Dokumen tersebut membahas tentang wewenang administrator dalam hukum administrasi negara. Secara ringkas, wewenang administrator diperoleh berdasarkan undang-undang dan terbatas pada ruang lingkup yang ditentukan. Administrator memiliki hak untuk menjalankan kewenangan tersebut sesuai ketentuan, namun juga memiliki kewajiban untuk mematuhi hukum dan bertanggungjawab.
4. Dalam hukum Administrasi Negara
terjadi hubungan hukum antara
penguasa sebagai subyek yang
memerintah, dan warga masyarakat
sebagai objek yang diperintah.
Penguasa, dalam hal ini pemerintah
menyelenggarakan kepentingan
umum yang dijalankan oleh penguasa
Administrasi Negara, dimana
penguasa tersebut harus memiliki
wewenang.
5. Wewenang penguasa diperoleh
melalui hukum Administrasi Negara.
Pemberlakuan Hukum Administrasi
Negara dapat dipaksakan kepada
warga masyarakat tanpa terkecuali.
Hal ini disebabkan adanya wewenang
yang istimewa yang dimiliki badan
atau aparatur pemerintah.
6. Hak untuk menjalankan suatu urusan
pemerintahan (dalam arti sempit);
Hak untuk dapat secara nyata
mempengaruhi keputusan yang akan
diambil oleh instansi pemerintah
lainnya (dalam arti luas).
7. Setiap keputusan yang dibuat oleh
pejabat pemerintah mempunyai
kekuatan mengikat kepada seluruh
anggota masyarakat dan harus
dipatuhi oleh seluruh anggota
masyarakat, dan
Setiap keputusan yang dibuat oleh
pajabat pemerintah mempunyai fungsi
publik atau melakukan public service.
8. 1. Kekuasaan terhadap segolongan
orang tertentu.
2. Kekuasaan terhadap suatu bidang
pemerintahan yang berlandaskan
peraturan perundang-undangan.
9. 1. Selalu terikat pada suatu masa
tertentu;
2. Selalu tunduk pada batas yang
ditentukan;
3. Pelaksanaan wewenang pemerintah
terikat pada hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis (asas-asas
Pemerintahan yang Baik).
10. Kewenangan pemerintah untuk
bertindak diperoleh dari Undang-
Undang yang dibuat oleh parlemen.
Dengan undang-undang tersebut,
tindakan pemerintah dilegitimasikan.
Melalui undang-undang diletakkan
dengan baik “parameter” dari
kewenangan bertindak pemerintah,
yang dapat dilakukan dengan
menetapkan KRITERIA-KRITERIA dari
kekuasaan bertindak.
11. 1. Tujuan dari tindakan pemerintahan.
2. Pertimbangan yang harus diambil dalam
melakukan pertanggungjawaban.
3. Prosedur yang harus dipatuhi sebelum
bertindak.
13. 1. ATRIBUSI, yaitu pemberian wewenang
pemerintah yang baru oleh suatu
peraturan perundang-undangan
(produk hukum legislatif) untuk
melaksanakan pemerintahan, secara
penuh.
14. 2. DELEGASI, yaitu suatu pelimpahan
wewenang yang telah ada yang
berasal dari wewenang atribusi,
kepada pejabat administrasi Negara,
tidak secara penuh.
15. 3. MANDAT, yaitu pemberian tugas dari
mandans (pemberi mandat=menteri)
kepada mandataris (penerima
mandat=direktur jenderal/sekretaris
jenderal), untuk atas nama menteri
membuat keputusan administrasi
Negara.
16. 1. Mandataris mau menerima pemberian
mandat.
2. Wewenang yang dimandatkan
merupakan wewenang sehari-hari dari
seorang mandataris.
3. Ketentuan undang-undang yang
bersangkutan tidak menentang
terhadap pemberian mandat tersebut.
17. 1. Penjabaran secara normatif ketentuan
undang-undang menjadi peraturan
pelaksanaannya;
2. Interprestasi pasal undang-undang
yang dijadikan peraturan;
3. Penentuan atau penciptaan kondisi
nyata untuk membuat
ketentuan/undang-undang agar
dapat direalisasikan/ dioperasikan/
dijalankan.
19. 1. Agar tindakan pemerintah tidak
bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan atau kepentingan
umum.
2. Agar tidak melawan hukum
(onrechmatig) baik formil maupun
materil dalam arti luas.
3. Agar tidak melampaui/menyelewengkan
kewenangannya menurut
kompetensinya.
