SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
Maria Stefania Kolo Naikteas S.Pd
• Peserta didik dapat menganalisis norma dan aturan,
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang diatur
dalam konstitusi dan norma yang berlaku,
• serta dapat mempraktikkannya; mempraktikkan
membuat kesepakatan bersama di sekolah terkait
dengan norma yang harus dipatuhi oleh seluruh
peserta didik;
• mengkaji ide-ide para pendiri bangsa tentang rumusan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945;
• dan mengidentiikasi adanya kesesuaian, tumpang
tindih, dan pertentangan antara satu regulasi dengan
regulasi lainnya.
Pengenalan konstitusi
dalam pengalaman hidup
sehari-hari
UNIT
1
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Peserta didik dapat mendeskripsikan dan
membuat kesimpulan penting terkait dengan
materi yang dipelajari, yakni Definisi Konstitusi,
Tujuan Konstitusi, Jenis Konstitusi,
• Sejarah Perubahan Konstitusi UUD NRI Tahun
1945,
• Mengaitkan dengan pasal atau ayat dalam
Konstitusi UUD NRI Tahun 1945 yang dirasakan
terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari,
seperti pendidikan, kesehatan, dan lain
sebagainya.
H
DEFINISI KONSTITUSI
Sebuah negara yang menganut paham konstitusionalisme adalah sistem negara yang
menjadikan konstitusi sebagai perwujudan hukum tertinggi. Indonesia merupakan
negara yang menganut paham tersebut. Sesuai yang dimuat dalam Undang Undang
Dasar Tahun 1945 pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
Paham konstitusionalisme dapat didefinisikan sebagai sebuah paham yang menganut
prinsip di mana perwujudan hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh seluruh
komponen negara termasuk rakyat dan pemerintah adalah konstitusi.
Pengertian
Konstitusi
Konstitusi merupakan kata yang berasal dari bahasa Perancis, yakni
constituer, yang memiliki makna membentuk. Kata constituer sendiri
memiliki maksud sebagai pembentukan suatu negara. Oleh karena
itu, konstitusi memiliki kedudukan sebagai sebuah wujud hukum
tertinggi. Konstitusi sendiri dapat terbentuk dari hasil pemikiran
para pendiri negara
Pertama, dalam arti sempit,
pengertian konstitusi adalah
Undang Undang Dasar
merupakan sebuah hukum dasar
tertulis. UUD 1945 sendiri ialah
suatu dokumen yang memuat
segala aturan serta ketentuan
yang bersifat pokok dari sistem
tata negara suatu negara.
• Kedua, dalam arti secara luas,
dapat disimpulkan bahwa
pengertian konstitusi adalah
keseluruhan aturan dan
ketentuan dasar, baik dari
hukum dasar yang meliputi
hukum dasar tertulis hingga
hukum dasar tidak tertulis yang
mengatur suatu pemerintahan
yang diselenggarakan di dalam
suatu negara
Undang-undang Dasar memiliki
kedudukan tertinggi dalam
peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Artinya semua peraturan
yang berlaku di Indonesia
kedudukannya di bawah Undang-
Undang Dasar
1
• Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan
terhadap kekuasaan politik. Tujuan ini berfungsi untuk membatasi kekuasaan
penguasa sehingga tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat banyak
2
• Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan
sendiri. Bisa juga memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM),
sehingga dengan adanya konstitusi maka setiap penguasa dan masyarakat wajib
menghormati HAM dan berhak mendapatkan perlindungan dalam melakukan
haknya
3
• Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya. Selain memberikan batasan-batasan untuk
penguasa dalam menjalankan kekuasaanya, hal ini juga bertujuan untuk
memberikan pedoman bagi penyelenggara negara agar negara dapat berdiri
kokoh
TUJUAN
KONSTITUSI
• Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
KONSTITUSI TERTULIS
• Konvensi (permufakatan atau kesepakatan
terutama mengenai adat istiadat, tradisi
dsb atau aturan yang timbul atau
terpelihara karena dilakukan secara terus-
menerus)
• Pidato Presiden setiap 17 Agustus
KONSTITUSI TIDAK TERTTULIS
JENIS-JENIS KONSTITUSI
SEJARAH PERUBAHAN
KONSTITUSI UUD NRI 1945
UUD 1945 (18
Agustus 1945-27
Desember 1949)
1. Bentuk negara Kesatuan
2. Kekuasaan negara bersifat desentralisasi
3. Bentuk pemerintahan : Republik
4. Sistem pemerintaha : Presidensial
5. Kekuasaan presiden sangat luas sehingga
kekuasan presiden absolut
6. Terbentuknya KNIP dengan Maklumat Wakil
Presiden No. X Tanggal 16 oktober 1945
sebagai kekuasaan legislatif
• UUD RIS (27
Desember
1949-17
Agustus
1950 )
1. Bentuk negara serikat (terbagi menjadi 7
bagian) Negara Republik Indonesia, Negara
Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara
Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera
Timur dan Negara Sumatera Selatan
2. Bentuk pemerintaha : Republik
3. Kekuasaan Presiden bersifat absolut
4. Kabinet dapat dipaksa untuk meletakkan
jabatannya oleh DPR pertama RIS
5. Kabinet bertanggung jawab kepada
perdana menteri
6. RIS mengenal sistem perwakilan bikameral
(dua kamar) yaitu senat dan DPR
SEJARAH PERUBAHAN KONSTITUSI UUD NRI 1945
Undang-
Undang Dasar
Sementara
(UUDS) 17
Agustus 1950-
5 Juli 1959
1. Bentuk neagara: Kesatuan
2. Bentuk pemerintahan : Republik
3. Sistem pemerintahan bersifat Parlementer
4. Penyelenggaraan pemilu untuk pertam kalinya
 21 september 1955 (Anggota DPR)
 15 Desember 1955 (Anggota Konstituante)
5. Badan Konstitaunte menghasilkan rancangan
konstitusi
6. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
a. Menetapkan pembubaran konstitituante
b. Menetapakan berlakunya kembali UUD 1945 dan
tidak berlakunya UUDS 1950
c. Pembentukan MPRS dan DPAS
SEJARAH PERUBAHAN KONSTITUSI UUD NRI
1945
PENETAPAN KEMBALI UNDANG-UNDANG DASAR 1945
AMANDEMEN UUD 1945
Amandemen I
(14-21 Oktober 1999) disahkan
19 Oktober 1999
Terdapat 9 pasal yang diubah
(pasal 5,7,9,13,14,15,17,20,21)
Membatasi kekuasaan Presiden
yang di anggap terlalu
berlebihan (pembatan periode
jabatan)
Amandemen II
(7- 18 Agustus 2000) disahkan 18
Agustus 2000
Terdapat 21 pasal diubah (pasal
18,18A&B,19,20,20A,22A&B,25E,
26,27,28A-J,30,36A-C)
Menambahkan aturan terkait
wewenang posisi perda, peran
dan fungsi DPR serta HAM
Amandemen III
(1-9 November 2001) disahkan 10
November 2001
Terdapat 23 pasal yang diubah (pasal
1,3,6,6A,7A-C,8,11,17,22C-
E,23,23A,23C,23E,23F,23G,24,24A-C)
Bentuk dan kedaulatan negara, aturan
pemakzulan, pembentukan DPD, KY dan
MK dan mengamanahkan pemilihan
Pesiden dan Wapres dilakukan secara
langsung tidakl lagi oleh MPR
Amandemen IV
(1-11 Agustus 2002) disahkan
10 Agustus 2002
Pendidikan dan perekonomian 3 pasal
aturan peralihan dan2 pasal aturan
tambahan
Ditambahkan 13 pasal (pasal
