SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
KEBIJAKAN PEMBARUAN PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
                   Dosen : Akhmad Sudrajat, M.Pd




                            Disusun Oleh:
                     Juju Juningsih (2011031072)
                                  2B
                         Pendidikan Ekonomi



        Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
                 UNIVERSITAS KUNINGAN
          Jalan Pramuka No.67 KuninganTelp/Fax 0232871982
IDENTITAS BUKU



Judul Buku     :   Kebijakan Pembaruan Pendidikan

Pengarang      :   Dr. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd.

Tahun Terbit   :   Juni 2011

Penerbit       :   PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

E-mail         :   rajapers@rajagrafindo.com

                   http://www.rajagrafindo.com
BAB I
                     Human Investment




                     Masalah Yang Perlu
                         Dibenahi
PENDIDIKAN
   DAN
PERADABAN

                     Tujuan dan Sasaran
                       Pengembangan




                     Kebijakan Pembaruan
Penjelasan
1. Humant Investment
      Nilai dan tujuan pendidikan hanya akan ada apabila pendidikan itu sendiri dapat menciptakan
sesuatu yang memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat masa kini dan masa mendatang. Jika
kebijakan pembaruan harus dibuat, menunjukan bahwa dalam prakti-praktik pembangunan pendidikan
selama ini dilaksanakan ada sesuatu yang salah atau kurang bermanfaat. Dengan kata lain kesalahan
atau kekurangan/kelebihan dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan di negeri ini harus ditemukan,
dianalisis, disintesis, kemudian dipraktikan kembali sampai menunjukan hasil yang lebih bermanfaat.
Berdasarkan amanat UU, pendidikan mempunyai posisi strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat
dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks ini
pendidikan harus dilihat sebagai human investment yang mempunyai perspektif multidimensional.
Pendidikan akan melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu menjadi kekuatan perekat yang menautkan
unit-unit sosial di dalam masyarakat. Dan satuan pendidikan harus berfungsi sebagai pusat penelitian
dan pembangunan yang menghasilkan produk-produk riset unggulan yang mendukung Knowledge-
Based Economy. Dengan demikian pendidikan yang integratif merupakan usaha seluruh komponen
masyarakat dan bangsa untuk menumbuh kebangkan kekuatan kolektif dengan meletakan landasan
sosial-budaya, ekonomi dan politik yang kokoh bagi terciptanya masyarakat sipil yang demokratis.

2. Masalah yang Perlu Dibenahi
     Adapun masalah yang perlu dibenahi yaitu belum adanya spesifikasi dan standardisasi tentang
peserta didik, kurikulum, ketenangan (kepala sekolah,guru, perpustakawan, laboran, tata usaha, dan
tenaga kependidikan lainnya), media dan sumber belajar, pembiayaan, dan model-model proses
pembelajaran, serta tata hubungan dengan masyarakat
Yang selanjutnya,perncanaan pendidikan masih bersifat terpusat dan belum konprehensif. Disebabkan karena
masih lemahnya pemahaman, apresiasi dan keterampilan dari aparat pemerintah dan masyarakat tentang
karakteristik kelembagaan pendidikan. Dan yang terakhir adalah walaupun pemerintah memberikan
keleluasaan penuh dalam manjemen pendidikan kepada setiap satuan pendidikan, namun belum disertai
dengan perangakt sistem dan aturan pelasanaan yang memadai.

3. Tujuan dan Sasaran Pengembangan
     Tujuan dan sasaran pengembangan pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk meningkatkan daya
tampung pada setiap jenjang satuan pendidikan, dengan memberikan kesempatan kepada semua penduduk
usia sekolah untuk memperoleh pendidikan dengan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat yang
pluralistik yang disertai dengan tanggung jawab dalam memberikan konsekuensi yang harus ditanggung
pemerintah dan masyarakat. Tujuan ini akan terus berkanjut sampai upaya dalam meningkatkan angka
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dengan disertai bekal kemampuan dasar yang lebih memadai
dan berbagai kemudahan baik bagi peserta didik, masyarakat dan sekolah.

4. Kebijakan Pembaruan
      Dalam kebijakan pembaruan, reformasi pendidikan telah dilakukan, dan regulasi atas perubahan
kebijakan pembangunan pendidikan nasional telah dimulai. Untuk itu, seluruh kebijakan yang terkait dengan
perubahan, atau pembaruan, penyempurnaan dan pengembangan program pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu, sesuai dengan
standar pendidikan yang telah ditetapkan. Pembaruan dalam manjemen pendidikan sesungguhnya tidak hanya
sekedar dalam arti etika rasional-empirikal. Pandangan demikian telah membawa perubahan besar pada pola
fikir manusia dan masyarakat modern, yang mendasarkan diri pada filsafat rasionalisme dan
empirisme, sehingga realitas yang dianggap nyata adalah empirik atau yang bisa dipikirkan secara rasional.
Diluar semua itu dipandang sebagai sesuatu yang tidak nyata. Sistem pendidikan yang selalu didasarkan pada
pradigma politik telah terbukti menghasilkan SDM yang hanya bersifat mekanis dan kurang kreatif. Karena itu
untuk membangun pendidikan, tidak ada alternatif lain kecuali melakukan pembaruan orientasi dan
pendekatan dalam manajemen pendidikan itu sendiri.
BAB 2
               Menganalisis
                                               Analisis Posisi
               Lingkungan
                                                Organisasi
                Organisasi




Mendiagnosis                        TEORI                         Mengidentifikasi
Permasalahan                     PEMBARUAN                       Sumber Perlawanan
 Organisasi                      PENDIDIKAN




           Menentukan Strategi                Penrapan dan Tindak
              Pembaruan                        Lanjut Pembaruan
Penjelasan
      Teori pembaruan,pembaruan pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
hidup dan penghidupan. Apa yang berbeda dalam setiap langkah dan prospek pembaruan yang akan
datang, akan semakin cepat dan mempengaruhi setiap again dari kehidupan, baik secara individu maupun
keolompok. Menurut Robbins dan Langton (2001) mengemukakan lima tatanan dalam melaksanakan
pembaruan, yaitu berkenaan dengan tatanan budaya, struktur, teknologi, setting fisik lingkungan, dan
manusia itu sendiri. Pembaruan dalam budaya ditekankan pada nilai dan tujuan-tujuan organisasi.
Pembaruan dalam struktur difokuskan dalam hubungan kewenangan, koordinasi dan redesain pekerjaan.
Pembaruan dalam teknologi ditekankan pada modifikasi bagaimana pekerjaan dapat di proses dan metode-
metode serta peralatan dapat digunakan. Pembaruan dalam setting fisik ditekankan pada area dan tata letak
lingkungan pekerjaan. Pembaruan pada orang atau manusia difokuskan pada kemampuan dan
keterampilan.Pembaruan organisasi pada dasarnya mempunyai dua sasaran mendasar yaitu menyesuaikan
organisasi dalam lingkungan dan mengubah perilaku anggota organisasi.
Langkah-langkah yang stratejik yang dilakukan dalam pembaruan,yaitu :
1. Menganalisis lingkungan organisasi, lingkungan eksternal organisasi akan berubah secara konstan
    tetapi faktor yang terpenting adalah besaran dan tingkat dari pembaruan itu. Salah satu fungsi
    pembaruan yaitu untuk mengatasi kekuatan dan pembaruan yang mereka bawa sehingga organisasi
    dapat beroperasi secara efektif. Untuk menganalisis lingkungan organisasi harus dipandang sebagai
    suatu sistem terbuka yang dapat menjadi sasran pengaruh dari luar. Salah satu cara untuk menganalisis
    lingkungan adalah dengan memperhatikan struktur dasar lingkungan organisasi yang
    bersangkutan.Salah atu metode menganalisis kondisi eksternal organisasi yang dianggap pesaing
    adalah benchmarking. Istilah ini sebetulnya diambil dari sebah patok yang berfungsi memberikan atau
    menentukan tinggi letak suatu daerah atau ketinggian permukaan air. Dalam konteks
    organisasii, istilah ini dipakai sebagai standar alat untuk mengukur posisi organisasi dengan organisasi
    lainnya.
Benchmarking telah menjadi alat yang penting dan populer bagi organisasi-organisasi yang menerapkan
   Total Quality Management (TQM),khususnya untuk menganlisis lingkungan. Benchmarking tidak hanya
   dipandang sebagai alat yang dapat meningkatkan kinerja organisasi, tetapi juga sebagai suatu komponen
   yang penting dalam usaha yang lebih luas untuk menghidupkan kembali profil kompetitif bangsa di dunia
   internasional.
2. Analisis posisi organisasi, sumber dat untuk menganalisis posisi organisasi ialah lingkungan
   organisasi, baik internal maupun eksternal. Metode yang digunakan biasanya analisis SWOT, yaitu
   Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportinities (kesempatan), dan Treats (ancaman).
   Analisis internal adalah kekuatan dan kelemahan, sedangkan analisis eksternal adalah kesempatan dan
   ancaman. Dengan anlisis SWOT pembaruan organisasi akan lebih memahami dan menanggapi faktor-
   faktor penting dari kinerja organisasi. Dengan analisis posisi, akan menghasilkan kedudukan dan tingkat
   kemampuan organisasi dalam menghadapi teknologi baru, kecenderungan kehidupan masyarakat, pesaing
   baru dan kecenderungan moralitas para personel organisasi.
3. Mendiagnosis permasalahan organisasi, pada umumnya hampir semua proses pembaruan sering dimulai
   secara teburu-buru.Awal langkah mendiagnosis tergantung pada siapa yang mengerjakan hasil diagnosis
   dan metode yang dipilih untuk meneliti masalah tersebut. Sasaran dari langkah ini adalah untuk
   mengidentifikasi dasar dan ruang lingkup masalah sebelum pengambilan tindakan. Para pembaru sering
   tidak sadar menemukan solusinya sebelum dirinya sendiri mendapat kejelasan posisinya. Berbagai teknik
   pengumpulan data untuk mendiagnosis pemasalhan perlu digunakan, misalnya : survei
   sikap, konferensi, wawncara informal, pertemuan kelompok. Hasil dari teknik ini, selanjutnya dianalisis
   dengan teknik Critical Success Factor Identification (CSF-Identifcation), yaitu analisis untuk mengetahui
   faktor-faktor penentu keberhasilan dalam melaksanakan setiap alternatif tindakan yang dipilih.
4. Mengidentifikasi sumber perlawanan, usaha pembaruan organisasi sering menimbulkan bernagai bentuk
   perlawanan,baik pro maupun kontra. Beberapa pembaru tidak memulai pembaruan yang diperlikan
   sebab mereka merasakan tidak mampu untuk melakukannya dengan berhasil.Kebanyakan para pembaru
   tidak mempergunakan kesempatan waktu berfikir apa yang menjadi penyebab orang melawan setiap
   pembaruan.Teori umum pembaruan menurut Kurt Lein (1951) ialah teori “medan-kekuatan” atau dikenal
   dengan Force-filed Theory. Bahwa dalan satu kondisi terdapatdua kekuatan yang berlawanan. Pada satu
   sisi terdapat kekuatan yang mendorong terjadinya pembaruan (driving force) dan disisi lain terdapat
   kekuatan penolakan yang mempertahankan status quo (restraining force).
Secara teoritis, perlawanan terhadap pembaruan dibagi kedalam perlawanan individu dan organisasi.
     Orang melawan pembaruan karena tiga alasan yaitu, kepentingan diri, keslah pahaman atau ketidak
     percayaan, dan penilaian yang berbeda. Kebanyakan organisasi berkeyakinan telah melakukan hal yang
     terbaik dan konsisten.
5.   Menentukan strategi pembaruan, pembaruan dapat dilakukan dengan mengubah kekuatan aspek tertentu
     yang paling krusial dan dapat berpengaruh pada aspek-aspek lainnya, Ada empat pilihan strategi yang
     saling berhubungan yaitu : teknologi, struktur, tugas dan orang-orang yang terkena dengan pembaruan.
     Pembaruan yang terjadi pada masing-masing pad umumnyamempengaruhi yang lainnya, dan kita harus
     memilih aspek mana yang akan dijadikan prioritas. Dalam konteks manajemen pendidikan, penggunaan
     teknoligi pada dasarnya ada dua cara untuk meningkatkan pelayanan, yaitu : tuntuan untuk meningkatkan
     pelayanan terhadap masyarakat atau efisiensi dengan menggunakan unit biaya. Penggunaan strategi
     struktur, berkaitan dengan tujuan untuk efisiensi dalam segala aspek kinerja organisasi, baik yang
     menyangkut tugas dan fungsi, reposisi individu, daya dukung dan kebutuhan sarana prasarana, atau
     anggaran pembiayaan program. Penggunaan strategi tugas, berkaitan dengan dimensi waktu kapan
     pekerjaan dapat diubah, apakah karena penggunaan teknologi baru atau reorganisasi struktur internal atau
     kaena perilaku pembaruan. Penggunaan pad strategi orang sering melalui metode pengembangan
     organisasi (organization development). Metode ini dipakai untuk mengubah pekerjaan anggota organsasi
     yang berhubungan dengan perilaku dan sikap yang mengarah pada individu, kelompok, atau organisasi
     secara keseluruhan.
6.   Penerapan dan tindak lanjut pembaruan, kemampuan utama untuk mendudkung penerapan pembaruan ini
     tergantung pada seberapa baik organisasi menguatkan perilaku yang telah dipelajaridan disiapkan selama
     dan setelah usaha pembaruan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
      pertama, memutuskan kapan mualinya prersiapan menentukan misis, memilih pembaruan tim dan
          alokasi sumber-sumber.
      kedua, melakukan riset terhadap operasi-operasi internal, dengan memfokuskan pada keefektifan
          proses yang sedang berjalan, mengidentifikasi permasalahan dan mengembangkan pertanyaan-
          pertanyaan awal yang kemungkinan dijawab oleh upaya-upaya pembaruan yang diinginkan, dan
          mengidentifikasi organisasi-organisasi yang terbaikdikelasnya yang layak dijadikan pembanding.
      Ketiga, ialah pengujian kembali. Bahwa setiap upaya pembaruan merupakan proses yang
          berkesinambungan.implementasi pembaruan tersebut harus direncanakan.
BAB 3
Sejarah dan Makna Teori       ModelProses
                                                   Implementasi Kebijakan
       Kebijakan          Menganalisis Kebijakan




