SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
ASSESSMENT OF INFILTRATION RATE
(STUDI KASUS DI LAHAN KERING)
Ieke Wulan Ayu
Prodi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
2013
Agriculture
Pengelolaan
Kurang Bijak
Alih Fungsi Lahan
Degradasi lahan
Lahan marjinal meluas
Jenuh bahan kimia
effects
Decreasing
productivity
Intensive
LanduseLAND
Unrewable
resources
Pembangunan
Fisik
Budidaya
Tanaman Pangan:
Basah dan Kering
Pada periode 1999-2002 terjadi pengurangan lahan sawah
sebesar 563.156 ha di seluruh Indonesia,karena alih fungsi dan
30% (157.150 ha) di antaranya terjadi di pulau Jawa. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan luas lahan sawah yang diperlukan
pada tahun 2010 sekitar 9,29 jt ha (Nasution, 2004).
Policy Maker
Improving
productivity of
Sawah
Intensification of
irrigation systems, and
field development
Realisasi Program Pencentakan 1000 Ha Sawah:
Lahan itu tersebar sebagian besar di Pulau Sumbawa sebanyak 600 hektar
dan Sumbawa Barat 300 hektar serta di Dompu seluas 200 hektar. (Suara
NTB, Senin 19/12/2011 ) Sementara untuk program 2012, ditargetkan
akan dicetak sekitar 4.700 hektar sawah dari target 5.000 hektar lebih.
Dari 4.700 hektar di Pulau Lombok 700 hektar yakni 200 hektar di KLU,
500 hektar di Lotim, KSB 1.400 hektar dan Sumbawa 2.000 hektar serta
sisanya di Dompu seitar 500 hektar serta Bima seluas 100 hektar (NTB
prov.go.id12 Sep 2012)
Drylands optimization
Pengertian Lahan Kering (Soil Survey Staff, 1998; Notohadinegoro, 2000; Rukmana,
2001; Abdurachman et al., 2008; Minardi; 2009).
Salah satu isu lingkungan utama dari abad kedua puluh satu adalah degredasi lahan di
lahan kering, memiliki implikasi pada kemanan pangan dunia dan kualitas lingkungan
Increase food
production
Constraints
Keterbatasan Biofisik
dan Sumber air:
limitied rainfall
Low soil quality
Low soil fertility
High soil erobility
Drylands
Management
Land Utilization
Variability of
Productivity
Soil & water
conservation
Run Off <
Infiltration>
Soil Infiltration:
Database
Drylands Constraints
Infiltrasi bagian Siklus Hidrologi
Infiltrasi merupakan bagian dari siklus hidrologi
yang mempunyai peranan penting yang berkaitan
dengan ketersediaan lengas.
Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan
tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan membentuk
cadangan lengas tanah (soil water storage) yang
kapasitasnya bergantung pada tekstur, jenis tanah dan
kedalaman perakaran tanaman. Sebagian lengas-
tanah bergerak ke arah bawah sebagai perkolasi-
dalam memasuki zone jenuh-air di bawah muka air-
tanah dan menjadi air-tanah (groundwater).
Definisi
• Kapasitas simpan air akan bergantung dengan laju
infiltrasi yang terjadi. Infiltrasi didefinisikan
sebagai proses masuknya aliran air ke dalam
profill tanah secara vertikal melalui permukaan
tanah (Jury dan Horton, 2004; Asdak, 2004;
Soemarno, 2011; Dagadu dan Nimbalkar, 2012;
Diamond, dan Thomas, 2013), komponen penting
dalam pemodelan dan memprediksi aliran
(Suresh, 2008), salah satu parameter hidrologi
yang paling sulit untuk dievaluasi atau diukur
secara akurat (Ildefonso Pla-Sentís, 2013).
• Pada tanah-tanah yang memiliki kapasitas
infiltrasi tanah yang rendah, sebagian besar
curah hujan berubah menjadi aliran
permukaan dan hanya sebagian kecil air hujan
yang masuk ke dalam tanah melalui
permukaan tanah. Akibatnya jumlah air yang
menjadi simpanan air tanah menurun.
Infiltrasi juga dapat dimanfaatkan untuk
pertimbangan perkiraan potensi kekeringan,
aliran permukaan, erosi dan pertimbangan
kegiatan-kegiatan tertentu (Haridjaya et al.,
1991).
Infiltrasi kumulatif-laju infiltrasi-
kapasitas infiltrasi
• Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif,
laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi.
• Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang
meresap ke dalam tanah pada suatu periode
infiltrasi. Laju infiltrasi merupakan jumlah air
yang masuk ke dalam tanah per satuan waktu
dan menentukan ketersediaan lengas (air)
bagi tanaman
Parameter Penting
