Nasopharyngeal airway adalah salah satu airway adjuncts yang sebenarnya cukup banyak manfaatnya namun kurang dikenal. Tulisan ini akan menguraikan beberapa hal mengenainya.
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Nasopharyngeal airway adalah salah satu airway adjuncts yang sebenarnya cukup banyak manfaatnya namun kurang dikenal. Tulisan ini akan menguraikan beberapa hal mengenainya.
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
3. Inflamasi adalah fitur utama pada asma
Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease
with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98
Inflamasi
Saluran napas
Obstruksi
saluran napas
Hiperresponsif
bronkial
Gejala
4. Definisi asma
Asma adalah penyakit heterogen, biasanya
ditandai dengan inflamasi kronis saluran
napas.
Asma memiliki dua fitur utama:
1. Riwayat gejala pernapasan seperti wheeze,
napas pendek, dada sesak dan batuk, yang
bervariasi sepanjang waktu dan variasi dalam
intensitas, DAN
2. Expiratory airflow limitation yang bervariasi
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2016). Available from
www.ginaasthma.org.
5. Diagnos asma
5
1. Pola gejala yang merupakan ciri khas asma
2. Riwayat keluarga
3. Pemeriksaan fisik
4. Pengukuran fungsi paru
Spirometri
Peak expiratory flow / Arus Puncak Ekspirasi
3. Pengukuran respons saluran napas (bronchial provocation
test)
4. Pengukuran status alergi untuk mengindentifikasi faktor
risiko (allergy test)
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2016). Available from
www.ginaasthma.org.
6. 6
Tujuan utama manajemen asma untuk:
- Kontrol asma dengan mengontrol gejala dan
- Menurunkan rIsiko eksaserbasi
Skor baseline ACQ/ACT menunjukkan hubungan
positif dengan jumlah eksaserbasi1
Tingkat kontrol asma adalah prediktor rIsiko
ketidakstabilan asma dan eskaserbasi1
Kontrol
gejala
saat ini
Turunkan
risiko
Kontrol
asma
ACQ = Asthma Control Questionnaire
1. Bateman E et al. J Allergy Clin Immunol 2010; 125: 600–8.
Prepared July
2013 ATLAS ID:
61,709 single use
Tujuan manajemen asma:
KONTROL dan MENGURANGI RISIKO
8. Kontrol Klinis Asma
8
1. Tentukan tingkat atau level kontrol asma awal
untuk menentukan jenis pengobatan
(nilai tingkat kontrol asma pasien)
2. Pertahankan kontrol asma setelah pengobatan
dilakukan
(nilai risiko asma pasien)
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2016). Available from
www.ginaasthma.org.
9. Kontrol Gejala Level Kontrol Gejala Asma
Dalam 4 minggu terakhir, apakah pasien memiliki : Terkontrol
penuh
Terkontrol
sebagian
Tidak
terkontrol
1. Gejala asma harian lebih dari dua kali
dalam 1 minggu
2. Terbangun di malam hari karena asma
3. Penggunaan obat pelega untuk mengatasi
gejala lebih dari dua kali dalam 1 minggu
4. Pembatasan aktivitas karena asma
Tidak
terdapat
satupun
kriteria
Terdapat
1- 2
kriteria
Terdapat
3- 4
kriteria
Tingkat Kontrol Asma
(Menilai tingkat kontrol asma)
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2016). Available from
www.ginaasthma.org.
10. Kontrol Gejala Level Kontrol Gejala Asma
Dalam 4 minggu terakhir, apakah pasien memiliki : Terkontrol
penuh
Terkontrol
sebagian
Tidak
terkontrol
1. Gejala asma harian lebih dari dua kali
dalam 1 minggu
2. Terbangun di malam hari karena asma
3. Penggunaan obat pelega untuk mengatasi
gejala lebih dari dua kali dalam 1 minggu
4. Pembatasan aktivitas karena asma
Tidak
terdapat
satupun
kriteria
Terdapat
1- 2
kriteria
Terdapat
3- 4
kriteria
Tingkat Kontrol Asma
(Menilai tingkat kontrol asma)
SEGERA
evaluasi pengobatan yang
ditujukan untuk mengontrol
asma jangka panjang
(maintenance treatment)
apabila terjadi
EKSASERBASI
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2016). Available from
www.ginaasthma.org.