    KEBIJAKAN
   PEMBARUAN
   PENDIDIKAN




 Analisis Kebijakan       Objek Studi Analisis     Metode Studi Kebijakan
    Pendidikan            Kebijakan Pendidikan          Pendidikan
Penjelasan
 a. Sejarah dan Makna Teori Kebijakan
         Secara maknawiyah kebijakan dapat ditelusuri dari literatur kebijakan tentang ketatanegaraan
yang menganggap bahwa ilmu kebijakan sering dianggap lebih dekat kepada Administrasi Negara
dibandingkan dengan ilmu politik.
        Secara konseptual, terminologi kebijakan dapat disebut sebagai serangkaian tindakan sebagai
suatu arahan untuk mencapai tujuan. Hal yang berkaitan dengan kebijakan dalam sebuah organisasi
merupakan komponen-komponen masukan yang perlu dimanfaatkan dalam usaha memperoleh setiap
produk atau keluaran. Setiap kebijakan akan mengandung sesuatu yang oleh orang banyak diberikan
makna yang prinsipil dan tidak merugikan orang banyak, karena setiap kebijakan selalu didasrkan atas
peraturan perundang-undangan.

b. Model Analisis Kebijakan
         Seperti yang dikemukakan Dunn bahwa model analisis kebijakan yaitu: model
deskriptif, normatif, verbal, simbolik, dan model prosedural.
Model deskripif adalah model yang dipakai untuk menjelaskan atau meramalkan sebab dan akibat
pilihan kebijakan dengan cara memonitor suatu kebijakan. Model normatif adalah menjelaskan dan
atau meramalkan serta memberi rekomendasi dalam mencapai suatu nilai, misalnya model cost benefit
atau rate of return. Model verbal adalah model yang direpresentasikan dalam bentuk verbal. Dalam
model verbal seorang analisis memakai judgement yang bersifat penalaran. Judgement ini
menghasilkan argumen kebijakan yang sedikit banyak persuasif. Model simbolik adalah model
penggunaan simbol matematik untuk melukiskan hubungan antara variabel kunci yang merupakan ciri
permasalahan.
c. Persoalan-Persoalan Implementasi Kebijakan
        Tolak ukur keberhasilan suatu kebijakan adalah pada tahap implementasi kebijakan.
 Implementasi kebijakan ini lebih bersifat praktis, termasuk di dalamnya mengeksekusi dan
 mengarahkan. Dengan demikian, implementasi kebijakan dapat sebut sebagai rangkaian kegiatan
 tindak lanjut setelah sebuah kebijakan ditetapkan, baik yang terdiri atas pengambilan
 keputusan, langkah-langkah yang stratejik, maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan
 suatu program atau kebijakan yang telah ditetapkan tersebut. Suatu kebijakan akan menemui banyak
 masalah pada tahap pengimplementasiannya, karena itu alternatif yang dipilih oleh pembuat
 kebijakan, harus dapat di implementasikan. Masalah tersebut sering diartikan secaa sederhana, padahal
 masalah oleh seseorang mungkin menguntungkan bagi orang lain. Sehubungan dengan sifat praktis dan
 terkandungnya tujuan dalam perumusan kebijakan, maka implementasi kebijakan berkenaan dengan
 kekuasaan, kepentingan dan strategi para pelakuu. Namun, ketika kegagalan kebijakan terjadi maka
 perlu dikaji apakah karena perumusan kebijakan tersebu memang buruk atau kesalahan dalam
 mengimplementasikannya.

d. Analisis Kebijakan Pendidikan
         Analisis kebijakan yang digunakan di ndonesia sepertinya lebih banyak menggunakan model
 analisis kebijakan politik-publik yang didasarkan pada asumsi politik. Sebagai contoh dalam penetapan
 kebijakan besarnya anggaran pendidikan. Para policy maker republik indonesia telah berani
 menetapkan 20% dari APBN dan APBD masing-masing untuk anggaran sektor pendidikan. Kebijakan
 tersebut lebih cenderung disebut kebijakan politis,karena sangat monumental sehubungan dengan
 tantangan republik dalam menghadapi suasana persaingan di era tanpa batas. Sebetulnya dari anggaran
 tersebut memiliki orientasi yang sangat jelas, yaitu kemandirian dalam dalam penyediaan SDM.
Namun, kebijakan politik ini tidak serta merta terwujud karena beberapa alasan, diantaranya sebagian
besar komponen dana dalam struktur APBN tidak dapat dialokasikan dan komitmen setengah hati dari
wakil-wakil rakyat sendiri,misalnya anggaran yang seharusnya untuk membiayai sektor-sektor
pembangunan yang krusial kurang mendapat persetujuan pihak DRPR, atau sekalipun mendapat
persetujuan tetapi anggarannya kurang memadai.

e.   Objek Studi Analisis Kebijakan Pendidikan
         Analisis kebijakan pendidikan dilakukan secara komprehensif, yang mencakup
rumusan, implementasi dan dampak kebijakan, tetapi fokusnya pada implementasi kebijakan. Proses
analisis sebetulnya harus beranjak dari kajian terhadap rumusan kebijakan apakah yang menjadi
boundary system. Analsis terhadap kondisi implementasi dari setiap rumusan kebijakan merujuk
gambaran ideal pelaksanaan kebijakan pada semua tingkatan pelaku kebijakan sebagaimana tertuang
dalam rumusan kebijakannya.

f.  Metodologi Studi Kebijakan Pendidikan
         Untuk menentukan piihan metodologi yang paling relevan dalam studi kebijakan, perlu
pemahaman tentang pandangan-pandangan terhadap tujuan kebijakan, yaitu: tujuan kebijakan dilihat
dari tingkatan masyarakat, tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, tujuan kebijakan dilihat dari
tingkatan ekonomi.
BAB 4