• Kegiatan konservasi tanah dan air, laju infiltrasi bersama
evaporasi merupakan dua parameter yang sangat penting
dan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air
meresap ke dalam tanah (Haridjaja dkk., 1991; Asdak, 2004;
Mawardi 2011a; Mawardi, 2012b), laju maksimal gerakan air
masuk ke dalam tanah terjadi ketika intensitas hujan
melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban
tanah.
• Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada
kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju
curah hujan (Asdak, 2004), infiltrability menyatakan flux
diamana profil tanah menyerap air dan menjaga hubungan
dalam kondisi tekanan atmosfer (Mawardi, 2012).
Sumber:Ministry Natural Resources, 2013
Infiltrasi merupakan proses aliran air
masuk ke dalam tanah (Asdak, 2002).
Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan
tanah dalam merembeskan sejumlah air
ke dalam tanah. Besarnya kapasitas
infiltrasi dapat memperkecil
berlangsungnya aliran permukaan
tanah.
Infiltration
HorizonA,yang teratas,sebagian bahanorganik
tanaman
Horizon B,merupakan akumulasi dari bahan koloidal A, ketebalan
permeabilitas sangat menentukan laju infiltrasi
HorizonC, kadang2disebut sub soil, terbentukdari
pelapukanbahaninduk
HorizonD,merupakanbahaninduk (bed rock)
Transmission properties of soil
layers
Infiltration rate
Horton : f = ft + (f0-ft) e(-kt)
f = laju infiltrasi pada waktu t
fc = laju infiltrasi pada saat
konstan
f0 = laju infiltrasi awal
k = tetapan untuk tanah
t = 2,718
K = 1/(t2 –t1) ln (f1-fc)/(f2-fc)
I > fp
I < fp
fc
f0
lajuinfiltrasi(cm/jam)
Waktu (menit)
Infiltration rate (f)  infiltration capacity (fp).
It is affected by the rain intensity.
Jika Intensitas Hujan < kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi akan <
kapasitas infiltrasi, dan jika > maka laju infiltrasi akan = kapasitas
infiltrasi.
Infiltration Rate
Jenuhair
Jenuhair
Jika kapasitas perkolasi  kapasitas
infiltrasi maka lapisan di bawah
lapisan permukaan tidak akan jenuh
air dan laju infiltrasi ditentukan oleh
infiltrasi
Jika kapasitas perkolasi  kapasitas
infiltrasi maka lapisan bawah akan
jenuh air dan laju infiltrasi
ditentukan oleh laju perkolasi
Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam merembeskan sejumlah air ke dalam
tanah. Besarnya kapasitas infiltrasi dapat memperkecil berlangsungnya aliran permukaan
tanah.
Infiltration Capacity
Physical properties of soil and Infiltration rate
Research Location
P1 terletak pada 833.539’ LS dan
11727.779’ BT dengan ketinggian 27 mdpl
P2 terletak pada 833.563’ LS dan
11727.047’ BT dengan ketinggian 27 mdpl
P3 terletak pada 833.539’ LS dan
11727.779’ BT dengan ketinggian 32 mdp
Sumber: GPS Goggle earth)
Field Instruments
Field Infiltration measurement:
Double ring infiltrometer dengan tinggi 500 mm,
diameter cincin dalam 300 mm dan diameter cincin
luar antara 50 mm, mistar, gelas ukur 500 cm3, ember,
stopwatch, sekop, ring, kantong plastik, pisau, dan
alat tulis.
Sampel Tanah:
Ring sampel, tempat menyimpan tabung-tabung ,
sekop atau cangkul, Pisau yang tajam dan tipis,
kantong plastik, Karet gelang, botol semprot, sendok,
Labu Erlenmeyer 500 ml, gelas piala , gelas Ukur 10
ml, 50 ml dan 1.000 ml , Pengaduk listrik dan
pengaduk kayu , ayakan 0.05 mm dan pengocoknya,
pipet , timbangan (dengan ketelitian sampai 0.1 g) ,
Hot Plate, Oven dan Kaleng timbang,thermometer ,
gambar segitiga tekstur.
Double ring infiltrometer)
Field observation and soil sampling
Sumber: Penelitian (2012)
Desa Titik
Sampel
Parameter Laju Infiltrasi
fo
(mm/menit)
fc
(mm/menit)
t
(jam)
K
1 5,5 1,1 1,25 2,95
Desa 2 5,5 1,0 1,25 2,49
Krekeh 3 5,6 1,0 0,75 2,45
4 5,4 1,1 1,25 3,00
5 5,6 1,1 1,25 3,01
6 5,6 1,2 1,75 2,38
1 5,5 1,3 1,50 1,75
Desa 2 5,2 1,0 1,50 1,50
Boak 3 5,1 1,0 1,50 2,24
4 5,5 1,2 1,50 1,82
5 5,5 1,1 1,50 1,64
6 5,5 1,1 1,50 1,91
1 11,5 1,9 1,00 2,08
Desa 2 11,5 1,7 0,75 2,49
Kerato 3 12,3 1,3 1,50 1,78
4 11,5 1,8 1,25 2,20
5 11,2 1,2 1,25 2,34
6 11,0 1,1 1,50 2,33
Tiga paremeter yang
menentukan proses infiltrasi
dalam tanah