2,6A,8,11,16,23B,23D,24,31,32,33,34,37)
TUJUAN PEMBELAJARAN
UNIT
2
PENGENALAN NORMA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Peserta didik dapat menganalisis norma dan
menerapkan dalam kehidupan sehari- hari, baik
sebagai peserta didik maupun sebagai warga
masyarakat.
Pengertian Norma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online, norma
memiliki dua makna.
Pertama, ia sebagai aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok dalam masyarakat. Ia dipakai sebagai panduan, tatanan, dan
pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima. Dalam pengertian ini,
norma adalah sesuatu yang berlaku dan setiap warga harus menaatinya.
Kedua, ia sebagai aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok
ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu.
NORMA
KESUSILAN
Norma Susila: aturan pergaulan dalam masyarakat yang bersumber dari hati
nurani manusia yang berkaitan dengan pemahaman baik dan buruk yang ada
dalam kehidupan masyarakat, seperti pergaulan antara pria dan wanita
NORMA SOSIAL
Norma Sosial: aturan pergaulan
dalam masyarakat yang menata
tindakan manusia
dalam pergaulan dengan
sesamanya, seperti bagaimana
berbicara dan bertindak
yang sopan;
NORMA AGAMA
Norma Agama: aturan pergaulan
dalam masyarakat yang bersumber
dari ajaran agama
Norma Hukum: aturan
pergaulan dalam
masyarakat yang
berasal dari peraturan
yang dibuat oleh
pemerintah dan atau
DPR(D) di berbagai
tingkatan.
Norma diperlukan agar interaksi manusia dapat berjalan
dengan baik, saling menghormati, saling memberi,
tolong menolong dalam kebajikan, dan menyayangi.
Norma menjadi harapan agar kehidupan dapar berjalan
secara harmonis tidak saling menaikan, tidak saling
membenci dan bermusuhan. Norma menjadi cara agar
penyelenggaraan kehidupan dapat berjalan dengan
indah.
• Norma merupakan kesepakatan sosial. Kisi-kisi kesepakatan dapat bersumberdari
manapun dari hati nurani manusia, dari pergaulan antarmanusia dalam
masyarakat, dari Tuhan Yang Maha Esa melalui ajaran agama, dan bersumber dari
hukum atau peraturan perundang-undangan. Usia norma dapat panjang, dapat
pula pendek. Terkadang, norma menyesuaikan perkembangan zaman. Oleh karena
itu, aturan main dalam norma dapat berubah setiap saat. Terkadang rigid (kaku)
tetapi terkadang sangat fleksibel.
• Bila konstitusi atau regulasi negara memiliki ganjaran (reward) dan hukuman
(punishment), demikian juga dengan norma. Dalam norma, yang melanggar akan
mendapat hukuman dengan ketentuan yang telah disepakati anggota masyarakat.
Dan yang menunaikan norma dengan baik, maka seseorang akan mendapatkan
ganjaran, setidaknya berupa pujian. Hadiah dan hukuman dalam norma, terkadang
berupa pemberian dan sanksi sosial (kultural). Bukan pemberian material ataupun
hukuman fisik, tetapi berupa pujian karena melaksanakan norma, atau
gunjingan(bahkan dijauhi) karena melanggar aturan yang telah disepakati dalam
norma.
• Contoh norma dalam kehidupan sehari-hari adalah Peraturan RT. Di
dalamnya,misalnya, tentang bagaimana cara untuk mengurus KTP atau
mendapatkan Pengantar Surat bila ingin mengurus izin berusaha di tingkat desa
sampai kabupaten/kota. Ada aturan yang lebih sederhana, bagaimana agar semua
warga tiap malam ikut ronda kampung untuk menjaga keamanan.
• Ada pula norma yang tidak ditulis, seperti antartetangga harus saling membantu
jika ada kesulitan. Antarwarga tidak boleh melakukan aktivitas yang dapat
mengganggu tetangga, seperti membunyikan musik keras-keras, dan lain
sebagainya.
• Di lembaga pendidikan, seperti sekolah tempat kita menuntut ilmu, ada pula
aturan main. Ada banyak pasal-pasal yang tertulis dan ada aturan main yang tidak
tertulis. Yang tertulis, antara lain, dalam bentuk tata tertib peserta didik dalam
kelas. Yang tidak tertulis, misalnya, peserta didik harus saling membantu bila ada
kesulitan dan saling menghormati atas perbedaan.
UNIT
3
HUBUNGAN ERAT PANCASILA
DAN UUD NRI TAHUN 1945
Peserta didik mampu melihat
dan memahami hubungan
antara Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945, paling tidak,
meliputi:
a) Pancasila sebagai ideologi
dan falsafah
negara sekaligus merupakan
sumber dari segala sumber
hukum,
b) UUD NRI Tahun
1945 merupakan konstitusi
tertulis negara Indonesia,
posisinya menjadi sumber
hukum di Indonesia, dan
c) Contoh hubungan erat antara
Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
• Posisi Pancasila
Lima sila Pancasila dituliskan dengan tinta abadi dalam Pembukaan UUD NRI Tahun
1945. Kelima sila tersebut digali dari nilai-nilai dan tradisi yang berkembang selama
berabad-abad di negeri Indonesia. Nilai-nilai dan tradisi yang baik dirumuskan oleh
para pendiri bangsa (the founding fathers) kita dalam 5 sila. Pancasila menjadi landasan
dalam pelaksanaan cita-cita berbangsa dan bernegara Indonesia Raya. Oleh karena
itu, Pancasila menjadi sumber segala sumber hukum negara.
…. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
(Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alinea 4)
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara sesuai dengan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 alinea keempat. Pancasila sebagai dasar
dan ideologi negara serta dasar filosofi
negara berarti setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan
Dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila adalah titik temu seluruh warga negara
Indonesia, dari latar belakang apapun. Ia dapat
menyatukan keragaman bangsa Indonesia.
Pancasila juga dapat menjadi asas tunggal dalam
tatanan struktur dan kultur bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu, Pancasila menjadi keputusan final sebagai
landasan bangsa dan negara Indonesia.
Di bawah Pancasila adalah UUD NRI Tahun 1945. Hubungan antara
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945sangat erat. Lima sila Pancasila
terpatri rapi dalamPembukaan UUD NRI Tahun 1945. Oleh karena
itu pula, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tidak bisa
diamandemen seperti Batang Tubuh dan Penjelasan UUD NRI
Tahun 1945.
UUD NRI Tahun 1945 selalu mendasarkan kepada Pancasila yang
tertulis dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 beserta rangkaian
cita-cita berbangsa dan bernegara. Hukum tata negara, tata
pemerintahan, hubungan negara dengan warga negara, yang
diatur dalam UUD NRI Tahun 1945, semua mendasarkan kepada 5
sila Pancasila. Oleh karena itu, UUD NRI Tahun 1945 menjadi
hukum dasar dalam seluruh peraturan perundang-undangan yang
disahkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 28 A sampai Pasal 28 J UUD NRI Tahun 1945 berisi banyak
