16. Sultan Mehmed II atau juga dikenal Sultan Muhammad Al Fatih (30
Maret 1432 – 3 Mei 1481), beliau adalah Sultan yang memerintah di
Dinasti Turki Utsmani.
Sosok Sultan Muhammad Al Fatih dilahirkan di Edirin adalah
pusat kota pemerintahan Dinasti Turki Utsmani. Ayahnya adalah
Sultan Murad II, pemimpin Turki Utsmaniyah. Ibunya adalah
Hüma Hatun, istri keempat dari Sultan Murad II. Muhammad Al
Fatih adalah anak ketiga dari ayahnya dan ia menghabiskan
masa kecilnya di Edirne.
Adapun Sultan Muhammad Al Fatih adalah putra
dari Sultan Murad II beliau hidup di masa setelahnya Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan perang Salib) 1137 -1193 M.
17.
18. Selain itu, Sultan Muhammad Al Fatih sudah
diangkat menjadi sultan ketika usianya baru
menginjak 12 Tahun.
Mendapat julukan Al Fatih (sang penakluk) karena
telah berhasil menaklukkan Konstantinopel dan
dilakukan pada saat usianya masih 21 Tahun.
Tak hanya itu, Sultan Muhammad Al Fatih
mempunyai kepakaran dalam bidang
ketentaraan, sains, matematika
& menguasai 6 bahasa.
19. Sultan Muhammad Al Fatih ini pun telah
diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam
sabdanya:
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke
tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik-baik
pemimpin dan pasukan yang berada di
bawah komandonya adalah sebaik-baik
pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-
Musnad 4/335].
20.
21. Muhammad Al Fatih mendapatkan pendidikan terbaik yang
tersedia di Turki Utsmaniyah. Pada usia dini ia
mempelajari bahasa arab, persia, latin, yunani dan italia.
Sesuai tradisi, pada usia 11 tahun Muhammad Al Fatih
dikirim ke kota Manisa untuk menjabat sebagai gubernur
untuk mencari pengalaman memerintah.
Tidak lama kemudian pada tahun 1444, ayahnya
berhasil berdamai dengan musuhnya di Eropa. Karena
ingin pensiun, Murad II melepas tahtanya dan
mengangkat Muhammad Al Fatih sebagai Sultan dengan
usianya yang baru 12 tahun.
22. Naik Tahta Pertama Kalinya
Muhammad Al Fatih diangkat menjadi Sultan karena kedua kakaknya telah
meninggal. Tidak lama setelah naik tahta, perjanjian perdamaian yang dibuat
ayah Muhammad Al Fatih dilanggar oleh musuh-musuh Turki Utsmaniyah. Raja
Hungaria, Paus, Kekaisaran Bizantium (dikenal juga sebagai Romawi Timur),
dan Venesia melihat kenaikan tahta Muhammad Al Fatih yang baru berumur 12
tahun sebagai kesempatan untuk mengorganisir Perang Salib.
Muhammad Al Fatih hanya memerintah selama dua tahun. Ini disebabkan
pada 1446 permohonan dari banyak tokoh-tokoh politik dan militer
mendorong Murad II untuk kembali ke tahta memimpin Turki Utsmaniyah.
Selama waktu ini, Mehmed kembali memerintah di Manisa dan melanjutkan
studinya. Selain itu Muhammad Al Fatih mendapat pengalaman
pertempuran pertamanya dalam pertempuran Kosovo melawan pasukan
Hungaria pada Oktober 1448.
23. Naik Tahta Kedua Kalinya
Pada tahun 1451, Sultan Murad II meninggal. Untuk kedua kalinya, Muhammad Al Fatih, yang
kali ini sudah berumur 19 tahun, naik tahta menjadi Sultan Turki Utsmaniyah. Bertekad
membuktikan dirinya di mata tokoh-tokoh senior dan masyarakat Turki Utsmaniyah,
Muhammad Al Fatih ingin mewujudkan tujuan utamanya, yaitu penaklukan Konstantinopel, ibu
kota Bizantium (Romawi Timur). Dia segera mempersiapkan bangsanya untuk pertempuran
yang akan datang.