                     Konsep Otonomi dan Desetralisasi




  KEBIJAKAN        Desentralisasi Pembangunan Pendidikan
OTONOMI DAN
DEENTRALISASI




                  Efektivitas Pelaksanaan Otonomi Daerah
Penjelasan
a. Konsep Otonomi dan Desentralisasi
          Istilah desentralisasi dan otonomi sangat berkaitan,namun kedua istilah ini sangat berbeda.
   Tetapi secara praktis dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu negara keduanya tidak dapat
   dipisahkan. Sehingga manakala membahas desentralisasi, akan berkaitan dengan masalah
   otonomi. Atau masalah otonomi tidak mungkin dibhas tanpa melihat konteksnya dengan konsep
   desentralisasi. Desentralisasi sering dibahas dalam konteks diskusi tentang sistem
   penyelenggaraan pemerintahandan pembangunan. Hampir setiap negara di dunia dalam
   menjalankan sistem pemerintahannya menganut asas desentralisasi. Kitab-kitab yang membahas
   asas desentralisasi dan otonomi dalam pemerintahan telah banyak beredar di masyarakat dan pada
   umumnya memberikan wawasan yang beragam. Keragaman dalam memberikan pengertian
   tersebut tergantung pada bagaiman para penulis kitab tersebut memaknai batasan-batasan
   kekuasaan, kewenangan, dan tanggung jawab yang diberikan atau yang diterima oleh unit
   organisasai. Asas desentralisasi terdiri dari dua bentuk yaitu desentralisasi administrasi dan
   desentralisasi poliik. Desentralisasi administrasi adalah pelimpahan wewenang untuk
   melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada para pejabat pusat yang ditempatkan di tingkat
   lokal. Para pejabat tersebut bekerja dalam batas-batas rencana dan sumber pembiayaan yang
   sudah ditentukan oleh pejabat tingkat pusat, namun pejabat yang berada di tingkat lokal juga
   memiliki keleluasaan, kewenangan, dan tanggung jawab tertentu dalam kebijakan pemberian
   pelayanan di tingkat lokal. Sedangkan desentralisasi polotik yaitu pelimpahan wewenang
   pembuatan keputusan dan pengendaliantertentu terhadap sumber-sumber daya yang diberikan
   kepada badan-badan pemerintah regional atau lokal.
b. Desentralisasi Pembangunan Pendidikan
          Ada tiga persoalan mendasar yang patut diantisipasi dalam desentralisasi pembangunan
   pendidikan, yaitu: Apakah pemberian otonomi kepada daerah akan menjamin setiap warga negara
   memperoleh haknya dalam pendidikan ? Dan apakah dengan pemberian kewenangan
   menyelenggarakan pendidikan kepada daerah dapat menjamin peran serta masyarakat akan
   meningkat? Dan apakah penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan di daerah dapat mencapai
   hasil-hasil pendidikan yang bermutu?
   Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, dirujuk kepada kitab undang-undang tenang
   penyelenggaraan otonomi pemerintah daerah. Karakteristik yang melekat pada UU No. 32/2004
   telah membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional. Implikasi tersebut diantaranya
   bahwa setiap proses penyelenggaraan pendidikan harus pula berlandaskan bottom up
   approach, karena disamping pembangunan pendidikan nasional harus acceptable bagi
   masyarakatnya, juga harus accountable dalam melayani publik terhadap kebutuhan pendidikan.
   Dengan demikian, bahwa besar dan luasnya kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan akan
   tergantung kepada sistem politik dalam memberikan keleluasaan tersebut. Akan tetapi keleluasaan
   itu diberikan tidak dapat diartikan sebagai pemberian kebebasan mutlak tanpa mempertimbangakn
   kepentingan nasional, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara administrator pendidikan
   pada tingkat pusat dengan administrator pendidikan di tingkat kelembagaan suatu pendidikan.
   Desentralisasi pembangunan pendidikan berusaha untuk mengurangi campur tangan atau intervensi
   pejabat atu uni pusat terhadap persoalan-persoalan pembangunan pendidikanyang sepatutnya bisa
   diputuskan dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah, pemerintah daerah atau masyarakat.
   Sehingga diharapkan terjadinya pemberdayaan peran unit bibawah atau peran rakyat dan
   masyarakat daerah. Akan tetapi, walaupun begitu luasnya otonomi dalam pembangunanpendidikan
   diberikan kepada daerah, tetap harus konsisten dengan sistem konstitusi.
Bidang pembangunan pendidikan merupakan salah satubidang yang diserahkan dan wajib
   dilaksanakan oleh pemerintah daerah,namun perlu adanya ketegasan bidang-bidang garapan mana
   yang menjadi wewenang masing-masing tingkatan pemerintahan. Oleh karena itu, dapat
   ditafsirkan bahwa aspek-aspek pendidikan yang berkaitan dengan identitas dan integrasi bangsa
   memerlukan standardisasi nasional melalui komitmen politik.Sedangkan pembangunanpendidikan
   pada aspek-aspek spesifik dan model-model penyelenggaraan pendidikan menjadi wewenang
   masing-masing pemerintah daerah, sehingga keinginan, kebutuhan dan harapan semua pihak dapat
   terpenuhi. Artinya pencapaian warga negar yang bermutu dapat diprediksi mempunyai kapabilitas
   dan keunggulan kompetitif dalam percaturan global.

c. Efektivitas Pelaksanaan Otonomi Daerah
          Kriteria penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi adalah performance.
   Steers (1980) mengemukakan bahwa cara terbaik untuk meneliti efektivitas organisasi ialah dengan
   memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berkaitan, yaitu: paham mengenai
   optimalisasi tujuan, perspektif sistem, dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan
   organisasi. Efektivitas otonomi daerah yang ideal berkaitan dengan masalah kemandirian dalam
   mengurus rumah tangganya sendiri, karena itu efektivitas otonomi daerah memrlukan sejumlah
   indikator yangterkait dengan kemandirian. Beberapa indikator efektivitas otonomi yang
   meliputi, penyerahan urusan pemerintah, potensi daerah,sumber daya manusia, PADS dan
   pelayanan masyarakat.
BAB 5
  Tujuan Desentralisasi Manajemen
            Pendidikan



 Oroblem Manajemen Pendidikan di
            Daerah


                                             DESENTRALISASI
                                               MANAJEMEN
                                               PENDIDIKAN
Substansi Desentralisasi Manajemen
            Pendidikan




    Pemberdayaan dan Reposisi
       Manajemen Sekolah
Penjelasan
1. Tujuan Desentralisasi Manajemen Pendidikan
       Secara umum tujuan desentralisasi pendidikan manajemen di dalam kehidupan berorganisasi
       adalah untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan kepuasan kerja pegawai melalui
       pemecahan masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan daerah lokal. Dengan
       demikian, desentralisasi manajemen pendidikan adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah
       kepada daerah untuk membuat keputusan manajemen dan menyususun perencanaan sendiri
       dalam mengatasi masalah pendidikan, dengan mengacu kepada sistem pendidikan nasional.
       Dengan demikian, dalam praktik desentralisasi manajemen pendidikan dapat diterapkan di
       dalam beberapa tingkat dan struktur organisasi penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tngkat
       nasional sampai tingkat satuan pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan desentralisasi
       manajemen pendidikan sampai ketingkat lembaga satuan pendidikan berdasarkan jenjeng
       pendidikan yang selama ini kita anut, yakni meliputi jenjang pendidikan dasar, menengah, dan
       pendidikan tinggi. Diperlukan pola-pola desentralisasi manajemen yang relevan. Desentralisasi
       jenjang pendidikan bisa dipilih apakah semua jenjang pendidikan bisa ditangani oleh
       pemerintahdaerah, atau hanya terbatas jenjang pendidikan tertentu sesuai kemampuan
       pemerintah daerah.

2. Problem Manajemen Pendidikan
      Pelaksanaan otonomi manajemen pembangunan pendidikan di tingkat daerah dewasa ini
      merupakan sesuatu yang baru, yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, agar tidak
      menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif ini perlu diantisipasi, karena disamping masih
      dihadapkan pada berbagai problema-problema pembangunan dibidang lainnya, juga dihadapkan
      pada berbagai problema pendidikan yang harus duhadapi. Permasalahan berat pendidikan yang
      dihadapi dewasa ini sebenarnya telah disinylir oleh Coombs (1968) yang mengemukakan bahwa
      krisis yang melanda dunia pendidikan karena muncul ketidakseimbanganperan.
Bahwa krisis peran disebabkan oleh empat faktor,yaitu:
   Pertama,yang ditandai oleh tumbuh kembangnya sekolah-sekolah dan universitas di mana-mana;
   kedua, ditandai oleh kurangnya responsifnya sistem pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat
   secara menyeluruh; ketiga, ditandai oleh mengapa pendidikan selalu terlambat berantisipasi untuk
   menyesuaikan diri terhadap hal-hal diluar pendidikan; keempat, hal-hal seperti sikap tradisional
   menghalangi meningkatkan tenaga kerja pembangunan.

3. Substansi Desentralisasimanajemen Pendidikan
    Desentralisasi manajemen pendidikan bisa mencakup seluruh substansi manajemen pendidikan dan
    dapat juga hanya salah satu atau beberapa bidang garapan saja, antara lain kurikulum, tenaga
    kependidikan, keuangan, dan sarana-prasarana pendidikan. Misis utama desentralisasi dalam
    manjemen pendidikan ialah untuk menumbuhkembangkan kemandirian masyarakat daerah dalam
    mengelola pendidikan. Artinya tugas utama dalam desentralisasi manajemen pendidikan di daerah
    harus diprioritaskan pada upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
    pendidikan. Substansi desentralisasi dalam bidang manajemen pendidikan, paling sedikit berkenaan
    dengan aspek-aspek: 1. perundang-undangan pendidikan; 2.struktur organisasi dan kelembagaan
    pendidikan; 3. pengembangan kurikulum pendidikan; 4. profesionalisasi tenag akependidikan; 5.
    sarana dan prasarana; 6. penbiayaan pendidikan.

