Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pemeriksaan sinar-X dada dan penafsiran gambar radiologi sistem pernafasan. Ia menjelaskan struktur anatomi utama yang dapat dilihat dalam gambar sinar-X dada seperti paru-paru, jantung, pembuluh darah, tulang rusuk dan diafragma. Dokumen ini juga membincangkan tanda-tanda normal dan patologi yang dapat dilihat untuk membantu diagnosis penyakit seperti cecair
Sistem ekskresi pada manusia meliputi ginjal, hati, kulit, dan paru-paru yang berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme tubuh seperti urea, asam urat, dan karbon dioksida melalui urine, keringat, napas, dan empedu.
Organ sistem ekskresi pada manusia terdiri atas ginjal, hati, paru-paru, dan kulit. Ginjal berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme dalam bentuk urine, hati membentuk empedu untuk mendukung pencernaan, sedangkan paru-paru dan kulit mengeluarkan karbon dioksida dan air.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pemeriksaan sinar-X dada dan penafsiran gambar radiologi sistem pernafasan. Ia menjelaskan struktur anatomi utama yang dapat dilihat dalam gambar sinar-X dada seperti paru-paru, jantung, pembuluh darah, tulang rusuk dan diafragma. Dokumen ini juga membincangkan tanda-tanda normal dan patologi yang dapat dilihat untuk membantu diagnosis penyakit seperti cecair
Sistem ekskresi pada manusia meliputi ginjal, hati, kulit, dan paru-paru yang berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme tubuh seperti urea, asam urat, dan karbon dioksida melalui urine, keringat, napas, dan empedu.
Organ sistem ekskresi pada manusia terdiri atas ginjal, hati, paru-paru, dan kulit. Ginjal berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme dalam bentuk urine, hati membentuk empedu untuk mendukung pencernaan, sedangkan paru-paru dan kulit mengeluarkan karbon dioksida dan air.
Pneumonia adalah infeksi paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Gejala klinis umumnya meliputi demam, batuk, dan nyeri dada. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, hasil rontgen dada, dan riwayat pasien. Pneumonia dapat dibedakan menjadi komunitas dan nosokomial berdasarkan lokasi perolehan infeksinya.
Dokumen tersebut membahas tentang transfusi darah dan reaksi transfusi. Terdapat beberapa komponen darah yang dapat ditransfusikan seperti eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma. Reaksi transfusi dapat terjadi secara imunologis maupun non-imunologis, dengan manifestasi yang bervariasi dari ringan hingga fatal. Pencegahan dan penatalaksanaan reaksi transfusi perlu dilakukan.
Dokumen tersebut membahas toksoplasmosis, termasuk siklus hidup parasit Toxoplasma gondii, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya pada berbagai kondisi seperti infeksi akut, infeksi kongenital, dan pasien imunokompromais."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit rabies, termasuk penyebabnya (virus rabies), gejalanya, diagnosis, pemeriksaan laboratorium, pengobatannya, dan pencegahannya. Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir selalu berakibat kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Vaksinasi merupakan cara utama untuk mencegah penularan penyakit ini.
Demam reumatik adalah penyakit inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus yang dapat menyerang jantung, sendi, dan sistem saraf pusat. Gejalanya meliputi karditis, artritis, dan korea. Diagnosa didasarkan pada kriteria Jones yang memerlukan bukti infeksi streptokokus dan gejala klinis. Pengobatannya meliputi antibiotik untuk menghilangkan infeksi streptokokus dan obat antiinflamasi untuk m
Dokumen ini membahas tentang askariasis, infeksi cacing Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di usus halus manusia dan bertelur, telur tersebar lewat kontaminasi makanan atau air minum. Siklus hidupnya meliputi telur, larva yang bermigrasi, dan cacing dewasa di usus. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak bergejala hingga gangguan pencernaan, infeksi paru, atau komplikasi lain. Diagnosa didasarkan p
Ankylostomiasis disebabkan oleh cacing tambang yang menginfeksi usus halus manusia. Cacing betina mengeluarkan telur yang menjadi larva di lingkungan basah dan hangat sebelum menginfeksi manusia melalui kulit atau mulut. Gejalanya bervariasi mulai dari ruam kulit hingga anemia berat tergantung jumlah cacing dewasa. Diagnosis didasarkan pada temuan telur cacing dalam tinja dan pengobatan spesifik menggunakan obat-
Pneumonia adalah infeksi paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Gejala klinis umumnya meliputi demam, batuk, dan nyeri dada. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, hasil rontgen dada, dan riwayat pasien. Pneumonia dapat dibedakan menjadi komunitas dan nosokomial berdasarkan lokasi perolehan infeksinya.
Dokumen tersebut membahas tentang transfusi darah dan reaksi transfusi. Terdapat beberapa komponen darah yang dapat ditransfusikan seperti eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma. Reaksi transfusi dapat terjadi secara imunologis maupun non-imunologis, dengan manifestasi yang bervariasi dari ringan hingga fatal. Pencegahan dan penatalaksanaan reaksi transfusi perlu dilakukan.
Dokumen tersebut membahas toksoplasmosis, termasuk siklus hidup parasit Toxoplasma gondii, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya pada berbagai kondisi seperti infeksi akut, infeksi kongenital, dan pasien imunokompromais."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit rabies, termasuk penyebabnya (virus rabies), gejalanya, diagnosis, pemeriksaan laboratorium, pengobatannya, dan pencegahannya. Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir selalu berakibat kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Vaksinasi merupakan cara utama untuk mencegah penularan penyakit ini.
Demam reumatik adalah penyakit inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus yang dapat menyerang jantung, sendi, dan sistem saraf pusat. Gejalanya meliputi karditis, artritis, dan korea. Diagnosa didasarkan pada kriteria Jones yang memerlukan bukti infeksi streptokokus dan gejala klinis. Pengobatannya meliputi antibiotik untuk menghilangkan infeksi streptokokus dan obat antiinflamasi untuk m
Dokumen ini membahas tentang askariasis, infeksi cacing Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di usus halus manusia dan bertelur, telur tersebar lewat kontaminasi makanan atau air minum. Siklus hidupnya meliputi telur, larva yang bermigrasi, dan cacing dewasa di usus. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak bergejala hingga gangguan pencernaan, infeksi paru, atau komplikasi lain. Diagnosa didasarkan p
Ankylostomiasis disebabkan oleh cacing tambang yang menginfeksi usus halus manusia. Cacing betina mengeluarkan telur yang menjadi larva di lingkungan basah dan hangat sebelum menginfeksi manusia melalui kulit atau mulut. Gejalanya bervariasi mulai dari ruam kulit hingga anemia berat tergantung jumlah cacing dewasa. Diagnosis didasarkan pada temuan telur cacing dalam tinja dan pengobatan spesifik menggunakan obat-
1. SISTEM RESPIRASISISTEM RESPIRASI
CAVUM NASICAVUM NASI
1. MUKOSA RESPIRASI1. MUKOSA RESPIRASI
- EPITEL BERTINGKAT TORAK S, G- EPITEL BERTINGKAT TORAK S, G
- L. PROPRIA J. IKAT PADAT K- L. PROPRIA J. IKAT PADAT K
- KELENJER SEROMUKOSA, T A B- KELENJER SEROMUKOSA, T A B
- P. DARAH BANYAK, SINUS KAVERNOSA- P. DARAH BANYAK, SINUS KAVERNOSA
- SERAT SARAF A, K- SERAT SARAF A, K
- TULANG DAN TULANG RAWAN- TULANG DAN TULANG RAWAN
2.
3.
4. 2. MUKOSA OLFAKTORIS2. MUKOSA OLFAKTORIS
- EPITEL SEL OLFAKTORIS, BASAL, PENYOKONG- EPITEL SEL OLFAKTORIS, BASAL, PENYOKONG
- L. PROPRIA J. IKAT, K. SEROSA BOWMAN- L. PROPRIA J. IKAT, K. SEROSA BOWMAN
- PLEKSUS P. DARAH, LIMF, S. SARAF- PLEKSUS P. DARAH, LIMF, S. SARAF
- LOKASI S. NASI, KONKA N. S- LOKASI S. NASI, KONKA N. S
- FUNGSI : - RESEPTOR OLFAKTORIS P- FUNGSI : - RESEPTOR OLFAKTORIS P
- MELARUTKAN ZAT BAU- MELARUTKAN ZAT BAU
5. NASOFARINGSNASOFARINGS
- EPITEL BERTINGKAT TORAK- EPITEL BERTINGKAT TORAK
- L. PROPRIA : - J. IKAT, K. SEROMUKOSA- L. PROPRIA : - J. IKAT, K. SEROMUKOSA
- JARINGAN LIMFOID- JARINGAN LIMFOID
SINUS PARANASALISSINUS PARANASALIS
- EPITEL SELAPIS TORAK- EPITEL SELAPIS TORAK
- L. PROPRIA J. IKAT K. SEROMUKOSA- L. PROPRIA J. IKAT K. SEROMUKOSA
6. LARINGSLARINGS
- MUKOSA : - EPITEL BERLAPIS G, B. TORAK- MUKOSA : - EPITEL BERLAPIS G, B. TORAK
- L. P J. IKAT L, K. SM- L. P J. IKAT L, K. SM
- T. RAWAN : HIALIN, ELASTIS, FIBROSA- T. RAWAN : HIALIN, ELASTIS, FIBROSA
- OTOT : OTOT RANGKA- OTOT : OTOT RANGKA
- SUBMUKOSA J. IKAT L- SUBMUKOSA J. IKAT L
- TONJOLAN : PITA SUARA, EPIGLOTIS- TONJOLAN : PITA SUARA, EPIGLOTIS
- LEKUKAN : SINUS LARING- LEKUKAN : SINUS LARING
7.
8. TRAKEATRAKEA
- MUKOSA : - EPITEL BT G- MUKOSA : - EPITEL BT G
- LAMINA PROPRIA J. IKAT L, ME.- LAMINA PROPRIA J. IKAT L, ME.
- ME SEL TS,G, S, S, I, B, C, E- ME SEL TS,G, S, S, I, B, C, E
- SUBMUKOSA : J. IKAT, K >, MS- SUBMUKOSA : J. IKAT, K >, MS
- TULANG RAWAN : HIALIN, C- TULANG RAWAN : HIALIN, C
- T. MUSKULARIS- T. MUSKULARIS
- T. ADVENTISIA : J. IKAT L- T. ADVENTISIA : J. IKAT L
9.
10. BRONKUSBRONKUS
- MUKOSA : - EPITEL B. TORAK S G- MUKOSA : - EPITEL B. TORAK S G
- L.PROPRIA J. IKAT E >- L.PROPRIA J. IKAT E >
- SUBMUKOSA J. IKAT- SUBMUKOSA J. IKAT
- MUSKULARIS OP. MELINGKAR- MUSKULARIS OP. MELINGKAR
- T. RAWAN HIALIN LEMPENG- T. RAWAN HIALIN LEMPENG
- T. ADVENTISIA J. IKAT- T. ADVENTISIA J. IKAT
11.
12.
13. BRONKIOLUS REGULERBRONKIOLUS REGULER
- MUKOSA : - EPITEL BT, SG, C, S, I, E- MUKOSA : - EPITEL BT, SG, C, S, I, E
- L. P J. IKAT, E >- L. P J. IKAT, E >
- T. MUSKULARIS OP, TEBAL, SIRKULER- T. MUSKULARIS OP, TEBAL, SIRKULER
- TULANG RAWAN TIDAK ADA- TULANG RAWAN TIDAK ADA
- KELENJER TIDAK ADA- KELENJER TIDAK ADA
- T.ADVENTISIA J. IKAT- T.ADVENTISIA J. IKAT
14.
15. BRONKIOLUS TERMINALBRONKIOLUS TERMINAL
- MUKOSA : - EPITEL SELAPIS T, S, C, E, S, I- MUKOSA : - EPITEL SELAPIS T, S, C, E, S, I
- L. P J.IKAT E >- L. P J.IKAT E >
- T. MUSKULARIS OP TEBAL SIRKULER- T. MUSKULARIS OP TEBAL SIRKULER
- SEL GOBLET TIDAK ADA- SEL GOBLET TIDAK ADA
- EPITEL BERSILIA- EPITEL BERSILIA
- T. ADVENTISIA J. IKAT- T. ADVENTISIA J. IKAT
16. BAGIAN RESPIRASIBAGIAN RESPIRASI PARUPARU
BRONKIOLUS RESPIRATORIUSBRONKIOLUS RESPIRATORIUS
- DIAMETER 0,5 – 0,2 MM- DIAMETER 0,5 – 0,2 MM
- EPITEL TORAK R / KUBIS, TS, C, I- EPITEL TORAK R / KUBIS, TS, C, I
- JARINGAN IKAT K, E, R- JARINGAN IKAT K, E, R
- OTOT POLOS- OTOT POLOS
- ALVEOLUS- ALVEOLUS
17.
18. DUCTUS ALVEOLARISDUCTUS ALVEOLARIS
- ALVEOLI BANYAK- ALVEOLI BANYAK
- EPITEL TORAK R TERSEBAR- EPITEL TORAK R TERSEBAR
- OTOT POLOS SEDIKIT HALUS- OTOT POLOS SEDIKIT HALUS
- J. IKAT K, E- J. IKAT K, E
- MUARA ATRIUM- MUARA ATRIUM
19. SAKUS ALVEOLARISSAKUS ALVEOLARIS
- DIKELILINGI ALVEOLI- DIKELILINGI ALVEOLI
- EPITEL SELAPIS GEPENG- EPITEL SELAPIS GEPENG
- JARINGAN IKAT K, E, R- JARINGAN IKAT K, E, R
20.
21. ALVEOLUS PULMONARALVEOLUS PULMONAR
- JUMLAH 300 JT ( 200 – 500 JT )- JUMLAH 300 JT ( 200 – 500 JT )
- DIAMETER 200- DIAMETER 200 μμmm
- DAERAH ALVEOLI 545 m- DAERAH ALVEOLI 545 m²²
- TEMPAT PERTUKARAN GAS 140 m- TEMPAT PERTUKARAN GAS 140 m²²
22. ALVEOLIALVEOLI
- DINDING SEL I, II, PORI KOHN, SEPTUM- DINDING SEL I, II, PORI KOHN, SEPTUM
- SEPTUM A J. IKAT, SEL-SEL, KAPILER- SEPTUM A J. IKAT, SEL-SEL, KAPILER
- SEL-SEL MAST, PLASMA, LIMFOSIT, M, F- SEL-SEL MAST, PLASMA, LIMFOSIT, M, F
- J. IKAT R, K, E- J. IKAT R, K, E
- PORI KOHN 10 – 15- PORI KOHN 10 – 15 μμm, KOLETERALm, KOLETERAL
- KAPILER 1.800/1 ALVEOLUS, 125 m- KAPILER 1.800/1 ALVEOLUS, 125 m²² CONTINUCONTINU
23.
24. HISTOFISIOLOGIHISTOFISIOLOGI
- SILIA : TRANSPOR- SILIA : TRANSPOR
- SEL GOBLET : MUKUS- SEL GOBLET : MUKUS
- K. MUKOSA : MUKUS- K. MUKOSA : MUKUS
- J. VASKULER : MENGHANGATKAN- J. VASKULER : MENGHANGATKAN
- TULANG RAWAN : MEMBUKA- TULANG RAWAN : MEMBUKA
- SERAT ELASTIS: ELASTISITAS- SERAT ELASTIS: ELASTISITAS
- OTOT POLOS : MENGATUR DIAMETER LUMEN- OTOT POLOS : MENGATUR DIAMETER LUMEN
25. - SEL CLARA : SURFAKTAN- SEL CLARA : SURFAKTAN
- PNEUMOSIT TIPE II : SURFAKTAN- PNEUMOSIT TIPE II : SURFAKTAN
- PNEUMOSIT TIPE I : DIFUSI O2, CO2- PNEUMOSIT TIPE I : DIFUSI O2, CO2
- UJUNG SARAF SENSORIS : REFLEKS BATUK- UJUNG SARAF SENSORIS : REFLEKS BATUK
- SEL MAKROFAG ALVEOLAR : FAGOSIT- SEL MAKROFAG ALVEOLAR : FAGOSIT
- PORI KOHN : KESEIMBANGAN TEKANAN ALVEOLI- PORI KOHN : KESEIMBANGAN TEKANAN ALVEOLI