Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
TEORI BELAJAR
1. TEORI BELAJAR KONEKSIONISME, GUTHRIE,
HULL,DAN
CONTOH PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA
Kelompok: 5
Anggota :
1. Tri Rossy Handayani (06121011003)
2. Heriyani
(06121011007)
3. Basuki Rahmat (06121011008)
4. Riko Irawan
(06121011013)
5. Helsy Dinafitri (06121011020)
6. Violanti Anarky (06121011028)
7. Dwi Suseno Wati (06121011039)
Dosen Pembimbing : Taufiq, M. Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
2. PENGERTIAN TEORI BEHAVIORISTI
Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang
menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon.
Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru
kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
4. EDWARD EDWARD LEE THORNDIKE
(1874-1949): TEORI KONEKSIONISME
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwaperisti`wa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).
Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang
coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di
dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka
secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam
sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut
menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and
conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara
mencoba-coba dan membuat salah.
5. Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum
belajar sebagai berikut :
6. 1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap
suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika
kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia
akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan
lain.
Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia
tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan.
Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi
atau meniadakan ketidakpuasannya.
Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan
bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah
ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain
untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
7. 2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering
tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.
Prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam
belajar adalah ulangan.
Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin
dikuasai.
8. 3. Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus
respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan.
Koneksi antara kesan panca indera dengan
kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah,
tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah
dilakukan.
10. a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response).
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan
error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Hukum Sikap ( Set/ Attitude).
Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya
ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga
ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial
, maupun psikomotornya.
c. Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element).
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan
respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap
keseluruhan situasi ( respon selektif).
11. d. Hukum Respon by Analogy.
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan
respon pada situasi yang belum pernah dialami karena
individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang
belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah
dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsurunsur yang telah dikenal ke situasi baru.
e. Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi
yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara
bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit
unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
12. Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam
perjalanan penyamapaian teorinya thorndike
mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :
1. Hukum latihan ditinggalkan
2. Hukum akibat direvisi.
3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon
bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara
stimulus dan respon.
4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada
bidang lain maupun pada individu lain.
13. TEORI CONTIGUITY - EDWIN R.
GUTHRIE
Dalil Guthrie yang pertama tentang proses belajar
adalah kombinasi stimulus yang diikuti dengan suatu
gerakan, pada saat pengulangan berikutnya
cenderung diikuti lagi oleh gerakan tersebut .
Dalil yang kedua menyatakan bahwa pola stimulus
mempunyai korelasi dan atau keterkaitan yang tinggi
dengan respons yang ditimbulkannya pertama kali.
14.
Guthrie percaya bahwa keterampilan mewakili sejumlah
kebiasaan, oleh karena itu belajar dapat dicapai
sebagai akumulasi dari pengulangan¬pengulangan.
Guthrie juga menyatakan bahwa motivasi
mempengaruhi belajar secara tidak langsung, yang
terlihat melalui penyebab atau alasan individu
melakukan sesuatu (merespons).
Penekanan Guthrie terhadap konsep yang dikenal
dengan nama "movement-produced stimuli" atau
stimulus yang menghasilkan gerakan terkondisi
merupakan modifikasi dari teori Thorndike. Namun
demikian, menurut Guthrie, hasil belajar yang
diperoleh dipercaya bersifat permanen, sampai terjadi
proses belajar yang baru.
15. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat
mengasosiasi stimulus respon secara tepat.
Pembelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus
dipelajari.
Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan
tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler,
1991).
16. TEORI SYSTEMATIC BEHAVIOR CLARK HULL
Hull menyatakan bahwa interaksi antara stimulus dan
respons tidaklah sederhana sebagaimana adanya.
Proses belajar menurut Hull merupakan upaya
menumbuhkan kebiasaan melalui serangkaian percobaan.
Untuk dapat memperoleh kebiasaan diperlukan adanya
penguatan dalam proses percobaan.
Namun, Hull juga menyatakah bahwa penguatan bukan
satu-satunya faktor yang menentukan dalam
pengembangan kebiasaan, karena pengembangan
kebiasaan lebih utama dipengaruhi oleh banyaknya
percobaan yang dilakukan.
18.
Teori trial and error sangat cocok diterapkan pada
pembelajaran fisika karena akan membentuk pola pikir
yang baru jika dihadapkan lingkungan peristiwa yang
baru juga. Jika dihadapkan pada situasi yang baru
pada pembelajaran fisika seorang siswa akan mencoba
berbagai hal untuk menemukan sesuatu sebagai solusi.
Teori belajar trial and error memiliki cirri-ciri adanya
motif pendorong aktivitas, ada berbagai respon
terhadap situasi, ada eliminasi kegagalan/salah dan
kemajuan reaksi mencapai tujuan.
19.
Penerapan konsep koneksinisme pada proses
pembelajaran fisika
Sebagai contoh :
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
mengerjakan soal di papan tulis, jika salah maka masih
ada kesempatan berikutnya, jika benar maka siswa
tersebut memperoleh nilai dari guru.
20.
Aplikasi Teori Thorndike
1. Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka
anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya
anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
2. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan
dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
3. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah,
pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan
motivasi proses belajar mengajar.
21. Clark C. Hull mengungkapkan bahwa dalam
pembelajaran harus dibuat kondisi rasa ingin tahu.
Implementasi pada pembelajaran fisika bisa diterapkan
dengan memberikan dua hal yang bertentangan dalam
memberikan suatu contoh.
Dengan demikian muncul rasa ingin tahu dan termotivasi
untuk belajar.