Studi ini mengevaluasi hubungan antara episode subklinis tingkat atrium cepat yang terdeteksi oleh alat pacu jantung dan risiko stroke iskemik. Dari 2.580 pasien yang diikuti selama rata-rata 2,5 tahun, 261 pasien (10,1%) mengalami episode subklinis tingkat atrium cepat dalam 3 bulan. Episode subklinis ini dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik atau emboli sistemik dan fibrilasi atrium klinis. Studi ini men
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai layanan kateterisasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, mencakup pencapaian kinerja unit non rawat inap tahun 2017, fasilitas pelayanan bedah dan diagnostik invasif, layanan cathlab dan layanan unggulan baru 2014-2017 seperti EVAR, TAVI, dan tindakan aritmia. Dokumen ini juga membahas strategi peningkatan layanan rujukan kardiovaskular dan skema pendampingan intervensi
Angiografi koroner perkutan merupakan tindakan kateterisasi dengan menyemprotkan zat kontras ke dalam arteri koroner untuk melihat anatomi arteri koroner sehingga dapat mendeteksi ada atau tidaknya penyempitan (stenosis) yang dimonitor melalui sinar X
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...Eltanin Vanriri
Penelitian ini melaporkan hasil evaluasi 4.583 pasien TIA atau stroke ringan selama satu tahun di 61 lokasi di 21 negara. Ditemukan bahwa 87,6% pasien mendapat perawatan medis dalam 24 jam setelah gejala, dan 22% mengalami stroke berulang. Resiko terendah terjadi pada pasien dengan skor ABCD <4 dan tidak ada penyebab lain. Skor ABCD dan temuan infark serta arterosklerosis pada pencitraan otak dap
Pendahuluan:
Tissue disoxia merupakan problema utama dari pasien2 baik pascabedah maupun pasien sakit kritis di ICU
Tissue disoxia dapat disebabkan oleh rendahnya DO2, gangguan mikrosirkulasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme sistim selular
Berlanjut menjadi cytopathic hypoxia yang disebabkan oleh disfungsi mitokhondria
Tiga komplikasi utama pasca bedah jantung adalah perdarahan berlebihan, shock refraktori, dan gangguan pernapasan seperti pneumonia. Pengetahuan mengenai patogenesis dan penatalaksanaan komplikasi-komplikasi ini dapat menyelamatkan pasien.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai layanan kateterisasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, mencakup pencapaian kinerja unit non rawat inap tahun 2017, fasilitas pelayanan bedah dan diagnostik invasif, layanan cathlab dan layanan unggulan baru 2014-2017 seperti EVAR, TAVI, dan tindakan aritmia. Dokumen ini juga membahas strategi peningkatan layanan rujukan kardiovaskular dan skema pendampingan intervensi
Angiografi koroner perkutan merupakan tindakan kateterisasi dengan menyemprotkan zat kontras ke dalam arteri koroner untuk melihat anatomi arteri koroner sehingga dapat mendeteksi ada atau tidaknya penyempitan (stenosis) yang dimonitor melalui sinar X
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...Eltanin Vanriri
Penelitian ini melaporkan hasil evaluasi 4.583 pasien TIA atau stroke ringan selama satu tahun di 61 lokasi di 21 negara. Ditemukan bahwa 87,6% pasien mendapat perawatan medis dalam 24 jam setelah gejala, dan 22% mengalami stroke berulang. Resiko terendah terjadi pada pasien dengan skor ABCD <4 dan tidak ada penyebab lain. Skor ABCD dan temuan infark serta arterosklerosis pada pencitraan otak dap
Pendahuluan:
Tissue disoxia merupakan problema utama dari pasien2 baik pascabedah maupun pasien sakit kritis di ICU
Tissue disoxia dapat disebabkan oleh rendahnya DO2, gangguan mikrosirkulasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme sistim selular
Berlanjut menjadi cytopathic hypoxia yang disebabkan oleh disfungsi mitokhondria
Tiga komplikasi utama pasca bedah jantung adalah perdarahan berlebihan, shock refraktori, dan gangguan pernapasan seperti pneumonia. Pengetahuan mengenai patogenesis dan penatalaksanaan komplikasi-komplikasi ini dapat menyelamatkan pasien.
Materi Ventilasi Mekanik (Mechanical Ventilation) disampaikan oleh Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo, S.Kep., Ns., M.N.Sc.(I.C) pada seminar yang diselanggarakan oleh Berca Niaga Medika
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit jantung koroner dan sindrom koroner akut, termasuk patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
2. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh akumulasi plak di arteri koroner yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah, sementara sindrom koroner akut meliputi berbagai komplikasi seperti angina tak stabil dan infark miokard.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala
Dokumen tersebut membahas tentang aritmia ventrikel yang meliputi:
1. Ventricular extrasystole (VES) atau premature ventricular contraction (PVC) yang disebabkan oleh fokus ektopik di ventrikel
2. Ventricular tachycardia yang disebabkan oleh tiga atau lebih VES dengan fokus yang berasal dari ventrikel kiri atau kanan
3. Ventricular fibrillation yang disebabkan oleh sejumlah fokus ektopik di ventrikel dengan gelombang fibrilasi yang cep
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit jantung koroner dan sindrom koroner akut, mulai dari patofisiologi, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
CVP digunakan untuk memantau tekanan vena sentral dan fungsi ventrikel kanan. Nilai normal CVP adalah 3-8 mmHg. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi emboli udara, pneumotoraks, dan infeksi, namun dapat dicegah dengan teknik steril dan memantau tanda infeksi.