Muhammad Al Fatih mempersiapkan diri secara diplomatik dan militer untuk merebut
Konstantinopel. Ia menandatangani perjanjian damai yang menguntungkan Venesia dan
Hungaria untuk tetap bersikap netral ketika ia menyerang Konstantinopel. Sepanjang tahun
1452, Muhammad Al Fatih menghabiskan waktunya membangun benteng-benteng untuk
mengendalikan Laut Bosporus yang mengelilingi kota Konstantinopel.
Selain itu, Muhammad Al Fatih juga mulai membangun armada sebesar 31 kapal perang galai
serta puluhan kapal-kapal lainnya, dan menciptakan meriam baru dengan kaliber yang besar.
Untuk ini, ia memanfaatkan bantuan dari ahli senjata Hungaria bernama Urban untuk
menciptakan meriam dengan ukuran yang melampaui meriam-meriam di Eropa.
24.
25.
26. Pertama, Konstantinopel yang sekarang namanya Istanbul
usianya udah beratus-ratusan tahun. Konstantinopel ini
didirikan pada zaman Romawi dari tahun 330. Selain posisinya
yang strategis, Konstantinopel adalah pusat dari agama Kristen
Ortodoks, sehingga punya kepentingan secara simbolis juga.
Kedua, Konstantinopel ini susah ditembus oleh musuh. Ada banyak
faktor yang menyebabkan hal ini, salah satunya adalah kompleks
dinding Theodosia. Sederhananya, dibalik dinding dan dinding
terus menerus.. Belum lagi ada Bizantium ini punya senjata
rahasia yang disebut ‘api yunani’, yaitu pelontar api yang
apinya susah dipadamkan pake air. Iya, mereka
punya flamethrower dari dulu.
27.
28.
29.
30. Sebelum Sultan Muhammad Al Fatih, udah banyak orang-
orang yang mencoba menaklukan Konstantinopel.
Bahkan ayah sang Sultan pun pernah mencoba
menaklukan Konstantinopel dan gagal. Dalam sejarah,
Konstantinopel pernah berhasil ditaklukkan satu kali
oleh pasukan tentara salib di Perang Salib ke-4. Tentu
serangan-serangan ini berdampak bagi Konstantinopel
yang sudah jatuh dari masa kejayaannya. Populasinya
berkurang karena wabah penyakit dan serangan terus-
menerus, tetapi ini tidak berarti Konstantinopel mudah
ditaklukkan.
31. Pengepungan Konstantinopel oleh Sultan
Muhammad Al Fatih
Pada 6 April 1453, Sultan Muhammad Al Fatih
mengumpulkan pasukan dengan jumlah besar yang
dikatakan mencakup setidaknya 100.000 tentara dan
muncul di depan tembok kota yang kuat dengan penuh
percaya diri. Dalam proses pengepungan Konstantinopel,
ia berkata:
Hai Konstantinopel! Antara saya menaklukan anda, atau
anda menaklukan saya!
32.
33.
34. Kota Konstantinopel dikepung melalui laut dan darat, Kaisar
Konstantin XI Palaiologos menolak ultimatum Muhammad Al Fatih
untuk menyerah. Konstantinopel dengan pasukan sebanyak 5000
hingga 7000 orang diserang oleh Turki Utsmaniyah. Meriam Turki
yang besar ditembakkan ke arah dinding, namun waktu interval
penggempuran meriam ini memberi kesempatan bagi pasukan
Konstantinopel untuk memperbaiki dindingnya.
Konstantinopel memiliki satu teluk bernama tanduk emas yang
diberikan rantai untuk mencegah kapal musuh menyerang
melaluinya. Sultan Muhammad Al Fatih mengakali rintangan ini
dengan memerintahkan kapal-kapal perangnya ditarik di darat
menggunakan kerbau dan mendorongnya kembali ke laut.
35.
36.
37.