jenis hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh negara. Pasal-
pasal tersebut erat kaitannya dengan upaya pemenuhan Sila
Kedua Pancasila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Pasal 1
tentang Bentuk dan Kedaulatan dan Pasal 25 tentang Wilayah
Negara, semua diarahkan untuk melaksanakan Sila Ketiga
Pancasila “Persatuan Indonesia”.
UNIT
4
MEMBUAT KESEPAKATAN
BERSAMA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menganalisis dan mempraktikkan bagaimana membuat
sebuah kesepakatan bersama dalam sebuah pertemuan.
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kesepakatan berarti perihal sepakat atamaknanya
konsensus. Sedangkan makna konsensus adalah
kesepakatan kata atau permufakatan bersama
(mengenai pendapat, pendirian, dan sebagainya) yang
dicapai melalui kebulatan suara.
• kesepakatan bersama juga terkait dengan negosiasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan
negosiasi sebagai:
1) proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak
(kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau
organisasi) yanglain; atau
2) penyelesaian sengketa secara damai melalui
perundingan antara pihakyang bersengketa.
• Kesepakatan bersama juga bisa dilakukan dalam
kesatuan sosial terkecil, yakni keluarga. Antara Orang
tua dan anak bisa dibangun kesepakatan bersama
agar keluarga menjadi lebih asyik, lebih dinamis, dan
saling mendukung.
• Kesepakatan bersama dapat dikaitkan dengan
integrasi sosial. Terciptanya kesepakatan bersama
mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial
sangat penting untuk menguatkan integrasi sosial.
Integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di
antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam
kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan
pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi. Integrasi sosial diperlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Dalam integrasi sosial, kesepakatan bersama
mewujud dalam bentuk asimiliasi (pembauran
kebudayaan) dan akulturasi (penerimaan sebagian
unsur asing).
UNIT
5
PRODUK DAN HIERARKI
PERUNDANG-UNDANGAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Peserta didik dapat menguraikan berbagai produk perundang-undangan yang ada
di Indonesia, posisi hierarki, muatan masing-masing produk perundang-undangan,
hingga siapa yang memproduksi berbagai jenis perundang-undangan tersebut.
PRODUK DAN HIIERARKI PEERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum
yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan. Mengapa undang-undang ini dipandang penting??
beberapa pertimbangan di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara
hukum, negara berkewajiban melaksanakan
pembangunan hukum nasional yang dilakukan
secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan
dalam sistem hukum nasional yang menjamin
perlindungan hak dan kewajiban segenap
rakyat Indonesia berdasarkan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
dan
b. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas
peraturan perundang-undangan yang baik,
perlu dibuat peraturan mengenai
pembentukan peraturan perundangundangan
yang dilaksanakan dengan cara dan metode
yang pasti, baku, dan standar yang mengikat
semua lembaga yang berwenang membentuk
peraturan perundang-undangan.
NO Jenis peraturan
perundang-undangan
Yang berwenang
menetapkan/
mengesahkan
Materi muatan yang di atur
1 Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945 (UUD NRI
Tahun 1945)
Ditetapkan oleh MPR
yang terdiri dari Anggota
DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) dan Anggota
DPD (Dewan Perwakilan
Daerah)
Meliputi jaminan hak
asasi manusia bagi setiap
warga negara, prinsipprinsip
dan dasar negara,
tujuan bernegara, dan lain
sebagainya
2 Ketetapan MPR Ditetapkan oleh MPR Materi muatan dalam setiap
Ketetapan MPR berbeda-
beda. Sebagai contoh
Ketetapan MPR RI Nomor
IV/MPR/2000 Tetang
Rekomendasi kebijakan dan
penyelanggaraan Otonomi
daerah
NO Jenis Peraturan
Perundang-
Undangan
Yang berwenang menetapkan/
mengesahkan
Materi muatan yang di atur
3 Undang-
Undang (UU)
atau Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang
(Perppu)
Rancangan UU yang
telah disetujui bersama
oleh DPR dan Presiden
disampaikan oleh
pimpinan DPR kepada
Presiden untuk disahkan
menjadi UU dalam
jangka waktu paling
lama 7 hari sejak tanggal
persetujuan bersama.
Perppu adalah peraturan
perundang-undangan
yang ditetapkan oleh
Presiden dalam hal
ihwal kepentingan yang
Memaksa
Materi muatan yang harus
diatur dengan UU berisi:
• Pengaturan lebih lanjut
mengenai ketentuan UUD
NRI Tahun 1945
• Perintah suatu UU untuk
diatur dengan UU
• Pengesahan Perjanjian
internasional tertentu
• Pemenuhan kebutuhan
hukum dalam masyarakat
Materi muatan Perppu sama
dengan materi muatan UU.
4 Peraturan
Pemerintah (PP)
Ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan UU
Materi muatan PP berisi
materi untuk menjalankan
NO Jenis Peraturan
Perundang-
Undangan
Yang berwenang
menetapkan/
mengesahkan
Materi muatan yang di atur
5 Peraturan
Presiden
Ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan
perintah peraturan
perundang-undangan
yang lebih tinggi atau
dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan
Berisi materi yang diperintahkan
oleh UU, materi untuk
melaksanakan PP, atau
materi untuk melaksanakan
penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan.
6 Peraturan daerah
(Perda) Provinsi
Rancangan Perda
Provinsi yang telah
disetujui bersama DPRD
Provinsi dan Gubernur
disampaikan oleh
Pimpinan DPRD Provinsi
kepada Gubernur untuk
ditetapkan menjadi Perda
Provinsi.
Berisi materi muatan dalam
rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan
tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus
daerah dan/atau penjabaran
lebih lanjur peraturan
perundang-undangan yang
lebih tinggi.
NO Jenis Peraturan
Perundang-
Undangan
Yang berwenang
menetapkan/
mengesahkan
Materi muatan yang di atur
7 Peraturan
Daerah (Perda)
Kabupaten/Kota
Rancangan Perda
Kabupaten/Kota yang
telah disetujui bersama
oleh DPRD Kabupaten/
Kota dan Bupati/
Walikota disampaikan
oleh Pimpinan DPRD
Kabupaten/Kota kepada
Bupati/Walikota untuk
ditetapkan menjadi Perda
Kabupaten/Kota.
Sama dengan Perda Provinsi,
Perda Kabupaten/
Kota juga
berisi materi muatan dalam
rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan
tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus
daerah dan/atau penjabaran
lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang
lebih tinggi.
UNIT
6
