SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1
MENINGKATKAN DAN MENUMBUH KEMBANGKAN
PROFESIONALISME GURU
( Disampaikan dalam Seminar pada Kegiatan Desentralisasi Peningkatan
Pendidikan Dasar (ADB) Provinsi Bali 17 Nopember 2005 )
Oleh : Nyoman Dantes
Berikut diajukan beberapa pokok pikiran khususnya yang menyangkut
disiplin kerja guru dalam rangka menumbuh kembangkan profesionalisme guru.
Di hadapan kita terbentang dasawarsa terpenting dalam sejarah peradaban,
suatu periode inovasi teknologi yang mempesona, peluang ekonomi yang tidak
pernah terjadi sebelumnya karena akan mencapai puncaknya pada abad
melenium ini. Sehubungan dengan itu ( Naisbitt ) mendeskripsikan Megatrend
ekonomi global, renaisans dalam seni, munculnya pasar bebas, gaya hidup
global dan nasionalisme kultural, swastanisasi, kebangkitan agama milinium
baru, dan kejayaan individu. Kecenderungan – kecenderungan tersebut secara
langsung maupun tidak langsung memperngaruhi berbagai aspek kehidupan
termasuk pendidikan.
Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang pasti dipengaruhi oleh
kuantitas dan kualitas dari aspek kehidupan yang lain. Pendidikan merupakan
masalah semua orang, karena melalui sentuhan pendidikan proses
pemanusiaan itu terjadi. Dalam kaitan dengan itu, pada dasarnya manusia
mempunyai potensi menjadi baik, seperti halnya juga memiliki kecenderungan
berbuat tidak baik, maka diperlukan upaya untuk mewujudkan harkat dan
martabat kemanusiaan yang tertinggi pada masing – masing individu.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Manusia tidak dengan
sendirinya memanusia, seperti binatang dengan sendirinya membinatang.
Maka dari itu manusia harus mendapatkan sentuhan pendidikan, serta hidup di
lingkungan masyarakat manusia, untuk dia bisa menjadi manusia. Pendidikan
merupakan upaya sadar yang diarahkan untuk mencapai perbaikan disegala
aspek kehidupan. Dalam upaya pendidikan itulah keterlibatan orang tua
( sebagai pendidik pertama, utama dan kodrat ), orang dewasa lainnya, tokoh
masyarakat serta guru, sangatlah nyata terlihat.
Guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional, jabatan tersebut
adalah suatu profesi yang sangat berperan dalam pendidikan formal. Guru
dapat dikatakan menempati posisi yang sangat strategis dalam pengelolaan
proses belajar pada pendidikan formal. Guru-lah yang merancang,
mengarahkan dan mengelola proses belajar mengajar dalam rangka (untuk)
mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan sudah tentunya untuk
kesejahteraan subyek didik. Dalam konteks itu, guru tidak hanya membina anak
untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan secara kognitif saja, tapi lebih jauh
dari itu adalah untuk dapat membina nilai kemanusiaan pada anak. Dengan
kata lain, disamping mencapai instructional effects, pencapaian nurturant
effects sangat penting diupayakan, sehingga empat pilar pendidikan yang
dirumuskan oleh UNESCO yaitu : learning to know, learning to do, learning to
be, dan learning to live together, bisa diimplementasikan secara bersamaan
2
dan atau silih berganti. Maka dari itu kita membutuhkan guru yang profesional.
Dalam hubungan dengan butir di atas, meskipun dalam kenyataan
menunjukkan perlakuan kita terhadap guru masih cukup jauh dari yang
diharapkan, tetapi agaknya tidak sulit untuk menyepakati bahwa tugasnya
adalah teramat penting. Secara makro, tugas guru berhubungan dengan
pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling
menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa. Dalam hubungan ini,
tampaknya memang ada kecenderungan untuk memandang permasalahan
secara kurang jernih. Kesalahan perhitungan oleh seorang insinyur bangunan
dalam merancang bangunan atau kesalahan terapi yang diberikan oleh seorang
dokter segera disadari pentingnya oleh masyarakat luas berhubung dengan
kedramatisan dampaknya, bangunan bertingkat ambruk atau pasien meninggal.
Walaupun tidak langsung terlihat, agaknya juga tidak sulit untuk menyepakati,
bahwa dampak negatif kesalahan pendidikan juga tidak kalah seriusnya.
Kegawatan tersebut dapat berupa terbunuhnya bakat yang secara potensial
dapat memberi sumbangan bagi pembangunan dan kelestarian serta kejayaan
bangsa, sampai dengan perusakan diri sendiri (karena kebiasaan hidup yang
salah dsb) maupun perusakan lingkungan, yang kesemuanya itu juga tidak
terperbaiki.
Bertolak dari keharusan menjaga keseimbangan antara kedaulatan
murid dan otoritas guru, serta keserasian antara penumbuhan kemampuan
mempertanyakan dan kesediaan menerima nilai lingkungan, maka peranan
kunci guru di dalam interaksi pendidikan adalah melakukan pengendalian yang
pada dasarnya dapat ditinjau dari tiga segi. Peranan kunci itu adalah: (a) secara
sistematis mengupayakan pembentukan kemandirian murid dengan mengatur
pemberian kesempatan untuk mengambil keputusan sesuai dengan
perkembangan kemampuannya, (b) pemupukan kemampuan murid dalam
pengambilan keputusan dengan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
yang relevan, dan (c) penyediaan sistem dukungan yang memungkinkan
melaksanakan bergabai alternatif bentuk kegiatan belajar yang mencerminkan
kemandirian dan kemampuan mengambil keputusan yang semakin meningkat
dengan kata lain, guru memang harus mengerahkan segenap kemampuannya
untuk menyediakan kondisi belajar yang kondusif untuk terjadinya proses
pembelajaran pada murid. Pengendalian di sini perlu diartikan secara khas,
sejak awal tujuannya adalah pemandirian murid, bukan penjinakannya. Oleh
karena itu, harus kokoh terpatri dalam kesadaran guru bahwa segala