4. Pemberdayan dan Reposisi manajemen Sekolah
    Pemberdayaan berarti menghilangkan batasan birokrasi yang mengotak-kotakan orang dan
    membuat mereka menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energi, dan
    ambisisnya. Dalam konteks organisasi, pemberdayaan merupakan sebuah kewenangan yang
    diberikan sehingga organisasi dapat berkembang dengan kemampuan yang dimilki.
BAB 6
                                               Kurikulum Tingkat
BEE,Life Skill dan       Manajemen Berbasis
                                               Satuan Pendidikan
     KBK                  Sekolah (MBS)
                                                    (KTSP)




                        MODEL IMPLEMENTASI
                       KEBIJAKAN PEMBARUAN
                        MANAJEMEN SATUAN
                            PENDIDIKAN




Pengembangan Model         Kebijakan Ujian    Antisipasi Penolakan
Profesi Kependidikan          Nasional             Pembaruan
Penjelasan
1.    BEE, Life Skill dan KBK
      Broad Based Education (BEE) merupakan pendekatan pendidikan yang berbasis pada
      masyarakat luas,yang diterapkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Life skill
      (kecakapan hidup) meruoakan fokus dari pendekatan BEE, dimana tujuan pembelajaran
      diarahkan pada kemampuan untuk mau dan berani menghadapi problema hidup secara wajar
      tanpa merasa tertekan, kemudian proaktif mencari serta menemukan solusinya. Sedangkan
      KBK pada dasranya mencakup tiga aspek orientasi penyiapan, yakni mendasar, kuat, dan luas.
      Mendasar,dalam arti terkait dengan pemberian kemampuan dalam upaya memenuhi kebutuhan
      mendasar peserta didik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Kuat, dalam arti terkait
      dengan isi dan proses pembelajaran atau penyiapan peserta didik untuk menguasai
      pengetahuan, sikap dan keterampilan yang kuat. Luas, dalam arti terkait dengan pemanfaatan
      dan pendayagunaan potensi dan peluang yang ada di lingkungan sekitar maupun di lingkungan
      lain yang dapat dijangkau oleh peserta didik.
      Antara BEE,life skill dan KBK mempunyai keterkatan struktural. BEE dianggap sebagai salah
      satu alternatif pendekatan dalam pendidikan yang paling efektif untuk tidak membatasi
      pendidikan pada aspek-aspek atribut formal. Life skill dianggap sebagai salah satu model
      orientasi program yang diarahkan pada penguasaan bidang keterampilan, keahlian dan
      kemahiran untuk melakukan kerja yang dapat diandalkan sebagai bekal kehidupan. Dan KBK
      dianggap sebagi salah satu teknik pengembangan materi kurikulum dan pembelajaran yang
      efekif untuk menunjang pelaksanaan pendidikan yang berorintasi pada life skill.
2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
    MBS adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi dalam bidang pendidikan.
    Sebagai wujud dari reformasi pendidikan, MBS pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan
    masyarakat sera jauh dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk meningkatkan
    partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu di tingkat sekolah.
    MBS sebagai konsep pemberdayaan, memiliki peluang yang besar dalam meningkatkan
    manajemen sekolah dalam mencapai tujuan.

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
    Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
    dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP sebagai perwujudan dari kurikulum
    pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevasinya oleh setiap kelompok
    atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi supervisi dinas
    pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi
    untuk pendidikan menengah berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
    panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BNSP.

4. Pengembangan Model Profesi Kependidikan
    Salah satu faktor penting dalam upaya pembangunan pendidikan di Indonesia adalah ketersediaan
    guru yang memadai, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ketersediaan guru yang memadai
    dihadapkan pada dua masalah pokok, yakni pemenuhan kebutuhan tenaga guru yang belum sesuai
    dengan kebutuhan daerah dan peningkatan kualitas profesional yang belum memenuhi standar
    minimal. Kedua permasalahan inilah yang akhirnya menimbulkan terjadinya disparitas kualitas
    guru di berbagai daerah tanah air.
Dilain pihak pemenuhan kebutuhan guru secara nasional ini, juga akan sangat dipengaruhi oleh
    sistem dan kebijakan pendidikan guru sebagai institusi pendidikan tenaga kependidikan yang
    berkompeten dalam mencetak guru yang memenuhi persyaratan, baik secar kualitatif maupun
    kuantitatif.

5. Kebijakan Ujian Nasional
    Kebiajak tentang ujian nasional merupakan istilah bagi penilaian kompetensis peserta didik secara
    nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada awalnya, kebijakan ini dimulai dengan
    adanya Ebtanas (Evaluasi Belajar tahap Akhir Sekolah) yang sudah sejak lama menjadi momok
    menakutkan, bukan saja bagi anak dan guru sekolah, tetapi juga orang tua. Hampir setiap tahun UN
    menimbulkan kontra versi pada masyarakat. Namun, UN tetap dipertahankan oleh pemerintah
    dengan versi janji berbeda, lengkap dengan misi mulia yang dipikulnya. Dalam permendiknas No.
    75/2009 disebutkan pula peserta UN dinyatakan lulus apabila memiliki rata-rat nilai minimal 5,5
    untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Khusus SMK, nilai mata pelajaran praktik kejuruan
    minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata.

6. Antisipasi Penolakan Pembaruan
    Dalam teori pembaruan, penolakan (resistance) adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak
    berubah atau diubah atau tidak mau menerima hal tersebut. Bentuk-bentuk penolakan terhadap
    kebijakan pembaruan tersebut sangat bervariasi, ada yang berwujud prontal tidak mau sama sekali
    menjlankan kebijakan yang dimaksud, ada yang cukup hanya dengan diam, tidak bereaksi, dan ada
    yang pura-pura menerima program pembaruan, tetapi sebenarnya dalam pelaksanaannya tidak
    dilakukan. Dalam permasalahan penolakan pembaruan tersebut perlu diantisipasi dan dikaji lebih
    mendalam agar pada setiap pelaksanaan kebijakan pembaruan dalam bidang manajemen pendidikan
    tidak menemui kendala-kendala yang menghambat pencapaian tujuan-tujuan pembaruan
BAB 7


            PRIORITAS MASALAH



 MENUJU
INDONESIA
  BARU                           PEMERATAAN KESEMPATAN




            AGENDA KEBIJAKAN    PENINGKATAN MUTU,RELEVASI
                                      DAN DAYA SAING
               MENUJU 2025




                                       TATA KELOLA
Penjelasan
a. Prioritas Masalah
      Pada dasranya permasalah pendidikan masih dihadapkan pada rendahnya jenjang dan jenis
      pendidikan,termasuk sebenarnya masih bervariasi diantara masing-masing wilayah kecamatan
      sehingga pencapaian target wajar dikdas 9 tahun dihadapkan pada kondisi yang amat variatif.
      Permasalaha lainnya, masih rendahnya mutu hasil pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang
      pendidikan. Persoalan lainnya adalah keterbatasan akses masyarakat karena persoalan
      kemampuan ekonomi, budaya maupun geografis.

b. Agenda Kebijakan Menuju 2025
   • Pemerataan kesempatan
     Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/AM pada setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan
     dengan memberikan kesempatan kepada semua penduduk usia prasekolah dan usia sekolah, baik
     pendidikan umum, kejuruan,keagamaan, maupun pendidikan khusus, untuk memperoleh
     pendidikan yang disertai dengan tanggung jawab dalam memberikan konsekueni yang harus
     ditanggung pemerintah, serta memberikan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
• Peningkatan Mutu,Relevansi dan Daya Saing
  Targetnya adalah meningkatkan mutu kurikulum pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan
  sehingga memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang
  berkenaan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup dan jiwa
  entrepeneur, iptek, olahraga dan seni, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek
  pembentuk karakter kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Meningkatkan relevansi
  kurikulum dan proses pembelajaran keaksaraan berdasarkan kebutuhan nyata
  masyarakat, sehingga hasil pembelajaran yang diberikan pada warga belajar dapat fungsional
  dalam meningkatkan taraf hidupnya.

• Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik
  Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan pendidikan yang lebih
  partisipatif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruhterhadap jalur, jenis dan kelenbagaan satuan
  pendidikan.
Komentar

     Setelah membaca dan memahami buku “Kebijakan Pembaruan Pendidikan” banyak sekali ilmu
baru yang saya dapatkan. Selain itu, saya juga sedikit tau mengenai kebijakan pendidikan terutama
pendidikan di indonesia ini. saya berharap dengan adanya buku ini dapat membawa perubahan yang
besar dalam rangka perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan
di negara indonesia tentunya, dan diharapkan pemerintah lebih bijak lagi dalam pemutusan pembaruan
tersebut yang harus disesuaikan antara anggaran, SDM, dan kurikulum yang ada dan sesuai dengan
zamannya. Selain itu, penempatan guru dalam mengajar pun harus lebih profesional lagi yang
disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya agar pembaruan tersebut dapat berjalan dengan
lancar dan membawa perubahan yang sangat besar.

     Oleh karena itu, dalam upaya merumuskan kebijakan dan pembaruan sistem manajemen
pembangunan pendidikan yang berkualitas harus diarahkan pada:

    Keberanian untuk meninggalkan perasaan kebanggaan terhadap masa lalu dan diganti dengan
orientasi kepada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kearah yang lebih baik di masa
depan.
     Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dirasakan manfaatnya bagi
kehidupan hari ini, hari esok dan masa depan.

     Kesehatan dan kekuatan jasmani dan rohani sebagai sarana untuk melakukan ikhtiar dan
berijtihad memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan hidupnya.

     Peningkatan kemandirian yang dapat dijadikan modal utama untuk menghasilkan karya-
karya yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.

     Peningkatan apresiasi, rasa hormat, dan kesetiaan terhadap masyarakat dan bangsanya
sendiri.

More Related Content

What's hot

Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...
Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...
Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...wahyusyamrohani
 
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...Joko Prasetiyo
 
Ppt admin shinta
Ppt admin shintaPpt admin shinta
Ppt admin shintayu_furi
 
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok 4
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok  4Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok  4
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok 4IRMA HERDIANTI
 
Pendekatan pengembangan kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulumPendekatan pengembangan kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulumUtami Putri
 
Penerapan model pembelajaran learning cycle 5
Penerapan model pembelajaran learning cycle 5Penerapan model pembelajaran learning cycle 5
Penerapan model pembelajaran learning cycle 5Nana Umar Sumarna
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
STRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURU
STRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURUSTRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURU
STRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURUleeeli
 
PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)
PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)
PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)Stephanie Unsil
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanRiris Purbosari
 
Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan KurikulumPendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulumkhoiriyah khoiriyah
 

What's hot (16)

Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...
Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...
Pengaruh motivasi kerja guru, manajemen tekonologi informasi dan kepemimpinan...
 
anisa rahmah
anisa rahmahanisa rahmah
anisa rahmah
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
Inovasi keterpaduan
Inovasi keterpaduanInovasi keterpaduan
Inovasi keterpaduan
 
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...
 
