Dokumen tersebut membahas sejarah Dinasti Ottoman/Turki Utsmaniyah, meliputi:
1. Nama dan asal usul dinasti ini dari Osman I
2. Perkembangan kekuasaan dari Anatolia hingga Eropa dan Timur Tengah
3. Sistem pemerintahan yang menggabungkan hukum keagamaan dan sekuler
1. TUGAS IV
Sejarah Peradaban Islam
Tentang
DINASTI OTTOMAN/TURKI UTSMANIYAH
DOSEN PENGAMPU :BALO SIREGAR M,Pd.I
Dibuat Oleh :
FITRA MAYOZA
PAI/1
STAI AL AZHAR PEKANBARU
3. 1.NAMA
Dalam bahasa Turki Utsmaniyah, kesultanan ini disebut Devlet-i ʿAliyye-yi
ʿOsmâniyye ( ّهيِناَمثُع ٔهّيِلَع ِتَل ْوَد),[6] yangs ecara harfiah berarti Daulat/Negara Agung
Utsmaniyah, atau juga disebut Osmanlı Devleti ( دولتى عثمانلى) yang berarti Daulat/Negara
Utmaniyah.[dn 6] Dalam bahasa Turki Modern, kesultanan ini dikenal dengan
sebutan Osmanlı Devleti atau Osmanlı İmparatorluğu atau Kekaisaran Utsmaniyah. Di
Indonesia, negara ini juga kerap disebut Ottoman yang diambil dari ejaan Barat. Di
sejumlah tulisan Barat, nama "Ottoman" dan "Turkey" dipakai bergantian. Dikotomi ini
secara resmi berakhir pada tahun 1920–23 ketika rezim Turki yang beribu kota di Ankara
memilih Turki sebagai satu-satunya nama resminya. Nama tersebut sudah digunakan
penduduk Eropa sejak zaman Seljuk. Para sejarawan sendiri menghindari untuk
menggunakan istilah "Turki" atau "bangsa Turki" untuk merujuk Kesultanan Utsmaniyah
karena sifat negara ini yang multi-etnis yang terdiri dari beragam suku bangsa.[13]
4. 2. SEJARAH
Pasca pembubaran Kesultanan Rum yang dipimpin dinasti Seljuq Turki, pendahulu Utsmaniyah, pada
tahun 1300-an, Anatolia terpecah menjadi beberapa negara merdeka (kebanyakan Turki) yang
disebut emirat Ghazi. Salah satu emirat Ghazi dipimpin oleh Osman I (1258[14] – 1326) dan namanya
menjadi asal usul nama Utsmaniyah. Osman I memperluas batas permukiman Turki sampai
pinggiran Kekaisaran Bizantium. Tidak jelas bagaimana Osman I berhasil menguasai wilayah
tetangganya karena belum banyak diketahui soal sejarah Anatolia abad pertengahan.[15]
Pada abad setelah kematian Osman I, kekuasaan Utsmaniyah mulai meluas
sampai Mediterania Timur dan Balkan. Putra Osman, Orhan, menaklukkan kota Bursa pada tahun
1324 dan menjadikannya ibu kota negara Utsmaniyah. Kejatuhan Bursa menandakan berakhirnya
kendali Bizantium atas Anatolia Barat Laut. Kota Thessaloniki direbut dari Republik Venesia pada
tahun 1387. Kemenangan Utsmaniyah di Kosovo tahun 1389 secara efektif mengawali kejatuhan
pemerintahan Serbia di wilayah itu dan membuka jalan untuk perluasan wilayah Utsmaniyah di Eropa.
