Makalah ini membahas tentang teori investasi dalam konteks ekonomi makro dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi, seperti nilai waktu dari uang, kriteria investasi, dan pengembalian yang diharapkan."
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGTrisnadi Wijaya
Proposal Tesis: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
[sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian]
*Catatan: Akan sering direvisi :-)
Assalammualaikum wr.wb.
Selamat datang.. Kali ini saya akan berbagi informasi tentang risiko dan hasil pada asset.
Semoga Bermanfaat.
Wassalammualaikum wr.wb
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGTrisnadi Wijaya
Proposal Tesis: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
[sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian]
*Catatan: Akan sering direvisi :-)
Assalammualaikum wr.wb.
Selamat datang.. Kali ini saya akan berbagi informasi tentang risiko dan hasil pada asset.
Semoga Bermanfaat.
Wassalammualaikum wr.wb
Ebook Perilaku Konsumen ini merupakan sebuah ebook yang berguna bagi kalian para mahasiswa ekonomi yang terjun di bidang pemasaran. Karena dengan mempelajari ebook perilaku konsumen ini, kalian akan mengetahui perilaku apa saja bisa menarik minat konsumen untuk membeli, mengulang kegiatan pembelian tersebut dan masih banyak lagi. Bagi kalian yang bukan mahasiswa ekonomipun dipersilahkan untuk mendownload ebook ini sebagai bahan pembelajaran kalian dan informasi baru.
Makalah mata kuliah Manajemen Keuangan Semester 2 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universits Bina Bangsa Banten. (Makalah bagian kedua)
Makalah Manajemen Keuangan 2
Penganggaran Barang Modal, Arus Kas dan Resiko Proyek, Biaya Modal, Struktur Modal dan Deviden, Hutang Jangka Panjang, Analisis Kesehatan dan Kebangkrutan.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. i
TEORI INVESTASI
Makalah
Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Pengantar Teori Ekonomi Makro
Disusun oleh kelompok 4 :
Desi Supriyatin 2014120897
Tria Ningrum 2014121133
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
Jalan Surya Kencana Nomor 1, Pamulang
2. ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Guna
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teori Ekonomi Makro, pada Jurusan Program Studi
Akuntansi Universitas Pamulang. Adapun judul makalah adalah “Teori Investasi”
Pada kesempatan ini perkenankan penulis dengan segala rasa hormat menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya.
2. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang.
3. Bapak H. Buchori, selaku Wakil Rektor I Universitas Pamulang.
4. Bapak H. Endang Ruchiyat, S.E, M.M, selaku Kaprodi Akuntansi
5. Bapak Ahmad Syifa SE., selaku Dosen Pembimbing dari Mata Kuliah Pengantar Teori
Ekonomi Makro.
6. Dan kepada rekan-rekan mahasiswa Kelas 02 SAKMA Reguler Malam /
R.314/Semester 2
Makalah ini disusun dengan segala kemampuan yang ada pada penulis. Namun
penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki belum luas. Sehingga makalah ini
masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tangerang, 13 April 2015
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.4 Tujuan Makalah ............................................................................ 2
1.5 Manfaat Makalah ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro ....................................... 3
2.2 Nilai Waktu dan Uang ..................................................................... 5
2.3 Kriteria Investasi ............................................................................ 7
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi.................................... 2
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 20
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seseorang yang masih muda, berpenghasilan tinggi , dan belum menikah,
dapat saja menghabiskan seluruh penghasiannya saat ini. Dengan uangnya, dia pergi
jalan-jalan, jajan dan melakukan kegiatan konsumtif lainnya. Tetapi bila dia
merencanakan sebuah keluarga, sebagian penghasilan (sumber daya) harus disisihkan
untuk persiapan pernikahan. Setelah memiliki anak, mungkin penghasilan dan
kekayaannya semakin besar. Namun demi masa depan anaknya, dia pun harus makin
rajin menyimpan uangnya.
