SlideShare a Scribd company logo
SIMULASI (MMS-2804)
Dr. Danardono
Jurusan Matematika
FMIPA UGM
SIMULASI (MMS-2804)
Pengantar
Materi Kuliah
Sistem, model dan simulasi; Dasar-dasar analisis Simulasi;
Pemodelan dan pemrograman Simulasi; Aplikasi dalam bidang
sains, manajemen dan pengambilan keputusan
Penilaian
• Ujian Akhir 40%
• Ujian Sisipan 35%
• Tugas 25%
- Tahap I dikumpulkan saat US
- Tahap II dikumpulkan saat UA
Buku Teks dan Referensi
Hoover & Perry (1989). Simulation, A Problem Solving
Approach. Addison-Wesley Pub. Co.
Averil M. Law & W. David Kelton (1991). Simulation Modeling
and Analysis. Mc. Graw-Hill
Khoshnevis (1994). Discrete Systems Simulation. McGraw-Hill
Intl. Ed.
Krahl (2002). The Extend Simulation Environment. Proceedings
of the 2002 Winter Simulation Conference.
Program
• EXCEL
• EXTEND
- Download di http://info.ugm.ac.id/simulasi
- Official Webpage:
http://www.imaginethatinc.com/
• GPSS World
- Download di http://info.ugm.ac.id/simulasi
- Official Webpage:
http://www.minutemansoftware.com/
• Pascal, C, FORTRAN dan R
Perkembangan Simulasi
• Diawali dari "Monte Carlo"
• Berkembang pesat seiring dengan perkembangan
komputer dan semakin kompleksnya masalah
• Bidang terkait:
- Pemodelan
- Probabilitas dan Statistika
- Pemerogaman Komputer
- Metode heuristik
Simulasi dan Pemodelan
Definisi Simulasi
Proses merancang model (matematika atau logika)
dari suatu sistem dan kemudian menjalankannya
untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan menduga
(memprediksi) tingkah laku (karakteristik dinamis)
sistem.
Simulasi dan Pemodelan
Klasifikasi Model
• preskriptif – deskriptif
• diskret – kontinu
• probabilistik – deterministik
• statik – dinamik
• loop terbuka – tertutup
Simulasi sebagai Alat Pemecahan Masalah
Fungsional
• Analisis Inventori
• Sistem Distribusi
• Penjadualan
• Sistem Antrian
• Perencanaan
• Sistem Penanganan
Material
• Permainan
Setting
• Pabrik
• Kesehatan
• Pemerintahan
• Administrasi Publik
• Pendidikan
• Industri
Keuntungan dan Kerugian
Model Analitik Model Simulasi
Keuntungan • keringkasan dan
closed-form
• kemudahan
evaluasi menuju
solusi optimal
• relatif mudah untuk
sistem yg kompleks
• sarana pelatihan
Kerugian • asumsi tidak
realistis
• formula yang
kompleks
• tidak ada (sulit)
mencari solusi
optimal
• model simulasi
yang baik mungkin
mahal
Elemen Analisis Simulasi
• Formulasi Masalah
• Pengumpulan Data dan Analisis
• Pengembangan Model
• Verifikasi dan Validasi Model
• Eksperimentasi dan Optimisasi
• Implementasi
Elemen Analisis Simulasi
Formulasi Masalah
Pengumpulan Data dan Analisis
Pengembangan Model
Verifikasi dan Validasi
Eksperimentasi dan Optimisasi
Implementasi
Formulasi Masalah
• mengidentifikasi variabel keputusan dan variabel tak-
terkendali (uncontrollable)
• menspesifikasikan variabel kendala (constraint) pada
variabel keputusan
• menentukan ukuran performansi sistem dan fungsi obyektif
• mengembangan model awal
Pengumpulan Data dan Analisis
• Pengumpulan data pada sistem yang diamati
- Rancangan
- Teknis (manual, otomatis)
• Mencari model (probabilitas) yang sesuai dengan sistem
Pengembangan Model
• Memahami sistem
• Konstruksi model
- Diagram alur (flowchart)
- Pemilihan bahasa pemrograman
- Bilangan random dan statistik
- Pemrograman dan debugging
Verifikasi dan Validasi Model
• Model: konseptual, logika, komputer
• Verifikasi: internal model (debugging)
• Validasi: kecocokan model dengan sistem (kenyataan)
Eksperimentasi dan Optimisasi
• "What-if" experimentation
• Rancangan percobaan
• Analisis output
Implementasi
• Penggunaan model simulasi untuk pemecahan masalah
pada sistem yang dimodelkan
• Komunikasi antara pengguna dan analis
SIMULASI (MMS-2804)
Simulasi Kejadian Dinamik
Simulasi Sistem Dinamik
• Discrete-event (kejadian diskret)
• Sistem stokastik
• Contoh:
◮ Antrian (di bank, pompa bensin, supermarket, dst.)
◮ inventori (di pabrik)
◮ Antrian sistem jaringan komputer
Representasi Kejadian
Event graph
i Kejadian i
Hubungan tak bersyarat
∼
Hubungan bersyarat
Representasi Kejadian
Contoh:
Kejadian i akan menuju ke kejadian j, dalam waktu t, asalkan
kondisi C1 dipenuhi.
j
i
C1
t
∼
Antrian Layanan Tunggal
Variabel status
n : banyaknya pengunjung dalam
sistem (yang sedang menunggu
maupun dilayani)
Kejadian
1 : kedatangan pengunjung
2 : pelayanan dimulai
3 : pelayanan selesai
Kondisi
C1 : n = 0
C2 : n > 0
Tundaan (durasi, interval waktu dari
satu kejadian ke kejadian yang lain)
ta : waktu antar kejadian
ts : lama (durasi) pelayanan
3
2
1ta
∼
C1
ts
C2
∼
Antrian Layanan Tunggal
peng-
antri
(Ai)
waktu ke-
datangan
durasi
antar ke-
datangan
durasi
pelayan-
an
A1 4 6 3
A2 10 3 5
A3 13 6 6
A4 19 1 4
A5 20 9 7
A6 29 2 3
A7 31 3 6
waktu kejadian n
0 inisialisasi 0
4 A1: datang 1
4 A1: pelayanan mulai 1
7 A1: pelayanan selesai 0
10 A2: datang 1
10 A2: pelayanan mulai 1
13 A3: datang 2
15 A2: pelayanan selesai 1
15 A3: pelayanan mulai 1
19 A4: datang 2
20 A5: datang 3
. . . dst. . . .
Antrian Layanan Tunggal
0 10 20 30 40 50 60
waktu (t)
n(t)
1
2
3
Antrian Layanan Tunggal
Ukuran performansi sistem antrian
¯n =
1
T
T
0
n(t)dt ¯W = 1
k
T
0 n(t)dt
¯n mean banyaknya pengantri dalam sistem
¯W mean durasi pengantri dalam sistem
n(t) banyaknya pengantri dalam sistem
k banyaknya kedatangan
Model Inventori
S Tingkat inventori
Inv
Model Inventori
Variabel status
Inv : Tingkat inventori
O : status penempatan pesanan
1 = pesanan sudah datang
0 = pesanan belum datang
Kejadian
1 : permintaan barang
2 : pemesanan barang
3 : barang pesanan datang
Kondisi
C1 : Inv < S dan O = 0
Tundaan
tpesan : lama waktu pesanan datang
3
2
1
t = 1
∼
C1
tpesan
Model Inventori
Variabel Keputusan
S : batas inventori dimana perlu pemesanan kembali
Q : Banyaknya barang yang dipesan
Kriteria (fungsi obyektif)
Meminimumkan
Ci : biaya inventori
CR : biaya pemesanan
Cp : biaya penalti
Model Inventori
Hari Inventori Permintaan Catatan
1 20 5 Hari ke-1 (Senin)
2 15 3
3 12 2 Pesan 30 unit
4 10 4
5 6 1
6 5 0 Sabtu
7 5 0 Minggu
8 5 2
9 3 2
10 1 3 Permintaan tdk dipenuhi
11 30 2 Pesanan datang
12 28 1
13 27 0 Sabtu