Perioperative and icu care, fluid management, and renal supportPradnyana Suwirya
Dokumen tersebut membahas manajemen pasien perioperatif dan perawatan intensif, manajemen cairan, serta dukungan ginjal. Beberapa poin utama meliputi monitoring kinerja jantung dan tekanan darah pasien, penggunaan obat inotropik dan vasopresor, pencegahan dan penanganan gagal ginjal perioperatif, serta penggunaan terapi pengganti ginjal. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang dapat memperpanjang masa perawatan
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureNesha Mutiara
Studi kasus ini membahas pengobatan pasien lansia dengan diagnosis gagal jantung kongestif dan hipertensi. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengobatan pasien antara lain penggunaan statin yang dapat menyebabkan efek samping, interaksi antara bisoprolol dan salbutamol, pemantauan dosis warfarin, serta perlu dilakukan pengobatan dispepsia pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal jantung akut (acute decompensated heart failure). Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan gagal jantung akut.
1. Dokumen tersebut berisi ringkasan penyakit gagal jantung kongestif (CHF) yang mencakup definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan pendukung, komplikasi, dan penatalaksanaan CHF.
1. ACS-HF (acute decompensated HF in the setting of ACS) sangat terkait dengan hasil jangka pendek dan jangka panjang yang lebih buruk dibandingkan populasi pasca ACS lainnya atau etiologi dari HF akut lainnya.
2. Bukti terkini mendukung penggunaan ACEi, ARB, MRAs, dan beta blocker dalam pengobatan ACS-HF setelah stabilnya kondisi pasien, sedangkan peran agen antihiperglikemik masih perlu
Materi Ventilasi Mekanik (Mechanical Ventilation) disampaikan oleh Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo, S.Kep., Ns., M.N.Sc.(I.C) pada seminar yang diselanggarakan oleh Berca Niaga Medika
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit jantung koroner dan sindrom koroner akut, termasuk patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
2. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh akumulasi plak di arteri koroner yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah, sementara sindrom koroner akut meliputi berbagai komplikasi seperti angina tak stabil dan infark miokard.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala
Dokumen tersebut membahas tentang aritmia ventrikel yang meliputi:
1. Ventricular extrasystole (VES) atau premature ventricular contraction (PVC) yang disebabkan oleh fokus ektopik di ventrikel
2. Ventricular tachycardia yang disebabkan oleh tiga atau lebih VES dengan fokus yang berasal dari ventrikel kiri atau kanan
3. Ventricular fibrillation yang disebabkan oleh sejumlah fokus ektopik di ventrikel dengan gelombang fibrilasi yang cep
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit jantung koroner dan sindrom koroner akut, mulai dari patofisiologi, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
CVP digunakan untuk memantau tekanan vena sentral dan fungsi ventrikel kanan. Nilai normal CVP adalah 3-8 mmHg. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi emboli udara, pneumotoraks, dan infeksi, namun dapat dicegah dengan teknik steril dan memantau tanda infeksi.
Perioperative and icu care, fluid management, and renal supportPradnyana Suwirya
Dokumen tersebut membahas manajemen pasien perioperatif dan perawatan intensif, manajemen cairan, serta dukungan ginjal. Beberapa poin utama meliputi monitoring kinerja jantung dan tekanan darah pasien, penggunaan obat inotropik dan vasopresor, pencegahan dan penanganan gagal ginjal perioperatif, serta penggunaan terapi pengganti ginjal. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang dapat memperpanjang masa perawatan
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureNesha Mutiara
Studi kasus ini membahas pengobatan pasien lansia dengan diagnosis gagal jantung kongestif dan hipertensi. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengobatan pasien antara lain penggunaan statin yang dapat menyebabkan efek samping, interaksi antara bisoprolol dan salbutamol, pemantauan dosis warfarin, serta perlu dilakukan pengobatan dispepsia pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal jantung akut (acute decompensated heart failure). Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan gagal jantung akut.
1. Dokumen tersebut berisi ringkasan penyakit gagal jantung kongestif (CHF) yang mencakup definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan pendukung, komplikasi, dan penatalaksanaan CHF.
1. ACS-HF (acute decompensated HF in the setting of ACS) sangat terkait dengan hasil jangka pendek dan jangka panjang yang lebih buruk dibandingkan populasi pasca ACS lainnya atau etiologi dari HF akut lainnya.
2. Bukti terkini mendukung penggunaan ACEi, ARB, MRAs, dan beta blocker dalam pengobatan ACS-HF setelah stabilnya kondisi pasien, sedangkan peran agen antihiperglikemik masih perlu
Dokumen tersebut membahas mengenai gangguan irama jantung atau aritmia. Terdapat beberapa jenis aritmia seperti fibrilasi serambi, fibrilasi bilik, bradikardia, takikardia, dan lainnya. Aritmia dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan beresiko terhadap kesehatan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
dr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdfAryaPratama71
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit arteri perifer (PAP). PAP merujuk pada stenosis pada arteri ekstremitas bawah seperti femoralis, popliteal dan tibialis. Gejala utama PAP adalah nyeri kram pada tungkai saat beraktivitas yang hilang saat istirahat. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti ABI. Pengobatan meliputi modifikasi faktor risiko, obat-obatan, dan revaskularisasi sepert
Elektrokardiogram (EKG) merupakan rekaman listrik jantung yang menggambarkan aktivitas kontraksi otot jantung. EKG berguna untuk mendeteksi gangguan irama dan struktur jantung dengan menganalisis gelombang P, QRS, dan T. Parameter utama yang dianalisis meliputi denyut jantung, interval PR, dan bentuk gelombang. Pemahaman tentang sistem konduksi listrik jantung penting untuk memahami hasil pemeriksaan EKG.
