koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut (Martin, 1993): D : koefisien difusi r : jari-jari molekul k : konstanta Boltzman ή : viskositas pelarut T : suhu 2. Viskositas Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi. 3. pH pelarut pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam atau basa lemah. Untuk asam lemah: Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat. Untuk basa lemah: Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat. 4. Pengadukan Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.
  • 5. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 5. Ukuran Partikel Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat. 6. Polimorfisme Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar. 7. Sifat Permukaan Zat Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya bertambah. Ada 2 metode penentuan kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993): 1. Metode Suspensi Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai. 2. Metode Permukaan Konstan Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga variable perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. Umumnya zat diubah menjadi tablet terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti pada metode suspensi. Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Dirjen POM, 1995) : 1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan yang inert, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air pada suhu 370 C. 2. Alat yang digunakan adalah dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga
  • 6. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikel wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. 2.2 Uraian Bahan 1. Air suling ( Ditjen POM, 1979 ) Nama Resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : Air suling RM/BM : H2O / 18,02 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut. 2. Parasetamol ( Ditjen POM, 1979 ) Nama Resmi : ASETAMINOPHENUM Nama lain : Parasetamol, asetaminofen RM/BM : C8H9NO2 / 151,16 Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit Rumus struktur : OH NHCOCH3 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya Kegunaan : Sebagai sampel. 2.3 Prosedur Kerja a. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat  Isilah bejana dengan 900 ml  Pasang thermostat pada suhu 300 C  Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 300 C, masukkan 2 g asam salisilat dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm
  • 7. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081  Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel, segera digantikan dengan 20 ml air.  Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan cara titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indocator fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan dengan air suling  Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 400 C dan suhu 50 0 C  Tabelkan hasil yang diperoleh  Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh dengan waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik) b. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat  Isilah bejana dengan 900 ml  Pasang thermostat pada suhu 300 C  Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 300 C, masukkan 2 gram paracetamol dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm  Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel, segera gantikan dengan 5 ml air.  Tentukan kadar paracetamol terlarut dari setiap sampel dengan cara titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indicator fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan dengan air suling  Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 100 dan 150 rpm  Tabelkan hasil yang diperoleh  Buat kurva antara konsentrasi paracetamol yang diperoleh dengan waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)
  • 8. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 c. Penentuan parameter disolusi tablet parasetamol (prosedur lengkap lihat farmakope indonesia IV)