14 27 0 Minggu
15 27 3
16 24 5
17 19 4
18 15 2
19 13 4
Model Inventori
rata-rata inventori = 1
T
T
0 inv(t)dt
5 10 15
0
5
10
15
20
25
30
waktu
inv
SIMULASI (MMS-2804)
Model Probabilitas
dan Statistika
Peluang dan Variabel Random
Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi.
Peluang dan Variabel Random
Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi.
tidak mungkin
sangat tidak mungkin
mungkin ya mungkin tidak
sangat mungkin
pasti
Peluang dan Variabel Random
Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi.
0 1
tidak mungkin
sangat tidak mungkin
mungkin ya mungkin tidak
sangat mungkin
pasti
Peluang dan Variabel Random
Eksperimen (percobaan, trial): Prosedur yang dijalankan pada
kondisi yang sama dan dapat diamati hasilnya (outcome).
Ruang sampel (semesta, universe: Himpunan semua hasil yang
mungkin dari suatu eksperimen.
Peristiwa (kejadian, event): Himpunan bagian dari suatu ruang
sampel.
Peluang dan Variabel Random
Contoh
Eksperimen : Pelemparan sebuah mata uang logam dua
kali
Hasil : Sisi mata uang yang tampak
Ruang sampel : S = {MM,MB,BM,BB}
dengan M: sisi muka dan B: sisi belakang
Peristiwa : A = paling sedikit muncul satu belakang
= {MB,BM,BB}
B = muncul sisi yang sama
= {MM,BB}
Peluang dan Variabel Random
Peluang Suatu Peristiwa
Definisi klasik, dengan menganggap tiap-tiap elemen ruang
sampel S mempunyai peluang yang sama untuk terjadi.
Peluang terjadinya peristiwa A,
P(A) =
n(A)
n(S)
dengan n(A) = banyaknya anggota dalam peristiwa A, dan
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel
Peluang dan Variabel Random
Peluang Suatu Peristiwa
Beberapa ketentuan:
• 0 ≤ P(A) ≤ 1
• P(S) = 1 (peluang dari ruang sampel)
• P(∅) = 0 (peluang dari peristiwa yang tidak akan pernah
terjadi)
• P(A) = 1 − P(Ac) (aturan komplemen)
• P(A ∪ B) = P(A) + P(B) − P(A ∩ B) (aturan penjumlahan)
Bila A dan B adalah kejadian yang saling asing,
A ∩ B = ∅, maka P(A ∪ B) = P(A) + P(B)
• P(B) = P(A ∩ B) + P(Ac ∩ B)
A ∩ B dan Ac ∩ B saling asing
Peluang dan Variabel Random
Peluang Suatu Peristiwa
Contoh
Sebuah dadu dilempar sekali. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan n(S) = 6.
Misal didefinisikan A : muncul mata dadu 3 dan B : muncul
mata dadu bilangan prima A = {3} dan n(A) = 1 ; B = {2, 3, 5}
dan n(B) = 3 dan
P(A) =
n(A)
n(S)
=
1
6
dan
P(B) =
n(B)
n(S)
=
3
6
=
1
2
Peluang dan Variabel Random
Variabel Random
Variabel random adalah suatu cara memberi harga angka
kepada setiap elemen ruang sampel, atau suatu fungsi bernilai
real yang harganya ditentukan oleh setiap elemen dalam ruang
sampel
Contoh
Eksperimen (proses random) melemparkan uang logam tiga
kali, S = {BBB, BBM, BMB, MBB, BMM, MBM, MMB, MMM}.
Didefinisikan variabel random X : banyak M (muka) muncul
dalam pelemparan uang logam tiga kali.
Peluang dan Variabel Random
Contoh (variabel random)
S R
BBB
BBM
BMB
MBB
BMM
MBM
MMB
MMM
0
1
2
3
Peluang dan Variabel Random
Contoh (variabel random)
S R
X : S → R
BBB
BBM
BMB
MBB
BMM
MBM
MMB
MMM
0
1
2
3
Peluang dan Variabel Random
Contoh (variabel random)
S R
X : S → R
BBB
BBM
BMB
MBB
BMM
MBM
MMB
MMM
0
1
2
3
Peluang dan Variabel Random
Contoh (variabel random)
S R
X : S → R
BBB
BBM
BMB
MBB
BMM
MBM
MMB
MMM
0
1
2
3
Peluang dan Variabel Random
Contoh (variabel random)
S R
X : S → R
BBB
BBM
BMB
MBB
BMM
MBM
MMB
MMM
0
1
2
3
Peluang dan Variabel Random
Contoh (variabel random)
S R
X : S → R
BBB
BBM
BMB
MBB
BMM
MBM
MMB
MMM
0
1
2
3
Peluang dan Variabel Random
Variabel random diskret: Suatu variabel random yang hanya
dapat menjalani harga-harga yang berbeda yang
berhingga banyaknya (sama banyaknya dengan bilangan
bulat)
Variabel random kontinu: Suatu variabel random yang dapat
menjalani setiap harga dalam suatu interval (tak berhingga
banyaknya)
Distribusi Peluang: Model matematik yang menghubungkan
semua nilai variabel random dengan peluang terjadinya
nilai tersebut dalam ruang sampel. Distribusi peluang
dapat direpresentasikan dalam bentuk fungsi, tabel, atau
grafik. Distribusi peluang dapat dianggap sebagai
frekuensi relatif jangka panjang.
Peluang dan Variabel Random
Distribusi Peluang Diskret
Fungsi f(x) disebut sebagai fungsi peluang dari variabel
random diskret X, jika untuk setiap harga x yang mungkin :
1. f(x) ≥ 0
2. x f(x) = 1
Peluang untuk nilai x tertentu:
P(X = x) = f(x)
Distribusi kumulatif F(x)
F(x) = P(X ≤ x) =
t≤x
f(t)
Peluang dan Variabel Random
Distribusi Peluang Diskret
Distribusi peluang X dalam bentuk tabel:
Harga X P(X = x) = f(x)
x1 P1
x2 P2
. . . . . .
xk Pk
Peluang dan Variabel Random
Distribusi Peluang Diskret
Contoh
Distribusi banyaknya sisi muka yang muncul dalam pelemparan
mata uang logam tiga kali.
Harga X P(X = x) = f(x)
0 1/8
1 3/8
2 3/8
3 1/8
P(x) = 1
Peluang dan Variabel Random
Distribusi Peluang Kontinu (Fungsi Densitas)
Distribusi peluang untuk variabel random kontinu.
Fungsi f(x) disebut sebagai fungsi densitas peluang dari
variabel random kontinu X, jika untuk setiap harga x yang
mungkin :
1. f(x) ≥ 0
2.
∞
−∞ f(x)dx = 1
Nilai peluang untuk interval tertentu
P(a ≤ X ≤ b) =
b
a
f(x)dx
Distribusi kumulatif F(x)
F(x) = P(X ≤ x) =
x
−∞
f(u)du
Peluang dan Variabel Random
Distribusi Peluang Kontinu (Fungsi Densitas)
Contoh
Fungsi densitas suatu variabel random X
f(x) =
x
2 untuk 0 < x < 2
0 untuk x yang lain
Distribusi Bernoulli
Eksperimen Bernoulli
Eksperimen dengan hanya dua hasil yang mungkin
Contoh
• melempar mata uang logam satu kali
• suatu barang rusak atau tidak
• telepon ke suatu nomor, sibuk atau tidak
Distribusi Bernoulli
• tiap usaha (trial) menghasilkan satu dari dua hasil yang
mungkin, dinamakan sukses (S) dan gagal (G);
• peluang sukses, P(S) = p dan peluang gagal
P(G) = 1 − p, atau P(G) = q;
• usaha-usaha tersebut independen
f(x) = px
(1 − p)1−x
,
dengan X = 0, 1 (gagal, sukses) dan p adalah peluang
mendapatkan hasil sukses.
Distribusi Binomial
Eksperimen Bernoulli dengan n usaha dan X : banyaknya
sukses dalam n usaha tersebut.
f(x) =
n
x
px
(1 − p)n−x
, x = 0, 1, 2, . . . , n
Mean dan variansi
E(X) = np; Var(X) = np(1 − p)
Distribusi Binomial
Contoh
Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah
banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut.
Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka
muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan
p = 1/2 dengan distribusi peluang:
P(X = x; 4,
1
2
) =
4
x
1
2
x
(1 −
1
2
)4−x
, x = 0, 1, 2, 3, 4
Distribusi Binomial
Contoh
Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah
banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut.
Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka
muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan
p = 1/2 dengan distribusi peluang:
P(X = x; 4,
1
2
) =
4
x
1
2
x
(1 −
1
2
)4−x
, x = 0, 1, 2, 3, 4
Peluang muka muncul dua kali, X = 2
P(X = 2; 4,
1
2
) =
4
2
1
2
2
(1 −
1
2
)4−2
=
3
8
Distribusi Binomial
Contoh
Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah
banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut.
Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka
muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan
p = 1/2 dengan distribusi peluang:
P(X = x; 4,
1
2
) =
4
x
1
2
x
(1 −
1
2
)4−x
, x = 0, 1, 2, 3, 4
Peluang muka muncul paling tidak dua kali, X ≥ 2
P(X ≥ 2; 4,
1
2
) = P(X = 2) + P(X = 3) + P(X = 4)
=
11
16
Distribusi Binomial
Binomial dengan n = 6, p = 0, 5
0 1 2 3 4 5 6
0.000.100.200.30
Distribusi Binomial
Binomial dengan n = 6, p = 0, 2
0 1 2 3 4 5 6
0.00.10.20.3
Distribusi Binomial
Binomial dengan n = 6, p = 0, 8
0 1 2 3 4 5 6
0.00.10.20.3
Distribusi Poisson
Sifat-sifat eksperimen Poisson:
• banyaknya sukses terjadi dalam suatu selang waktu atau
daerah tertentu tidak terpengaruh (bebas) dari apa yang
terjadi pada interval waktu atau daerah yang lain,
• peluang terjadinya sukses dalam interval waktu yang
singkat atau daerah yang sempit sebanding dengan
panjang interval waktu, atau luas daerah dan tidak
tergantung pada banyaknya sukses yang terjadi di luar
interval waktu atau daerah tersebut,
• peluang terjadinya lebih dari satu sukses dalam interval
waktu yang singkat atau daerah yang sempit tersebut
dapat diabaikan.
Distribusi Poisson
X adalah banyaknya sukses dalam eksperimen Poisson, yang
mempunyai distribusi probabilitas
f(x) =
e−λλx
x!
, x = 0, 1, 2, . . .
Mean dan Variansi
E(X) = λ ; Var(X) = λ
Distribusi Poisson
Contoh
Rata-rata banyaknya partikel radioaktif yang melewati suatu
counter selama 1 milidetik dalam suatu percobaan di
laboratorium adalah 4. Peluang 6 partikel melewati counter
dalam suatu milidetik tertentu adalah
P(X = 6; λ = 4) =
e−44x
6!
= 0, 1042
Distribusi Poisson
Poisson dengan λ = 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.000.050.100.150.200.25
Distribusi Poisson
Poisson dengan λ = 5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 13 15
0.000.050.100.15
Distribusi Poisson
Poisson dengan λ = 8
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0.000.020.040.060.080.100.12
Distribusi Geometrik
X adalah banyaknya usaha sampai suatu peristiwa terjadi untuk
pertama kalinya.
f(x) = (1 − p)x−1
p, x = 1, 2, . . .
Mean dan Variansi,
E(X) = 1/p ; Var(X) = (1 − p)/p2
Distribusi Geometrik
Contoh
Seorang salesman mobil berusaha menjual mobil. Banyaknya
orang (pelanggan) yang dia temui sampai terjadi penjualan yang
pertama kali dapat dimodelkan dengan distribusi Geometrik.
Distribusi Uniform
Digunakan untuk memodelkan proses dimana hasil (outcome)
nya mempunyai peluang yang sama untuk terjadi dalam interval
waktu a dan b
f(x) =
1
b − a
, a ≤ x ≤ b
Mean dan variansi,
E(X) = a+b
2 ; Var(X) = (b−a)2
12
Distribusi Normal
Distribusi Normal dengan mean E(X) = µ dan variansi
Var(X) = σ2 (ditulis N(µ, σ2)) mempunyai fungsi peluang,
f(x; µ, σ2
) =
1
√
2πσ2
e− (x−µ)2
2σ2
, −∞ < x < ∞
dengan −∞ < µ < ∞, σ2 > 0, π = 3, 141593 . . . dan
e = 2, 718282 . . .
Distribusi Normal standar: distribusi Normal dengan mean 0 dan
variansi 1, ditulis N(0, 1)
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞
Sumbu x : −∞ < x < ∞
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞
Sumbu x : −∞ < x < ∞
Fungsi peluang (sumbu y):
f(x; µ, σ2
) =
1
√
2πσ2
e− (x−µ)2
2σ2
, −∞ < x < ∞
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞
Sifat-sifat:
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞µ
Sifat-sifat:
• simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞-∞ ∞
Sifat-sifat:
• simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
• memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞µ
Sifat-sifat:
• simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
• memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
• harga modus (maksimum) terletak pada x = µ,
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞µµ − σ µ + σ
Sifat-sifat:
• simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
• memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
• harga modus (maksimum) terletak pada x = µ,
• mempunyai titik belok pada x = µ ± σ,
Distribusi Normal
Kurva Normal
-∞ ∞µ
Sifat-sifat:
• simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
• memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
• harga modus (maksimum) terletak pada x = µ,
• mempunyai titik belok pada x = µ ± σ,
• luas kurva Normal sama dengan 1.
Distribusi Eksponensial
Banyak digunakan dalam model antrian. Jika banyaknya
kedatangan berdistribusi Poisson, maka waktu antar
kedatangan nya akan berdistribusi Eksponensial.
f(x) =
1
θ
e−x/θ
, x > 0
Mean dan variansi
E(X) = θ ; Var(X) = θ2, sering juga ditulis sebagai E(X) = 1/λ
; Var(X) = 1/λ2
Distribusi Eksponensial
Eksponensial dengan λ = 1
0 2 4 6 8
0.00.20.40.60.81.0
x
f(x)
Distribusi Gamma
Fungsi densitas distribusi Gamma
f(x) =
xα−1ex/β
βαΓ(α)
, X > 0
bila α integer α = (α − 1)!
Mean dan variansi,
E(X) = αβ ; Var(X) = αβ2
Distribusi Gamma
Beberapa fenomena yang dapat dimodelkan dengan distribusi
Gamma
• Durasi (lama waktu) sebuah pekerjaan manual
• Penjualan bulanan sebuah barang
• Durasi yang diperlukan sebuah proses dalam CPU
Distribusi Weibull
Fungsi densitas distribusi Weibull
f(x) =
α(x − δ)α−1 exp(−(x−δ)
β )
βα
, X > δ
Mean dan Variansi
E(X) = δ + βΓ(1 + 1/α) ;
Var(X) = β2(Γ(1 + 2/α) − Γ2(1 + 1/α))
