Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
TAFSIR_PENDIDIKAN
1. i
Tafsir Al Qur`An Tentang Pendidikan Sekolah
Tugas Ini Diselesaikan Guna Memenuhi Tugas Perkuliyahan Tafsir
Tarbiyyah
Dosen Pengampu: M. Irwan Masyuriadi, M.Pd.I
Disusun oleh:
1. Hesty Muliyana NIM.202011501011
2. Hikmatuzza`rah NIM.202011501012
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
PALAPA NUSANTARA
T.A 2021/ 2022
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah S.W.T.atas segala nikmat
dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul ” Tafsir Al Qur`An Tentang Pendidikan Sekolah” ini dengan lancar
pada mata kuliah Tafsir Tarbiyyah ,serta tak lupa shalawat dan salam kepada
junjungan nabi besar Muhammad S.A.W atas petunjuk dan risalahnya,yang
terlah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang menderang,dan
atas do’a restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu
kami memberikan kami referensi dalaam pembuatan makalah ini.semoga
melalui makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatau yang
sempurna.kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memliki banyak
kekurangan.maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca skalian demi penyusunan makalah dengan lebih baik lagi.
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... iii
B. Rumusan Masalah...................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir Surah Al-An’am Ayat 105 dan 156 ............................................... 1
B. Tafsir Surah Al-A’raf Ayat 169................................................................ 3
C. Tafsir Surah Ali-Imran Ayat 79................................................................ 5
D. Tafsir Surah Al-Qalam Ayat 37................................................................ 6
E. Tafsir Surah Saba’ Ayat 44....................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 8
B. Saran.......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
4. iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sekolah merupakan tempat untuk menerima pelajaran ataupun
pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga. Di mana di sekolah ini para
siswa diberikan materi pelajaran, dibina, dibimbing watak dan akhlaknya. Di
sekolah ini juga para siswa akan berteman dengan berbagai orang yang berasal
dari berbagai daerah.
Dan Al-Quran pun telah memberikan petunjuk kepada kita mengenai
pendidikan di sekolah ini. Untuk itulah pemakalah membuat tulisan ini agar
kita semua mengetahui ayat-ayat tentang pendidikan di sekolah yang telah
diturunkan oleh Allah di dalam Al-Quran yang akan kita tafsirkan berikut ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka dapat diambil sebuah rumusan masalah
sederhana sebagai berikut:
1. Bagaimana tafsir Surah Al-An’am ayat 105 tentang pendidikan
sekolah?
2. Bagaimana tafsir Surah Al-A’araf ayat 169 tentang pendidikan
sekolah?
3. Bagaimana tafsir Surah Ali Imran ayat 79 tentang pendidikan
sekolah?
4. Bagaimana tafsir Surah Al-Qalam ayat 37 tentang pendidikan
sekolah?
5. Bagaimana tafsir Surah Saba’ ayat 44 tentang pendidikan sekolah?
6. 1
PEMBAHASAN
A. Tafsir Surah Al-An’am Ayat 105 dan 156
َونُمَلأعَي ٖ
م أ
وَقِل ۥ
ُهَنِيَبُنِلَو َتأسََرد ْاوُلوُقَيِلَو ِتََٰيٓ أ
ٱۡل ُف ِرَصُن َكِلََٰذَكَو
١٠٥
Artinya:
“Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-
orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang musyrik
mengatakan: “Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)”, dan
supaya Kami menjelaskan Al-Quran itu kepada orang-orang yang
mengetahui.”1
َينِلِفََٰغَل أمِهِتَسا َرِد َنع اَّنُك نِإ َو اَنِلأبَق نِم ِنأيَتَفِئٓاَط َٰ
ىَلَع ُبََٰتِكأٱل َل ِنزُأ ٓاَمَّنِإ ْا ٓوُلوُقَت نَأ
١٥٦
Artinya:
“(Kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: “Bahwa
kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan
sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.”
Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah memberikan bukti-bukti
kebenaran secara berulang-ulang di dalam ayat-ayat-Nya dengan gaya bahasa
yang beraneka ragam dengan maksud supaya dapat memberikan keyakinan
yang penuh kepada sekalian kepada manusia dan untuk menghilangkan keragu-
raguan, juga untuk memberikan daya tarik kepada mereka agar mereka dapat
menerima kebenaran itu dengan penuh kesadaran. Lagi pula untuk memberikan
alasan kepada kaum muslimin dalam menghadapi bantahan orang-orang
musyrikin. Hal itu adalah karena orang-orang musyrikin mendustakan ayat-
ayat Allah dengan mengatakan Nabi Muhammad SAW mempelajari ayat-ayat
itu dari orang lain atau menghafal berita-berita dari orang-orang yang
terdahulu.
