PPT Presentasi Matakuliah Sejarah Gereja Katolik di Indonesia STF Driyarkara 2020 Sebelum kedatangan agama-agama besar di Indonesia, Nusantara telah dihuni oleh penduduk-penduduk yang memiliki ragam penghayatan iman. Setiap daerah memiliki aneka kekhasan dalam menghayati adanya entitas transenden yang memengaruhi hidup personal dan sosial mereka. Kedatangan agama seperti Hindu-Buddha, Islam, dan Kristen memberikan sebuah pandangan hidup baru yang menghadapkan mereka pada dua pilihan, yakni apakah meninggalkan keyakinan leluhur atau menolak bentuk keimanan “impor” tersebut. Kedatangan para misionaris yang menghadirkan Yesus dan kekatolikan juga memantik reaksi dari para penghayat kepercayaan lokal dalam menafsir apa itu kekatolikan. Untuk memahami dialog antara kekatolikan dan kepercayaan lokal, paper ini hendak menjawab pertanyaan tesis, Bagaimana proses dan buah dari dialog antara kekatolikan dengan agama dan kepercayaan lokal?

1. DIALOG KEKATOLIKAN
DENGAN
KEPERCAYAAN LOKAL
Presentasi Sejarah Gereja Katolik di Indonesia
Kelompok 1 Wadidaw:
Leonardus Bima SL.
Aloisius Pandya P.
Kristoforus Bimo R.
Arnoldus Jansen A.

2. mendalami dua arah proses dialog seperti bagaimana proses
interpretasi penganut kepercayaan lokal atas kekatolikan
maupun mengkatolikkan kepercayaan lokal.
“Bagaimana proses dan buah dari
dialog antara kekatolikan dengan
agama dan kepercayaan lokal?”
PERTANYAAN TESIS:
Subjek Analisis: Kejawen, ADS, Kepercayaan Manggarai dan Papua, serta Parmalim

3. PERJUMPAAN KEJAWEN
DENGAN KEKATOLIKAN

4. APA ITU KEJAWEN?
Kerap kali dianggap sebagai kaum abangan
oleh kaum santri, karena mereka dianggap
percaya terhadap takhayul-takhayul dan
tidak komitmen dalam menjalankan syariat
Islam secara total.
Aliran kepercayaan yang memiliki kesamaan
atau memadukan unsur teologis dari
Hindu, Buddha, dan Islam

5. PERJUMPAAN KATOLIK DENGAN KEJAWEN
21 Oktober 1897
Frans van Lith SJ mendapatkan izin dari
pemerintah untuk membuka pos misi di
Muntilan, stasi misi pertama di jantung tanah
Jawa.
Oktober 1897
Hoevanaars SJ diminta oleh Pangeran Aria
Sasraningrat untuk membantu kedua anaknya
mendapatkan pendidikan Eropa.

6. REAKSI KEJAWEN DALAM PERJUMPAAN
JEMBATAN untuk dapat berkomunikasi atau
“mencuri” ilmu dari Barat dan survive dalam
dinamika sosial pada jaman tersebut.
Interaksi dengan kekatolikan dianggap sebagai:
Jalan untuk melakukan KEBANGKITAN
NASIONAL melalui Pendidikan

7. PERJUMPAAN ADS
DENGAN KEKATOLIKAN

8. SEKILAS TENTANG ADS
Pendiri: Pangeran Madrais dari Kesultanan Gebang
Berdiri: 1848 di daerah Cigugur, Jabar
Agama Djawa Sunda
mendapat pengaruh
dari dua kesultanan:
Nama Djawa Sunda merupakan singkatan dari semboyan aliran ini:
“Andjawat lan andjawab roh susun-susun kang den tunda.”
Andjawat (mengambil) dan kata
andjawab (melaksanakan) disingkat
menjadi Djawa.
Roh susun-susun kang den tunda (Roh
yang tersusun-susun tertunda atau yang
ada di dunia) disingkat menjadi Sunda
Kesultanan Gebang (Penganut Islam)
Kesultanan Cirebon (Penganut Ngelmu)