Keputusan menunda konsumsi sumber daya atau bgian penghasilan demi
menigkatkan kemampuan menambah/ menciptakan nilai hidup ( penghasilan dan atau
kekayaan) di masa mendatang merupakan investasi.dalam bahasa yang lebih filosofis,
segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menciptakan/
menambah nilai kegunaan hidup adalah investasi. Jadi investasi bukan hanya dalam
bentuk fisik, melainkan juga bentuk nonfisik, terutama peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
Dari pengalaman-pengalaman negara maju terbukti bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi adalah besarnya barang modal dan kualitas
sumber daya manusia. Karena itu jika sebuah perekonomian ingin maju,
perekonomian tersebut harus melakukan investasi. Pentingnya investasi itulah yang
menyebabkan masuk dalam pembahasan khusus di teori makro ekonomi.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dibatasi masalah hanya dalam ruang
lingkup Teori Investasi
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang serta rumusan masalah mengenai Teori Investasi, penulis
dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.3.1 Investasi apa yang dibahas dalam Ekonomi Makro ?
5. 2
1.3.2 Apa pertimbangan pokok untuk keputusan investasi ?
1.3.3 Apa saja yang termasuk kriteria investasi ?
1.4 Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas, secara garis besar tujuan dari penyususnan
makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang Teori Investasi.
1.5 Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan atau
manfaat baik secara teoritis maupun secara paraktis. Secara teorotis, makalah ini
berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah yang dibahas dalam
makalah ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.5.1 Penulis, seluruh kegiatan penyusunan dan hsil penyusunan makalah ini
diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah
yang dibahas dalam makalah ini.
1.5.2 Lembaga, makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi,
referensi untuk lembaga (kampus).
1.5.3 Pembaca, makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan
dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INVESTASI DALAM KONTEKS EKONOMI MAKRO
Dalam teori ekonomi makro investasi yang di bahas adalah investasi fisik,
misalnya dalam bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan
persediaan barang (inventory). Dengan pembatasan tersebut, maka definisi ivestasi
dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok
barang modal ( capital stock ). Yang dimaksud dengan stok barang modal dalam suatu
perekonomian, pada saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok
barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan harga
perolehan per unit modal. Dengan demikian barang modal merupakan konsep stok
(stock concept), karena besarnya dihitung pada suatu periode tertentu.
Agar tidak terjadi kerancuan dengan kenyataan sehari-hari, perhitungan
investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional. Yang dimasukkan
dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/kontruksi, maupun
persediaan barang yang masih baru. Jika seorang pengusaha membeli pabrik dan
bangunan yang pernah dipakai orang lain, kegiatan tersebut tidak menambah stok
barang modal yang baru.
2.1.1 Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Pembangunan
Yang tercakup dalam investasi barang modal ( capital goods) dan
bangunan (contruction) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian
pabrik-pabrik, mesin-mesin peralatan-peralatan produksi dan bangunan-
bangunan atau gedung-gedung yang baru. Karena daya tahan barang modal
dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi dalam bentuk
harga tetap ( fixed invesment).
Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed invesment adalah
pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB). Besarnya angka PMTDB
dapat diliahta pada statistik PDB indonesia berdasarkan pengeluaran. Data
statistik selama sekitar 30 tahun terakhir ini menunjukkan pengeluaran
7. 4
investasi di indonesia berkisar 30%- 40% PDB, yang berarti pengeluaran
terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga.
Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhitungkan adlah
investasi bersih, yaitu PMTDB dikurangi penyusutan (depresiasi). Penyusutan
terhadap barang modal harus dilakukan agar efisiensi ekonomis dari kegiatan
produksi tetap terpelihara, bahkan ditingkatkan. Sebab, semakin tua usia
mesin, produktivitasnya makin rendah. Akibatnya, walaupun secara teknis
masih dapat digunakan, tetapi tidak akan menambah bahkan mengurangi
keuntungan ekonomis.
2.1.2 Investasi Persediaan
Berdasarkan berbagai pertimbangan, perusahaan sering kali
memproduksi lebih banyak daripada target penjualan. Misalnya, sebuah pabrik
mobil menargetkan penjualan tahun 2000 adalah 50.000 unit. Tidaklah berarti
produksinya harus 50.000 unit juga. Umumnya produksinya melebihi tingkat
penjualan. Sebut saja 60.000 unit. Selisih 10.000 unit merupakan persediaan,
untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan
diharapkan meningkatkan penghasilan/ keuntungan. Persediaan sebesar 10.000
unit tersebut dikatakn sebagai investasi yang di rencanakan ( planned
invesment ) atau investasi yang diinginkan ( intended invesment). Sebab,
memang sudah direncanakan sejak awal.