11. Manajemen untuk asma kontrol
11
Manajemen asma untuk mencapai asma terkontrol dan
menurunkan rIsiko, harus melibatkan:
1. Pengobatan
- Setiap pasien asma harus memiliki reliever
- Mayoritas pasien asma dewasa dan remaja harus memiliki
controller
2. Mengatasi faktor risiko yang bisa dimodifikasi
3. Terapi non-farmakologi
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma Pocket Guide (Updated 2016). Available
from www.ginaasthma.org.
12. Terapi Non-Farmakologi
12
• Berhenti merokok:
Tiap visit, berikan rekomendasi pada pasien untuk tidak merokok dan menjauhi
ruangan/mobil yang terdapat asap rokok
• Aktivitas fisik
Berikan rekomendasi agar pasien melakukan aktivitas fisik yang teratur dan
informasi terkait mengatasi Exercise-Induced bronchoconstriction
• Asma okupasi
Identifikasi dan sarankan untuk menghilangkan allergen okupasi secepat
mungkin
• NSAID termasuk aspirin:
Selalu tanyakan riwayat asma pada pasien sebelum memberikan obat tersebut
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma Pocket Guide (Updated 2016). Available
from www.ginaasthma.org.
13. Faktor risiko terjadi eksaserbasi
Faktor rIsiko eksaserbasi yang dapat dimodifikasi:
• Gejala asma yang tidak terkontrol
• Penggunaan ICS yang tidak memadai: tidak ada pemberian ICS, tidak
patuh akan penggunaan ICS, cara penggunaan inhaler yang tidak tepat
• Penggunaan SABA yang berlebihan (mortalitas meningkat jika >1x200-
dosis canister/bulan)
• FEV1 yang rendah, terutama jika <60% predicted
• Masalah psikologi atau socioeconomic
• Paparan: rokok, paparan allergen jika tersensitisasi
• Komorbiditas: obesitas, rhinosinusitis, alergi makanan
• Sputum atau eosinophilia darah
• Kehamilan
Jika pasien memiliki 1 atau lebih
faktor risiko tsb pasien memiliki
risiko yang meningkat untuk
terjadi eksaserbasi meskipun
gejala asmanya terkontrol baik
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2016). Available from
www.ginaasthma.org.
14. Realita antara pemahaman pasien tentang kontrol
dan definisi GINA
The REALISE study menunjukkan kesenjangan yang besar antara persepsi pasien tentang kontrol asma dan realitas klinik
asma terkontrol
The REALISE survey was conducted in patients aged 18–50 years who were active on social media.
Price D, et al. NPJ Prim Care Respir Med. 2014;24:14009.