kelebihannya apabila dibandingkan dengan murid adalah bersifat sementara
dan bukan hakiki. Bila dikaji lebih jauh dari situasi yang telah dikemukakan
pada butir – butir di atas, jelas akan kita pertanyakan profil guru bagaimana kita
harapkan untuk dapat mengelola proses pembelajaran dalam rangka antisipasi
generasi muda kita untuk memasuki gerbang abad ke 21, yang penuh dengan
gejolak kemajuan itu. Bila untuk itu, seandainya kita menjawab bahwa guru kita
harus profesional (yang dicirikan pada proses kemampuan pembelajaran diri ),
tetap kita harus pertanyakan bagaimana ciri umum itu dan dengan jalan
bagaimana kita meningkatkan hal tersebut.
Bila digambarkan dalam suatu diagram bagaimana peran guru dalam
proses pembelajaran maupun dalam kaitan dengan sistem persekolahan
3
sehingga variabilitas perkembangan sistem tersebut dapat optimal terjadi
adalah sbb:
Dalam pembahasan atau analisis selanjutnya dalam kaitan dengan
globalisasi, satu asumsi yang harus dipegang bahwa : untuk masa yang akan
datang kita tidak bisa mengatakan apa yang pasti akan terjadi, tapi kita hanya
bisa mengatakan kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi dari
menganalisa apa yang terjadi, dan kecenderungan – kecenderungan yang
mungkin akan terjadi. Maka dari itu guru harus disiplin menjalankan tugas
profesinya, dia tidak boleh kehilangan idealisme profesinya/keguruannya.
Bertolak dari itu tampaknya profil guru yang kita harapkan adalah :
a) Beriman dan taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
b) Memiliki dasar profesional yang kuat, baik yang menyangkut
kemampuan presonal, profesional dan sosial. Untuk indikator ini meliputi
keterampilan / keahlian dalam bidangnya yang diperoleh lewat
pendidikan dan pelatihan yang intensif dari lembaga tertentu,
c) Memiliki tanggung jawab atas layanan yang diberikan demi untuk
kemaslahatan orang lain (siswa)
d) Memiliki kemampuan dasar untuk berperilaku inovatif, kreatif dan
pembelajaran diri. Dengan dimilikinya tiga kemampuan dasar ini akan
terjadi pengembangan diri secara berlanjut sehingga dapat beradaptasi
secara berlanjut dengan perubahan yang terjadi. Memang, di samping
pengembangan diri dapat dilakukan secara personal dapat dilakukan
pula secara lebih terencana melalui organisasi profesi.
4
Dalam kaitan dengan itu, salah satu variabel yang dianggap dominan
berpengaruh dengan “keterjadian” profesional guru tersebut, adalah
kedisiplinan seseorang dalam melakukan, mempertahankan dan
meningkatkan unit kerjanya. Hal ini dikatakan demikian karena, kedisiplinan
merupakan awal peningkatan profesi guru menuju terbentuknya SDM yang
berkualitas. Disiplin merupakan ketaatan seseorang untuk melakukan
sesuatu tugas, pekerjaan, misi sesuai dengan aturan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan kedisiplinan merupakan situasi dan kondisi
seseorang untuk berbuat disiplin. Banyak faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan seseorang, yaitu: (a) faktor internal, seperti keperibadian,
idealisme, dedikasi, loyalitas, nilai yang dianut, kemampuan maupun bakat;
(b) faktor eksternal seperti: iklim kerja, pola kepemimpinan, koesifitas
(koesif) kelompok kerja, sistem reward dan punishment (material/spiritual),
iklim/pandangan masyarakat terhadap pekerjaan/tugas yang diemban, dan
budaya masyarakat.
Sedangkan profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan
yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Ini berarti
pekerjaan atau jabatan itu harus dikerjakan oleh orang yang sudah
terlatih/disiapkan untuk melakukan pekerjaan itu. Sedangkan
profesionalisme merupakan suatu pandangan yang dianut oleh seorang
tentang pekerjaannya atau dalam melakukan pekerjaannya. Guru
merupakan suatu profesi, yang secara hukum telah diakui dan secara
“expertise” memang tidak bisa dikerjakan oleh orang yang tidak disiapkan
untuk itu. Dalam rancangan UU tentang Guru pada Ketentuan Umum
dikatakan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada ayat 3 pasal
1 disebutkan bahwa, profesi guru adalah pekerjaan dan atau jabatan yang
memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang didapatkan melalui
kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai
keterampilan atau keahlian dalam melayani orang lain dengan memperoleh
upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Pengakuan guru sebagai tenaga
profesional dibuktikan dengan sertifikat kompetensi. Kompetensi adalah
bersifat personal dan kompleks serta merupakan suatu kesatuan utuh yang
menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu
berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau
diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi
tersebut.
Secara lebih detail dalam RUU Guru telah dicantumkan mengenai :
prinsip profesional guru, kualifikasi dan kompetensi guru, tugas hak dan
kewajiban, pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Bila disimak secara lebih umum dapat dikatakan bahwa ciri – ciri suatu
profesi, menyangkut tiga hal itu yaitu :
5
1) Didasarkan pada keilmuan tertentu (expertise)
2) Pemberian jasa didasarkan pada tanggung jawab (responsibility)
demi untuk kemaslahatan orang lain/ penerima jasa, dan
3) Keterikatan pada suatu kesejawatan.
Hal tersebut di atas (khususnya butir 1) diterjemahkan oleh Departemen
(DIKNAS) dengan acuan bahwa guru yang profesional adalah guru yang
menguasai standar kompetensi yang terdiri dari empat standar kompetensi
yaitu: standar I : Penguasaan Bidang Studi, Standar II yaitu: Pemahaman
tentang Peserta Didik, Standar III yaitu: Penguasaan Pembelajaran yang
Mendidik, dan Standar IV yaitu: Pengembangan Kepribadian dan
