Teknik analisis daya cerna pada ruminansia meliputi metode in vitro, in sacco, dan in vivo. Metode in vitro seperti Tilley and Terry mengukur fermentasi mikroba tanpa ternak, sedangkan in sacco menggunakan kantong nilon di rumen. Metode in vivo langsung mengukur kecernaan pada ternak dengan mempertimbangkan periode prelim dan mengumpulkan konsumsi, feses, dan urin.
Pertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nrEmi Suhaemi
Unggas memiliki pencernaan yang berbeda dengan ruminansia, sehinga bahan pakan dan penyusunan ransum harus sesuai dengan sistem pencernaan dan kebutuhan hidup
Nama : Mutiara Salina
Npm. : 2005104010083
Domba wol dan Daging
Domba wol memliki karakteristik dalam segi percepatan tumbuh dan menghasilkan bulu (wol) sama halnya dengan Domba pedaging memiliki percepatan bulu tetapi menghasilkan sedikit wol.
Untuk menilai atau menilik domba kita harus melakukan pemilihan domba,domba yang baik jika dilihat dari belakang memiliki tumbuh seperti huruf U dalam domba pedaging sedangkan domba wol kita harus memegang wolnya terasa halus berminyak dan lebat, dalam menilik dilihat dari jarak 6-8 feel dan dilihat juga dari depan belakang Kiri maupun kanan Untuk menilik khusus wol, cuaca harus baik dengan membiak-biak wol pada bagian bahu, tulang rusuk dan paha, sampai pada kulitnya dan kulit tampak berlipat-lipat.
Untuk menggenggam (handleing) harus banyak berlatih atau belajar dan tidak hanya melihat serta harus memegang domba untuk me- ngetahui kurus atau gemuknya. Untuk domba harus dipegang wolnya dan terasa halus, panjang dan dibutuhkan. Cara ini harus dilakukan segera terus-menerus hingga berpengalaman. Untuk menilik domba dilakukan secara berurutan mulai dari depan, samping dan belakang tetapi untuk memegang imeraba) dila-kukan harus dari belakang ke depan dengan jari tangan dibuka lebar-lebar diuruț dari belakang ke depan sehingga tera kurus atau gemuknya. Domba gemuk akan teraba sama besar dari belakang ke depan sedang domba yang kurus tidak sama (tidak mera-ta) dan ini dilakukan juga pada bagian depan bawah. Untuk menilik khusus wol, cuaca harus baik dengan mem biak-biak wol pada bagian bahu, tulang rusuk dan paha, sampai pada kulitnya dan kulit tampak berlipat-lipat. Bulu paling baik dan panjang di bagian bahu.
Pertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nrEmi Suhaemi
Unggas memiliki pencernaan yang berbeda dengan ruminansia, sehinga bahan pakan dan penyusunan ransum harus sesuai dengan sistem pencernaan dan kebutuhan hidup
Nama : Mutiara Salina
Npm. : 2005104010083
Domba wol dan Daging
Domba wol memliki karakteristik dalam segi percepatan tumbuh dan menghasilkan bulu (wol) sama halnya dengan Domba pedaging memiliki percepatan bulu tetapi menghasilkan sedikit wol.
Untuk menilai atau menilik domba kita harus melakukan pemilihan domba,domba yang baik jika dilihat dari belakang memiliki tumbuh seperti huruf U dalam domba pedaging sedangkan domba wol kita harus memegang wolnya terasa halus berminyak dan lebat, dalam menilik dilihat dari jarak 6-8 feel dan dilihat juga dari depan belakang Kiri maupun kanan Untuk menilik khusus wol, cuaca harus baik dengan membiak-biak wol pada bagian bahu, tulang rusuk dan paha, sampai pada kulitnya dan kulit tampak berlipat-lipat.
Untuk menggenggam (handleing) harus banyak berlatih atau belajar dan tidak hanya melihat serta harus memegang domba untuk me- ngetahui kurus atau gemuknya. Untuk domba harus dipegang wolnya dan terasa halus, panjang dan dibutuhkan. Cara ini harus dilakukan segera terus-menerus hingga berpengalaman. Untuk menilik domba dilakukan secara berurutan mulai dari depan, samping dan belakang tetapi untuk memegang imeraba) dila-kukan harus dari belakang ke depan dengan jari tangan dibuka lebar-lebar diuruț dari belakang ke depan sehingga tera kurus atau gemuknya. Domba gemuk akan teraba sama besar dari belakang ke depan sedang domba yang kurus tidak sama (tidak mera-ta) dan ini dilakukan juga pada bagian depan bawah. Untuk menilik khusus wol, cuaca harus baik dengan mem biak-biak wol pada bagian bahu, tulang rusuk dan paha, sampai pada kulitnya dan kulit tampak berlipat-lipat. Bulu paling baik dan panjang di bagian bahu.