HUBUNGAN ANTAR PERUNDANG-
UNDANGAN
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menganalisis satu produk perundang-undanagan. Apakah tlah
diarahkan untuk mencapai tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia,
melayani rakyat kebanyakan, dan tidak berpotensi korupsi
Hubungan Antar Peraturan Perundang-Undang
• UU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah bagian dari
pembangunan hukum nasional. Pembentukan peraturan perundang-undangan
dari merencanakan sampai menetapkan, melibatkan legislatif dan eksekutif di
tingkat nasional dan daerah, juga partisipasi masyarakat. Diharapkan masing-
masing produk perundang-undangan dapat sinkron dan saling melengkapi,
sehingga dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara seperti yang dicita-
citakan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
• Namun kenyataannya ada sejumlah permasalahan mendasar dalam sistem
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Di antaranya, tidak sinkron antar-
perencanaan peraturan perundang-undangan (pusat dan daerah) dengan
perencanaan dan kebijakan pembangunan. Selain itu, ada kecenderungan
peraturan perundangundangan bahkan menyimpang dari materi muatan yang
seharusnya diatur.
• Dokumen Perencanaan Pembangunan diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sedangkan dokumen
perencanaan peraturan perundang-undangan diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah.
• Tidak sinkron antara perencanaan pembangunan dan perencanaan legislasi dapat
tergambar dalam dokumen perencanaan pembangunan dan dokumen perencanaan
legislasi periode tahun 2015-2019. Dari 70 Rancangan Undang-Undang dalam usulan RPJPN
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) dan Prolegnas 2015-2019, hanya 3 RUU
yang kemudian dapat disahkan. Di luar 70 RUU tersebut, masih ada 12 RUU yang diusulkan
oleh pemerintah dalam Prolegnas yang berada di luar kerangka perencanaan
pembangunan nasional, dan terdapat 14 RUU yang masuk dalam RPJMN tetapi tidak
masuk ke dalam Prolegnas.
• Sinkronisasi atau harmonisasi
antarproduk perundang-undangan
(nasional dan daerah) diperlukan
sebagai satu kesatuan hukum yang
saling mendukung, menjadi
pengabsahan dan arah bagi
pembangunan Indonesia. Pembenahan
kualitas perundang-undangan (regulasi)
juga diperlukan agar mendukung
pencapaian prioritas pembangunan
Indonesia.
• pemerintah membuat kebijakan untuk
kepentingan sinkronisasi dan
harmonisasi produk perundang-
undangan. Hasilnya, antara lain, adalah
pembatalan terhadap 3.143 Perda yang
bertentangan dengan kebijakan
nasional, pemerintah juga melakukan
proses penyederhanaan regulasi. Ada
pembatalan terhadap 50 persen dari 42
ribu regulasi di kementerian yang
dianggap menghambat investasi. Ada
pula 427 regulasi setingkat Peraturan
Menteri dan Peraturan Dirjen yang juga
dibatalkan.
UNIT
7
MENGANALISIS PRODUK PERUNDANG-
UNDANGAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menganalisis satu produk perundang-
undangan: apakah telah diarahkan untuk mencapai tujuan
pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia, melayani
rakyat kebanyakan, dan tidak berpotensi terjadi korupsi.
• Seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus merujuk
kepada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Tidak boleh
mengabaikan apalagi bertentangan. Seperti halnya sila “Ketuhanan
Yang Maha Esa” dalam Pancasila, dan Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD
NRI Tahun 1945, keduanya memberikan perlindungan kepada
agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka,
peraturan perundang- undangan yang ada di bawahnya tidak boleh
bertentangan terhadap keduanya. Undang-Undang sampai
Peraturan Daerah; tidak boleh menuliskan norma hukum yang
melarang kebebasan beragama.
• Kedua, peraturan perundang-undangan yang ada di bawah UUD NRI
Tahun 1945 juga harus merujuk pasal atau ayat yang ada dalam
UUD NRI Tahun 1945. Hal demikian berlaku secara hierarikis dalam
urutan perundang-undangan. Sehingga sebuah Peraturan Daerah,
misalnya, bukan hanya harus merujuk kepada UUD NRI Tahun 1945
tetapi harus pula merujuk kepada Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah yang ada di atasnya, yang sejalur perihal yang diatur.
• Apabila ketiga hal di atas tidak terpenuhi, maka sebuah peraturan perundang-
undangan dapat digugat. Jika peraturan berbentuk undang-undang, maka dapat
digugat (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi. Sedangkan selain undang-
undang, dapat dilayangkan gugatan ke Mahkamah Agung (MA). Ketiga hal di atas,
sekaligus merupakan alat sederhana untuk menganalisis sebuah produk
perundang-undangan.
Contoh analisis terhadap UU Nomor 6 Tahun 2014
• Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh
pemerintahan pusat kepada daerah dalam kerangka
ketatanegaraan . Dalam negara Indonesia seperti penyerahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah otonom
• Residu jika ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti sisa sehingga asas residualitas memeliki pengertian
bahwa suatu organ pemerintahan melaksanakan sisa
kewenangan yang diberikan oleh organ pemerintahan lainnya .
Asas residualitas mengikuti asas desentralisasi menegaskan
bahwa seluruh kewenangan dibagi habis antara pemerintah
pusat, pemerintah provinsi dan terakhir ditangan pemerintah
kabupaten/kota. Dengan asas desentralisasi dan residualitas
itu, desa ditempatkan dalam sistem pemerintahan kab/kota
yang menerima pelimpahan sebagian (sisa-sisa) kewenangan
dari bupati/walikota
Dalam penjelasan UU
No.6/2014, rekognisi
adalah pengakuan
terhadap asal, usul,
sedangkan subsidiaritas
setelah penetapan
kewenangan berskala lokal
dan pengambilan
keputusan secara lokal
untuk kepentingan
masyarakat desa
• Target aksi atau langkah apa saja yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan
• Mandat (KBBI), perintah atau arahan yang
diberikan oleh orang banyak (rakyat,
perkumpulan, dsb) kepada seseorang
(beberapa orang) untuk dilakasanakan
sesuai dengan kehendak orang banyak
• Objek, merupakan suatu hal,perkara, atau
orang yang menjadi pokok pembicaraan
• Subjek , bagian klausa yang mennadai apa
yang dibicarakan oleh pebicara. Bagian
klausa yang lain selain subjek adalah
predikat. Subjek tidak selalu sama dengan
pelaku atau aktor, terutama dalam kalimat
pasif
• Government driven development atay
community driven development , didorong
oleh pemerintah pembangunan atau
komunitas pengembangan didorong
• Village driven development, atau
pembagunan berbasis data
JANGAN LUPA BELAJAR 
TUHAN MEMBERKATI SELALU