Keprofesional-an. Namun, secara lebih rinci D. Westby Gibson
mendeskripsikan ciri profesi adalah :
a) Masyarakat mengakui layanan yang diberikannya,
b) Memiliki seperangkat ilmu yang mendukung profesinya,
c) Diperlukan adanya proses pendidikan tertentu sebelum orang dapat
melaksanakan pekerjaan yang profesional,
d) Dimilikinya mekanisme untuk menyaring sehingga hanya mereka
yang dianggap kompeten boleh melakukan pekerjaan profesional
itu,
e) Dimilikinya organisasi profesinal untuk melindungi kepentingan
anggotanya dan meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat,
termasuk kode etik profesional.
Dari butir di atas dapat digambarkan keterkaitan pengembangan profesi
guru dengan beberapa variabel dominan, seperti pada diagram berikut :
Pembentukan
S D M Yang
Berkualitas
KEDISIPLINAN
PROFESIONALISASI
GURU
Mengajar
Membimbing
Melatih
Proses
Transformasi
Instrumentasi Input
Raw
Input
Out
Put
Environmental Input
6
Diagram di atas, menempatkan guru (sudah tentunya guru yang profesional )
pada posisi strategis, dan itu adalah wajar, karena guru yang mampu
merancang, mengarahkan pengelolaan PBM sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Guru didukung dengan kedisiplinan yang tinggi mengakibatkan guru
itu makin menonjol profesionalitasnya, yang pada gilirannya akan berdampak
ganda pada pembentukan sumber daya manusia muda yang berkualitas (baik
secara moral maupun secara keilmuan). Penguasaan keilmuan dan teknologi
oleh suatu bangsa (generasi muda sebagai penerus pembangunan dan calon
pemimpin bangsa) akan menjamin terjadinya peningkatan kesejahteraan rakyat
negara tersebut.
Seorang guru profesional harus juga memiliki tanggung jawab dan
kesejawatan (ciri umum dan telah dirinci menjadi ciri khusus seperti di atas).
Syarat tersebut saling menunjang dan melengkapi. Seorang profesional tidak
cukup hanya memiliki keahlian atau paling tidak kemahiran, sehingga
membedakannya dengan pekerja teknis semata (tukang). Jabatan guru jelas
bukan tukang, karena ia memiliki tanggung-jawab filosofis, yang menyingkapi
dan memberikan warna pelaksanaan tugasnya. Guru bukan hanya bertanggung
jawab untuk terjadinya proses belajar mengajar dalam arti pencapaian tingkat
pemahaman/penguasaan ilmu, teknologi, seni, melainkan termasuk juga upaya
untuk meningkatkan kualitas manusia dalam artian “memanusiakan manusia”.
Semua aspek di atas, yang menyangkut jabatan profesional guru,
rekruitmen, pengembangan profesi guru, hak dan kewajiban sampai
dengan sistem reward telah tercantum pada RUU Guru, yang semoga
tanggal 25 Nopember 2005 ini dapat disyahkan dan hadiah pada “Hari
Guru”, bagi guru kita. Selanjutnya memang harus selalu diperjuangkan
dan dipertahankan oleh para guru, sehingga memang guru sebagai
jabatan profesi bukanlah selogan belaka. Kita harus bisa
memperjuangkan profesi ini sejajar dengan profesi-profesi lain, sehingga
kontribusinya memang nyata bagi bangsa ini. Niat pemerintah untuk
menetapkan Undang-undang Guru adalah untuk memberi tempat yang
layak dan strategis pada profesi guru, sehingga profesi ini menjadi
berharga dan diminati serta memang dibutuhkan oleh bangsa ini.
Jadi, tugas guru bukan hanya memelihara berputarnya roda proses
belajar (system operator), tapi semestinya meliputi pula upaya pengembangan
sistem (system improvement). Agar guru mampu berperan optimal dalam
kelancaran roda sistem dan pengembangannya, ia memerlukan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, sikap baik yang diperoleh melalui program
prajabatan maupun dalam jabatan. Dengan demikian, guru harus kompeten
secara personal, profesional maupun sosial. Tanpa upaya pengembangan
sistem, maka dunia pendidikan hanya akan berputar secara rutin, seperti terbit
dan tenggelamnya sang surya. Walaupun tingkat profesionalisme tersebut
merupakan konsep kontinum, tetapi yang jelas diperlukan adanya dedikasi dan
tingkat profesionalitas yang lebih tinggi agar mampu melihat peran, tantangan
dan masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan serta berupaya untuk
mencari pemecahannya, dan mereka inilah tergolong pengembang sistem
(system developers). Bila kita telah pahami sepintas mengenai keterkaitan
7
antara kedisiplinan dengan peningkatan profesionalisme guru, menuju
terbentuknya SDM yang berkualitas, tampak variabel dasarnya adalah,
kedisiplinan guru itu sendiri. Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana kita dapat
menumbuhkan, mengembangkan dan mempertahankan variabel dasar tersebut
agar meningkat secara konsisten. Berikut diajukan beberapa pemikiran yang
sudah semestinya dapat dikembangkan secara situasional untuk tujuan
menumbuhkan, mengembangkan dan mempertahankan variabel dasar itu
(disiplin), seperti:
1) Pupuklah rasa “malu” anda untuk tidak melakukan tugas/tidak
berprestasi dalam pekerjaan/tugas/jabatan anda.
2) Tunjukkan persaingan yang sportif antara teman sekerja anda.
3) Munculkan kedisiplinan itu secara instrinsik dan yakinlah bahwa
perbuatan mulia anda akan mendatangkan karma yang sesuai, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
4) Pupuklah idealisme kependidikan anda, dan yakinilah bahwa murid
(subyek didik) itu adalah “anak – anak kita yaitu anak bangsa, bukan
anak dia atau anak saya”.
5) Munculkanlah iklim kerja yang kondusif dan koesif.
6) Bagi pimpinan, tunjukkan dan terapkanlah reward dan punishment
secara obyektif dan konsisten. Gunakanlah prinsip “ Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani ” dalam
kepemimpinan anda.
Sekian dan terima kasih, semoga sukses menjalankan tugas mulia anda