1 Ahmad Mustafa Al-Maraghi. 1992. Tafsir Al-Maraghi Jilid 9. Semarang: CV. Toha Putra
Semarang.
7. 2
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Rasulullah telah menjelaskan
bukti-bukti yang terkandung di dalam Al-Quran kepada manusia. Namun
orang-orang yang sesat, mereka akan berkata: “Anda telah mempelajari semua
itu dari Ahli Kitab, kemudian Anda kini mempertahankannya”.
Ini jika dibaca “daa rasta” maka artinya mempelajari dan membela
(mempertahankannya). Jika dibaca “darasta” berarti belajar dan membaca.
Demikianlah Allah memberi hidayah kepada yang Dia kehendaki sehingga
beriman, sedang yang sesat terpengaruh oleh prasangkanya yang jahat terhadap
ajaran Allah dan tuntunan Rasulullah.
Al-Maraghi menjelaskan kata “darasta” dengan makna yang umum, yaitu
membaca berulang-ulang dan terus-menerus melakukannya serta menganalisa
sehingga sampai pada tujuan. Al-Khawrizmi, Ath-Thabari, dan Ash-Shuyuti
mengartikan kalimat “darasta” dengan makna, “engkau membaca dan
mempelajari”.
Dalam Tafsir Al-Maraghi ayat ini menjelaskan atau menceritakan tentang
tuduhan orang-orang kafir terhadap Nabi Muhammad SAW, yang mereka
mengatakan bahwa Nabi Muhammad belajar dari budak romawi.
Dalam pengulangan ayat-ayat terdapat banyak faedah di antaranya adalah:
1. Agar ayat-ayat itu dijadikan petunjuk oleh orang-orang yang mempunyai
kesiapan untuk beriman, sesuai dengan perbedaan akal dan pemahamannya.
2. Agar kaum musyrikin yang ingkar dan menentang berkata, “Sebelumnya
Anda telah pernah mempelajarinya. Jadi, ini bukan wahyu yang diturunkan,
sebagaimana yang Anda katakan”. Perkataan yang dilontarkan mereka ini
adalah dusta dan palsu. Mereka menuduh, bahwa Muhammad pernah belajar
dari seorang budak Romawi yang membuat pedang di Mekkah. Dalam hal
ini, banyak terjadi perselisihan.
3. Agar kami menerangkan Al-Quran ini yang mengandung pengulangan ayat-
ayat, dan yang dikatakan oleh orang-orang yang ingkar bahwa ia adalah
hasil belajar dan ijtihad kepada kaum yang mempunyai kesiapan untuk
mengetahui berbagai hakikat yang ditunjukkan oleh ayat-ayat, dan
8. 3
kebahagiaan akibat mengikuti petunjuknya, tanpa terhalang oleh taklid dan
penentangan.
4. Ringkasnya, orang-orang yang berkata kepada Rasul, bahwa beliau telah
mempelajari Al-Quran dari manusia, adalah orang-orang bodoh yang tidak
memahami ayat-ayat yang telah diulang-ulang oleh Allah dengan berbagai
macam, dan tidak mendalami rahasianya serta kewajiban untuk
mengutamakannya dari manfaat dunia.
5. Adapun mereka yang mengetahui apa yang diisyaratkan oleh ayat-ayat itu,
dan akibat baik dari mengikuti petunjuknya, adalah orang-orang yang
mengetahui hakikat Al-Quran dengan jelas, di samping kandungannya
berupa pengulangan yang baik, yang dikuatkan dengan hujah dan
keterangan.
6. Sesuai dengan makna ayat bahwa relevansi ayat ini dengan pendidikan
adalah bahwa kita dituntut untuk selalu dan banyak membaca dan juga
belajar dalam rangka menuntut ilmu, agar kita tidak mudah terpengaruh atau
sesat dari jalan Allah dan beriman kepada-Nya.