  • 9. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 BAB 3 METODE KERJA 3.1 Alat Adapun alat yang digunakan yaitu alat uji disolusi, timbangan, gelas ukur, spoit 5 ml, buret 50 ml, gelas kimia 50 ml, gelas ukur 25 ml, botol 500 ml, botol 100 ml, Vial, Spektrofotometer, kuvet, botol semprot. 3.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan yaitu air steril, aluminium foil, aquadest, etiket, kuvet disposible, serbuk paracetamol, larutan NaOH 0,1 3.3Cara Kerja a. Pembuatan kurva baku 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang serbuk paracetamol 10 mg 3. Dilarutkan dalam 250 ml air steril 4. Dipipet 5 ml lalu dimasukkan ke kuvet dan diukur menggunakan spektrofotometri pada ppm 2, 4, 6, 8, dan 10 5. Dicatat absorbannya dan dibuat dalam tablet b. Pengukuran absorban paracetamol 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Disiapkan alat uji disolusi dan dimasukkan 900 ml air steril pada medium dan diuji dengan metode dayung 3. Dimasukkan tablet paracetamol ke dalam medium 4. Dilakukan pengadukan dengan kecepatan 50 rpm, tiap 5 menit dipipet 5 ml absorban menggunakan spoit 5 ml. Bersamaan dengan diambil 5 ml dimasukkan lagi 5 ml air steril ke dalam medium hingga menit ke 30 5. Dipindahkan absorban ke dalam masing-masing vial dan ditutup dengan aluminium foil 6. Diukur nilai absorban paracetamol menggunakan spektrofotometri 7. Dicatat hasilnya dan dibuat dalam tabel
  • 10. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan a. Pembuatan Kurva baku Konsentrasi (ppm) absorban 12 0,2 17 0,28 24 0,41 36 0,57 48 0,76 a = 0,021 b = 0,015 r = 0,998 b. Data serapan Tablet parasetamol 500 mg Waktu (menit) Suhu 250 C Suhu 370 C 0 0,016 0,025 5 0,097 0,413 10 0,191 0,250 15 0,268 0,371 20 0,358 0,498 25 0,430 0,958 30 0,494 1,078 c. Konsentrasi tablet parasetamol yang terdisolusi Waktu (menit) Konsentrasi (ppm) Suhu 250 C Suhu 370 C 0 0,333 0,266 5 5,066 26,133 10 11,333 15,266 15 16,446 23,333 20 22,466 31,8
  • 11. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 25 27,266 61,933 30 31,533 70,466 Perhitungan : Rumus : y = a + b𝝌 𝝌 = 𝒚−𝒂 𝒃 Suhu 250 C. 1. Menit 0’ : 0,016−0,021 0,015 = 0,333 2. Menit 5’ : 0,097−0,021 0,015 = 5,066 3. Menit 10’ : 0,191−0,021 0,015 = 11,333 4. Menit 15’ : 0,268−0,021 0,015 = 16,466 5. Menit 20’ : 0,358−0,021 0,015 = 22,466 6. Menit 25’ : 0,430−0,021 0,015 = 27,266 7. Menit 30’ : 0,494−0,021 0,015 = 31,533 Suhu 370 C. 1. Menit 0’ : 0,025−0,021 0,015 = 0,266 2. Menit 5’ : 0,413−0,021 0,015 = 26,133 3. Menit 10’ : 0,250−0,021 0,015 = 15,266 4. Menit 15’ : 0,371−0,021 0,015 = 23,333 5. Menit 20’ : 0,498−0,021 0,015 = 31,8 6. Menit 25’ : 0,950−0,021 0,015 = 61,933 7. Menit 30’ : 1,078−0,021 0,015 = 70,466 d. Perhitungan jumlah obat terkoreksi Waktu (menit) Konsentrasi (mg) Faktor Koreksi Jumlah Obat Terkoreksi (mg + fk) 0 0,299 0 0,299
  • 12. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 5 4,559 0,0016 4,5606 10 10,199 0,0269 10,2259 15 14,819 0,0835 14,49025 20 20,219 0,1650 20,3848 25 24,539 0,2781 24,8171 30 29,379 0,4144 28,7934 Perhitungan : Fk = 𝑽.𝒚𝒂𝒏𝒈𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝑽.𝑴𝒆𝒅𝒊𝒖𝒎 𝒙𝒌𝒐𝒏𝒔. +𝑭𝒌. 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂 Volume yang diambil = 5 mL Volume medium = 900 1. 5 900 𝑥 0,299 + 0 = 0,0016 2. 5 900 𝑥 4,559 + 0,0016 = 0,0269 3. 5 900 𝑥 10,199 + 0,0269 = 0,0835 4. 5 900 𝑥 14,819 + 0,0835 = 0,1658 5. 5 900 𝑥 20,219 + 0,1658 = 0,2781 6. 5 900 𝑥 24,539 + 0,2781 = 0,4144 mg + fk 1. 0 + 0,0299 = 0,299 2. 0,0016 + 4,559 = 5,5606 3. 0,0269 + 10,199 = 10,2259 4. 0,0835 + 14,819 = 15,654 5. 0,1658 + 20,219 = 20,3848 6. 0,2781 + 24,539 = 24,8171 7. 0,4144 + 28,379 = 28,7934 e. Perhitungan Efisiensi Disolusi (%ED) Waktu (menit) Luas bidang A Luas A + B E%ED30 (luas bidang A/luas A+B) x 100%
  • 13. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 0 0,747 492,881 x 30 menit =14786,43 %ED = 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔𝐴 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝐴+𝐵 𝑥 100% = 450,919 14786,43 𝑥 100% = 3,0495 % 5 12,149 10 36,96 15 64,69 20 90,09 25 113,004 30 134,026 1. Luas bidang A0 5 = 0,299+4,5606 2 𝑥(5 − 0) = 12,14 2. Luas bidang A 5 10 = 4,5606+ 10,2259 2 𝑥(10 − 5) = 36,96 3. Luas bidang A10 15 = 10,2259 +15,654 2 𝑥 (15 − 10) = 64,69 4. Luas bidang A15 20 = 15,654+20,3848 2 𝑥(20 − 15) = 90,09 5. Luas bidang A20 25 = 20,3848+24,8171 2 𝑥(25 − 20) = 113,004 6. Luas bidang A25 30 = 24,8171+28,7934 2 𝑥(30 − 25) = 134,0 4.2 Pembahasan Disolusi obat adalah suatu proses hancurnya obat (tablet) dan terlepasnya zat-zat aktif dari tablet ketika dimasukkan ke dalam saluran pencernaan dan terjadi kontak dengan cairan tubuh. Pada percobaan kali ini dilakukan uji laju disolusi terhadap tablet gliseril guaiakolat. Tujuan dilakukannya uji laju disolusi yaitu untuk mengetahui seberapa cepat kelarutan suatu tablet ketika kontak dengan cairan tubuh, sehingga dapat diketahui seberapa cepat keefektifan obat yang diberikan tersebut. Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu penentuan bentuk-bentuk sediaan yang akan dibuat sesuai dengan sifat zat aktif sehingga dicapai kecepatan pelarutan dalam cairan tubu sehingga dicapai kecepatan pelarutan dalam cairan tubuh sehingga cepat diabsorbsi dan cepat memberikan efek farmakologinya