More Related Content

What's hot

Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Tjoetnyak Izzatie
 
Makalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMakalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar Pendidikan
Michant Lhoo
 
Budaya Sekolah : Kepimpinan sekolah
Budaya Sekolah : Kepimpinan sekolahBudaya Sekolah : Kepimpinan sekolah
Budaya Sekolah : Kepimpinan sekolah
noorqaseh_ramadhan
 
Peranan guru pendidikan moral
Peranan guru pendidikan moralPeranan guru pendidikan moral
Peranan guru pendidikan moral
Norazah Mohamad
 
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
Jalalludin Ibrahim
 
131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah
131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah
131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah
Aznida Ninie
 
Unit 1 Erti Dan Matlamat Pendidikan
Unit 1  Erti Dan  Matlamat  PendidikanUnit 1  Erti Dan  Matlamat  Pendidikan
Unit 1 Erti Dan Matlamat Pendidikan
一世 一生
 

What's hot (20)

Pentaksiran holistik
Pentaksiran holistikPentaksiran holistik
Pentaksiran holistik
 
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
Perencanaan dalam strategi belajar (tjoetnyak)
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
 
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
 
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolahApakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
Apakah yang anda faham dengan sekolah berkesan dan penambahbaikan sekolah
 
Inisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolahInisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolah
 
Sosok Teori dan Teori Pendidikan
Sosok Teori dan Teori PendidikanSosok Teori dan Teori Pendidikan
Sosok Teori dan Teori Pendidikan
 
Unit 13 (persediaan sebagai guru)
Unit 13 (persediaan sebagai guru)Unit 13 (persediaan sebagai guru)
Unit 13 (persediaan sebagai guru)
 
Makalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMakalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar Pendidikan
 
Manajemen Pendidikan
Manajemen PendidikanManajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
 
Kepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
Kepimpinan Kurikulum Bilik DarjahKepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
Kepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
 
Edu semester 7
Edu semester 7Edu semester 7
Edu semester 7
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Budaya Sekolah : Kepimpinan sekolah
Budaya Sekolah : Kepimpinan sekolahBudaya Sekolah : Kepimpinan sekolah
Budaya Sekolah : Kepimpinan sekolah
 
