Tatalaksana asma meliputi penilaian derajat berat dan kontrol asma, diagnosis, pengobatan farmakologi dan non-farmakologi, serta penyesuaian terapi berdasarkan respon pasien. Kombinasi inhalasi kortikosteroid dan agonist beta-2 jangka panjang dapat membantu pasien mencapai dan mempertahankan kontrol gejala asma."
2. Definisi
• Asma adalah penyakit heterogen, yang biasanya memiliki karakteristik
inflamasi kronik saluran napas.
• Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak
napas, dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi dalam hal waktu dan
intensitas, disertai variasi hambatan aliran udara ekspirasi
3. Inflammation - central role in the pathophysiology of asthma
Chronic inflammatory disorder of the airways of asthma
has implications for the
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7223/#
Diagnosis
Management
Potential prevention of the disease
4. Inflammation plays a key role in the pathophysiology of asthma
Bousquet J et al. Am J Respir Crit Care Med 2000 May;161(5):1720-45. Syslová K et al. (2012). Determination of Biomarkers in Exhaled Breath Condensate:
A Perspective Way in Bronchial Asthma Diagnostics, Bronchial Asthma - Emerging Therapeutic Strategies, Dr. Elizabeth Sapey (Ed.), InTech
4
Inflammatory cell activation
(mast cells / macrophages)
Inflammatory
mediator release
Release of cytokines
and growth factors
Tissue repair
and
remodelling
Smooth muscle and
mucus gland
proliferation
Airway
remodelling
Chronic inflammation
(exacerbations)
Acute inflammation
(Symptoms – bronchoconstriction)
Normal airway
Increased
bronchial
hyperreactivity
Epithelial
shedding
Mucus secretion /
bronchoconstriction
Vascular
permeability +
oedema
Pollutants
Bacteria
Viruses
Triggers
5. Tujuan Terapi Asma
• Memperbaiki gejala
• Meningkatkan kualitas hidup sehari-
sehari pasien sehingga dapat
beraktivitas seperti orang normal
tanpa asma
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
6. Diagnosis
asma
Anamnesis
• Gejala utama: sesak napas, batuk, rasa tertekan di dada, mengi yang
bersifat episodik dan bervariasi
Pemeriksaan fisis
• Normal sampai ada tanda obstruksi: ekspirasi memanjang, mengi,
hiperinflasi
Pemeriksaan penunjang
• Dasar: foto toraks normal/hiperinflasi
• APE: menurun, dengan pemberian bronkodilator meningkat ≥
20%
• VEP1/KVP <75% dengan pemberian bronkodilatir meningkat ≥
12% dan 200 ml
Penunjang lain
• Eosinofil total ≥ 300 (≥4%)
• Uji provokasi bronkus
• Uji kulit
• FeNO
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
7. DERAJAT BERAT ASMA
Derajat berat asma Intermiten Persisten ringan Persisten sedang Persisten berat
Gejala Bulanan:
<1x sepekan
Gejala (-) di luar
serangan
Serangan singkat
Setiap pekan:
>1x sepekan
<1x/hari
Serangan
mengganggu
aktivitas dan tidur
Harian:
Setiap hari
Butuh
bronkodilator tiap
hari
Serangan
mengganggu
aktifitas dan tidur
Terus-menerus:
Terus menerus
Sering kambuh
Aktifitas fisis
terbatas
Malam ≤2x/bulan >2x/bulan >1x sepekan Sering
VEP1 ≥80% prediksi ≥80% prediksi 60-80% prediksi ≤60% prediksi
APE ≥80% terbaik ≥80% terbaik 60-80% terbaik ≤60% terbaik
Variabilitas < 20% 20-30% >30% >30%
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
8. Derajat Kontrol Asma
• Derajat kontrol asma dapat dinilai dari 4 pertanyaan berikut:
• Apakah ada gejala siang hari > 2x/pekan?
• Apakah pernah terbangun di malam hari karena asma?
• Apakah penggunaan pelega > 2x/pekan?
• Apakah ada keterbatasan aktivitas akibat asma?
