SlideShare a Scribd company logo
1 of 64
IV. SISTEM PEMASYARAKATAN

Menurut Sahardjo:
      “cikal bakal pelaksanaan konsep pemidanaan
         berdasarkan Sistem Pemasyarakatan”
Istilah:
    Pemasyarakatan: adalah kegiatan untuk
    melakukan pembinaan Warga Binaan
    Pemasyarakatan berdasarkan sistem,
    kelembagaan, dan cara pembinaan yg
    merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan
    dalam tata peradilan pidana (Pasal 1 angka 1 UU
    No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Sistem Pemasyarakatan: adalah suatu tatanan
mengenai arah dan batas serta cara pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan
Pancasila yg dilaksanakan sec terpadu antara
pembina, yg dibina, dan masy utk meningkatkan
kualitas WBP agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi TP
sehingga dpt diterima kembali olh ling masy, aktif
berperan dlm pembangunan, dan dpt hidup secara
wajar sbg warga negara yg baik dan
bertanggungjwb.
Menurut Sahardjo juga:
   Bahwa tugas hukum memberikan
  pengayoman kpd masy, begitupun
  kpd narapidana, hukum harus dpt
  mengayomi dgn memberikan bekal
      bimb utk kembali ke masy.
Tujuan Pidana Penjara:
           Pemasyarakatan
Pemasyarakatan bukan semata-mata
merupakan tujuan pemidanaan, akan
 tetapi merupakan suatu proses yg
    bertujuan memulihkan kembali
       kesatuan hub kehidupan
     penghidupan antara individu
 narapidana dgn narapidana lainnya
  maupun antara individu dgn masy
   dimana ia akan kembali menjadi
             anggotanya.
Konprensi Dinas Pemasy di Lembang 27 April 1964
ditetapkan sbg hari Pemasyarakatan, menghasilakn
10 rumusan sebagai pedoman pelaksanaan konsep
pemidanaan di Indonesia yang disebut sbg Sepuluh
Prinsip Pokok Sistem Pemasyarakatan:

•    Orang yg tersesat diayomi jg, dgn
     memberikan kepadanya bekal hidup sbg
     warga yg baik dan berguna dlm masy;
•    Pidana yg dijatuhkan bkn merupakan balas
     dendam bagi neg. Satu-satunya derita bagi
     narapidana adalah hilangnya kemerdekaan
     bergerak;
•    Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dgn
     menyiksa melainkan dgn bimbingan;
1.   Negara tdk berhak membuat seorang
     narapidana lebih buruk atau lebih jahat daripada
     sebelum ia masuk LP;
2.   Sebelum kehilangan kemerdekaan bergerak,
     narapidana harus diperkenalkan kpd masyarakat
     dan tdk boleh diasingkan dari masy;
3.   Pekerjaan yg diberikan kpd narapidana tdk
     boleh bersifat mengisi waktu atau hanya
     diperuntukan bagi kepentingan LP atau negara
     saja. Pekerjaan yg diberikan harus ditujukan utk
     pembangunan negara.
4.   Bimbingan dan didikan harus berdasarkan azas
     Pancasila.
1. Tiap orang adalah manusia dan harus
   diperlakukan sbg manusia meskipun ia
   telah tersesat. Tidak boleh ditunjukan
   kpd narapidana bhw ia penjahat.
2. Narapidana itu harus dijatuhi pidana
   hilang kemerdekaan.
3. Sarana fisik bangunan LP dewasa ini
   merupakan salah satu hambatan
   pelaksanaan sistem pemasyarakata.
Hal tsb berkaitan dgn Declaration of
Human Right (PBB).
Jadi seluruh anggota PBB dianjurkan untuk
menerapkan “Standard Minimum Rules for
the Treatment of Prisoners”.
Di Indonesia anjuran tsb diterapkan melalui
Sist Pemasy gagasan Saharjdo yg
merupakan sistem perlakuan terhadap
narapidana melalui pembinaan.
Sist Pemasy menghendaki adanya
keterlibatan potensi di dalam masy
termasuk petugas dan narapidana sendiri.
Pemasyarakatan dikenal sbg
resosialisasi/resocialization, merupakan
suatu sistem pemidanaan di Indonesia sbg
pengganti konsep penjara yg diabaikan
mengabaikan harkat manusia terhadap
seorang narapidana.
Pemasyarakatan suatu konsep oleh
karenanya perlu disadari dengan benar
fungsi, tujuan dari pemidanaan.
Tujuan Pemidaan dlm Konsep
KUHP Nasional:
a.   Mencegah dilakukannya tindak pidana dgn
     menegakkan norma hukum demi pengayoman
     masy;
b.   Memasyarakatkan narapidana dgn mengadakan
     pembinaan sehingga menjadikannyan org yg
     baik dan berguna;
c.   Menyelesaikan konflik yg ditimbulkan oleh tindak
     pidana, memulihkan keseimbangan dan
     mendatangkan rasa damai dlm masy, dan
d.   Membebaskan rasa bersalah pada narapidana.
Tujuan pertama, mengandung suatu pandangan
 memberikan perlindungan kpd masyarakat dr kejht;
 Tujuan kedua, pemidanaan bermaksud utk meresosialisasi
 narapidana dan mengintegrasikan yg bersangkutan ke dlm
 masy;
 Tujuan ketiga, dihubungkan dgn reaksi adat adalah untuk
 mengembalikan keseimbangan di dlm masy yg telah
 terganggu oleh suatu TP;
(apabila ini diabaikan maka masy akan melakukan tindakan
 sendiri yg dianggapnya akan memberi keseimbangan dlm
 masy tsb.
 Tujuan keempat, membebaskan rasa bersalah napi lebih
 kpd tujuan spiritual. Perlu mendapatkan perhatian meskipun
 pidana nestapa baginya, akan tetapi pelaksanan
 pemidanaan tdk utk menderitakan terlebih lg merendahkan
 martabat.
Perbandingan dgn tujuan
pemidanaan di Jepang, ada 5 yaitu:

   pembalasan (retribution);
   menakut-nakuti sec umum (general
   deterrence);
   menakut-nakuti sec khusus (special
   deterrence);
   membuat tidak mampu
   (incapacitation);
   memperbaiki (rehabilitation).
Penggolongan tujuan pemidanaan
di Negeri Belanda:
   Tujuan utk mempengaruhi perilaku
  manusia yg sesuai dgn aturan hk. Dlm
  gol ini tujuan dpt dibedakan antara
  pengaruh yg ditujukan kpd para
  pelanggar hk dan perilaku org2x lainnya;
  Tujuan menghilangkan keresahan dan
  keadaan tdk damai yg ditimbulkan oleh
  terjadinya TP, yg lazim disebut
  penyelesaian konflik.
OKI, LEMBAGA PEMASYARAKATAN
sebagai komponen akhir dari Sistem
Peradilan Pidana yang diibaratkan
sebagai ban berjalan, yg dlm hal ini hrs
menunjukan keberhasilan produk sec
utuh. Gambaran keberhasilan
pencegahan dan pemberantasan
kejahatan hrs dpt dilihat sbg produk
akhir, jd penjaga pintu akhir sistem ini
ad LP.
LP bukan saja membina narapidana
sedemikian rupa sehingga dpt kembali ke
masy dgn mematuhi kembali norma2x yg
ada dlm masy, akan tetapi jg dpt
memberikan peringatan kpd masy utk tdk
berbuat TP.
Peran lain dari LP yaitu membangun
manusia Indonesia seutuhnya. Dimana
kesempatan pembinaan di LP dpt
dipergunakan utk pembangunan.
MENGENAI PEMBINAAN AKAN
DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN
SELANJUTNYA.

   “SISTEM BARU PEMBINAAN
         NARAPIDANA”
V. SISTEM PEMBINAAN
                NARAPIDANA
A. PEMBINAAN NARAPIDANA

Pembinaan napi ad suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan.
    Terdiri dari 14 komponen, yaitu:
  1. Falsafah
  2. Dasar Hukum
  3. Tujuan
  4. Pendekatan sistem
  5. Klasifikasi
  6. Pendekatan klasifikasi
  7. Perlakuan terhadap napi
  8. Orientasi pembinaan
  9. Sifat pembinaan
 10. Remisi
 11. Bentuk bangunan
 12. Narapidana
 13. Keluarga napi
 14. Pembina/Pemerintah
Ad 1. Falsafah
1.Sist. Kepenjaraan (Reglement Penjara) Stbl 1917
  No.708.
2.Sist. Pemasyarakatan (Pancasila)
3.Sist Baru Pemasyarakatan (Pancasila)

   Ad 2. Dasar Hukum
1.Sist. Kepenjaraan Gestichten Reglement
  (Reglement Penjara) Stbl 1917 No.708.
2.Sist. Pemasyarakatan Gestichten Reglement
  (Reglement Penjara) Stbl 1917 No.708 dgn
   perubahannya
3. Sist Baru Pemasyarakatan (dirumuskan dlm undang-
   undang nasional)
Ad 3. Tujuan
1.Sist. Kepenjaraan, tujuan pemidanaan ad:
  penjeraan
2.Sist. Pemasyarakatan, tujuan pemidanaan
  ad: pembinaan dan bimbingan.
3.Sist Baru Pemasyarakatan, tujuan
  pemidanaan ad: meningkatkan kesadaran
  (consciousness) narapidana akan
  eksistensinya sebagai manusia.
Ad 4. Pendekatan Sistem
1.Sist. Kepenjaraan: Security approach “Pendekatan
  keamanan”(Keamanan penjara lebih diutamakan).
  Napi cenderung hanya sbg obyek. Diberi nomor,
  dikalsifikasikan menrt berat ringannya tp yg
  dilakukan, lamanya pidana.
2.Sist. Pemasyarakatan, masih “Pendekatan
  Keamanan”. Ditambah dengan pembinaan &
  bimbingan
3.Sist Baru Pemasyarakatan, Pendekatan kesadaran
  (consciousness approach). Gabungan antara
  pendekatan keamanan dan pembinaan.
Ad. 5 Klasifikasi
  Sist. Kepenjaraan ada klasifikasi pidana (Dikenal B-I, B-II-a, B-
  II-b, B-III). Ada Maximum Security.
  Sist. Pemasyarakatan, klasifikasi masih digunakan hanya saja
  berbeda dlm pengawasan. Ada 3 klasifikasi pengwsan:
1. maximal security; (B-I, resedivis, subversi, moord,
  perampokan, pencurian dgn kekerasan, atau beberapa napi yg
  membahayakan LP)
2. medium security; napi yg lebih ringan pidananya atau
  pidana berat tepai mendapatkan pembinaan dan menunjukan
  tingkah laku yg baik dlm LP.
3. minimum security; napi yg mendapat pembinaan dan
  pengawasan ringan
3. Sist Baru Pemasyarakatan: pembagian kalsifikasi terhadap
   mereka yg memiliki:
  a.High consciousness, atau kesadaran penuh yaitu ditujukan
   kpd narapidana yg sec mental-spiritual telah mengenal
   dirinya sendiri, mampu memotivasi dirinya sendiri utnuk
   tetap teguh berkembang ke arah positif. Jd mampu berfikir
   sec positif menjalankan perinsip hidup yg benar dan hakiki
   serta mengembangkan diri ke arah positif.
  b.Half consciousness, napi yg masih setengah sadar akan
   dirinya, baru tergugah hatinya ketika tahu akan nilai-nilai
   positif dlm hidup.
  c.Low consciousness, yaitu napi yg masih sangat rendah
   tingkat kesadaran dirinya, baru sja masuk dlm lingkungan
   LP dan belum pernah merasakan pembinaan utk mengenal
   diri.
Ad. 6 Pendekatan Klasifikasi
    Sist. Kepenjaraaan: Maximum security
    Sist. Pemasy: Max, Med, Min security
    Sist. Baru Pemasy: High, Half, Low Conscouosness