Dokumen tersebut membahas kasus anestesi epidural pada pasien kehamilan dengan stenosis mitral. Pasien berusia 29 tahun dengan kehamilan 36-37 minggu akan menjalani operasi sectio caesarea. Status fisik pasien baik dengan riwayat mitral stenosis sejak 2010. Tatalaksana anestesi yang direncanakan adalah epidural kontinu.
Pasien pria berusia 50 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kiri yang mengarah ke lengan kiri atas dan bahu disertai keringat dingin dan mual. Pemeriksaan menunjukkan ST elevasi di lead II, III, dan aVF yang menunjukkan diagnosis STEMI inferior. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan oksigen, nitrat, aspirin, dan mempertimbangkan fibrinolitik karena tidak tersedianya fasilitas PCI di rumah sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang Acute Coronary Syndrome (ACS) yang meliputi STEMI, NSTEMI, dan unstable angina pectoris. Dokumen menjelaskan patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan ACS berdasarkan hasil EKG dan biomarker kardiovaskular. Dokumen juga menjelaskan asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan keluhan nyeri dada yang mungkin mengalami ACS.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
1. Seperempat dari stroke yang penyebabnya tidak diketahui, dan atrial fibrilasi subklinis
mungkin
sebuah etiologi faktor umum. Alat pacu jantung dapat mendeteksi episode subklinis dari
atrium cepat
rate, yang berkorelasi dengan atrial fibrilasi electrocardiographically didokumentasikan.
Kita
dievaluasi apakah episode subklinis tingkat atrium cepat terdeteksi oleh ditanamkan de-
keburukan dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik pada pasien yang tidak
memiliki bukti lain dari fibrilasi atrium.
Metode
Kami terdaftar 2580 pasien, 65 tahun atau lebih, dengan hipertensi dan sejarah tidak ada
fibrilasi atrium, dimana alat pacu jantung atau defibrilator baru-baru ini menjadi im-
ditanam. Kami memantau pasien selama 3 bulan untuk mendeteksi fibrilasi subklinis
tachyar-
rhythmias (episode tingkat atrium> 190 denyut per menit selama lebih dari 6 menit) dan
mengikuti mereka selama rata-rata 2,5 tahun untuk hasil utama dari stroke iskemik atau
emboli sistemik. Pasien dengan alat pacu jantung secara acak ditugaskan untuk menerima
atau tidak
untuk menerima pacing overdrive terus menerus atrium.
Hasil
Dengan 3 bulan, takiaritmia atrium subklinis terdeteksi oleh perangkat ditanamkan harus
terjadi pada 261 pasien (10,1%). Takiaritmia atrium subklinis dikaitkan
dengan peningkatan risiko fibrilasi atrium klinis (rasio hazard, 5,56; kepercayaan 95%
interval [CI], 3,78-8,17; emboli P <0,001) dan stroke iskemik atau sistemik
(Rasio hazard, 2,49, 95% CI, 1,28-4,85, P = 0,007). Dari 51 pasien yang memiliki primer
acara hasil, 11 telah memiliki takiaritmia atrium subklinis terdeteksi oleh 3 bulan,
dan tidak ada yang telah atrial fibrilasi klinis oleh 3 bulan. Populasi disebabkan
risiko emboli stroke atau sistemik yang berhubungan dengan atrium subklinis
tachyarrhyth-
mias adalah 13%. Takiaritmia atrium subklinis tetap prediktif dari primer
hasil setelah penyesuaian untuk prediktor stroke (rasio hazard, 2,50, 95% CI, 1,28 untuk
4,89, P = 0,008). Mondar-mandir overdrive terus menerus atrium tidak mencegah atrial
fibrilasi.
Kesimpulan
Takiaritmia atrium subklinis, tanpa fibrilasi atrium klinis, terjadi fre-
quently pada pasien dengan alat pacu jantung dan dikaitkan dengan meningkat secara
signifikan
risiko emboli stroke atau sistemik iskemik. (Didanai oleh St Jude Medical; Menegaskan
ClinicalTrials.gov nomor, NCT00256152.)
Sebuah
trialfibrillationmaybeasymptomatic akibatnya subklinis.
Epidemiologic studi menunjukkan bahwa banyak pasien
dengan atrial fibrilasi pada skrining electrocardio-
gram sebelumnya tidak menerima diagnosis
atrium fibrilasi.
2. 3
Sekitar 15% dari stroke attrib-
utable untuk fibrilasi atrium didokumentasikan, dan 50 untuk
60% untuk penyakit serebrovaskular didokumentasikan,
4-7
tapi
inabout25% ofpatientswhohaveischemicstrokes,
tidak ada faktor etiologi diidentifikasi.