• Pasien termasuk dalam kelompok
• Terkontrol baik (Well Controlled) jika tidak mengalami keempat hal tersebut
• Terkontrol sebagian (Partly Controlled) jika mengalami 1 hingga 2 hal dari pertanyaan
tersebut
• Tidak terkontrol (Uncontrolled) jika mengalami 3 hingga 4 kondisi dari pertanyaan diatas
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
9. * Off-label; data hanya dengan budesonide-formoterol (bud-form)
† Off-label; terpisah atau kombinasi inhalasi ICS dan SABA
PENGONTROL
PILIHAN
Untuk kontrol gejala dan
mencegah eksaserbasi
Pengontrol
pilihan lain
Pelega
pilihan lain
PELEGA PILIHAN
TAHAP 2
Kortikosteroid inhalasi (ICS) dosis rendah harian,
ICS-formoterol dosis rendah seperlunya*
TAHAP 3
ICS-LABA dosis
rendah
TAHAP 4
ICS-LABA
dosis sedang
Antagonis reseptor Leukotrien (LTRA), atau
ICS dosis rendah saat memakai SABA †
ICS-formoterol dosis rendah seperlunya*
Agonis beta 2 kerja singkat(SABA)
ICS dosis sedang,
atau ICS dosis
rendah+LTRA #
ICS dosis tinggi,
tambahkan
tiotropium, atau
LTRA #
Tambahkan
OCS dosis
rendah, hati2
efek samping
ICS-formoterol dosis rendah seperlunya ‡
Pilihan pengobatan asma:
Sesuaikan pengobatan naik atau turun untuk kebutuhan individual
pasien
TAHAP 5
ICS-LABA
dosis tinggi
Tergantung
fenotip ±terapi
tambahan,
contoh.tiotropi
um, anti-IgE,
anti-IL5/5R,
anti-IL4R
TAHAP 1
ICS-formoterol
dosis rendah*
ICS dosis
rendah saat
pakai SABA†
‡ ICS-form dosis rendah adalah pelega untuk pasien yang
diresepkan bud-form or BDP-form rutin dan terapi pelega
# Pertimbangkan tambahan HDM SLIT untuk pasien tersensitisasi
dengan rinitis alergi dan VEP1>70% prediksi
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
10. Penatalaksanaan asma:
Assess, Adjust, Review response
Gejala
Eksaserbasi
Efek samping
Fungsi paru
Kepuasan pasien
Konfirmasi diagnosis bila diperlukan
Kontrol gejala dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (termasuk fungsi paru)
Penyakit penyerta
Tehnik penggunaan inhaler dan kepatuhan
Tujuan pasien
Tatalaksana terhadap faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan penyakit penyerta
Strategi non-farmakologi
Edukasi dan latihan keterampilan
Medikasi untuk asma
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
12. Kontrol asma
• Kontrol asma berarti suatu keadaan dimana efek dari asma dapat terlihat
pada pasien, atau telah berkurang atau bahkan hilang karena pengobatan
• Yang ditentukan oleh interaksi antara riwayat genetik pasien, proses penyakit
yang mendasari, pengobatan yang sedang diterima oleh pasien, lingkungan
serta faktor psikososial
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
14. Penilaian kontrol asma
Penilaian kontrol asma pada orang dewasa, remaja dan anak usia 6-11 tahun
Dalam 4 minggu
terakhir, apakah
pasein mengalami
Gejala asma siang hari lebih
dari 2x/minggu?
Terbangun malam hari karena
asma?
Pelega dibutuhkan untuk
mengurangi gejlaa* lebih dari
2x/minggu?
Aktifitas terbatas karena asma?
Tidak satupun = terkontrol baik
1–2 keadaan = terkontrol sebagian
3–4 keadaan = tidak terkontrol
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginaasthma.org
17. TOTAL CONTROL
(GOAL Study)1
Terbangun di malam
hari karena asma
Tidak
Eksaserbasi Tidak
Penggunaan pelega Tidak
Kunjungan unit gawat
darurat
Tidak
APE pagi hari 80% Normal
Efek samping obat Tidak
WELL CONTROLED
(GINA 2019)2
Gejala harian Tidak
Terbangun di malam
hari karena asma
Tidak
Penggunaan pelega
max 2
Tidak
Pembatasan aktifitas
karena asma
Tidak
1. Bateman ED et al. Am J Respir Crit Care Med 2004; 170(8):836–844.
2. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, GINA 2019 page 32. Downloaded from www.ginasthma.org
19. Data real-world:
Banyak pasien yang memiliki persepsi yang
berbeda tentang kontrol asma mereka
Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Price D, et al. NPJ Prim Care Respir Med 2014;24:14009. Grafik ini telah dibuat secara independen oleh GSK dari data asli.
21. Pemberian dosis teratur ICS pada asma
1. The same results were first published in Woolcock AJ. Clin Exper Allergy Rev 2001;1:62−64. This graph has been independently created by GSK from the original; 2. Reddel HK et al. Eur Respir J 2000;15:226-235.
22. Hasil studi real world selama 3 tahun dengan
penggunaan ICS/LABA: Gejala, fungsi paru
dan hiperreaktivitas saluran napas
Lundbäck et al. Respir Med. 2009;103:348-355.
