3. 3 ELEMEN PENTING
PROSES CARA TUJUAN
Tindakan
Perekrutan,
Pengangkutan,
Penampungan,
Pengiriman,
Pemindahan,
atau penerimaan.
ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang
atau memberi bayaran
atau manfaat sehingga
memperoleh persetujuan
dari orang yang
memegang kendali atas
orang lain
Eksploitasi atau
mengakitbakan orang
tereksploitasi :
(Pelacuran, kerja paksa,
perbudakan atau
serupa perbudakan,
penindasan,
pemerasan,
pemanfaatan fisik,
seksual, organ
reproduksi,
memindahkan atau
mentransplantasi organ
tubuh, memanfaatkan
tenaga atau
kemampuan seseorang
oleh pihak lain untuk
4. MENGEKSPLORASI DEFINISI
Dewasa:
• Proses
• Cara
• Tujuan
Anak-Anak:
• Proses
• Tujuan
Sumber gambar:
• Labor is Not a Commodity - http://laborrightsblog.typepad.com/international_labor_right/2011/06/the-exploitation-of-domestic-
child-labor-enslaved-in-a-system-of-servitude-.html/
• Viva News - http://foto.news.viva.co.id/read/7148-perahu-nelayan-seharga-rp--1-milliar/84909
• Dhaka Tribune- http://www.dhakatribune.com/labour/2013/may/01/child-labour-ban-goes-unheeded-rangpur
5. Apakah orang tersebut ...
Direkrut? ATAU
Diangkut? ATAU
Dipindahkan? ATAU
Ditampung? ATAU
Diterima?
Jika YA untuk salah satu tindakan di atas, lanjutkan ke Cara.
Jika TIDAK, ia bukan korban perdagangan orang.
Ingat bahwa untuk dianggap sebagai pelaku, ia tidak harus
memindahkan korban – selama ia menerima atau
menampung dengan tujuan eksploitasi maka ia adalah
pelaku.
PROSES
6. CARA
Apakah orang tersebut ….
Dipaksa? ATAU
Diancam? ATAU
Dibujuk? ATAU
Diculik? ATAU
Ditipu? ATAU
Diperdaya? ATAU
Dijadikan subjek penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan
Jika YA untuk salah satu tindakan di atas,
lanjutkan ke Eksploitasi
Jika TIDAK dan korban adalah anak,
lanjutkan ke Eksploitasi
Jika TIDAK dan korban adalah dewasa,
ia bukan korban perdagangan orang
7. TUJUAN
Apakah korban dieksploitasi ATAU apakah terdapat tujuan/niat untuk
mengeksploitasi?
Eksploitasi dapat meliputi:
Prostitusi, ATAU
Bentuk lain dari eksploitasi seksual, ATAU
Kerja paksa, ATAU
Perbudakan, ATAU
Hal lain serupa dengan perbudakan (pemaksaan dinas militer,)
ATAU
Penghambaan, ATAU
Penjualan/Pengambilan organ tubuh
Jika YA untuk salah satu bentuk eksploitasi di atas, ia adalah korban
perdagangan orang
Jika TIDAK, ia bukan korban perdagangan orang
8. IDENTIFIKASI KORBAN
Ingat!!!
Persetujuan sering kali tidak relevan:
• Untuk orang dewasa, ketika ditemukan
“cara”, maka tidak penting apakah korban
setuju atas eksploitasi tersebut. Ini karena
korban tidak tahu kondisi sebenarnya
yang akan terjadi
• Untuk anak-anak, persetujuan
sepenuhnya tidak relevan.
Sumber gambar: Behance -
http://www.behance.net/gallery/Modern-Slavery/3659245
9. MODEL RUMUSAN FORMIL
(PERBUATAN)
• Pasal 2 (1), pasal 3, pasal 4, pasal 5. (tidak perlu ada akibatnya). Korban
tidak harus mengalami eksploitasi, asal bisa dibuktikan.
10. MODEL RUMUSAN MATERIIL
(AKIBAT)
• Pasal 2 (2), pasal 6, pasal 7, pasal 8 (harus dibuktikan bahwa korban,
sudah nyata mengalami eksploitasi; akibat harus terjadi.
11. UNSUR – UNSUR OBJEKTIF
• PROSES - CARA – TUJUAN (dalam konteks hukum pidana formil ketiga
unsur ini harus dibuktikan)
12. UNSUR-UNSUR SUBJEKTIF
(KESALAHAN)
• Bagaimana kita bisa membuktikan sikap batin dari pelaku (kesengajaan
atau lalai), koorporasi, (teori koorporasi), penyelenggara negara;
menyalahgunakan kekuasaan, ikut serta dalam memanipulasi dokumen,
tidak hati-hati, atau sindikat terorganisasi lainnya dll)
14. ALAT BUKTI DALAM TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
• Dalam tindak pidana perdagangan orang (dalam tindak pidana apapun)
ALAT BUKTI adalah syarat yang SANGAT PENTING untuk menetapkan
seseorang menjadi tersangka dan mengadilinya di pengadilan.