Powerpoint ini membahas tentang Teknik Hitung bakteri Secara Kuantitatif, dan Uji MPN dan membahas tentang Teknik Isolasi dan Cara Identifikasi Mikroba
Bioteknologi
1.Standar kompetensi
Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
2.Kompetensi dasar
Mendeskripsikan penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan
3. Indikator
1.Mendefinisikan pengertian bioteknologi
2.Mendeskripsikan keuntungan pemanfaatan bioteknologi dalam produksi pangan
3.Mendata produk-produk bioteknologi konvensional dan modern di lingkungan sekitarnya
Bioteknologi adalah Penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa dalam mengolah suatu bahan dengan memanfaatkan organisme hidup dan komponen- komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia. Agar lebih jelas perhatikan skema pada Gambar 1.0 berikut.Bioteknologi adalah Penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa dalam mengolah suatu bahan dengan memanfaatkan organisme hidup dan komponen- komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia. Agar lebih jelas perhatikan skema pada Gambar 1.0 berikut.Bioteknologi adalah Penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa dalam mengolah suatu bahan dengan memanfaatkan organisme hidup dan komponen- komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia. Agar lebih jelas perhatikan skema pada Gambar 1.0 berikut.Bioteknologi adalah Penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa dalam mengolah suatu bahan dengan memanfaatkan organisme hidup dan komponen- komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia.
1) Tujuan dilakukannya uji glukosa yaitu untuk mengetahui kadar atau kandungan glukosa dalam makanan atau menentukan kadar gula sederhana.
2) Tujuan dilakukannya uji lemak yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan lemak.
3) Tujuan dilakukannya uji karbohidrat yaitu untuk menentukan bahan makanan yang mengndung amilum.
4) Tujuan dilakukannya uji protein yaitu untuk menentukan bahan makanan dengan kandungan protein.
1. ILMU NUTRISI TERNAK
MKK123203
Dr. Ramaiyulis, S.Pt, MP
NIDN 0014067208
HP/WA : 085263053550
PROGRAM STUDI BUDI DAYA TERNAK
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
TEKNIK ANALISA DAYA CERNA
BAHAN PAKAN RUMINANSIA
2. Kecernaan = Jumlah konsumsi zat makanan – jumlah zat makanan tersisa di feses
Jumlah konsumsi zat makanan
Zat makanan :
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
6. Air
Bahan makanan :
• Rumput gajah
• Jerami padi
• Silase
• Kulit singkong
• Dedak
• Bungkil kedele
• Pakan lainnya PROSES PENCERNAAN :
Mekanis
Fermentatif
Enzimatis
FESES :
• Zat makanan
tidak tercerna
• Reruntuhan
jaringan usus
Penyerapan Zat makanan :
• VFA
• NH3
• Glukosa
• Asam amino
• Asam lemak + trigliserida
• Vitamin
• Mineral
• Air
X 100%
3. Teknik Analisa Daya Cerna pada Ruminansia
1. Teknik In vitro = mengukur fermentasi
mikroba terhadap pakan yang diuji
menggunakan rumen tiruan, tanpa
menggunakan ternak.
2. Teknik in sacco = mengukur kecernaan bahan
pakan menggunakan kantong nilon yang
dimasukan ke dalam rumen melalui fistula
rumen
3. Teknik in vivo = mengukur kecernaan bahan
pakan langsung kepada ternak
4. Metode In vitro
Ada 3 metode in vitro yang digunakan dalam penelitian :
1. Metode in vitro Tilley and Terry (1963)
Metode ini mengukur kecernaan terdiri dari 2 tahap yaitu kecernaan
fermentatif di rumen dan kecernaan enzimatis di abomasum dan usus halus.
Tahap 1 dilakukan dengan menginkubasi sampel pakan dalam rumen tiruan
selama 48 jam secara an aerob, 390C, pengadukan, dan pengeluaran gas
dan dilanjutkan dengan analisis zat makan dalam residu. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap 2 dengan menginkubasi residu hasil tahap 1
dengan penambahan HCl dan enzim pepsin dan inkubasi secara aerob,
390C, pengadukan dan analisa zat makanan dalam residu..