24. Pasien dengan SFC terkontrol asmanya menurut
definisi GINA
43.9
30.6
25.5
1. Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Bateman E et al. Eur Respir J 2007;29(1):56–63 and 2. Bateman E, et al. Am J Respir Crit Care Med 2004;170:836-44. Grafik ini dibuat secara terpisah oleh GSK
berdasarkan grafik aslinya. 3. GSK DoF RF/SFC/0031/17. 4. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (GINA) 2018, tersedia dari www.ginasthma.org.
Studi Gaining Optimal Asthma control (GOAL)1-3: 585 pasien dengan asma sedang yang diterapi
dengan fluticasone/salmeterol dievaluasi berdasarkan kontrol asma sesuai definisi GINA4
Terkontrol penuh
Tidak terkontrol
Terkontrol sebagian
26. Pasien dengan SFC mencapai kontrol baik dan kontrol parsial lebih
banyak dibandingkan FP tunggal (FP, n=577; SFC, n=583)
Bateman, et al. Ann Allergy Asthma Immunol 2019;123:57-63
27. Hasil studi real world selama 3 tahun: Kontrol asma
Reprinted from Lundbäck et al. Respir Med. 2009;103:348-355 with permission from Elsevier
SAL tunggal tidak direkomendasikan sebagai terapi pada asma2,3
28. Angka Kejadian Eksaserbasi Menurun
setelah Penggunaan SFC
Bateman, et al. Ann Allergy Asthma Immunol 2019;123:57-63
Partly Controlled
(n=1076)
Well Controlled
(n=1533)
Uncontrolled
(n=403)
30. SFC mengurangi jumlah penggunaan pelega
dalam seminggu
SFC FP
Week 1-52 adjusted mean change in asthma symptom score -1.0 -0.8
Week 1-52 median % symptom-free days 72.5 54.5
Odds ratio for symptom-free days during week 1-52 1.69
Week 1-52 median % rescue-free days 87.3 74.7
Odds ratio for rescue-free days during week 1-52 1.91
Pasien dengan SFC memiliki:
5 dari 7
Hari bebas gejala
6 dari 7
Hari bebas pelega
Woodcock, et al. Primary Care Respiratory Journal 2007;16(3):151-161
31. Inhalasi SABA prn dapat digunakan untuk
mengembalikan obstruksi jalan napas dengan
cepat pada saat eksaserbasi
• Inhalasi SABA dapat digunakan sebagai pengobatan
inisial eksaserbasi asma akut dan untuk
bronkokonstriksi yang diinduksi oleh aktifitas1-3
• Efek pada fungsi paru:4-5
• Aksi bronkodilatasi onset cepat (dalam 5 menit)
• Bronkodilatasi puncak pada menit ke 10
• Durasi kerja yang singkat (4-6 jam)
• Dapat ditoleransi dengan baik4-5
32. SABA dengan cepat meredakan
bronkospasme akut yang berkaitan dengan
asma atau pada pencegahan
bronkokonstriksi yang diinduksi aktifitas
atau alergen
• Direkomendasi panduan internasional
untuk:1-3
• Untuk semua kelompok usia
• Untuk eksaserbasi akut,
bronkospasme akut dan
pengobatan/pencegahan
bronkokonstriksi yang diinduksi
oleh aktifitas atau alergen
33. Karakteristik penggunaan SABA berlebihan
• Penggunaan SABA berlebihan
berkaitan dengan:
• Penggunaan obat pengontrol yang
tidak teratur
• Gejala nasal sedang-berat (p<0.001)
• Depresi
• 70% pasien asma dikelompokkan
menjadi pengguna SABA
berlebihan (>2x/minggu)
• Efek samping SABA lebih umum
ditemukan
• Lebih banyak menggunakan oral
kortikosteroid
• Proporsi asma tidak terkontrol
lebih banyak
Azzi EA, et al. BMJ Open 2019;9:e028995. doi: 10.1136/bmjopen-2019-028995
35. Definisi
Eksaserbasi asma adalah keadaan yang ditandai dengan peningkatan progresif
gejala sesak napas,batuk, mengi atau dada tertekan dan penurunan progresif
fungsi paru, yang terlihat pada perubahan keadaan kesehatan pasien sehingga
membutuhkan perubahan pengobatan
36. Faktor pencetus eksaserbasi asma
Sangat bervariasi
Bersifat individual:
~ Debu rumah
~ Infeksisaluran napas
~ Makanan, bumbu
~ Bulu binatang
~ Kelelahan
~ Aktivitas berlebihan