    Ad.7 Perlakuan Narapidana
•   Sist. Kepenjaraan, napi sbg obyek. Eksistensinya sbg napi
    kurang dihargai, tdk diberi pembinaan tetapi tenaganya sering
    digunakan utk kepentingan penjara.
•   Sist. Pemasyarakatan, memberlakukan napi sbg subyek, faktor
    manusiawi lebih banyak, eksistensi manusia lebih ditonjolkan,
    napi sudah dibina kelak tidak menggulangi perbuatan.
•   Sist. Baru Pemasyarakatan, napi sbg obyek dan subyek.
    Dasarnya kemampuan manusia untuk tetap memperlakukan
    manusia sbg manusia yg mempunyai eksistensi sejajar dgn
    manusia lain.
    Subyek di sini ad: sbg kesamaan, kesejajaran, sama-sama sbg
    manusia.
Ad. 8 Orientasi Pembinaan
Sist. Kepenjaraaan, pembinaan bersifat Top Down Approach.
Pembinaan yg dilakukan berdasarkan program-program yg sdh
ditentukan dan narapidana hrs ikut didalamnya. TDA, juga
didasarkan pada pertimbangan keamanan, keterbatasan sarana
pembinaan dan pandangan napi hanya sebagai obyek. Di sini
eksistensi napi dlm membangung diri atau kelompoknya kurang
diperhatikan.
Sist. Pemasyarakatan, orientasi di atas masih tetap
dipertahankan. Sbg TDA, napi tdk dapat menentukan pekerjaan
atau jenis pembinaan yg dipilih dan dan sangat dibutuhkannya.
Sering terjadi ketidaksesuaian antara kebutuhan belajar napi dgn
sarana pendidikan yg ada.
Sist. Baru Pemasyarakatan, orientasi pembinaan harus diubah.
Orientasi menjadi Bottom Up Approach, yaitu pembinaan yg
berdasarkan kebutuhan belajar narapidana. Sebelum mengetahui
pembinaan yg diberikan, napi diwajibkan mengikuti pre test
dahulu guna mengetahui tingkat pengetahuan, keahlian dan
hasrat belajar napi.
Ad. 9 Sifat Pekerjaan
Sist. Kepenjaraan, pemberian pekerjaan lebih bersifat
ekspliotasi tenaga napi untuk menghasilkan produk yg
mempunyai nilai ekonomis.Pertimbangan lain krn napi
telah merugikan masyarakat dan negara jadi diharapkan
mampu menghasilkan nilai ekonomis untuk negara.
Sist. Pemasyarakatan, sifat pemberian kerja kpd
narapidana ad pembinaan dgn melatih bekerja bagi
narapidana agar sekembalinya ke masyarakat memiliki
kepandaian untuk bekal hidup dan tidak lagi melakukan
TP. Masih bersifat TDA .
Sist. Baru Pemasyarakatan, sifat pekerjaan yaitu
menanamkan rasa percaya diri, kemampuan
mengembangkan diri sendiri sehingga mampu mandiri.
Sifat pemberian pekerjaan/pembinaan bertitik tolak dari
pembinaan diri sendiri dan tujuan hidup yg ingin dicapai.
Serta latihan khusus problem solving.
Ad 10. Remisi
Pengurangan hukuman selama napi menjalani hukuman
    berubah dari waktu ke waktu.
    Sist. Kepenjaraan, remisi sebagai anugerah, artinya
    anugerah pemerintah kpd napi. Dalam Gestichen
    Reglement, remisi diberikan hanya pada hari ulang tahun
    Ratu Belanda. Baru pd th 1950 berdasarkan Keppres No.
    156/1950, remisi diberikan pada Hut RI.
    Sist. Pemasyarakatan, remisi sebagai hak napi yg
    memenuhi persyaratan yg telah ditetapkan.
    Sist. Baru Pemasyarakatan, remisi ditempatkan sbg salah
    satu motivasi bagi napi untuk membina diri sendiri, karena
    remisi di sini sbg hak dan kewajiban napi.Artinya jika napi
    benar-benar melaksanakan kewajibannya, ia berhak untuk
    mendapatkan remisi.
Ad 11. Bentuk Bangunan
Sist. Kepenjaraan, bangunan penjara dirancang secara khusus
untuk membuat jera para pelaku. Bangunan penjara dirancang
sedemikian rupa membuat org tidak kerasan, tidak suka tinggal
di penjara. Muncul silent system, yaitu sel khusus satu org, dgn
pintu rangkap yaitu pintu jeruji diberi rangkap dgn pintu kayu.
Sist. Pemasyarakatan, bangunan penjara masih dipergunakan,
hanya nama berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan. Di sini
juga ada LP Terbuka.
Sist. Baru Pembinaan/Pemasyarakatan, bangunan LP mendapat
prioritas khusus. Bentuk lain yg diterapkan untuk mengubah
image penjara, adalah memperbanyak kemungkinan pemberian
pidana di luar LP. Bentuk bangunan seperti Half Way House,
yaitu bangunan LP yg hanya digunakan oleh napi untuk tidur
saja. Disiang hari para napi melakukan kegiatan positif lainnya.
Pengawasan hanya pada malam hari saja. Dan bangunan
rumah ini bisa dlm lingkungan pemukiman penduduk atau rumah
pidana susun.
Ad 12. Narapidana
•   Sist. Kepenjaraan, peranan napi untuk membina
    dirinya sendiri sama sekali tidak diperhatikan.
    Napi tidak dibina dibiarkan saja. Tugas penjara
    hanya mengawasi napi agar tdk membuat
    keonaran. Pendidikan dan pekerjaan hanya
    bersifat ekonomis.
•   Sist. Pemasyarakatan, napi sudah diperlakukan
    sbg subyek pembinaan dan diperlakukan secara
    manusiawi.Tujuan pemidanaan sbg pembinaa.
•   Sist. Baru pemasyarakatan, napi dibawa kearah
    pengenalan diri sendiri dengan beberapa
    metode sehingga mengetahui potensi yg ada di
    dalam dirinya. Bekal untuk membina orang
    lain/kelompoknya.
Ad 13. Keluarga/Masyarakat
•   Sist. Kepenjaraaan, peranan keluarga dan masyarakat
    kurang mendapat perhatian. Kel dan masy tidak diberikan
    kesempatan utk berpartisipasi dlm pembinaan napi. Napi
    bahkan dijauhkan dari kel dan masy krn dianggap
    menggangu ketertiban masy.
•   Sist. Pemasyarakatan, sudah mulai muncul pentingnya
    hub napi dgn kel dan masy. Tersedianya media cetak,
    telivisi, radio memperlancar hub napi dan masy.
•   Sist. Baru pemasyarakatan, peran kel dan masy sbg
    komponen yg berperan penting dlm pembinaan napi.
    Misal dengan pengumpulan sejumlah kel napi dan
    diberikan pengertian tentang pentingnya kel dlm
    pembinaan napi. Kel diberikan lap perkembangan napi
    tahap dmi tahap. Masy juga harus mengetahui sec jelas
    mengenai program-program dan tahap pembinaan napi di
    LP.
Ad. 14 Pembina/Pemerintah
Sist. Kepenjaraan, peran petugas sbg pembinan adalah
membuat jera para napiagar tidak mengulangi perbuatannya.
Cara membuat jera napi dirasakan kuramng manusiawi.
Sist. Pemasyarakatan, sudah menyesuaikan dengan falsafah
Pancasila. Tujuan pembinaan adalah mengembalikan napi
kemasyarakat. Pembinaan mengalami banyak kemajuan
misalnya adanya penelitian tentang napi dgn membuat case
study.
Sist.Baru pemasyarakatan, petugas membantu napi untuk
mampu mengenal diri sendiri. Pengenalan diri sendiri akan
tingkat kesadaran napi menjadi lebih tinggi. Tanpa mengenal
dirinya, napi tidak akan mampu memperbaiki diri dan mengubah
tingkah lakunya. Dengan pengenalan diri napi akan mampu
mengetahui kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan
yang dimiliki yang akan dijadikan pijakan bagi perubahan dirinya.
Tujuan Pembinaan
Pemidanaan berarti upaya dari negara untuk
memelihara kebutuhan dan kepentingan
umum, yaitu kebutuhan dan kepentingan
para warga negara secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri yg tidak seluruhnya dapat
dilakukan oleh warga itu sendiri. Jadi jika
seorang warga negara dirugikan oleh org
lain, dan ia tidak boleh melakukan
pembalasan maka kebutuhan dan
kepentingannya diwakili dan dijalankan oleh
negara.
Tujuan pembinaan adalah pemasyarakatan dapat
  dibagi dalam tiga hal (gagasan Saharjdo):
 1. Setelah ke luar dari LP tidak lagi
    melakukan tp.
 2. Menjadi manusia yg berguna, ber-
    peran aktif dan kreatif dalam mem-
    bangun bangsa dan negara.
3. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan
    YME dan mendapatkan kebahagiaan
    dunia dan akhirat.
Menurut C.I. Harsono, beliau
menawarkan tentang tujuan
pembinaan adalah kesadaran
(consciousness). Untuk memperoleh
kesadaran maka ia harus mengenal
dirinya sendiri.
Kesadaran sbg tujuan pembinaan
narapidana, dapat dilakukan dengan
berbagai tahap, yaitu:
•   Mengenal diri sendiri;
•   Memiliki kesadaran beragama;
•   Mengenal potensi diri;
•   Mengenal cara memotivasi;
•   Mampu memotivasi orang lain;
•   Mampu memiliki kesadaran yang tinggi, baik untuk diri sendiri,
    keluarga, kelompoknya, masyarakat sekelilingnya, agama,
    bangsa dan negaranya;
•   Mampu berfikir dan bertindak, membuat keputusan sendiri dan
    mampu bertindak sesuai dgn keputusannya. Terbentuk sikap
    mandiri;
•   Memiliki kepercayaan diri yang kuat;
•   Memiliki tanggung jawab;
•   Menjadi pribadi yg utuh, mampu menghadapi segala tantangan,
    hambatan, rintangan dalam setiap langkah kehidupannya.
A. Prinsip-prinsip Dasar Pembinaan

    Membina narapidana harus menggunakan prinsip-prinsip
     pembinaan narapidana. Terdapat empat komponen dalam
     pembinaan narapidana, yaitu:
•    Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri;
•    Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat;
•    Masyarakat, adalah orang-orang yang berada disekelilinh
     narapidana pada saat masih di luar LP/Rutan dapat
     masyarakat biasa, pemuka masyarakat atau pejabat
     setempat.
•    Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara,
     petugas keagamaan, petugas sosial, petugas LP,
     Rutan,dsb.
Di dalam proses pembinaan napi sendiri,
pembinaan muncul dari diri napi bukan org
lain. Seseorang yg ingin merubah diri
sendiri harus memilih beberapa
persyaratan, antara lain:
1. kemauan/hasrat;
2. kepercayaan diri;
3. berani mengambil keputusan;
4. berani menanggung resiko;
5. termotivasi untuk terus-menerus
   merubah diri.
Di dalam pembinaan napi, keluarga juga
 diharapkan dalam menggunakan haknya untuk
 ikut berperan aktif dalam membina anggota kel yg
 menjadi napi. Peran aktif tersebut didasarkan atas
 berbagai pertimbangan:
1. Napi ad bagian dari kel;
2. Perlu ada kerjasama antar kel dan
    LP/Rutan dlm membina napi;
3. Perlu sumbang saran, komunikasi timbal balik
    antara kel dgn LP/Rutan yg membina napi;
4. Perlu pembinaan yg terus menerus oleh pihak
    kel terhadap anggota kel yg menjadi napi.
Peran serta masyarakat juga sangat diharapkan
dalam pembinaan napi. Selain perhatian masy
kepada kel napi, kunjungan anggota masy ke LP
juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pembinaan napi serta dapat mendorong napi
untuk merubah diri menjadi lebih baik berguna
bagi masy.
Peran petugas pemerintah dan kelompok masy
sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan
napi. Pembinaan napi harus dimulai sejak
seorang napi berstatus sbg tersangka.
A. Tempat Pembinaan Narapidana