9. Inti Ajaran ADS: PIKUKUH TILU (Tiga
Patokan Utama)
Ngaji Badan: usaha untuk menyadari serta menyaring pengaruh-
pengaruh yang datang dari roh-roh yang datang mempengaruhi
dirinya.
Iman Kana Tanah: Manusia sejatinya harus berperilaku dan bertindak
seturut dengan asal usul bangsanya sendiri. (Merawat dan Mengolah
Bumi)
Ngiblating Ratu Raja: ini mengajak manusia untuk mengatur bukan
saja alam raya tetapi juga alam diri pribadi manusia. (Menghargai dan
mencintai Tuhan, diri sendiri, sesama, negara atau pemerintahannya)
Konsep Tuhan ADS: Allah itu Esa dan ada dimana-mana serta dekat
dengan seluruh ciptaan-Nya atau zat-Nya, atau sawab-Nya.
Doa atau Dialog Batin Khas ADS: Nyipta Sisakapura  semedi yang
bertujuan untuk mengenal diri sendiri yang pada akhirnya dapat
mengikuti kecenderungan roh yang baik

10. PERJUMPAAN DENGAN KEKATOLIKAN
Pergulatan ADS: sulitnya alih fokus pada Yesus, ikut tradisi,
magisterium, peribadatan tanpa berpakaian lokal.
Sebab lain: batas minim pernikahan, dahar rama, sulit cari kerja
daripada di GKPasundan.
Perpindahan ke Katolik karena diskriminasi dan Wasiat
untuk “berteduh di bawah pohon cemara putih”
Media penanaman iman: sekolah, legio mariae,
pertemuan kring, komposisi musik liturgis gamelan sunda
Jembatan persamaan: tak bersunat, monogami
Orang Katolik dipandang lebih saleh dan budi luhur

11. PERJUMPAAN MANGGARAI
DENGAN KEKATOLIKAN

12. GAMBARAN KEPERCAYAAN MANGGARAI
3 Jenis Perkawinan: Kawing Cangkang, Tungku, dan Cako
Wujud Tertinggi= Mori Kraeng
Roh= Saudara dan Leluhur Manusia
Fungsi: Mediator pada Mori (bias perbedaan dengan Mori)
Biosfer= Manusia, Hewan dan Tumbuhan,
serta tempat hidup
Kosmologi 3 Lingkar

13. KEKATOLIKAN MENGHINGGAPI
MANGGARAI
Tenaga-tenaga katekis hebat dari Flores Timur
Sekolah-sekolah Pemerintah
mewajibkan Mapel Agama Katolik (berkat siasat Yesuit)
SVD: Penerus Yesuit dengan visi inkulturasi
2 Langkah SVD: pastoral torne (kunjungan) dan pendirian pusat misi

14. MANGGARAI MENANGGAPI
KEKATOLIKAN
tegangan antara hukum gerejawi dan tradisi:
kawing tungku dan kawing cako
SVD dipandang sebagai perangkul budaya
Scientia ex claritas: penunjang mutu hidup
Benih-benih monoteisme, perkawinan
monogami dan tak terceraikan

15. PERJUMPAAN
AGAMA DI PAPUA
DENGAN KEKATOLIKAN

16. SEKILAS TENTANG AGAMA ASLI PAPUA
Keempat nilai ini secara tidak langsung menggambarkan agama-agama asli Papua.
kesamaan nilai terjadi karena orang-orang Papua= keturunan Melanesia
Tanah Papua 252 suku dan budayanya
Gak ada Agama asli spesifik dan melebur dengan budaya masing-masing suku.
4 nilai yang diyakini orang-orang asli Papua:
Hidup Berlimpah: hidup yang diidamkan dan diperjuangkan
Komunitas: tidak ada keselamatan di luar komunitas.
Relasi yang Benar: memperoleh hidup berlimpah jika berelasi dengan
benar
Tukar-menukar sebagai bentuk saling menghormati yang
memperkokoh relasi.