Jika karena suatu hal ( misalnya terjadi resesi ekonomi) jumlah mobil
yag terjual hanya 40.000 unit, maka persediaan menjadi 20.000 unit, lebih
besar daripada yang direncanakan. Jumlah mobil yang tidak terjual sesuai
rencana (unitended invesment).
Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga
dilakukan dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang setengah jadi/
sedang dalam proses penyelesaian. Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga
tetap dalam konteks meningkatkan pendapatan atau keuntungan di masa
mendatang.
8. 5
2.2 NILAI WAKTU DARI UANG
Investasi saat ini tidak serta merta menghasilkan peningkatan pendapatanhari
ini juga. Dibutuhkan tenggang waktu. Makin tinggi jumlah dan kualitas investasi,
biasanya tenggang waktunya makin pajang. Sebuah restoran yang ingin memperbesar
usahanya membeli gedung baru, meja makan dan peralatan-peralatan yang baru,
membutuhkan tempo kurang dari satu tahun untuk menghasilkan. Tetapi investasi
dalam bentuk pendirian pabrik mobil mungkin membutuhkan tenggang waktu sekitar
lima tahun. Karena itu, pertimbangan pokok dari keputusan investasi adalah berapa
nilai sekarang ( present value) dari uang yang kita peroleh di masa mendatang, atau
berapa nilai uang masa mendatang ( future value) dari jumlah yang kita investasikan
saat ini.
2.2.1 Nilai Sekarang ( present value)
Misalkan, Susi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal
sebesar Rp 100 juta. Berdasarkan proposal, lima tahun kemudian nilai nominal
uang yang dia peroleh adalah Rp 161 juta. Yang menjadi pertanyaannya
adalah apakah nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada
Rp 100 juta saat ini? Jika iya, proposal usaha tersebut layak diterima.
Sebaliknya, jika tidak.
Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rp 161 juta tersebut.
Hal ini sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi ( invesment
return) yang Susi harapkan. Seandainya, untuk menjalankan usahanya, Susi
harus meminjam dari bank dengan bunga pinjaman 15% per tahun. susi
berharap tingkat pengembalian investasi setidaknya sama dengan 15%. Karena
itu nilai Rp161 juta harus dideflasi sebesar 15% tersebut dikenal sebagai
angka diskonto ( dicount factor).
Jika nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima lima tahun
mendatang dinotasikan V, nilai Rp 161 juta adaah X, sedangkan waktu adalah
t, dan factor diskonto adalah r, maka berdasarkan manipulasi matematika
sederhana hubungan antara elemen-elemen tersebut adalah:
V =
𝑋
(1+𝑟) 𝑡
9. 6
Dengan menggunakan data-data diatas,
V =
161
(1+0,15)5
=
161
(1,15)5 =
161
2,01
= 80,1
Nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima lima tahun
mendatang adalah Rp 80,1 juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi
awal, yang besarnya Rp 100 juta, proposal Susi di tolak. Sebab usaha tesebut
justru membuat nilai riil uang diinvestasikan makin kecil. Dapat juga
dikatakan bahwa return dari investasi lebih kecil dari tingkat bunga pinjaman.
Ini bisa di buktikan dengan menggunakan persamaan eksponsial sederhana di
bawah ini.
Jika nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang dinotasikan sebagai 𝑍𝑡,
sedangkan investasi awal dinotasikan sebagai 𝑍0,maka :
𝑍𝑡= 𝑍0(1 + 𝑟) 𝑡
Jika nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang dinotasikan sebagai 𝑍𝑡,
𝑍0, dan t sudah diketahui. Dengan menggunkan data-data di atas ,
161 = 100 (1 + 𝑟)5
log 161 = log 100 + 5 log (1+r)
2,2068 = 2,000 + 5 log (1+r)
5 log (1+r) = 0,2068
log (1+r) = 0,0414
anti log (1+r) = 1,10 ; r = 0,1 atau 10%
Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya 10% per tahun, lebih
kecil daripada biaya bunga pinjaman yang 15 % per tahun.
10. 7
2.2.2 Nilai Masa Mendatang ( Future Value)
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung
nilai sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari
sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama.