 Kita mengenal dua tempat pembinaan napi, yaitu pertama di
             dalam LP/rutan, kedua di luar LP/Rutan.
 Sebagian besar napi ditempatkan di Lp/Rutan. Sebenarnya
   napi ahrus dipidana dan dibina di LP saja. Sedang Rutan
   hanya untuk tahanan.
 Di dalam LP Napi telah kehilangan kebebasan bergerak,
   telah dirampas untuk jangka waktu tertentu bahkan seumur
   hidup.
 Di dalam LP seorang napi tidak hanya dipidana secara fisik
   tetapi juga secara psikologis. Pidana se cara psikologis
   merupakan beban yg berat bagi napi.
Dampak psikologis tersebut antara lain:
•   Loos of personality;
•   Loos of security;
•   Loos of liberty;
•   Loos of personal communication;
•   Loos of good dan service;
•   Loos of heterosexual;
•   Loos of prestige;
•   Loos of belief;
•   Loos of creativity;
SOSIALISASI : SUATU PROSES INTERAKSI
BAGI SESEORANG UNTUK MENJADI WARGA
NEGARA YANG BAIK DAN PATUH PADA
HUKUM.
PRISONIZATION: SUATU PROSES INTERAKSI
UNTUK MENJADI LEBIH KRIMINIL DARIPADA
SEBELUMNYA SESEORANG MASUK KE
DALAM PENJARA.
RESOSIALISASI: MENGEMBALIKAN DAN
MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN,
KEMAMPUAN DAN MOTIVASI SESEORANG
NARAPIDANA SEBAGAI WARGA MASYARAKAT
YG BAIK DAN BERGUNA.
Pembinaan di luar LP mulai
dikembangkan sebagai alternatif setelah
seseorang menjalani pidana di LP dan
memenuhi syarat untuk menjalani
pembinaan di luar LP.
Pembinaan tersebut antara lain:
1. Pembinaan dalam keluarga napi.
2. Pembinaan dlm LP Terbuka.
3. Bekerja atau bersekolah di luar LP.
4. Pidana waktu luang.
5. Rumah transisi.
VI. METODE PEMBINAAN
Sub Pokok Bahasan:
   Metode Pembinaan berdasarkan situasi
   Pembinaan Perorangan (Individual
   Treatment)
   Pembinaan secara Kelompok (Classical
   Treatment)
   Belajar dari Pengalaman (Experiential
   Learning)
   Auto Sugesti
METODE PEMBINAAN
Narapidana     masyarakat yg heterogen yg terdiri
dari berbagai macam manusia.
Dengan LB ekonomi, sosial, pendidikan yg tidak
sama.
Menyebabkan penyampaian materi dilakukan
dengan melihat banyak sudut pandang.
Materi pembinaan sama, hanya disampaikan
berbeda kpd beberapa napi.
Menyebabkan pembina napi harus mengenal
banyak metode pembinaan.
Krn pembinaan awal sudah dimulai pada saat napi
memasuki kehidupan LP atau Rutan.
Terdapat beberapa Metode Pembinaan sbb:

A. Metode Pembinaan Berdasarkan
  Situasi

 Dlm kehidupan sehari-hari, cenderung napi atau
  orang biasa mempunyai kecenderungan terpengaruh
  oleh situasi.
 Apakah situasi alam, sosial, kejiwaan dll.
 Mereka yg tergantung dengan situasi alam tidak
  akan merubah dirinya menjadi maju, tidak mampu
  mengenal diri, tidak akan mampu untuk merubah diri
  sendiri.
 Kecuali keadaan alam tersebut memang tidak
  mampu kita kuasai. Misal; banjir, gempa bumu, tanah
  longsor dan bencana lainnya.
 Oki, apabila para napi mampu menguasai situasi (LP
  atau Rutan), maka diharapkan para napi juga mampu
  menguasai diri sendiri, merubah diri ke arah tujuan
  hidup yg dicita-citakan.
Situasi sosial sering mempengaruhi seseorang untuk tidak
mampu berbuat atau bertindak. Misal; seorang yg merasa
miskin, cacat, berasal dari kel broken home, tidak mampu
menerima materi pembinaan atau pelajaran.
Situasi kejiwaan,juga sering mempengaruhi seseorang. Oki,
manusia tidak boleh larut tenggelam dlm situasi kejiwaan,
tetapi harus segera bangkit dan menyadari bahwa situasi
kejiwaan hanya sesaat yg berubah secara cepat dari waktu
ke waktu.
Manusia harus mampu mengantisipasi kehidupannya di
masa depan.
Penghancuran tidak akan membuat kemajuan pada diri
sendiri tetapi akan membuat kemunduran dlm kehidupan
sosial, kejiwaan, dan emosi.
Jadi di dalam pembinaan berdasarkan situasi (Situational
Treatment Method), harus mampu merubah cara berpikir
napi, untk tidak tergantung pada situasi yg menyertai
pembinaan, tetapi menguasai situasi tersebut, sehingga
pembinaan dapat diterima dengan baik dan dapat dipahami
secara sempurna.
 Pendekatan dalam Pembinaan berdasarkan situasi:
    Pendekatan dari atas (Top Down Approach)

   Materi pembinaan berasal dari pembina, atau paket
    pembinaan bagi narapidana telah disediakan dari atas.
   Napi tidak ikut menentukan jenis pembinaan yg akan
    dijalaninya, tetapi langsung saja menerima pembinaan
    dari para pembina
   Pembinaan di atas merupakan bentuk pmbinaan yg paling
    banyak digunakan oleh LP/Rutan.
   Hal ini disebabkan karena masih minimya macam
    pembinaan yg tersedia di LP/Rutan dan juga krn
    sedikitnya pembina yg dimiliki.
   Masalah yg timbul, banyak sekali pembinaan yg dilakukan
    tidak sesuai dengan kebutuhan pembinaan para napi
    sehingga hasilnya masih kurang memenuhi sasaran.
   Napi hanya merasa pembinaan yg dilakukan hanya untuk
    mengisi waktu luang saja, tidak mempunyai m inat untuk
    belajar, sehingga pembinaan akan diterima dgn
    seenaknya.
Pembinaan napi yang menggunakan pendekatan dari atas,
dipilihkan materi umum yg harus diketahui setiap napi dalam
rangka pembinaan bagi diri sendiri,untuk kehidupan di masa
mendatang setelah ke luar dari LP/Rutan.
Sedang untuk materi yg dipelajari secara khusus,
keterampilan, kemampuan berkomunikasi tidak dapat
digunakan pendekatan dari atas.
Pembinaan dari atas harus memperhatikan faktor situasi,
artinya pembina harus mampu mengubah situasi yg berada
dalam sebuah pembinaan, menjadi situasi yg benar-benar
disukaidan disepakati oleh peserta pembinaan, sehingga
mampu menghilangkan kendala situasi pribadi.
Keterikatan dengan situasi pembinaan akan sangat berguna
bagi narapidana sendiri, karena secara penuh dgn
semangat yang sama ikut berperan dlm upaya pembinaan
diri sendiri atau kelompoknya.
2. Pendekatan dari bawah (Bottom up Approach)

 Pendekatan pembinaan napi dari bawah merupakan
  suatu cara pembinaan dengan memperhatikan
  kebutuhan pembinaan atau kebutuhan belajar
  narapidana.
 Kebutuhan belajar napi tergantung pada pribadi napi
  sendiri dan fasilitas yg dimiliki oleh LP/Rutan setempat.
 Seringkali napi tidak tahu apa kebutuhan pembinaan
  bagi dirinya yg disebabkan krn napi tidak tahu dan tidak
  mengenal dirinya sendiri.
 Kesuksesan dlm membina napi terletak pada para
  pembina untuk mengenalkan napi kepada diri sendiri.
 Dengan mengenal diri napi mampu menentukan tujuan
  hidupnya, akan mampu menentukan arah perubahan
  hidupnya.
Pendekatan dari bawah, membuat napi akan
menentukan kebutuhan pembinaan, kebutuhan
belajarnya sendiri.
Pendekatan dari bawah, membawa konsekuensi
yg tinggi bagi para pembina, krn para pembina
harus mampu menyediakan sarana dan prasarana
bagi tercapainya tujuan pembinaan.
Perbedaan yg mencolok antara pendekatan dari
atas dengan pendekatan dari bawah adalah pada
tujuan yg hendak dicapai.
Tujuan yg hendak dicapai dlm pendekatan dari
atas telah ditentukan oleh pembina.
Tujuan yg hendak dicapai dlm pendekatan dari
bawah ditentukan oleh napi sendiri.
Pendekatan dari atas membuat napi menentukan arah
pembinaan, tujuan pembinaan sesuai keinginan pembina.
Pendekatan dari bawah, napi telah menentukan pembinaan
sendiri sesuai dgn tujuan yang ingin dicapainya.
Dlm menyusun rencana pembinaan bagi diri sendiri, seorang
napi juga memerlukan narasumber, konsultan, agar pembinaan
yg dipilihnya sesuai dengan kebutuhan belajar, kebutuhan
pembinaan, sistematis, berurutan dan saling menunjang.
Pendekatan dari bawah harus ditumbuhkembangkan dlm
kehidupan narapidana, agar setiap napi mempunyai inisiatif
untuk membina diri sendiri, untuk mengubah diri sendiri dan
untuk merencanakan masa depannya sendiri.
Pendekatan dari bawah juga mendidik napi untuk mampu
mengemukakan pendapatnya, mampu mngeluarkan keinginan
merubah diri sendiri untuk berpikir yg positif.
Kenyataan ini merupakan penghargaan dan pengakuan bahwa
napi adalah manusia yg harus diakui kemanusiannya. Tidak
hanya diakui sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek.
B. Metode Pembinaan Perorangan
   (Individual Treatment)

   Pembinaan napi secara perorangan, diberikan kepada napi secara
  perorangan oleh petugas pembina.
  Pembinaan perorangan tidak harus terpisah secara sendiri-sendiri,
  tetapi dapat dibina dalam kelompok bersama dan penangannya
  secara sendiri-sendiri.
  Hal ini disebabkan, krn tingkat kematangan intelektual, emosi, logika
  dari tiap-tiap napi tidak sama. Ketidaksamaan ini menuntut
  diterapkannya pembinaan secara perorangan.
  Pembinaan secara perorangan akan banyak bermanfaatjika napi
  mempunyai kemauan untuk merubah dirinya sendiri.
  Pembinaan secara perorangan juga akan mendekatkan diri petugas
  dgn napi, menghilangkan rasa takut napi terhadap petugas.
  Pemecahan masalah sedapat mungkin dibebankan kepada napi,
  beberapa alternatif pemecahan masalah didiskusikan bersama untuk
  diambil alternatif yg terbaik.
  Peran pembina hanya sebagai fasilitator, motivator agar setiap napi
  mampu memecahkan masalahnya sendiri.
  Kebiasaan memecahkan masalah akan menjadikan napi mempunyai
  rasa percaya diri yg besar dan sebagai bekal dikemudian hari setelah
  ke luar dari LP/Rutan.
 Pendekatan berdasarkan Pembinaan Perorangan
  (Individual Treatment)

1. Dari dalam diri sendiri

 Kemauan untuk membina diri sendiri dapat muncul dalam diri sendiri.
 Bila seseorang belum mampu mengenal diri sendiri, tidak akan muncuk
   keinginan untuk mmbina diri sendiri.
 Mengenal diri sendiri meruakan hal yg penting dan pokok dalam pembinaan
   narapidana.
 Peran LP/Rutan dlm dalam pembinaan apakah dapat menunjang napi setelah ia
   ke lur dari LP/Rutan.
 Pembinaan harus benar-benar dilakukan dan bukan hanya sekedar pengisi
   kegiatan di waktu luang.
 Pembinaan berorientasi pada kebutuhan kerja bagi masy, atau usaha
   kewirausahaan yg membangkitkan napi untuk dpt membina diri sendiri sesuai
   dengan tujuan dan cita-cita hidupnya.
 Apabila napi sudah mampu membina hidupnya, maka ia telah mampu untuk
   menentukan tujuan hidupnya.
 Pengenalan diri tidak hanya mampu merubah narapidana, tetapi juga mampu
   untuk membentuk mental yg posisif.
 Dengan mental posotif, napi akan mampu membentuk diri sendiri menjadi
   manuia yg baik dan akan diterima kembali oleh masy.
 Jadi pembinaan secara perseorangan yg baik ad pembinaan yg telah tumbuh
   dari dalam diri sendiri.
1. Dari luar diri sendiri