Peranan guru pendidikan moral
Peranan guru pendidikan moralPeranan guru pendidikan moral
Peranan guru pendidikan moral
 
GPP 1063
GPP 1063GPP 1063
GPP 1063
 
Kepimpinan kurikulum bilik darjah
Kepimpinan kurikulum bilik darjahKepimpinan kurikulum bilik darjah
Kepimpinan kurikulum bilik darjah
 
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
 
131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah
131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah
131420725 peranan-guru-pendidikan-moral-di-sekolah
 
Unit 1 Erti Dan Matlamat Pendidikan
Unit 1  Erti Dan  Matlamat  PendidikanUnit 1  Erti Dan  Matlamat  Pendidikan
Unit 1 Erti Dan Matlamat Pendidikan
 

Viewers also liked (8)

Carrier Rollers and Ball Transfer Units.
Carrier Rollers and Ball Transfer Units.Carrier Rollers and Ball Transfer Units.
Carrier Rollers and Ball Transfer Units.
 
Our Favorites !
Our Favorites !Our Favorites !
Our Favorites !
 
Bent u als inkoper ook zoveel tijd kwijt ?
Bent u als inkoper ook zoveel tijd kwijt ?Bent u als inkoper ook zoveel tijd kwijt ?
Bent u als inkoper ook zoveel tijd kwijt ?
 
Optimization of Logistics and Stockmanegement.
Optimization of Logistics and Stockmanegement.Optimization of Logistics and Stockmanegement.
Optimization of Logistics and Stockmanegement.
 
Compo marking scheme
Compo marking schemeCompo marking scheme
Compo marking scheme
 
Our Strongest !
Our Strongest !Our Strongest !
Our Strongest !
 
Higherbookletanswers311 100604140327-phpapp01
Higherbookletanswers311 100604140327-phpapp01Higherbookletanswers311 100604140327-phpapp01
Higherbookletanswers311 100604140327-phpapp01
 
Bday ppt (2)
Bday ppt (2)Bday ppt (2)
Bday ppt (2)
 

Similar to Ya Allah

Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Zaza Arifin
 
Peran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolahPeran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolah
SuTedjo Tee
 
profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan
AisAisyah
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' siti
sujiadi
 
Tugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikanTugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikan
mhd_riski
 
Makna dan ciri interaksi edukatif
Makna dan ciri interaksi edukatifMakna dan ciri interaksi edukatif
Makna dan ciri interaksi edukatif
iqbalvarmelen
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
tuti Oktaviani
 

Similar to Ya Allah (20)

Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
 
Peran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolahPeran guru bk di sekolah
Peran guru bk di sekolah
 
profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
 
Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013
 
Komponen pendidikan
Komponen pendidikanKomponen pendidikan
Komponen pendidikan
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' siti
 
Ppp2
Ppp2Ppp2
Ppp2
 
Ppg
PpgPpg
Ppg
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ameng
AmengAmeng
Ameng
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
Tugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikanTugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikan
 
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdfnyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
 
Program supervisi
Program supervisiProgram supervisi
Program supervisi
 
Bab i ok
Bab i okBab i ok
Bab i ok
 
Makna dan ciri interaksi edukatif
Makna dan ciri interaksi edukatifMakna dan ciri interaksi edukatif
Makna dan ciri interaksi edukatif
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
 