Dalam kasus diatas, dilihat dari nilai masa uang mendatang, dasar
pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa nilai
lima tahun mendatang dari uang yang di investasikan saat ini. Jika nilai Rp
161 juta lima tahun mendatang adalah lebih besar daripada nilai masa
mendatang yang diharapkan, proposal usaha diterima. Sebaliknya, jika tidak
(nilainya lebih kecil).
Jika investasi awal dinotasikan sebagai A, nilai masa mendatang yang di
harapkan adalah F, waktu adalah t, dan tingkat pengembalian investasi yang
diharapkan adlah ≥ 15%, maka :
F = 100 (1 + 0,15)5
= 100 ( 2,01 )
=201 juta
Nilai mendatang ( lima tahun mendatang) yang diharapkan Susi dari
investasi saat ini adalah minimal Rp 201 juta. Sedangkan yang ditawarkan
proposal usaha hanya Rp 161 juta, karena tingkat pengembalian investasi yang
dihasilkan hanyalah 10%. Proposal di tolak.
2.3 KRITERIA INVESTASI
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa keputusan investasi merupakan
keputusan rasional, karena keputusan berdasarkan pertimbangan raisonal. Dalam
praktik, digunaka beberapa alat bantu atau kriteri-kriteria tertentu untuk memutuskan
diterima atau ditolaknya rencana investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut kriteria
investasi ( investment criteria ). Minimal ada empat criteria investasi yang digunakan
dalam praktek, yaitu:
1. Payback Period
2. Benefit/ Cost Ratio
3. Net Present Value
4. Internal Rate of return
11. 8
2.3.1 Payback Period
Payback period ( periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan
agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang di butuhkan makin
pendek, proposal investasi di anggap tidak makin baik. Kendati pun demikian,
kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada
investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).
Misalnya, investasi perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas sekitar
8-10 tahun. Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang
baik dibanding investasi perkebunan singkong ( ubi kayu), karena payback
period investasi kebun singkong mungkin hanya dua tahunan. Namun dilihat
dari sisi-sisi yang lain, investasi perkebunan kelapa sawit jauh lebih
menguntungkan disbanding singkong.
2.3.2 Benefit / Cost ratio (B/C Ratio )
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan di
banding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinitasikan
sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika
nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang dihasilakan sama dengan
biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C > 1 maka B < C yang artinya output
yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga
sebaliknya. Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat
dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru
diterima jika B< C 1, sebab berarti output yag dihasilkan lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan.
2.3.3 Net Persent Value (NPV)
Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non
discount method). Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai
nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari
uang. Bisa saja sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai nominal
menghasilkan B/C > 1, [padahal nilai sekarangnya sangat kecil. Jika
memperhitungkan nilai waktu dari uang, barang kali B/C <1. Untuk membuat
hasil lebih akurat, maka niali sekarang didiskontokan (discount method)
12. 9
seperti contoh-contoh sebelumnya. Keuntungan lain dengan menggunakan
metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang
dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net
present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab
nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari
biaya total.
2.3.4 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian
investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0,
nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 12%.
Keputusan menerima atau menolak ren=cana investasi dilakukan berdasarkan
hasil perbandimgan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang
diinginkan ( r). jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%,
proposal investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.
CONTOH KASUS:
Kepada PT Bima Sakti ditawarkan sebuah proposal investasi berupa
proyek pembangunan pabrik pengolahan limbah tapoka di daerah Lampung.
Usia proyek direncanakan 7 tahun. Investasi awal yang di butuhkan Rp 1
Miliyar (1.000juta). persiapan pembangunan pabrik 1 tahun. Selama proses
persiapan tidak dikeluakan biaya operasional. Pabrik mulai berproduksi pada
tahun pertama dan langsung berproduksi dengan kapasitas penuh. Biaya-biaya
maupun penerimaan hasil penjualan selama 7 tahun mendatang dianggap
tetap. Biaya operasional per tahun Rp 200 juta. Penerimaan pertahun Rp 400
juta. Pada saat proyek ditutup 7 tahun kemudian, nilai sisa dari barang-barang
modal (investasi awal ) adalah sama dengan nol. Jika dana untuk proyrk
berasal dari pinjaman dengan bunga 15%per tahun, hitunglah apakah proposal
investasi tersebut dapat diterima.