 Pembinaan secara individual terhadap napi dapat dilakukan oleh para
  pembina, baik pembina dari LP/Rutan atau pembina dari luar yaitu;
  PEMBINA KEAGAMAAN, KELOMPOK MASY, atau LSM.
 Pembinaan dari luar diri sendiri dapat merupakan pembinaan yg berasal
  atau sesuai dgn kebutuhan pembinaan napi, atau pembinaan dari luar yg
  dianggap oleh pembina perlu dilakukan.
 Pembinaan dari luar dapat berupa pembinaan sec umum artinya materinya
  umum penghayatan dan pengamalan Pancasila, etika , hukum, agama dsb.
 Pembinaan secara khusus dapat berupa konsultasi pribadi, psikologi,
  pembinaan hukum, etika, pendidikan keahlian.
 Pembinaan dari luar diri biasanya didasari atas analisa dari data pribadi
  seorang napi, yg mengharuskan seorang napi mendapat pembinaan yg
  telah ditentukan oleh pembina.
 Dapat terjadi napi yg tidak membutuhkan jenis pembinaan, tetapi krn
  berdasarkan evaluasi ia harus mendapatkan pembinaan, maka ia
  menerimanya.
 Di sini dituntut keahlian pembina untuk menyampaikan materi pembinaan
  secara baik dan memnarik bagi napi, sehingga menghasilkan pembinaan
  sesuai yg diharapkan.
 Salah satu Pembinaan dari luar diri yg terpenting adalah pengenalan diri
  sendiri.
 Mengenal sifat, kebiasaaan, kelebihan, kekurangan kepandaian ,
  keterampilan yg dimiliki napi.
C. Pembinaan Secara Kelompok (Classical Treatment)

  Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan
   dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi,
   pembentukan tim (tim building).
  Metode tergantung pada materi yg disampaikan .
  Peran kelompok harus tetap dilibatkanbaik sec
   individu maupun kel.
  Pembina dan yg dibina harus aktif.
  Materi pembinaan tudak hanya datang adri
   pembina tetapi juga dari napi atau materi yg
   menjadi kesepakatan bersama.
  Pembinaan secara kelompok diharapkan dapat
   memberikan nilai positif baik kepada masyarakat
   juga kepada keluarga.
•     Belajar dari Pengalaman
      (Experiential Learning)

    Metode lain yg dapat digunakan dalam pembinaan adalah
    metode pembinaan berdasarkan pengalaman napi atau napi
    diminta belajar dari pengalaman.
    Salah satu hal terpenting dalam belajar dari pengalaman
    adalah belajar mengenai komunikasi dan belajar dari
    pengalaman baru, baik pengalaman diri sendiri atau orang
    lain.
    Komunikasi adalah suatu proses untuk menyampaikan
    pesan dari pengirim kepada penerima melalui media tertentu
    dan dianggap telah selesai jika ada umpan balik dari
    penerima pesan yang diterima oleh pengirim pesan.
    Komponen dalam komunikasi:
     1. pengirim/penyampai pesan (sender)
     2. penerima pesan (receiver)
     3. pesan (message)
     4. media/perantara (medium)
     5. umpan balik (feedback)
Dalam komunikasi untuk mencapai hasil yg efektif, maka
  pesan harus akurat dan umpan balik juga diterima dgn
  akurat pula.
  Komunikasi seringkali mendapat hasil yg tidak diharapkan.
  Dalam berkomunikasi,manusia (juga napi) harus memjauhi
  tiga hal, yaitu:
 1. complain
 2. criticize
 3. condemn
 Comlpain berarti, jangan mengeluh tetapi ciptakannlah
  sesuatu. Mengeluh hanya melihat pada sisi yg jelek dari
  kehidupan jadi harus kita hindari dengan cara menviptakan
  sesuatu yg positif.
 Criticize berati, janganlah senang mengkritik orang lain
  sementara diri sendiri tidak senang dikritik.Kritikan tidak
  ditujukan kepada individu tetapim kepada tingkah lakunya.
 Condemn, berarti menjatuhakn, mengutuk, memvonis orang
  lain.
Hal-hal yg harus diperhatikan dalam berkomunikasi dgn
 orang lain:


1. Berkomunikasi
   Manusia harus siap berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya
   manusia tidak mau mendengar pendapat orang lain. Jika kita mau
   berhasil dalam komunikasi kita harus mau mendengar pendapat
   orang lain.
2. Berempati
   Manusia harus siap merasakan penderitaan, kebahagian, masalah
   dan kesulitan orang lain.
3. Mengerti orang lain
   Artinya kita harus mampu mengerti kemauan orang lain.
4. Ketulusan hati
   Artinya manusia harus mau melakukan segala sesuatu yg positif
   dengan ketulusan hati. Sebab apa yg ada di dalam hati manusia
   (tuluis atau tidak tulus) dalam melakukan sesuatu akan tercermin
   dalam wajah manusia.
9. Inisiatif
   Artinya manusia harus mampu membuka diri sendiri, secara terbuka
   untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berinisiatif dan berinteraksi
   secara positif dalam berkomunikasi.
1. Friendly
   Artinya manusia harus ramah, gampang bersama-sama dengan orang
    lain, untuk melakukan komunikasi. Tidak menutup diri untuk
    berkomunikasi.
3. Antusias
   Artinya dalam berkomunikasi manusia harus dapat berkomunikasi
    dengan semangat sehingga akan membuat lawan berkomunikasi jika
    tidak menutup diri.
8 Rendah hati
    Artinya keberhasilan sebuah komunikasi hanya mungkin didasari
    dengan rasa rendah hati.
9. Kemampuan komunikasi
     Artinya kita harus mampu menggunakan segenap kemampuan kita
    untuk berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya dalam hal
    mengadakan pemeriksaan dgn terdakwa atau dengan orang lain yg
    tidak dapat berbahasa Indonesia.
10. Siap menolong
     Artinya manusia tidak boleh mementingkan diri sendiri tetapi juga harus
    siap menolong orang lain.
11. Mencintai dan melayani
     Artinya dalam berkomunikasi manusia harus menggunakan prinsip
    mencintai dan melayani. JIka kita ingin berhasil dalam pembinaan napi
    dsb prinsip mencintai dan melayani harus dipegang teguh.
12. Sopan santun
    Artinya dalam berkomunikasi sopan santun tetap harus digunakan,
    menghargai menghormati orang l,ain tetap dijaga.
E. Auto Sugesti
  Auto sugesti bagian dari motivasi
  Auto sugesti adalah sarana/alat untuk
  mempengaruhi bawah sadar manusia
  dengan cara memasukan saran-
  saran/pengaruh/perintah untuk melakukan
  suatu tindakan sesuai dengan saran yg
  diberikan.
  Auto sugesti berfungsi sebagai sarana
  untuk merubah diri sendiri, mencapai
  tujuan, cita-cita dan berbuat yg lebih baik.
  Perubahan hanya mungkin dilakukan jika
  manusia mempunyai kemauan, kehendak,
  hasrat, motivasi untuk merubah diri.
Derajat motivasi dalam diri manusia:

1. Rasa puas
   Pada tahap ini seorang telah merasa puas dengan apa yang
   dicapainya dan menolak serta mengabaikan usulan untuk
   mengadakan perubahan.
2. Fatalisme
  Pada tahap ini manusia pasrah kepada nasib, sudah melihat
   kpd pentingnya perubahan, tetapi menganggap bahwa
   perubahan terjadi akibat pengaruh dari luar yang
   menentukan. Jadi perubahan tidak dirasa mulai dari diri
   sendiri.
3. Pesimisme
  Pada tahap in I seorang telah mengakui pentingnya
   perubahan, tetapi tidak melakukan tindakan untuk berubah,
   karena merasa dirinya tidak mampu, sudah tua,masih terlalu
   muda, kurang pendidikan dsb.
4. Kebimbangan
  Pada tahap ini seseorang sudah merasa bahwa perubahan
   itu penting, mempunyai minat untuk melakukan perubahan,
   tetapi takut gagal.
5. Ketidaktegasan
   Pada tahap ini manusia merasa ragu-ragu untuk melakukan
   perubahan dan hanya siap untuk melakukan perubahan jika
   diberikan dorongan, dukungan dan motivasi.
6. Komitmen
   Pada tahap ini, seorang telah melakukan penilaian yg wajar.
   Tidak memihak, dan bersedia mengambil langkah-langkah
   untuk perubahan.
7. Keyakinan
   Pada tahap seorang sudah memiliki keyakinan, yakin
   sepenuh hati akan faedah perubahan, sap untuk bertahan
   jika terjadi kemunduran yg bersifat sementara.
8. Antusiame
  Pada tahap ini seseorang telah mampu mempunyai
   keyakinan penuh , mampu melaksanakan perubahan dan
   siap untuk menjadi contoh dan panutan bagi orang lain
“Dengan auto sugesti, seseorang akan
   mampu untuk memberikan saran,
pengaruh, perintah bagi diri sendiri, dari
   diri sendiri, untuk diri sendiri agar
 melakukan perubahan sesuai dengan
      saran, pengaruh, perintah yg
                dibuatnya”.
PELAKSANAAN PIDANA PENJARA DI
  LEMBAGA PEMASYARAKATAN

More Related Content

What's hot

2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpid2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpidRonalto_Tan
 
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Rudi Sudirdja
 
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanKriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanFenti Anita Sari
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Ranielsaref
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologihudaaja
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Refleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemiluRefleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemiluAhsanul Minan
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraNakano
 
Cybercrime ppt
Cybercrime pptCybercrime ppt
Cybercrime pptyulisthg
 
P. 4 hubungan viktimologi dgn ip
P. 4 hubungan viktimologi dgn ipP. 4 hubungan viktimologi dgn ip
P. 4 hubungan viktimologi dgn ipyudikrismen1
 

What's hot (20)

2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpid2 kepentingandanasashkacpid
2 kepentingandanasashkacpid
 
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
 
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab KejahatanKriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
Kriminologi Tugas Teori2 Sebab Kejahatan
 
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSIPARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesiaPolitik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
 
Hukum kepolisian
Hukum kepolisianHukum kepolisian
Hukum kepolisian
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Rani
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologi
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Refleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemiluRefleksi sistem penegakan hukum pemilu
Refleksi sistem penegakan hukum pemilu
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
Cybercrime ppt
Cybercrime pptCybercrime ppt
Cybercrime ppt
 
Presentasi ham
Presentasi hamPresentasi ham
Presentasi ham
 
Mengenal Hukum
Mengenal Hukum Mengenal Hukum
Mengenal Hukum
 
P. 4 hubungan viktimologi dgn ip
P. 4 hubungan viktimologi dgn ipP. 4 hubungan viktimologi dgn ip
P. 4 hubungan viktimologi dgn ip
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 

Viewers also liked

standar pelayanan pemasyarakatan
standar pelayanan   pemasyarakatanstandar pelayanan   pemasyarakatan
standar pelayanan pemasyarakatanLukman Agung Widodo
 
Permenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutan
Permenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutanPermenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutan
Permenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutanLukman Agung Widodo
 
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga PemasyarakatanKepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatanmbabudik
 
Presentasi lapas salemba revisi
Presentasi lapas salemba revisiPresentasi lapas salemba revisi
Presentasi lapas salemba revisilapas-salemba
 
indikator pelaksanaan tugas pengamanan lapas
indikator pelaksanaan tugas pengamanan lapasindikator pelaksanaan tugas pengamanan lapas
indikator pelaksanaan tugas pengamanan lapasFaizal Putra
 
Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019
Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019
Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019Lukman Agung Widodo
 
Perkap 24 tahun 2007
Perkap 24 tahun 2007Perkap 24 tahun 2007
Perkap 24 tahun 2007empon_el
 
PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
PERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATANPERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATAN
PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATANHerrupribadi77
 
Privatisasi Lembaga Pemasyarakatan
Privatisasi Lembaga PemasyarakatanPrivatisasi Lembaga Pemasyarakatan
Privatisasi Lembaga PemasyarakatanTengku Syukran
 
Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...
Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...
Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...tiara2207
 
Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksiPencegahan infeksi
Pencegahan infeksiHetty Astri
 

Viewers also liked (12)

standar pelayanan pemasyarakatan
standar pelayanan   pemasyarakatanstandar pelayanan   pemasyarakatan
standar pelayanan pemasyarakatan
 
Permenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutan
Permenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutanPermenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutan
Permenkumham 33 tahun 2015 tentang pengamanan pada lapas dan rutan
 
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga PemasyarakatanKepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Kepmen Th 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
 
Presentasi lapas salemba revisi
Presentasi lapas salemba revisiPresentasi lapas salemba revisi
Presentasi lapas salemba revisi
 
indikator pelaksanaan tugas pengamanan lapas
indikator pelaksanaan tugas pengamanan lapasindikator pelaksanaan tugas pengamanan lapas
indikator pelaksanaan tugas pengamanan lapas
 
Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019
Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019
Rencana strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 2015 2019
 
Perkap 24 tahun 2007
Perkap 24 tahun 2007Perkap 24 tahun 2007
Perkap 24 tahun 2007
 
PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
PERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATANPERAN   DIREKTORAT   JENDERAL   PEMASYARAKATAN
PERAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
 
Privatisasi Lembaga Pemasyarakatan
Privatisasi Lembaga PemasyarakatanPrivatisasi Lembaga Pemasyarakatan
Privatisasi Lembaga Pemasyarakatan
 
lapas
lapaslapas
lapas
 
Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...
Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...
Ppt kelompok tentang Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Bi...
 
Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksiPencegahan infeksi
Pencegahan infeksi
 

Similar to Slide pemasyarakatan baru

Modul 2 Hukum Pidana.pptx
Modul 2 Hukum Pidana.pptxModul 2 Hukum Pidana.pptx
Modul 2 Hukum Pidana.pptxBudi953659
 
sistem pemasyarakatan.pdf
sistem pemasyarakatan.pdfsistem pemasyarakatan.pdf
sistem pemasyarakatan.pdfoktiaditia
 
Rancangan RUU Pemasyarakatan
Rancangan RUU PemasyarakatanRancangan RUU Pemasyarakatan
Rancangan RUU PemasyarakatanCIkumparan
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
Kaidah/Keyakinan agama terhadap manusia
Kaidah/Keyakinan agama terhadap manusiaKaidah/Keyakinan agama terhadap manusia
Kaidah/Keyakinan agama terhadap manusiapjj_kemenkes
 
Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologiPancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologidea merisa
 
LK 1.1 PKN_.pdf
LK 1.1 PKN_.pdfLK 1.1 PKN_.pdf
LK 1.1 PKN_.pdfsupriadymr
 
Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)
Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)
Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)Lidya Dalovya
 
BAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di MasyarakatBAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di MasyarakatRisdiana Hidayat
 
Handout pegangan siswa
Handout pegangan siswaHandout pegangan siswa
Handout pegangan siswamithayuni
 
2017D_muhammad_fakhri_wahyudi
2017D_muhammad_fakhri_wahyudi2017D_muhammad_fakhri_wahyudi
2017D_muhammad_fakhri_wahyudimuhammad fakhri
 
Kd 3 sistem hukum dan peradilan
Kd 3 sistem hukum dan peradilanKd 3 sistem hukum dan peradilan
Kd 3 sistem hukum dan peradilanradar radius
 
Nilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptx
Nilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptxNilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptx
Nilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptxMoreNoob1
 
Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga SosialHubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga SosialAdhi Panjie Gumilang
 
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docxResume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docxmalbertscool
 

Similar to Slide pemasyarakatan baru (20)

Modul 2 Hukum Pidana.pptx
Modul 2 Hukum Pidana.pptxModul 2 Hukum Pidana.pptx
Modul 2 Hukum Pidana.pptx
 
sistem pemasyarakatan.pdf
sistem pemasyarakatan.pdfsistem pemasyarakatan.pdf
sistem pemasyarakatan.pdf
 
Private prison
Private prisonPrivate prison
Private prison
 
Rancangan RUU Pemasyarakatan
Rancangan RUU PemasyarakatanRancangan RUU Pemasyarakatan
Rancangan RUU Pemasyarakatan
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Ppt roniiiiiiyyyy
Ppt roniiiiiiyyyyPpt roniiiiiiyyyy
Ppt roniiiiiiyyyy
 
Kaidah/Keyakinan agama terhadap manusia
Kaidah/Keyakinan agama terhadap manusiaKaidah/Keyakinan agama terhadap manusia
Kaidah/Keyakinan agama terhadap manusia
 
Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologiPancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologi
 
LK 1.1 PKN_.pdf
LK 1.1 PKN_.pdfLK 1.1 PKN_.pdf
LK 1.1 PKN_.pdf
 
Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)
Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)
Tugas civic education (lidya mar'athus sholihah 2012730136)
 
7 2.pdf
7 2.pdf7 2.pdf
7 2.pdf
 
BAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di MasyarakatBAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
 
BAB 1. kelas 11.pptx
BAB 1. kelas 11.pptxBAB 1. kelas 11.pptx
BAB 1. kelas 11.pptx
 
Handout pegangan siswa
Handout pegangan siswaHandout pegangan siswa
Handout pegangan siswa
 
2017D_muhammad_fakhri_wahyudi
2017D_muhammad_fakhri_wahyudi2017D_muhammad_fakhri_wahyudi
2017D_muhammad_fakhri_wahyudi
 
Kd 3 sistem hukum dan peradilan
Kd 3 sistem hukum dan peradilanKd 3 sistem hukum dan peradilan
Kd 3 sistem hukum dan peradilan
 
Nilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptx
Nilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptxNilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptx
Nilai_Moral_dan_Hukum_ppt.pptx
 
Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga SosialHubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
 
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docxResume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docx
 
Skema qiyadah fikriyah fil islam
Skema qiyadah fikriyah fil islamSkema qiyadah fikriyah fil islam
Skema qiyadah fikriyah fil islam
 

More from Keonk Hawk

penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanKeonk Hawk
 
1. kebijakan umum penanaman dana
1. kebijakan umum penanaman dana1. kebijakan umum penanaman dana
1. kebijakan umum penanaman danaKeonk Hawk
 
1. product knowledge
1. product knowledge1. product knowledge
1. product knowledgeKeonk Hawk
 
1. product knowledge
1. product knowledge1. product knowledge
1. product knowledgeKeonk Hawk
 
etika profesi hukum di indonesia
etika profesi hukum di indonesiaetika profesi hukum di indonesia
etika profesi hukum di indonesiaKeonk Hawk
 
Pembangunan desa terpadu
Pembangunan desa terpaduPembangunan desa terpadu
Pembangunan desa terpaduKeonk Hawk
 
Hukum sda analisis
Hukum sda analisisHukum sda analisis
Hukum sda analisisKeonk Hawk
 

More from Keonk Hawk (7)

penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraan
 
1. kebijakan umum penanaman dana
1. kebijakan umum penanaman dana1. kebijakan umum penanaman dana
1. kebijakan umum penanaman dana
 
1. product knowledge
1. product knowledge1. product knowledge
1. product knowledge
 
1. product knowledge
1. product knowledge1. product knowledge
1. product knowledge
 
etika profesi hukum di indonesia
etika profesi hukum di indonesiaetika profesi hukum di indonesia
etika profesi hukum di indonesia
 
Pembangunan desa terpadu
Pembangunan desa terpaduPembangunan desa terpadu
Pembangunan desa terpadu
 