Distribusi Lognormal
Distribusi ini dapat diturunkan dari distribusi Normal
Y ∼ N(µ, σ2) dan mendefinisikan X = log Y , fungsi densitasnya
f(x) =
1
√
2πσ
exp(− log(x − µ)2
/2σ2
), X > 0
Mean dan variansi
E(X) = exp(µ + σ2/2);
Var(X) = exp(2µ + σ2)(exp(σ2) − 1)
Distribusi Beta
Fungsi densitas distribusi Beta,
f(x) =
Γ(α + β)xα−1(1 − x)β−1
Γ(α)Γ(β)
, 0 ≤ x ≤ 1
Mean dan variansi
E(X) = α/(α + β);
Var(X) = αβ
(α+β)2(α+β+1)
Identifikasi Model Probabilitas
Langkah-langkah identifikasi distribusi:
1. Hitung statistik deskriptif data (mean, median, modus,
deviasi standar, dst.) dan gambarkan bentuk distrtibusinya
dengan histogram, boxplot, stemleaf diagram
2. Berdasarkan statistik deskriptif tersebut dan pengetahuan
tentang proses pada sistem tersebut, ajukan suatu dugaan
tentang model probabilitas teoritis data tersebut
3. Ujilah dugaan (hipotesis) tersebut dengan uji goodness
of fit, misalnya dengan Chi-square atau
Kolmogorov-Smirnov test.
Histogram Data
Misalkan X adalah waktu antar kedatangan dalam suatu unit
waktu.
waktu antar kedatangan
frekuensirelatif
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
0.00.51.01.52.0
Histogram Data
Misalkan X adalah waktu antar kedatangan dalam suatu unit
waktu.
waktu antar kedatangan
frekuensirelatif
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
0.00.51.01.52.0
Uji Independensi
Suatu model simulasi akan dikembangkan untuk sebuah sistem
rumah sakit. Model tersebut akan digunakan untuk memprediksi
pengaruh pola atau kenis kasus-kasus pasien terhadap beban
kerja laboran. Diperoleh data 300 pasien yang diperoleh secara
random dari rekam medis rumah sakit meliputi jenis kasusnya
dan tes laboratoriumnya.
Kategori Banyaknya tes laboratorium
Pasien 0 1-3 4-6 7-10 10+ Total
Umum 14 29 55 31 21 140
Bedah 8 10 18 27 7 70
Pediatri 10 16 14 8 2 50
Obstetrik 8 15 13 4 0 40
Total 40 60 100 70 30 300
Uji Independensi
Hipotesisnya:
H0 : banyaknya tes independen terhadap kategori pasien
H1 : banyaknya tes dependen terhadap kategori pasien
Menggunakan statistik Chi-square W,
W =
b
i=1
k
j=1
(Oij − Eij)2
Eij
,
dengan b banyaknya baris, k banyaknya kolom, Oij obervasi
pada tiap-tiap sel i, j dan Eij harga harapan pada tiap-tiap sel
i, j. Statistik W berdistribusi χ2
(b−1)(k−1)
Eij = Ni·N·j/N, Ni· total baris i, N·j total kolom j, dan N total
observasi
Uji Independensi
Hasil hitungan
W =
4
i=1
5
j=1
(Oij − Eij)2
Eij
= 36, 34
Untuk menentukan apakah data mendukung H0 atau tidak W
dibandingkan dengan tabel χ2
(b−1)(k−1) atau dengan menghitung
P(X > W) (p-value).
Dengan tabel diperoleh χ2
0,9;(b−1)(k−1) = χ2
12 = 21, 0. Karena
W > 21, 0 ⇒ data tidak mendukung H0 (H0 ditolak)
Dengan p-value diperoleh P(X > W) = 0, 00029 (relatif cukup
kecil) ⇒ data tidak mendukung H0
Uji Kerandoman
• Runs Test: Untuk outcome yang kategorik
• Runs Up and Run Down Test: Untuk outcome yang kontinu
Uji Kerandoman
Untuk keperluan suatu simulasi lalu lintas udara, dikumpulkan
data 50 kedatangan pesawat yang dapat diklasifikasikan
menjadi C (commercial) atau P (private), sbb.
CCPCPPCCCPCPPCCPCCCCPCCPPPPC
CCCCCPPPCCPPCCPPCCCCPC
Hipotesis
H0 : Kedatangan pesawat apakah itu komersial atau pribadi
independen dari kedatangan sebelumnya
H1 : Kedatangan pesawat apakah itu komersial atau pribadi
independen dari kedatangan sebelumnya Hipotesis
Karena data tersebut berupa kategori (outcome kategori) maka
digunakan Runs Test.
Uji Kerandoman
Data
CCPCPPCCCPCPPCCPCCCCPCCPPPPC
CCCCCPPPCCPPCCPPCCCCPC
n1, banyaknya elemen C dalam sampel
Uji Kerandoman
Data
CCPCPPCCCPCPPCCPCCCCPCCPPPPC
CCCCCPPPCCPPCCPPCCCCPC
n1 = 30, banyaknya elemen C dalam sampel
Uji Kerandoman
Data
CCPCPPCCCPCPPCCPCCCCPCCPPPPC
CCCCCPPPCCPPCCPPCCCCPC
n1 = 30, banyaknya elemen C dalam sampel
n2 = 20, banyaknya elemen P dalam sampel
Uji Kerandoman
Data
CC P C PP CCC P C PP CC P CCCC P CC PPPP CCCCCC
PPP CC PP CC PP CCCC P C
n1 = 30, banyaknya elemen C dalam sampel
n2 = 20, banyaknya elemen P dalam sampel
R = 23, banyaknya run, baik tunggal maupun berurutan, baik
dari C maupun P
Statistik nya adalah Z = R−E(R)
σR
, dengan E(R) = 2n1n2
(n1+n2) + 1
dan σ2
R = 2n1n2(2n1n2−n1−n2)
(n1+n2)2(n1+n2−1)
Z ∼ N(0, 1) (jika n1, n2 > 10 )
Uji Kerandoman
Hasil Hitungan
E(R) = 25, σR = 3, 36 sehingga
Z =
R − E(R)
σR
=
23 − 25
3, 36
= −0, 6
Dibandinglan dengan nilai distribusi Normal standar
Z0,025 = −1, 96, disimpulkan data tidak mendukung penolakan
H0, atau kedatangan pesawat baik itu komersial atau pribadi
independen terhadap kedatangan sebelumnya.
Uji Kerandoman
Data 25 lama proses manual di pabrik dalam suatu unit waktu
adalah
10,0 10,1 10,5 10,9 11,0 10,5 10,4 10,6 10,3
10,2 9,0 9,4 9,5 9,6 10,1 10,2 10,1 10,0
9,6 9,7 10,2 10,5 10,8 9,9 9,6
Hipotesis
H0 : lama proses manual tersebut random (independen)
H1 : lama proses manual tersebut tidak random
Karena data tersebut berupa bilangan kontinu (outcome kontinu)
maka digunakan Runs Up and Runs Down Test.
Uji Kerandoman
Menentukan tanda naik (+) atau turun (−)
10,0 +10,1 +10,5 +10,9 +11,0
−10,5 −10,4 +10,6 −10,3 −10,2
−9,0 +9,4 +9,5 +9,6 +10,1
+10,2 −10,1 −10,0 −9,6 + 9,7
+10,2 +10,5 +10,8 −9,9 −9,6
diperoleh:
++++ −− + −−− +++++ −−− ++++ −−
R = 8 run
Statistik yang digunakan adalah Z = R−E(R)
σR
, dengan
E(R) = (2n − 1)/3 dan σ2
R = (16n − 29)/90, dengan Z ∼ N(0, 1)
jika n cukup besar.
Uji Kerandoman
Hasil Hitungan
E(R) = 16, 33 dan σR = 4, 12, sehingga
Z = R−E(R)
σR
= (8 − 16, 33)/2, 03 = −4, 11
Dibandingkan dengan nilai Z0,025 = −1.96, dapat disimpulkan
bahwa data mendukung penolakan H0, jadi lama proses manual
tidak random, bergantung pada proses sebelumnya.
Goodness of fit Test
• Untuk menguji apakah suatu data mempunyai distribusi
tertentu
• Metode:
◦ Pearson’s Chi-square
◦ Kolmogorov-Smirnov
Goodness of fit Test
Misal diketahui data penjualan perhari selama 50 hari
8 6 4 2 4 5 6 7 6 11
0 5 5 4 7 7 5 4 3 9
6 8 5 6 1 7 6 3 4 5
4 4 7 3 3 5 8 6 4 8
3 6 4 5 3 2 3 2 1 3
Ujilah apakah data tersebut berdistribusi Poisson?
Goodness of fit Test
H0: data berdistribusi Poisson
f(x) =
λxe−λ
x!
, x = 0, 1, 2, . . .
Menggunakan Pearson’c Chi-square.