4,8,9
Subklinis Atri-
al fibrilasi sering diduga menjadi penyebab
stroke pada pasien ini.
10
Namun, prevalensi
dan prognostik nilai atrium urat saraf subklinis-
dunia pernah sulit untuk dinilai.
8,9,11,12
Memimpin atrium yang ditanamkan dalam posisi dibandingkan
jangka panjang, dengan perangkat lunak analitik dari
alat pacu jantung modern, memungkinkan terus menerus detec-
tion dan karakterisasi episode individu
cepat atrium tingkat dalam waktu lama.
12
Studi memiliki
menunjukkan bahwa, tergantung pada pemrograman
alat pacu jantung, deteksi episode seperti
tingkat atrium cepat berkorelasi baik dengan electrocar-
diographic dokumentasi atrial fibrilasi.
12
Ada lebih dari 400.000 alat pacu jantung dan im-
tanam cardioverter-defibrillator (ICD) im-
ditanam setiap tahun di Amerika Utara.
13-15
Subclini-
episode kal tingkat atrium cepat terdeteksi di
banyak dari pasien,
16,17
sering tanpa adanya
klinis bukti fibrilasi atrium. Tingkat
stroke juga tinggi di antara pasien yang memiliki kembali
Perangkat ini mendapat alat pacu jantung, stroke terjadi pada 5,8%
dari pasien dalam waktu 4 tahun setelah implantasi.
18
Namun, hubungan antara perangkat-terdeteksi
takiaritmia atrium dan stroke tidak di bawah-
berdiri.
3. Para Fibrilasi Atrial asimtomatik dan Stroke
Evaluasi di Pasien alat pacu jantung dan atrium
Fibrilasi Atrial Mondar-mandir Pengurangan Trial (Menegaskan)
dirancang untuk mengatasi dua tujuan. Yang pertama
adalah untuk mengevaluasi apakah prospektif subklinis
episode tingkat atrium cepat terdeteksi oleh ditanamkan
perangkat yang berhubungan dengan peningkatan risiko
iskemik stroke pada pasien yang tidak memiliki lain
bukti fibrilasi atrium.
19
Yang kedua adalah untuk
belajar di uji coba secara acak kemanjuran dari terus-
ous mondar-mandir atrium overdrive dalam mencegah klinis
atrium fibrilasi.
Metode
Studi Pengawasan
Rincian dari desain Menegaskan telah pub-
likasikan sebelumnya.
19
Komite pengarah (lihat Tambahan Lampiran, tersedia dengan lengkap
teks dari artikel di NEJM.org) merancang penelitian,
dan data dikumpulkan dan dianalisa oleh
Populasi Health Research Institute (McMaster
University, Hamilton, ON, Kanada). Sponsor
(St Jude Medical) memiliki keanggotaan nonvoting pada
komite pengarah dan membantu dalam desain
studi dan dalam di tempat pengumpulan data tetapi harus
tidak memiliki peran dalam analisis data, persiapan
naskah, atau keputusan untuk menyerahkan
naskah untuk diterbitkan. Dua yang pertama penulis
menjamin untuk kelengkapan dan keakuratan
data dan analisis dan untuk kesetiaan dari
melaporkan kepada protokol penelitian, yang tersedia di
NEJM.org.
Pasien Penduduk
Pasien yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam studi jika
mereka 65 tahun atau lebih, memiliki sejarah
hipertensi membutuhkan terapi medis, dan
telah menjalani implantasi pertama mereka dari St
Jude Medical dual-chamber alat pacu jantung (untuk si-
NUS-node atau simpul atrioventrikular-penyakit) atau
ICD (untuk indikasi) pada 8 minggu sebelumnya.
Pasien dikeluarkan jika mereka memiliki sejarah
atrial fibrilasi atau flutter atrium berlangsung lebih
dari 5 menit atau jika mereka membutuhkan pengobatan dengan
vitamin K antagonis untuk alasan apapun.
4. Studi Prosedur
Setelah memberikan informed consent tertulis, pasien
memiliki alat pacu jantung atau ICD diprogram sesuai-
ing untuk protokol pengaturan khusus.
20
Perangkat ini adalah
diprogram sehingga takikardia atrium adalah mendeteksi-
ed ketika denyut jantung mencapai 190 denyut per
menit, penyimpanan electrogram diaktifkan, dan
algoritma fibrilasi atrium penekanan adalah
dimatikan.
Pada kunjungan klinik 3 bulan kemudian, perangkat yang
diinterogasi untuk mengklasifikasikan pasien menurut
apakah sebuah takiaritmia atrium subklinis memiliki
terjadi atau tidak terjadi sejak zaman
pendaftaran. Sebuah takiaritmia atrium subklinis
didefinisikan sebagai sebuah episode dari tingkat atrium cepat
(190 denyut per menit atau lebih), yang berlangsung lebih dari
6 menit, yang terdeteksi oleh alat pacu jantung atau
defibrilator.
Juga pada kunjungan 3 bulan, pasien dengan langkah-
pembuat (tetapi tidak pasien dengan ICDs) yang berlari-
domly ditugaskan untuk memiliki terus menerus atrium-over
hard mondar-mandir diprogram sebagai "on" atau "off."