Hukum sda analisis
Hukum sda analisisHukum sda analisis
Hukum sda analisis
 

Slide pemasyarakatan baru

  • 1. IV. SISTEM PEMASYARAKATAN Menurut Sahardjo: “cikal bakal pelaksanaan konsep pemidanaan berdasarkan Sistem Pemasyarakatan” Istilah: Pemasyarakatan: adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yg merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana (Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
  • 2. Sistem Pemasyarakatan: adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yg dilaksanakan sec terpadu antara pembina, yg dibina, dan masy utk meningkatkan kualitas WBP agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi TP sehingga dpt diterima kembali olh ling masy, aktif berperan dlm pembangunan, dan dpt hidup secara wajar sbg warga negara yg baik dan bertanggungjwb.
  • 3. Menurut Sahardjo juga: Bahwa tugas hukum memberikan pengayoman kpd masy, begitupun kpd narapidana, hukum harus dpt mengayomi dgn memberikan bekal bimb utk kembali ke masy. Tujuan Pidana Penjara: Pemasyarakatan
  • 4. Pemasyarakatan bukan semata-mata merupakan tujuan pemidanaan, akan tetapi merupakan suatu proses yg bertujuan memulihkan kembali kesatuan hub kehidupan penghidupan antara individu narapidana dgn narapidana lainnya maupun antara individu dgn masy dimana ia akan kembali menjadi anggotanya.
  • 5. Konprensi Dinas Pemasy di Lembang 27 April 1964 ditetapkan sbg hari Pemasyarakatan, menghasilakn 10 rumusan sebagai pedoman pelaksanaan konsep pemidanaan di Indonesia yang disebut sbg Sepuluh Prinsip Pokok Sistem Pemasyarakatan: • Orang yg tersesat diayomi jg, dgn memberikan kepadanya bekal hidup sbg warga yg baik dan berguna dlm masy; • Pidana yg dijatuhkan bkn merupakan balas dendam bagi neg. Satu-satunya derita bagi narapidana adalah hilangnya kemerdekaan bergerak; • Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dgn menyiksa melainkan dgn bimbingan;
  • 6. 1. Negara tdk berhak membuat seorang narapidana lebih buruk atau lebih jahat daripada sebelum ia masuk LP; 2. Sebelum kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus diperkenalkan kpd masyarakat dan tdk boleh diasingkan dari masy; 3. Pekerjaan yg diberikan kpd narapidana tdk boleh bersifat mengisi waktu atau hanya diperuntukan bagi kepentingan LP atau negara saja. Pekerjaan yg diberikan harus ditujukan utk pembangunan negara. 4. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan azas Pancasila.
  • 7. 1. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sbg manusia meskipun ia telah tersesat. Tidak boleh ditunjukan kpd narapidana bhw ia penjahat. 2. Narapidana itu harus dijatuhi pidana hilang kemerdekaan. 3. Sarana fisik bangunan LP dewasa ini merupakan salah satu hambatan pelaksanaan sistem pemasyarakata.
  • 8. Hal tsb berkaitan dgn Declaration of Human Right (PBB). Jadi seluruh anggota PBB dianjurkan untuk menerapkan “Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners”. Di Indonesia anjuran tsb diterapkan melalui Sist Pemasy gagasan Saharjdo yg merupakan sistem perlakuan terhadap narapidana melalui pembinaan. Sist Pemasy menghendaki adanya keterlibatan potensi di dalam masy termasuk petugas dan narapidana sendiri.
  • 9. Pemasyarakatan dikenal sbg resosialisasi/resocialization, merupakan suatu sistem pemidanaan di Indonesia sbg pengganti konsep penjara yg diabaikan mengabaikan harkat manusia terhadap seorang narapidana. Pemasyarakatan suatu konsep oleh karenanya perlu disadari dengan benar fungsi, tujuan dari pemidanaan.
  • 10. Tujuan Pemidaan dlm Konsep KUHP Nasional: a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dgn menegakkan norma hukum demi pengayoman masy; b. Memasyarakatkan narapidana dgn mengadakan pembinaan sehingga menjadikannyan org yg baik dan berguna; c. Menyelesaikan konflik yg ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dlm masy, dan d. Membebaskan rasa bersalah pada narapidana.
  • 11. Tujuan pertama, mengandung suatu pandangan memberikan perlindungan kpd masyarakat dr kejht; Tujuan kedua, pemidanaan bermaksud utk meresosialisasi narapidana dan mengintegrasikan yg bersangkutan ke dlm masy; Tujuan ketiga, dihubungkan dgn reaksi adat adalah untuk mengembalikan keseimbangan di dlm masy yg telah terganggu oleh suatu TP; (apabila ini diabaikan maka masy akan melakukan tindakan sendiri yg dianggapnya akan memberi keseimbangan dlm masy tsb. Tujuan keempat, membebaskan rasa bersalah napi lebih kpd tujuan spiritual. Perlu mendapatkan perhatian meskipun pidana nestapa baginya, akan tetapi pelaksanan pemidanaan tdk utk menderitakan terlebih lg merendahkan martabat.
  • 12. Perbandingan dgn tujuan pemidanaan di Jepang, ada 5 yaitu: pembalasan (retribution); menakut-nakuti sec umum (general deterrence); menakut-nakuti sec khusus (special deterrence); membuat tidak mampu (incapacitation); memperbaiki (rehabilitation).
  • 13. Penggolongan tujuan pemidanaan di Negeri Belanda: Tujuan utk mempengaruhi perilaku manusia yg sesuai dgn aturan hk. Dlm gol ini tujuan dpt dibedakan antara pengaruh yg ditujukan kpd para pelanggar hk dan perilaku org2x lainnya; Tujuan menghilangkan keresahan dan keadaan tdk damai yg ditimbulkan oleh terjadinya TP, yg lazim disebut penyelesaian konflik.
  • 14. OKI, LEMBAGA PEMASYARAKATAN sebagai komponen akhir dari Sistem Peradilan Pidana yang diibaratkan sebagai ban berjalan, yg dlm hal ini hrs menunjukan keberhasilan produk sec utuh. Gambaran keberhasilan pencegahan dan pemberantasan kejahatan hrs dpt dilihat sbg produk akhir, jd penjaga pintu akhir sistem ini ad LP.
  • 15. LP bukan saja membina narapidana sedemikian rupa sehingga dpt kembali ke masy dgn mematuhi kembali norma2x yg ada dlm masy, akan tetapi jg dpt memberikan peringatan kpd masy utk tdk berbuat TP. Peran lain dari LP yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya. Dimana kesempatan pembinaan di LP dpt dipergunakan utk pembangunan.
  • 16. MENGENAI PEMBINAAN AKAN DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN SELANJUTNYA. “SISTEM BARU PEMBINAAN NARAPIDANA”
  • 17. V. SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA A. PEMBINAAN NARAPIDANA Pembinaan napi ad suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan. Terdiri dari 14 komponen, yaitu: 1. Falsafah 2. Dasar Hukum 3. Tujuan 4. Pendekatan sistem 5. Klasifikasi 6. Pendekatan klasifikasi 7. Perlakuan terhadap napi 8. Orientasi pembinaan 9. Sifat pembinaan 10. Remisi 11. Bentuk bangunan 12. Narapidana 13. Keluarga napi 14. Pembina/Pemerintah
  • 18. Ad 1. Falsafah 1.Sist. Kepenjaraan (Reglement Penjara) Stbl 1917 No.708. 2.Sist. Pemasyarakatan (Pancasila) 3.Sist Baru Pemasyarakatan (Pancasila) Ad 2. Dasar Hukum 1.Sist. Kepenjaraan Gestichten Reglement (Reglement Penjara) Stbl 1917 No.708. 2.Sist. Pemasyarakatan Gestichten Reglement (Reglement Penjara) Stbl 1917 No.708 dgn perubahannya 3. Sist Baru Pemasyarakatan (dirumuskan dlm undang- undang nasional)
  • 19. Ad 3. Tujuan 1.Sist. Kepenjaraan, tujuan pemidanaan ad: penjeraan 2.Sist. Pemasyarakatan, tujuan pemidanaan ad: pembinaan dan bimbingan. 3.Sist Baru Pemasyarakatan, tujuan pemidanaan ad: meningkatkan kesadaran (consciousness) narapidana akan eksistensinya sebagai manusia.
  • 20. Ad 4. Pendekatan Sistem 1.Sist. Kepenjaraan: Security approach “Pendekatan keamanan”(Keamanan penjara lebih diutamakan). Napi cenderung hanya sbg obyek. Diberi nomor, dikalsifikasikan menrt berat ringannya tp yg dilakukan, lamanya pidana. 2.Sist. Pemasyarakatan, masih “Pendekatan Keamanan”. Ditambah dengan pembinaan & bimbingan 3.Sist Baru Pemasyarakatan, Pendekatan kesadaran (consciousness approach). Gabungan antara pendekatan keamanan dan pembinaan.
  • 21. Ad. 5 Klasifikasi Sist. Kepenjaraan ada klasifikasi pidana (Dikenal B-I, B-II-a, B- II-b, B-III). Ada Maximum Security. Sist. Pemasyarakatan, klasifikasi masih digunakan hanya saja berbeda dlm pengawasan. Ada 3 klasifikasi pengwsan: 1. maximal security; (B-I, resedivis, subversi, moord, perampokan, pencurian dgn kekerasan, atau beberapa napi yg membahayakan LP) 2. medium security; napi yg lebih ringan pidananya atau pidana berat tepai mendapatkan pembinaan dan menunjukan tingkah laku yg baik dlm LP. 3. minimum security; napi yg mendapat pembinaan dan pengawasan ringan
  • 22. 3. Sist Baru Pemasyarakatan: pembagian kalsifikasi terhadap mereka yg memiliki: a.High consciousness, atau kesadaran penuh yaitu ditujukan kpd narapidana yg sec mental-spiritual telah mengenal dirinya sendiri, mampu memotivasi dirinya sendiri utnuk tetap teguh berkembang ke arah positif. Jd mampu berfikir sec positif menjalankan perinsip hidup yg benar dan hakiki serta mengembangkan diri ke arah positif. b.Half consciousness, napi yg masih setengah sadar akan dirinya, baru tergugah hatinya ketika tahu akan nilai-nilai positif dlm hidup. c.Low consciousness, yaitu napi yg masih sangat rendah tingkat kesadaran dirinya, baru sja masuk dlm lingkungan LP dan belum pernah merasakan pembinaan utk mengenal diri.
  • 23. Ad. 6 Pendekatan Klasifikasi Sist. Kepenjaraaan: Maximum security Sist. Pemasy: Max, Med, Min security Sist. Baru Pemasy: High, Half, Low Conscouosness Ad.7 Perlakuan Narapidana • Sist. Kepenjaraan, napi sbg obyek. Eksistensinya sbg napi kurang dihargai, tdk diberi pembinaan tetapi tenaganya sering digunakan utk kepentingan penjara. • Sist. Pemasyarakatan, memberlakukan napi sbg subyek, faktor manusiawi lebih banyak, eksistensi manusia lebih ditonjolkan, napi sudah dibina kelak tidak menggulangi perbuatan. • Sist. Baru Pemasyarakatan, napi sbg obyek dan subyek. Dasarnya kemampuan manusia untuk tetap memperlakukan manusia sbg manusia yg mempunyai eksistensi sejajar dgn manusia lain. Subyek di sini ad: sbg kesamaan, kesejajaran, sama-sama sbg manusia.
  • 24. Ad. 8 Orientasi Pembinaan Sist. Kepenjaraaan, pembinaan bersifat Top Down Approach. Pembinaan yg dilakukan berdasarkan program-program yg sdh ditentukan dan narapidana hrs ikut didalamnya. TDA, juga didasarkan pada pertimbangan keamanan, keterbatasan sarana pembinaan dan pandangan napi hanya sebagai obyek. Di sini eksistensi napi dlm membangung diri atau kelompoknya kurang diperhatikan. Sist. Pemasyarakatan, orientasi di atas masih tetap dipertahankan. Sbg TDA, napi tdk dapat menentukan pekerjaan atau jenis pembinaan yg dipilih dan dan sangat dibutuhkannya. Sering terjadi ketidaksesuaian antara kebutuhan belajar napi dgn sarana pendidikan yg ada. Sist. Baru Pemasyarakatan, orientasi pembinaan harus diubah. Orientasi menjadi Bottom Up Approach, yaitu pembinaan yg berdasarkan kebutuhan belajar narapidana. Sebelum mengetahui pembinaan yg diberikan, napi diwajibkan mengikuti pre test dahulu guna mengetahui tingkat pengetahuan, keahlian dan hasrat belajar napi.
  • 25. Ad. 9 Sifat Pekerjaan Sist. Kepenjaraan, pemberian pekerjaan lebih bersifat ekspliotasi tenaga napi untuk menghasilkan produk yg mempunyai nilai ekonomis.Pertimbangan lain krn napi telah merugikan masyarakat dan negara jadi diharapkan mampu menghasilkan nilai ekonomis untuk negara. Sist. Pemasyarakatan, sifat pemberian kerja kpd narapidana ad pembinaan dgn melatih bekerja bagi narapidana agar sekembalinya ke masyarakat memiliki kepandaian untuk bekal hidup dan tidak lagi melakukan TP. Masih bersifat TDA . Sist. Baru Pemasyarakatan, sifat pekerjaan yaitu menanamkan rasa percaya diri, kemampuan mengembangkan diri sendiri sehingga mampu mandiri. Sifat pemberian pekerjaan/pembinaan bertitik tolak dari pembinaan diri sendiri dan tujuan hidup yg ingin dicapai. Serta latihan khusus problem solving.
  • 26. Ad 10. Remisi Pengurangan hukuman selama napi menjalani hukuman berubah dari waktu ke waktu. Sist. Kepenjaraan, remisi sebagai anugerah, artinya anugerah pemerintah kpd napi. Dalam Gestichen Reglement, remisi diberikan hanya pada hari ulang tahun Ratu Belanda. Baru pd th 1950 berdasarkan Keppres No. 156/1950, remisi diberikan pada Hut RI. Sist. Pemasyarakatan, remisi sebagai hak napi yg memenuhi persyaratan yg telah ditetapkan. Sist. Baru Pemasyarakatan, remisi ditempatkan sbg salah satu motivasi bagi napi untuk membina diri sendiri, karena remisi di sini sbg hak dan kewajiban napi.Artinya jika napi benar-benar melaksanakan kewajibannya, ia berhak untuk mendapatkan remisi.