Dihitung mean data ¯X = 4, 9 sebagai penduga untuk λ.
Interval Obs. (Oi) Prob. Harapan (Ei) (Oi − Ei)2
/Ei
0 − 2 6 0,1332 6,6 0,055
3 8 0,1460 7,3 0,067
4 9 0,1788 8,9 0,001
5 8 0,1752 8,8 0,073
6 8 0,1430 7,2 0,089
7 atau lebih 11 0,2238 11,2 0,004
0,289
Goodness of fit Test
Diperoleh Nilai W = 0, 289 Kriteria yang digunakan H0 ditolak
jika W > χ2
1−α/2,db, dengan derajad bebas,
db = k − 1− (banyak parameter yang diestimasi dari data)
dan k adalah banyaknya interval (kategori).
Karena W < χ2
4 = 9, 49, H0 diterima: data berasal dari distribusi
Poisson.
SIMULASI (MMS-2804)
Metode Pembangkitan
Bilangan Random
Metode Pembangkitan Bilangan Random
Uniform
Kriteria
1. Secara statistik sama seperti mengambil sampel dari
distribusi uniform
f(x) =
1 0 ≤ u ≤ 1
0 u yang lain
2. Dapat direproduksi
3. Efisien dalam komputasi
Metode Pembangkitan Bilangan Random
Uniform
• Metode Linear Congruential
• Feedback Shift Register
• Coupled Generator
Metode Linear Congruential
Menggunakan formula rekursif
Zi = (AZi−1 + C) mod M
Zi dapat dinormalisasi dalam interval (0, 1) dengan transformasi
Ui = Zi/M
Nilai Z0 disebut sebagai seed dari bilangan random.
Metode Linear Congruential
Beberapa Nilai A, M dan C
Generator A M C
RANF (CDC 60000 FTN compiler) 44485709377909 248 0
GGUBS ( IMSL routine) 75 231 0
RANDU ( IBM Scientific subroutine) 216 + 3 231 0
GGL (IBM subroutine Lib. Math) 75 231 0
DEC (VAX compiler) 69069 232 1
GLIM 8404997 235 1
MATLAB (fungsi rand) 75 231 − 1 0
Metode Pembangkitan Bilangan Random
Non-Uniform
1. Metode Inverse
2. Metode Acceptance/Rejection
3. Metode Komposisi
4. Metode Konvolusi
Metode Pembangkitan Bilangan Random
Non-Uniform
Kriteria:
1. Akurasi
a. Akurasi Teoritis
b. Akurasi aritmetis dalam algoritma
2. Kecepatan
3. Implementasi mudah
a. Pengkodean
b. Rutin-rutin yang diperlukan
4. Portabilitas
5. Memori yang diperlukan
Metode Inverse
Bila F(x) adalah fungsi distribusi (distribusi kumulatif) dari
fungsi probabilitas f(x), maka
F(x) = u,
dengan u ∼ U(0, 1) sehingga
x = F−1
(u)
adalah variabel random dengan fungsi distribusi F(x).
Algoritma:
S1: bangkitkan u
S2: x ← F−1(u)
Metode Inverse
F(x) = u
1
0
x = F−1(u)
Metode Inverse
F(x) = u
1
0
x = F−1(u)
u0
Metode Inverse
F(x) = u
1
0
x = F−1(u)
u0
x0 = F−1(u0)
Metode Acceptance/Rejection
Didefinisikan fungsi g(x) sedemikian sehingga
g(x) > f(x), −∞ < x < ∞
g(x) disebut sebagai fungsi majorizing (yang lebih besar dari
f(x)) dan tidak harus fungsi probabilitas. Misalkan fungsi
probabilitas h(x)
h(x) =
g(x)
∞
−∞ g(y)dy
, −∞ < x < ∞
mudah diperoleh bilangan randomnya. Maka sampel random X
dari f(x) dapat diperoleh melalui sampel random yang diperoleh
dari h(x).
Metode Acceptance/Rejection
Algoritma:
S1: Bangkitkan y dari h(x)
S2: Bangkitkan bilangan random uniform u
S3: Jika u ≤ f(y)/g(y), terima X = y sebagai sampel dari
f(x). Jika tidak demikian, kembali ke S1
Metode Komposisi
Bila f(x) dapat di-dekomposisi-kan sebagai jumlahan terbobot
dair k distribusi probabilitas yang lain
f(x) = p1f1(x) + p2f2(x) + . . . + pkfk(x)
maka sampel x dari f(x) dapat dibangkitkan dari jumlahan k
variabel random tersebut.
Metode Konvolusi
Variabel random seperti Normal, Binomial, Poisson, Gamma
dapat didekati dengan kombinasi linear dari variabel random
lain.
x = b1x1 + b2x2 + . . . + bkxk
Distribusi Uniform Diskret
f(x) =
1
b − a + 1
, x = a, a + 1, . . . , b
Algoritma
S1: u ← U(0, 1)
S2: x ← a + (b − a + 1)u
dengan k adalah truncation operator
S3: Hasilkan x
Distribusi Uniform Diskret
Contoh:
f(x) =
1
6
, x = 1, 2, . . . , 6
Algoritma
S1: u ← U(0, 1), u = 0, 3453
S2: x ← a + (b − a + 1)u
x ← 3, 0718
S3: Hasilkan x = 3
Distribusi Binomial
f(x | n, p) =
n
x
px
(1 − p)n−x
, x = 0, 1, . . . , n
Algoritma 1
Menggunakan metode konvolusi dari n variabel random
Bernoulli
S1: x ← 0; i ← 1
S2: u ← U(0, 1)
S3: jika u < p maka x ← x + 1
S4: i ← i + 1
S5: jika i < n ke S2,
jika tidak, hasilkan x
Distribusi Binomial
f(x | n, p) =
n
x
px
(1 − p)n−x
, x = 0, 1, . . . , n
Algoritma 2
Menggunakan metode inversi dengan memanfaatkan bentuk
rekursif dari distribusi Binomial,
f(x + 1) = f(x)
(n − x + 1)
x
p
1 − p
F(x + 1) = F(x) +
f(x)(n − x + 1)
x
p
1 − p
Distribusi Binomial
Algoritma 2
S1: f ← (1 − p)n; F ← f; x ← 0
S2: u ← U(0, 1)
S3: jika u ≤ F hasilkan x
jika tidak
x ← x + 1; f ← fp(n − x + 1)/(1 − p)x
S4: F ← F + f
S5: ke S3
Distribusi Binomial
f(x | n, p) =
n
x
px
(1 − p)n−x
, x = 0, 1, . . . , n
Algoritma 3
Menggunakan pendekatan Normal untuk Binomial,
S1: bangkitkan z ← N(0, 1)
S2: v ← np + z np(1 − p)
S3: jika v > np, x ← min( x + 1/2 , n)
jika tidak,
x ← max( x − 1/2 , 0)
S4: hasilkan x
Distribusi Poisson
f(x) =
λxe−λ
x!
, x = 0, 1, 2, . . .
Algoritma 1
Memanfaatkan hubungan antara Poisson dengan eksponensial
X XX X X X XXX . . .
. . .
Distribusi Poisson
Algoritma 1
S1: u ← 0; w ← 0
S2: bangkitkan y ← eksponensial(1/λ)
S3: w ← w + y
S4: jika w ≥ 1, hasilkan x
jika tidak x ← x + 1
S5: ke S2
Distribusi Poisson
f(x) =
λxe−λ
x!
, x = 0, 1, 2, . . .
Algoritma 2
Memanfaatkan bentuk rekursif distribusi Poisson
f(x + 1) = f(x)
λ
(x + 1)
, x = 0, 1, 2, . . .
F(x + 1) = F(x) + f(x)
λ
(x + 1)
, x = 0, 1, 2, . . .
Distribusi Poisson
Algoritma 2
S1: x ← 0; f ← e−λ; F = f
S2: u ← U(0, 1)
S3: jika u < F, hasilkan x
jika tidak x ← x + 1; f ← fλ/x
S4: F ← F + f
S5: ke S3
Distribusi Diskret Empiris
Distribusi untuk diskret empiris (discrete empirical distribution)
berupa tabel distribusi probabilitas untuk tiap-tiap variabel
random X.
Algoritma
Menggunakan metode inversi dengan melihat tabel F(x) empiris
S1: u ← U(0, 1): i ← 1
S2: jika u ≤ F(xi), hasilkan xi jika tidak
i ← i + 1
S3: ke S2
Distribusi Uniform Kontinu
f(x) =
1
b − a
, a < x < b
Algoritma
S1: u ← U(0, 1)
S2: x ← a + (b − 1)u
S3: hasilkan x
Distribusi Normal
f(x; µ, σ2
) =
1
√
2πσ2
e− (x−µ)2
2σ2
, −∞ < x < ∞
Metode pembangkitan dilakukan melalui Normal Standar
(Normal dengan µ = 0 dan σ2 = 1), kemudian
di-transformasikan ke N(µ, σ2) dengan X = µ + Zσ
Algoritma 1
Menggunakan distribusi Normal bivariat dan metode inversi.