A.KEBANGKITAN
(1299M-1453 M)
5. B.PERKEMBANGAN (1453 M- 1683 M)
Putra Murad II, Mehmed II, menata ulang negara dan militernya, lalu menaklukkan Konstantinopel pada tanggal
29 Mei 1453. Mehmed mengizinkan Gereja Ortodoks mempertahankan otonomi dan tanahnya dengan imbalan
mengakui pemerintahan Utsmaniyah.[18] Karena hubungan yang buruk antara negara-negara Eropa Barat dan
Kekaisaran Romawi Timur, banyak penduduk Ortodoks yang mengakui kekuasaan Utsmaniyah alih-alih
Venesia.[18]
Pada abad ke-15 dan 16, Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode ekspansi. Kesultanan ini berhasil makmur
di bawah kepemimpinan sejumlah Sultan yang tegas dan efektif. Ekonominya juga maju karena pemerintah
mengendalikan rute-rute perdagangan darat utama antara Eropa dan Asia.[19Sultan Selim I (1512–1520)
memperluas batas timur dan selatan Kesultanan Utsmaniyah secara dramatis dengan mengalahkan Shah
Ismail dari Persia Safawiyah dalam Pertempuran Chaldiran.[20] Selim I mendirikan pemerintahan Utsmaniyah di
Mesir dan mengerahkan angkatan lautnya ke Laut Merah. Setelah ekspansi tersebut, persaingan pun pecah
antara Kekaisaran Portugal dan Kesultanan Utsmaniyah yang sama-sama berusaha menjadi kekuatan besar di
kawasan itu.[21] Suleiman Agung (1520–1566) mencaplok Beograd tahun 1521, menguasai wilayah selatan dan
tengah Kerajaan Hongaria sebagai bagian dari Peperangan Utsmaniyah–Hongaria.[23][24][tak ada di rujukan] Setelah
memenangkan Pertempuran Mohács tahun 1526, ia mendirikan pemerintahan Turki di wilayah yang sekarang
disebut Hongaria (kecuali bagian baratnya) dan teritori Eropa Tengah lainnya. Ia kemudian mengepung
Wina tahun 1529, tetapi gagal.[25] Tahun 1532, ia melancarkan serangan lain ke Wina, namun dikalahkan
pada Pengepungan Güns.[26][27][28] Transylvania, Wallachia, dan Moldavia (sementara) menjadi kepangeranan
bawahan Kesultanan Utsmaniyah. Di sebelah timur, bangsa Turk Utsmaniyah merebut Baghdad dari Persia pada
tahun 1535, menguasai Mesopotamia, dan mendapatkan akses laut ke Teluk Persia.
6. • Pada periode ini, ekspansi Rusia membawa ancaman besar yang terus berkembang.[52] Karena itu,
Raja Charles XII dari Swedia diterima sebagai sekutu Kesultanan Utsmaniyah setelah pasukannya dikalahkan
Rusia pada Pertempuran Poltava tahun 1709 (bagian dari Perang Utara Besar 1700–1721.)[52] Charles XII
mendesak Sultan Utsmaniyah Ahmed III untuk menyatakan perang terhadap Rusia. Utsmaniyah berhasil
memenangkan Kampanye Sungai Pruth yang berlangsung pada 1710–1711.[53] Pasca Perang Austria-Turki
1716–1718, Perjanjian Passarowitz mencantumkan penyerahan wilayah Banat, Serbia, dan "Walachia Kecil"
(Oltenia) ke Austria. Perjanjian ini juga menyebutkan bahwa Kesultanan Utsmaniyah mengambil sikap
defensif dan tidak mungkin melakukan agresi lagi di Eropa.[54] Selim III (1789–1807) melakukan upaya
besar pertama dalam memodernisasi pasukannya, tetapi reformasi ini terhambat oleh
kepemimpinan yang religius dan korps Yanisari. Karena iri dengan hak-hak militer dan menolak
perubahan, Yanisari pun merintis pemberontakan. Semua upaya Selim membuat dirinya kehilangan
takhta dan nyawanya. Akan tetapi, pemberontakan ini berhasil diredam dengan spektakuler dan
kejam oleh penggantinya yang dinamis, Mahmud II. Ia menghapus korps Yanisari pada tahun 1826.