More Related Content

Similar to Pkn nkri suhwbsbshbsbshdhdbdbdubsbdjdbbdndj

1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
JENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
JENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIAJENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
JENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIAIntan Irawati
 
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptandhika perceka
 
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...Ratna Melati
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...Ir. Soekarno
 
SIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum IndonesiaSIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum Indonesiafeggyernes
 
Hubungan dasar negara dengan konstitusi p kn
Hubungan dasar negara dengan konstitusi   p knHubungan dasar negara dengan konstitusi   p kn
Hubungan dasar negara dengan konstitusi p knvyahadi
 
Bab II Civic.pptx
Bab II Civic.pptxBab II Civic.pptx
Bab II Civic.pptxAyunHamima1
 
Pokok pikiran pembukaan UUD 1945
Pokok pikiran pembukaan UUD 1945Pokok pikiran pembukaan UUD 1945
Pokok pikiran pembukaan UUD 1945Jojo Junghead
 
KONSTITUSI DI INDONESIA.pptx
KONSTITUSI DI INDONESIA.pptxKONSTITUSI DI INDONESIA.pptx
KONSTITUSI DI INDONESIA.pptxEriana14
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraOperator Warnet Vast Raha
 
PPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptx
PPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptxPPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptx
PPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptxMtsAlhidayahIbun
 

Similar to Pkn nkri suhwbsbshbsbshdhdbdbdubsbdjdbbdndj (20)

1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
JENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
JENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIAJENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
JENIS DAN PROSEDUR PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
 
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
 
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
 
LANJUTAN 8.pptx
LANJUTAN 8.pptxLANJUTAN 8.pptx
LANJUTAN 8.pptx
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
 
SIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum IndonesiaSIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum Indonesia
 
Hubungan dasar negara dengan konstitusi p kn
Hubungan dasar negara dengan konstitusi   p knHubungan dasar negara dengan konstitusi   p kn
Hubungan dasar negara dengan konstitusi p kn
 
Bab II Civic.pptx
Bab II Civic.pptxBab II Civic.pptx
Bab II Civic.pptx
 
Pokok pikiran pembukaan UUD 1945
Pokok pikiran pembukaan UUD 1945Pokok pikiran pembukaan UUD 1945
Pokok pikiran pembukaan UUD 1945
 
Konstitusi
KonstitusiKonstitusi
Konstitusi
 
KONSTITUSI DI INDONESIA.pptx
KONSTITUSI DI INDONESIA.pptxKONSTITUSI DI INDONESIA.pptx
KONSTITUSI DI INDONESIA.pptx
 
KEWARGANEGARAAN DAN NEGARA
KEWARGANEGARAAN DAN NEGARAKEWARGANEGARAAN DAN NEGARA
KEWARGANEGARAAN DAN NEGARA
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
 
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negaraMakalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
Makalah perilaku positif terhadap konstitusi negara
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
 
PPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptx
PPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptxPPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptx
PPT 1 BAB 3 MEMAKNAI PERATURAN PERUNDANGAN.pptx
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 