Bila fitur ini diaktifkan, mondar-mandir atrium adalah
dimulai, dengan penyesuaian elektronik terus menerus mondar-mandir atrium pada
tingkat sedikit lebih tinggi dari
intrinsik pasien sinus ritme, sebagai sarana
berpotensi mencegah inisiasi atrium urat saraf-
lation. Pasien kemudian diikuti setiap 6 bulan
pada akhir penelitian.
Hasil Studi
Untuk bagian dari studi di mana PROGNOS-
nilai tic fibrilasi atrium subklinis adalah eval-
uated, hasil primer adalah stroke iskemik
atau sistemik emboli. Hasil sekunder adalah
vaskular kematian, infark miokard, stroke dari
penyebab, dan takiaritmia atrium dokumen-
ed oleh elektrokardiografi permukaan. Definisi
peristiwa hasil individu disediakan dalam
Lampiran Tambahan. Semua tersedia de-
wakil electrograms yang menunjukkan atrium subklinis
tachyarrhythmias, serta semua peristiwa klinis,
tunduk pada ajudikasi dibutakan oleh ahli
komite.
Hasil utama dari uji coba secara acak dari
5. mondar-mandir atrium overdrive terus menerus adalah gejala-
ATIC atau tanpa gejala atrium takiaritmia terakhir-
ing lebih dari 6 menit, didokumentasikan oleh permukaan
elektrokardiografi rekaman.
19
Hasil
ini perbandingan acak disajikan hanya
secara singkat dalam laporan ini, karena laporan ini dimaksudkan
untuk fokus terutama pada temuan-temuan dari observasi-
nasional studi tentang nilai prognostik subklinis
atrium fibrilasi.
Analisis Statistik
Berdasarkan data yang dilaporkan sebelumnya, kami estimasi
dikawinkan bahwa tingkat tahunan stroke atau sistemik
emboli pada pasien 65 tahun atau lebih yang
memiliki hipertensi dan yang telah menerima kecepatan-
pembuat adalah sekitar 1%.
20,21
Kami kemudian
Diperkirakan dengan pendaftaran dari 2500 pasien,
studi ini akan memiliki kekuatan 90% untuk mendeteksi di-
lipatan dalam risiko tahunan stroke iskemik atau sys-
emboli sistemik dari 1% menjadi 2% di antara pasien
yang telah memiliki sebuah episode dari tingkat atrium cepat. Untuk
bagian acak penelitian, kami juga estimat-
edthatwith2500patientsenrolled, thestudywould
memiliki kekuatan 90% untuk mendeteksi penurunan 25% dengan
terus menerus mondar-mandir atrium overdrive dalam tingkat de-
Pembangunan dari takiaritmia atrium klinis, dari
tingkat kontrol sebesar 8% per tahun.
Karakteristik dasar dari pasien dengan dan
pasien tanpa tachyar-atrium subklinis
rhythmia sebelum kunjungan 3-bulan dibandingkan
dengan penggunaan independen t-test atau Fisher
exact test. Analisis hasil primer adalah perbandingan antara kedua kelompok yang
cu-
mulative risiko stroke iskemik atau sistemik EMBO-
lism terjadi setelah kunjungan 3-bulan. Kumulatif
kurva bahaya dimodelkan dengan penggunaan
Metode Kaplan-Meier dan dibandingkan dengan
penggunaan uji log-rank. Cox proportional-
bahaya pemodelan digunakan untuk menyesuaikan dasar
ketidakseimbangan yang berkaitan dengan stroke sebelumnya atau tidak sebelum
atau serangan iskemik sementara, ada atau tidak adanya
diabetes mellitus, ada atau tidak adanya hati
kegagalan, usia, jenis kelamin, dan sejarah atau tidak ada sejarah Coro-
6. nary penyakit arteri atau penyakit arteri perifer.
Sebuah analisis prespecified dilakukan kesepakatan-
ing ke Chads dasar
2
skor dari pasien.
Skor pada Chads
2
, Indeks risiko
stroke pada pasien dengan fibrilasi, atrial berbagai
dari 0 sampai 6, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan besar-
eh risiko stroke. Sebuah analisis juga dilakukan
di mana data dari pasien disensor sekali
fibrilasi atrium klinis dikembangkan. Sebuah waktu-Depen-
dant kovariat analisis dilakukan dengan penggunaan
data pada semua takiaritmia atrium yang terjadi
selama penelitian, dalam analisis ini, pendeteksian
sebuah takiaritmia atrium subklinis (dari> 6 min-
'durasi,> 6 jam Utes durasi, atau> 24 jam'
durasi) memicu variabel tergantung waktu yang
tetap positif untuk sisa dari tindak
up periode. Data dari evaluasi secara acak dari
mondar-mandir overdrive terus menerus atrium dianalisis
sesuai dengan prinsip niat-to-treat, dengan
penggunaan proporsional Cox bahaya-pemodelan dan
log-rank pengujian.
Hasil
Studi Pasien
Selama periode dari bulan Desember 2004 melalui
September 2009, sebanyak 2.451 pasien dengan
baru ditanamkan alat pacu jantung dan 129 pasien dengan
sebuah ICD ditanamkan baru yang terdaftar di 23 negara-
mencoba. Antara saat pendaftaran dan
3-bulan kunjungan, setidaknya satu takiaritmia atrium
terdeteksi oleh perangkat tertanam dalam 261 pasien
(10,1%). Selama periode yang sama, klinis atrium
tachyarrhythmias terjadi pada 7 pasien.