38. Tindakan ini bisa dibilang menjadi titik balik dalam
pengepungan Konstantinopel. Pasukan Bizantium
perlu memindahkan tentara bagian tembok yang
menghadap ke laut, mengurangi jumlah pasukan
yang berjaga di tembok yang menghadap ke darat.
Akhirnya pada 29 Mei 1453, setelah 53 hari
pengepungan, bagian dinding Konstantinopel yang
hancur memberi celah untuk pasukan Turki
Utsmaniyah masuk. Kaisar Konstantin XI Palaiologos
meninggal bersama pasukannya ketika menyerbu
pasukan Turki Utsmaniyah yang masuk.
40. Penerus Roma
Sesuai tradisi ghazi, Sultan Muhammad Al Fatih mengizinkan
penjarahan Konstantinopel selama 3 hari. Setelah hari ketiga ia
masuk dan segera pergi ke Hagia Sophia, sebuah Gereja
Ortodoks dan mengubahnya menjadi Masjid. Setelah
menaklukan Konstantinopel, Mehmed II mendapatkan
julukannya sebagai ‘Al Fatih’ yang memiliki arti ‘Sang
Penakluk’. Tidak hanya itu, ia telah mengambil gelar ‘Kayser-i
Rum’ (Kaisar Romawi), menunjukkan niatnya untuk
melanjutkan Kekaisaran Romawi daripada menggantikannya.
41.
42.
43.
44. Sultan Muhammad Al Fatih juga mengumumkan
Konstantinopel sebagai ibu kota baru dari Turki
Utsmaniyah. Untuk memulihkan populasi kota, ia
memerintahkan untuk memindahkan orang-orang dari
daerah Anatolia dan Balkan ke ibu kota barunya,
terlepas dari etnis atau agama, dan dia memerintahkan
tentaranya yang bertempur dalam pengepungan untuk
memulihkan dan membangun kembali infrastruktur yang
rusak.
46. Melanjutkan Penaklukan
Setelah jatuhnya Konstantinopel, Sultan Muhammad Al Fatih mengkonsolidasi kekuasaannya di Turki
Utsmaniyah. Ia menggantikan pejabat-pejabat pemerintah dengan orang-orang yang ia percaya.
Pengadilan Kerajaan (Divan) diisi oleh orang yang setia kepadanya sehingga memberinya otoritas dan
kekuasaan yang lebih besar.
Dekade-dekade berikutnya, sang Sultan mengisi kegiatan di hidupnya dengan ekspansi wilayah dan
peperangan. Ia melakukan serangkaian kampanye militer di wilayah Balkan, Hungaria, Walachia,
Moldavia, Anatolia, pulau Rhodes, dan bahkan hingga Semenanjung Krimea dan Otranto di Italia
selatan.
Kekuatan militer dari Turki Utsmaniyah di bawah Sultan Muhammad Al Fatih hampir tidak terkalahkan.
Kekalahan besar pertamanya ada pada pengepungan Beograd di Serbia pada tahun 1456. Kekalahan
ini pun tidak menghalangi kemenangan Turki Utsmaniyah di Serbia yang akhirnya sukses pada tahun
1459.
Salah satu kampanye militernya yang paling terkenal adalah kampanyenya di Walachia, di mana ia
melawan pasukan Vlad Drakula yang namanya digunakan sebagai inspirasi tokoh vampir pada novel
horor Drakula. Kekejamannya yang luar biasa seperti memaku serban utusan Turki Utsmaniyah yang
menagih upeti ketika menolak melepaskan serban karena alasan tradisi.
47. Ketika tentara Vlad Drakula menyerang Sultan Muhammad Al Fatih pada
malam hari dan gagal, mereka melarikan diri. Sultan Muhammad Al
Fatih kemudian membawa pasukannya untuk menyerang ibu kota
Wallachia, Targoviste. Ketika mereka tiba, kota tersebut telah
ditinggalkan oleh penghuninya. Yang menyambut pasukan Turki
Utsmaniyah adalah jasad 23.844 orang Turki yang disula (teknik
penyiksaan dan hukuman mati dengan cara menusukkan sebuah batang
yang ujungnya runcing secara vertikal ke korban).