Ya Allah

  • 1. 1 MENINGKATKAN DAN MENUMBUH KEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU ( Disampaikan dalam Seminar pada Kegiatan Desentralisasi Peningkatan Pendidikan Dasar (ADB) Provinsi Bali 17 Nopember 2005 ) Oleh : Nyoman Dantes Berikut diajukan beberapa pokok pikiran khususnya yang menyangkut disiplin kerja guru dalam rangka menumbuh kembangkan profesionalisme guru. Di hadapan kita terbentang dasawarsa terpenting dalam sejarah peradaban, suatu periode inovasi teknologi yang mempesona, peluang ekonomi yang tidak pernah terjadi sebelumnya karena akan mencapai puncaknya pada abad melenium ini. Sehubungan dengan itu ( Naisbitt ) mendeskripsikan Megatrend ekonomi global, renaisans dalam seni, munculnya pasar bebas, gaya hidup global dan nasionalisme kultural, swastanisasi, kebangkitan agama milinium baru, dan kejayaan individu. Kecenderungan – kecenderungan tersebut secara langsung maupun tidak langsung memperngaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang pasti dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas dari aspek kehidupan yang lain. Pendidikan merupakan masalah semua orang, karena melalui sentuhan pendidikan proses pemanusiaan itu terjadi. Dalam kaitan dengan itu, pada dasarnya manusia mempunyai potensi menjadi baik, seperti halnya juga memiliki kecenderungan berbuat tidak baik, maka diperlukan upaya untuk mewujudkan harkat dan martabat kemanusiaan yang tertinggi pada masing – masing individu. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Manusia tidak dengan sendirinya memanusia, seperti binatang dengan sendirinya membinatang. Maka dari itu manusia harus mendapatkan sentuhan pendidikan, serta hidup di lingkungan masyarakat manusia, untuk dia bisa menjadi manusia. Pendidikan merupakan upaya sadar yang diarahkan untuk mencapai perbaikan disegala aspek kehidupan. Dalam upaya pendidikan itulah keterlibatan orang tua ( sebagai pendidik pertama, utama dan kodrat ), orang dewasa lainnya, tokoh masyarakat serta guru, sangatlah nyata terlihat. Guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional, jabatan tersebut adalah suatu profesi yang sangat berperan dalam pendidikan formal. Guru dapat dikatakan menempati posisi yang sangat strategis dalam pengelolaan proses belajar pada pendidikan formal. Guru-lah yang merancang, mengarahkan dan mengelola proses belajar mengajar dalam rangka (untuk) mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan sudah tentunya untuk kesejahteraan subyek didik. Dalam konteks itu, guru tidak hanya membina anak untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan secara kognitif saja, tapi lebih jauh dari itu adalah untuk dapat membina nilai kemanusiaan pada anak. Dengan kata lain, disamping mencapai instructional effects, pencapaian nurturant effects sangat penting diupayakan, sehingga empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO yaitu : learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together, bisa diimplementasikan secara bersamaan
  • 2. 2 dan atau silih berganti. Maka dari itu kita membutuhkan guru yang profesional. Dalam hubungan dengan butir di atas, meskipun dalam kenyataan menunjukkan perlakuan kita terhadap guru masih cukup jauh dari yang diharapkan, tetapi agaknya tidak sulit untuk menyepakati bahwa tugasnya adalah teramat penting. Secara makro, tugas guru berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa. Dalam hubungan ini, tampaknya memang ada kecenderungan untuk memandang permasalahan secara kurang jernih. Kesalahan perhitungan oleh seorang insinyur bangunan dalam merancang bangunan atau kesalahan terapi yang diberikan oleh seorang dokter segera disadari pentingnya oleh masyarakat luas berhubung dengan kedramatisan dampaknya, bangunan bertingkat ambruk atau pasien meninggal. Walaupun tidak langsung terlihat, agaknya juga tidak sulit untuk menyepakati, bahwa dampak negatif kesalahan pendidikan juga tidak kalah seriusnya. Kegawatan tersebut dapat berupa terbunuhnya bakat yang secara potensial dapat memberi sumbangan bagi pembangunan dan kelestarian serta kejayaan bangsa, sampai dengan perusakan diri sendiri (karena kebiasaan hidup yang salah dsb) maupun perusakan lingkungan, yang kesemuanya itu juga tidak terperbaiki. Bertolak dari keharusan menjaga keseimbangan antara kedaulatan murid dan otoritas guru, serta keserasian antara penumbuhan kemampuan mempertanyakan dan kesediaan menerima nilai lingkungan, maka peranan kunci guru di dalam interaksi pendidikan adalah melakukan pengendalian yang pada dasarnya dapat ditinjau dari tiga segi. Peranan kunci itu adalah: (a) secara sistematis mengupayakan pembentukan kemandirian murid dengan mengatur pemberian kesempatan untuk mengambil keputusan sesuai dengan perkembangan kemampuannya, (b) pemupukan kemampuan murid dalam pengambilan keputusan dengan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan yang relevan, dan (c) penyediaan sistem dukungan yang memungkinkan melaksanakan bergabai alternatif bentuk kegiatan belajar yang mencerminkan kemandirian dan kemampuan mengambil keputusan yang semakin meningkat dengan kata lain, guru memang harus mengerahkan segenap kemampuannya untuk menyediakan kondisi belajar yang kondusif untuk terjadinya proses pembelajaran pada murid. Pengendalian di sini perlu diartikan secara khas, sejak awal tujuannya adalah pemandirian murid, bukan penjinakannya. Oleh karena itu, harus kokoh terpatri dalam kesadaran