• Revolusi Serbia (1804–1815) menjadi awal era kebangkitan nasional di kawasan Balkan pada
masa Pertanyaan Timur. Suzeraintas Serbia sebagai monarki herediter dengan dinastinya sendiri
diakui secara de jure pada tahun 1830.[61][62] Pada 1821, bangsa Yunani menyatakan
perang terhadap Sultan. Pemberontakan yang pecah di Moldavia sebagai bentuk pengalihan diikuti
oleh revolusi utama di Peloponnesos. Peloponnesos dan bagian utara Teluk Korintus menjadi
wilayah Kesultanan Utsmaniyah pertama yang merdeka, tepatnya pada tahun 1829. Pada
pertengahan abad ke-19, Kesultanan Utsmaniyah dijuluki "orang sakit" oleh bangsa Eropa. Negara-
negara suzerain (Kepangeranan Serbia, Wallachia, Moldavia, dan Montenegro) meraih
kemerdekaan de jure pada 1860-an dan 1870-an.
C.KEMANDEKAN DAN REFORMASI
(1683 M -1837 M)
7. D.MODERNISASI DAN KEMUNDURAN
(1828 M-1908 M)
Pada masa Tanzimat (1839–1876), serangkaian reformasi konstitusional pemerintah membuahkan
hasil, yaitu pasukan wajib militer modern, reformasi sistem perbankan, dekriminalisasi kaum
homoseksual, perubahan hukum agama menjadi hukum sekuler,[63] dan gilda yang memiliki pabrik
modern. Kementerian Pos Utsmaniyah dibentuk di Istanbul pada tanggal 23 Oktober 1840.[64][65]
Samuel Morse menerima paten telegraf pertamanya tahun 1847. Paten tersebut dikeluarkan oleh
Sultan Abdul Mejid I yang secara langsung menguji penemuan baru itu.[66] Setelah uji coba berhasil,
jalur kabel telegraf pertama di dunia (Istanbul-Adrianopel-Şumnu)[67] mulai dipasang pada 9 Agustus
1847.[Perang Rusia-Turki (1877–1878) berakhir dengan kemenangan mutlak bagi Rusia. Akibatnya,
wilayah Utsmaniyah di Eropa menyusut dengan cepat. Bulgaria didirikan sebagai kepangeranan
merdeka di dalam Kesultanan Utsmaniyah, Rumania mendapat kemerdekaan
penuh. Serbia dan Montenegro mendapat kemerdekaan penuh dengan wilayah yang lebih kecil. Pada
tahun 1878, Austria-Hongaria bersama-sama menduduki provinsi Bosnia-Herzegovina dan Novi
Pazar. Walaupun pemerintah Utsmaniyah menentang tindakan ini, pasukannya dikalahkan dalam
kurun tiga minggu. Seiring menyusutnya wilayah Kesultanan Utsmaniyah, banyak Muslim Balkan
pindah ke teritori Utsmaniyah yang tersisa di Balkan atau ke jantung kesultanan di Anatolia.[81] Per
1923, hanya Anatolia dan Trakia Timur yang dikuasai Muslim
8. E.KEKALAHAN DAN PEMBUBARAN
(1908 M-1922 M)
Era Konstitusional Kedua dimulai pasca Revolusi Turk Muda (3 Juli 1908) melalui pengumuman
sultan tentang penggunaan kembali konstitusi 1876 dan pembentukan kembali Parlemen
Utsmaniyah. Pengumuman ini menjadi awal pembubaran Kesultanan Utsmaniyah. Era ini
didominasi oleh politik Komite Persatuan dan Kemajuan serta gerakan yang kelak dikenal dengan
sebutan Turk Muda. Pemberontakan Arab yang dimulai tahun 1916 berbalik melawan Utsmaniyah
di front Timur Tengah. Utsmaniyah sempat unggul di Timur Tengah selama dua tahun pertama
perang. Gencatan Senjata Mudros yang ditandatangani pada 30 Oktober 1918 mengakhiri
peperangan di teater Timur Tengah, diikuti pendudukan Konstantinopel dan pemecahan