~ Perubahan cuaca
~ Emosi
~ Gas iritan, sulfur dioksida
37. Eksaserbasi merupakan perubahan gejala dan fungsi paru yang
terjadi akibat pajanan agen eksternal
Eksaserbasi
asma
Serbuk sari
Polusi
Kepatuhan
yang jelek
terhadap
pengobatan
Infeksi virus
saluran napas
bagian atas
38. Klasifikasi eksaserbasi asma
RINGAN SEDANG:
Berbicara dalam frasa
Memilih posisi duduk dibanding berbaring
Tidak gelisah
Laju respirasi meningkat
Otot bantu napas tidak digunakan
Denyut jantung 100-120 denyut/menit
Saturasi O2 (di udara) 90-95 %
APE > 50 % dari angka prediksi atau nilai
tertinggi
BERAT:
Berbicara dalam kata
Posisi tubuh duduk membungkuk kedepan
Gelisah
Laju respirasi > 30 kali permenit
Otot bantu napas digunakan
Denyut jantung > 120 denyut/menit
Saturasi O2 (di udara) < 90 %
APE ≤ 50 % dari angka prediksi atau nilai
tertinggi
39. SERANGAN ASMA RINGAN SAMPAI
SEDANG
❑ Berbicara : Frasa
❑ Posisi : Duduk
❑ Tidak gelisah
❑ Otot bantu napas tidak dipakai
❑ Frekuensi napas : Meningkat < 30 kali/ menit
❑ Nadi : 100-120 kali /menit
❑ Saturasi (udara) : 90-95%
❑ APE : > 50% prediksi / nilai terbaik
Global Initiative forAsthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of
Health National.2021
40. SERANGAN ASMA BERAT
❑ Berbicara : Kata demi kata
❑ Posisi duduk membungkuk ke depan
❑ Kesadaran : Gelisah
❑ Pemakaian otot bantu napas
❑ Frekuensi napas : > 30 kali/ menit
❑ Nadi : > 120 kali /menit
❑ Saturasi (udara) : < 90%
❑ APE : < 50% prediksi / nilai terbaik
Global Initiative forAsthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of Health National.2021
41. SERANGAN MENGANCAM JIWA
❑ Kesadaran; penurunan kesadaran
❑ Pemakaian otot bantu napas torako abdominal paradoksal
❑ Nadi : Bradikardi
❑ Mengi : Tidak ada (silent chest)
❑ Pulsus paradoksus : Tidak ada
Global Initiative forAsthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of Health National.2021
42. Terapi Awal
✓ Oksigen sampai saturasi ≥ 92% (93-95%). Untuk anak saturasi mencapai 94-98%
✓ Inhalasi agonist β2 kerja singkat (SABA) selama satujam
✓ Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi, intravena atau oral
✓ Pertimbangkan inhalasi ipratrppium bromid
✓ Pertimbangkan magnesium intravena
✓ Sedasi merupakan kontra indikasi pada semua eksaserbasi
Global Initiative for Asthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of Health National.2015
43. Derajat Ringan Sedang
✓ APE 60-80% dari yang diperkirakan
✓ Pemeriksan fisis : gejala sedang, penggunaan otot bantu napas
✓ Oksigen
✓ Inhalasi agonis β2 terus menerus setiap 60 menit
✓ Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi atau oral
✓ Teruskan terapi 1-3 jam bila ada perbaikan
44. Derajat Berat
✓ APE < 60% dari yang diperkirakan
✓ Pemeriksan fisis : gejala berat saat istirahat,
retraksi dada
✓ Riwayat faktor risiko mendekati asma yang fatal
✓ Tidak ada perbaikan setelah terapi awal
✓ Inhalasi agonis β2 dan antikolinergik
✓ Oksigen
✓ Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi atau sistemik
✓ Magnesium IV
48. Respons Baik
✓ Bertahan 60 menit setelah terapi terakhir
✓ Pemeriksaan fisis normal
✓ Ape > 60%
✓ Tidak stres
✓ Saturasi O2 > 92%
Pulangkan ke rumah
49. Kriteria Bisa Dipulangkan
✓ Bila APE > 60% dari yang diperkirakan
✓ Kondisi menetap pada saat terapi oral / inhalasi
52. Respons Tidak Lengkap Selama 1-2 Jam
✓ Pasien risiko tinggi
✓ Pemeriksaan fisis : gejala ringan, sedang
✓ APE < 60%
✓ Tidak stres
✓ Saturasi O2 tidak membaik
Rawat di rumah sakit (Dirujuk)
55. lanjutan ….