B. Tafsir Surah Al-A’raf Ayat 169
اَنَل ُرَفأُغيَس َونُلوُقَيَو َٰ
ىَنأدَ أ
ٱۡل اَذََٰه َضََرع َونُذُخأأَي َبََٰتِكأٱل ْاوُث ِرَو ٞ
فألَخ أمِهِدأعَب ۢ
نِم َفَلَخَف
ِهِتأأَي نِإ َو
أم
َّقَحأٱل َّ
َّلِإ ِ َّٱَّلل ىَلَع ْاوُلوُقَي َّ
َّل نَأ ِبََٰتِكأٱل ُقََٰثيِم مِهأيَلَع أذَخ أُؤي أمَلَأ ُُۚهوُذُخأأَي ۥ
ُهُلأثِم ٞ
ضََرع
ِف اَم ْاُوسََردَو
ِهي
َونُلِقأعَت َ
َلَفَأ َُۚونُقَّتَي َينِذَّلِل ٞ
رأيَخ ُةَر ِخٓ أ
ٱۡل ُارَّدٱل َو
١٦٩
Artinya:
“Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi
Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata:
“Kami akan diberi ampun”. Dan kelak jika datang kepada mereka harta
benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya
(juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu
bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar,
padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan
9. 4
kampung akhirat itu lebih bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu
sekalian tidak mengerti.”2
Lahirlah dari Bani Israil yang terdiri dari orang saleh dan durjana itu suatu
golongan generasi yang mewarisi Taurat. Yakni generasi yang mengetahui isi
Taurat itu dan mengerti hukum-hukum yang ada di dalamnya, sesudah
wafatnya generasi tua. Padahal mereka lebih mementingkan harta dan
kemewahan duniawi, sekalipun harus memakan barang haram, suap, menjual
belikan agama dan berpilih kasih dalam memberi keputusan. Mereka
mengatakan, “Kami akan diampuni, Allah tak akan menghukum kami atas
perbuatan ini. Bukankah kita ini adalah kekasih-kekasih-Nya, dan keturunan-
keturunan Nabi-Nya. Juga umat yang dipilih-Nya dari sekalian umat
manusia.” Semua itu hanyalah berupa angan-angan dan khayalan yang
menyesatkan. Sementara itu mereka tetap tenggelam dalam dosa-dosa mereka,
dan tidak ingin berhenti dari perbuatan-perbuatan mereka yang durjana.
Apabila datang kepada mereka harta lain seperti yang telah mereka ambil
dengan cara yang batil terdahulu, mereka pasti akan mengambil harta itu pula
tanpa banyak pertimbangan tentang halal-haramnya. Padahal, mereka tahu
bahwa Allah menjanjikan ampunan hanyalah bagi mereka yang mau bertobat,
yaitu orang-orang yang berhenti dari perbuatan dosa dengan rasa menyesal dan
takut kepada Tuhan, memperbaiki apa yang telah mereka rusak.
Setelah itu, Allah pun memberi jawaban kepada mereka atas persangkaan
mereka yang mengatakan, “kami akan diampuni”, sedang mereka tetap saja
berbuat zalim dan kerusakan, bahkan mereka lebih mencintai dunia. Mereka
telah dilarang merubah kitab itu dan mengganti hukum-hukum yang ada
padanya. Padahal mereka benar-benar telah mempelajari kitab itu dan paham
isinya. Jadi mereka tentu ingat akan pengharaman memakan harta orang lain
secara batil dan berbuat dusta atas nama Allah.
Dan Allah mengatakan bahwa negeri akhirat itu dengan segala isinya
merupakan kenikmatan bagi orang-orang yang menghindari kemaksiatan, akan
2 Mudjab Mahali. 2002. Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Quran Surah Al-Baqarah dan An-
Nas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
10. 5
lebih baik daripada harta benda dunia. Apakah kalian tidak mengerti semua itu,
padahal itu semua telah jelas, bagi siapa pun yang akalnya belum tertutup oleh
keinginan-keinginan nafsu, dan hatinya belum buta oleh harta benda dunia.
Jadi itu semua merupakan isyarat bahwa cinta kepada harta dunia itulah yang
telah merusak mental Bani Israil, dan membuat mereka lebih menyukai
kenikmatan duniawi, sehingga lenyaplah kesadaran mereka.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan bahwa generasi Yahudi yang datang ini,
mereka itu mewarisi (Taurat) akan tetapi diselewengkan untuk mencari
keuntungan dunia semata. Bahkan mereka mengatakan, kami dijamin akan
diampuni dan bila ada tawaran lagi untuk kepentingan dunia, mereka terima
lagi, padahal mereka telah disumpah dalam perjanjian kitab Taurat. Mereka
tidak boleh mengatakan sesuatu atas nama Allah kecuali yang baik, mereka
juga telah mempelajari isi kitab. Sedang tempat yang disediakan Allah di
akhirat itu jauh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.
Mereka menukarkan kebenaran ajaran dan hukum agama Allah dengan
kepentingan dan kekayaan dunia, dan mereka merasa tetap akan mudah
diampuni dosa dan penyelewengan mereka itu. Jadi kapan saja bila ditawarkan
kepada mereka kekayaan dengan syarat menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal, mereka tidak merasa keberatan dusta atas nama
agama Allah, asalkan dapat keuntungan dunia dan kekayaan, yang berarti
mereka mempermainkan agama dan tidak bersungguh-sungguh dalam agama
Allah, yang berarti tidak ada Iman.