Kesultanan Utsmaniyah. Dengan Perjanjian Sèvres, pemecahan Kesultanan Utsmaniyah menjadi
resmi. Pada kuartal terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sekitar 7–9 juta pengungsi Muslim
Turki dari wilayah Kaukasus, Krimea, Balkan, dan pulau-pulau Mediterania pindah
ke Anatolia dan Trakia Timur.[92]
Pendudukan Konstantinopel dan İzmir melahirkan gerakan nasional Turki yang
memenangkan Perang Kemerdekaan Turki (1919–22) di bawah pimpinan Mustafa Kemal
Pasya (kemudian dikenal sebagai Kemal Atatürk). Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November
1922, dan sultan terakhirnya, Mehmed VI (berkuasa 1918–22), meninggalkan negara ini pada 17
November 1922. Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29
Oktober 1923. Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924.[
9. 3.PEMERINTAHAN
Sistem hukum Utsmaniyah mengakui hukum keagamaan atas rakyatnya. Pada saat yang
sama, Qanun (atau Kanun), sistem hukum sekuler, diterapkan bersamaan dengan hukum
keagamaan atau Syariah.[102] Kesultanan Utsmaniyah selalu disusun dengan
sistem yurisprudensi lokal. Urusan hukum di Kesultanan Utsmaniyah adalah bagian dari
skema yang lebih besar untuk menyeimbangkan kewenangan pusat dan
daerah.[103] Kekuasaan Utsmaniyah lebih berkutat pada urusan hak tanah, sehingga
pemerintah daerah diberi ruang untuk memenuhi kebutuhan millet setempat.[103] Rumitnya
yurisdiksi Kesultanan Utsmaniyah bertujuan mencetuskan integrasi budaya dan agama dari
kalangan yang berbeda.[103] Sistem Utsmaniyah memiliki tiga sistem pengadilan: satu untuk
Muslim, satu untuk non-Muslim yang melibatkan pejabat Yahudi dan Kristen yang
menguasai komunitas agamanya masing-masing, dan "pengadilan dagang". Keseluruhan
sistem ini diatur dari atas, yaitu Qanun, i.e. hukum, sistem yang dibuat
berdasarkan Yassa dan Töre Turk. Keduanya dikembangkan sebelum kemunculan Islam.
A.HUKUM
10. B.MILITER
Satuan militer pertama Kesultanan Utsmaniyah adalah angkatan darat yang dibentuk
oleh Osman I dari anggota suku di perbukitan Anatolia barat pada akhir abad ke-13. Sistem
militer pun berubah menjadi organisasi yang rumit seiring kemajuan kesultanan. Militer
Utsmaniyah merupakan sistem perekrutan dan pertahanan yang kompleks. Korps
utama Angkatan Darat Utsmaniyah meliputi Yanisari, Sipahi, Akıncı, dan Mehterân.
Angkatan Darat Utsmaniyah pernah menjadi salah satu pasukan tempur termaju di dunia
karena termasuk di antara pengguna pertama senapan lontak dan meriam. Pasukan Turk
Utsmaniyah mulai memanfaatkan falconet, meriam pendek namun lebar,
saat Pengepungan Konstantinopel. Kavaleri Utsmaniyah bergantung pada kecepatan dan
mobilitas tinggi alih-alih persenjataan berat. Mereka menggunakan busur dan panah
pendek dengan kuda cepat Turkoman dan Arab (pencetus kuda
balap Thoroughbred),[107][108] dan sering menerapkan taktik yang mirip dengan
taktik Kekaisaran Mongol, seperti berpura-pura mundur sambil mengurung musuh dengan
formasi bulan sabit lalu melancarkan serangan.