Waktu untuk yang diperlukan
tercapainya infiltrasi konstan
masing-masing ulangan berbeda
pada setiap lokasi 0,75 jam
sampai 1,50 jam
Laju maksimum infiltrasi
(kapasitas infiltrasi) saat tercapai
infiltrasi konstan (fc)
menunjukkan banyaknya air yang
dapat terinfiltrasi ke dalam tanah
per satuan waktu.
Parameter of Soil Infiltration
Sumber: Penelitian (2012)
fo tertinggi pada lahan sawah
tadah hujan
fo awal terendah pada ladang
Field measurement & Horton Simulation
Desa
Titik
Besar Laju Infiltrasi (mm/jam) Volume (cm3) Klasifikasi Infiltrasi Fase
Sampel
Observasi Lapang Model Horton
K1 18,60 17,21 16,78 Cepat 1
K2 17,70 17,65 17,58 Cepat 1
Desa K3 18,40 17,96 17,95 Cepat 1
Krekeh
K4
18,80 16,94 16,94 Cepat 1
K5 19,00 17,29 16,83 Cepat 1
K6 19,50 19,34 19,12 Cepat 1
B1 24,70 21,91 21,74 Cepat 1
B2 25,53 20,89 20,98 Cepat 1
Desa B3 22,73 17,63 17,56 Cepat 1
Boak B4 24,60 21,05 21,00 Cepat 1
B5 23,40 21,41 21,50 Cepat 1
B6 22,85 19,86 19,98 Cepat 1
KR 1 42,18 38,21 38,78 Sangat Cepat 2
KR 2 41,70 34,58 34,93 Sangat Cepat 2
Desa KR 3 45,10 40,15 41,82 Sangat Cepat 2
Kerato KR 4 44,30 37,08 37,61 Sangat Cepat 3
KR 5 38,50 31,95 33,00 Sangat Cepat 3
KR 6 38,20 31,00 32,15 Sangat Cepat 3
• Rata-rata besar laju infiltrasi di lapangan pada titik sampel K sebesar
18,58 mm/jam, sampel B 23, 92 mm/jam dan KR 41,66 mm/jam dan
rata-rata besar laju infiltrasi menurut pendugaan Horton sebesar17,73
mm/jam, sampel B 20,45 mm/jam, dan sampel KR 35,49 mm/jam
• Berdasarkan jenis penggunaan lahan maka pengukuran laju infiltrasi
tertinggi hingga terendah adalah sawah tadah hujan-ladang-ladang-
tegalan, dengan klasifikasi laju infiltrasi rata-rata tertinggi adalah sangat
cepat dan terendah adalah cepat.
• Nilai laju infiltrasi berkurang sejalan dengan bertambahnya waktu
• Batas maksimum kemampuan tanah menyerap air yaitu ketika aliran
kapasitas infiltrasi semakin besar, maka aliran air di permukaan tanah
makin berkurang
Desa Krekeh (tegalan) Desa Kerato
(sawah tadah hujan)
• Pada penggunaan lahan yang berbeda dengan jenis
vegetasi dan pengolahan yang berbeda sehingga
menyebabkan terjadinya laju infiltrasi yang berbeda-beda.
• Pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan pada sawah
tadah hujan dengan kondisi lahan yang ditanami tanaman
jagung pada masa vegetatif 1 dengan umur tanaman 25-
40 hari lebih besar dibandingkan dan pengukuran laju
infiltrasi di Desa Krekeh dilakukan pada tegalan yang
hanya dibudidayakan pada satu musim tanam.
Desa Boak (ladang)
• Hasil pengukuran dilapangan menjelaskan bahwa kerapatan
vegetasi berhubungan dengan laju infiltrasi pada
penggunaan jarak tanam tanaman.
• Penggunaan jarak tanam (50x25 cm) dan (75x50 cm)
menentukan populasi tanaman dengan tingkat pengaruh
infiltrasi yang berbeda sesuai jenis dan sifat tumbuhan
• Umur tanaman dan Kedalaman perakaran berpengaruh
terhadap daya menahan air.
• Berkurangnya laju infiltrasi K2, disebabkan oleh
bertambahnya kelembapan tanah
Fase 1 Fase 2 Fase 3
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
LajuInfiltrasi(mm/jam)
Waktu (jam)
f Observasi (cm/jam)
f (model Horton)
Volume Infiltrasi (cm)
Infiltration curve
Laju Infiltrasi Konstan dan Waktu Mencapai Infiltrasi Konstan K2 Pada Desa Krekeh
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
LajuInfiltrasi(mm/jam)
Waktu (jam)
f Observasi (cm/jam)
f (model Horton)
Volume Infiltrasi (cm)
Infiltration Curve
Laju Infiltrasi Konstan dan Waktu Mencapai Infiltrasi Konstan KR 3 Pada Desa Kerato
Desa
Titik
Persamaan Kurva
Infiltrasi
Nilai Persamaan Kurva
Berdasarkan Garis Eksponen (R2)
Sampel f Lapangan Model Horton
K1 y = 1+(4,4)e2,95t 0,703 0,802
Desa
K2 y = 1+(4,5)e2,49t 0,757 0,768
Krekeh
K3 y = 1+(4,6)e2,45t 0,761 0,799
K4 y = 1,1+(4,3)e3t 0,698 0,838
K5 y = 1,1+(4,5)e3,01t 0,696 0,823
K6 y = 1,2+(4,4)e2,38t 0,771 0,807
B1 y = 1,3+(4,2)e1,75t 0,852 0,969
Desa
B2 y = 1+(4,2)e1,5t 0,884 0,987
Boak
B3 y = 1+(4,1)e2,24t 0,788 0,79
B4 y = 1,2+(4,3)e1,82t 0,843 0,975
B5 y = 1,1+(4,4)e1,64t 0,867 0,96
B6 y = 1,1+(4,4)e1,91t 0,831 0,965
KR 1 y = 1,9+(9,6)e2,08t 0,808 0,858