Adapun kaitan ayat ini dengan pendidikan adalah bahwa, apabila kita
mendapatkan ilmu, maka janganlah ilmu itu kita selewengkan atau
disalahgunakan demi kepentingan pribadi ataupun untuk mencari keuntungan
dan sebagainya. Akan tetapi amalkanlah dan gunakanlah ilmu yang kita
peroleh dari hasil belajar itu di jalan yang benar dan mengharapkan rida dari
Allah SWT.
11. 6
C. Tafsir Surah Ali-Imran Ayat 79
ِل ا ٗادَبِع ْاوُنوُك ِ
اسَّنلِل َلوُقَي َّمُث َةَُّوبُّنٱل َو َمأُكحأٱل َو َبََٰتِكأٱل ُ َّٱَّلل ُهَيِت أُؤي نَأ ٍَرشَبِل ََانك اَم
ٱ ِونُد نِم ي
نِكََٰلَو ِ ََّّلل
ِيِنََّٰبَر ْاوُنوُك
اَمِبَو َبََٰتِكأٱل َونُمِلَعُت أمُتنُك اَمِب َن
َُونسُرأدَت أمُتنُك
٧٩
Artinya:
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah
kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi
(dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”3
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak patut bagi seseorang yang telah diberinya
oleh Allah Al-Kitab, hikmah dan kenabian lalu meminta-minta orang
menyembahnya tanpa Allah atau menyembahnya bersama-sama dengan Allah.
Jika hal yang demikian tidak patut bagi seorang nabi atau rasul, maka lebih-
lebih bagi seorang lain yang bukan nabi atau rasul. Karena itu berkata Hasan
Al-Bashri: “tidak patut bagi seorang Mukmin meminta dari orang lain untuk
menyembahnya.” Janganlah seperti ahli Kitab yang menyembah para pendeta-
pendetanya.
Celaan Allah terhadap para rahib dan pendeta yang disembah oleh pengikut-
pengikutnya itu tidak menjangkau para rasul dan para ulama yang diikuti dan
diturut oleh pengikut-pengikutnya karena Nabi dan Rasul ini hanya
memerintahkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menyampaikan kepada
umatnya apa yang dirisalahkan dan diwahyukan kepada mereka. Dan melarang
apa yang dilarang oleh Allah. Karena para Rasul itu adalah utusan Allah
kepada hamba-hamba-Nya, menyampaikan apa yang diamanatkan kepada
mereka tugas yang telah dilaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Allah memberi tahu para rasul itu untuk mengajak umat manusia agar
menjadi ahli ibadah dan bertakwa (rabbaniyin) sesuai dengan apa yang mereka
pelajari dan ketahui dari Al-Quran dan kitab-kitab Allah. Sekali-kali rasul itu
3 Jalaluddin Al-Mahalliy dan Jalaluddin As-Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul. Bandung: Sinar Baru
12. 7
tidak pernah mengajak umat manusia untuk menjadikan malaikat dan nabi
sebagai Tuhan yang disembah, bahkan para rasul itu tidak menyuruh orang
menyembah selain Allah, apakah itu seorang nabi atau seorang malaikat. Para
Rasul itu hanya menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukannya.
Sesuai dengan ayat ini bahwa dalam belajar apabila kita mempunyai ilmu
yang tinggi dan berpengetahuan luas maka janganlah kita sesekali untuk
sombong kepada orang lain, ingin dipuji atau ingin disanjung oleh orang lain,
akan tetapi kita hendaknya selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong
kepada orang lain. Dan ilmu yang telah kita pelajari itu hendaknya kita
amalkan dalam bentuk ibadah dan bertakwa kepada Allah SWT.
D. Tafsir Surah Al-Qalam Ayat 37
َُونسُرأدَت ِهيِف ٞ
بََٰتِك أمُكَل أمَأ
٣٧
Artinya:
“Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang
kamu membacanya?”
Kata “tadrusun” berarti mempelajari atau meneliti sesuatu guna diambil
manfaatnya. Dalam konteks ini, “tadrusun” adalah membahas dan
mendiskusikan kitab suci untuk mengambil informasi dan pesan-pesan yang
dikandungnya. Pertanyaan yang menyangkut adanya kitab suci yang mereka
baca dan pelajari merupakan sindiran terhadap orang-orang musyrik Mekah
karena seandainya mereka memiliki kitab suci, mereka juga tidak bisa
membacanya karena kebanyakan dari mereka buta huruf.