2. Metode in vitro produksi gas (MENKE ET AL., 1979; STEINGASS dan
MENKE, 1986; BLUMMEL ET AL., 1997).
Metode ini mengukur kecernaan rumen melalui produksi gas fermentasi
menggunakan syring (spuit).
3. Metode RUSITEC (rumen simulation technique)
Mengukur kecernaan rumen menggunakan rumen tiruan dan simulasi
rumen dengan suplai saliva dan pengaliran hasil fermentasi pasca rumen.
5. KELEBIHAN
Kelebihan dan kelemahan In vitro
Tanpa menggunakan ternak, hasil cepat diperoleh,
jumlah sampel sedikit, bisa fokus pada fermentasi
rumen dan biaya murah
Mengabaikan adanya suplai nitrogen dari saliva
dan adanya penyerapan zat makanan pada
dinding rumen
KELEMAHAN
6. Rumen Tiruan
pH netral (6-8)
An aerob
Suhu 38-42 0C
Kontraksi rumen/ pengadukan isi rumen
Eruktasi = pengeluaran gas fermentasi
Penyerapan hasil fermentasi
Kondisi rumen untuk pertumbuhan mikroba
Rumen tiruan dapat menggunakan botol
dilengkapi dengan pengeluaran gas fermentasi,
pengatur suhu, pergerakan dan saliva buatan
7. Teknik In vitro Tilley and Terri (1963)
Bahan pakan
yang akan diuji
kecernaannya
dihaluskan dan
dianalisa
kandungan zat
makanannya
Saliva buatan :
NaHCO3 9,8 g
Na2HPO4.7H2O 4,62 g
KCl 0,57 g
MgSO4.7H2O 0,12 g
NaCl 0,47 g
CaCl2. 2H2O 0,05 g
Dalam 1 liter larutan
Cairan rumen dari
Rumah potong
hewan
+
(4 : 1)
Inkubasi 48 jam secara anaerob, 390C, pengeluaran gas
Analisa zat
makanan yang
tersisa dalam
residu
8. Metode Produksi Gas
• Spuit kaca (syringe glass) 100 ml dilepaskan tuasnya
• Sampel pakan dimasukan ke dalam spuit (syringe glass) sebanyak 200 mg
• Lalu ditambahkan saliva buatan
• Disemprot dengan gas CO2 agar oksigen didalam spuit keluar semua,
supaya an aerob
• Lalu tuas spuit dipasang kembali
• Kemudian diinkubasi pada suhu 390 C
• Gas hasil fermentasi akan dapat diukur dengan naiknya tuas yang dapat
dibaca pada skala spuit (ml)
9. Rusitec = rumen simulation technique
Metode rusitec ini cairan rumen dimasukan dalam botol 800 ml dan
disimulasikan seperti kerja rumen yaitu ada masukan saliva dan ada
pengeluaran gas dan aliran pakan ke usus.
Bedanya dengan Tilley and Terry, pada Rusitec dilakukan suplai saliva
buatan dan ada aliran pakan keluar rumen, sedangkan pada Tilley and
Terry tidak ada
10. Korelasi kecernaan In vitro dibanding in vivo
Kecernaan in vitro berhubungan erat (berkorelasi) dengan kcernaan in vivo dengan R2 =
0,42-0,76
Kecernaan in vitro dapat menggambarkan kecernaan zat makanan yang sebenarnya
dalam tubuh ternak
Sumber : Borba & Ribeiro, 1996
11. Uji Kecernaan In vivo
Tahap Pelaksanaan In vivo :
1. Tahap Prelim/ pendahuluan Tujuan menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya
T1/2 = 3 hari artinya pengaruh pakan baru 50%
terjadi setelah 3 hari.
Hari ke Pengaruh pakan
lama
Pengaruh pakan
baru
0 100 0
3 50 50
6 25 75
9 12,5 87,5
12 6,25 93,75
Lama prelim minimal
1 mgg agar pengaruh
pakan baru telah
lebih lebih dari 75%
2. Tahap Koleksi Data
In vivo = pengujian kecernaan langsung kepada ternak
Yaitu pengumpulan data jumlah konsumsi, jumlah
feses dan urin serta pengumpulan sampel pakan,
feses dan urin untuk analisa zat makanan
12. Lama pengumpuan data in vivo
Semakin lama waktu pengumpulan data semakin tinggi akurasi data yang
didapatkan. Biasanya dilakukan selama 1 minggu
Jenis data in vivo yang dikumpulkan selama tahap koleksi
1. Konsumsi ransum Konsumsi = jumlah ransum diberikan – ransum sisa
2. Jumlah Feses Yaitu jumlah (kg) feses yang dikumpulkan selama
koleksi
3. Jumlah Urin Yaitu jumlah (kg) urin yang dikumpulkan selama
koleksi
Sampel ransum, sampel feses dan sampel urin dikumpulkan untuk analisa zat
makanan di laboratorium
13. Penanganan sampel in vivo
Sampel ransum Sampel ransum diambil 100 gram lalu dibawa ke laboratorium
Untuk analisa zat makanan.