Sekarang kita hitung apakah proposal investasi diterima atau tidak?
Biaya-biaya yang dikeluarkan, termasuk investasi awal, dinotasikan C.
penerimaan dinotasikan sebagai B dan tingkat diskonto yang digunakan adalah
15%. Dengan informasi-informasi diatas, kita dapat menyusun table arus kas
keluar masuk ( cash flow) seperti dibawah ini:
13. 10
Tahun Kas
Keluar(C)
Kas
Masuk(B)
Arus Kas Bersih
(B)-(C)
Akumulasi Arus
Kas Bersih
0 1.000 0 -1.000 -1.000
1 200 400 200 -800
2 200 400 200 -600
3 200 400 200 -400
4 200 400 200 -200
5 200 400 200 0
6 200 400 200 200
7 200 400 200 400
Total 2.400 2.800 400
a. Metode Non Diskoto ( Non Discounted Method )
Dengan metode nondiskonto, kita hanya memperhitungkan nilai nominal arus kas
keluar masuk. Dari angka-angka dalam table, kita dapat menghitung payback
period dan B/C ratio.
Payback Period
Payback Period dilihat dari angka akumulasi kas bersih pada saat mencapai nol.
Pada saat itu proyek telah mencapai titik impas. Dari table terlihat kondisi itu
tecapai di tahun kelima. Periode titik impas adalah lima tahun.
B/C Ratio:
Nilai B/C= 2.800/2.400 = 1,17. Karena B/C, proposal investasi dapat diterima!
Benarkah demikian? Mari bandingkan dengan hasil evaluasi yang
memerhitungkan nilai waktu dari uang.
b. Metode Diskonto (Discounted Method)
Jika menggunakan metode diskonto, maka nilai-nilai B, C dan otomatis B-C
didiskontokan sebesar 15% per tahun. Hasilnya sebagai berikut.
14. 11
Tahun Faktor
Diskonto
15%
Kas Keluar
(C)
Kas
Masuk (B)
Arus Kas
Bersih
(B)-(C)
Akumulasi
Arus Kas
Bersih
0 1,00 1.000 0 -1.000 -1.000
1 0,87 174 348 174 -826
2 0,76 152 304 152 -674
3 0,66 132 264 132 -542
4 0,57 114 228 114 -428
5 0,50 100 200 100 -328
6 0,43 86 172 86 -242
7 0,38 76 15 276 -166
Total 1.834 1.668 -116
Sebelum melakukan penghitungan lebih lanjut, harus dipastikan bahwa
anda dapat membaca table diatas. Yang pertama kali harus dipahami adalah nilai-
nilai dalam kolom factor diskonto. Angka-angka itu menunjukkan nilai sekarang
dari setiap rupiah yang diterima atau dikeluarkan, misalnya angka 0,87 di tahun
pertama bermakna bahwa nilai sekarang dari setiap rupiah atau pengeluaran atau
penerimaan seahun mendatang adalah Rp 0,87. Angka ini diperoleh dengan cara
membagi suatu rupiah dengan (1 + 𝑟)1
, atau sama dengan 1/1,15. Angka 0,50 di
tahun kelima diperoleh dengan cara membagi nilai suatu rupiah dengan (1 +
0,15)5
atau sama dengan1/ 2,01.
Nilai sekarang dari kas keluar pada kolom kas keuar diperoleh denagn
cara mengalikan niali nominal kas keluar dengan faktor diskontonya. Misalnya,
nilai sekarang dari investasi awal yang sebesar 1.000 adalah sama dengan 1.000 ,
sebab faktor diskontonya sama dengan 1 {(1/1,15)0
= 1}. Sementara itu nilai
sekarang dari pengeluaran tahun kelima adalah 200 x 0,5 = 100. Dengan cara
yang sama, kita dapat menghitung angka-angka yang tertera dalam kolom arus
kas masuk.
15. 12
Payback Period:
Dengan menggunakan metode diskonto, ternyata sampai tahun ketujuh proyek
belum mencapai titik impas, dilihat dari angka akumulasi arus kas bersih yang
masih -166. Hal ini jauh berbeda dan menggunakan metode nondiskonto.