Dengan metode ini satu kali pembangkitan dua variabel random
normal dapat diperoleh.
Distribusi Normal
Algoritma 1
S1: u1 ← U(0, 1); u2 ← U(0, 1)
S2: r ← −2 loge u1
S3: a ← 2πu2
S4: x1 ← r sin a
x2 ← r cos a
S5: hasilkan x1, x2
Distribusi Normal
Algoritma 2
Menggunakan teorema limit sentral. Distribusi Normal Standar
dapat didekati dengan konvolusi variabel random Uniform.
S1: u ← 0; x ← 0
S2: u ← U(0, 1)
S3: x ← x + u
S4: i ← i + 1
S5: jika i < 12 ke S2
jika tidak
S6: x ← x − 6
S7: hasilkan x
Distribusi Eksponensial
f(x; θ) =
1
θ
e−x/θ
, x > 0
Algoritma
Menggunakan metode inversi, F(x) = 1 − e−x/θ, sehingga
u = 1 − e−x/θ dan diperoleh x = −θ loge(1 − u). Karena 1 − u
juga merupakan variabel random, x = −θ loge u
S1: u ← U(0, 1)
S2: x ← −θ loge(u)
S3: hasilkan x
SIMULASI (MMS-2804)
Pemodelan Simulasi
Pemodelan Simulasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
• Mekanisme pengaturan waktu (simulasi): fix-step atau
next-event
• Perubahan event pada sistem: diskret atau kontinu
• Sifat perubahan: probabilistik (stokastik) atau deterministik
Mekanisme Pengaturan Waktu
Next-event time (event scheduling)
Perubahan waktu berdasarkan kejadian.
Mekanisme Pengaturan Waktu
Fix-time step
Perubahan atau penambahan waktu tetap
Mekanisme Pengaturan Waktu
Perbandingan Event-Scheduling dengan Fix-time
Mekanisme Pengaturan Waktu
Perbandingan Event-Scheduling dengan Fix-time
X
X
X
X
X
X
X
X
Event Scheduling: Antrian Layanan Tunggal
N ← 0; TN ← 0; K ← 0;
T ← 0; bangkitkan Ta
T ≥ Tmax
Ta < Ts
T
TN ← TN + (Ta − T) ∗ N
T ← Ta; N ← N + 1; K ← K + 1
Ta ← T + bangkitkan Ta
kedatangan
Y
N = 1
Ts ← T + bangkitkan Ts
Y
¯n ← TN/T
¯W ← TN/K
Y
TN ← TN + (Ts − T) ∗ N
T ← Ts;
N ← N + 1
pelayanan
T
N = 0
Ts ← T + bangkitkan Ts
T
Stop
Y
T
Fixed-Time: Antrian Layanan Tunggal
TN ← 0; K ← 0
T ← 0; SN ← 0
T ≥ Tmax
TN = 0
S ← bangkitkan Ns|T N
TN ← TN − S
SN ← SN + S
N ← bangkitkan Na
TN ← TN + N
K ← K + N
S ← bangkitkan Ns|T N
TN ← TN − S
SN ← SN + S
T ← T + ∆T
¯na ← K/T
¯ns ← SN/T
Stop
Y
T
YT
Perubahan Sistem
Discrete Event Simulation. Hanya diamati perubahan yang
diskret dan berhingga.
Continuous Event Simulation. Perubahan yang diamati kontinu
(banyaknya event tak berhingga).
Pemerograman Simulasi
• Bahasa Khusus Simulasi (Simulation Language)
◦ EXTEND
◦ GPSS
◦ SIMAN
◦ SIMULA
◦ SIMNET
◦ DYNAMO
• Bahasa Pemerograman Umum (General Purpose
Language)
◦ Pascal
◦ FORTRAN
◦ BASIC
◦ C
Pemerograman Simulasi
Bahasa Khusus Simulasi Bahasa Pemerograman
Umum
Tidak mudah diperoleh Mudah diperoleh
Pembuatan Program sederhana Pembuatan program lebih rumit
Tidak mudah dimodifikasi Fleksibel, mudah dimodifikasi
Waktu running lebih lama Waktu running lebih cepat
Pemerograman Simulasi
Kemampuan Standar Bahasa Simulasi:
• Pembuatan kode program (code development)
• Debugging
• Fungsi (prosedur) pembangkitan bilangan random
• Fungsi (prosedur) Statistik
• Desain Eksperimen
• Output yang informatif (grafik, tabel)
Mengenal GPSS
• Geoffrey Gordon (1961)
• General Purpose Simulation System
• Prinsip simulasi: process-interaction atau
transaction-flow-oriented language
• GPSS World Student Version 4.3.5
Mengenal GPSS
Entitas:
• Basic
◦ Transaction
◦ Blocks
• Equipment
◦ Facilities
◦ Storages
◦ Logic switches
• Statistical
◦ Queues
◦ Distribution tables
• Computational
◦ Arithmetic variables
◦ Boolean variables
◦ Functions
• Reference
◦ Savevalues
◦ Matrices
• Chain
◦ System Chains
◦ User Chains
Mengenal GPSS
Entitas Basic
Transactions. Obyek yang mengalir dalam program (waktu)
Blocks. Elemen yang mengalir pada transaction.
Jenis blok dalam GPSS:
• GENERATE
• TERMINATE
• SEIZE
• RELEASE
• ADVANCE
• QUEUE
• DEPART
• Control statements: SIMULATE, START, END.
SIMULASI (MMS-2804)
Model Analitik dan Simulasi
Model Analitik
Model Analitik Model Simulasi
Keuntungan • keringkasan dan
closed-form
• kemudahan
evaluasi menuju
solusi optimal
• relatif mudah
untuk sistem yg
kompleks
• sarana pelatihan
Kerugian • asumsi tidak
realistis
• formula yang
kompleks
• tidak ada (sulit)
mencari solusi
optimal
• model simulasi
yang baik mungkin
mahal
Rantai Markov
Untuk memodelkan perubahan status atau transisi dari suatu
sistem (analytic state-change models)
Contoh transisi status:
Sistem Status
Elevator gedung bertingkat Tingkat (nomor lantai)
Sistem inventori Banyaknya unit inventori
Sistem komputer Banyaknya proses yang aktif
Epidemik Banyaknya yang terinfeksi
Pasar bebas Pilihan pelanggan
Rumah sakit Banyaknya bangsal yang terisi
Rantai Markov
Proses random atau proses stokastik adalah himpunan dari
variabel random {X(t); t ∈ T}, dimana
• T adalah himpunan indeks (index set) atau waktu,
• X(t) adalah status pada saat t,
• X(t) dapat mengambil nilai (values) dalam
himpunan status (state space) S.
Stokastik (stochastic), dari bahasa Yunani yang berarti "menuju ke" atau "mengincar
dengan anak panah"
Rantai Markov
Contoh:
Satu elevator gedung bertingkat 5 dapat dipandang sebagai
suatu proses stokastik {X(t); t ∈ T} dengan T adalah waktu
dan X(t) adalah status elevator pada saat tertentu dan
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5}
Rantai Markov
Contoh:
Untuk meningkatkan penjualan produknya perusahaan A
melakukan promosi baru yang diharapkan dapat menurunkan
kemungkinan pelanggan pindah ke produk lain, sekaligus
meningkatkan kemungkinan pembeli produk lain akan beralih ke
produk perusahaan A. Kompetitor produk A adalah B dan C.
Untuk satu orang pelanggan atau pembeli, sistem ini dapat
dipandang sebagai suatu proses stokastik {X(t); t ∈ T} dengan
T adalah waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli
pada hari tertentu dan S = {A, B, C}
Rantai Markov
Rantai Markov adalah suatu proses stokastik
{X(tn); n = 0, 1, 2, . . .} yang mempunyai sifat
P[X(tn+1) = s1 | X(tn), X(tn−1), . . . , X(t0)] =
P[X(tn+1) = si | X(tn)]
dengan si adalah status dari sistem, S = {s1, s2, . . .}
Rantai Markov
Probabilitas transisi
pjk = P[X(tn+1) = sk | X(tn) = sj]
dan
pm
jk = P[X(tn+m) = sk | X(tn) = sj]
Rantai Markov
Jika banyaknya status dalam sistem berhingga (finite) maka
dapat didefinisikan matriks transisi:
P =