Desa
KR 2 y = 1,7+(9,8)e2,49t 0,756 0,844
Kerato
KR 3 y = 1,3+(11)e1,78t 0,848 0,904
KR 4 y = 1,8+(9,7)e2,2t 0,794 0,94
KR 5 y = 1,2+(10)e2,34t 0,775 0,921
KR 6 y = 1,1+(9,9)e2,33t 0,776 0,942
Exponential model of Infiltration rate
Nilai R2 yang didapat mendekati
nilai angka 1 (satu),sehingga
model Horton dapat digunakan
sebagai model yang baik dan tepat
(fiting) dengan lapangan dalam
menduga kapasitas infiltrasi
Fleming (1975) menyatakan bahwa
nilai persamaan yang dibuat dikatakan
benar dan mendekati pada ketepatan
sesuai pengamatan lapangan, jika nilai
R2 yang didapat dari persamaan yang
dibuat mendekati nilai angka 1 (satu).
Titik Persentase Tekstur
Sampel Pasir Debu Liat
K1 57 18 25 Lempung berpasir
K2 58 15 27 Lempung berpasir
K3 56 27 17 Lempung berpasir
K4 58 26 16 Lempung berpasir
K5 56 26 18 Lempung berpasir
K6 55 27 18 Lempung berpasir
B1 63 20 17 Lempung berpasir
B2 66 16 18 Lempung berpasir
B3 64 19 17 Lempung berpasir
B4 62 23 15 Lempung berpasir
B5 64 20 16 Lempung berpasir
B6 63 23 14 Lempung berpasir
KR 1
61 9 30 Lempung Liat berpasir
KR 2
54 11 35 Lempung Liat berpasir
KR 3
58 10 32 Lempung Liat berpasir
KR 4
60 5 35 Lempung Liat berpasir
KR 5
56 12 32 Lempung Liat berpasir
KR 6
62 11 27 Lempung Liat berpasir
Soil textural classes in
each sampling sites
Soil physical properties effects of the Infiltration rate
Jenis tanah yang didominasi
oleh fraksi pasir, mempunyai
laju infiltrasi yang tinggi,
sedangkan pada tanah
lempung mempunyai laju
infiltrasi rendah.
Perbedaan nilai infiltrasi pada
setiap ulangan pengukuran
infiltrasi disebabkan oleh
persentase penyusun tekstur
tanah di lapangan
Titik
Agregat Bentuk Ukuran Kelas Kemantapan
Pengukuran
Struktur
K
Besar Sudut 18,41 Sedang Lemah
Sedang Butir 5,94 Kasar Lemah
Kecil Remah 2,65 sedang Lemah
B
Besar Gumpal 15,4 Sedang Lemah
Sedang Sudut 8,9 Halus Lemah
Kecil Butir 5,67 Halus Lemah
KR
Besar Gumpal 211,67 Sangat Kasar Mantap
Sedang Sudut 105,33 Sangat Kasar Mantap
Kecil Butir 77 Sangat Kasar Mantap
Soil aggregates: Shape & Stability
• Titik sampel pada sawah tadah hujan yang
mendapatkan aplikasi pemupukkan pada
tiap fasenya yaitu, pada fase 2 yaitu pada
saat tanaman berumur genjah (80-90 hari)
dan fase 3 yaitu tanaman berumur (90-100
hari),
Titik
Sampel
Bahan
Organik
(%)
C-Organik
(%)
Porositas
(%)
Bobot
Isi
(g/cm3)
Bobot
Jenis
(g/cm3)
K1 0,36 0,21 42,8 1,27 2,37
K2 0,34 0,20 43,4 1,26 2,35
K3 0,52 0,30 46,2 1,25 2,35
K4 0,32 0,19 42,4 1,25 2,36
K5 0,33 0,18 43,4 1,27 2,35
K6 0,32 0,19 40,5 1,26 2,37
B1 0,36 0,21 46,6 1,19 2,34
B2 0,34 0,20 48,5 1,20 2,30
B3 0,52 0,30 46,4 1,24 2,35
B4 0,32 0,19 46,7 1,19 2,34
B5 0,36 0,21 48,2 1,21 2,35
B6 0,35 0,22 49,4 1,22 2,38
KR 1 2,35 1,20 49,0 1,15 2,25
KR 2 2,51 1,25 48,0 1,03 2,34
KR 3 2,71 2,31 47,4 1,14 2,29
KR 4 1,90 2,10 46,2 0,99 2,14
KR 5 1,39 1,15 45,6 1,03 2,35
KR 6 1,27 1,18 44,0 1,21 2,36
Soil characteristics and infiltration rate in the field
Titik Kadar Air Air Tersedia
Sampel (%Vol)
K1 43 18
K2 43 18
K3 43 18
K4 43 18
K5 43 18
K6 43 18
B1 75 16
B2 75 16
B3 75 16
B4 75 16
B5 75 16
B6 75 16
KR 1 44 12
KR 2 44 12
KR 3 44 12
KR 4 44 9
KR 5 44 9
KR 6 44 9
Landuse types based on physical properties of soil
• Soil Texture :Sawah tadah hujan, ladang, tegalan
• Soil structure: Tegalan, ladang dan sawah tadah
hujan
• Soil Organic matter: Sawah tadah hujan, tegalan
dan ladang
• Soil Porosity: Sawah tadah hujan, tegalan dan
ladang
• Bulk density: Sawah tadah hujan, tegalan dan
ladang
• Soil moisture: Sawah tadah hujan, ladang, tegalan
1. Pendugaan kapasitas infiltrasi menggunakan model
Horton mendekati pada nilai kebenaran atau
ketepatan persamaan dengan nilai–nilai yang
dihasilkan berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan.
2. Sifat fisik tanah mempengaruhi pendugaan
ketersediaan lengas tanah pada berbagai jenis
penggunaan lahan memberikan nilai yang berbeda.
3. Laju infiltrasi tertinggi pada penggunaan lahan
sawah tadah hujan dan terendah pada penggunaan
lahan tegalan.
……. Toward sustainable drylands in the
future…..