B/C Ratio :
Rasio B/C = 1.668 / 1.834 = 0,91 dengan memperhitungkan nilai waktu dari
uang, diperoleh rasio B/C yang lebih kecil daripada satu. Proposal proyek ditolak
, kesimpulan yang sangat berbeda dibandingkan dengan menggunakan metode
nondiskonto.
Net Present Value:
Angka NPV = 1.668 – 1.834 = -166. Karena angkanya lebih kecil daripada nol,
proposal ditolak, sebab nilai sekarang dari pengeluaran total lebih besar daripada
nilai sekarang penrimaan total.
Internal Rate of Return:
Diperoleh angka IRR dari proyek adalah sekitar 8%. Angka jauh lebih rendah
dari pada tingkat bunga yang sekitar 15%. Proposal investasi ditolak.
2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INVESTASI
2.4.1 Tingkat pengembalian yang di harapkan ( expected rate of return)
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yangdiharapkan,
sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.
1) Kondisi Internal Perusahaan
Adalah faktor-faktor yang berada dibawah kontrol perusahaan, misalnya
tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek
tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.
Artinya makin tinggi efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, tingkat
pengembalian yang diharapkan makin tinggi.
16. 13
Selain tiga aspek teknis diatas, tingkata pengembalian yang diharapkan
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonteknis, terutama di negara sedang
berkembang. Misalnya, apakah perusahaan memiliki hak dan atau kekuatan
monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
2) Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembalian keputusan
akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan
pertumbuhan ekonomi domestik maupun international. Jika perkiraan tentang
masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya
tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat
dinaikkan.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh
pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan
pajak, misalnya diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan agregat.
Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga
menentukan investasi. Jika sosial politik makin stabil, investastor umunya juga
meningkat. Demikian juga faktor keamanan (kondisi keamanan negara).
2.4.2 Biaya Investasi
Yang menentukan tingkat biaya investasi adalah bunga pinjaman;
tinggi bunganya, maka biaya investasi makin menurun. Namun tidak jarang
walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah.
Hal ini disebabkan biaya total investasi makin tinggi. Faktor yang
mempengaruhi terutama adalah masalah kelembaban. Misalnya prosedur izin
investasi yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya
ekonomi dengan mempertemukan nilai waktu dan uang dari investasi makin
mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan,
tingkat kepastian hukum, dan stabilitas politik.
2.4.2.1 Marginal Efficienty of Capital (MEC), Tingkat Bunga dan
Marginal Efficienty of Invesment (MEI)
1. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi dan Tingkat
Bunga.
Adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
rate of return) dari setiap tambahan barang modal. Pada studi kasus
17. 14
sebelumnya, kita telah membahas hal ini dalam ruang lingkup satu
proyek saja. Padahal dalam kehidupan sehari-hari sebuah
perusahaan, terutama perusahaan multi nasional (MNC) atau
konglomerat lokal, sering merencanakan banyak kegiatan akan
investasi sekaligus.
Misalkan, P.T Bima Sakti sudah menjadi konglomerat dan
ingin memperluas usaha di bidang industri, seperti tercantum
dibawah ini.
Rencana
Investasi
Dana yang
dibutuhkan
(miliyar rupiah)
Tingkat pengembalian yang
diharapkan (MEC) (dalam persen /
tahun)
Industri Kimia 1.500 30
Industri Tekstil 1.000 25
Industri
Makanan
750 20
Industri Ringan 500 18
Industri
Pertanian
250 15
Jika rencana investasi diatas disusum dalam histogram
berdasarkan rangking MEC tertinggi akan diperoleh bentuk
seperti dibawah ini. Penyusunan berdasarkan ranking
berdasarkan MECdilakukan untuk memmpermudah
pengambilan keputusan akan investasi mana yang akan
dilakukan, berkaitan dengan tingkat bunga yang berlaku.
Seandainya tingkat bunga pinjaman hanya 12,5% per
tahun, seluruh rencana investasi layak dilaksankan. Dengan
demikian permintaan investasi di industri pertanian terpaksa
dibatalkan. Permintaan akan PT Bima Sakti berkuran menjadi
Rp 3.750 rupiah. Tingkat bunga pinjaman terus naik sampai
menjadi 28% per tahun. Rencana investasi yang layak, hanya
18. 15
tingga industri kimia, sehingga permintaan investasi tinggal Rp
1.500 miliar. Jika tingkat bungan melebihi angka 30% per
tahun, tidak ada rencana investai yang lebih banyak lagi,
permintaan investasi menjadi sama dengan nol.