p11 p12 . . . p1c
p21 p22 . . . p2n
... . . .
pr1 pr2 . . . prc






Rantai Markov
Probabilitas suatu proses berada dalam status tertentu dari
S = {s1, s2, . . . , sp} setelah b transisi,
πb
= P[X(tb) = s1, X(tb) = s2, . . . , X(tb) = sp]
= (πb
1, πb
2, . . . , πb
p)
Probabilitas setelah b + 1 transisi
πb+1
= πb
P
dan
πb
= π0
Pb
,
dimana Pb = P × P . . . × P
b suku
Rantai Markov
Contoh: Market share
Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah
waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari
tertentu dan S = {A, B, C}
Persentase preferensi pembelian (persen baris):
preferensi berikut
A B C Total
preferensi A 60 20 20 100%
sekarang B 40 30 30 100%
C 40 30 30 100%
Bagaimana persentase pembeli produk A, B dan C setelah
jangka waktu tertentu (100 hari misalnya)?
Rantai Markov
Contoh: Market share
Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah
waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari
tertentu dan S = {A, B, C}
Matriks transisi: 


0, 6 0, 2 0, 2
0, 4 0, 3 0, 3
0, 4 0, 3 0, 3



Rantai Markov
Contoh: Market share
Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah
waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari
tertentu dan S = {A, B, C}
Penyelesaian Analitis.
Diasumsikan π0 = (1/3 1/3 1/3) dan dalam suatu periode
tertentu (100 hari misalnya) pelanggan akan membeli sebanyak
3 kali
π3
= π0
P3
= (0, 499 0, 251 0, 251)
Rantai Markov
Contoh: Market share
Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah
waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari
tertentu dan S = {A, B, C}
Penyelesaian dengan simulasi.
Disimulasikan seorang pembeli dengan status preferensi produk
tertentu (A, B, atau C). Diasumsikan distribusi waktu antar
pembelian dari masing-masing produk TA ∼ Uniform(25,45),
TB ∼ Uniform(28,38) dan TC ∼ Uniform(20,30).
Sistem Antrian (Kongesti)
Elemen sistem antrian
• proses kedatangan
• proses pelayanan
• disiplin antrian
Sistem Antrian (Kongesti)
Intensitas kedatangan ρ,
ρ =
tingkat kedatangan
tingkat pelayanan
ρ =
mean waktu pelayanan
mean waktu antar kedatangan(c)
ρ =
tingkat kedatangan
tingkat pelayanan(c)
dengan c adalah banyaknya server (fasilitas pelayanan).
Sistem Antrian (Kongesti)
Notasi Kendall
A/B/s : K/E
dengan A proses kedatangan, B proses pelayanan, s
banyaknya server, K banyaknya pelanggan yang dapat masuk
ke dalam sistem dan E disiplin antrian.
M: distribusi eksponensial
D: konstant pelayanan atau kedatangan
Ek: distribusi Erlangk
G : distribusi pelayanan atau kedatangan umum
FIFO: first-in-first-out queue discipline
SIRO: serve in random-order queue discipline
PRI: priority queue discipline
GD: general queue discipline
Sistem Antrian (Kongesti)
Ukuran performansi sistem antrian:
Ls : Harga harapan banyaknya pelanggan dalam
sistem
Lq : Harga harapan banyaknya pelanggan dalam
antrian
Ws : Harga harapan lama pelanggan berada dalam
sistem
Wq : Harga harapan lama pelanggan menunggu
pelayanan
Pi : Probabilitas tepat i pelanggan berada dalam
sistem, i = 0, 1, . . .
Pn(t) : Probabilitas tepat n pelanggan berada dalam
sistem saat t
P(Wq > t) : Probabilitas pelanggan menunggu selama t
atau lebih
Sistem Antrian (Kongesti)
Untuk waktu antar kedatangan dan pelayanan yang berdistribusi
eksponensial,
P(satu kedatangan dalam interval t, t + ∆t) = λ∆t
P(satu pelayanan selesai dalam interval t, t + ∆t) = µ∆t
dimana
1/λ adalah mean antar kedatangan
1/µ adalah mean lama pelayanan
atau
λ adalah tingkat (rate) kedatangan
µ adalah tingkat (rate) pelayanan
Sistem Antrian (Kongesti)
Sistem Non Steady-State (time-dependent).
Solusi dari persamaan diferensial
dP0(t)
dt
= −λP0(t) + µP1(t)
dPn(t)
dt
= λPn−1(t) − (λ + µ)Pn(t) + µPn+1(t)
untuk n = 1, 2, . . .
Sistem Antrian (Kongesti)
Model M/M/s Steady-State
Sistem antrian dikatakan steady-state jika
Pn(t)
dt
= 0
Solusi dari persamaan
λ0P0 = µ1P1
(λn + µn)Pn = λn−1Pn−1 + µn+1Pn+1
untuk n = 1, 2, . . .
Sistem Antrian (Kongesti)
Model M/M/1
Ukuran performansi:
ρ =
λ
µ
Pn = (1 − ρ)ρn
, n = 0, 1, . . .
Ls =
ρ
(1 − ρ)
Lq = Ls − ρ
=
ρ2
(1 − ρ)
Wq =
ρ
µ(1 − ρ)
Sistem Antrian (Kongesti)
Contoh:
Sebuah bank menempatkan sebuah ATM dalam sebuah kantor
dimana banyak nasabah menggunakan ATM tersebut. Mean
lama pelayanan adalah 50 detik dan mean banyaknya nasabah
yang ingin menggunakan ATM tersebut adalah 60 nasabah per
jam. Banyak nasabah yang complain bahwa waktu tunggu
mereka terlalu lama dan mengusulkan satu ATM baru.
Diasumsikan waktu antar kedatangan dan lama pelayanan
berdistribusi Eksponensial. Untuk menentukan apakah
tambahan satu ATM perlu, pihak bank ingin mengetahui
probabilitas seorang nasabah harus menunggu dan lama waktu
tunggunya.
Sistem Antrian (Kongesti)
Contoh: (lanjutan, sistem ATM)
Untuk sistem ini tingkat kedatangannya adalah
λ = 60/jam
dan tingkat pelayanannya adalah
µ = 1/50 detik
= 72/jam
Intensitas trafiknya adalah
ρ = λ/µ
= 60/72
= 0, 8333
Sistem Antrian (Kongesti)
Contoh: (lanjutan, sistem ATM)
Harga harapan nasabah menunggu pelayanan
Wq =
ρ
µ(1 − ρ)
=
60/72
72(1 − 60/72)
= 0, 0694 jam
= 4, 167 menit
Harga harapan panjang antrian
Lq =
ρ2
(1 − ρ)
= 4, 2 nasabah
Sistem Antrian (Kongesti)
Model M/M/s
Ukuran performansi:
ρ =
λ
sµ
P0 = 1/
s−1
r=1
(sρ)i
i!
+
(sρ)s
c!(1 − ρ)
P(n ≥ s) =
(sρ)sP0
s!(1 − ρ)
Ls =
sρ + (sρ)s+1P0
s(s!)(1 − ρ)2
Lq =
P0(ss+1ρs+1/s)
s!(1 − ρ)2
Ws = Ls/λ
Wq = Lq/λ
Sistem Antrian (Kongesti)
Contoh:
Suatu supermarket dirancang dengan 4 kasa. Saat sibuk
diasumsikan pelanggan akan datang dengan tingkat
kedatangan 100 per jam dan mean lama pelayanan di kasa
untuk seorang pelanggan 2 menit. Perancang sistem
supermarket ini ingin mengetahui mean lama tunggu pelanggan
dan probabilitas bahwa seorang pelanggan tidak perlu harus
menunggu.
Sistem Antrian (Kongesti)
Contoh:(lanjutan supermarket)
Model M/M/4
λ = 100 pelanggan/jam
µ = 30 pelanggan per jam per server
ρ = λ/(sµ) = 0, 8333
Lq = 3, 29
P(seorang pelanggan tidak perlu harus menunggu)
= 1 − P(n ≥ 4) = 0, 658
Model Inventori
Elemen sistem inventori
Inventori merupakan fungsi dari
• parameter biaya (cost)
• variabel tak terkontrol eksternal
• Inventory policy
Model Inventori
Parameter Biaya
C: Harga pembelian per unit dari barang yang disimpan
CH: Biaya menyimpan satu unit barang untuk satu unit waktu
CR: Biaya pemesanan kembali
CP : Biaya penalti karena tidak tersedianya barang
CS: Pemasukan dari barang yang tidak terjual
Variabel tak terkontrol
D: Permintaan pembeli
L: Waktu yang diperlukan sampai pesanan datang
Inventory policy
Q: Kuantitas barang yang dipesan kembali
Aturan kapan harus memesan kembali
Model Inventori
Model Inventori Dinamis Kontinu
Dalam model ini inventori di-review secara kontinu. Variabel
keputusannya adalah Q dan reorder point Rp. Jika inventori
berada di bawah Rp, kuantitas sebanyak Q dipesan.
Total biaya untuk sistem seperti ini adalah
Total biaya tahunan = CHCQ/2 + CRD/Q,
dimana D adalah tingkat permintaan tahunan.
Nilai optimal untuk Q adalah
Q = 2DCR/CHC
Reorder point adalah L × D, dengan L adalah lama pesanan
datang.
Model Inventori
Contoh:
Seorang supplier barang-barang elektronik mempunyai inventori
suatu barang yang mempunyai permintaan 10.000 unit per
tahun. Tiap unit berharga 1 unit uang dan biaya pertahun untuk
inventori adalah 12% dari harga beli. Biaya pemesanan sebesar
10 unit uang. Lama pesanan datang 10 hari. Saat ini supplier itu
memesan 2000 unit. Supplier itu ingin mengetahui berapa
kuantitas optimal dari pemesanan.
Total biaya tahunan = CHCQ/2 + CRD/Q
= (0, 12)(1)(2000/2) + (10)(10.000/2000)
= 170 unit uang
Model Inventori
Kuantitas optimal pemesanan:
Q = 2DCR/CHC
= 2(10.000)(10)/(0, 12)(1)
= 1290 unit barang
Biaya dari optimal inventory policy:
Total biaya tahunan = CHCQ/2 + CRD/Q
= (0, 12)(1)(1290/2) + (10)(10.000/1290)
= 154, 92 unit uang
dengan re-order point:
Rp = L × D
= 10 × (10.000/365) = 274 unit
SIMULASI (MMS-2804)
Analisis Output
Analisis Output
• Melakukan analisis atau interpretasi hasil keluaran (output)
model simulasi sehingga dapat diperoleh informasi tentang
sistem maupun model simulasinya yang berguna
khususnya untuk menentukan nilai dari variabel keputusan
• Dasar analisis output adalah inferensi statistika (estimasi
dan uji hipotesis) dan pengetahuan tentang jenis-jenis
(karakteristik) sistem.
• Analisis sistem simulasi dinamik
Analisis Output
Karakteristik data model simulasi dinamis
• Observasi tidak independen
• Observasi tidak stasioner
Analisis Output
Karakteristik (jenis) sistem
• Sistem Terminating
Sistem ini akan berhenti pada suatu waktu yang tertentu.
Contoh:
Bank: Mulai buka pukul 08:00 - 16:00. Dimulai dari
keadaan tidak ada pengunjung dan diakhiri dengan tidak
ada pengunjung. Statistik yang diperlukan untuk sistem ini
misalnya waktu tunggu pengunjung bank
Contoh lain: lab. komputasi, supermarket
Analisis Output
Karakteristik (jenis) sistem (lanjutan:)
• Sistem Non-terminating
Sistem yang tidak dapat ditentukan kapan akan berhenti.
Contoh:
Bandara (internasional): Selama 24 jam pesawat terbang
datang dan pergi ke dan dari bandara dan tidak dapat
ditentukan kapan sistem ini akan berhenti. Statistik yang
diperlukan untuk sistem ini misalnya rata-rata kedatangan
pesawat, rata-rata banyak pesawat yang menunggu di
landasan.
Contoh lain: pabrik, rumah sakit
Analisis Output
Karakteristik (jenis) sistem (lanjutan:)
Misalkan X(t) adalah status sistem pada saat t dan
P(X(t)) = s adalah probabilitas bahwa sistem tersebut berada
dalam status s pada saat t
• Sistem Steady state
Bila waktu tidak berpengaruh lagi terhadap sistem atau,
dP(X(t) = s)
dt
= 0
• Sistem Transient
Bila waktu berpengaruh terhadap sistem (atau jika
persamaan di atas tidak berlaku)
Analisis Output
waktu t
P(X(t)=s)
Analisis Output
Metode
• Replikasi
Observasi diperoleh dari runtun (run) yang terpisah. Untuk
memperoleh n observasi diperlukan n runtun
• Subinterval
Observasi diperoleh dari satu runtun tunggal yang dibagi
menjadi n sub-interval dengan lebar tiap-tiap interval sama
• Regeneratif
Untuk mendapatkan n observasi, satu runtun tunggal
dibagi menjadi daur-daur (cycle) berdasarkan status
regeneratif
Analisis Output
Metode (lanjutan)
• Runtun Waktu
Analisis menggunakan suatu model parametrik runtun
waktu observasi
• Analisis Spektral
Dilakukan estimasi autokovariansi dari observasi, yang
kemudian digunakan dalam analsisi spektral.
Analisis Output
Contoh: Antrian Layanan Tunggal
0 10 20 30 40 50 60
waktu (t)
n(t)
1
2
3
Analisis Output
Ukuran performansi sistem antrian
¯n =
1
T
T
0
n(t)dt ¯W = 1
k
T
0 n(t)dt
¯n mean banyaknya pengantri dalam sistem
¯W mean durasi pengantri dalam sistem
n(t) banyaknya pengantri dalam sistem pada saat t
k banyaknya kedatangan
T panjang simulasi
Analisis Output
Replikasi
5 10 15 20
1
2
3
4
waktu t
n(t)
Analisis Output
Subinterval
5 10 15 20
1
2
3
4
waktu t
n(t)
Analisis Output
Regeneratif
5 10 15 20
1
2
3
4
waktu t
n(t)