Pkn nkri suhwbsbshbsbshdhdbdbdubsbdjdbbdndj

  • 1. Maria Stefania Kolo Naikteas S.Pd
  • 2. • Peserta didik dapat menganalisis norma dan aturan, hak dan kewajiban sebagai warga negara yang diatur dalam konstitusi dan norma yang berlaku, • serta dapat mempraktikkannya; mempraktikkan membuat kesepakatan bersama di sekolah terkait dengan norma yang harus dipatuhi oleh seluruh peserta didik; • mengkaji ide-ide para pendiri bangsa tentang rumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945; • dan mengidentiikasi adanya kesesuaian, tumpang tindih, dan pertentangan antara satu regulasi dengan regulasi lainnya.
  • 3. Pengenalan konstitusi dalam pengalaman hidup sehari-hari UNIT 1 TUJUAN PEMBELAJARAN • Peserta didik dapat mendeskripsikan dan membuat kesimpulan penting terkait dengan materi yang dipelajari, yakni Definisi Konstitusi, Tujuan Konstitusi, Jenis Konstitusi, • Sejarah Perubahan Konstitusi UUD NRI Tahun 1945, • Mengaitkan dengan pasal atau ayat dalam Konstitusi UUD NRI Tahun 1945 yang dirasakan terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari, seperti pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
  • 4.
  • 5. H DEFINISI KONSTITUSI Sebuah negara yang menganut paham konstitusionalisme adalah sistem negara yang menjadikan konstitusi sebagai perwujudan hukum tertinggi. Indonesia merupakan negara yang menganut paham tersebut. Sesuai yang dimuat dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar. Paham konstitusionalisme dapat didefinisikan sebagai sebuah paham yang menganut prinsip di mana perwujudan hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh seluruh komponen negara termasuk rakyat dan pemerintah adalah konstitusi. Pengertian Konstitusi Konstitusi merupakan kata yang berasal dari bahasa Perancis, yakni constituer, yang memiliki makna membentuk. Kata constituer sendiri memiliki maksud sebagai pembentukan suatu negara. Oleh karena itu, konstitusi memiliki kedudukan sebagai sebuah wujud hukum tertinggi. Konstitusi sendiri dapat terbentuk dari hasil pemikiran para pendiri negara
  • 6. Pertama, dalam arti sempit, pengertian konstitusi adalah Undang Undang Dasar merupakan sebuah hukum dasar tertulis. UUD 1945 sendiri ialah suatu dokumen yang memuat segala aturan serta ketentuan yang bersifat pokok dari sistem tata negara suatu negara. • Kedua, dalam arti secara luas, dapat disimpulkan bahwa pengertian konstitusi adalah keseluruhan aturan dan ketentuan dasar, baik dari hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis hingga hukum dasar tidak tertulis yang mengatur suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu negara Undang-undang Dasar memiliki kedudukan tertinggi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Artinya semua peraturan yang berlaku di Indonesia kedudukannya di bawah Undang- Undang Dasar
  • 7. 1 • Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik. Tujuan ini berfungsi untuk membatasi kekuasaan penguasa sehingga tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat banyak 2 • Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan sendiri. Bisa juga memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM), sehingga dengan adanya konstitusi maka setiap penguasa dan masyarakat wajib menghormati HAM dan berhak mendapatkan perlindungan dalam melakukan haknya 3 • Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Selain memberikan batasan-batasan untuk penguasa dalam menjalankan kekuasaanya, hal ini juga bertujuan untuk memberikan pedoman bagi penyelenggara negara agar negara dapat berdiri kokoh TUJUAN KONSTITUSI
  • 8. • Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 KONSTITUSI TERTULIS • Konvensi (permufakatan atau kesepakatan terutama mengenai adat istiadat, tradisi dsb atau aturan yang timbul atau terpelihara karena dilakukan secara terus- menerus) • Pidato Presiden setiap 17 Agustus KONSTITUSI TIDAK TERTTULIS JENIS-JENIS KONSTITUSI
  • 9. SEJARAH PERUBAHAN KONSTITUSI UUD NRI 1945 UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949) 1. Bentuk negara Kesatuan 2. Kekuasaan negara bersifat desentralisasi 3. Bentuk pemerintahan : Republik 4. Sistem pemerintaha : Presidensial 5. Kekuasaan presiden sangat luas sehingga kekuasan presiden absolut 6. Terbentuknya KNIP dengan Maklumat Wakil Presiden No. X Tanggal 16 oktober 1945 sebagai kekuasaan legislatif
  • 10. • UUD RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950 ) 1. Bentuk negara serikat (terbagi menjadi 7 bagian) Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur dan Negara Sumatera Selatan 2. Bentuk pemerintaha : Republik 3. Kekuasaan Presiden bersifat absolut 4. Kabinet dapat dipaksa untuk meletakkan jabatannya oleh DPR pertama RIS 5. Kabinet bertanggung jawab kepada perdana menteri 6. RIS mengenal sistem perwakilan bikameral (dua kamar) yaitu senat dan DPR SEJARAH PERUBAHAN KONSTITUSI UUD NRI 1945
  • 11. Undang- Undang Dasar Sementara (UUDS) 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959 1. Bentuk neagara: Kesatuan 2. Bentuk pemerintahan : Republik 3. Sistem pemerintahan bersifat Parlementer 4. Penyelenggaraan pemilu untuk pertam kalinya  21 september 1955 (Anggota DPR)  15 Desember 1955 (Anggota Konstituante) 5. Badan Konstitaunte menghasilkan rancangan konstitusi 6. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 a. Menetapkan pembubaran konstitituante b. Menetapakan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950 c. Pembentukan MPRS dan DPAS SEJARAH PERUBAHAN KONSTITUSI UUD NRI 1945
  • 13. AMANDEMEN UUD 1945 Amandemen I (14-21 Oktober 1999) disahkan 19 Oktober 1999 Terdapat 9 pasal yang diubah (pasal 5,7,9,13,14,15,17,20,21) Membatasi kekuasaan Presiden yang di anggap terlalu berlebihan (pembatan periode jabatan) Amandemen II (7- 18 Agustus 2000) disahkan 18 Agustus 2000 Terdapat 21 pasal diubah (pasal 18,18A&B,19,20,20A,22A&B,25E, 26,27,28A-J,30,36A-C) Menambahkan aturan terkait wewenang posisi perda, peran dan fungsi DPR serta HAM Amandemen III (1-9 November 2001) disahkan 10 November 2001 Terdapat 23 pasal yang diubah (pasal 1,3,6,6A,7A-C,8,11,17,22C- E,23,23A,23C,23E,23F,23G,24,24A-C) Bentuk dan kedaulatan negara, aturan pemakzulan, pembentukan DPD, KY dan MK dan mengamanahkan pemilihan Pesiden dan Wapres dilakukan secara langsung tidakl lagi oleh MPR Amandemen IV (1-11 Agustus 2002) disahkan 10 Agustus 2002 Pendidikan dan perekonomian 3 pasal aturan peralihan dan2 pasal aturan tambahan Ditambahkan 13 pasal (pasal 2,6A,8,11,16,23B,23D,24,31,32,33,34,37)
  • 14. TUJUAN PEMBELAJARAN UNIT 2 PENGENALAN NORMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Peserta didik dapat menganalisis norma dan menerapkan dalam kehidupan sehari- hari, baik sebagai peserta didik maupun sebagai warga masyarakat.
  • 15. Pengertian Norma Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online, norma memiliki dua makna. Pertama, ia sebagai aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Ia dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima. Dalam pengertian ini, norma adalah sesuatu yang berlaku dan setiap warga harus menaatinya. Kedua, ia sebagai aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu.
  • 16. NORMA KESUSILAN Norma Susila: aturan pergaulan dalam masyarakat yang bersumber dari hati nurani manusia yang berkaitan dengan pemahaman baik dan buruk yang ada dalam kehidupan masyarakat, seperti pergaulan antara pria dan wanita
  • 17. NORMA SOSIAL Norma Sosial: aturan pergaulan dalam masyarakat yang menata tindakan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya, seperti bagaimana berbicara dan bertindak yang sopan;
  • 18. NORMA AGAMA Norma Agama: aturan pergaulan dalam masyarakat yang bersumber dari ajaran agama
  • 19. Norma Hukum: aturan pergaulan dalam masyarakat yang berasal dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan atau DPR(D) di berbagai tingkatan.
  • 20. Norma diperlukan agar interaksi manusia dapat berjalan dengan baik, saling menghormati, saling memberi, tolong menolong dalam kebajikan, dan menyayangi. Norma menjadi harapan agar kehidupan dapar berjalan secara harmonis tidak saling menaikan, tidak saling membenci dan bermusuhan. Norma menjadi cara agar penyelenggaraan kehidupan dapat berjalan dengan indah.