Dari Gambar tersebut merupakan Hubungan MEC
dengan Rencana Investasi (Kasus PT Bima Sakti)
Makin tinggi tingkat bunga, tingkat investasi makin
menurun. Hubungan tersebut, dalam konteks PT Bima Sakti,
dapat dinyatakan dalam table.
Tingkat Bunga Pijaman (%
pertahun)
Nilai Investasi yang dibatalkan
(miliar rupiah)
Permintaan
Investasi
(miliar rupiah)
13 0 4.000
17 250 3.750
19 750 3.250
21 1.500 2.500
26 2.500 1.500
31 4.000 0
Table diatas dapat diterjemahkan dalam kurva permintaan investasi PT
Bima Sakti. Slope (kemiringan) kurva permintaan invetasi yang negative
19. 16
menunjukkan hubungan yang berlawanan antara tingkat bungan dan
investasi. Menurunkan kurva permintaan akan investasi nasional (pasar)
adalah sama dengan menurunkan kurva permintaan pasar barang tertentu,
yaitu dengan menjumlahkan secara horizontal total permintaan investasi
dari perusahaan-perusahaa yang ada dalam perekonomian.
Gambar Kurva MEC ( Kasus PT. Bima Sakti )
2. Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan Marginal Effiency
of Invesment (MEI)
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi,
kurva MEc secara nasional dapat diturunkan dengan
menjumlahkan secra horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaan-
perusahaan yang ada dalam perekonomian. Seperti yang tertera
pada kurva berikut ini :
20. 17
MEC Individual dan MEC Total
Tetapi ada beberapa ekonom yang tidak sependapat dengan
cara penurunan kurva MEC diatas. Salah satu kelemahan cara
penurunan diatas adalah harga barang modal (tingkat bunga)
diasumsikan tetap. Padahal jika permintaan akan barang secara
nasional meningkat, logikanya tingkat bunga akan naik. Akibatnya
kenaikan akan investasi tidak sebesar yang digambarkan kurva
MEC.
Kurva yang lebih relevan untuk menjelaskan hal diatas
adalah kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) atau
Efisiensi Investasi Marjinal (EIM). Kurva ini menunjukkan antara
tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam suatu perekonomian,
dengan memperhitungkan perubahan harga barang modal.
MEC akan sama besar dengan MEI pada tingkat bunga
tertentu, dimana pembelian barang modal hanya
untukmenggantikan barang modal yang sudah tidak dapat dipakai
lagi. Dalam diagram, kondisi tersebut dimisalkan terjadi pada
tingkat bunga 0% per tahun.
Jika tingkat pinjaman turun menjadi 20%, maka permintaan
akan investasi total, deengan asumsi masing-masing perusahaan
21. 18
berfikir bahwa perusahaan yang lain tidak akan menambah barang
modal, adalah I0. Tetapi karena semua perusahaan ingin
meningkatkan stock barang modal, maka harga barang modal naik.
Kenaikan harga barang modal menyebabkan ada rencana investasi
yang harus dibatalkan karena tidak layak lagi. Akhirnya tingkat
investasi yang sebenarnya hanya berjumlah I1.
Kurva MEC dan MEI
22. 19
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengeluaran investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal ( pabrik dan
peralatan), bangunan dan persediaan barang.
2. Pertimbangan pokok ari keputusan investasi adalah berapa nilai sekarang (present
value) dari uang yang akan kita peroleh dimasa mendatang, atau berapa nilai masa
uang mendatang (future value) dari jumlah uang yang kita investasikan saat ini.
3. Kriteria untuk memutuskan apakah suatu rencana investasi diterima atau ditolak
adalah : payback period, benefit/ cost ratio, net present value dan internal rate of
return.
4. Sebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh factor
utama sebagai berikut: tingkat pengembalian yang diharapkan (expected of return),
biaya investasi, marginal effeciency of capital (MEC), tingkat bunga dan marginal
efficiency of investment (MEI).
23. 20
DAFTAR PUSTAKA
Ekawarna & FachruddiansyahMuslim, 2010,PengantarTeoriEkonomiMakro, Jakarta:Gaung
Persada(GPPress).