More Related Content

What's hot

limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
EvapotranspirasiJoel mabes
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPGHybrid1
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Joy Irman
 
1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluanAndrew Hutabarat
 
Pengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduPengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduBima Andika
 
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.pptAldiSlabaco1
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airMunzirkamala
 
Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Penjaga Tani
 
Aliran Air Tanah
Aliran Air TanahAliran Air Tanah
Aliran Air TanahRiyadi Joe
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanahHusna Kadir
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahAndrew Hutabarat
 
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasYOHANIS SAHABAT
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiQunk
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 

What's hot (20)

Kalsium dan magnesium
Kalsium dan magnesiumKalsium dan magnesium
Kalsium dan magnesium
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Evapotranspirasi
EvapotranspirasiEvapotranspirasi
Evapotranspirasi
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
 
1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan
 
Pengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduPengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpadu
 
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
 
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian air
 
Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)
 
Aliran Air Tanah
Aliran Air TanahAliran Air Tanah
Aliran Air Tanah
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanah
 
Laporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgLaporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkg
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanah
 
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
Lahan Kritis
Lahan KritisLahan Kritis
Lahan Kritis
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologi
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 

Similar to INFILTRASI TANAH

Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012NurdinUng
 
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahLaporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahRegiana Dzita
 
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranProposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranLeonardoSitorus
 
Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...
Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...
Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...Elsa Rosyidah
 
Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi
Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasiPembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi
Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasidynar tyas
 
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...NurdinUng
 
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Dasapta Erwin Irawan
 
Buku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesiaBuku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesialassak
 
S1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptx
S1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptxS1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptx
S1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptxNanaCantik8
 
Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019Dheni Saputra
 
Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)MTR
 
Tanah surjan
Tanah surjanTanah surjan
Tanah surjanDzuhri06
 

Similar to INFILTRASI TANAH (20)

Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
 
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahLaporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
 
Propost Sertik
Propost SertikPropost Sertik
Propost Sertik
 
PrePost Restik
PrePost RestikPrePost Restik
PrePost Restik
 
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranProposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
 
Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...
Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...
Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan ...
 
Sungai Terdegradasi
Sungai TerdegradasiSungai Terdegradasi
Sungai Terdegradasi
 
Batasan kta
Batasan ktaBatasan kta
Batasan kta
 
Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi
Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasiPembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi
Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi
 
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
Model AGNPS
Model AGNPSModel AGNPS
Model AGNPS
 
3. kerusakan alam
3. kerusakan alam3. kerusakan alam
3. kerusakan alam
 
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
 
Buku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesiaBuku ajar karst_indonesia
Buku ajar karst_indonesia
 
S1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptx
S1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptxS1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptx
S1-413633-Fandi Imanda H- PPT Kolokium (1).pptx
 
Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019
 
Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)
 
Tanah surjan
Tanah surjanTanah surjan
Tanah surjan
 
Konservasi_tanah_dan_air.ppt
Konservasi_tanah_dan_air.pptKonservasi_tanah_dan_air.ppt
Konservasi_tanah_dan_air.ppt
 