Sampel feses Sampel feses diambil 100 gram lalu dibawa ke laboratorium
Untuk analisa zat makanan tidak tercerna yang tersisa di feses.
Sampel urin Sampel urin diambil 100 ml lalu dibawa ke laboratorium
Untuk Analisa PK, urin alantoin.
Sampel ransum dan feses dianalisa kandungan zat makanan
dengan Analisa proksimat ( BK, BO, SK, PK, LK, BETN)
Analisa van soest (NDF, ADF, selulosa, hemi selulosa, lignin)
Sinkatan :
BK = bahan kering
PK = protein kasar
SK = serat kasar
LK = lemak kasar
BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen
NDF = neutral detergent fiber
ADF = acid detergent fiber
14. Kecernaan BK = jumlah konsumsi BK – jumlah BK dalam feses
Kecernaan BO = jumlah konsumsi BO – jumlah BO dalam feses
Kecernaan SK = jumlah konsumsi SK – jumlah SK dalam feses
Kecernaan BETN = jumlah konsumsi BETN – jumlah BETN dalam feses
Kecernaan NDF = jumlah konsumsi NDF – jumlah NDF dalam feses
Kecernaan ADF = jumlah konsumsi ADF – jumlah ADF dalam feses
Kecernaan selulosa = jumlah konsumsi selulosa – jumlah selulosa dalam feses
Kecernaan Fraksi serat :
Kecernaan hemiselulosa = jumlah konsumsi hemiselulosa – jumlah hemiselulosa
dalam feses
Kecernaan PK = jumlah konsumsi PK – jumlah PK dalam feses
Kecernaan zat makanan :
15. Analisa yang berhubungan dengan urin :
Retensi nitrogen (N) = konsumsi N – jumlah N dalam feses – jumlah N dalam urin
Sintesis protein mikroba = kandungan alantoin dalam urin
16. Metode In Sacco
Metode in sacco dilakukan dengan memasukan sampel dalam kantong nilon
kemudian dimasukan ke dalam rumen melalui fistula rumen
Fistula rumen
18. Mengukur protein mikroba
Suplai protein mikroba ke usus halus
Chen and Gomes, (1992)
Purin derivatif yang diukur adalah “Alantoin”
Kandungan alantoin dalan urin dikonversikan menjadi gram protein mikroba yang
terserap di usus halus
19. • TDN = Total digestible nutrient
• TDN dihitung berdasarkan rumus Sutardi
(2001) :
• a. untuk PK < 20% dan SK > 18% yaitu
70,6+(0,259PK)+(1,01LK)-(0,760SK)+(0,0991BETN).
• b. untuk PK < 20% dan SK < 18% yaitu
2,79 + (1,17PK)+(1,74LK)-(0,295SK)+(0,810BETN)
PK = Protein kasar; LK = lemak; SK = serat kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa N
Pengukuran energi
20. Pengukuran energi
Konsumsi
ransum
Gross energy (GE) (bomb calorimeter)
Digestible energy (DE)
Energi hilangEnergi dalam
feses
Metabolizable energy (ME)
Energi hilang
Energi dalam urin
dan gas metan
Net energy (NE)
Energi hilang
Energi dalam
panas tubuh
NE Laktasi (Nel)NE Gain (Neg)Hidup pokok
21. Evaluasi
• Apa gunanya mengukur kecernaan
• Apa metode pengukuran kecernaan in vitro
• Bisakah hasil kecernaan in vitro menggambarkan
kecernaan dalam tubuh ternak
• Apa kelebihan metode in vitro
• Apa guna periode prelim dan berapa lamanya
• Apa saja yang dikumpulkan selama koleksi in vivo
• Bagaimana mengukur fermentasi rumen secara in
sacco
• Bagaimana mengukur protein mikroba
• Apa yang dimaksud TDN dan bagaiman mengukurnya