Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
Modul tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan SAP berbasis akrual. Modul ini disusun berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual di Pemerintah Daerah
Governance is about the processes by which public policy decisions are made and implemented. ICT can become a catalyst to improve governance in towns and cities and help increase the levels of participation, efficiency and accountability in public urban policies, provided that the tools are appropriately used, accessible and affordable. This book examines how ICT enabled governance is applied to urban policy design and highlights case studies, tools, methodologies, all reflecting current challenges and potential for the use of ICT in governance processes in cities. See chapter: Dumb Phones, Smart Youth: Impact of ICT and Mobile Platforms on Youth Engagement in Local Governance
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
Modul tentang Pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan SAP berbasis akrual. Modul ini disusun berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Akrual di Pemerintah Daerah
Governance is about the processes by which public policy decisions are made and implemented. ICT can become a catalyst to improve governance in towns and cities and help increase the levels of participation, efficiency and accountability in public urban policies, provided that the tools are appropriately used, accessible and affordable. This book examines how ICT enabled governance is applied to urban policy design and highlights case studies, tools, methodologies, all reflecting current challenges and potential for the use of ICT in governance processes in cities. See chapter: Dumb Phones, Smart Youth: Impact of ICT and Mobile Platforms on Youth Engagement in Local Governance
The use of ICTs to facilitate engagement and active citizenship between young...Daniella Ben-Attar
This review considers how ICTs are being used to engage young people from developed and developing countries around issues of poverty and injustice. Drawing on 60 case studies, the document illustrates how ICTs are being used to create new opportunities for youth engagement programming, while exposing the challenges that need to be addressed if such programs are to succeed.
The ICT, Urban Governance and Youth report is the fourth report in the Global Youth-Led Development series. The report provides a conceptual framework which reflects the rapidly changing dynamics in three areas of urban development: the demographics of the fastest growing segment of urban populations, youth (ages 15 to 24); information and communications technology (ICT) and particularly mobile phones; and governance, particularly local governance in the developing world.
Concluding document of Capacity Building in Conflict Cities program (World Bank Institute, UN-HABITAT, Glocal Forum) initiated to buttress development efforts to help cities in crisis and to focus on one of the neediest and underserved populations: urban communities struggling to help youth and children in the aftermath of conflict and violence.
Manufacturing in China can be very challenging for both small and large companies. Getting your products made in China is seen as a way to cut costs and increase profits
Tugas Paper Akuntansi Sektor Publik "Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Sebagai Badan Layanan Umum Daerah."
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah
Tulisanku (arbi ghazali)
1. PROSES PENATAUSAHAAN KEUANGAN
A. Tujuan pelaporan keuangan
pelaporan yang mana penyajian laporan keuangan tersebut dimaksud untuk menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan,realisasi anggaran,laporan arus kas dan kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.secara spesifik tujuan
pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas suatu entitas pelaporan atas
sumber daya yang dikelolanya.
B.Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan
Menurut PP 71 Tahun 2010,prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan
sebagai ketentuan yang dipahami dan di taati oleh pembuat standar dalam penyusunan
standar Laporan keuangan. Penyelenggaran akuntansi dan pelaporan keuangan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah haruslah menerapkan delapan prinsip yang dijelaskan
dalam Perarturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 yaitu :
1. Basis Akuntansi;
2. Prinsip nilai historis;
3. Prinsip realisasi;
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
5. Prinsip periodisitas;
6. Prinsip konsistensi;
7. Prinsip pengungkapan lengkap; dan
8. Prinsip penyajian wajar
1. Basis Akuntansi
Dalam penyajian laporan keuangan untuk saat ini Pemerintah Daerah masih
berpedoman pada PP 24 tahun 2005 yang menggunakan basis CTA ( Cash Toward
Accrual ) dalam penyelenggaraan akuntansinya yang mana pendapatan diakui pada saat
kas diterima di rekening kas umum daerah dan begitu juga sebaliknya dengan belanja
dimana belanja diakui pada saat kas keluar dari rekening kas umum daerah,sedangkan
untuk PP 71 tahun 2010 yang berbasis Accrual diharapkan sudah dapat diterapkan oleh
Pemerintah Daerah sebagai entitas pelaporan pada tahun 2015,yang mana basis accrual
menjelaskan bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan
telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekeningkas Umum Daerah dan beban
2. diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah
terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah. Dalm hal
Anggaran disussun dan dilaksanakan basis kas,maka penyusunan LRA (Laporan Realisasi
Anggaran ) tetap berdasarkan basis kas yang berarti bahwa pendapatan dan penerimaan
pembiayaan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum daerah ; serta
belanja,transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari
rekening kas umum daerah.
2. Prinsip nilai historis
Aset di catat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan ( consideration ) untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan. Dan kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan
untuk akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dimasa yang akan datang dalam
kegiatan Pemerintah. Nilai Historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain
karena lebih obyektif dan dapat dapat diverifikasi.dalam hal tidak terdapat nilai
historis,dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
3. Prinsip realisasi
Bagi pemerintah,pendapatan basis kas yang tesedia yang telah diotorisasikan melalui
anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membayar utang
dan belanja dalam periode tersebut.mengingat LRA masih merupakan laporan yang
wajib disusun,maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui
anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.Prinsip layak temu biaya
pendapatan ( matching-cost againstrevenue principle )dalam akuntansi pemerintah tidak
mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
4. Prinsip substansi menggunguli bentuk formal
Informasi dimaksudkam untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain
yang seharusnya disajikan,maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi,bukan hanya aspek
formalitasnya.apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda
dengan aspek formalitasnya,maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam
Catatan atas Laporan Keuangan ( C aLK ).
5. Prinsip periodisitas
kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi
periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya
yang dimilkinya dapat ditentukan.periode utama yang digunakan adalah
tahunan.namun,periode bulanan ,triwulan,dan semesteran dapat dianjurkan.
3. 6. Prinsip konsistensi
Prinsip akuntansi yang sama diterapkan pasa kejadian yang serupa dari periode ke
periode oleh suatu entitas pelaporan ( prinsip konsistensi internal ).hal ini tidak berarti
bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi
yang lain.metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode
yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode
lama.Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
7. Prinsip pengungkapan lengkap
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna.informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat
ditempatkan pada lembar muka (On the face ) laporan keuangan atau Catatan atas
Laporan Keuangan ( CaLK ).
8. Prinsip penyajian wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran,Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih,Neraca,Laporan Operasional,Laporan Arus
Kas,Laporan Perubahan Equitas,dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam rangka penyajian wajar,faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun
laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu.ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta
tingkatnya dengan menggunakan perimbangan sehat dalam penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.namun demikian
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan,misalnya,pembentukan dana
cadangan tersembunyi,sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau
rendah.atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi,sehingga
laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.