INFILTRASI TANAH

  • 1. ASSESSMENT OF INFILTRATION RATE (STUDI KASUS DI LAHAN KERING) Ieke Wulan Ayu Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian 2013
  • 2. Agriculture Pengelolaan Kurang Bijak Alih Fungsi Lahan Degradasi lahan Lahan marjinal meluas Jenuh bahan kimia effects Decreasing productivity Intensive LanduseLAND Unrewable resources Pembangunan Fisik Budidaya Tanaman Pangan: Basah dan Kering Pada periode 1999-2002 terjadi pengurangan lahan sawah sebesar 563.156 ha di seluruh Indonesia,karena alih fungsi dan 30% (157.150 ha) di antaranya terjadi di pulau Jawa. Untuk memenuhi kebutuhan pangan luas lahan sawah yang diperlukan pada tahun 2010 sekitar 9,29 jt ha (Nasution, 2004).
  • 3. Policy Maker Improving productivity of Sawah Intensification of irrigation systems, and field development Realisasi Program Pencentakan 1000 Ha Sawah: Lahan itu tersebar sebagian besar di Pulau Sumbawa sebanyak 600 hektar dan Sumbawa Barat 300 hektar serta di Dompu seluas 200 hektar. (Suara NTB, Senin 19/12/2011 ) Sementara untuk program 2012, ditargetkan akan dicetak sekitar 4.700 hektar sawah dari target 5.000 hektar lebih. Dari 4.700 hektar di Pulau Lombok 700 hektar yakni 200 hektar di KLU, 500 hektar di Lotim, KSB 1.400 hektar dan Sumbawa 2.000 hektar serta sisanya di Dompu seitar 500 hektar serta Bima seluas 100 hektar (NTB prov.go.id12 Sep 2012) Drylands optimization Pengertian Lahan Kering (Soil Survey Staff, 1998; Notohadinegoro, 2000; Rukmana, 2001; Abdurachman et al., 2008; Minardi; 2009). Salah satu isu lingkungan utama dari abad kedua puluh satu adalah degredasi lahan di lahan kering, memiliki implikasi pada kemanan pangan dunia dan kualitas lingkungan
  • 4. Increase food production Constraints Keterbatasan Biofisik dan Sumber air: limitied rainfall Low soil quality Low soil fertility High soil erobility Drylands Management Land Utilization Variability of Productivity Soil & water conservation Run Off < Infiltration> Soil Infiltration: Database Drylands Constraints
  • 5. Infiltrasi bagian Siklus Hidrologi Infiltrasi merupakan bagian dari siklus hidrologi yang mempunyai peranan penting yang berkaitan dengan ketersediaan lengas. Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan membentuk cadangan lengas tanah (soil water storage) yang kapasitasnya bergantung pada tekstur, jenis tanah dan kedalaman perakaran tanaman. Sebagian lengas- tanah bergerak ke arah bawah sebagai perkolasi- dalam memasuki zone jenuh-air di bawah muka air- tanah dan menjadi air-tanah (groundwater).
  • 6. Definisi • Kapasitas simpan air akan bergantung dengan laju infiltrasi yang terjadi. Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya aliran air ke dalam profill tanah secara vertikal melalui permukaan tanah (Jury dan Horton, 2004; Asdak, 2004; Soemarno, 2011; Dagadu dan Nimbalkar, 2012; Diamond, dan Thomas, 2013), komponen penting dalam pemodelan dan memprediksi aliran (Suresh, 2008), salah satu parameter hidrologi yang paling sulit untuk dievaluasi atau diukur secara akurat (Ildefonso Pla-Sentís, 2013).
  • 7. • Pada tanah-tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi tanah yang rendah, sebagian besar curah hujan berubah menjadi aliran permukaan dan hanya sebagian kecil air hujan yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Akibatnya jumlah air yang menjadi simpanan air tanah menurun. Infiltrasi juga dapat dimanfaatkan untuk pertimbangan perkiraan potensi kekeringan, aliran permukaan, erosi dan pertimbangan kegiatan-kegiatan tertentu (Haridjaya et al., 1991).
  • 8. Infiltrasi kumulatif-laju infiltrasi- kapasitas infiltrasi • Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. • Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu periode infiltrasi. Laju infiltrasi merupakan jumlah air yang masuk ke dalam tanah per satuan waktu dan menentukan ketersediaan lengas (air) bagi tanaman
  • 9. Parameter Penting • Kegiatan konservasi tanah dan air, laju infiltrasi bersama evaporasi merupakan dua parameter yang sangat penting dan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah (Haridjaja dkk., 1991; Asdak, 2004; Mawardi 2011a; Mawardi, 2012b), laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. • Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan (Asdak, 2004), infiltrability menyatakan flux diamana profil tanah menyerap air dan menjaga hubungan dalam kondisi tekanan atmosfer (Mawardi, 2012).
  • 10. Sumber:Ministry Natural Resources, 2013 Infiltrasi merupakan proses aliran air masuk ke dalam tanah (Asdak, 2002). Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam merembeskan sejumlah air ke dalam tanah. Besarnya kapasitas infiltrasi dapat memperkecil berlangsungnya aliran permukaan tanah. Infiltration HorizonA,yang teratas,sebagian bahanorganik tanaman Horizon B,merupakan akumulasi dari bahan koloidal A, ketebalan permeabilitas sangat menentukan laju infiltrasi HorizonC, kadang2disebut sub soil, terbentukdari pelapukanbahaninduk HorizonD,merupakanbahaninduk (bed rock) Transmission properties of soil layers
  • 11. Infiltration rate Horton : f = ft + (f0-ft) e(-kt) f = laju infiltrasi pada waktu t fc = laju infiltrasi pada saat konstan f0 = laju infiltrasi awal k = tetapan untuk tanah t = 2,718 K = 1/(t2 –t1) ln (f1-fc)/(f2-fc)