Penilaian Ulang Setelah 1-2 Jam
Respons
Baik
Respons tidak baik
selama 1-2 jam
Respons Buruk
selama 1-2 jam
56. Respons Buruk Selama 1-2 Jam
✓ Pasien risiko tinggi
✓ Pemeriksaan fisis : gejala berat, kesadaran turun, kebingungan
✓ APE < 60%
✓ PCO2 > 45 mmHg
✓ PO2 < 60 mmHg
Rawat di ICU (Dirujuk)
57. SABA inhalasi adalah obat pelega pilihan untuk
meredakan obstruksi aliran udara dengan cepat
• Pedoman saat ini merekomendasikan SABA sebagai obat pelega pilihan untuk pengobatan awal asma eksaserbasi akut1,2
• Efek pada fungsi paru-paru:3,4
• Bronkodilator dengan mula kerja obat cepat: mula kerja obat bronkodilatasi dalam 5 menit
• Puncak efek bronkodilatasi dalam 10 menit
• Durasi kerja pendek (4-6 jam)
• Profil keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik
• Penggunaan Ipatropium pada ekaserbasi ringan-sedang dapat
dipertimbangkan apabila penggunaan SABA tunggal tidak
memberikan efek.
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/guidelines-for-diagnosis-management-of-asthma/
59. Rekomendasi PDPI
Pada pasien Suspek / Terkonfirmasi COVID-19:
1. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
penggunaan nebulisasi dapat meningkat-kan
risiko transmisi virus, karena aerosol yang
timbul dari penggunaan nebulisasi berasal
dari cairan obat-obatan yang digunakan di
dalam chamber nebulizer, bukan dari tubuh
pasien. diberikan kepada masingmasing pasien.
2. Meski demikian, risiko penularan melalui
aerosol dalam jarak dekat (close proximity)
tetap masih memungkinkan.
3. Pada pasien-pasien dengan kecurigaan atau
terkonfirmasi COVID-19, metode pemberian
obat-obatan perinhalasi yang dianjurkan
adalah menggunakan inhaler dosis terukur
(metered dose inhaler/MDI) personal yang
diberikan kepada masingmasing pasien.
60. Rekomendasi PDPI
4. Jika nebulisasi terpaksa dilakukan pada pasienpasien ini, misalnya akibat ada suatu kegawatan seperti pada
serangan asma, maka:
a. Tindakan nebulisasi dilakukan di ruang khusus bertekanan negatif
b. Petugas mengenakan APD standar airborne precaution: Masker N-95 Googles / kacamata pelindung Gaun
bedah / apron / scoret Pelindung kepala / surgical cap Sarung tangan biasa / non-steril.
c. Petugas menerapkan menjaga jarak(tidak mendekati pasien selama prosedur berlangsung dan menjaga jarak
setidaknya1-2 meter dengan pasien)
61. Rekomendasi PDPI
5. Pertimbangkan untuk memberikan obat-obatan dalam sediaan lain, seperti melalui
peroral atau injeksi.
Pada pasien tanpa kecurigaan COVID-19 / Negatif COVID-19:
Pada pasien-pasien tanpa kecurigaan kearah COVID-19 atau telah diperiksa dan
negatif, tindakan nebulisasi tetap dapat dilakukan seperti
biasa dengan memperhatikan kewaspadaan standar termasuk APD standar(Masker
bedah, sarung tangan)
62. Nebulisasi selama Covid 19
Tidak terdapat bahaya terkait infeksi kepada pasien yang tidak terinfokasi dan kepada pasien
yang terinfeksi covid-19 pada penggunaan nebulizer di rumah.
• Dalam kasus apapun, jika pasien mengikuti pedoman menjaga jarak (social distancing),
melakuka kehatian-hatian ekstra seperti peningkatan kebersihan nebulizer, pencegahan
penggunaan nebulizer pada saat ada orang lain dan memastikan terapi dengan nebulizer
dilakukan dekat dengan jendela atau tempat dengan sirkulasi udara yang baik, risiko terhadap
orang lain dapat diminimalisasi.
• Dengan tidak ada data konklusif yang menhubungkan terapi nebulisasi kepada transmisi
SARS Cov 2, para tenaga kesatan dan institusi kesehatan sebaiknya mempertimbangkan
pendekatan “the right tool for the right patient” dibandingkan pendekatan pendekatan “one-
size-fit- all”. Proteksi yang diperlukan juga harus diimplementasikan sesuai kebutuhan
63. Kesimpulan
• Eksaserbasi asma akut merupakan gejala terselubung perburukan penyakit
• SABA inhalasi adalah obat pelega pilihan untuk meredakan obstruksi aliran udara dengan cepat
• Inhalasi SABA jangan diencerkan dengan larutan NaCl 0.9% atau mukolitik
• Pemberian inhalasi kortikosteroid dosis tinggi pada serangan akut sama efektifnya dengan
pemberian metilprednisolon intravena
• Pemberian ICS dosistinggi selama 7-14 hari pada serangan akut memberikan efek sama baiknya
dengan kortikosteroid oral
• Setelah stabil, pasien dengan ICS/LABA dapat mencapai kontrol asma sesuai Kriteria GINA
• Pada pasien-pasien tanpa kecurigaan kearah COVID-19, tindakan nebulisasi tetap dapat dilakukan
seperti biasa dengan memperhatikan kewaspadaan standar termasuk APD standar
64. What’s new in GINA 2022?
1.Panduan tentang asma dan COVID-19 (hal.17) telah diperbarui.