Dikatakan bahwa bahkan Sultan Muhammad Al Fatih tercengang ketika
melihat pemandangan tersebut. Pada akhirnya, Vlad Drakula meninggal
dalam pertempuran dan kepalanya dikirimkan ke Sultan Muhammad Al
Fatih. Wallachia berhasil disubjugasi dan membayar upeti kepada Turki
Utsmaniyah.
48. Akhir Hidup Muhammad Al Fatih
Melihat kampanye militer terakhirnya di Otranto di
Italia selatan (1480), Sultan Muhammad Al Fatih
menunjukkan bahwa ia bermaksud untuk
menyerang Italia dalam upaya untuk mendirikan
kerajaan Romawi baru. Namun pada musim semi
berikutnya, Sultan Muhammad Al Fatih yang baru
saja mau memulai kampanya militer baru di
Anatolia, meninggal 25 km dari Konstantinopel
pada tanggal 3 Mei 1481
49.
50. Sultan Muhammad Al Fatih meninggal pada usia 49 tahun dikarenakan
sakit asam urat yang dideritanya selama beberapa waktu. Walau begitu,
ada indikasi bahwa ia diracuni oleh anak sulung dan penggantinya,
Bayezid. Sultan Muhammad Al Fatih dimakamkan di Kompleks Masjid
Fatih. Berita wafatnya disambut oleh orang-orang Eropa. Menurut kabar
di Venezia, masyarakat terdengar mengatakan bahwa “Elang Agung
sudah meninggal,”
Selama Sultan Muhammad Al Fatih berkuasa, ia memberlakukan
perubahan administratif, reorganisasi kekuatan militer, proyek
konstruksi, dan penaklukan wilayah yang luas. Di sisi lain, ia juga
dikenal sebagai dermawan seniman dan penulis. Sejak kecil ia membaca
sastra Yunani dan Romawi klasik dan terus mengumpulkan dan membaca
manuskrip sepanjang hidupnya. Dia mendukung penyair, penulis, ulama,
dan mengundang para filsuf, astronom, serta pelukis dari seluruh Eropa
dan Timur Tengah ke istananya.
51. 11 Hal yang Patut Diteladani dari
Muhammad Al-Fatih
1. Menguasai Banyak Bahasa
Dalam bukunya Ali Muhammad Ash-Shalabi menulis, Sulṭān
Muhammad Al-Fātiḥ sedikitnya menguasai tiga bahasa Islam
dengan sangat baik yang biasanya dikuasai orang-orang
berpendidikan pad zaman itu, yakni bahasa Arab, Persia, dan
Turki.
Selain Ash-Shalabi, Ramzi Al-Munyawi dalam bukunya juga
menyebutkan, Sulṭān Muhammad Al-Fātiḥ menguasai Bahasa Yunani dan
6 bahasa lainnya ketika berusia 21 tahun
52.
53. 2. Mempelajari Banyak Ilmu
Ash-Shalabi menulis dalam bukunya bahwa sejak
kecil Muhammad Al-Fatih telah belajar Al-Qur’ān,
hadis, fikih, dan ilmu modern lainnya seperti ilmu
berhitung, ilmu falak, sejarah, serta pendidikan
kemiliteran, secara teori maupun praktis.
berbagai mata pelajaran, mulai dari matematika,
fisika, astronomi, seni perang praktis, militer, dan
ilmu-ilmu lainnya.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62. 3. Fleksibel, Inovatif dan Penuh Kejutan.
Al-Fatih memiliki mata pelajaran favorit, yakni
sejarah. Felix menulis, sejarah adalah salah satu
cabang ilmu yang sangat dikuasai oleh pemimpin besar
dunia Islam, seperti Rasulullāh SAW, Umar bin
Khaththab, Khalid bin Walid, dan para sahabat lainnya.
Dengan mempelajari ilmu sejarah itulah, menurut
Siauw, Sulṭān Muhammad Al-Fātiḥ kemudian tumbuh
menjadi seorang yang fleksibel, inovatif, dan penuh
dengan kejutan.
79. 4. Mengambil Pelajaran dari Sejarah Tokoh Lain
Al-Fatih tidak menjadikan sejarah sebagai masa lalu yang hanya
berfungsi sebagai nostalgia dan romantisme tanpa arah. Namun Al-
Fatih mengambil pelajaran dari sejarah sebagai perhitungan dan
perencanaan untuk menentukan keputusan di masa depan.
80. 5. Giat Beribadah
, Rasulullah pernah bersabda, ‘Akan dibebaskan
Konstantinopel, dan sebaik-baik pemimpin adalah
dia.’
102. 6. . Pekerja Keras
“Karena itu, tidak heran, beliau mendapatkan gelar "Al-
Fatih" atau "Sang Pembebas" ketika beliau baru berusia 21
tahun. Sebab prestasi memang tak mengenal umur,” tutur
Siauw.
“Hasil takkan pernah mengkhianati kerja keras, dan inilah
yang ada pada Sultan Mehmed, ia adalah kulminasi kerja
keras para pendahulu dan ulama yang istimewa.”
112. 7. Berani
Sulṭān Muhammad Al-Fātiḥ terjun sendiri ke medan laga saat perang.
Sang sultan tidak gentar berperang melawan musuh dengan
pedangnya sendiri.
Untuk menyemangati pasukannya, Al-Fatih berteriak dengan lantang,
“Wahai pasukan mujahidin, jadilah kalian tentara Allāh, dan
hendaklah ada dalam dada kalian semangat Islam yang membara.”
Kemudian dengan gagah berani ia memegang tameng dan menghunus
pedangnya serta segera memacu kudanya berlari ke depan dan tak
menoleh pada apa pun.
113. 8. Cerdas
Kecerdasan Al-Fatih ini terlihat jelas dari pemikirannya yang cemerlang
dalam upayanya membebaskan kota Konstantinopel. Al-Fatih
memindahkan kapal-kapal dari pangkalannya di Baskatasy ke Tanduk
Emas dengan cara menariknya melalui jalan darat yang ada di anatara
dua pelabuhan, sebagai usaha menjauhkan kapal-kapal itu dari Galata
karena khawatir mendapat serangan dari pasukan Genova.
114. 9. Pemimpin yang Adil
Dalam bukunya Ash-shalabi menulis, Al-Fātiḥ telah
berinteraksi dengan ahli kitab sesuai dengan syariat
Islam dan memberikan pada mereka hak-hak beragama.
“Dia tidak pernah melakukan perlakuan jahat pada
seorang pun dari kalangan Kristen,” terangnya.
Sebaliknya, Al-Fatih justru menghormati para pemimpin
agama lain dan berbuat baik kepada mereka. Slogan yang
pernah Al-Fatih katakan adalah, “Keadilan sebagai
pondasi kekuasaan.”
115.
116.
117. 10. Memiliki Keteguhan Hati dan Keyakinan
Al-Munyawi mengisahkan dalam bukunya, ketika Konstantin menolak untuk
menyerahkan kota Konstantinopel, Al-Fatih bersiteguh, “Baiklah! Tidak lama
lagi aku akan mempunyai singgasana di Konstantinopel atau aku akan
mempunyai kuburan di sana!”
118.
119. 11. Bersikap Tawakal
Dalam bukunya Siauw menulis, Syaikh Syamsuddin dan
Ahmad Al-Kurani sebagai guru Al-Fatih selalu
mengingatkan kepada muridnya bahwa tawakal atau
berserah kepada Allāh adalah modal utama seorang
pemimpin. Mereka mengajarkan, semua kemenangan
adalah datang dari Allah, bukan dari selain itu.
Di samping itu, Al-Fatih juga diajarkan untuk tidak
berbangga dan berpuas diri. Berbekal pengajaran dari
para gurunya itu, Al-Fatih kemudian menamkan sikap
tawadhu atau rendah hati atas semua pencapaian dan
mempelajari kekalahan sebagai pertanda kurangnya
ketaatan dan usaha.