Di antara pasien yang memiliki atrium subklinis
tachyarrhythmias dalam waktu 3 bulan setelah implan-
tasi dari perangkat, jumlah rata-rata episode
aritmia atrium adalah 2 (kisaran interkuartil,
1 sampai 3). Tingkat rata-rata adalah atrium 480 denyut per
menit (kisaran interkuartil, 366-549), dan
waktu median untuk deteksi episode pertama
adalah 35 hari (kisaran interkuartil, 11 untuk 66)
Usia pasien dan persentase
pasien yang mengalami stroke sebelumnya adalah serupa
7. dalam kelompok dengan tachyarrhyth-atrium subklinis
mias sebelum kunjungan 3-bulan dan dalam kelompok
tanpa takiaritmia subklinis sebelumnya
kunjungi (Tabel 1). Prevalensi sinus nodal dis-
kemudahan lebih tinggi, dan tingkat jantung istirahat adalah
lebih rendah, di antara pasien dengan atrial subklinis
tachyarrhythmias dibandingkan mereka tanpa
subklinis takiaritmia. Aspirin digunakan oleh
61,3% dan 61,7% dari pasien dalam dua kelompok,
masing-masing, dan tidak ada pasien receiver
ing antagonis vitamin K pada awal.
Atrial tachyarrhythmias selama Tindak
sampai Periode
Pasien kemudian diikuti selama rata-rata sebuah
2,5 tahun, selama waktu 14 pasien (0,5%)
hilang untuk menindaklanjuti. Selama ini
masa tindak lanjut, 194 pasien menerima vitamin
K antagonis, termasuk 47 pasien yang
telah memiliki takiaritmia atrium subklinis oleh
3 bulan (18,0%).
Selama masa tindak lanjut, subklinis atrium
tachyarrhythmias terjadi dalam 633 tambahan
pasien (24,5%). Klinis atrium tachyarrhythmias
di permukaan electrocardiograms terjadi di 41 dari
dengan 261 pasien yang telah memiliki atrium subklinis
tachyarrhythmias sebelum kunjungan 3-bulan (15,7%)
dan di 71 dari 2319 pasien yang tidak mengalami
subklinis atrium tachyarrhythmias sebelum
3-bulan kunjungan (3,1%) (rasio hazard, 5,56, 95% con-
fidence interval [CI], 3,78-8,17, P <0,001) (Tabel
2 dan Gambar. 1A).
Stroke atau sistemik Embolism
Selama masa tindak lanjut, 11 dari 261 pa-
tients (4,2%) di atrium yang subklinis tachyar-
rhythmias telah terdeteksi sebelum 3 bulan memiliki
emboli stroke atau sistemik iskemik (rate
dari 1,69% per tahun), dibandingkan dengan 40 dari
2319 di atrium yang subklinis tachyarrhythmias
tidak terdeteksi (1,7%, tingkat 0,69% per
tahun) (rasio hazard, 2,49, 95% CI, 1,28-4,85;
P = 0,007) (Tabel 2 dan Gambar. 1B). Risiko adalah vir-
tually tidak berubah setelah penyesuaian untuk dasar
faktor risiko untuk stroke (rasio hazard, 2,50, 95% CI,
1,28-4,89, P = 0,008) dan mirip dalam anal-
ysis di mana data dari pasien disensor
sekali fibrilasi atrium klinis dikembangkan (hazard
8. rasio, 2,41, 95% CI, 1,21-4,83, P = 0,01). Dari
51 pasien dengan emboli stroke atau sistemik,
11 telah memiliki takiaritmia atrium subklinis
terdeteksi oleh 3 bulan, dan tidak ada yang memiliki klinis
atrial fibrilasi dengan 3 bulan. Populasi di-
tributable risiko stroke iskemik atau sistemik em-
bolism terkait dengan atrium subklinis tachyar-
rhythmia adalah 13%. Ada tidak ada hubungan
antara takiaritmia atrium subklinis dan
salah satu hasil klinis lainnya (Tabel 2).
Dalam analisis tergantung waktu yang meliputi seluruh
episode takiaritmia atrium terdeteksi oleh de-
kejahatan selama masa tindak lanjut, episode yang berlangsung
lebih dari 6 menit, dibandingkan dengan tidak ada epi-
sodes, dikaitkan dengan peningkatan risiko
iskemik stroke atau emboli sistemik (hazard ra-
tio, 1,76, 95% CI, 0,99-3,11, P = 0,05). Di-
lipatan risiko adalah serupa ketika terjadinya
episode lebih dari 6 jam dibandingkan dengan
terjadinya tidak ada episode (rasio hazard, 2,00;
95% CI, 1,13-3,55, P = 0,02) dan ketika terjadi-
rence episode lebih dari 24 jam adalah com-
dikupas dengan terjadinya tidak ada episode (bahaya
rasio, 1,98, 95% CI, 1,11-3,51, P = 0,02). Ketika
pasien dengan episode-perangkat terdeteksi atrium
takiaritmia dikelompokkan sesuai dengan
durasi, dalam kuartil, dari episode terpanjang (≤ 0,86
jam, 0,87-3,63 jam, 3,64-17,72 jam,
dan> 17,72 jam), tingkat tahunan stroke atau
emboli sistemik adalah 1,23 (95% CI, 0,15 sampai
4,46), 0 (95% CI, 0 sampai 2,08), 1,18 (95% CI, 0,14
menjadi 4,28), dan 4,89 (95% CI, 1,96-10,07), kembali
spectively. Sebuah analisis yang sama jumlah
episode takiaritmia atrium subklinis, pada
kuartil (1, 2, 3 atau 4, dan> 4) menghasilkan angka tahunan
emboli stroke atau sistemik dari 1,20 (95% CI,
0,25-3,50), 2,15 (95% CI, 0,44-6,29), 1,89
(95% CI, 0,23-6,81), dan 1,93 (95% CI, 0,40 untuk
5,63), masing-masing.