11. 4.EKONOMI
Pemerintahan Utsmaniyah menerapkan kebijakan pengembangan Bursa, Adrianopel, dan
Istanbul (semuanya adalah ibu kota Utsmaniyah) menjadi pusat perdagangan dan industri
besar karena para pedagang dan pengrajin memainkan peran besar dalam pembentukan
metropolis baru.[117] Sampai saat itu, Mehmed dan penggantinya, Bayezid, juga mendorong
dan menerima migrasi kaum Yahudi dari berbagai daerah di Eropa. Mereka menetap di
Istanbul dan kota-kota pelabuhan seperti Salonica. Di sejumlah tempat di Eropa, kaum
Yahudi ditindas oleh penduduk Kristen. Toleransi yang dimiliki bangsa Turk disambut
hangat oleh para imigran.
Dasar ekonomi Utsmaniyah sangat terkait dengan konsep dasar negara dan masyarakat
Timur Tengah. Tujuan utama negara waktu itu adalah memperkuat dan memperluas
kekuasaan pemimpin. Cara untuk meraihnya adalah mendapatkan sumber pendapatan
yang banyak dengan menyejahterakan kelas pekerja.[118] Tujuan utamanya adalah
meningkatkan pendapatan negara tanpa mengacaukan kemakmuran rakyatnya demi
mencegah kerusuhan dan melindungi tatanan masyarakat tradisional.
12. 5.DEMOGRAFI
Populasi Kesultanan Utsmaniyah diperkirakan berjumlah 11.692.480 jiwa pada 1520–1535. Angka ini
diperoleh dengan menghitung jumlah keluarga di catatan sumbangan Utsmaniyah, lalu dikali
5.[121] Atas alasan yang belum jelas, jumlah penduduk abad ke-18 lebih sedikit ketimbang abad ke-
16.[122] Perkiraan 7.230.660 jiwa untuk sensus pertama tahun 1831 dianggap terlalu sedikit karena
sensus ini bertujuan menghitung potensi wajib militer.[121]
Sensus di teritori Utsmaniyah baru dimulai pada awal abad ke-19. Hasil sensus dari tahun 1831
sampai seterusnya tersedia resmi, tetapi sensusnya tidak mencakup seluruh penduduk. Misal, sensus
1831 hanya menghitung pria dan tidak meliputi seluruh wilayah kesultanan.[45][121] Untuk periode-
periode sebelumnya, perkiraan ukuran dan persebaran penduduk didasarkan pada pola demografi
yang teramati.[123]
Jumlah penduduknya mulai naik hingga 25–32 juta jiwa pada 1800. 10 juta di antaranya di provinsi-
provinsi Eropa (kebanyakan di Balkan), 11 juta di provinsi Asiatik, dan 3 juta di provinsi Afrika.
Kepadatan penduduk tertinggi ada di provinsi Eropa, dua kali lipatnya Anatolia, tiga kali lipatnya Irak
dan Suriah, dan lima kali lipatnya Arabia.[124]
13. E.KELUARGA
Bahasa Turki Utsmaniyah adalah bahasa resmi kesultanan. Ini
adalah bahasa Turk yang sangat dipengaruhi bahasa Persia dan Arab.
Kesultanan Utsmaniyah memiliki beberapa bahasa berpenaruh: Turki,
dituturkan oleh mayoritas penduduk Anatolia dan mayoritas Muslim Balkan
selain di Albania dan Bosnia; Persia, hanya dituturkan warga
berpendidikan;[132] Arab, banyak dituturkan di Arabia, Afrika Utara, Irak,
Kuwait, Levant, dan sebagian Tanduk Afrika; dan Somali di seluruh Tanduk
Afrika. Dalam dua abad terakhir, pemakaian bahasa-bahasa tersebut
bersifat terbatas dan spesifik. Bahasa Persia, misalnya, cenderung
digunakan sebagai bahasa buku untuk warga
berpendidikan,[132] sedangkan bahasa Arab dipakai untuk ibadah.