17. SUKU MARIND ANIM SEBAGAI CONTOH
Suku asli tanah Merauke
Suku Peramu (Alam menyediakan bagi
mereka)
Dema: makhluk-makhluk dari zaman
purbakala yang bersama makhluk lainnya
dipercaya oleh orang Marind telah menjadi
tata dunia ini.
Orang Marind percaya bahwa kekuatan Dema
itu mengalir juga dalam diri mereka.

18. BERJUMPA DENGAN MISONARIS MSC
Misionaris MSC masuk dan merombak tatanan hidup
orang-orang Marind
akibat wabah yang hampir membinasakan Suku Marind
Rencana perombakkan itu kemudian disetujui oleh pemerintah Belanda.
Misionaris MSC datang ke Tanah Merauke (1905)
Setelah kedatangan mereka, para misionaris mencoba mempelajari bahasa dan budaya
dari orang-orang Suku Marind
Hal yang disoroti: adalah Budaya pengayauan dan persetubuhan (ritus Meio) yang
dianggap tidak manusiawi
Munculnya wabah penyakit kelamin dan flu Spanyol pada
tahun 1915an
Para misionaris dibantu pemerintah Belanda untuk dapat merombak budaya suku Marin
Pater Petrus Vertenten MSC menjadi tokoh misionaris yang punya peran besar dalam
menyelamatkan Suku Marind.

19. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI
Budaya Gereja yang notabene adalah Budaya Barat dipaksakan
bagi orang Marind.
Upacara, ungkapan rohani, lagu, ataupun tarian Suku Marind
dilarang dan dianggap kafir. ( Sikap Gereja: melarang dan
Menolak
Gereja jadi Pusat Perkampungan dan pendidikan Katolik
menjadi kewajiban bagi Suku Marind.
Adanya pembangunan tempat tinggal baru bagi Suku Marind
Gereja tetap terbuka untuk mempelajari budaya asli Papua
Bersamaan dengan berkembangnya pendidikan, orang-orang
asli Papua memiliki kerinduan dan cita-cita untuk membangun
Gereja asli Papua.

20. PERJUMPAAN PARMALIM
DENGAN KEKATOLIKAN

21. APA ITU PARMALIM?
Malim merupakan agama sinkretis dari
masyarakat Batak-Toba: perpaduan doktrin
dari unsur-unsur tradisi setempat, Islam, dan
Katolik.
Pendiri= Datu Somalaing.
Mereka menyebut Allah mereka dengan
sebutan "Mulajadi Nabolon", yang berarti
"Allah Yang Maha Tinggi sebagai awal".

22. KEHADIRAN KATOLIK DALAM AGAMA MALIM
PERINTIS:
8 Januari 1876, Carolus Wenneker S.J tiba di Hindia Belanda. Ia
mempunyai ketertarikan terhadap budaya Batak.
Tahun 1889, Elio Modigliani memberi pengaruh dalam terbentuknya
agama Malim.
Sybrandus van Rossum OFM.Cap menetap sebagaiimam pertama di Stasi
Misi Permanen Balige pada tahun 1935.
PONDASI:
PENCERAH:

23. MALIM MEMANDANG AGAMA KATOLIK
Kedatangan yang memberikan manfaat bagi
masyarakat Batak-Toba
Bagi orang Batak-Toba yang menjadi Katolik,
kehadiran para misionaris membantu bertahan
dalam hidup sosial pada saat itu.
Pencerahan sebagai kesempatan untuk
melakukan perlawanan terhadap kolonisasi

24. Pada akhirnya, para misionaris
menyadari, bahwa Gereja hadir di
tempat-tempat misi yang dituju,
bukan dilakukan atau mengubah
total aspek kehidupan
berimanmasyarakat asli. Maka
Gereja menyadari sikap yang
sesuai supaya Gereja dapat
diterima di tempat misi, yakni
Gereja memadukan doktrin-
doktrinnya dengan unsur-unsur
tradisi masyarakat asli yang
sejalan atau memiliki kesamaan.
PENUTUP

25. TERIMAKASIH