Sesuai dengan ayat di atas, bahwa dalam pendidikan di sekolah kita harus
banyak membaca buku-buku atau sumber pelajaran dan juga kita harus
membahas serta mendiskusikan materi pelajaran yang diajarkan kepada kita.
Hal itu bertujuan agar kita bisa mengambil manfaat dari apa yang telah kita
pelajari dan diskusikan tersebut. Bisa mengambil informasi dari pelajaran
tersebut dan juga bisa mengambil pesan-pesan yang ada di dalam pelajaran
tersebut.
13. 8
E. Tafsir Surah Saba’ Ayat 44
ٓاَمَو ۖاَهَنُوسُرأدَي ٖبُتُك نِم ُمهََٰنأيَتاَء ٓاَمَو
ٖ
يرِذَّن نِم َكَلأبَق أمِهأيَلِإ ٓاَنألَس أ
رَأ
٤٤
Artinya:
“Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang
mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka
sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun.”
Kata “yadrusuunaha” rambil dari kata “darasa” yang berarti membaca
secara perlahan disertai dengan upaya sungguh-sungguh untuk memahami,
yakni mempelajari dengan tekun. Selanjutnya Firman Allah: “sekali-kali tidak
pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi
peringatan pun”. Yang dimaksud adalah pengutusan yang bersifat menyeluruh
mencakup semua manusia. Karena itu pernyataan ayat ini tidak bertentangan
dengan kehadiran Nabi Ibrahim dan Ismail AS. yang juga diutus kepada
masyarakat Mekah, sebab risalah mereka itu adalah risalah yang terbatas.
Dapat juga Ayat di atas dipahami dalam arti Allah belum pernah mengutus
seorang pemberi peringatan pun kepada masyarakat Mekah, sebelum Nabi
Muhammad SAW yakni sejak masa Isa AS.
Ibnu Katsir mengatakan dalam Tafsirnya bahwa, sebelum Al-Quran tidak
pernah ada kitab suci kepada mereka (orang-orang Arab) dan tidak pula pernah
datang seorang rasul kepada mereka sebelum Muhammad, padahal mereka
mengharap-harapkan dan selalu berkata: “andaikan datang kepada kami
seorang Rasul atau diturunkan kitab kepada kami, niscaya kami akan menjadi
lebih berhidayah dari orang lain”. Akan tetapi sesudah harapan mereka itu
menjadi kenyataan dan datanglah seorang rasul (Muhammad) dengan
membawa sebuah kitab (Al-Quran), mereka mengingkarinya, menentangnya
dan mendustakannya, padahal mereka itu belum menerima sepersepuluh dari
apa yang telah Allah berikan kepada umat-umat terdahulu sebelum mereka
yang telah mendustakan rasul-rasul-Nya.
Sesuai dengan ayat ini bahwa dalam pendidikan di sekolah, kita dituntut
untuk bersungguh-sungguh dan tekun dalam mengikuti proses pembelajaran,
14. 9
dengan kata lain kita harus tekun dalam menuntut ilmu. Sehingga ilmu yang
telah dipelajari itu bisa dicerna dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
15. 10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa di dalam Al-
Quran Allah SWT telah menjelaskan kepada kita semua tentang ayat-ayat yang
berkenaan dengan pendidikan seperti Surat Al-An’am ayat 105, Al-A’raf ayat
169, Ali-Imran ayat 79, Saba’ ayat 44 dan Al-Qalam ayat 37 seperti yang telah
kami bahas dalam uraian di atas. Di mana di dalam ayat-ayat tersebut kita
dapat mengambil pelajaran ataupun pedoman dalam menjalani kehidupan,
khususnya dalam kegiatan belajar mengajar (pendidikan di sekolah).
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dan pelajaran bagi pemakalah untuk tulisan
selanjutnya.
16. 11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. 1992. Tafsir Al-Maraghi Jilid 9. Semarang:
CV. Toha Putra Semarang.
A. Mudjab Mahali. 2002. Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Quran
Surah Al-Baqarah dan An-Nas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jalaluddin Al-Mahalliy dan Jalaluddin As-Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung: Sinar Baru.
Jalaluddin as-Suyuthi. 2008. Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-
Quran Terjamah. Jakarta: Gema Insani.
M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Quran volume 11. Jakarta: Lentera Hati.
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy. 1990. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsir Jilid II. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy. 1990. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsir Jilid III. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy. 1990. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsir Jilid IV. Surabaya: PT Bina Ilmu.