  • 27. Ad 11. Bentuk Bangunan Sist. Kepenjaraan, bangunan penjara dirancang secara khusus untuk membuat jera para pelaku. Bangunan penjara dirancang sedemikian rupa membuat org tidak kerasan, tidak suka tinggal di penjara. Muncul silent system, yaitu sel khusus satu org, dgn pintu rangkap yaitu pintu jeruji diberi rangkap dgn pintu kayu. Sist. Pemasyarakatan, bangunan penjara masih dipergunakan, hanya nama berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan. Di sini juga ada LP Terbuka. Sist. Baru Pembinaan/Pemasyarakatan, bangunan LP mendapat prioritas khusus. Bentuk lain yg diterapkan untuk mengubah image penjara, adalah memperbanyak kemungkinan pemberian pidana di luar LP. Bentuk bangunan seperti Half Way House, yaitu bangunan LP yg hanya digunakan oleh napi untuk tidur saja. Disiang hari para napi melakukan kegiatan positif lainnya. Pengawasan hanya pada malam hari saja. Dan bangunan rumah ini bisa dlm lingkungan pemukiman penduduk atau rumah pidana susun.
  • 28. Ad 12. Narapidana • Sist. Kepenjaraan, peranan napi untuk membina dirinya sendiri sama sekali tidak diperhatikan. Napi tidak dibina dibiarkan saja. Tugas penjara hanya mengawasi napi agar tdk membuat keonaran. Pendidikan dan pekerjaan hanya bersifat ekonomis. • Sist. Pemasyarakatan, napi sudah diperlakukan sbg subyek pembinaan dan diperlakukan secara manusiawi.Tujuan pemidanaan sbg pembinaa. • Sist. Baru pemasyarakatan, napi dibawa kearah pengenalan diri sendiri dengan beberapa metode sehingga mengetahui potensi yg ada di dalam dirinya. Bekal untuk membina orang lain/kelompoknya.
  • 29. Ad 13. Keluarga/Masyarakat • Sist. Kepenjaraaan, peranan keluarga dan masyarakat kurang mendapat perhatian. Kel dan masy tidak diberikan kesempatan utk berpartisipasi dlm pembinaan napi. Napi bahkan dijauhkan dari kel dan masy krn dianggap menggangu ketertiban masy. • Sist. Pemasyarakatan, sudah mulai muncul pentingnya hub napi dgn kel dan masy. Tersedianya media cetak, telivisi, radio memperlancar hub napi dan masy. • Sist. Baru pemasyarakatan, peran kel dan masy sbg komponen yg berperan penting dlm pembinaan napi. Misal dengan pengumpulan sejumlah kel napi dan diberikan pengertian tentang pentingnya kel dlm pembinaan napi. Kel diberikan lap perkembangan napi tahap dmi tahap. Masy juga harus mengetahui sec jelas mengenai program-program dan tahap pembinaan napi di LP.
  • 30. Ad. 14 Pembina/Pemerintah Sist. Kepenjaraan, peran petugas sbg pembinan adalah membuat jera para napiagar tidak mengulangi perbuatannya. Cara membuat jera napi dirasakan kuramng manusiawi. Sist. Pemasyarakatan, sudah menyesuaikan dengan falsafah Pancasila. Tujuan pembinaan adalah mengembalikan napi kemasyarakat. Pembinaan mengalami banyak kemajuan misalnya adanya penelitian tentang napi dgn membuat case study. Sist.Baru pemasyarakatan, petugas membantu napi untuk mampu mengenal diri sendiri. Pengenalan diri sendiri akan tingkat kesadaran napi menjadi lebih tinggi. Tanpa mengenal dirinya, napi tidak akan mampu memperbaiki diri dan mengubah tingkah lakunya. Dengan pengenalan diri napi akan mampu mengetahui kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki yang akan dijadikan pijakan bagi perubahan dirinya.
  • 31. Tujuan Pembinaan Pemidanaan berarti upaya dari negara untuk memelihara kebutuhan dan kepentingan umum, yaitu kebutuhan dan kepentingan para warga negara secara bersama-sama atau sendiri-sendiri yg tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh warga itu sendiri. Jadi jika seorang warga negara dirugikan oleh org lain, dan ia tidak boleh melakukan pembalasan maka kebutuhan dan kepentingannya diwakili dan dijalankan oleh negara.
  • 32. Tujuan pembinaan adalah pemasyarakatan dapat dibagi dalam tiga hal (gagasan Saharjdo): 1. Setelah ke luar dari LP tidak lagi melakukan tp. 2. Menjadi manusia yg berguna, ber- peran aktif dan kreatif dalam mem- bangun bangsa dan negara. 3. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
  • 33. Menurut C.I. Harsono, beliau menawarkan tentang tujuan pembinaan adalah kesadaran (consciousness). Untuk memperoleh kesadaran maka ia harus mengenal dirinya sendiri. Kesadaran sbg tujuan pembinaan narapidana, dapat dilakukan dengan berbagai tahap, yaitu:
  • 34. Mengenal diri sendiri; • Memiliki kesadaran beragama; • Mengenal potensi diri; • Mengenal cara memotivasi; • Mampu memotivasi orang lain; • Mampu memiliki kesadaran yang tinggi, baik untuk diri sendiri, keluarga, kelompoknya, masyarakat sekelilingnya, agama, bangsa dan negaranya; • Mampu berfikir dan bertindak, membuat keputusan sendiri dan mampu bertindak sesuai dgn keputusannya. Terbentuk sikap mandiri; • Memiliki kepercayaan diri yang kuat; • Memiliki tanggung jawab; • Menjadi pribadi yg utuh, mampu menghadapi segala tantangan, hambatan, rintangan dalam setiap langkah kehidupannya.
  • 35. A. Prinsip-prinsip Dasar Pembinaan Membina narapidana harus menggunakan prinsip-prinsip pembinaan narapidana. Terdapat empat komponen dalam pembinaan narapidana, yaitu: • Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri; • Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat; • Masyarakat, adalah orang-orang yang berada disekelilinh narapidana pada saat masih di luar LP/Rutan dapat masyarakat biasa, pemuka masyarakat atau pejabat setempat. • Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas keagamaan, petugas sosial, petugas LP, Rutan,dsb.
  • 36. Di dalam proses pembinaan napi sendiri, pembinaan muncul dari diri napi bukan org lain. Seseorang yg ingin merubah diri sendiri harus memilih beberapa persyaratan, antara lain: 1. kemauan/hasrat; 2. kepercayaan diri; 3. berani mengambil keputusan; 4. berani menanggung resiko; 5. termotivasi untuk terus-menerus merubah diri.
  • 37. Di dalam pembinaan napi, keluarga juga diharapkan dalam menggunakan haknya untuk ikut berperan aktif dalam membina anggota kel yg menjadi napi. Peran aktif tersebut didasarkan atas berbagai pertimbangan: 1. Napi ad bagian dari kel; 2. Perlu ada kerjasama antar kel dan LP/Rutan dlm membina napi; 3. Perlu sumbang saran, komunikasi timbal balik antara kel dgn LP/Rutan yg membina napi; 4. Perlu pembinaan yg terus menerus oleh pihak kel terhadap anggota kel yg menjadi napi.
  • 38. Peran serta masyarakat juga sangat diharapkan dalam pembinaan napi. Selain perhatian masy kepada kel napi, kunjungan anggota masy ke LP juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pembinaan napi serta dapat mendorong napi untuk merubah diri menjadi lebih baik berguna bagi masy. Peran petugas pemerintah dan kelompok masy sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan napi. Pembinaan napi harus dimulai sejak seorang napi berstatus sbg tersangka.
  • 39. A. Tempat Pembinaan Narapidana Kita mengenal dua tempat pembinaan napi, yaitu pertama di dalam LP/rutan, kedua di luar LP/Rutan.  Sebagian besar napi ditempatkan di Lp/Rutan. Sebenarnya napi ahrus dipidana dan dibina di LP saja. Sedang Rutan hanya untuk tahanan.  Di dalam LP Napi telah kehilangan kebebasan bergerak, telah dirampas untuk jangka waktu tertentu bahkan seumur hidup.  Di dalam LP seorang napi tidak hanya dipidana secara fisik tetapi juga secara psikologis. Pidana se cara psikologis merupakan beban yg berat bagi napi.
  • 40. Dampak psikologis tersebut antara lain: • Loos of personality; • Loos of security; • Loos of liberty; • Loos of personal communication; • Loos of good dan service; • Loos of heterosexual; • Loos of prestige; • Loos of belief; • Loos of creativity;
  • 41. SOSIALISASI : SUATU PROSES INTERAKSI BAGI SESEORANG UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK DAN PATUH PADA HUKUM. PRISONIZATION: SUATU PROSES INTERAKSI UNTUK MENJADI LEBIH KRIMINIL DARIPADA SEBELUMNYA SESEORANG MASUK KE DALAM PENJARA. RESOSIALISASI: MENGEMBALIKAN DAN MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN, KEMAMPUAN DAN MOTIVASI SESEORANG NARAPIDANA SEBAGAI WARGA MASYARAKAT YG BAIK DAN BERGUNA.
  • 42. Pembinaan di luar LP mulai dikembangkan sebagai alternatif setelah seseorang menjalani pidana di LP dan memenuhi syarat untuk menjalani pembinaan di luar LP. Pembinaan tersebut antara lain: 1. Pembinaan dalam keluarga napi. 2. Pembinaan dlm LP Terbuka. 3. Bekerja atau bersekolah di luar LP. 4. Pidana waktu luang. 5. Rumah transisi.
  • 43. VI. METODE PEMBINAAN Sub Pokok Bahasan: Metode Pembinaan berdasarkan situasi Pembinaan Perorangan (Individual Treatment) Pembinaan secara Kelompok (Classical Treatment) Belajar dari Pengalaman (Experiential Learning) Auto Sugesti
  • 44. METODE PEMBINAAN Narapidana masyarakat yg heterogen yg terdiri dari berbagai macam manusia. Dengan LB ekonomi, sosial, pendidikan yg tidak sama. Menyebabkan penyampaian materi dilakukan dengan melihat banyak sudut pandang. Materi pembinaan sama, hanya disampaikan berbeda kpd beberapa napi. Menyebabkan pembina napi harus mengenal banyak metode pembinaan. Krn pembinaan awal sudah dimulai pada saat napi memasuki kehidupan LP atau Rutan.
  • 45. Terdapat beberapa Metode Pembinaan sbb: A. Metode Pembinaan Berdasarkan Situasi  Dlm kehidupan sehari-hari, cenderung napi atau orang biasa mempunyai kecenderungan terpengaruh oleh situasi.  Apakah situasi alam, sosial, kejiwaan dll.  Mereka yg tergantung dengan situasi alam tidak akan merubah dirinya menjadi maju, tidak mampu mengenal diri, tidak akan mampu untuk merubah diri sendiri.  Kecuali keadaan alam tersebut memang tidak mampu kita kuasai. Misal; banjir, gempa bumu, tanah longsor dan bencana lainnya.  Oki, apabila para napi mampu menguasai situasi (LP atau Rutan), maka diharapkan para napi juga mampu menguasai diri sendiri, merubah diri ke arah tujuan hidup yg dicita-citakan.
  • 46. Situasi sosial sering mempengaruhi seseorang untuk tidak mampu berbuat atau bertindak. Misal; seorang yg merasa miskin, cacat, berasal dari kel broken home, tidak mampu menerima materi pembinaan atau pelajaran. Situasi kejiwaan,juga sering mempengaruhi seseorang. Oki, manusia tidak boleh larut tenggelam dlm situasi kejiwaan, tetapi harus segera bangkit dan menyadari bahwa situasi kejiwaan hanya sesaat yg berubah secara cepat dari waktu ke waktu. Manusia harus mampu mengantisipasi kehidupannya di masa depan. Penghancuran tidak akan membuat kemajuan pada diri sendiri tetapi akan membuat kemunduran dlm kehidupan sosial, kejiwaan, dan emosi. Jadi di dalam pembinaan berdasarkan situasi (Situational Treatment Method), harus mampu merubah cara berpikir napi, untk tidak tergantung pada situasi yg menyertai pembinaan, tetapi menguasai situasi tersebut, sehingga pembinaan dapat diterima dengan baik dan dapat dipahami secara sempurna.
  • 47.  Pendekatan dalam Pembinaan berdasarkan situasi: Pendekatan dari atas (Top Down Approach)  Materi pembinaan berasal dari pembina, atau paket pembinaan bagi narapidana telah disediakan dari atas.  Napi tidak ikut menentukan jenis pembinaan yg akan dijalaninya, tetapi langsung saja menerima pembinaan dari para pembina  Pembinaan di atas merupakan bentuk pmbinaan yg paling banyak digunakan oleh LP/Rutan.  Hal ini disebabkan karena masih minimya macam pembinaan yg tersedia di LP/Rutan dan juga krn sedikitnya pembina yg dimiliki.  Masalah yg timbul, banyak sekali pembinaan yg dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan pembinaan para napi sehingga hasilnya masih kurang memenuhi sasaran.  Napi hanya merasa pembinaan yg dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang saja, tidak mempunyai m inat untuk belajar, sehingga pembinaan akan diterima dgn seenaknya.
  • 48. Pembinaan napi yang menggunakan pendekatan dari atas, dipilihkan materi umum yg harus diketahui setiap napi dalam rangka pembinaan bagi diri sendiri,untuk kehidupan di masa mendatang setelah ke luar dari LP/Rutan. Sedang untuk materi yg dipelajari secara khusus, keterampilan, kemampuan berkomunikasi tidak dapat digunakan pendekatan dari atas. Pembinaan dari atas harus memperhatikan faktor situasi, artinya pembina harus mampu mengubah situasi yg berada dalam sebuah pembinaan, menjadi situasi yg benar-benar disukaidan disepakati oleh peserta pembinaan, sehingga mampu menghilangkan kendala situasi pribadi. Keterikatan dengan situasi pembinaan akan sangat berguna bagi narapidana sendiri, karena secara penuh dgn semangat yang sama ikut berperan dlm upaya pembinaan diri sendiri atau kelompoknya.