  • 14. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 Secara umum mekanisme disolusi suatu sediaan dalam bentuk tablet yaitu tablet yang ditelan akan masuk ke dalam lambung dan di dalam lambung akan dipecah, mengalami disintegrasi menjadi granul-granul yang kecil yang terdiri dari zat-zat aktif dan zat-zat tambahan yang lain. Granul selanjutnya dipecah menjadi serbuk dan zat-zat aktifnya akan larut dalam cairan lambung atau usus, tergantung di mana tablet tersebut harus bekerja. Percobaan ini dilakukan untuk menetukan laju disolusi suatu obat (paracetamol). Aadapun mekanisme dari amoxicilin pada pemberian secara oral (psoses absorbsi di dalam tubuh) yaitu amoxicilin dimasukkan ke dalam saluran cerna dalam bentuk padatan, amaka sebagian zat tersbut akan mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan granul-granul ini akan dipecah menjadi partikel-partikel halus (disebut degranulasi). Kemudian disolusi dalam cairan tubuh, kemudian diabsorbsi ke dalam darah atau cairan tubuh lainnya dan diikat ole reseptor setela itu baru memberikan efek terhadap tubuh. Pada percobaan ini akan ditentukan tetapan disolusi dari tablet paracetamol 500 mg dalam media air suling, dimana besarnya tetapan tersebut menunjukkan cepat lambatnya disolusi atau kelarutan dari tablet paracetamol tersebut. Di sini digunakan air suling sebagai media disolusi karena air merupakan cairan penyususn utama dalam tubuh manusia, jadi diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh. Selain itu juga karena paracetamol kelarutannya dalam air sangat baik. waktu larutandiambil, harus diusahakan pada bagian yang sama dari cairan, yaitu tepat di samping keranjang sampel, sebab pada bagian tersebut zat aktif langsung keluar dari keranjang dan dapat dipipet dengan tepat. Pemipetan yang dilakukan pada tempat yang berbeda dapat mengakibatkan perbedaan kadar zat aktif yang sangat besar. Dilakukan tiga kali agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan. Pemipetan dilakukan pada waktu yang berbeda-beda untuk melihat kapan paracetamol akan terdisolusi dengan optimal pada media pelarut. Dari hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa mula-mula paracetamol akan
  • 15. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 terdisolusi dengan lambat dan lama kelamaan akan bertambah cepat. Setelah terdisolusi sempurna zat aktif akan diabsorbsi, dimetabolisme, dan kemudian akan memberikan efek terapi jika obat berada dalam tubuh. Hasil yang diperoleh pada percobaan untuk data kurva baku pada ppm 12 absorbannya 0,2;ppm 17 absorbannya 0,28; ppm 24 absorbannya 0,41;ppm 36 absorbannya 0,57 dan untuk ppm 48 absorbannya 0,76. Konstanta laju disolusi paracetamol yaitu 7,9 x 10-3 mg/menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk berdisolusi maka semakin tinggi pula konsentrasi (Kadar) zat tersebut dalam cairan (media pelarut). Adapun Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang diperoleh dalam percobaan kali ini antara lain : o Suhu larutan disolusi yang tidak konstan. o Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml. o Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel menggunakan pipet volume. o Terdapat kontaminasi pada larutan sampel. o Suhu yang dipakai tidak tepat.
  • 16. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil laju disolusi obat paracetamol sebesar 7,9 x 10 3  mg/menit. 5.2 Saran Sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan praktikum dan hati-hati dalam menggunakan alat laboratorium agar tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.
  • 17. DISOLUSI AYU MELINDA ANDI MIFTAHUL JANNAH 15020140081 DAFTAR PUSTAKA Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta Ansel. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta Ditjen POM, (1995), “ Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 90, 96, 412, 675. Martin, Alfred, 1993. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press: Jakarta