REALISE study (N=8,000)
83.7%
Pasien menganggap asmanya
terkontrol
(n=3,023)
69.9%
Pasien menganggap asmanya
tidak serius(n=3,023)
45.1%
Pasien tak terkontrol berdasarkan definisi GINA
(n=3,611)
Pasien
Mispersepsi
15. Faktor Kunci yang berhubungandengan
Kematian Asma
1. Ketergantungan berlebihan pada SABA
2. Tidak mau menggunakan ICS reguler
3. Kurangpengetahuan/edukasi,pengobatan
mandiridanpencegahaneksaserbasi
16. Ketergantungan berlebihan SABAatas terapikonttrolerICSberhubungandenganpeningkatanrisikokematian,akibatunder-treatmentinflamasi1
Episodepenggunaanpelegadosistinggijugadiprediksipeningkataneksaseerbasi3
Rate
ratio
for
death
from
asthma
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Canisters of ICS per year2
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
Canisters of SABA per
month/20,000 μg1
Asthma
deaths/10,000
patient-
years
0.0
50
100
150
200
250
Ketergantungan berlebihan SABA dan
under-use pemakaian ICS
meningkatkan kematian
ICS, inhaled corticosteroid;
SABA, short-acting β2-agonist
1. Suissa S, et al. Am J Respir Crit Care Med 1994;149:604–10; 2. Suissa S,
et al. N Engl J Med 2000;343:332–6; 3. Buhl R, et al. Respir Res 2012;13:59
0 1 2 3 4 5 6 7
18. Pedoman ke depan membutuhkan opsi pilihan obat
respirasi baru
Figure adapted from Bateman ED. Major breakthroughs in airways diseases. 4th Lung Disease Summit, Barcelona. Saturday 5 November 2016. This
meeting was organised by AstraZeneca
1970
1980
1985
1990
Combination
LABA/ICS
Montelukast
LABA
2000
2010 2015
2022
QD
LABA/ICS
FDC
ICS/LABA/LA
MA
Inhaled
corticosteroid
(1972)
LAMA
(tiotropium)
Daxas
(PDE4 inh.)
INOVASI
Symbicort®
maintenance
and reliever
therapy
Combination
LAMA/LABA
↑ Personalisasi
↑ Modifikasi
penyakit
Bronkospasme Inflamasi Pendekatan personal
Generic
20. 20
Terapi pada Eksaserbasi Asma
Berikut adalah terapi yang biasanya diberikan
pada pasien eksaserbasi untuk mencapai
perbaikan secara cepat:
Oksigen
Untuk mencapai saturasi oksigen 93-95% pada
pasien dewasa (94-98% untuk pasien anak)
SABA
Inhalasi SABA diberikan hingga
beberapa kali pada pasien asma
akut
Kortikosteroid inhalasi atau
sistemik
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
23. Penanganan Asma Eksaserbasi di
Fasilitas Penanganan Akut (UGD)
Konsul ke ICU, terapi dengan SABA dan O2,
dan persiapkan pasien untuk intubasi
Tentukan terapi berdasarkan status klinis pasien,
Dinilai dari gejala yang paling parah
RINGAN atau SEDANG
Bicara dalam frasa
Memilih posisi duduk dibanding berbaring
Tidak gelisah
Laju respirasi meningkat
Otot bantu napas tidak digunakan
Denyut jantung 100-120 denyut/menit
Saturasi O2 (di udara) 90-95%
APE > 50% dari angka prediksi atau nilai tertinggi
BERAT
Bicara dalam kata
Posisi tubuh duduk membungkuk ke depan
Gelisah
Laju respirasi > 30 kali per menit
Otot bantu napas digunakan
Denyut jantung > 120 denyut/menit
Saturasi O2 (di udara) < 90%
APE ≤ 50% dari angka prediksi atau nilai tertinggi
PENILAIAN AWAL
A: Airway B:Breathing C:Circulation
Apakah gejala berikut menyertai?