  • 21. • Norma merupakan kesepakatan sosial. Kisi-kisi kesepakatan dapat bersumberdari manapun dari hati nurani manusia, dari pergaulan antarmanusia dalam masyarakat, dari Tuhan Yang Maha Esa melalui ajaran agama, dan bersumber dari hukum atau peraturan perundang-undangan. Usia norma dapat panjang, dapat pula pendek. Terkadang, norma menyesuaikan perkembangan zaman. Oleh karena itu, aturan main dalam norma dapat berubah setiap saat. Terkadang rigid (kaku) tetapi terkadang sangat fleksibel. • Bila konstitusi atau regulasi negara memiliki ganjaran (reward) dan hukuman (punishment), demikian juga dengan norma. Dalam norma, yang melanggar akan mendapat hukuman dengan ketentuan yang telah disepakati anggota masyarakat. Dan yang menunaikan norma dengan baik, maka seseorang akan mendapatkan ganjaran, setidaknya berupa pujian. Hadiah dan hukuman dalam norma, terkadang berupa pemberian dan sanksi sosial (kultural). Bukan pemberian material ataupun hukuman fisik, tetapi berupa pujian karena melaksanakan norma, atau gunjingan(bahkan dijauhi) karena melanggar aturan yang telah disepakati dalam norma.
  • 22. • Contoh norma dalam kehidupan sehari-hari adalah Peraturan RT. Di dalamnya,misalnya, tentang bagaimana cara untuk mengurus KTP atau mendapatkan Pengantar Surat bila ingin mengurus izin berusaha di tingkat desa sampai kabupaten/kota. Ada aturan yang lebih sederhana, bagaimana agar semua warga tiap malam ikut ronda kampung untuk menjaga keamanan. • Ada pula norma yang tidak ditulis, seperti antartetangga harus saling membantu jika ada kesulitan. Antarwarga tidak boleh melakukan aktivitas yang dapat mengganggu tetangga, seperti membunyikan musik keras-keras, dan lain sebagainya. • Di lembaga pendidikan, seperti sekolah tempat kita menuntut ilmu, ada pula aturan main. Ada banyak pasal-pasal yang tertulis dan ada aturan main yang tidak tertulis. Yang tertulis, antara lain, dalam bentuk tata tertib peserta didik dalam kelas. Yang tidak tertulis, misalnya, peserta didik harus saling membantu bila ada kesulitan dan saling menghormati atas perbedaan.
  • 23. UNIT 3 HUBUNGAN ERAT PANCASILA DAN UUD NRI TAHUN 1945 Peserta didik mampu melihat dan memahami hubungan antara Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, paling tidak, meliputi: a) Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara sekaligus merupakan sumber dari segala sumber hukum, b) UUD NRI Tahun 1945 merupakan konstitusi tertulis negara Indonesia, posisinya menjadi sumber hukum di Indonesia, dan c) Contoh hubungan erat antara Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. TUJUAN PEMBELAJARAN
  • 24. • Posisi Pancasila Lima sila Pancasila dituliskan dengan tinta abadi dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Kelima sila tersebut digali dari nilai-nilai dan tradisi yang berkembang selama berabad-abad di negeri Indonesia. Nilai-nilai dan tradisi yang baik dirumuskan oleh para pendiri bangsa (the founding fathers) kita dalam 5 sila. Pancasila menjadi landasan dalam pelaksanaan cita-cita berbangsa dan bernegara Indonesia Raya. Oleh karena itu, Pancasila menjadi sumber segala sumber hukum negara. …. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alinea 4)
  • 25.
  • 26. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta dasar filosofi negara berarti setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan Dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah titik temu seluruh warga negara Indonesia, dari latar belakang apapun. Ia dapat menyatukan keragaman bangsa Indonesia. Pancasila juga dapat menjadi asas tunggal dalam tatanan struktur dan kultur bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila menjadi keputusan final sebagai landasan bangsa dan negara Indonesia.
  • 27. Di bawah Pancasila adalah UUD NRI Tahun 1945. Hubungan antara Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945sangat erat. Lima sila Pancasila terpatri rapi dalamPembukaan UUD NRI Tahun 1945. Oleh karena itu pula, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tidak bisa diamandemen seperti Batang Tubuh dan Penjelasan UUD NRI Tahun 1945. UUD NRI Tahun 1945 selalu mendasarkan kepada Pancasila yang tertulis dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 beserta rangkaian cita-cita berbangsa dan bernegara. Hukum tata negara, tata pemerintahan, hubungan negara dengan warga negara, yang diatur dalam UUD NRI Tahun 1945, semua mendasarkan kepada 5 sila Pancasila. Oleh karena itu, UUD NRI Tahun 1945 menjadi hukum dasar dalam seluruh peraturan perundang-undangan yang disahkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 28 A sampai Pasal 28 J UUD NRI Tahun 1945 berisi banyak jenis hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh negara. Pasal- pasal tersebut erat kaitannya dengan upaya pemenuhan Sila Kedua Pancasila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Pasal 1 tentang Bentuk dan Kedaulatan dan Pasal 25 tentang Wilayah Negara, semua diarahkan untuk melaksanakan Sila Ketiga Pancasila “Persatuan Indonesia”.
  • 28. UNIT 4 MEMBUAT KESEPAKATAN BERSAMA TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta didik dapat menganalisis dan mempraktikkan bagaimana membuat sebuah kesepakatan bersama dalam sebuah pertemuan.
  • 29. • Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesepakatan berarti perihal sepakat atamaknanya konsensus. Sedangkan makna konsensus adalah kesepakatan kata atau permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dan sebagainya) yang dicapai melalui kebulatan suara. • kesepakatan bersama juga terkait dengan negosiasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan negosiasi sebagai: 1) proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yanglain; atau 2) penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihakyang bersengketa. • Kesepakatan bersama juga bisa dilakukan dalam kesatuan sosial terkecil, yakni keluarga. Antara Orang tua dan anak bisa dibangun kesepakatan bersama agar keluarga menjadi lebih asyik, lebih dinamis, dan saling mendukung.
  • 30. • Kesepakatan bersama dapat dikaitkan dengan integrasi sosial. Terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial sangat penting untuk menguatkan integrasi sosial. Integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Dalam integrasi sosial, kesepakatan bersama mewujud dalam bentuk asimiliasi (pembauran kebudayaan) dan akulturasi (penerimaan sebagian unsur asing).
  • 31. UNIT 5 PRODUK DAN HIERARKI PERUNDANG-UNDANGAN TUJUAN PEMBELAJARAN • Peserta didik dapat menguraikan berbagai produk perundang-undangan yang ada di Indonesia, posisi hierarki, muatan masing-masing produk perundang-undangan, hingga siapa yang memproduksi berbagai jenis perundang-undangan tersebut.
  • 32. PRODUK DAN HIIERARKI PEERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang- undangan. Mengapa undang-undang ini dipandang penting?? beberapa pertimbangan di antaranya adalah sebagai berikut: a. Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negara berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan b. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundangundangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan.
  • 33.
  • 34. NO Jenis peraturan perundang-undangan Yang berwenang menetapkan/ mengesahkan Materi muatan yang di atur 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) Ditetapkan oleh MPR yang terdiri dari Anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) Meliputi jaminan hak asasi manusia bagi setiap warga negara, prinsipprinsip dan dasar negara, tujuan bernegara, dan lain sebagainya 2 Ketetapan MPR Ditetapkan oleh MPR Materi muatan dalam setiap Ketetapan MPR berbeda- beda. Sebagai contoh Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 Tetang Rekomendasi kebijakan dan penyelanggaraan Otonomi daerah