A.BAHASA
14. B.AGAMA
Dalam sistem Kesultanan Utsmaniyah, walaupun ada kekuasaan hegemon
Muslim atas penduduk non-Muslim, komunitas non-Muslim mendapat
pengakuan dan perlindungan negara sesuai tradisi Islam.[135]
Sampai paruh kedua abad ke-15, penduduk kesultanan ini didominasi
penganut Kristen dan dipimpin minoritas Muslim.[103] Pada akhir abad ke-19,
populasi non-Muslim mulai berkurang drastis, bukan karena kehilangan
wilayah saja, tetapi juga perpindahan penduduk.[135] Persentase Muslim naik
menjadi 60% pada 1820-an, lalu perlahan naik ke 69% pada 1870-an, dan
76% pada 1890-an.[135] Per 1914, hanya 19,1% penduduk kesultanan yang
beragama non-Islam. Kebanyakan di antaranya adalah Kristen Yunani,
Assyria, Armenia, dan Yahudi.[135]
15. 6.BUDAYA
A.SASTRA
Dua aliran utama sastra tulis Utsmaniyah adalah syair dan prosa. Syair sejauh ini merupakan aliran
dominan. Sampai abad ke-19, prosa Utsmaniyah tidak mengandung fiksi. Tidak ada karya yang
sebanding dengan roman, cerita pendek, atau novel Eropa. Genre yang serupa memang ada, namun
dalam bentuk sastra rakyat Turki dan syair Divan.
Syair Divan adalah bentuk seni yang sangat diritualkan dan simbolis. Dari syair Persia yang
menginspirasinya, syair Divan mewarisi banyak simbol yang makna dan keterkaitannya—baik
persamaan ( نظير مراعاتmura'ât-i nazîr / تناسبtenâsüb) maupun perbedaannya ( تضادtezâd) dijelaskan
secara gamblang atau sederhana. Syair Divan disusun melalui pencampuran konstan beberapa
gambar di dalam kerangka kerja metrik yang ketat, sehingga muncul banyak kemungkinan makna.
Kebanyakan syair Divan berbentuk lirik, baik gazel (membentuk bagian terbesar dari repertoar tradisi
ini) maupun kasîdes. Ada pula genre-genre umum lainnya, salah satunya adalah mesnevî,
sejenis roman baris dan berbagai macam puisi narasi. Dua contoh mesnevî yang terkenal
adalah Leyli dan Majnun karya Fuzûlî dan Hüsn ü Aşk karya Şeyh Gâlib.
16. B.ARSITEKTUR
Arsitektur Utsmaniyah dipengaruhi oleh arsitektur Persia, Yunani Bizantium, dan Islam.
Pada masa kebangkitan, muncul periode arsitektur Utsmaniyah awal atau pertama dan
kesenian Utsmaniyah sedang dalam tahap pencarian ide-ide baru. Pada masa
perkembangan, muncul periode arsitektur klasik dan kesenian Utsmaniyah sedang jaya-
jayanya. Pada masa kemandekan, arsitektur Utsmaniyah menjauh dari gaya klasik.
Sepanjang Era Tulip, arsitektur Utsmaniyah dipengaruhi oleh gaya ornamen tinggi Eropa
Barat; Barok, Rococo, Empire, dan gaya-gaya lain saling bercampur. Konsep arsitektur
Utsmaniyah lebih berpusat pada masjid. Masjid adalah bagian tak terpisahkan dari
masyarakat, tata kota, dan kehidupan komunal. Selain masjid, contoh sempurna arsitektur
Utsmaniyah dapat ditemukan di dapur sup, sekolah teologi, rumah sakit, pemandian Turki,
dan pemakaman.
17. C.SENI DEKORASI
Tradisi miniatur Utsmaniyah yang dilukis untuk mengilustrasikan manuskrip atau dipakai pada album-
album khusus sangat dipengaruhi oleh kesenian Persia. Meski begitu, miniatur Utsmaniyah juga
melibatkan sejumlah elemen tradisi penerangan dan lukisan Bizantium.[butuh rujukan] Akademi pelukis
Yunani, Nakkashane-i-Rum, didirikan di Istana Topkapi pada abad ke-15. Pada awal abad
selanjutnya, akademi Persia bernama Nakkashane-i-Irani didirikan.