Bukti lebih lanjut menegaskan bahwa pasien dengan asma ringan hingga sedang yang terkontrol
tidak meningkatkan risiko COVID-19 gejala berat( covid 19 related death), tetapi risikonya
lebih tinggi pada pasien asma yang membutuhkan kortikosteroid oral (OCS) untuk terapi asma
dan pada pasien rawat inap dengan asma berat.
2. Saran tentang prosedur yang menghasilkan aerosol telah diperbarui. Sementara penggunaan
filter in-line meminimalkan risiko transmisi selama spirometri, tindakan pencegahan masih
diperlukan karena banyak pasien batuk setelah melakukan spirometri.
3. Saran yang diperbarui adalah diberikan tentang vaksinasi COVID-19 (termasuk booster) dan
vaksinasi influenza.
65. What’s new in GINA 2022?
Diagnosis asma:
Alur diagnosis asma telah dimodifikasi untuk menekankan bahwa pengujian
diagnostik berbeda tergantung pada apakah pasien sudah menggunakan
controller.
66.
67. What’s new in GINA 2022?
Penilaian kontrol gejala:
Penggunaan ICS-formoterol jika diperlukan >2 atau 2 kali per minggu dari
penilaian kontrol gejala.
GINA sedang mencari data yang relevan untuk memperjelas masalah ini.
Sementara itu, frekuensi rata-rata penggunaan ICS-formoterol sesuai kebutuhan
: masih dipertimbangkan dalam keputusan pengobatan. Terapi ini memberikan
pasien pengontrol tambahan dalam pengobatan, dan penggunaan yang lebih
tinggi secara signifikan mengurangi risiko eksaserbasi berat.
68. What’s new in GINA 2022?
Definisi asma ringan:
Definisi derajat asma saat ini didasarkan pada konsep ‘dificult to treat’.
Definisi dari asma berat diterima secara luas, dan relevan untuk digunakan dalam praktik klinis. Namun,
kegunaan dan relevansi dari definisi asma ringan jauh lebih tidak jelas.
Pasien dan dokter sering berasumsi bahwa 'asma ringan' berarti tidak ada risiko dan tidak perlu pengobatan
pengontrol, tetapi hingga 30% kematian asma terjadi pada orang dengan asma yang jarang bergejala.
GINA mengusulkan untuk mengadakan diskusi pemangku kepentingan, untuk mendapatkan kesepakatan
tentang apakah/seberapa 'asma ringan' harus didefinisikan dan digunakan nantinya.
Sementara itu, GINA menyarankan bahwa istilah 'asma ringan’ baiknya dihindari dalam praktik klinis jika
memungkinkan, tetapi jika digunakan, harus dengan mengingat tentang risiko eksaserbasi berat dan
kebutuhan penggunaan ICS.
69. What’s new in GINA 2022?
Langkah 1–2: ICS-formoterol dosis rendah sesuai kebutuhan:
Bukti tambahan telah ditambahkan, termasuk tinjauan sistematis menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam kunjungan / rawat inap UGD dengan ICS-
formoterol sesuai kebutuhan dibandingkan dengan ICS harian plus SABA sesuai
kebutuhan;
pengurangan eksaserbasi berat pada orang dewasa dan remaja yang sebelumnya
menggunakan SABA saja dengan ICS-formoterol sesuai kebutuhan dibandingkan
dengan ICS harian ditambah SABA sesuai kebutuhan; temuan serupa di remaja sebagai
orang dewasa.
70. What’s new in GINA 2022?
LAMAs tidak boleh digunakan sebagai monoterapi (tanpa ICS) pada asma:
Sama seperti monoterapi LABA tidak aman pada asma, ada peningkatan risiko
eksaserbasi parah pada pasien yang menerima LAMA tanpa ICS.
71. What’s new in GINA 2022?
Menambahkan LAMA ke ICS-LABA untuk orang dewasa dan remaja (step 5):
Sebuah meta-analisis studi menambahkan LAMA ke ICS- LABA mengkonfirmasi
sedikit peningkatan dalam fungsi paru-paru, dan pengurangan eksaserbasi berat, tetapi
tanpa manfaat klinis yang penting untuk gejala atau kualitas hidup.
Tidak ada bukti yang mendukung penambahan LAMA untuk pasien dengan dispnea
persisten.
Pasien dengan eksaserbasi harus menerima setidaknya dosis sedang ICS-LABA
sebelum mempertimbangkan LAMA tambahan.