  • 49. 2. Pendekatan dari bawah (Bottom up Approach)  Pendekatan pembinaan napi dari bawah merupakan suatu cara pembinaan dengan memperhatikan kebutuhan pembinaan atau kebutuhan belajar narapidana.  Kebutuhan belajar napi tergantung pada pribadi napi sendiri dan fasilitas yg dimiliki oleh LP/Rutan setempat.  Seringkali napi tidak tahu apa kebutuhan pembinaan bagi dirinya yg disebabkan krn napi tidak tahu dan tidak mengenal dirinya sendiri.  Kesuksesan dlm membina napi terletak pada para pembina untuk mengenalkan napi kepada diri sendiri.  Dengan mengenal diri napi mampu menentukan tujuan hidupnya, akan mampu menentukan arah perubahan hidupnya.
  • 50. Pendekatan dari bawah, membuat napi akan menentukan kebutuhan pembinaan, kebutuhan belajarnya sendiri. Pendekatan dari bawah, membawa konsekuensi yg tinggi bagi para pembina, krn para pembina harus mampu menyediakan sarana dan prasarana bagi tercapainya tujuan pembinaan. Perbedaan yg mencolok antara pendekatan dari atas dengan pendekatan dari bawah adalah pada tujuan yg hendak dicapai. Tujuan yg hendak dicapai dlm pendekatan dari atas telah ditentukan oleh pembina. Tujuan yg hendak dicapai dlm pendekatan dari bawah ditentukan oleh napi sendiri.
  • 51. Pendekatan dari atas membuat napi menentukan arah pembinaan, tujuan pembinaan sesuai keinginan pembina. Pendekatan dari bawah, napi telah menentukan pembinaan sendiri sesuai dgn tujuan yang ingin dicapainya. Dlm menyusun rencana pembinaan bagi diri sendiri, seorang napi juga memerlukan narasumber, konsultan, agar pembinaan yg dipilihnya sesuai dengan kebutuhan belajar, kebutuhan pembinaan, sistematis, berurutan dan saling menunjang. Pendekatan dari bawah harus ditumbuhkembangkan dlm kehidupan narapidana, agar setiap napi mempunyai inisiatif untuk membina diri sendiri, untuk mengubah diri sendiri dan untuk merencanakan masa depannya sendiri. Pendekatan dari bawah juga mendidik napi untuk mampu mengemukakan pendapatnya, mampu mngeluarkan keinginan merubah diri sendiri untuk berpikir yg positif. Kenyataan ini merupakan penghargaan dan pengakuan bahwa napi adalah manusia yg harus diakui kemanusiannya. Tidak hanya diakui sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek.
  • 52. B. Metode Pembinaan Perorangan (Individual Treatment) Pembinaan napi secara perorangan, diberikan kepada napi secara perorangan oleh petugas pembina. Pembinaan perorangan tidak harus terpisah secara sendiri-sendiri, tetapi dapat dibina dalam kelompok bersama dan penangannya secara sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan, krn tingkat kematangan intelektual, emosi, logika dari tiap-tiap napi tidak sama. Ketidaksamaan ini menuntut diterapkannya pembinaan secara perorangan. Pembinaan secara perorangan akan banyak bermanfaatjika napi mempunyai kemauan untuk merubah dirinya sendiri. Pembinaan secara perorangan juga akan mendekatkan diri petugas dgn napi, menghilangkan rasa takut napi terhadap petugas. Pemecahan masalah sedapat mungkin dibebankan kepada napi, beberapa alternatif pemecahan masalah didiskusikan bersama untuk diambil alternatif yg terbaik. Peran pembina hanya sebagai fasilitator, motivator agar setiap napi mampu memecahkan masalahnya sendiri. Kebiasaan memecahkan masalah akan menjadikan napi mempunyai rasa percaya diri yg besar dan sebagai bekal dikemudian hari setelah ke luar dari LP/Rutan.
  • 53.  Pendekatan berdasarkan Pembinaan Perorangan (Individual Treatment) 1. Dari dalam diri sendiri  Kemauan untuk membina diri sendiri dapat muncul dalam diri sendiri.  Bila seseorang belum mampu mengenal diri sendiri, tidak akan muncuk keinginan untuk mmbina diri sendiri.  Mengenal diri sendiri meruakan hal yg penting dan pokok dalam pembinaan narapidana.  Peran LP/Rutan dlm dalam pembinaan apakah dapat menunjang napi setelah ia ke lur dari LP/Rutan.  Pembinaan harus benar-benar dilakukan dan bukan hanya sekedar pengisi kegiatan di waktu luang.  Pembinaan berorientasi pada kebutuhan kerja bagi masy, atau usaha kewirausahaan yg membangkitkan napi untuk dpt membina diri sendiri sesuai dengan tujuan dan cita-cita hidupnya.  Apabila napi sudah mampu membina hidupnya, maka ia telah mampu untuk menentukan tujuan hidupnya.  Pengenalan diri tidak hanya mampu merubah narapidana, tetapi juga mampu untuk membentuk mental yg posisif.  Dengan mental posotif, napi akan mampu membentuk diri sendiri menjadi manuia yg baik dan akan diterima kembali oleh masy.  Jadi pembinaan secara perseorangan yg baik ad pembinaan yg telah tumbuh dari dalam diri sendiri.
  • 54. 1. Dari luar diri sendiri  Pembinaan secara individual terhadap napi dapat dilakukan oleh para pembina, baik pembina dari LP/Rutan atau pembina dari luar yaitu; PEMBINA KEAGAMAAN, KELOMPOK MASY, atau LSM.  Pembinaan dari luar diri sendiri dapat merupakan pembinaan yg berasal atau sesuai dgn kebutuhan pembinaan napi, atau pembinaan dari luar yg dianggap oleh pembina perlu dilakukan.  Pembinaan dari luar dapat berupa pembinaan sec umum artinya materinya umum penghayatan dan pengamalan Pancasila, etika , hukum, agama dsb.  Pembinaan secara khusus dapat berupa konsultasi pribadi, psikologi, pembinaan hukum, etika, pendidikan keahlian.  Pembinaan dari luar diri biasanya didasari atas analisa dari data pribadi seorang napi, yg mengharuskan seorang napi mendapat pembinaan yg telah ditentukan oleh pembina.  Dapat terjadi napi yg tidak membutuhkan jenis pembinaan, tetapi krn berdasarkan evaluasi ia harus mendapatkan pembinaan, maka ia menerimanya.  Di sini dituntut keahlian pembina untuk menyampaikan materi pembinaan secara baik dan memnarik bagi napi, sehingga menghasilkan pembinaan sesuai yg diharapkan.  Salah satu Pembinaan dari luar diri yg terpenting adalah pengenalan diri sendiri.  Mengenal sifat, kebiasaaan, kelebihan, kekurangan kepandaian , keterampilan yg dimiliki napi.
  • 55. C. Pembinaan Secara Kelompok (Classical Treatment) Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi, pembentukan tim (tim building). Metode tergantung pada materi yg disampaikan . Peran kelompok harus tetap dilibatkanbaik sec individu maupun kel. Pembina dan yg dibina harus aktif. Materi pembinaan tudak hanya datang adri pembina tetapi juga dari napi atau materi yg menjadi kesepakatan bersama. Pembinaan secara kelompok diharapkan dapat memberikan nilai positif baik kepada masyarakat juga kepada keluarga.
  • 56. Belajar dari Pengalaman (Experiential Learning) Metode lain yg dapat digunakan dalam pembinaan adalah metode pembinaan berdasarkan pengalaman napi atau napi diminta belajar dari pengalaman. Salah satu hal terpenting dalam belajar dari pengalaman adalah belajar mengenai komunikasi dan belajar dari pengalaman baru, baik pengalaman diri sendiri atau orang lain. Komunikasi adalah suatu proses untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima melalui media tertentu dan dianggap telah selesai jika ada umpan balik dari penerima pesan yang diterima oleh pengirim pesan. Komponen dalam komunikasi: 1. pengirim/penyampai pesan (sender) 2. penerima pesan (receiver) 3. pesan (message) 4. media/perantara (medium) 5. umpan balik (feedback)
  • 57. Dalam komunikasi untuk mencapai hasil yg efektif, maka pesan harus akurat dan umpan balik juga diterima dgn akurat pula. Komunikasi seringkali mendapat hasil yg tidak diharapkan. Dalam berkomunikasi,manusia (juga napi) harus memjauhi tiga hal, yaitu: 1. complain 2. criticize 3. condemn  Comlpain berarti, jangan mengeluh tetapi ciptakannlah sesuatu. Mengeluh hanya melihat pada sisi yg jelek dari kehidupan jadi harus kita hindari dengan cara menviptakan sesuatu yg positif.  Criticize berati, janganlah senang mengkritik orang lain sementara diri sendiri tidak senang dikritik.Kritikan tidak ditujukan kepada individu tetapim kepada tingkah lakunya.  Condemn, berarti menjatuhakn, mengutuk, memvonis orang lain.
  • 58. Hal-hal yg harus diperhatikan dalam berkomunikasi dgn orang lain: 1. Berkomunikasi Manusia harus siap berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya manusia tidak mau mendengar pendapat orang lain. Jika kita mau berhasil dalam komunikasi kita harus mau mendengar pendapat orang lain. 2. Berempati Manusia harus siap merasakan penderitaan, kebahagian, masalah dan kesulitan orang lain. 3. Mengerti orang lain Artinya kita harus mampu mengerti kemauan orang lain. 4. Ketulusan hati Artinya manusia harus mau melakukan segala sesuatu yg positif dengan ketulusan hati. Sebab apa yg ada di dalam hati manusia (tuluis atau tidak tulus) dalam melakukan sesuatu akan tercermin dalam wajah manusia. 9. Inisiatif Artinya manusia harus mampu membuka diri sendiri, secara terbuka untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berinisiatif dan berinteraksi secara positif dalam berkomunikasi.
  • 59. 1. Friendly Artinya manusia harus ramah, gampang bersama-sama dengan orang lain, untuk melakukan komunikasi. Tidak menutup diri untuk berkomunikasi. 3. Antusias Artinya dalam berkomunikasi manusia harus dapat berkomunikasi dengan semangat sehingga akan membuat lawan berkomunikasi jika tidak menutup diri. 8 Rendah hati Artinya keberhasilan sebuah komunikasi hanya mungkin didasari dengan rasa rendah hati. 9. Kemampuan komunikasi Artinya kita harus mampu menggunakan segenap kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya dalam hal mengadakan pemeriksaan dgn terdakwa atau dengan orang lain yg tidak dapat berbahasa Indonesia. 10. Siap menolong Artinya manusia tidak boleh mementingkan diri sendiri tetapi juga harus siap menolong orang lain. 11. Mencintai dan melayani Artinya dalam berkomunikasi manusia harus menggunakan prinsip mencintai dan melayani. JIka kita ingin berhasil dalam pembinaan napi dsb prinsip mencintai dan melayani harus dipegang teguh. 12. Sopan santun Artinya dalam berkomunikasi sopan santun tetap harus digunakan, menghargai menghormati orang l,ain tetap dijaga.
  • 60. E. Auto Sugesti Auto sugesti bagian dari motivasi Auto sugesti adalah sarana/alat untuk mempengaruhi bawah sadar manusia dengan cara memasukan saran- saran/pengaruh/perintah untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan saran yg diberikan. Auto sugesti berfungsi sebagai sarana untuk merubah diri sendiri, mencapai tujuan, cita-cita dan berbuat yg lebih baik. Perubahan hanya mungkin dilakukan jika manusia mempunyai kemauan, kehendak, hasrat, motivasi untuk merubah diri.
  • 61. Derajat motivasi dalam diri manusia: 1. Rasa puas Pada tahap ini seorang telah merasa puas dengan apa yang dicapainya dan menolak serta mengabaikan usulan untuk mengadakan perubahan. 2. Fatalisme Pada tahap ini manusia pasrah kepada nasib, sudah melihat kpd pentingnya perubahan, tetapi menganggap bahwa perubahan terjadi akibat pengaruh dari luar yang menentukan. Jadi perubahan tidak dirasa mulai dari diri sendiri. 3. Pesimisme Pada tahap in I seorang telah mengakui pentingnya perubahan, tetapi tidak melakukan tindakan untuk berubah, karena merasa dirinya tidak mampu, sudah tua,masih terlalu muda, kurang pendidikan dsb. 4. Kebimbangan Pada tahap ini seseorang sudah merasa bahwa perubahan itu penting, mempunyai minat untuk melakukan perubahan, tetapi takut gagal.
  • 62. 5. Ketidaktegasan Pada tahap ini manusia merasa ragu-ragu untuk melakukan perubahan dan hanya siap untuk melakukan perubahan jika diberikan dorongan, dukungan dan motivasi. 6. Komitmen Pada tahap ini, seorang telah melakukan penilaian yg wajar. Tidak memihak, dan bersedia mengambil langkah-langkah untuk perubahan. 7. Keyakinan Pada tahap seorang sudah memiliki keyakinan, yakin sepenuh hati akan faedah perubahan, sap untuk bertahan jika terjadi kemunduran yg bersifat sementara. 8. Antusiame Pada tahap ini seseorang telah mampu mempunyai keyakinan penuh , mampu melaksanakan perubahan dan siap untuk menjadi contoh dan panutan bagi orang lain
  • 63. “Dengan auto sugesti, seseorang akan mampu untuk memberikan saran, pengaruh, perintah bagi diri sendiri, dari diri sendiri, untuk diri sendiri agar melakukan perubahan sesuai dengan saran, pengaruh, perintah yg dibuatnya”.
  • 64. PELAKSANAAN PIDANA PENJARA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN