1. Sistem pemasyarakatan merupakan konsep baru dalam pelaksanaan pemidanaan di Indonesia yang menggantikan konsep penjara.
2. Sistem ini menghendaki pendekatan yang memberikan perhatian lebih kepada harkat dan martabat manusia dalam memperlakukan narapidana.
3. Ada beberapa komponen utama sistem pembinaan narapidana menurut sistem pemasyarakatan baru seperti pendekatan dari bawah ke atas yang melibatkan kebutu
1. IV. SISTEM PEMASYARAKATAN
Menurut Sahardjo:
“cikal bakal pelaksanaan konsep pemidanaan
berdasarkan Sistem Pemasyarakatan”
Istilah:
Pemasyarakatan: adalah kegiatan untuk
melakukan pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan berdasarkan sistem,
kelembagaan, dan cara pembinaan yg
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan
dalam tata peradilan pidana (Pasal 1 angka 1 UU
No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
2. Sistem Pemasyarakatan: adalah suatu tatanan
mengenai arah dan batas serta cara pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan
Pancasila yg dilaksanakan sec terpadu antara
pembina, yg dibina, dan masy utk meningkatkan
kualitas WBP agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi TP
sehingga dpt diterima kembali olh ling masy, aktif
berperan dlm pembangunan, dan dpt hidup secara
wajar sbg warga negara yg baik dan
bertanggungjwb.
3. Menurut Sahardjo juga:
Bahwa tugas hukum memberikan
pengayoman kpd masy, begitupun
kpd narapidana, hukum harus dpt
mengayomi dgn memberikan bekal
bimb utk kembali ke masy.
Tujuan Pidana Penjara:
Pemasyarakatan
4. Pemasyarakatan bukan semata-mata
merupakan tujuan pemidanaan, akan
tetapi merupakan suatu proses yg
bertujuan memulihkan kembali
kesatuan hub kehidupan
penghidupan antara individu
narapidana dgn narapidana lainnya
maupun antara individu dgn masy
dimana ia akan kembali menjadi
anggotanya.
5. Konprensi Dinas Pemasy di Lembang 27 April 1964
ditetapkan sbg hari Pemasyarakatan, menghasilakn
10 rumusan sebagai pedoman pelaksanaan konsep
pemidanaan di Indonesia yang disebut sbg Sepuluh
Prinsip Pokok Sistem Pemasyarakatan:
• Orang yg tersesat diayomi jg, dgn
memberikan kepadanya bekal hidup sbg
warga yg baik dan berguna dlm masy;
• Pidana yg dijatuhkan bkn merupakan balas
dendam bagi neg. Satu-satunya derita bagi
narapidana adalah hilangnya kemerdekaan
bergerak;
• Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dgn
menyiksa melainkan dgn bimbingan;
6. 1. Negara tdk berhak membuat seorang
narapidana lebih buruk atau lebih jahat daripada
sebelum ia masuk LP;
2. Sebelum kehilangan kemerdekaan bergerak,
narapidana harus diperkenalkan kpd masyarakat
dan tdk boleh diasingkan dari masy;
3. Pekerjaan yg diberikan kpd narapidana tdk
boleh bersifat mengisi waktu atau hanya
diperuntukan bagi kepentingan LP atau negara
saja. Pekerjaan yg diberikan harus ditujukan utk
pembangunan negara.
4. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan azas
Pancasila.
7. 1. Tiap orang adalah manusia dan harus
diperlakukan sbg manusia meskipun ia
telah tersesat. Tidak boleh ditunjukan
kpd narapidana bhw ia penjahat.
2. Narapidana itu harus dijatuhi pidana
hilang kemerdekaan.
3. Sarana fisik bangunan LP dewasa ini
merupakan salah satu hambatan
pelaksanaan sistem pemasyarakata.
8. Hal tsb berkaitan dgn Declaration of
Human Right (PBB).
Jadi seluruh anggota PBB dianjurkan untuk
menerapkan “Standard Minimum Rules for
the Treatment of Prisoners”.
Di Indonesia anjuran tsb diterapkan melalui
Sist Pemasy gagasan Saharjdo yg
merupakan sistem perlakuan terhadap
narapidana melalui pembinaan.
Sist Pemasy menghendaki adanya
keterlibatan potensi di dalam masy
termasuk petugas dan narapidana sendiri.
9. Pemasyarakatan dikenal sbg
resosialisasi/resocialization, merupakan
suatu sistem pemidanaan di Indonesia sbg
pengganti konsep penjara yg diabaikan
mengabaikan harkat manusia terhadap
seorang narapidana.
Pemasyarakatan suatu konsep oleh
karenanya perlu disadari dengan benar
fungsi, tujuan dari pemidanaan.
10. Tujuan Pemidaan dlm Konsep
KUHP Nasional:
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dgn
menegakkan norma hukum demi pengayoman
masy;
b. Memasyarakatkan narapidana dgn mengadakan
pembinaan sehingga menjadikannyan org yg
baik dan berguna;
c. Menyelesaikan konflik yg ditimbulkan oleh tindak
pidana, memulihkan keseimbangan dan
mendatangkan rasa damai dlm masy, dan
d. Membebaskan rasa bersalah pada narapidana.
11. Tujuan pertama, mengandung suatu pandangan
memberikan perlindungan kpd masyarakat dr kejht;
Tujuan kedua, pemidanaan bermaksud utk meresosialisasi
narapidana dan mengintegrasikan yg bersangkutan ke dlm
masy;
Tujuan ketiga, dihubungkan dgn reaksi adat adalah untuk
mengembalikan keseimbangan di dlm masy yg telah
terganggu oleh suatu TP;
(apabila ini diabaikan maka masy akan melakukan tindakan
sendiri yg dianggapnya akan memberi keseimbangan dlm
masy tsb.
Tujuan keempat, membebaskan rasa bersalah napi lebih
kpd tujuan spiritual. Perlu mendapatkan perhatian meskipun
pidana nestapa baginya, akan tetapi pelaksanan
pemidanaan tdk utk menderitakan terlebih lg merendahkan
martabat.
12. Perbandingan dgn tujuan
pemidanaan di Jepang, ada 5 yaitu:
pembalasan (retribution);
menakut-nakuti sec umum (general
deterrence);
menakut-nakuti sec khusus (special
deterrence);
membuat tidak mampu
(incapacitation);
memperbaiki (rehabilitation).
13. Penggolongan tujuan pemidanaan
di Negeri Belanda:
Tujuan utk mempengaruhi perilaku
manusia yg sesuai dgn aturan hk. Dlm
gol ini tujuan dpt dibedakan antara
pengaruh yg ditujukan kpd para
pelanggar hk dan perilaku org2x lainnya;
Tujuan menghilangkan keresahan dan
keadaan tdk damai yg ditimbulkan oleh
terjadinya TP, yg lazim disebut
penyelesaian konflik.
14. OKI, LEMBAGA PEMASYARAKATAN
sebagai komponen akhir dari Sistem
Peradilan Pidana yang diibaratkan
sebagai ban berjalan, yg dlm hal ini hrs
menunjukan keberhasilan produk sec
utuh. Gambaran keberhasilan
pencegahan dan pemberantasan
kejahatan hrs dpt dilihat sbg produk
akhir, jd penjaga pintu akhir sistem ini
ad LP.
15. LP bukan saja membina narapidana
sedemikian rupa sehingga dpt kembali ke
masy dgn mematuhi kembali norma2x yg
ada dlm masy, akan tetapi jg dpt
memberikan peringatan kpd masy utk tdk
berbuat TP.
Peran lain dari LP yaitu membangun
manusia Indonesia seutuhnya. Dimana
kesempatan pembinaan di LP dpt
dipergunakan utk pembangunan.
17. V. SISTEM PEMBINAAN
NARAPIDANA
A. PEMBINAAN NARAPIDANA
Pembinaan napi ad suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan.
Terdiri dari 14 komponen, yaitu:
1. Falsafah
2. Dasar Hukum
3. Tujuan
4. Pendekatan sistem
5. Klasifikasi
6. Pendekatan klasifikasi
7. Perlakuan terhadap napi
8. Orientasi pembinaan
9. Sifat pembinaan
10. Remisi
11. Bentuk bangunan
12. Narapidana
13. Keluarga napi
14. Pembina/Pemerintah
18. Ad 1. Falsafah
1.Sist. Kepenjaraan (Reglement Penjara) Stbl 1917
No.708.
2.Sist. Pemasyarakatan (Pancasila)
3.Sist Baru Pemasyarakatan (Pancasila)
Ad 2. Dasar Hukum
1.Sist. Kepenjaraan Gestichten Reglement
(Reglement Penjara) Stbl 1917 No.708.
2.Sist. Pemasyarakatan Gestichten Reglement
(Reglement Penjara) Stbl 1917 No.708 dgn
perubahannya
3. Sist Baru Pemasyarakatan (dirumuskan dlm undang-
undang nasional)
19. Ad 3. Tujuan
1.Sist. Kepenjaraan, tujuan pemidanaan ad:
penjeraan
2.Sist. Pemasyarakatan, tujuan pemidanaan
ad: pembinaan dan bimbingan.
3.Sist Baru Pemasyarakatan, tujuan
pemidanaan ad: meningkatkan kesadaran
(consciousness) narapidana akan
eksistensinya sebagai manusia.
20. Ad 4. Pendekatan Sistem
1.Sist. Kepenjaraan: Security approach “Pendekatan
keamanan”(Keamanan penjara lebih diutamakan).
Napi cenderung hanya sbg obyek. Diberi nomor,
dikalsifikasikan menrt berat ringannya tp yg
dilakukan, lamanya pidana.
2.Sist. Pemasyarakatan, masih “Pendekatan
Keamanan”. Ditambah dengan pembinaan &
bimbingan
3.Sist Baru Pemasyarakatan, Pendekatan kesadaran
(consciousness approach). Gabungan antara
pendekatan keamanan dan pembinaan.
21. Ad. 5 Klasifikasi
Sist. Kepenjaraan ada klasifikasi pidana (Dikenal B-I, B-II-a, B-
II-b, B-III). Ada Maximum Security.
Sist. Pemasyarakatan, klasifikasi masih digunakan hanya saja
berbeda dlm pengawasan. Ada 3 klasifikasi pengwsan:
1. maximal security; (B-I, resedivis, subversi, moord,
perampokan, pencurian dgn kekerasan, atau beberapa napi yg
membahayakan LP)
2. medium security; napi yg lebih ringan pidananya atau
pidana berat tepai mendapatkan pembinaan dan menunjukan
tingkah laku yg baik dlm LP.
3. minimum security; napi yg mendapat pembinaan dan
pengawasan ringan
22. 3. Sist Baru Pemasyarakatan: pembagian kalsifikasi terhadap
mereka yg memiliki:
a.High consciousness, atau kesadaran penuh yaitu ditujukan
kpd narapidana yg sec mental-spiritual telah mengenal
dirinya sendiri, mampu memotivasi dirinya sendiri utnuk
tetap teguh berkembang ke arah positif. Jd mampu berfikir
sec positif menjalankan perinsip hidup yg benar dan hakiki
serta mengembangkan diri ke arah positif.
b.Half consciousness, napi yg masih setengah sadar akan
dirinya, baru tergugah hatinya ketika tahu akan nilai-nilai
positif dlm hidup.
c.Low consciousness, yaitu napi yg masih sangat rendah
tingkat kesadaran dirinya, baru sja masuk dlm lingkungan
LP dan belum pernah merasakan pembinaan utk mengenal
diri.
23. Ad. 6 Pendekatan Klasifikasi
Sist. Kepenjaraaan: Maximum security
Sist. Pemasy: Max, Med, Min security
Sist. Baru Pemasy: High, Half, Low Conscouosness
Ad.7 Perlakuan Narapidana
• Sist. Kepenjaraan, napi sbg obyek. Eksistensinya sbg napi
kurang dihargai, tdk diberi pembinaan tetapi tenaganya sering
digunakan utk kepentingan penjara.
• Sist. Pemasyarakatan, memberlakukan napi sbg subyek, faktor
manusiawi lebih banyak, eksistensi manusia lebih ditonjolkan,
napi sudah dibina kelak tidak menggulangi perbuatan.
• Sist. Baru Pemasyarakatan, napi sbg obyek dan subyek.
Dasarnya kemampuan manusia untuk tetap memperlakukan
manusia sbg manusia yg mempunyai eksistensi sejajar dgn
manusia lain.
Subyek di sini ad: sbg kesamaan, kesejajaran, sama-sama sbg
manusia.
24. Ad. 8 Orientasi Pembinaan
Sist. Kepenjaraaan, pembinaan bersifat Top Down Approach.
Pembinaan yg dilakukan berdasarkan program-program yg sdh
ditentukan dan narapidana hrs ikut didalamnya. TDA, juga
didasarkan pada pertimbangan keamanan, keterbatasan sarana
pembinaan dan pandangan napi hanya sebagai obyek. Di sini
eksistensi napi dlm membangung diri atau kelompoknya kurang
diperhatikan.
Sist. Pemasyarakatan, orientasi di atas masih tetap
dipertahankan. Sbg TDA, napi tdk dapat menentukan pekerjaan
atau jenis pembinaan yg dipilih dan dan sangat dibutuhkannya.
Sering terjadi ketidaksesuaian antara kebutuhan belajar napi dgn
sarana pendidikan yg ada.
Sist. Baru Pemasyarakatan, orientasi pembinaan harus diubah.
Orientasi menjadi Bottom Up Approach, yaitu pembinaan yg
berdasarkan kebutuhan belajar narapidana. Sebelum mengetahui
pembinaan yg diberikan, napi diwajibkan mengikuti pre test
dahulu guna mengetahui tingkat pengetahuan, keahlian dan
hasrat belajar napi.
25. Ad. 9 Sifat Pekerjaan
Sist. Kepenjaraan, pemberian pekerjaan lebih bersifat
ekspliotasi tenaga napi untuk menghasilkan produk yg
mempunyai nilai ekonomis.Pertimbangan lain krn napi
telah merugikan masyarakat dan negara jadi diharapkan
mampu menghasilkan nilai ekonomis untuk negara.
Sist. Pemasyarakatan, sifat pemberian kerja kpd
narapidana ad pembinaan dgn melatih bekerja bagi
narapidana agar sekembalinya ke masyarakat memiliki
kepandaian untuk bekal hidup dan tidak lagi melakukan
TP. Masih bersifat TDA .
Sist. Baru Pemasyarakatan, sifat pekerjaan yaitu
menanamkan rasa percaya diri, kemampuan
mengembangkan diri sendiri sehingga mampu mandiri.
Sifat pemberian pekerjaan/pembinaan bertitik tolak dari
pembinaan diri sendiri dan tujuan hidup yg ingin dicapai.
Serta latihan khusus problem solving.
26. Ad 10. Remisi
Pengurangan hukuman selama napi menjalani hukuman
berubah dari waktu ke waktu.
Sist. Kepenjaraan, remisi sebagai anugerah, artinya
anugerah pemerintah kpd napi. Dalam Gestichen
Reglement, remisi diberikan hanya pada hari ulang tahun
Ratu Belanda. Baru pd th 1950 berdasarkan Keppres No.
156/1950, remisi diberikan pada Hut RI.
Sist. Pemasyarakatan, remisi sebagai hak napi yg
memenuhi persyaratan yg telah ditetapkan.
Sist. Baru Pemasyarakatan, remisi ditempatkan sbg salah
satu motivasi bagi napi untuk membina diri sendiri, karena
remisi di sini sbg hak dan kewajiban napi.Artinya jika napi
benar-benar melaksanakan kewajibannya, ia berhak untuk
mendapatkan remisi.
27. Ad 11. Bentuk Bangunan
Sist. Kepenjaraan, bangunan penjara dirancang secara khusus
untuk membuat jera para pelaku. Bangunan penjara dirancang
sedemikian rupa membuat org tidak kerasan, tidak suka tinggal
di penjara. Muncul silent system, yaitu sel khusus satu org, dgn
pintu rangkap yaitu pintu jeruji diberi rangkap dgn pintu kayu.
Sist. Pemasyarakatan, bangunan penjara masih dipergunakan,
hanya nama berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan. Di sini
juga ada LP Terbuka.
Sist. Baru Pembinaan/Pemasyarakatan, bangunan LP mendapat
prioritas khusus. Bentuk lain yg diterapkan untuk mengubah
image penjara, adalah memperbanyak kemungkinan pemberian
pidana di luar LP. Bentuk bangunan seperti Half Way House,
yaitu bangunan LP yg hanya digunakan oleh napi untuk tidur
saja. Disiang hari para napi melakukan kegiatan positif lainnya.
Pengawasan hanya pada malam hari saja. Dan bangunan
rumah ini bisa dlm lingkungan pemukiman penduduk atau rumah
pidana susun.
28. Ad 12. Narapidana
• Sist. Kepenjaraan, peranan napi untuk membina
dirinya sendiri sama sekali tidak diperhatikan.
Napi tidak dibina dibiarkan saja. Tugas penjara
hanya mengawasi napi agar tdk membuat
keonaran. Pendidikan dan pekerjaan hanya
bersifat ekonomis.
• Sist. Pemasyarakatan, napi sudah diperlakukan
sbg subyek pembinaan dan diperlakukan secara
manusiawi.Tujuan pemidanaan sbg pembinaa.
• Sist. Baru pemasyarakatan, napi dibawa kearah
pengenalan diri sendiri dengan beberapa
metode sehingga mengetahui potensi yg ada di
dalam dirinya. Bekal untuk membina orang
lain/kelompoknya.
29. Ad 13. Keluarga/Masyarakat
• Sist. Kepenjaraaan, peranan keluarga dan masyarakat
kurang mendapat perhatian. Kel dan masy tidak diberikan
kesempatan utk berpartisipasi dlm pembinaan napi. Napi
bahkan dijauhkan dari kel dan masy krn dianggap
menggangu ketertiban masy.
• Sist. Pemasyarakatan, sudah mulai muncul pentingnya
hub napi dgn kel dan masy. Tersedianya media cetak,
telivisi, radio memperlancar hub napi dan masy.
• Sist. Baru pemasyarakatan, peran kel dan masy sbg
komponen yg berperan penting dlm pembinaan napi.
Misal dengan pengumpulan sejumlah kel napi dan
diberikan pengertian tentang pentingnya kel dlm
pembinaan napi. Kel diberikan lap perkembangan napi
tahap dmi tahap. Masy juga harus mengetahui sec jelas
mengenai program-program dan tahap pembinaan napi di
LP.
30. Ad. 14 Pembina/Pemerintah
Sist. Kepenjaraan, peran petugas sbg pembinan adalah
membuat jera para napiagar tidak mengulangi perbuatannya.
Cara membuat jera napi dirasakan kuramng manusiawi.
Sist. Pemasyarakatan, sudah menyesuaikan dengan falsafah
Pancasila. Tujuan pembinaan adalah mengembalikan napi
kemasyarakat. Pembinaan mengalami banyak kemajuan
misalnya adanya penelitian tentang napi dgn membuat case
study.
Sist.Baru pemasyarakatan, petugas membantu napi untuk
mampu mengenal diri sendiri. Pengenalan diri sendiri akan
tingkat kesadaran napi menjadi lebih tinggi. Tanpa mengenal
dirinya, napi tidak akan mampu memperbaiki diri dan mengubah
tingkah lakunya. Dengan pengenalan diri napi akan mampu
mengetahui kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan
yang dimiliki yang akan dijadikan pijakan bagi perubahan dirinya.
31. Tujuan Pembinaan
Pemidanaan berarti upaya dari negara untuk
memelihara kebutuhan dan kepentingan
umum, yaitu kebutuhan dan kepentingan
para warga negara secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri yg tidak seluruhnya dapat
dilakukan oleh warga itu sendiri. Jadi jika
seorang warga negara dirugikan oleh org
lain, dan ia tidak boleh melakukan
pembalasan maka kebutuhan dan
kepentingannya diwakili dan dijalankan oleh
negara.
32. Tujuan pembinaan adalah pemasyarakatan dapat
dibagi dalam tiga hal (gagasan Saharjdo):
1. Setelah ke luar dari LP tidak lagi
melakukan tp.
2. Menjadi manusia yg berguna, ber-
peran aktif dan kreatif dalam mem-
bangun bangsa dan negara.
3. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan
YME dan mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
33. Menurut C.I. Harsono, beliau
menawarkan tentang tujuan
pembinaan adalah kesadaran
(consciousness). Untuk memperoleh
kesadaran maka ia harus mengenal
dirinya sendiri.
Kesadaran sbg tujuan pembinaan
narapidana, dapat dilakukan dengan
berbagai tahap, yaitu:
34. • Mengenal diri sendiri;
• Memiliki kesadaran beragama;
• Mengenal potensi diri;
• Mengenal cara memotivasi;
• Mampu memotivasi orang lain;
• Mampu memiliki kesadaran yang tinggi, baik untuk diri sendiri,
keluarga, kelompoknya, masyarakat sekelilingnya, agama,
bangsa dan negaranya;
• Mampu berfikir dan bertindak, membuat keputusan sendiri dan
mampu bertindak sesuai dgn keputusannya. Terbentuk sikap
mandiri;
• Memiliki kepercayaan diri yang kuat;
• Memiliki tanggung jawab;
• Menjadi pribadi yg utuh, mampu menghadapi segala tantangan,
hambatan, rintangan dalam setiap langkah kehidupannya.
35. A. Prinsip-prinsip Dasar Pembinaan
Membina narapidana harus menggunakan prinsip-prinsip
pembinaan narapidana. Terdapat empat komponen dalam
pembinaan narapidana, yaitu:
• Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri;
• Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat;
• Masyarakat, adalah orang-orang yang berada disekelilinh
narapidana pada saat masih di luar LP/Rutan dapat
masyarakat biasa, pemuka masyarakat atau pejabat
setempat.
• Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara,
petugas keagamaan, petugas sosial, petugas LP,
Rutan,dsb.
36. Di dalam proses pembinaan napi sendiri,
pembinaan muncul dari diri napi bukan org
lain. Seseorang yg ingin merubah diri
sendiri harus memilih beberapa
persyaratan, antara lain:
1. kemauan/hasrat;
2. kepercayaan diri;
3. berani mengambil keputusan;
4. berani menanggung resiko;
5. termotivasi untuk terus-menerus
merubah diri.
37. Di dalam pembinaan napi, keluarga juga
diharapkan dalam menggunakan haknya untuk
ikut berperan aktif dalam membina anggota kel yg
menjadi napi. Peran aktif tersebut didasarkan atas
berbagai pertimbangan:
1. Napi ad bagian dari kel;
2. Perlu ada kerjasama antar kel dan
LP/Rutan dlm membina napi;
3. Perlu sumbang saran, komunikasi timbal balik
antara kel dgn LP/Rutan yg membina napi;
4. Perlu pembinaan yg terus menerus oleh pihak
kel terhadap anggota kel yg menjadi napi.
38. Peran serta masyarakat juga sangat diharapkan
dalam pembinaan napi. Selain perhatian masy
kepada kel napi, kunjungan anggota masy ke LP
juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pembinaan napi serta dapat mendorong napi
untuk merubah diri menjadi lebih baik berguna
bagi masy.
Peran petugas pemerintah dan kelompok masy
sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan
napi. Pembinaan napi harus dimulai sejak
seorang napi berstatus sbg tersangka.
39. A. Tempat Pembinaan Narapidana
Kita mengenal dua tempat pembinaan napi, yaitu pertama di
dalam LP/rutan, kedua di luar LP/Rutan.
Sebagian besar napi ditempatkan di Lp/Rutan. Sebenarnya
napi ahrus dipidana dan dibina di LP saja. Sedang Rutan
hanya untuk tahanan.
Di dalam LP Napi telah kehilangan kebebasan bergerak,
telah dirampas untuk jangka waktu tertentu bahkan seumur
hidup.
Di dalam LP seorang napi tidak hanya dipidana secara fisik
tetapi juga secara psikologis. Pidana se cara psikologis
merupakan beban yg berat bagi napi.
40. Dampak psikologis tersebut antara lain:
• Loos of personality;
• Loos of security;
• Loos of liberty;
• Loos of personal communication;
• Loos of good dan service;
• Loos of heterosexual;
• Loos of prestige;
• Loos of belief;
• Loos of creativity;
41. SOSIALISASI : SUATU PROSES INTERAKSI
BAGI SESEORANG UNTUK MENJADI WARGA
NEGARA YANG BAIK DAN PATUH PADA
HUKUM.
PRISONIZATION: SUATU PROSES INTERAKSI
UNTUK MENJADI LEBIH KRIMINIL DARIPADA
SEBELUMNYA SESEORANG MASUK KE
DALAM PENJARA.
RESOSIALISASI: MENGEMBALIKAN DAN
MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN,
KEMAMPUAN DAN MOTIVASI SESEORANG
NARAPIDANA SEBAGAI WARGA MASYARAKAT
YG BAIK DAN BERGUNA.
42. Pembinaan di luar LP mulai
dikembangkan sebagai alternatif setelah
seseorang menjalani pidana di LP dan
memenuhi syarat untuk menjalani
pembinaan di luar LP.
Pembinaan tersebut antara lain:
1. Pembinaan dalam keluarga napi.
2. Pembinaan dlm LP Terbuka.
3. Bekerja atau bersekolah di luar LP.
4. Pidana waktu luang.
5. Rumah transisi.
43. VI. METODE PEMBINAAN
Sub Pokok Bahasan:
Metode Pembinaan berdasarkan situasi
Pembinaan Perorangan (Individual
Treatment)
Pembinaan secara Kelompok (Classical
Treatment)
Belajar dari Pengalaman (Experiential
Learning)
Auto Sugesti
44. METODE PEMBINAAN
Narapidana masyarakat yg heterogen yg terdiri
dari berbagai macam manusia.
Dengan LB ekonomi, sosial, pendidikan yg tidak
sama.
Menyebabkan penyampaian materi dilakukan
dengan melihat banyak sudut pandang.
Materi pembinaan sama, hanya disampaikan
berbeda kpd beberapa napi.
Menyebabkan pembina napi harus mengenal
banyak metode pembinaan.
Krn pembinaan awal sudah dimulai pada saat napi
memasuki kehidupan LP atau Rutan.
45. Terdapat beberapa Metode Pembinaan sbb:
A. Metode Pembinaan Berdasarkan
Situasi
Dlm kehidupan sehari-hari, cenderung napi atau
orang biasa mempunyai kecenderungan terpengaruh
oleh situasi.
Apakah situasi alam, sosial, kejiwaan dll.
Mereka yg tergantung dengan situasi alam tidak
akan merubah dirinya menjadi maju, tidak mampu
mengenal diri, tidak akan mampu untuk merubah diri
sendiri.
Kecuali keadaan alam tersebut memang tidak
mampu kita kuasai. Misal; banjir, gempa bumu, tanah
longsor dan bencana lainnya.
Oki, apabila para napi mampu menguasai situasi (LP
atau Rutan), maka diharapkan para napi juga mampu
menguasai diri sendiri, merubah diri ke arah tujuan
hidup yg dicita-citakan.
46. Situasi sosial sering mempengaruhi seseorang untuk tidak
mampu berbuat atau bertindak. Misal; seorang yg merasa
miskin, cacat, berasal dari kel broken home, tidak mampu
menerima materi pembinaan atau pelajaran.
Situasi kejiwaan,juga sering mempengaruhi seseorang. Oki,
manusia tidak boleh larut tenggelam dlm situasi kejiwaan,
tetapi harus segera bangkit dan menyadari bahwa situasi
kejiwaan hanya sesaat yg berubah secara cepat dari waktu
ke waktu.
Manusia harus mampu mengantisipasi kehidupannya di
masa depan.
Penghancuran tidak akan membuat kemajuan pada diri
sendiri tetapi akan membuat kemunduran dlm kehidupan
sosial, kejiwaan, dan emosi.
Jadi di dalam pembinaan berdasarkan situasi (Situational
Treatment Method), harus mampu merubah cara berpikir
napi, untk tidak tergantung pada situasi yg menyertai
pembinaan, tetapi menguasai situasi tersebut, sehingga
pembinaan dapat diterima dengan baik dan dapat dipahami
secara sempurna.
47. Pendekatan dalam Pembinaan berdasarkan situasi:
Pendekatan dari atas (Top Down Approach)
Materi pembinaan berasal dari pembina, atau paket
pembinaan bagi narapidana telah disediakan dari atas.
Napi tidak ikut menentukan jenis pembinaan yg akan
dijalaninya, tetapi langsung saja menerima pembinaan
dari para pembina
Pembinaan di atas merupakan bentuk pmbinaan yg paling
banyak digunakan oleh LP/Rutan.
Hal ini disebabkan karena masih minimya macam
pembinaan yg tersedia di LP/Rutan dan juga krn
sedikitnya pembina yg dimiliki.
Masalah yg timbul, banyak sekali pembinaan yg dilakukan
tidak sesuai dengan kebutuhan pembinaan para napi
sehingga hasilnya masih kurang memenuhi sasaran.
Napi hanya merasa pembinaan yg dilakukan hanya untuk
mengisi waktu luang saja, tidak mempunyai m inat untuk
belajar, sehingga pembinaan akan diterima dgn
seenaknya.
48. Pembinaan napi yang menggunakan pendekatan dari atas,
dipilihkan materi umum yg harus diketahui setiap napi dalam
rangka pembinaan bagi diri sendiri,untuk kehidupan di masa
mendatang setelah ke luar dari LP/Rutan.
Sedang untuk materi yg dipelajari secara khusus,
keterampilan, kemampuan berkomunikasi tidak dapat
digunakan pendekatan dari atas.
Pembinaan dari atas harus memperhatikan faktor situasi,
artinya pembina harus mampu mengubah situasi yg berada
dalam sebuah pembinaan, menjadi situasi yg benar-benar
disukaidan disepakati oleh peserta pembinaan, sehingga
mampu menghilangkan kendala situasi pribadi.
Keterikatan dengan situasi pembinaan akan sangat berguna
bagi narapidana sendiri, karena secara penuh dgn
semangat yang sama ikut berperan dlm upaya pembinaan
diri sendiri atau kelompoknya.
49. 2. Pendekatan dari bawah (Bottom up Approach)
Pendekatan pembinaan napi dari bawah merupakan
suatu cara pembinaan dengan memperhatikan
kebutuhan pembinaan atau kebutuhan belajar
narapidana.
Kebutuhan belajar napi tergantung pada pribadi napi
sendiri dan fasilitas yg dimiliki oleh LP/Rutan setempat.
Seringkali napi tidak tahu apa kebutuhan pembinaan
bagi dirinya yg disebabkan krn napi tidak tahu dan tidak
mengenal dirinya sendiri.
Kesuksesan dlm membina napi terletak pada para
pembina untuk mengenalkan napi kepada diri sendiri.
Dengan mengenal diri napi mampu menentukan tujuan
hidupnya, akan mampu menentukan arah perubahan
hidupnya.
50. Pendekatan dari bawah, membuat napi akan
menentukan kebutuhan pembinaan, kebutuhan
belajarnya sendiri.
Pendekatan dari bawah, membawa konsekuensi
yg tinggi bagi para pembina, krn para pembina
harus mampu menyediakan sarana dan prasarana
bagi tercapainya tujuan pembinaan.
Perbedaan yg mencolok antara pendekatan dari
atas dengan pendekatan dari bawah adalah pada
tujuan yg hendak dicapai.
Tujuan yg hendak dicapai dlm pendekatan dari
atas telah ditentukan oleh pembina.
Tujuan yg hendak dicapai dlm pendekatan dari
bawah ditentukan oleh napi sendiri.
51. Pendekatan dari atas membuat napi menentukan arah
pembinaan, tujuan pembinaan sesuai keinginan pembina.
Pendekatan dari bawah, napi telah menentukan pembinaan
sendiri sesuai dgn tujuan yang ingin dicapainya.
Dlm menyusun rencana pembinaan bagi diri sendiri, seorang
napi juga memerlukan narasumber, konsultan, agar pembinaan
yg dipilihnya sesuai dengan kebutuhan belajar, kebutuhan
pembinaan, sistematis, berurutan dan saling menunjang.
Pendekatan dari bawah harus ditumbuhkembangkan dlm
kehidupan narapidana, agar setiap napi mempunyai inisiatif
untuk membina diri sendiri, untuk mengubah diri sendiri dan
untuk merencanakan masa depannya sendiri.
Pendekatan dari bawah juga mendidik napi untuk mampu
mengemukakan pendapatnya, mampu mngeluarkan keinginan
merubah diri sendiri untuk berpikir yg positif.
Kenyataan ini merupakan penghargaan dan pengakuan bahwa
napi adalah manusia yg harus diakui kemanusiannya. Tidak
hanya diakui sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek.
52. B. Metode Pembinaan Perorangan
(Individual Treatment)
Pembinaan napi secara perorangan, diberikan kepada napi secara
perorangan oleh petugas pembina.
Pembinaan perorangan tidak harus terpisah secara sendiri-sendiri,
tetapi dapat dibina dalam kelompok bersama dan penangannya
secara sendiri-sendiri.
Hal ini disebabkan, krn tingkat kematangan intelektual, emosi, logika
dari tiap-tiap napi tidak sama. Ketidaksamaan ini menuntut
diterapkannya pembinaan secara perorangan.
Pembinaan secara perorangan akan banyak bermanfaatjika napi
mempunyai kemauan untuk merubah dirinya sendiri.
Pembinaan secara perorangan juga akan mendekatkan diri petugas
dgn napi, menghilangkan rasa takut napi terhadap petugas.
Pemecahan masalah sedapat mungkin dibebankan kepada napi,
beberapa alternatif pemecahan masalah didiskusikan bersama untuk
diambil alternatif yg terbaik.
Peran pembina hanya sebagai fasilitator, motivator agar setiap napi
mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Kebiasaan memecahkan masalah akan menjadikan napi mempunyai
rasa percaya diri yg besar dan sebagai bekal dikemudian hari setelah
ke luar dari LP/Rutan.
53. Pendekatan berdasarkan Pembinaan Perorangan
(Individual Treatment)
1. Dari dalam diri sendiri
Kemauan untuk membina diri sendiri dapat muncul dalam diri sendiri.
Bila seseorang belum mampu mengenal diri sendiri, tidak akan muncuk
keinginan untuk mmbina diri sendiri.
Mengenal diri sendiri meruakan hal yg penting dan pokok dalam pembinaan
narapidana.
Peran LP/Rutan dlm dalam pembinaan apakah dapat menunjang napi setelah ia
ke lur dari LP/Rutan.
Pembinaan harus benar-benar dilakukan dan bukan hanya sekedar pengisi
kegiatan di waktu luang.
Pembinaan berorientasi pada kebutuhan kerja bagi masy, atau usaha
kewirausahaan yg membangkitkan napi untuk dpt membina diri sendiri sesuai
dengan tujuan dan cita-cita hidupnya.
Apabila napi sudah mampu membina hidupnya, maka ia telah mampu untuk
menentukan tujuan hidupnya.
Pengenalan diri tidak hanya mampu merubah narapidana, tetapi juga mampu
untuk membentuk mental yg posisif.
Dengan mental posotif, napi akan mampu membentuk diri sendiri menjadi
manuia yg baik dan akan diterima kembali oleh masy.
Jadi pembinaan secara perseorangan yg baik ad pembinaan yg telah tumbuh
dari dalam diri sendiri.
54. 1. Dari luar diri sendiri
Pembinaan secara individual terhadap napi dapat dilakukan oleh para
pembina, baik pembina dari LP/Rutan atau pembina dari luar yaitu;
PEMBINA KEAGAMAAN, KELOMPOK MASY, atau LSM.
Pembinaan dari luar diri sendiri dapat merupakan pembinaan yg berasal
atau sesuai dgn kebutuhan pembinaan napi, atau pembinaan dari luar yg
dianggap oleh pembina perlu dilakukan.
Pembinaan dari luar dapat berupa pembinaan sec umum artinya materinya
umum penghayatan dan pengamalan Pancasila, etika , hukum, agama dsb.
Pembinaan secara khusus dapat berupa konsultasi pribadi, psikologi,
pembinaan hukum, etika, pendidikan keahlian.
Pembinaan dari luar diri biasanya didasari atas analisa dari data pribadi
seorang napi, yg mengharuskan seorang napi mendapat pembinaan yg
telah ditentukan oleh pembina.
Dapat terjadi napi yg tidak membutuhkan jenis pembinaan, tetapi krn
berdasarkan evaluasi ia harus mendapatkan pembinaan, maka ia
menerimanya.
Di sini dituntut keahlian pembina untuk menyampaikan materi pembinaan
secara baik dan memnarik bagi napi, sehingga menghasilkan pembinaan
sesuai yg diharapkan.
Salah satu Pembinaan dari luar diri yg terpenting adalah pengenalan diri
sendiri.
Mengenal sifat, kebiasaaan, kelebihan, kekurangan kepandaian ,
keterampilan yg dimiliki napi.
55. C. Pembinaan Secara Kelompok (Classical Treatment)
Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan
dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi,
pembentukan tim (tim building).
Metode tergantung pada materi yg disampaikan .
Peran kelompok harus tetap dilibatkanbaik sec
individu maupun kel.
Pembina dan yg dibina harus aktif.
Materi pembinaan tudak hanya datang adri
pembina tetapi juga dari napi atau materi yg
menjadi kesepakatan bersama.
Pembinaan secara kelompok diharapkan dapat
memberikan nilai positif baik kepada masyarakat
juga kepada keluarga.
56. • Belajar dari Pengalaman
(Experiential Learning)
Metode lain yg dapat digunakan dalam pembinaan adalah
metode pembinaan berdasarkan pengalaman napi atau napi
diminta belajar dari pengalaman.
Salah satu hal terpenting dalam belajar dari pengalaman
adalah belajar mengenai komunikasi dan belajar dari
pengalaman baru, baik pengalaman diri sendiri atau orang
lain.
Komunikasi adalah suatu proses untuk menyampaikan
pesan dari pengirim kepada penerima melalui media tertentu
dan dianggap telah selesai jika ada umpan balik dari
penerima pesan yang diterima oleh pengirim pesan.
Komponen dalam komunikasi:
1. pengirim/penyampai pesan (sender)
2. penerima pesan (receiver)
3. pesan (message)
4. media/perantara (medium)
5. umpan balik (feedback)
57. Dalam komunikasi untuk mencapai hasil yg efektif, maka
pesan harus akurat dan umpan balik juga diterima dgn
akurat pula.
Komunikasi seringkali mendapat hasil yg tidak diharapkan.