72. What’s new in GINA 2022?
Pertimbangkan pemakaian OCS sebagai upaya terakhir
: Karena efek samping jangka panjang yang serius, OCS harus dipertimbangkan
hanya sebagai upaya terakhir dalam kelompok usia mana pun jika semua terapi
telah dioptimalkan dan tidak ada alternatif lain.
73. What’s new in GINA 2022?
Penatalaksanaan asma akut di fasilitas kesehatan:
Saat ini, salbutamol (albuterol) adalah bronkodilator biasa dalam manajemen
asma akut.
Beberapa penelitian penatalaksanaan asma di IGD tentang formoterol dan satu
penelitian budesonide- formoterol; menunjukkan keamanan dan hasil yang
sama seperti salbutamol.
Tapi dibutuhkan lebih banyak penelitian penggunaan ICS-formoterol di
layanan primer dan emergtency.
74.
75. 1. Selamat pagi dokter, maaf izin bertanya, untuk penanganan eksaserbasi
akut di faskes tgkt 1 atau klinik atau poli rawat jalan,, boleh kita lakukan terapi
inhalasi/nebulisasi sampai berapa kali dok maksimal? terima kasih dokter
2.PKM Sindangjaya_dr.Vita
ijin bertanya dr. ruri untuk ICS sendiri apakah boleh dokter umum
meresepkannya? karena ada beberapa pasien yang sudah biasa pakai tapi
malas ke RS jd minta diresepkan saja.
PERTANYAAN
Editor's Notes
Mast cells: allergen activation occurs through high-affinity IgE receptors and is likely the most relevant reaction, sensitized mast cells also may be activated by osmotic stimuli to account for exercise-induced bronchospasm (EIB). Increased numbers of mast cells in airway smooth muscle may be linked to airway hyperresponsiveness
Increased numbers of eosinophils exist in the airways of most, but not all, persons who have asthma
Neutrophils are increased in the airways and sputum of persons who have severe asthma, during acute exacerbations, and in the presence of smoking. Their pathophysiological role remains uncertain; they may be a determinant of a lack of response to corticosteroid treatment
Dendritic cells
These cells function as key antigen-presenting cells that interact with allergens from the airway surface and then migrate to regional lymph nodes to interact with regulatory cells and ultimately to stimulate Th2 cell production from naïve T cells
Airway inflammation contributes to airway hyperresponsiveness, airflow limitation, respiratory symptoms, and disease chronicity.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengena kontrol asma?
Kontrol asma berarti suatu keadaan dimana efek dari asma dapat terlihat pada pasien, atau telah berkurang atau bahkan hilang karena pengobatan
Yang ditentukan oleh interaksi antara riwayat genetik pasien, proses penyakit yang mendasari, pengobatan yang sedang diterima oleh pasien, lingkungan serta faktor psikososial
Lalu bagaimana caranya kita menilai kontrol asma seorang pasien?
Kita dapat menggunakan 4 pertanyaan sederhana berdasarkan pedoman GINA yaitu dalam 4 minggu terakhir apakah pasien mengalami gejala siang hari >2x/minggu, apakah pasien terbangun karena asma, apakah pasien membutuhkan pelega >2x/minggu, dan apakah aktifitas pasien terbatas karena asma?
Jika jawabannya tidak untuk ke-4 pertanyaan maka dikatakan terkontrol baik, jika jawaban ya untuk 1-2 keadaan maka dikatakan terkontrol sebagian/parsial dan jika jawaban ya untuk 3-4 pertanyaan maka dikatakan tidak terkontrol
Jadi berdasarkan hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa pasien dikatakan terkontrol jika
Tidak mengalami gejala harian, tidak terbangun dimalam hari, tidak memerlukan penggunaan pelega tambahan, tidak terbatas aktifitasnya. Atau berdasarkan penilaian pada studi goal dikatakan terkontrol total jika pasien tidak mengalami semua kejadian tersebut dan tidak mengalami eksaserbasi, tidak melakukan kunjungan ke unit gawat darurat karena asma, APE normal serta tidak mengalami efek sampin obat.
Nah bagaimana situasi sebenarnya di dunia nyata
Data real world menunjukkan bahwa pemahaman pasien terhadap keadaan kontrol asmanya berbeda dengan kenyataannya seperti contoh dari 45% pasien yang tidak terkontrol asmanya 83.7% menganggap bahwa asmanya terkontrol dan 69.9% merasa bahwa kondisi mereka tidak serius
Dan dari 35% pasien yang terkontrol buruk 95.4% menganggap bahwa asma mereka terkontrol sebagian dan 75% menganggap kondisi mereka tidak serius
Untuk itu edukasi yang baik dan monitor berkala keadaan kontrol pasien asma dapat membantu pemahaman pasien terhadap kondisi asmanya.