  • 12. I > fp I < fp fc f0 lajuinfiltrasi(cm/jam) Waktu (menit) Infiltration rate (f)  infiltration capacity (fp). It is affected by the rain intensity. Jika Intensitas Hujan < kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi akan < kapasitas infiltrasi, dan jika > maka laju infiltrasi akan = kapasitas infiltrasi. Infiltration Rate
  • 13. Jenuhair Jenuhair Jika kapasitas perkolasi  kapasitas infiltrasi maka lapisan di bawah lapisan permukaan tidak akan jenuh air dan laju infiltrasi ditentukan oleh infiltrasi Jika kapasitas perkolasi  kapasitas infiltrasi maka lapisan bawah akan jenuh air dan laju infiltrasi ditentukan oleh laju perkolasi Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam merembeskan sejumlah air ke dalam tanah. Besarnya kapasitas infiltrasi dapat memperkecil berlangsungnya aliran permukaan tanah. Infiltration Capacity
  • 14. Physical properties of soil and Infiltration rate
  • 15. Research Location P1 terletak pada 833.539’ LS dan 11727.779’ BT dengan ketinggian 27 mdpl P2 terletak pada 833.563’ LS dan 11727.047’ BT dengan ketinggian 27 mdpl P3 terletak pada 833.539’ LS dan 11727.779’ BT dengan ketinggian 32 mdp Sumber: GPS Goggle earth)
  • 16. Field Instruments Field Infiltration measurement: Double ring infiltrometer dengan tinggi 500 mm, diameter cincin dalam 300 mm dan diameter cincin luar antara 50 mm, mistar, gelas ukur 500 cm3, ember, stopwatch, sekop, ring, kantong plastik, pisau, dan alat tulis. Sampel Tanah: Ring sampel, tempat menyimpan tabung-tabung , sekop atau cangkul, Pisau yang tajam dan tipis, kantong plastik, Karet gelang, botol semprot, sendok, Labu Erlenmeyer 500 ml, gelas piala , gelas Ukur 10 ml, 50 ml dan 1.000 ml , Pengaduk listrik dan pengaduk kayu , ayakan 0.05 mm dan pengocoknya, pipet , timbangan (dengan ketelitian sampai 0.1 g) , Hot Plate, Oven dan Kaleng timbang,thermometer , gambar segitiga tekstur. Double ring infiltrometer)
  • 17. Field observation and soil sampling Sumber: Penelitian (2012)
  • 18.
  • 19. Desa Titik Sampel Parameter Laju Infiltrasi fo (mm/menit) fc (mm/menit) t (jam) K 1 5,5 1,1 1,25 2,95 Desa 2 5,5 1,0 1,25 2,49 Krekeh 3 5,6 1,0 0,75 2,45 4 5,4 1,1 1,25 3,00 5 5,6 1,1 1,25 3,01 6 5,6 1,2 1,75 2,38 1 5,5 1,3 1,50 1,75 Desa 2 5,2 1,0 1,50 1,50 Boak 3 5,1 1,0 1,50 2,24 4 5,5 1,2 1,50 1,82 5 5,5 1,1 1,50 1,64 6 5,5 1,1 1,50 1,91 1 11,5 1,9 1,00 2,08 Desa 2 11,5 1,7 0,75 2,49 Kerato 3 12,3 1,3 1,50 1,78 4 11,5 1,8 1,25 2,20 5 11,2 1,2 1,25 2,34 6 11,0 1,1 1,50 2,33 Tiga paremeter yang menentukan proses infiltrasi dalam tanah Waktu untuk yang diperlukan tercapainya infiltrasi konstan masing-masing ulangan berbeda pada setiap lokasi 0,75 jam sampai 1,50 jam Laju maksimum infiltrasi (kapasitas infiltrasi) saat tercapai infiltrasi konstan (fc) menunjukkan banyaknya air yang dapat terinfiltrasi ke dalam tanah per satuan waktu. Parameter of Soil Infiltration Sumber: Penelitian (2012) fo tertinggi pada lahan sawah tadah hujan fo awal terendah pada ladang
  • 20. Field measurement & Horton Simulation Desa Titik Besar Laju Infiltrasi (mm/jam) Volume (cm3) Klasifikasi Infiltrasi Fase Sampel Observasi Lapang Model Horton K1 18,60 17,21 16,78 Cepat 1 K2 17,70 17,65 17,58 Cepat 1 Desa K3 18,40 17,96 17,95 Cepat 1 Krekeh K4 18,80 16,94 16,94 Cepat 1 K5 19,00 17,29 16,83 Cepat 1 K6 19,50 19,34 19,12 Cepat 1 B1 24,70 21,91 21,74 Cepat 1 B2 25,53 20,89 20,98 Cepat 1 Desa B3 22,73 17,63 17,56 Cepat 1 Boak B4 24,60 21,05 21,00 Cepat 1 B5 23,40 21,41 21,50 Cepat 1 B6 22,85 19,86 19,98 Cepat 1 KR 1 42,18 38,21 38,78 Sangat Cepat 2 KR 2 41,70 34,58 34,93 Sangat Cepat 2 Desa KR 3 45,10 40,15 41,82 Sangat Cepat 2 Kerato KR 4 44,30 37,08 37,61 Sangat Cepat 3 KR 5 38,50 31,95 33,00 Sangat Cepat 3 KR 6 38,20 31,00 32,15 Sangat Cepat 3
  • 21. • Rata-rata besar laju infiltrasi di lapangan pada titik sampel K sebesar 18,58 mm/jam, sampel B 23, 92 mm/jam dan KR 41,66 mm/jam dan rata-rata besar laju infiltrasi menurut pendugaan Horton sebesar17,73 mm/jam, sampel B 20,45 mm/jam, dan sampel KR 35,49 mm/jam • Berdasarkan jenis penggunaan lahan maka pengukuran laju infiltrasi tertinggi hingga terendah adalah sawah tadah hujan-ladang-ladang- tegalan, dengan klasifikasi laju infiltrasi rata-rata tertinggi adalah sangat cepat dan terendah adalah cepat. • Nilai laju infiltrasi berkurang sejalan dengan bertambahnya waktu • Batas maksimum kemampuan tanah menyerap air yaitu ketika aliran kapasitas infiltrasi semakin besar, maka aliran air di permukaan tanah makin berkurang
  • 22. Desa Krekeh (tegalan) Desa Kerato (sawah tadah hujan) • Pada penggunaan lahan yang berbeda dengan jenis vegetasi dan pengolahan yang berbeda sehingga menyebabkan terjadinya laju infiltrasi yang berbeda-beda. • Pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan pada sawah tadah hujan dengan kondisi lahan yang ditanami tanaman jagung pada masa vegetatif 1 dengan umur tanaman 25- 40 hari lebih besar dibandingkan dan pengukuran laju infiltrasi di Desa Krekeh dilakukan pada tegalan yang hanya dibudidayakan pada satu musim tanam. Desa Boak (ladang)
  • 23. • Hasil pengukuran dilapangan menjelaskan bahwa kerapatan vegetasi berhubungan dengan laju infiltrasi pada penggunaan jarak tanam tanaman. • Penggunaan jarak tanam (50x25 cm) dan (75x50 cm) menentukan populasi tanaman dengan tingkat pengaruh infiltrasi yang berbeda sesuai jenis dan sifat tumbuhan • Umur tanaman dan Kedalaman perakaran berpengaruh terhadap daya menahan air. • Berkurangnya laju infiltrasi K2, disebabkan oleh bertambahnya kelembapan tanah Fase 1 Fase 2 Fase 3