Ppt admin shinta
Ppt admin shintaPpt admin shinta
Ppt admin shinta
 
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok 4
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok  4Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok  4
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok 4
 
Pendekatan pengembangan kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulumPendekatan pengembangan kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulum
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
Penerapan model pembelajaran learning cycle 5
Penerapan model pembelajaran learning cycle 5Penerapan model pembelajaran learning cycle 5
Penerapan model pembelajaran learning cycle 5
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
STRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURU
STRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURUSTRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURU
STRATEGI, MODEL, TANTANGAN DAN PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PROFESI GURU
 
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUMTEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
 
PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)
PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)
PJM 3110 Kurikulum & Pedagogi Pendidikan Jasmani (SEMESTER 4)
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
 
Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan KurikulumPendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
 

Similar to Tugas kurikulum

Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikPembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikIrma Fitriani
 
Kebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesiaKebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesiaAzhari Saputra
 
Makalah perilaku organisasi
Makalah perilaku organisasiMakalah perilaku organisasi
Makalah perilaku organisasimirakomalsari
 
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4
Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4Heldy Eriston
 
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalDesentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalH4llud4l
 
In house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danIn house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danAan Cahyanto
 
Makalah manajemen pendidikan
Makalah manajemen pendidikanMakalah manajemen pendidikan
Makalah manajemen pendidikanisalsand
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanRirin Romayanti
 
92642771 makalah-pengembangan-sdm
92642771 makalah-pengembangan-sdm92642771 makalah-pengembangan-sdm
92642771 makalah-pengembangan-sdmSuprapto Atok
 
Pengembangan Pendidikan
Pengembangan PendidikanPengembangan Pendidikan
Pengembangan Pendidikaniipsaripudin
 
Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...
Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...
Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...Hidayatdayat18
 
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahanPendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahanendha96
 
Ya Allah
Ya AllahYa Allah
Ya Allahsumesek
 
Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...
Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...
Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...Excruciate Limited
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanRien Romayanti
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanRirin Romayanti
 

Similar to Tugas kurikulum (20)

Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikPembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
 
Kebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesiaKebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesia
 
Makalah perilaku organisasi
Makalah perilaku organisasiMakalah perilaku organisasi
Makalah perilaku organisasi
 
Irma Kurikulum
Irma KurikulumIrma Kurikulum
Irma Kurikulum
 
Irma Kurikulum
Irma KurikulumIrma Kurikulum
Irma Kurikulum
 
Irma Kurikulum
Irma KurikulumIrma Kurikulum
Irma Kurikulum
 
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4
Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4Analisis pengambilan keputusan  pendidikan  guru 4
Analisis pengambilan keputusan pendidikan guru 4
 
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalDesentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
 
In house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danIn house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_dan
 
Makalah manajemen pendidikan
Makalah manajemen pendidikanMakalah manajemen pendidikan
Makalah manajemen pendidikan
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
92642771 makalah-pengembangan-sdm
92642771 makalah-pengembangan-sdm92642771 makalah-pengembangan-sdm
92642771 makalah-pengembangan-sdm
 
Pengembangan Pendidikan
Pengembangan PendidikanPengembangan Pendidikan
Pengembangan Pendidikan
 
Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...
Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...
Eby gel syahdilla putra, hidayat, indrianto, ichsan thariq, sardi efendi, yog...
 
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahanPendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
 
Ya Allah
Ya AllahYa Allah
Ya Allah
 
Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...
Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...
Proposal Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah De...
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 