Penerangan Utsmaniyah mencakup seni lukis non-figur atau seni dekorasi gambar di buku atau
lembar muraqqa atau album, berbeda dengan gambar figur miniatur Utsmaniyah. Penerangan,
miniatur (taswir), kaligrafi (hat), kaligrafi Islam, penjilidan buku (cilt), dan pemarbelan kertas (ebru)
adalah bagian dari seni buku Utsmaniyah. Di Kesultanan Utsmaniyah, manuskrip terang dan
berilustrasi dibuat atas perintah sultan atau pejabat pemerintahan. Di Istana Topkapi, manuskrip-
manuskrip tersebut dibuat oleh para seniman yang bekerja di Nakkashane, pusat seniman miniatur
dan penerangan. Buku-buku keagamaan dan non-keagamaan dapat diterangi. Lembaran
album levha terdiri dari kaligrafi terang (hat) tughra, teks keagamaan, petikan syair atau peribahasa,
dan gambar dekorasi.
18. D.SENI PERTUNJUKAN
Musik klasik Utsmaniyah adalah bagian penting dari pendidikan kaum elit Utsmaniyah. Sejumlah
sultan Utsmaniyah adalah musisi dan komponis besar, seperti Selim III yang komposisinya masih
dimainkan sampai sekarang. Musik klasik Utsmaniyah sebagian besar berasal dari gabungan musik
Bizantium, musik Armenia, musik Arab, dan musik Persia. Dari komposisinya, musik Utsmaniyah
memanfaatkan satuan ritme bernama usul, agak mirip dengan meter di musik Barat, dan
satuan melodi bernama makam, mirip-mirip dengan mode musik Barat.
Instrumen yang dipakai adalah campuran instrumen Anatolia dan Asia Tengah
(saz, bağlama, kemence), instrumen Timur Tengah lainnya (ud, tanbur, kanun, ney), dan instrumen
Barat (biola dan piano). Instrumen Barat baru disertakan terakhir. Karena perbedaan geografis dan
budaya antara ibu kota dan daerah lainnya, dua gaya musik yang sangat berbeda pun muncul di
Kesultanan Utsmaniyah, yaitu musik klasik Utsmaniyah dan musik rakyat. Di provinsi-provinsinya,
berbagai macam musik rakyat terbentuk. Wilayah yang gaya musiknya paling dominan adalah:
Türküs Balkan-Trakia, Türküs Timur Laut (Laz), Türküs Aegea, Türküs Anatolia Tengah, Türküs
Anatolia Timur, dan Türküs Kaukasus. Beberapa gaya musiknya adalah: musik Yanisari, musik
Roma, tari perut, dan musik rakyat Turki.
19. E.MASAKAN
Masakan Utsmaniyah mengacu pada masakan ibu kota Istanbul dan ibu kota regional,
tempat percampuran budaya menghasilkan maskaan bersama yang dinikmati seluruh
penduduk. Masakan yang beragam ini disiapkan di dapur Istana Kesultanan oleh koki yang
dibawa dari berbagai daerah kesultanan untuk menciptakan dan bereksperimen dengan
bermacam bahan.
Hasil racikan dapur Istana Utsmaniyah disaring ke masyarakat, misalnya
ketika Ramadan atau proses masak di Yalı para Pasya resepnya menyebar sendiri dari
sana ke masyarakat. Hari ini, masakan Utsmaniyah masih ada di Turki, Balkan, dan Timur
Tengah. Ini adalah "warisan bersama berupa sesuatu yang dulunya merupakan gaya hidup
Utsmaniyah, dan masakan-masakan mereka adalah bukti kuat fakta ini".[155]
Biasanya masakan hebat manapun di dunia tercipta dari variasi lokal dan pertukaran dan
pengayaan bersama yang terjadi di dalamnya, namun pada saat yang sama
terhomogenisasi dan terharmonisasi oleh tradisi perbaikan citarasa metropolitan