  • 35. NO Jenis Peraturan Perundang- Undangan Yang berwenang menetapkan/ mengesahkan Materi muatan yang di atur 3 Undang- Undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Rancangan UU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi UU dalam jangka waktu paling lama 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama. Perppu adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kepentingan yang Memaksa Materi muatan yang harus diatur dengan UU berisi: • Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD NRI Tahun 1945 • Perintah suatu UU untuk diatur dengan UU • Pengesahan Perjanjian internasional tertentu • Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat Materi muatan Perppu sama dengan materi muatan UU. 4 Peraturan Pemerintah (PP) Ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan UU Materi muatan PP berisi materi untuk menjalankan
  • 36. NO Jenis Peraturan Perundang- Undangan Yang berwenang menetapkan/ mengesahkan Materi muatan yang di atur 5 Peraturan Presiden Ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan Berisi materi yang diperintahkan oleh UU, materi untuk melaksanakan PP, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. 6 Peraturan daerah (Perda) Provinsi Rancangan Perda Provinsi yang telah disetujui bersama DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh Pimpinan DPRD Provinsi kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Perda Provinsi. Berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjur peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
  • 37. NO Jenis Peraturan Perundang- Undangan Yang berwenang menetapkan/ mengesahkan Materi muatan yang di atur 7 Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota Rancangan Perda Kabupaten/Kota yang telah disetujui bersama oleh DPRD Kabupaten/ Kota dan Bupati/ Walikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan menjadi Perda Kabupaten/Kota. Sama dengan Perda Provinsi, Perda Kabupaten/ Kota juga berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
  • 38. UNIT 6 HUBUNGAN ANTAR PERUNDANG- UNDANGAN Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat menganalisis satu produk perundang-undanagan. Apakah tlah diarahkan untuk mencapai tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia, melayani rakyat kebanyakan, dan tidak berpotensi korupsi
  • 39. Hubungan Antar Peraturan Perundang-Undang • UU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah bagian dari pembangunan hukum nasional. Pembentukan peraturan perundang-undangan dari merencanakan sampai menetapkan, melibatkan legislatif dan eksekutif di tingkat nasional dan daerah, juga partisipasi masyarakat. Diharapkan masing- masing produk perundang-undangan dapat sinkron dan saling melengkapi, sehingga dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara seperti yang dicita- citakan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. • Namun kenyataannya ada sejumlah permasalahan mendasar dalam sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Di antaranya, tidak sinkron antar- perencanaan peraturan perundang-undangan (pusat dan daerah) dengan perencanaan dan kebijakan pembangunan. Selain itu, ada kecenderungan peraturan perundangundangan bahkan menyimpang dari materi muatan yang seharusnya diatur. • Dokumen Perencanaan Pembangunan diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sedangkan dokumen perencanaan peraturan perundang-undangan diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
  • 40. • Tidak sinkron antara perencanaan pembangunan dan perencanaan legislasi dapat tergambar dalam dokumen perencanaan pembangunan dan dokumen perencanaan legislasi periode tahun 2015-2019. Dari 70 Rancangan Undang-Undang dalam usulan RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) dan Prolegnas 2015-2019, hanya 3 RUU yang kemudian dapat disahkan. Di luar 70 RUU tersebut, masih ada 12 RUU yang diusulkan oleh pemerintah dalam Prolegnas yang berada di luar kerangka perencanaan pembangunan nasional, dan terdapat 14 RUU yang masuk dalam RPJMN tetapi tidak masuk ke dalam Prolegnas.
  • 41. • Sinkronisasi atau harmonisasi antarproduk perundang-undangan (nasional dan daerah) diperlukan sebagai satu kesatuan hukum yang saling mendukung, menjadi pengabsahan dan arah bagi pembangunan Indonesia. Pembenahan kualitas perundang-undangan (regulasi) juga diperlukan agar mendukung pencapaian prioritas pembangunan Indonesia. • pemerintah membuat kebijakan untuk kepentingan sinkronisasi dan harmonisasi produk perundang- undangan. Hasilnya, antara lain, adalah pembatalan terhadap 3.143 Perda yang bertentangan dengan kebijakan nasional, pemerintah juga melakukan proses penyederhanaan regulasi. Ada pembatalan terhadap 50 persen dari 42 ribu regulasi di kementerian yang dianggap menghambat investasi. Ada pula 427 regulasi setingkat Peraturan Menteri dan Peraturan Dirjen yang juga dibatalkan.
  • 42. UNIT 7 MENGANALISIS PRODUK PERUNDANG- UNDANGAN TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta didik dapat menganalisis satu produk perundang- undangan: apakah telah diarahkan untuk mencapai tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia, melayani rakyat kebanyakan, dan tidak berpotensi terjadi korupsi.
  • 43. • Seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus merujuk kepada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Tidak boleh mengabaikan apalagi bertentangan. Seperti halnya sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam Pancasila, dan Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945, keduanya memberikan perlindungan kepada agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka, peraturan perundang- undangan yang ada di bawahnya tidak boleh bertentangan terhadap keduanya. Undang-Undang sampai Peraturan Daerah; tidak boleh menuliskan norma hukum yang melarang kebebasan beragama. • Kedua, peraturan perundang-undangan yang ada di bawah UUD NRI Tahun 1945 juga harus merujuk pasal atau ayat yang ada dalam UUD NRI Tahun 1945. Hal demikian berlaku secara hierarikis dalam urutan perundang-undangan. Sehingga sebuah Peraturan Daerah, misalnya, bukan hanya harus merujuk kepada UUD NRI Tahun 1945 tetapi harus pula merujuk kepada Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang ada di atasnya, yang sejalur perihal yang diatur.
  • 44. • Apabila ketiga hal di atas tidak terpenuhi, maka sebuah peraturan perundang- undangan dapat digugat. Jika peraturan berbentuk undang-undang, maka dapat digugat (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi. Sedangkan selain undang- undang, dapat dilayangkan gugatan ke Mahkamah Agung (MA). Ketiga hal di atas, sekaligus merupakan alat sederhana untuk menganalisis sebuah produk perundang-undangan.
  • 45. Contoh analisis terhadap UU Nomor 6 Tahun 2014 • Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh pemerintahan pusat kepada daerah dalam kerangka ketatanegaraan . Dalam negara Indonesia seperti penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah otonom • Residu jika ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sisa sehingga asas residualitas memeliki pengertian bahwa suatu organ pemerintahan melaksanakan sisa kewenangan yang diberikan oleh organ pemerintahan lainnya . Asas residualitas mengikuti asas desentralisasi menegaskan bahwa seluruh kewenangan dibagi habis antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan terakhir ditangan pemerintah kabupaten/kota. Dengan asas desentralisasi dan residualitas itu, desa ditempatkan dalam sistem pemerintahan kab/kota yang menerima pelimpahan sebagian (sisa-sisa) kewenangan dari bupati/walikota Dalam penjelasan UU No.6/2014, rekognisi adalah pengakuan terhadap asal, usul, sedangkan subsidiaritas setelah penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa
  • 46. • Target aksi atau langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan • Mandat (KBBI), perintah atau arahan yang diberikan oleh orang banyak (rakyat, perkumpulan, dsb) kepada seseorang (beberapa orang) untuk dilakasanakan sesuai dengan kehendak orang banyak • Objek, merupakan suatu hal,perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan • Subjek , bagian klausa yang mennadai apa yang dibicarakan oleh pebicara. Bagian klausa yang lain selain subjek adalah predikat. Subjek tidak selalu sama dengan pelaku atau aktor, terutama dalam kalimat pasif • Government driven development atay community driven development , didorong oleh pemerintah pembangunan atau komunitas pengembangan didorong • Village driven development, atau pembagunan berbasis data
  • 47. JANGAN LUPA BELAJAR  TUHAN MEMBERKATI SELALU