Risiko relatif stroke iskemik atau sys-
emboli sistemik terkait dengan atrium subklinis
takiaritmia konsisten di meningkatkan
tingkat risiko dasar dari stroke, sebagaimana dinilai oleh
Chads
2
skor (Tabel 3). Tingkat mutlak stroke
9. meningkat dengan meningkatnya Chads
2
skor, mencapai
tingkat 3,78% per tahun pada pasien dengan subclini-
kal atrium tachyarrhythmias dan Chads
2
skor
lebih besar dari 2.
Acak Evaluasi atrium Kontinyu
Mondar-mandir overdrive
Kami juga secara acak semua pasien dengan langkah-
keputusan untuk menerima overdrive atrium terus menerus pac-
ing atau tidak menerimanya; karakteristik dasar
dari kedua kelompok adalah seimbang (Tabel 1).
Tingkat pengembangan atrium klinis
Halaman 5
takiaritmia rendah pada kedua kelompok, dan
intervensi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap
ini atau hasil lainnya (Tabel 4). Dalam analisis
dari nilai prognostik atrium subklinis tachyar-
rhythmias dengan pasien dikelompokkan berdasarkan berlari-
studi domized kelompok (overdrive atrium terus menerus
mondar-mandir vs tidak mondar-mandir overdrive terus menerus atrium),
atestofinteractionwasnotsignificant (P = 0,995)
Halaman 6
Table2 * Lima kasus stroke yang dikonfirmasi penyebab (iskemik atau hemoragik)
adalah belum ditentukan disertakan. Kelima
kasus terjadi pada kelompok pasien yang tidak memiliki sebuah episode takiaritmia
atrium subklinis antara
pendaftaran dan 6 bulan
Sebuah tabel yang menunjukkan efek samping yang terjadi
selama bagian acak dari penelitian ini adalah pro-
vided dalam Lampiran Tambahan
Diskusi
Temuan utama dari studi ini adalah bahwa di antara pasien
65 tahun atau lebih tua dengan riwayat hyperten-
Sion yang telah menjalani implantasi kecepatan-
pembuat atau ICD dan bebas dari atrium klinis
fibrilasi, ada kejadian besar
subklinis atrium tachyarrhythmias. Subklinis
takiaritmia atrium terdeteksi dalam sepersepuluh
dari pasien dalam waktu 3 bulan setelah implantasi
dan terdeteksi setidaknya sekali selama rata-rata sebuah
tindak lanjut jangka waktu 2,5 tahun di 34,7% dari pa-
10. tients. Episode atrium subklinis tachyarrhyth-
mias hampir delapan kali yang biasa seperti epi-
sodes fibrilasi atrium klinis. Selama
Tentu saja penelitian, fibrilasi atrium klinis de-
bangkan hanya 15,7% pasien dengan sub-
takiaritmia atrium klinis, menunjukkan bahwa
bisa ada lag antara peristiwa subklinis dan
klinis deteksi. Median waktu ke detec-
tion, dengan cara pemantauan perangkat terus menerus,
terjadinya atrium subklinis tachyar-
rhythmias dalam 3 bulan pertama adalah 36 harimenunjukkan bahwa pemantauan Holter
bahkan untuk be-
hari eral mungkin gagal untuk mendeteksi fibrilasi subklinis fi-
brillation.
Temuan utama kedua dari penelitian ini adalah bahwa
takiaritmia atrium subklinis yang tidak terikat
dently terkait dengan peningkatan dengan faktor
2,5 pada risiko stroke iskemik atau sistemik em-
bolism dan bahwa risiko ini adalah independen lain
faktor risiko untuk stroke dan kehadiran clini-
kal atrium fibrilasi. Populasi disebabkan
risiko emboli stroke atau sistemik iskemik sebagai-
sociated dengan takiaritmia atrium subklinis
sebelum 3 bulan adalah 13%, yang mirip dengan
disebabkan risiko stroke terkait dengan klinis
atrial fibrilasi dilaporkan oleh Framingham
peneliti.
6
Hasil penelitian kami menyarankan
bahwa risiko stroke lebih tinggi bila episode
dari takiaritmia atrium subklinis adalah dari lon-
ger durasi, namun penelitian ini adalah underpowered untuk
analisis ini. Studi kami juga tidak menganalisis
perangkat-terdeteksi peristiwa 6 menit atau kurang, yang
sering terjadi dan yang mungkin secara klinis
penting.
Risiko stroke dengan perangkat-terdeteksi atrium
takiaritmia adalah dimodulasi oleh pasien
profil risiko stroke. Ketika seorang pasien memiliki
Chads
2
skor lebih tinggi dari 2, risiko adalah-
Halaman 7
Gambar 1. Risiko dari tachyarrhythmias atrium Klinis dan dari Embolism Stroke
Iskemik atau sistemik, Menurut
ke Ada atau Tidak Adanya tachyarrhythmias atrium subklinis.