20. 1. Asas yuridiktas (rechmatigeheid), yaitu bahwa
setiap tindakan pejabat administrasi Negara
tidak boleh melanggar hukum secara umum
(harus sesuai dengan rasa keadilan dan
kepatutan);
2. Asas legalitas (wetmatigheid), yaitu setiap
tindakan pejabat administrasi Negara harus ada
dasar hukumnya (ada peraturan dasar yang
melandasinya).
3. Asas diskresi (freies ermessen), yaitu kebebasan
dari seorang pejabat administrasi Negara untuk
mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya
sendiri, asalkan tidak melanggar asas yuridiktas
dan asas legalitas
21. Freies Ermessen
yang diberikan kepada
administrasi Negara inilah
yang menjadi salah satu
penyebab timbulnya
penyalahgunaan wewenang.
23. 1. Melaksanakan kewenangannya
sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
2. Membuat kebijakan sesuai dengan
ruang lingkup dari kewenangan yang
dimilikinya;
3. Hak-hak lain sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
24. 1. Wajib taat pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
2. Wajib membuat suatu kebijakan terhadap suatu
hal walaupun tidak ada peraturan yang
mengaturnya. Hal ini sesuai dengan asas freies
ermessen;
3. Dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai
dengan susunan pembagian tugas (Job
Describtion);
4. Wajib melaksanakan prinsip-prinsip organisasi;
5. Wajib melaksanakan azas umum pemerintah yang
baik.
25. 1. Menguasai dan menghayati tujuan-tujuan utama yang
telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan
(dalam hal ini dasar yang paling utama adalah Undang-
Undang dasar 1945 yang selanjutnya diatur oleh
berbagai peraturan perundang-undangan);
2. Merumuskan lebih lanjut segala apa yang telah
ditentukan dalam kebijakan umum diatas, ke dalam
bentuk yang dapat dipahami secara konkret oleh
bawahan dan dapat diselenggarakan secara nyata;
3. Memelihara dan mengembangkan organisasi Negara
yang dipercayakan kepadanya dengan setepat-tepatnya.
Untuk itu seorang administrator harus menguasai seluk
beluk organisasi, baik secara teoritis maupun praktis
dengan dibantu oleh stafnya;
26. 6. Memelihara dan mengembangkan sistem
informasi yang setepat-tepatnya, termasuk
sistem pembukuan, inventaris, kearsipan,
sistem dokumentasi dan komunikasi;
7. Memelihara dan mengembangkan sistem
manajemen yang setepat-tepatnya, baik
dalam arti personil maupun prosedural.
Administrator memimpin sistem manajemen
dalam peranannya sebagai top manajer;
8. Membuat semua tujuan yang telah
ditetapkan tercapai dengan sebaik-baiknya.
27. 1. Dari segi pengamalan Pancasila
dan UUD 1945;
2. Dari segi hukum;
3. Dari segi pertanggungjawaban
kepada Organisasi.
28. Aparatur administrasi Negara yang meliputi
aparatur kenegaraan dan pemerintahan
sebagai abdi Negara yang bertugas dan
bertanggung jawab atas penyelenggaraan
Negara dan pembangunan serta senantiasa
mengabdi dan setia kepada kepentingan,
nilai-nilai dan cita-cita perjuangan bangsa
dan Negara berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
29. Misalnya, ada penguasaan hajat hidup
orang banyak haruslah dikuasai oleh
Negara, dan bukan dikuasai oleh orang
perorangan atau kelompok tertentu saja.
Jadi pengalaman tersebut akan terwujud
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
30. Pendayagunaan aparatur administrasi Negara,
baik kelembagaan, ketatalaksanaan maupun
kepegawaiannya, perlu terus ditingkatkan
untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan
yang efesien, transfaran, rasional
berdasarkan hukum dan peraturan.
Dalam hal ini aparatur administrasi Negara
harus mampu bertanggung jawab karena
Negara RI adalah Negara hukum.
31. Aparatur administrasi Negara yang
bertanggungjawab pada organisasi harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
serta biaya-biaya yang akan digunakan,
misalnya, biaya tersebut harus sesuai
dengan rencana awal, begitu juga hasilnya
harus sesuai dengan rencana awal
organisasi.
33. Bila pejabat aparatur pemerintah telah
mampu menjalankan tugasnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka
diharapkan dapat mewujudkan cita-cita dari
welfare state (negara
kesejahteraan), yaitu terwujudnya
masyarakat yang berkesejahteraan sosial.