Jadi, bagaimana mencapai kontrol asma?
Karena dasar dari asma adalah inflamasi, pemberian dosis teratur ICS pada asma sangat penting karena setelah pemberian ICS teratur selama sekitar 2 bulan pasien akan mengalami penurunan pada gejala malam hari, perbaikan paru akan terlihat setelah pemberian selama 2-4 bulan, penggunaan obat pelega akan berkurang setelah penggunaan sampai 8 bulan dan hiperreaktifitas bronkus masi terus diatasi bahkan sampai penggunaan 18 bulan, untuk itulah pemberian ICS dosis reguler dan jangka panjang penting buat mengurangi hiperreaktifitas bronkus pada asma.
Pada sebuah studi real world 3 tahun oleh lundback, juga diperlihatkan hal yang serupa gejala dan fungsi paru diatasi lebih dulu setelah penggunaan teratur ICS+LABA (Salmeterol + Flutikason) sementara hiperreaktifitas bronkus masi terus diatasi bahkan sampai pemberian 36 bulan. Studi ini mendukung pemberian ICS dosis reguler jangka panjang dalam penatalaksanaan asma.
Selain itu pemberian ICS+LABA dapat membantu pasien mencapai kontrol asma
Hal ini diperlihatkan pada studi GOAL yang menunjukkan bahwa 43.9% pasien mengalami kontrol total/penuh setelah pemberian salmeterol+flutikason setelah 1 tahun
Pada Analisa ulang studi GOAL di tahun 2019, diperlihatkan bahwa sekitar 90% pasien paling tidak mengalami kontrol parsial dan 70% diantaranya mengalami kontrol baik sesuai definisi GINA setelah penggunaan salmeterol+flutikason selama 1 tahun, jika dibandingkan dengan penggunaan flutikason tunggal
Dari studi lundback, sebuah studi real world selama 3 tahun, ditunjukkan bahwa 73% pasien mencapai kontrol setelah pemberian salmeterol+flutikason jika dibandingkan dengan pemberian flutikason tunggal ataupun salmeterol tunggal dengan catatan bahwa salmeterol tunggal tidak direkomendasikan sebagai terapi pada asma.
Selain itu angka kejadian eksaserbasi menurun hingga sekitar 0.2 secara total (sekitar 1 diantara 5 pasien) pada pasien yang mendapat salmeterol+flutikason dan tampak dengan jelas bahwa pada pasien yang mengalami kontrol baik angka kejadian eksaserbasi lebih kecil dibandingkan pada pasien yang tidak terkontrol asmanya.
Defginisi grafik
Jika pasien mencapai kontrol asma, maka salah satu yang terjadi adalah berkurangnya penggunaan SABA inhalasi sebagai obat pelega
Pasien yang mendapatkan salmeterol + flutikason mengalami 5 hari bebas gejala dan 6 hari bebas pelega dalam 1 minggu. Artinya penggunaan pelega hanya lebih kurang 1x/minggu. Dengan mencapai kontrol asma, maka pasien dapat terhindar dari penggunaan SABA sebagai pelega secara berlebihan.
Inhalasi SABA seperlunya (prn) dapat digunakan untuk mengembalikan obstruksi jalan napas dengan cepat pada saat eksaserbasi.
Inhalasi SABA juga dapat digunakan pada pasien yang mengalami bronkokonstriksi yang diinduksi aktifitas
Efek SABA pada fungsi paru antara lain adalah onset yang cepat dalam 5 menit, bronkodilatasi puncak dicapai pada menit ke 10 dengan durasi kerja yang pendek (4-6 jam) dan SABA dapat ditoleransi dengan baik
SABA juga direkomendasi oleh panduan internasional untuk penggunaan pada semua kelompok usia dan dapat digunakan untuk eksaserbasi akut, bronkospasme akut, dan pencegahan/pengobatan bronkokonstriksi yang diinduksi oleh aktifitas atau allergen.
Pada pasien yang menggunakan SABA berlebihan, tampak bahwa pasien tidak mengunakan obat pengontrol secara teratur, pasien dapat ditemukan mengalami gejala nasal, mengalami depresi juga biasanya ditemukan pada pasien dengan riwayat merokok.
Pada suatu studi bahkan ditemukan bahwa 70% pasien asma dikelompokkan sebagai pengguna SABA berlebihan (>2x/minggu) sehingga dapat mengalami efek samping SABA, ditemukan lebih banyak pada pasien yang menggunakan oral kortikosteroid dan proporsi asma tidak terkontrol lebih banyak.
Untuk itu perlu ditekankan kepada pasien bahwa penggunaan obat pengontrol seperti ICS+LABA dapat mengurangi risiko penggunaan SABA berlebihan.