guru bahwa segala kelebihannya apabila dibandingkan dengan murid adalah bersifat sementara dan bukan hakiki. Bila dikaji lebih jauh dari situasi yang telah dikemukakan pada butir – butir di atas, jelas akan kita pertanyakan profil guru bagaimana kita harapkan untuk dapat mengelola proses pembelajaran dalam rangka antisipasi generasi muda kita untuk memasuki gerbang abad ke 21, yang penuh dengan gejolak kemajuan itu. Bila untuk itu, seandainya kita menjawab bahwa guru kita harus profesional (yang dicirikan pada proses kemampuan pembelajaran diri ), tetap kita harus pertanyakan bagaimana ciri umum itu dan dengan jalan bagaimana kita meningkatkan hal tersebut. Bila digambarkan dalam suatu diagram bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran maupun dalam kaitan dengan sistem persekolahan
  • 3. 3 sehingga variabilitas perkembangan sistem tersebut dapat optimal terjadi adalah sbb: Dalam pembahasan atau analisis selanjutnya dalam kaitan dengan globalisasi, satu asumsi yang harus dipegang bahwa : untuk masa yang akan datang kita tidak bisa mengatakan apa yang pasti akan terjadi, tapi kita hanya bisa mengatakan kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi dari menganalisa apa yang terjadi, dan kecenderungan – kecenderungan yang mungkin akan terjadi. Maka dari itu guru harus disiplin menjalankan tugas profesinya, dia tidak boleh kehilangan idealisme profesinya/keguruannya. Bertolak dari itu tampaknya profil guru yang kita harapkan adalah : a) Beriman dan taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, b) Memiliki dasar profesional yang kuat, baik yang menyangkut kemampuan presonal, profesional dan sosial. Untuk indikator ini meliputi keterampilan / keahlian dalam bidangnya yang diperoleh lewat pendidikan dan pelatihan yang intensif dari lembaga tertentu, c) Memiliki tanggung jawab atas layanan yang diberikan demi untuk kemaslahatan orang lain (siswa) d) Memiliki kemampuan dasar untuk berperilaku inovatif, kreatif dan pembelajaran diri. Dengan dimilikinya tiga kemampuan dasar ini akan terjadi pengembangan diri secara berlanjut sehingga dapat beradaptasi secara berlanjut dengan perubahan yang terjadi. Memang, di samping pengembangan diri dapat dilakukan secara personal dapat dilakukan pula secara lebih terencana melalui organisasi profesi.
  • 4. 4 Dalam kaitan dengan itu, salah satu variabel yang dianggap dominan berpengaruh dengan “keterjadian” profesional guru tersebut, adalah kedisiplinan seseorang dalam melakukan, mempertahankan dan meningkatkan unit kerjanya. Hal ini dikatakan demikian karena, kedisiplinan merupakan awal peningkatan profesi guru menuju terbentuknya SDM yang berkualitas. Disiplin merupakan ketaatan seseorang untuk melakukan sesuatu tugas, pekerjaan, misi sesuai dengan aturan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kedisiplinan merupakan situasi dan kondisi seseorang untuk berbuat disiplin. Banyak faktor yang mempengaruhi kedisiplinan seseorang, yaitu: (a) faktor internal, seperti keperibadian, idealisme, dedikasi, loyalitas, nilai yang dianut, kemampuan maupun bakat; (b) faktor eksternal seperti: iklim kerja, pola kepemimpinan, koesifitas (koesif) kelompok kerja, sistem reward dan punishment (material/spiritual), iklim/pandangan masyarakat terhadap pekerjaan/tugas yang diemban, dan budaya masyarakat. Sedangkan profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Ini berarti pekerjaan atau jabatan itu harus dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih/disiapkan untuk melakukan pekerjaan itu. Sedangkan profesionalisme merupakan suatu pandangan yang dianut oleh seorang tentang pekerjaannya atau dalam melakukan pekerjaannya. Guru merupakan suatu profesi, yang secara hukum telah diakui dan secara “expertise” memang tidak bisa dikerjakan oleh orang yang tidak disiapkan untuk itu. Dalam rancangan UU tentang Guru pada Ketentuan Umum dikatakan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada ayat 3 pasal 1 disebutkan bahwa, profesi guru adalah pekerjaan dan atau jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang didapatkan melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Pengakuan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat kompetensi. Kompetensi adalah bersifat personal dan kompleks serta merupakan suatu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut. Secara lebih detail dalam RUU Guru telah dicantumkan mengenai : prinsip profesional guru, kualifikasi dan kompetensi guru, tugas hak dan kewajiban, pembinaan dan pengembangan profesi guru. Bila disimak secara lebih umum dapat dikatakan bahwa ciri – ciri suatu profesi, menyangkut tiga hal itu yaitu :