  • 24. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 LajuInfiltrasi(mm/jam) Waktu (jam) f Observasi (cm/jam) f (model Horton) Volume Infiltrasi (cm) Infiltration curve Laju Infiltrasi Konstan dan Waktu Mencapai Infiltrasi Konstan K2 Pada Desa Krekeh
  • 25. 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 LajuInfiltrasi(mm/jam) Waktu (jam) f Observasi (cm/jam) f (model Horton) Volume Infiltrasi (cm) Infiltration Curve Laju Infiltrasi Konstan dan Waktu Mencapai Infiltrasi Konstan KR 3 Pada Desa Kerato
  • 26. Desa Titik Persamaan Kurva Infiltrasi Nilai Persamaan Kurva Berdasarkan Garis Eksponen (R2) Sampel f Lapangan Model Horton K1 y = 1+(4,4)e2,95t 0,703 0,802 Desa K2 y = 1+(4,5)e2,49t 0,757 0,768 Krekeh K3 y = 1+(4,6)e2,45t 0,761 0,799 K4 y = 1,1+(4,3)e3t 0,698 0,838 K5 y = 1,1+(4,5)e3,01t 0,696 0,823 K6 y = 1,2+(4,4)e2,38t 0,771 0,807 B1 y = 1,3+(4,2)e1,75t 0,852 0,969 Desa B2 y = 1+(4,2)e1,5t 0,884 0,987 Boak B3 y = 1+(4,1)e2,24t 0,788 0,79 B4 y = 1,2+(4,3)e1,82t 0,843 0,975 B5 y = 1,1+(4,4)e1,64t 0,867 0,96 B6 y = 1,1+(4,4)e1,91t 0,831 0,965 KR 1 y = 1,9+(9,6)e2,08t 0,808 0,858 Desa KR 2 y = 1,7+(9,8)e2,49t 0,756 0,844 Kerato KR 3 y = 1,3+(11)e1,78t 0,848 0,904 KR 4 y = 1,8+(9,7)e2,2t 0,794 0,94 KR 5 y = 1,2+(10)e2,34t 0,775 0,921 KR 6 y = 1,1+(9,9)e2,33t 0,776 0,942 Exponential model of Infiltration rate Nilai R2 yang didapat mendekati nilai angka 1 (satu),sehingga model Horton dapat digunakan sebagai model yang baik dan tepat (fiting) dengan lapangan dalam menduga kapasitas infiltrasi Fleming (1975) menyatakan bahwa nilai persamaan yang dibuat dikatakan benar dan mendekati pada ketepatan sesuai pengamatan lapangan, jika nilai R2 yang didapat dari persamaan yang dibuat mendekati nilai angka 1 (satu).
  • 27. Titik Persentase Tekstur Sampel Pasir Debu Liat K1 57 18 25 Lempung berpasir K2 58 15 27 Lempung berpasir K3 56 27 17 Lempung berpasir K4 58 26 16 Lempung berpasir K5 56 26 18 Lempung berpasir K6 55 27 18 Lempung berpasir B1 63 20 17 Lempung berpasir B2 66 16 18 Lempung berpasir B3 64 19 17 Lempung berpasir B4 62 23 15 Lempung berpasir B5 64 20 16 Lempung berpasir B6 63 23 14 Lempung berpasir KR 1 61 9 30 Lempung Liat berpasir KR 2 54 11 35 Lempung Liat berpasir KR 3 58 10 32 Lempung Liat berpasir KR 4 60 5 35 Lempung Liat berpasir KR 5 56 12 32 Lempung Liat berpasir KR 6 62 11 27 Lempung Liat berpasir Soil textural classes in each sampling sites Soil physical properties effects of the Infiltration rate Jenis tanah yang didominasi oleh fraksi pasir, mempunyai laju infiltrasi yang tinggi, sedangkan pada tanah lempung mempunyai laju infiltrasi rendah. Perbedaan nilai infiltrasi pada setiap ulangan pengukuran infiltrasi disebabkan oleh persentase penyusun tekstur tanah di lapangan
  • 28. Titik Agregat Bentuk Ukuran Kelas Kemantapan Pengukuran Struktur K Besar Sudut 18,41 Sedang Lemah Sedang Butir 5,94 Kasar Lemah Kecil Remah 2,65 sedang Lemah B Besar Gumpal 15,4 Sedang Lemah Sedang Sudut 8,9 Halus Lemah Kecil Butir 5,67 Halus Lemah KR Besar Gumpal 211,67 Sangat Kasar Mantap Sedang Sudut 105,33 Sangat Kasar Mantap Kecil Butir 77 Sangat Kasar Mantap Soil aggregates: Shape & Stability • Titik sampel pada sawah tadah hujan yang mendapatkan aplikasi pemupukkan pada tiap fasenya yaitu, pada fase 2 yaitu pada saat tanaman berumur genjah (80-90 hari) dan fase 3 yaitu tanaman berumur (90-100 hari),
  • 29. Titik Sampel Bahan Organik (%) C-Organik (%) Porositas (%) Bobot Isi (g/cm3) Bobot Jenis (g/cm3) K1 0,36 0,21 42,8 1,27 2,37 K2 0,34 0,20 43,4 1,26 2,35 K3 0,52 0,30 46,2 1,25 2,35 K4 0,32 0,19 42,4 1,25 2,36 K5 0,33 0,18 43,4 1,27 2,35 K6 0,32 0,19 40,5 1,26 2,37 B1 0,36 0,21 46,6 1,19 2,34 B2 0,34 0,20 48,5 1,20 2,30 B3 0,52 0,30 46,4 1,24 2,35 B4 0,32 0,19 46,7 1,19 2,34 B5 0,36 0,21 48,2 1,21 2,35 B6 0,35 0,22 49,4 1,22 2,38 KR 1 2,35 1,20 49,0 1,15 2,25 KR 2 2,51 1,25 48,0 1,03 2,34 KR 3 2,71 2,31 47,4 1,14 2,29 KR 4 1,90 2,10 46,2 0,99 2,14 KR 5 1,39 1,15 45,6 1,03 2,35 KR 6 1,27 1,18 44,0 1,21 2,36 Soil characteristics and infiltration rate in the field Titik Kadar Air Air Tersedia Sampel (%Vol) K1 43 18 K2 43 18 K3 43 18 K4 43 18 K5 43 18 K6 43 18 B1 75 16 B2 75 16 B3 75 16 B4 75 16 B5 75 16 B6 75 16 KR 1 44 12 KR 2 44 12 KR 3 44 12 KR 4 44 9 KR 5 44 9 KR 6 44 9
  • 30. Landuse types based on physical properties of soil • Soil Texture :Sawah tadah hujan, ladang, tegalan • Soil structure: Tegalan, ladang dan sawah tadah hujan • Soil Organic matter: Sawah tadah hujan, tegalan dan ladang • Soil Porosity: Sawah tadah hujan, tegalan dan ladang • Bulk density: Sawah tadah hujan, tegalan dan ladang • Soil moisture: Sawah tadah hujan, ladang, tegalan
  • 31. 1. Pendugaan kapasitas infiltrasi menggunakan model Horton mendekati pada nilai kebenaran atau ketepatan persamaan dengan nilai–nilai yang dihasilkan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan. 2. Sifat fisik tanah mempengaruhi pendugaan ketersediaan lengas tanah pada berbagai jenis penggunaan lahan memberikan nilai yang berbeda. 3. Laju infiltrasi tertinggi pada penggunaan lahan sawah tadah hujan dan terendah pada penggunaan lahan tegalan.
  • 32. ……. Toward sustainable drylands in the future…..