11. Panel A menunjukkan risiko electrocardiographically didokumentasikan takiaritmia
atrium klinis setelah kunjungan 3-bulan,
menurut apakah takiaritmia atrium subklinis itu atau tidak terdeteksi antara pendaftaran
dan
3-bulan kunjungan. Panel B menunjukkan risiko emboli stroke atau sistemik iskemik
setelah kunjungan 3-bulan, menurut
apakah takiaritmia atrium subklinis itu atau tidak terdeteksi antara pendaftaran dan
kunjungan 3-bulan.
Para insets menunjukkan data yang sama pada sumbu y membesar.
chemic stroke atau emboli sistemik terkait
dengan takiaritmia atrium subklinis adalah
hampir 4% per tahun. Lebih dari setengah dari pa-
tients menerima aspirin pada awal, dan 18% pasien dengan tachyarrhyth-atrium subklinis
mias menerima antagonis vitamin K selama
masa tindak lanjut. Kedua perawatan ini bisa
telah mengurangi risiko stroke dan mungkin memiliki
Halaman 8
berkurang peningkatan yang diamati dalam risiko
stroke yang berhubungan dengan atrium subklinis tachyar-
rhythmias. Manfaat bersih antitrombotik
pengobatan mapan pada pasien dengan
fibrilasi atrium klinis, tetapi mungkin tidak ada seorang
serupa manfaat pada pasien dengan fibrilasi subklinis
tachyarrhythmias, karena itu, uji coba secara acak dari
antikoagulan terapi pada pasien dengan subklinis
takiaritmia atrium yang diinginkan.
Dua penelitian sebelumnya telah melaporkan sebuah in-
berkerut risiko kejadian klinis dengan perangkat terdeteksi
atrium tachyarrhythmias, tetapi tidak studi dikecualikan
pasien dengan fibrilasi sebelumnya didiagnosis urat saraf-
tion, juga tidak mengadili episode perangkat-
terdeteksi takiaritmia atrium. Sebuah retrospektif
analisis subkelompok 312 pasien dari
Seleksi Mode Trial (PALING; ClinicalTrials.gov
nomor, NCT00000561)
16
menunjukkan bahwa risiko
kematian atau stroke meningkat dengan faktor 2,5 pada
pasien yang memiliki paling sedikit satu episode tinggi
atrium tingkat. Glotzer dkk. juga melaporkan hubungan-a
kapal antara perangkat-terdeteksi takikardia atrium
dan kejadian emboli.
17
Namun, yang belajar juga
termasuk pasien dengan sebelumnya didokumentasikan
12. atrial fibrilasi dan tidak menunjukkan signifikan
asosiasi dalam analisis utama yang telah ditetapkan.
Prevalensi atrium subklinis tachyar-
rhythmias mungkin lebih tinggi pada pasien dengan langkah-
pembuat daripada di lain kelompok berisiko tinggi pasien.
Sinus-node disfungsi dikaitkan dengan in-
berkerut risiko fibrilasi atrium.
20,21
Selain itu,
pasien dengan penyakit-node atrioventrikular mungkin
lebih mungkin tanpa gejala saat atrium
tachyarrhythmias terjadi, karena berkurang atrio-ventrikel konduksi. Meskipun demikian,
preva-
bahwa kekerasan fibrilasi atrium subklinis pada lainnya
populasi lansia mungkin tinggi.
3
Dalam Cardio-
Health Study yang melibatkan pembuluh darah secara acak memilih-
orang ed 65 tahun atau lebih,
3
atrium urat saraf-
lation didiagnosis oleh elektrokardiografi di
2% dari pasien; 14% dari pasien tidak
sebelumnya diagnosis atrial fibrilasi.
Sebuah hubungan antara stroke penyebab yang tidak diketahui, sering
disebut stroke kriptogenik, dan subklinis atrium
atrial telah lama dicurigai. Jangka pendek
studi pemantauan menunjukkan bahwa subklinis
fibrilasi atrium hadir dalam beberapa pasien yang
telah mengalami stroke kriptogenik,
8,9
tapi jangka panjang
kontinyu pemantauan, seperti yang tersedia dengan
alat pacu jantung, saat ini tidak praktis. Data
dari penelitian ini mendukung konsep bahwa
ada hubungan antara atrium urat saraf subklinis-
tion dan stroke kriptogenik.
Hasil penelitian ini tidak menunjukkan manfaat
mondar-mandir overdrive terus menerus atrium. Namun,
karena laju perkembangan klinis atrium
fibrilasi rendah, penelitian ini adalah underpowered
untuk hasil ini. Algoritma untuk atrium terus menerus
mondar-mandir overdrive telah dievaluasi di sebelumnya
percobaan,
22-27
tetapi sebagian besar percobaan memiliki kecil
13. sampel ukuran, dan ada perbedaan
antara pengadilan di karakteristik dari pa-
tient populasi, algoritma mondar-mandir yang digunakan, dan
posisi memimpin atrium. Percobaan ini belum
memberikan bukti yang meyakinkan tentang manfaat.
22-27
Data ini memberikan bukti sederhana yang
intervensi ini tidak mencegah atrium klinis
fibrilasi.
Halaman 9