  • 5. 5 1) Didasarkan pada keilmuan tertentu (expertise) 2) Pemberian jasa didasarkan pada tanggung jawab (responsibility) demi untuk kemaslahatan orang lain/ penerima jasa, dan 3) Keterikatan pada suatu kesejawatan. Hal tersebut di atas (khususnya butir 1) diterjemahkan oleh Departemen (DIKNAS) dengan acuan bahwa guru yang profesional adalah guru yang menguasai standar kompetensi yang terdiri dari empat standar kompetensi yaitu: standar I : Penguasaan Bidang Studi, Standar II yaitu: Pemahaman tentang Peserta Didik, Standar III yaitu: Penguasaan Pembelajaran yang Mendidik, dan Standar IV yaitu: Pengembangan Kepribadian dan Keprofesional-an. Namun, secara lebih rinci D. Westby Gibson mendeskripsikan ciri profesi adalah : a) Masyarakat mengakui layanan yang diberikannya, b) Memiliki seperangkat ilmu yang mendukung profesinya, c) Diperlukan adanya proses pendidikan tertentu sebelum orang dapat melaksanakan pekerjaan yang profesional, d) Dimilikinya mekanisme untuk menyaring sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten boleh melakukan pekerjaan profesional itu, e) Dimilikinya organisasi profesinal untuk melindungi kepentingan anggotanya dan meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat, termasuk kode etik profesional. Dari butir di atas dapat digambarkan keterkaitan pengembangan profesi guru dengan beberapa variabel dominan, seperti pada diagram berikut : Pembentukan S D M Yang Berkualitas KEDISIPLINAN PROFESIONALISASI GURU Mengajar Membimbing Melatih Proses Transformasi Instrumentasi Input Raw Input Out Put Environmental Input
  • 6. 6 Diagram di atas, menempatkan guru (sudah tentunya guru yang profesional ) pada posisi strategis, dan itu adalah wajar, karena guru yang mampu merancang, mengarahkan pengelolaan PBM sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Guru didukung dengan kedisiplinan yang tinggi mengakibatkan guru itu makin menonjol profesionalitasnya, yang pada gilirannya akan berdampak ganda pada pembentukan sumber daya manusia muda yang berkualitas (baik secara moral maupun secara keilmuan). Penguasaan keilmuan dan teknologi oleh suatu bangsa (generasi muda sebagai penerus pembangunan dan calon pemimpin bangsa) akan menjamin terjadinya peningkatan kesejahteraan rakyat negara tersebut. Seorang guru profesional harus juga memiliki tanggung jawab dan kesejawatan (ciri umum dan telah dirinci menjadi ciri khusus seperti di atas). Syarat tersebut saling menunjang dan melengkapi. Seorang profesional tidak cukup hanya memiliki keahlian atau paling tidak kemahiran, sehingga membedakannya dengan pekerja teknis semata (tukang). Jabatan guru jelas bukan tukang, karena ia memiliki tanggung-jawab filosofis, yang menyingkapi dan memberikan warna pelaksanaan tugasnya. Guru bukan hanya bertanggung jawab untuk terjadinya proses belajar mengajar dalam arti pencapaian tingkat pemahaman/penguasaan ilmu, teknologi, seni, melainkan termasuk juga upaya untuk meningkatkan kualitas manusia dalam artian “memanusiakan manusia”. Semua aspek di atas, yang menyangkut jabatan profesional guru, rekruitmen, pengembangan profesi guru, hak dan kewajiban sampai dengan sistem reward telah tercantum pada RUU Guru, yang semoga tanggal 25 Nopember 2005 ini dapat disyahkan dan hadiah pada “Hari Guru”, bagi guru kita. Selanjutnya memang harus selalu diperjuangkan dan dipertahankan oleh para guru, sehingga memang guru sebagai jabatan profesi bukanlah selogan belaka. Kita harus bisa memperjuangkan profesi ini sejajar dengan profesi-profesi lain, sehingga kontribusinya memang nyata bagi bangsa ini. Niat pemerintah untuk menetapkan Undang-undang Guru adalah untuk memberi tempat yang layak dan strategis pada profesi guru, sehingga profesi ini menjadi berharga dan diminati serta memang dibutuhkan oleh bangsa ini. Jadi, tugas guru bukan hanya memelihara berputarnya roda proses belajar (system operator), tapi semestinya meliputi pula upaya pengembangan sistem (system improvement). Agar guru mampu berperan optimal dalam kelancaran roda sistem dan pengembangannya, ia memerlukan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap baik yang diperoleh melalui program prajabatan maupun dalam jabatan. Dengan demikian, guru harus kompeten secara personal, profesional maupun sosial. Tanpa upaya pengembangan sistem, maka dunia pendidikan hanya akan berputar secara rutin, seperti terbit dan tenggelamnya sang surya. Walaupun tingkat profesionalisme tersebut merupakan konsep kontinum, tetapi yang jelas diperlukan adanya dedikasi dan tingkat profesionalitas yang lebih tinggi agar mampu melihat peran, tantangan dan masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan serta berupaya untuk mencari pemecahannya, dan mereka inilah tergolong pengembang sistem (system developers). Bila kita telah pahami sepintas mengenai keterkaitan
  • 7. 7 antara kedisiplinan dengan peningkatan profesionalisme guru, menuju terbentuknya SDM yang berkualitas, tampak variabel dasarnya adalah, kedisiplinan guru itu sendiri. Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana kita dapat menumbuhkan, mengembangkan dan mempertahankan variabel dasar tersebut agar meningkat secara konsisten. Berikut diajukan beberapa pemikiran yang sudah semestinya dapat dikembangkan secara situasional untuk tujuan menumbuhkan, mengembangkan dan mempertahankan variabel dasar itu (disiplin), seperti: 1) Pupuklah rasa “malu” anda untuk tidak melakukan tugas/tidak berprestasi dalam pekerjaan/tugas/jabatan anda. 2) Tunjukkan persaingan yang sportif antara teman sekerja anda. 3) Munculkan kedisiplinan itu secara instrinsik dan yakinlah bahwa perbuatan mulia anda akan mendatangkan karma yang sesuai, baik secara langsung maupun tidak langsung. 4) Pupuklah idealisme kependidikan anda, dan yakinilah bahwa murid (subyek didik) itu adalah “anak – anak kita yaitu anak bangsa, bukan anak dia atau anak saya”. 5) Munculkanlah iklim kerja yang kondusif dan koesif. 6) Bagi pimpinan, tunjukkan dan terapkanlah reward dan punishment secara obyektif dan konsisten. Gunakanlah prinsip “ Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani ” dalam kepemimpinan anda. Sekian dan terima kasih, semoga sukses menjalankan tugas mulia anda