Tugas kurikulum

  • 1. KEBIJAKAN PEMBARUAN PENDIDIKAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Dosen : Akhmad Sudrajat, M.Pd Disusun Oleh: Juju Juningsih (2011031072) 2B Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNIVERSITAS KUNINGAN Jalan Pramuka No.67 KuninganTelp/Fax 0232871982
  • 2. IDENTITAS BUKU Judul Buku : Kebijakan Pembaruan Pendidikan Pengarang : Dr. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. Tahun Terbit : Juni 2011 Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta E-mail : rajapers@rajagrafindo.com http://www.rajagrafindo.com
  • 3. BAB I Human Investment Masalah Yang Perlu Dibenahi PENDIDIKAN DAN PERADABAN Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kebijakan Pembaruan
  • 4. Penjelasan 1. Humant Investment Nilai dan tujuan pendidikan hanya akan ada apabila pendidikan itu sendiri dapat menciptakan sesuatu yang memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat masa kini dan masa mendatang. Jika kebijakan pembaruan harus dibuat, menunjukan bahwa dalam prakti-praktik pembangunan pendidikan selama ini dilaksanakan ada sesuatu yang salah atau kurang bermanfaat. Dengan kata lain kesalahan atau kekurangan/kelebihan dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan di negeri ini harus ditemukan, dianalisis, disintesis, kemudian dipraktikan kembali sampai menunjukan hasil yang lebih bermanfaat. Berdasarkan amanat UU, pendidikan mempunyai posisi strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks ini pendidikan harus dilihat sebagai human investment yang mempunyai perspektif multidimensional. Pendidikan akan melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu menjadi kekuatan perekat yang menautkan unit-unit sosial di dalam masyarakat. Dan satuan pendidikan harus berfungsi sebagai pusat penelitian dan pembangunan yang menghasilkan produk-produk riset unggulan yang mendukung Knowledge- Based Economy. Dengan demikian pendidikan yang integratif merupakan usaha seluruh komponen masyarakat dan bangsa untuk menumbuh kebangkan kekuatan kolektif dengan meletakan landasan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang kokoh bagi terciptanya masyarakat sipil yang demokratis. 2. Masalah yang Perlu Dibenahi Adapun masalah yang perlu dibenahi yaitu belum adanya spesifikasi dan standardisasi tentang peserta didik, kurikulum, ketenangan (kepala sekolah,guru, perpustakawan, laboran, tata usaha, dan tenaga kependidikan lainnya), media dan sumber belajar, pembiayaan, dan model-model proses pembelajaran, serta tata hubungan dengan masyarakat
  • 5. Yang selanjutnya,perncanaan pendidikan masih bersifat terpusat dan belum konprehensif. Disebabkan karena masih lemahnya pemahaman, apresiasi dan keterampilan dari aparat pemerintah dan masyarakat tentang karakteristik kelembagaan pendidikan. Dan yang terakhir adalah walaupun pemerintah memberikan keleluasaan penuh dalam manjemen pendidikan kepada setiap satuan pendidikan, namun belum disertai dengan perangakt sistem dan aturan pelasanaan yang memadai. 3. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Tujuan dan sasaran pengembangan pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk meningkatkan daya tampung pada setiap jenjang satuan pendidikan, dengan memberikan kesempatan kepada semua penduduk usia sekolah untuk memperoleh pendidikan dengan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat yang pluralistik yang disertai dengan tanggung jawab dalam memberikan konsekuensi yang harus ditanggung pemerintah dan masyarakat. Tujuan ini akan terus berkanjut sampai upaya dalam meningkatkan angka melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dengan disertai bekal kemampuan dasar yang lebih memadai dan berbagai kemudahan baik bagi peserta didik, masyarakat dan sekolah. 4. Kebijakan Pembaruan Dalam kebijakan pembaruan, reformasi pendidikan telah dilakukan, dan regulasi atas perubahan kebijakan pembangunan pendidikan nasional telah dimulai. Untuk itu, seluruh kebijakan yang terkait dengan perubahan, atau pembaruan, penyempurnaan dan pengembangan program pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu, sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan. Pembaruan dalam manjemen pendidikan sesungguhnya tidak hanya sekedar dalam arti etika rasional-empirikal. Pandangan demikian telah membawa perubahan besar pada pola fikir manusia dan masyarakat modern, yang mendasarkan diri pada filsafat rasionalisme dan empirisme, sehingga realitas yang dianggap nyata adalah empirik atau yang bisa dipikirkan secara rasional. Diluar semua itu dipandang sebagai sesuatu yang tidak nyata. Sistem pendidikan yang selalu didasarkan pada pradigma politik telah terbukti menghasilkan SDM yang hanya bersifat mekanis dan kurang kreatif. Karena itu untuk membangun pendidikan, tidak ada alternatif lain kecuali melakukan pembaruan orientasi dan pendekatan dalam manajemen pendidikan itu sendiri.
  • 6. BAB 2 Menganalisis Analisis Posisi Lingkungan Organisasi Organisasi Mendiagnosis TEORI Mengidentifikasi Permasalahan PEMBARUAN Sumber Perlawanan Organisasi PENDIDIKAN Menentukan Strategi Penrapan dan Tindak Pembaruan Lanjut Pembaruan
  • 7. Penjelasan Teori pembaruan,pembaruan pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan hidup dan penghidupan. Apa yang berbeda dalam setiap langkah dan prospek pembaruan yang akan datang, akan semakin cepat dan mempengaruhi setiap again dari kehidupan, baik secara individu maupun keolompok. Menurut Robbins dan Langton (2001) mengemukakan lima tatanan dalam melaksanakan pembaruan, yaitu berkenaan dengan tatanan budaya, struktur, teknologi, setting fisik lingkungan, dan manusia itu sendiri. Pembaruan dalam budaya ditekankan pada nilai dan tujuan-tujuan organisasi. Pembaruan dalam struktur difokuskan dalam hubungan kewenangan, koordinasi dan redesain pekerjaan. Pembaruan dalam teknologi ditekankan pada modifikasi bagaimana pekerjaan dapat di proses dan metode- metode serta peralatan dapat digunakan. Pembaruan dalam setting fisik ditekankan pada area dan tata letak lingkungan pekerjaan. Pembaruan pada orang atau manusia difokuskan pada kemampuan dan keterampilan.Pembaruan organisasi pada dasarnya mempunyai dua sasaran mendasar yaitu menyesuaikan organisasi dalam lingkungan dan mengubah perilaku anggota organisasi. Langkah-langkah yang stratejik yang dilakukan dalam pembaruan,yaitu : 1. Menganalisis lingkungan organisasi, lingkungan eksternal organisasi akan berubah secara konstan tetapi faktor yang terpenting adalah besaran dan tingkat dari pembaruan itu. Salah satu fungsi pembaruan yaitu untuk mengatasi kekuatan dan pembaruan yang mereka bawa sehingga organisasi dapat beroperasi secara efektif. Untuk menganalisis lingkungan organisasi harus dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang dapat menjadi sasran pengaruh dari luar. Salah satu cara untuk menganalisis lingkungan adalah dengan memperhatikan struktur dasar lingkungan organisasi yang bersangkutan.Salah atu metode menganalisis kondisi eksternal organisasi yang dianggap pesaing adalah benchmarking. Istilah ini sebetulnya diambil dari sebah patok yang berfungsi memberikan atau menentukan tinggi letak suatu daerah atau ketinggian permukaan air. Dalam konteks organisasii, istilah ini dipakai sebagai standar alat untuk mengukur posisi organisasi dengan organisasi lainnya.
  • 8. Benchmarking telah menjadi alat yang penting dan populer bagi organisasi-organisasi yang menerapkan Total Quality Management (TQM),khususnya untuk menganlisis lingkungan. Benchmarking tidak hanya dipandang sebagai alat yang dapat meningkatkan kinerja organisasi, tetapi juga sebagai suatu komponen yang penting dalam usaha yang lebih luas untuk menghidupkan kembali profil kompetitif bangsa di dunia internasional. 2. Analisis posisi organisasi, sumber dat untuk menganalisis posisi organisasi ialah lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal. Metode yang digunakan biasanya analisis SWOT, yaitu Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportinities (kesempatan), dan Treats (ancaman). Analisis internal adalah kekuatan dan kelemahan, sedangkan analisis eksternal adalah kesempatan dan ancaman. Dengan anlisis SWOT pembaruan organisasi akan lebih memahami dan menanggapi faktor- faktor penting dari kinerja organisasi. Dengan analisis posisi, akan menghasilkan kedudukan dan tingkat kemampuan organisasi dalam menghadapi teknologi baru, kecenderungan kehidupan masyarakat, pesaing baru dan kecenderungan moralitas para personel organisasi. 3. Mendiagnosis permasalahan organisasi, pada umumnya hampir semua proses pembaruan sering dimulai secara teburu-buru.Awal langkah mendiagnosis tergantung pada siapa yang mengerjakan hasil diagnosis dan metode yang dipilih untuk meneliti masalah tersebut. Sasaran dari langkah ini adalah untuk mengidentifikasi dasar dan ruang lingkup masalah sebelum pengambilan tindakan. Para pembaru sering tidak sadar menemukan solusinya sebelum dirinya sendiri mendapat kejelasan posisinya. Berbagai teknik pengumpulan data untuk mendiagnosis pemasalhan perlu digunakan, misalnya : survei sikap, konferensi, wawncara informal, pertemuan kelompok. Hasil dari teknik ini, selanjutnya dianalisis dengan teknik Critical Success Factor Identification (CSF-Identifcation), yaitu analisis untuk mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan dalam melaksanakan setiap alternatif tindakan yang dipilih. 4. Mengidentifikasi sumber perlawanan, usaha pembaruan organisasi sering menimbulkan bernagai bentuk perlawanan,baik pro maupun kontra. Beberapa pembaru tidak memulai pembaruan yang diperlikan sebab mereka merasakan tidak mampu untuk melakukannya dengan berhasil.Kebanyakan para pembaru tidak mempergunakan kesempatan waktu berfikir apa yang menjadi penyebab orang melawan setiap pembaruan.Teori umum pembaruan menurut Kurt Lein (1951) ialah teori “medan-kekuatan” atau dikenal dengan Force-filed Theory. Bahwa dalan satu kondisi terdapatdua kekuatan yang berlawanan. Pada satu sisi terdapat kekuatan yang mendorong terjadinya pembaruan (driving force) dan disisi lain terdapat kekuatan penolakan yang mempertahankan status quo (restraining force).
  • 9. Secara teoritis, perlawanan terhadap pembaruan dibagi kedalam perlawanan individu dan organisasi. Orang melawan pembaruan karena tiga alasan yaitu, kepentingan diri, keslah pahaman atau ketidak percayaan, dan penilaian yang berbeda. Kebanyakan organisasi berkeyakinan telah melakukan hal yang terbaik dan konsisten. 5. Menentukan strategi pembaruan, pembaruan dapat dilakukan dengan mengubah kekuatan aspek tertentu yang paling krusial dan dapat berpengaruh pada aspek-aspek lainnya, Ada empat pilihan strategi yang saling berhubungan yaitu : teknologi, struktur, tugas dan orang-orang yang terkena dengan pembaruan. Pembaruan yang terjadi pada masing-masing pad umumnyamempengaruhi yang lainnya, dan kita harus memilih aspek mana yang akan dijadikan prioritas. Dalam konteks manajemen pendidikan, penggunaan teknoligi pada dasarnya ada dua cara untuk meningkatkan pelayanan, yaitu : tuntuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat atau efisiensi dengan menggunakan unit biaya. Penggunaan strategi struktur, berkaitan dengan tujuan untuk efisiensi dalam segala aspek kinerja organisasi, baik yang menyangkut tugas dan fungsi, reposisi individu, daya dukung dan kebutuhan sarana prasarana, atau anggaran pembiayaan program. Penggunaan strategi tugas, berkaitan dengan dimensi waktu kapan pekerjaan dapat diubah, apakah karena penggunaan teknologi baru atau reorganisasi struktur internal atau kaena perilaku pembaruan. Penggunaan pad strategi orang sering melalui metode pengembangan organisasi (organization development). Metode ini dipakai untuk mengubah pekerjaan anggota organsasi yang berhubungan dengan perilaku dan sikap yang mengarah pada individu, kelompok, atau organisasi secara keseluruhan. 6. Penerapan dan tindak lanjut pembaruan, kemampuan utama untuk mendudkung penerapan pembaruan ini tergantung pada seberapa baik organisasi menguatkan perilaku yang telah dipelajaridan disiapkan selama dan setelah usaha pembaruan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:  pertama, memutuskan kapan mualinya prersiapan menentukan misis, memilih pembaruan tim dan alokasi sumber-sumber.  kedua, melakukan riset terhadap operasi-operasi internal, dengan memfokuskan pada keefektifan proses yang sedang berjalan, mengidentifikasi permasalahan dan mengembangkan pertanyaan- pertanyaan awal yang kemungkinan dijawab oleh upaya-upaya pembaruan yang diinginkan, dan mengidentifikasi organisasi-organisasi yang terbaikdikelasnya yang layak dijadikan pembanding.  Ketiga, ialah pengujian kembali. Bahwa setiap upaya pembaruan merupakan proses yang berkesinambungan.implementasi pembaruan tersebut harus direncanakan.