Dalam berkomunikasi,manusia (juga napi) harus memjauhi
tiga hal, yaitu:
1. complain
2. criticize
3. condemn
Comlpain berarti, jangan mengeluh tetapi ciptakannlah
sesuatu. Mengeluh hanya melihat pada sisi yg jelek dari
kehidupan jadi harus kita hindari dengan cara menviptakan
sesuatu yg positif.
Criticize berati, janganlah senang mengkritik orang lain
sementara diri sendiri tidak senang dikritik.Kritikan tidak
ditujukan kepada individu tetapim kepada tingkah lakunya.
Condemn, berarti menjatuhakn, mengutuk, memvonis orang
lain.
58. Hal-hal yg harus diperhatikan dalam berkomunikasi dgn
orang lain:
1. Berkomunikasi
Manusia harus siap berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya
manusia tidak mau mendengar pendapat orang lain. Jika kita mau
berhasil dalam komunikasi kita harus mau mendengar pendapat
orang lain.
2. Berempati
Manusia harus siap merasakan penderitaan, kebahagian, masalah
dan kesulitan orang lain.
3. Mengerti orang lain
Artinya kita harus mampu mengerti kemauan orang lain.
4. Ketulusan hati
Artinya manusia harus mau melakukan segala sesuatu yg positif
dengan ketulusan hati. Sebab apa yg ada di dalam hati manusia
(tuluis atau tidak tulus) dalam melakukan sesuatu akan tercermin
dalam wajah manusia.
9. Inisiatif
Artinya manusia harus mampu membuka diri sendiri, secara terbuka
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berinisiatif dan berinteraksi
secara positif dalam berkomunikasi.
59. 1. Friendly
Artinya manusia harus ramah, gampang bersama-sama dengan orang
lain, untuk melakukan komunikasi. Tidak menutup diri untuk
berkomunikasi.
3. Antusias
Artinya dalam berkomunikasi manusia harus dapat berkomunikasi
dengan semangat sehingga akan membuat lawan berkomunikasi jika
tidak menutup diri.
8 Rendah hati
Artinya keberhasilan sebuah komunikasi hanya mungkin didasari
dengan rasa rendah hati.
9. Kemampuan komunikasi
Artinya kita harus mampu menggunakan segenap kemampuan kita
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya dalam hal
mengadakan pemeriksaan dgn terdakwa atau dengan orang lain yg
tidak dapat berbahasa Indonesia.
10. Siap menolong
Artinya manusia tidak boleh mementingkan diri sendiri tetapi juga harus
siap menolong orang lain.
11. Mencintai dan melayani
Artinya dalam berkomunikasi manusia harus menggunakan prinsip
mencintai dan melayani. JIka kita ingin berhasil dalam pembinaan napi
dsb prinsip mencintai dan melayani harus dipegang teguh.
12. Sopan santun
Artinya dalam berkomunikasi sopan santun tetap harus digunakan,
menghargai menghormati orang l,ain tetap dijaga.
60. E. Auto Sugesti
Auto sugesti bagian dari motivasi
Auto sugesti adalah sarana/alat untuk
mempengaruhi bawah sadar manusia
dengan cara memasukan saran-
saran/pengaruh/perintah untuk melakukan
suatu tindakan sesuai dengan saran yg
diberikan.
Auto sugesti berfungsi sebagai sarana
untuk merubah diri sendiri, mencapai
tujuan, cita-cita dan berbuat yg lebih baik.
Perubahan hanya mungkin dilakukan jika
manusia mempunyai kemauan, kehendak,
hasrat, motivasi untuk merubah diri.
61. Derajat motivasi dalam diri manusia:
1. Rasa puas
Pada tahap ini seorang telah merasa puas dengan apa yang
dicapainya dan menolak serta mengabaikan usulan untuk
mengadakan perubahan.
2. Fatalisme
Pada tahap ini manusia pasrah kepada nasib, sudah melihat
kpd pentingnya perubahan, tetapi menganggap bahwa
perubahan terjadi akibat pengaruh dari luar yang
menentukan. Jadi perubahan tidak dirasa mulai dari diri
sendiri.
3. Pesimisme
Pada tahap in I seorang telah mengakui pentingnya
perubahan, tetapi tidak melakukan tindakan untuk berubah,
karena merasa dirinya tidak mampu, sudah tua,masih terlalu
muda, kurang pendidikan dsb.
4. Kebimbangan
Pada tahap ini seseorang sudah merasa bahwa perubahan
itu penting, mempunyai minat untuk melakukan perubahan,
tetapi takut gagal.
62. 5. Ketidaktegasan
Pada tahap ini manusia merasa ragu-ragu untuk melakukan
perubahan dan hanya siap untuk melakukan perubahan jika
diberikan dorongan, dukungan dan motivasi.
6. Komitmen
Pada tahap ini, seorang telah melakukan penilaian yg wajar.
Tidak memihak, dan bersedia mengambil langkah-langkah
untuk perubahan.
7. Keyakinan
Pada tahap seorang sudah memiliki keyakinan, yakin
sepenuh hati akan faedah perubahan, sap untuk bertahan
jika terjadi kemunduran yg bersifat sementara.
8. Antusiame
Pada tahap ini seseorang telah mampu mempunyai
keyakinan penuh , mampu melaksanakan perubahan dan
siap untuk menjadi contoh dan panutan bagi orang lain
63. “Dengan auto sugesti, seseorang akan
mampu untuk memberikan saran,
pengaruh, perintah bagi diri sendiri, dari
diri sendiri, untuk diri sendiri agar
melakukan perubahan sesuai dengan
saran, pengaruh, perintah yg
dibuatnya”.