Mengantuk berat, kebingungan, silent chest
24. Penanganan Asma Eksaserbasi di Fasilitas Penanganan Akut (UGD)
RINGAN atau SEDANG
Beta-2-agonis kerja cepat (SABA)
Kontrol O2 untuk mempertahankan saturasi
hingga 93-95% (pada anak 94-98%)
Kortikosteroid oral
Pertimbangkan ipratropium bromida
BERAT
Beta-2-agonis kerja cepat
Pertimbangkan kortikosteroid inhalasi
dosis tinggi
Ipratropium bromida
Kontrol O2 untuk mempertahankan saturasi
hingga 93-95% (pada anak 94-98%)
Kortikosteroid oral atau IV
Pertimbangkan magnesium IV
PENILAIAN ULANG ATAS KEMAJUAN KLINIS SECARA BERKALA
UKUR FUNGSI PARU pada semua pasien, satu jam setelah terapi awal
VEP1 atau APE 60-80% dari angka prediksi
atau nilai terbaik dan gejala membaik dari
derajat SEDANG
Pertimbangkan untuk pasien dipulangkan
VEP1 atau APE <60% dari angka prediksi
atau nilai terbaik, atau respon klinis kurang
memadai dari derajat BERAT
Lanjutkan terapi seperti diatas dan lakukan
Penilaian secara berkala
Jika pasien terus memburuk, lakukan terapi sebagai
derajat BERAT dan nilai ulang untuk terapi di ICU
Konsul ke ICU,
terapi dengan SABA & O2,
dan persiapkan intubasi
Hanya untuk kalangan profesional kesehatan
ID/RESP/0010/16 . AD:17/12/2016 . ED:17/12/2018
25. Penanganan Asma Eksaserbasi di
pelayanan kesehatan primer
PENILAIAN
PASIEN
Apakah asma?
Ada faktor resiko asma mengancam jiwa?
Derajat keparahan eksaserbasi?
RINGAN atau SEDANG
Bicara dalam frasa
Memilih posisi duduk dibanding berbaring
Tidak gelisah
Laju respirasi meningkat
Otot bantu napas tidak digunakan
Denyut jantung 100-120 denyut/menit
Saturasi O2 (di udara) 90-95%
APE > 50% dari angka prediksi atau
nilai tertinggi
BERAT
Bicara dalam kata
Posisi duduk membungkuk ke depan
Gelisah
Laju respirasi > 30 kali per menit
Otot bantu napas digunakan
Denyut jantung > 120 denyut/menit
Saturasi O2 (di udara) < 90%
APE ≤ 50% dari angka prediksi atau nilai
tertinggi
MENGANCAM JIWA
Mengantuk berat, bingung,
atau silent chest
TERAPI AWAL
SABA: 4-10 semprot dengan MDI + spacer,
Ulangi setiap 20 menit selama 1 jam
Prednisolon: dewasa 1mg/kg, maks. 50 mg, anak 1-2 mg/kg,
maks. 40 mg
Oksigen (jika ada): target saturasi 93-95% (anak: 94-98%)
PINDAHKAN KE FASILITAS
PENANGANAN AKUT (UGD)
Selama menunggu: berikan SABA,
O2, kortikosteroid sistemik
LANJUTKAN TERAPI dengan SABA sesuai keperluan
PENILAIAN RESPON SETELAH 1 JAM (atau lebih awal)
MEMBURUK
MEMBURUK
APE: Arus Puncak Ekspirasi; SABA:Short-Acting Beta2-Agonist
Hanya untuk kalangan profesional kesehatan
26. Penanganan Asma Eksaserbasi di pelayanan kesehatan primer
PENILAIAN UNTUK PASIEN DIPULANGKAN
Gejala membaik, tidak memerlukan SABA Pelega: lanjutkan sesuai kebutuhan
APE membaik dan >60-80% dari nilai terbaik atau prediksi Pengontrol: mulai atau tingkatkan dosis ICS atau
ICS/LABA*. Cek teknik penggunaan inhaler & kepatuhan.
Saturasi oksigen >94% udara ruangan Prednisolon: lanjutkan, utk 5-7 hari (3-5 hari pada anak)
Penunjang di rumah memadai Tindak Lanjut: selama 2-7 hari
LANJUTKAN TERAPI dengan SABA sesuai keperluan
PENILAIAN RESPON SETELAH 1 JAM (atau lebih awal)
TINDAK LANJUT
Pelega: dikurangi hingga sesuai kebutuhan pasien
Pengontrol: lanjutkan dosis tinggi untuk jangka pendek (1-2 minggu) atau jangka panjang (3 bulan), tergantung riwayat
eksaserbasi
Faktor resiko: periksa dan koreksi pada faktor resiko termodifikasi yang dapat menyebabkan eksaserbasi, termasuk teknik
penggunaan inhaler dan kepatuhan
Rencana Aksi: Apakah pasien paham? Apakah digunakan teratur? Apakah memerlukan modifikasi?
ICS: Inhaled CorticoSteroid
LABA: Long-Acting Beta2-Agonist
27. 27
Tattersfield et al. Am J Respir Crit Care Med 1999
Asthma worsening: Approaches to prevention and management from the Asthma Worsenings Working Group, Can Respir J Vol 15 Suppl B November/December 2008
Intervensi dini dengan anti-inflamatori dapat menurunkan
dan mencegah perburukan asma dan eksaserbasi
Adapted from Tattersfield 1999
28. 28
Dengan Bronkodilator
Bronkodilatasi
Lumen melebar
X Inflamasi tetap
X Edema tetap
X Kerusakan sel epitel tetap
X Hipertrofi kelenjar & hipersekresi mukus
tetap
X Penebalan membran dasar tetap
Mengapa Penggunaan Obat - obatan Bronkodilator Tidak
Cukup Untuk Mengobati Asma?
“… Penggunaan obat
ß2-agonis saja tidak
cukup mengontrol
asma dan bahkan
dapat membuat asma
lebih buruk “
P. J. Barnes at. al. Clin. And
Experimental Allergy.
1995, Vol 25, 771 - 787
29. 29
Dengan Anti Inflamasi (Terapi
Pencegahan)
Lumen lebih melebar
Inflamasi berkurang
Edema berkurang
Sel epitel membaik
Hipertrofi kelenjar & hipersekresi
berkurang
Membran dasar membaik
Saluran Napas Penderita Asma
Bronkospasme
Lumen menyempit
Inflamasi
Edema
Kerusakan sel epitel
Hipertrofi kelenjar & hipersekresi
mukus
Penebalan membran dasar
Pemberian Anti Inflamasi akan Memperbaiki Kondisi Asma Pasien
30. Symbicort SMART untuk kontrol gejala saat ini
30
Kontrol
gejala
saat ini
Budesonide/Formoterol sebagai PELEGA
Menit setelah penggunaan obat
FEV1 (% D from baseline)
–5 0 30 60 90 120
5
15
25
35
45
150 180
NS
Budesonide/Formoterol 1280/36
µg (n = 55)
Salbutamol 1600 µg (n= 48)
Formoterol adalah Long
Acting β2-agonis fast onset
yang bekerja SECEPAT
Salbutamol
31. 31
Onset Durasi Contoh obat Golongan
agonis β2
Cepat
(Rapid)
Lama
/panjang
(Long)
FORMOTEROL
*LABA onset
cepat
Cepat
(Rapid)
Singkat
(Short)
Fenoterol
**SABA
Pirbuterol
Procaterol
Salbutamol
(Albuterol)
Terbutaline
Lambat
(Slow)
Lama
/panjang
(Long)
SALMETERO
L
*LABA
Onset dan Durasi Inhalasi β2-agonis
*LABA = Long-Acting β2 Agonist
**SABA = Short-Acting β2 Agonist
Konsensus asma PDPI
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html
Kontrol
gejala
saat ini
32. Review respons (GINA 2018)
• Monitor pasien dengan baik dan teratur
selama pengobatan, dan titrasi pengobatan
sesuai dengan respons.
• Rekomendasikan pasien ke step yang lebih
tinggi jika terjadi perburukan atau gagal
respons
Global initiative for Asthma Pocket Guide updated 2018.
33. Review respons (GINA 2017)
• Putuskan apakah perlu rawat inap
berdasarkan:
status klinis
gejala dan fungsi paru
respons terhadap pengobatan
riwayat eksaserbasi terkini dan sebelumnya,
apakah pasien bisa mengatasi asmanya di
rumah
Global initiative for Asthma Pocket Guide updated 2016.
34. Review respons (GINA 2017)
• Sebelum pasien dipulangkan dari perawatan, buatlah rencana
pengobatan selanjutnya. Untuk sebagian besar pasien, berikan
terapi controller yang teratur (atau naikkan dosis controller-nya)
untuk mengurangi risiko eksaserbasi. Lanjutkan meningkatkan
dosis controller selama 2-4 minggu dan kurangi reliever as
needed. Cek teknik penggunaan inhaler dan kepatuhan pasien.
• Atur rencana follow-up lebih awal setelah terjadinya
eksaserbasi, sebaiknya dalam 1 minggu.
Pertimbangkan untuk merekomendasikan pasien kepada specialis
jika pasien perlu di rawat atau berulangkali masuk ke IGD
Global initiative for Asthma Pocket Guide updated 2016.
35. Ringkasan
1. Asma adalah penyakit heterogen, adapun inflamasi adalah fitur
utama.
2. Manajemen asma harus melibatkan pemberian pengobatan, modifikasi
faktor risiko, dan terapi non-farmakologi
3. Salah satu faktor resiko penyebab eksaserbasi asma adalah
penggunaan ICS yang tidak memadai dan penggunaan SABA yang
berlebihan
4. GINA 2017 merekomendasikan penggunaan ICS/LABA sebagai
maintenance dan ICS/Formoterol sebagai reliever mulai di step 3
5. GINA 2017 merekomendasikan penggunaan Budesonide/Formoterol
sebagai maintenance & reliever lebih efektif daripada ICS/LABA+SABA
as needed
35
Study/survey details:
Nathan 2015 – The AIM study was conducted from 2009 to 2011 in 20 countries in North America, Europe, Latin America, and the Asia Pacific region. A total of 10,302 patients or parents of adolescents with asthma were interviewed, using a common set of questions. Responses to these are reported as proportions of patients with asthma for each country individually, and as totals for all regions.
Fuhlbrigge 2009 – A brief, four-page survey regarding asthma and associated symptoms was administered from May to July 2007 (spring/summer) to a representative national sample of 134,401 U.S. households via the mail. Subjects with physician-diagnosed asthma were asked to complete the ACT-5. An ACT score of 19 is cutoff point identifying not well-controlled asthma (NWCA) while those with ACT scores of ≥19 are considered to have well-controlled asthma (WCA).
Demoly 2012 – Data on 3157 asthma patients were obtained from the cross-sectional, self-reported, European National Health and Wellness Surveys conducted in France, Germany, Italy, Spain and the UK. Asthma control and health status (Short Form (SF)-12 health survey and the Work Productivity Loss and Activity Impairment questionnaire) were assessed.
Reddel 2015 – Cross-sectional web-based survey, conducted 1–27 November 2012. 2686 participants completed the survey (57.1% female; median age group, 40-49 years). Participants were classified according to asthma symptom control and frequency of preventer medication usage.
Price 2014 – Online surveys were conducted among 8,000 patients with asthma (aged 18–50 yrs, ⩾2 prescriptions in the previous 2 years, use of social media) from 11 European countries.
Price 2016 – An online/face-to-face, questionnaire-based survey of 375 respiratory specialists and primary care physicians from eight Asian countries/region was carried out.
This diagram is intended to show how the treatment landscape has, and continues to, evolve. Treatments have evolved to not only tackle bronchospasm but also the underlying inflammatory processes. With improved understanding of the pathobiology of asthma, and identification of potential target molecules (such as, for example, IL-5), novel biologics are starting to appear. These, combined with more sensitive diagnostic techniques, will pave the way for personalized treatment strategies, tailored to patients’ endotypes. Ultimately we may be able to move away from symptom control and achieve sustained disease modification, leading to prolonged remission and maybe even cure.