  • 10. BAB 3 Sejarah dan Makna Teori ModelProses Implementasi Kebijakan Kebijakan Menganalisis Kebijakan KEBIJAKAN PEMBARUAN PENDIDIKAN Analisis Kebijakan Objek Studi Analisis Metode Studi Kebijakan Pendidikan Kebijakan Pendidikan Pendidikan
  • 11. Penjelasan a. Sejarah dan Makna Teori Kebijakan Secara maknawiyah kebijakan dapat ditelusuri dari literatur kebijakan tentang ketatanegaraan yang menganggap bahwa ilmu kebijakan sering dianggap lebih dekat kepada Administrasi Negara dibandingkan dengan ilmu politik. Secara konseptual, terminologi kebijakan dapat disebut sebagai serangkaian tindakan sebagai suatu arahan untuk mencapai tujuan. Hal yang berkaitan dengan kebijakan dalam sebuah organisasi merupakan komponen-komponen masukan yang perlu dimanfaatkan dalam usaha memperoleh setiap produk atau keluaran. Setiap kebijakan akan mengandung sesuatu yang oleh orang banyak diberikan makna yang prinsipil dan tidak merugikan orang banyak, karena setiap kebijakan selalu didasrkan atas peraturan perundang-undangan. b. Model Analisis Kebijakan Seperti yang dikemukakan Dunn bahwa model analisis kebijakan yaitu: model deskriptif, normatif, verbal, simbolik, dan model prosedural. Model deskripif adalah model yang dipakai untuk menjelaskan atau meramalkan sebab dan akibat pilihan kebijakan dengan cara memonitor suatu kebijakan. Model normatif adalah menjelaskan dan atau meramalkan serta memberi rekomendasi dalam mencapai suatu nilai, misalnya model cost benefit atau rate of return. Model verbal adalah model yang direpresentasikan dalam bentuk verbal. Dalam model verbal seorang analisis memakai judgement yang bersifat penalaran. Judgement ini menghasilkan argumen kebijakan yang sedikit banyak persuasif. Model simbolik adalah model penggunaan simbol matematik untuk melukiskan hubungan antara variabel kunci yang merupakan ciri permasalahan.
  • 12. c. Persoalan-Persoalan Implementasi Kebijakan Tolak ukur keberhasilan suatu kebijakan adalah pada tahap implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan ini lebih bersifat praktis, termasuk di dalamnya mengeksekusi dan mengarahkan. Dengan demikian, implementasi kebijakan dapat sebut sebagai rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah sebuah kebijakan ditetapkan, baik yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah yang stratejik, maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program atau kebijakan yang telah ditetapkan tersebut. Suatu kebijakan akan menemui banyak masalah pada tahap pengimplementasiannya, karena itu alternatif yang dipilih oleh pembuat kebijakan, harus dapat di implementasikan. Masalah tersebut sering diartikan secaa sederhana, padahal masalah oleh seseorang mungkin menguntungkan bagi orang lain. Sehubungan dengan sifat praktis dan terkandungnya tujuan dalam perumusan kebijakan, maka implementasi kebijakan berkenaan dengan kekuasaan, kepentingan dan strategi para pelakuu. Namun, ketika kegagalan kebijakan terjadi maka perlu dikaji apakah karena perumusan kebijakan tersebu memang buruk atau kesalahan dalam mengimplementasikannya. d. Analisis Kebijakan Pendidikan Analisis kebijakan yang digunakan di ndonesia sepertinya lebih banyak menggunakan model analisis kebijakan politik-publik yang didasarkan pada asumsi politik. Sebagai contoh dalam penetapan kebijakan besarnya anggaran pendidikan. Para policy maker republik indonesia telah berani menetapkan 20% dari APBN dan APBD masing-masing untuk anggaran sektor pendidikan. Kebijakan tersebut lebih cenderung disebut kebijakan politis,karena sangat monumental sehubungan dengan tantangan republik dalam menghadapi suasana persaingan di era tanpa batas. Sebetulnya dari anggaran tersebut memiliki orientasi yang sangat jelas, yaitu kemandirian dalam dalam penyediaan SDM.
  • 13. Namun, kebijakan politik ini tidak serta merta terwujud karena beberapa alasan, diantaranya sebagian besar komponen dana dalam struktur APBN tidak dapat dialokasikan dan komitmen setengah hati dari wakil-wakil rakyat sendiri,misalnya anggaran yang seharusnya untuk membiayai sektor-sektor pembangunan yang krusial kurang mendapat persetujuan pihak DRPR, atau sekalipun mendapat persetujuan tetapi anggarannya kurang memadai. e. Objek Studi Analisis Kebijakan Pendidikan Analisis kebijakan pendidikan dilakukan secara komprehensif, yang mencakup rumusan, implementasi dan dampak kebijakan, tetapi fokusnya pada implementasi kebijakan. Proses analisis sebetulnya harus beranjak dari kajian terhadap rumusan kebijakan apakah yang menjadi boundary system. Analsis terhadap kondisi implementasi dari setiap rumusan kebijakan merujuk gambaran ideal pelaksanaan kebijakan pada semua tingkatan pelaku kebijakan sebagaimana tertuang dalam rumusan kebijakannya. f. Metodologi Studi Kebijakan Pendidikan Untuk menentukan piihan metodologi yang paling relevan dalam studi kebijakan, perlu pemahaman tentang pandangan-pandangan terhadap tujuan kebijakan, yaitu: tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan masyarakat, tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan ekonomi.
  • 14. BAB 4 Konsep Otonomi dan Desetralisasi KEBIJAKAN Desentralisasi Pembangunan Pendidikan OTONOMI DAN DEENTRALISASI Efektivitas Pelaksanaan Otonomi Daerah
  • 15. Penjelasan a. Konsep Otonomi dan Desentralisasi Istilah desentralisasi dan otonomi sangat berkaitan,namun kedua istilah ini sangat berbeda. Tetapi secara praktis dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu negara keduanya tidak dapat dipisahkan. Sehingga manakala membahas desentralisasi, akan berkaitan dengan masalah otonomi. Atau masalah otonomi tidak mungkin dibhas tanpa melihat konteksnya dengan konsep desentralisasi. Desentralisasi sering dibahas dalam konteks diskusi tentang sistem penyelenggaraan pemerintahandan pembangunan. Hampir setiap negara di dunia dalam menjalankan sistem pemerintahannya menganut asas desentralisasi. Kitab-kitab yang membahas asas desentralisasi dan otonomi dalam pemerintahan telah banyak beredar di masyarakat dan pada umumnya memberikan wawasan yang beragam. Keragaman dalam memberikan pengertian tersebut tergantung pada bagaiman para penulis kitab tersebut memaknai batasan-batasan kekuasaan, kewenangan, dan tanggung jawab yang diberikan atau yang diterima oleh unit organisasai. Asas desentralisasi terdiri dari dua bentuk yaitu desentralisasi administrasi dan desentralisasi poliik. Desentralisasi administrasi adalah pelimpahan wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada para pejabat pusat yang ditempatkan di tingkat lokal. Para pejabat tersebut bekerja dalam batas-batas rencana dan sumber pembiayaan yang sudah ditentukan oleh pejabat tingkat pusat, namun pejabat yang berada di tingkat lokal juga memiliki keleluasaan, kewenangan, dan tanggung jawab tertentu dalam kebijakan pemberian pelayanan di tingkat lokal. Sedangkan desentralisasi polotik yaitu pelimpahan wewenang pembuatan keputusan dan pengendaliantertentu terhadap sumber-sumber daya yang diberikan kepada badan-badan pemerintah regional atau lokal.
  • 16. b. Desentralisasi Pembangunan Pendidikan Ada tiga persoalan mendasar yang patut diantisipasi dalam desentralisasi pembangunan pendidikan, yaitu: Apakah pemberian otonomi kepada daerah akan menjamin setiap warga negara memperoleh haknya dalam pendidikan ? Dan apakah dengan pemberian kewenangan menyelenggarakan pendidikan kepada daerah dapat menjamin peran serta masyarakat akan meningkat? Dan apakah penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan di daerah dapat mencapai hasil-hasil pendidikan yang bermutu? Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, dirujuk kepada kitab undang-undang tenang penyelenggaraan otonomi pemerintah daerah. Karakteristik yang melekat pada UU No. 32/2004 telah membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional. Implikasi tersebut diantaranya bahwa setiap proses penyelenggaraan pendidikan harus pula berlandaskan bottom up approach, karena disamping pembangunan pendidikan nasional harus acceptable bagi masyarakatnya, juga harus accountable dalam melayani publik terhadap kebutuhan pendidikan. Dengan demikian, bahwa besar dan luasnya kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan akan tergantung kepada sistem politik dalam memberikan keleluasaan tersebut. Akan tetapi keleluasaan itu diberikan tidak dapat diartikan sebagai pemberian kebebasan mutlak tanpa mempertimbangakn kepentingan nasional, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara administrator pendidikan pada tingkat pusat dengan administrator pendidikan di tingkat kelembagaan suatu pendidikan. Desentralisasi pembangunan pendidikan berusaha untuk mengurangi campur tangan atau intervensi pejabat atu uni pusat terhadap persoalan-persoalan pembangunan pendidikanyang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah, pemerintah daerah atau masyarakat. Sehingga diharapkan terjadinya pemberdayaan peran unit bibawah atau peran rakyat dan masyarakat daerah. Akan tetapi, walaupun begitu luasnya otonomi dalam pembangunanpendidikan diberikan kepada daerah, tetap harus konsisten dengan sistem konstitusi.
  • 17. Bidang pembangunan pendidikan merupakan salah satubidang yang diserahkan dan wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah,namun perlu adanya ketegasan bidang-bidang garapan mana yang menjadi wewenang masing-masing tingkatan pemerintahan. Oleh karena itu, dapat ditafsirkan bahwa aspek-aspek pendidikan yang berkaitan dengan identitas dan integrasi bangsa memerlukan standardisasi nasional melalui komitmen politik.Sedangkan pembangunanpendidikan pada aspek-aspek spesifik dan model-model penyelenggaraan pendidikan menjadi wewenang masing-masing pemerintah daerah, sehingga keinginan, kebutuhan dan harapan semua pihak dapat terpenuhi. Artinya pencapaian warga negar yang bermutu dapat diprediksi mempunyai kapabilitas dan keunggulan kompetitif dalam percaturan global. c. Efektivitas Pelaksanaan Otonomi Daerah Kriteria penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi adalah performance. Steers (1980) mengemukakan bahwa cara terbaik untuk meneliti efektivitas organisasi ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berkaitan, yaitu: paham mengenai optimalisasi tujuan, perspektif sistem, dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi. Efektivitas otonomi daerah yang ideal berkaitan dengan masalah kemandirian dalam mengurus rumah tangganya sendiri, karena itu efektivitas otonomi daerah memrlukan sejumlah indikator yangterkait dengan kemandirian. Beberapa indikator efektivitas otonomi yang meliputi, penyerahan urusan pemerintah, potensi daerah,sumber daya manusia, PADS dan pelayanan masyarakat.
  • 18. BAB 5 Tujuan Desentralisasi Manajemen Pendidikan Oroblem Manajemen Pendidikan di Daerah DESENTRALISASI MANAJEMEN PENDIDIKAN Substansi Desentralisasi Manajemen Pendidikan Pemberdayaan dan Reposisi Manajemen Sekolah