15. ALAT BUKTI
(PASAL 184 KUHAP, PASAL 5 (1) UU ITE
1. Keterangan Saksi (saksi korban dan saksi yang lainya)
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa
6. Pasal 5 (1) UU ITE : Informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dan atau hasil cetakannya
merupakan alat bukti hukum yang sah. (Dokumen elektronik: ex. Tiket, surat Kontrak elektonik, vidio,
poto)
Untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka minimal harus ada dua alat bukti (atau tiga biar kuat).
Dalam TPPO ada kekhususan sebagai mana tercantum dalam pasal 30 UU No. 21/2007 Tentang Tindak
Pidana Perdagangan Orang......”sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan seorang saksi saja sudah
cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila disertai dengan satu alat bukti yang sah
lainnya.
16. MASING MASING ELEMEN/UNSUR HARUS ADA
MINIMAL DUA ALAT BUKTI
• Ex. PROSES : dipindahkah dari satu tempat ke tempat lain, proses perpindahan itu ada buktinya (tiket).
Keterangan saksi korban dan saksi saksi lain, tiket, KTP, kartu keluarga. Alat angkut, mobil dan sopir
dipoto.
• Ex. CARA : ditipu (ada saksi yang mendengarkan, siapa yang mendengar). Dijanjikan bekerja di kantor
tapi nyatanya di cafe. Keteragan Dari saksi korban dan saksi saksi lain, misalnya iklan (mengelabui
masyarakat supaya mendaftarkan anaknya bekerja).
• EKSPLOITASI : cukup hanya dengan keternagan saksi korban. Mengalami luka fisik, luka batin, atau
luka seksual. Kalau luka fisik di adi visum (dengan bantuan polisi), keterangan dari psikolog.
• Alat Bukti tidak sama dengan Barang bukti adalah yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
atau hasil dari tindak pidana.
• Proses hukum sangat membutuhkan ALAT BUKTI
17. BEBERAPA MASALAH PEMBUKTIAN
1. Kesulitan menghadirkan saksi, diperiksa mulai di kepolisian dan dihadirkan di dalam
pengadilan.(Bisa sebenarnya memberikan keterangan secara online atau di rekam). Saksi (saksi
korban, saksi lainya yang melihat, mendengar dan mengetahui)
2. Kadang-kadang tindak pidana perdagangan orang memiliki keterkaitan dengan tindak pidana
lainnya, misalnya KDRT, penganiayaan, eksploitasi buruh migran. Kadang-kadang ada
perdebatan di situ.
3. Kadang-kadang saksi tidak mau hadir karena merasa tidak nyaman, tidak kondusif ke
pengadilan.
4. Restitusi (ganti kerugian) pelaku tidak memiliki kemampuan untuk menganti.
18. KORBAN TRAFFICKING ?
Kasus #1:
Ice (16 tahun), dari sebuah desa di Maumere, Nusa Tenggara Timur.
Ia sangat senang ketika Madi tetangganya mengajaknya bekerja ke
Medan dengan janji akan memperoleh penghasilan besar. Demi
membantu ekonomi keluarga, orang tua Ice setuju jika Ice bekerja.
Ice kemudian dibawa ke sebuah pabrik garmen kecil di pinggiran
Kota Medan. Disana sudah banyak anak-anak seusianya yang juga
bekerja. Atas jasanya ini, pemilik pabrik lalu memberi Madi
sejumlah uang. Selama bekerja, Ice mendapati bahwa Ia
dipekerjakan sangat berat mulai pukul 7 pagi sampai 5 sore. Oleh
sang majikan, gajinya ditahan dengan alasan supaya ia tidak kabur.
19. KORBAN TRAFFICKING ?
Kasus # 2:
Rina, seorang gadis lulusan SMP, berusia 24 tahun, dari
Nusa Tenggara Barat, sudah lama menganggur. Ia ditawari
pekerjaan oleh sepupunya yang bekerja di Sabah Malaysia
karena kebetulan majikan sepupunya memerlukan
tambahan seorang pekerja rumah tangga (PRT). Rina
bersedia diberangkatkan ke Sabah, Malaysia tanpa
dokumen perjalanan yang sah. Sepupunya, menjemput
Rina di Nunukan, Kaltim dan mereka berdua melintasi
perbatasan Malaysia melalui jalur laut. Setibanya disana,
ternyata kondisi kerja yang ada sesuai dengan seperti
yang sudah dijanjikan sebelumnya. Namun, setelah satu
bulan bekerja, Rina ditangkap polisi Malaysia dalam
sebuah operasi penertiban.