  • 19. Penjelasan 1. Tujuan Desentralisasi Manajemen Pendidikan Secara umum tujuan desentralisasi pendidikan manajemen di dalam kehidupan berorganisasi adalah untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan kepuasan kerja pegawai melalui pemecahan masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan daerah lokal. Dengan demikian, desentralisasi manajemen pendidikan adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada daerah untuk membuat keputusan manajemen dan menyususun perencanaan sendiri dalam mengatasi masalah pendidikan, dengan mengacu kepada sistem pendidikan nasional. Dengan demikian, dalam praktik desentralisasi manajemen pendidikan dapat diterapkan di dalam beberapa tingkat dan struktur organisasi penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tngkat nasional sampai tingkat satuan pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan desentralisasi manajemen pendidikan sampai ketingkat lembaga satuan pendidikan berdasarkan jenjeng pendidikan yang selama ini kita anut, yakni meliputi jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Diperlukan pola-pola desentralisasi manajemen yang relevan. Desentralisasi jenjang pendidikan bisa dipilih apakah semua jenjang pendidikan bisa ditangani oleh pemerintahdaerah, atau hanya terbatas jenjang pendidikan tertentu sesuai kemampuan pemerintah daerah. 2. Problem Manajemen Pendidikan Pelaksanaan otonomi manajemen pembangunan pendidikan di tingkat daerah dewasa ini merupakan sesuatu yang baru, yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, agar tidak menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif ini perlu diantisipasi, karena disamping masih dihadapkan pada berbagai problema-problema pembangunan dibidang lainnya, juga dihadapkan pada berbagai problema pendidikan yang harus duhadapi. Permasalahan berat pendidikan yang dihadapi dewasa ini sebenarnya telah disinylir oleh Coombs (1968) yang mengemukakan bahwa krisis yang melanda dunia pendidikan karena muncul ketidakseimbanganperan.
  • 20. Bahwa krisis peran disebabkan oleh empat faktor,yaitu: Pertama,yang ditandai oleh tumbuh kembangnya sekolah-sekolah dan universitas di mana-mana; kedua, ditandai oleh kurangnya responsifnya sistem pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat secara menyeluruh; ketiga, ditandai oleh mengapa pendidikan selalu terlambat berantisipasi untuk menyesuaikan diri terhadap hal-hal diluar pendidikan; keempat, hal-hal seperti sikap tradisional menghalangi meningkatkan tenaga kerja pembangunan. 3. Substansi Desentralisasimanajemen Pendidikan Desentralisasi manajemen pendidikan bisa mencakup seluruh substansi manajemen pendidikan dan dapat juga hanya salah satu atau beberapa bidang garapan saja, antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, keuangan, dan sarana-prasarana pendidikan. Misis utama desentralisasi dalam manjemen pendidikan ialah untuk menumbuhkembangkan kemandirian masyarakat daerah dalam mengelola pendidikan. Artinya tugas utama dalam desentralisasi manajemen pendidikan di daerah harus diprioritaskan pada upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Substansi desentralisasi dalam bidang manajemen pendidikan, paling sedikit berkenaan dengan aspek-aspek: 1. perundang-undangan pendidikan; 2.struktur organisasi dan kelembagaan pendidikan; 3. pengembangan kurikulum pendidikan; 4. profesionalisasi tenag akependidikan; 5. sarana dan prasarana; 6. penbiayaan pendidikan. 4. Pemberdayan dan Reposisi manajemen Sekolah Pemberdayaan berarti menghilangkan batasan birokrasi yang mengotak-kotakan orang dan membuat mereka menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energi, dan ambisisnya. Dalam konteks organisasi, pemberdayaan merupakan sebuah kewenangan yang diberikan sehingga organisasi dapat berkembang dengan kemampuan yang dimilki.
  • 21. BAB 6 Kurikulum Tingkat BEE,Life Skill dan Manajemen Berbasis Satuan Pendidikan KBK Sekolah (MBS) (KTSP) MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBARUAN MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN Pengembangan Model Kebijakan Ujian Antisipasi Penolakan Profesi Kependidikan Nasional Pembaruan
  • 22. Penjelasan 1. BEE, Life Skill dan KBK Broad Based Education (BEE) merupakan pendekatan pendidikan yang berbasis pada masyarakat luas,yang diterapkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Life skill (kecakapan hidup) meruoakan fokus dari pendekatan BEE, dimana tujuan pembelajaran diarahkan pada kemampuan untuk mau dan berani menghadapi problema hidup secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian proaktif mencari serta menemukan solusinya. Sedangkan KBK pada dasranya mencakup tiga aspek orientasi penyiapan, yakni mendasar, kuat, dan luas. Mendasar,dalam arti terkait dengan pemberian kemampuan dalam upaya memenuhi kebutuhan mendasar peserta didik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Kuat, dalam arti terkait dengan isi dan proses pembelajaran atau penyiapan peserta didik untuk menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang kuat. Luas, dalam arti terkait dengan pemanfaatan dan pendayagunaan potensi dan peluang yang ada di lingkungan sekitar maupun di lingkungan lain yang dapat dijangkau oleh peserta didik. Antara BEE,life skill dan KBK mempunyai keterkatan struktural. BEE dianggap sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam pendidikan yang paling efektif untuk tidak membatasi pendidikan pada aspek-aspek atribut formal. Life skill dianggap sebagai salah satu model orientasi program yang diarahkan pada penguasaan bidang keterampilan, keahlian dan kemahiran untuk melakukan kerja yang dapat diandalkan sebagai bekal kehidupan. Dan KBK dianggap sebagi salah satu teknik pengembangan materi kurikulum dan pembelajaran yang efekif untuk menunjang pelaksanaan pendidikan yang berorintasi pada life skill.
  • 23. 2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) MBS adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi dalam bidang pendidikan. Sebagai wujud dari reformasi pendidikan, MBS pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan masyarakat sera jauh dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu di tingkat sekolah. MBS sebagai konsep pemberdayaan, memiliki peluang yang besar dalam meningkatkan manajemen sekolah dalam mencapai tujuan. 3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevasinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BNSP. 4. Pengembangan Model Profesi Kependidikan Salah satu faktor penting dalam upaya pembangunan pendidikan di Indonesia adalah ketersediaan guru yang memadai, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ketersediaan guru yang memadai dihadapkan pada dua masalah pokok, yakni pemenuhan kebutuhan tenaga guru yang belum sesuai dengan kebutuhan daerah dan peningkatan kualitas profesional yang belum memenuhi standar minimal. Kedua permasalahan inilah yang akhirnya menimbulkan terjadinya disparitas kualitas guru di berbagai daerah tanah air.
  • 24. Dilain pihak pemenuhan kebutuhan guru secara nasional ini, juga akan sangat dipengaruhi oleh sistem dan kebijakan pendidikan guru sebagai institusi pendidikan tenaga kependidikan yang berkompeten dalam mencetak guru yang memenuhi persyaratan, baik secar kualitatif maupun kuantitatif. 5. Kebijakan Ujian Nasional Kebiajak tentang ujian nasional merupakan istilah bagi penilaian kompetensis peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada awalnya, kebijakan ini dimulai dengan adanya Ebtanas (Evaluasi Belajar tahap Akhir Sekolah) yang sudah sejak lama menjadi momok menakutkan, bukan saja bagi anak dan guru sekolah, tetapi juga orang tua. Hampir setiap tahun UN menimbulkan kontra versi pada masyarakat. Namun, UN tetap dipertahankan oleh pemerintah dengan versi janji berbeda, lengkap dengan misi mulia yang dipikulnya. Dalam permendiknas No. 75/2009 disebutkan pula peserta UN dinyatakan lulus apabila memiliki rata-rat nilai minimal 5,5 untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Khusus SMK, nilai mata pelajaran praktik kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata. 6. Antisipasi Penolakan Pembaruan Dalam teori pembaruan, penolakan (resistance) adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima hal tersebut. Bentuk-bentuk penolakan terhadap kebijakan pembaruan tersebut sangat bervariasi, ada yang berwujud prontal tidak mau sama sekali menjlankan kebijakan yang dimaksud, ada yang cukup hanya dengan diam, tidak bereaksi, dan ada yang pura-pura menerima program pembaruan, tetapi sebenarnya dalam pelaksanaannya tidak dilakukan. Dalam permasalahan penolakan pembaruan tersebut perlu diantisipasi dan dikaji lebih mendalam agar pada setiap pelaksanaan kebijakan pembaruan dalam bidang manajemen pendidikan tidak menemui kendala-kendala yang menghambat pencapaian tujuan-tujuan pembaruan
  • 25. BAB 7 PRIORITAS MASALAH MENUJU INDONESIA BARU PEMERATAAN KESEMPATAN AGENDA KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU,RELEVASI DAN DAYA SAING MENUJU 2025 TATA KELOLA
  • 26. Penjelasan a. Prioritas Masalah Pada dasranya permasalah pendidikan masih dihadapkan pada rendahnya jenjang dan jenis pendidikan,termasuk sebenarnya masih bervariasi diantara masing-masing wilayah kecamatan sehingga pencapaian target wajar dikdas 9 tahun dihadapkan pada kondisi yang amat variatif. Permasalaha lainnya, masih rendahnya mutu hasil pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Persoalan lainnya adalah keterbatasan akses masyarakat karena persoalan kemampuan ekonomi, budaya maupun geografis. b. Agenda Kebijakan Menuju 2025 • Pemerataan kesempatan Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/AM pada setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan dengan memberikan kesempatan kepada semua penduduk usia prasekolah dan usia sekolah, baik pendidikan umum, kejuruan,keagamaan, maupun pendidikan khusus, untuk memperoleh pendidikan yang disertai dengan tanggung jawab dalam memberikan konsekueni yang harus ditanggung pemerintah, serta memberikan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
  • 27. • Peningkatan Mutu,Relevansi dan Daya Saing Targetnya adalah meningkatkan mutu kurikulum pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan sehingga memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup dan jiwa entrepeneur, iptek, olahraga dan seni, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Meningkatkan relevansi kurikulum dan proses pembelajaran keaksaraan berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat, sehingga hasil pembelajaran yang diberikan pada warga belajar dapat fungsional dalam meningkatkan taraf hidupnya. • Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan pendidikan yang lebih partisipatif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruhterhadap jalur, jenis dan kelenbagaan satuan pendidikan.
  • 28. Komentar Setelah membaca dan memahami buku “Kebijakan Pembaruan Pendidikan” banyak sekali ilmu baru yang saya dapatkan. Selain itu, saya juga sedikit tau mengenai kebijakan pendidikan terutama pendidikan di indonesia ini. saya berharap dengan adanya buku ini dapat membawa perubahan yang besar dalam rangka perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan di negara indonesia tentunya, dan diharapkan pemerintah lebih bijak lagi dalam pemutusan pembaruan tersebut yang harus disesuaikan antara anggaran, SDM, dan kurikulum yang ada dan sesuai dengan zamannya. Selain itu, penempatan guru dalam mengajar pun harus lebih profesional lagi yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya agar pembaruan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan membawa perubahan yang sangat besar. Oleh karena itu, dalam upaya merumuskan kebijakan dan pembaruan sistem manajemen pembangunan pendidikan yang berkualitas harus diarahkan pada:  Keberanian untuk meninggalkan perasaan kebanggaan terhadap masa lalu dan diganti dengan orientasi kepada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kearah yang lebih baik di masa depan.
  • 29. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dirasakan manfaatnya bagi kehidupan hari ini, hari esok dan masa depan.  Kesehatan dan kekuatan jasmani dan rohani sebagai sarana untuk melakukan ikhtiar dan berijtihad memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan hidupnya.  Peningkatan kemandirian yang dapat dijadikan modal utama untuk menghasilkan karya- karya yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.  Peningkatan apresiasi, rasa hormat, dan kesetiaan terhadap masyarakat dan bangsanya sendiri.