More Related Content

What's hot

Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
Izhan Nassuha
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
Heni Widayani
 
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal DistributionAPG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
Rani Nooraeni
 
Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )
Nur Sandy
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Muhammad Ali Subkhan Candra
 
Optimisasi 2
Optimisasi 2Optimisasi 2
Optimisasi 2aliyah07
 
metode simpleks maksimum (Program linear)
 metode simpleks maksimum (Program linear) metode simpleks maksimum (Program linear)
metode simpleks maksimum (Program linear)
Resti Amin
 
5. rantai-markov-diskrit
5. rantai-markov-diskrit5. rantai-markov-diskrit
5. rantai-markov-diskrit
tsucil
 
Uji hipotesis rata rata
Uji hipotesis rata rataUji hipotesis rata rata
Uji hipotesis rata rata
Angga Debby Frayudha
 
Beberapa distribusi peluang kontinu
Beberapa distribusi peluang kontinuBeberapa distribusi peluang kontinu
Beberapa distribusi peluang kontinu
Raden Maulana
 
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
Arning Susilawati
 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Mayawi Karim
 
Analisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensiAnalisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensi
Dwi Mardiani
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
KuliahKita
 
Nilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor EigenNilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor EigenRizky Wulansari
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi Matematika
Heni Widayani
 
STATISTIKA-Pengujian hipotesis
STATISTIKA-Pengujian hipotesisSTATISTIKA-Pengujian hipotesis
STATISTIKA-Pengujian hipotesisYousuf Kurniawan
 
Pendugaan dan-pengujian-hipotesis
Pendugaan dan-pengujian-hipotesis Pendugaan dan-pengujian-hipotesis
Pendugaan dan-pengujian-hipotesis
Wisma Morgans
 

What's hot (20)

Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal DistributionAPG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
 
Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 
Optimisasi 2
Optimisasi 2Optimisasi 2
Optimisasi 2
 
metode simpleks maksimum (Program linear)
 metode simpleks maksimum (Program linear) metode simpleks maksimum (Program linear)
metode simpleks maksimum (Program linear)
 
5. rantai-markov-diskrit
5. rantai-markov-diskrit5. rantai-markov-diskrit
5. rantai-markov-diskrit
 
Uji hipotesis rata rata
Uji hipotesis rata rataUji hipotesis rata rata
Uji hipotesis rata rata
 
Beberapa distribusi peluang kontinu
Beberapa distribusi peluang kontinuBeberapa distribusi peluang kontinu
Beberapa distribusi peluang kontinu
 
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
 
Variabel Dummy
Variabel DummyVariabel Dummy
Variabel Dummy
 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
 
Analisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensiAnalisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensi
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
 
Nilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor EigenNilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor Eigen
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi Matematika
 
Model antrian
Model antrianModel antrian
Model antrian
 
STATISTIKA-Pengujian hipotesis
STATISTIKA-Pengujian hipotesisSTATISTIKA-Pengujian hipotesis
STATISTIKA-Pengujian hipotesis
 
Pendugaan dan-pengujian-hipotesis
Pendugaan dan-pengujian-hipotesis Pendugaan dan-pengujian-hipotesis
Pendugaan dan-pengujian-hipotesis
 

Similar to Simulasi2

Simulasi - Pertemuan II
Simulasi - Pertemuan IISimulasi - Pertemuan II
Simulasi - Pertemuan IIDimara Hakim
 
iii. minggu ketiga
iii. minggu ketigaiii. minggu ketiga
iii. minggu ketigaIsna Aryanty
 
PERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusri
PERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusriPERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusri
PERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusri
kayzinevaofficial
 
ppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdf
ppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdfppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdf
ppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdf
AgusdiantoDakhi
 
Laporan modul 1
Laporan modul 1Laporan modul 1
Laporan modul 1
fauzan_ahmad
 
Statistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqq
Statistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqqStatistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqq
Statistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqq
maimunahsd
 
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.pptBAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
AnggunKhairunnisa2
 
Pemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryanto
Pemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryantoPemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryanto
Pemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryanto
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
peluang.pptx
peluang.pptxpeluang.pptx
peluang.pptx
naililfiza2
 
MATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptx
MATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptxMATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptx
MATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptx
AbiyuRZ
 
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptxBab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
AriPuspitaSari2
 
Uji Kesesuaian Sebaran Statistika Matematika
Uji Kesesuaian Sebaran Statistika MatematikaUji Kesesuaian Sebaran Statistika Matematika
Uji Kesesuaian Sebaran Statistika Matematika
PPs Universitas Negeri Makassar
 
teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...
teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...
teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...
husnimutohir6
 
MODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI
MODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRIMODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI
MODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI
dedysetyooetomo1
 
Dasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik PerhitunganDasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik Perhitungan
Aulia DSP
 
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdfPRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
MiqdadRobbani3
 
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
Aminullah Assagaf
 
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah Assagaf
 
2023.07.31_Sesi #1.pptx
2023.07.31_Sesi #1.pptx2023.07.31_Sesi #1.pptx
2023.07.31_Sesi #1.pptx
JihanNurAzizah4
 

Similar to Simulasi2 (20)

Simulasi - Pertemuan II
Simulasi - Pertemuan IISimulasi - Pertemuan II
Simulasi - Pertemuan II
 
iii. minggu ketiga
iii. minggu ketigaiii. minggu ketiga
iii. minggu ketiga
 
PERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusri
PERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusriPERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusri
PERTEMUAN 1 "PROBABILITAS" teknik indusri
 
ppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdf
ppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdfppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdf
ppt-statistik-dan-data-analisis-pertemuan-ke-8-anova.pdf
 
Laporan modul 1
Laporan modul 1Laporan modul 1
Laporan modul 1
 
Statistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqq
Statistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqqStatistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqq
Statistika Bisnis.pptdsas sadadsqqqqqqqqqqqqqqq
 
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.pptBAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
BAB I Probabilitas konsep peluang kejadian.ppt
 
Pemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryanto
Pemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryantoPemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryanto
Pemetaan sk-kd-matematika-kelas-xi-ipa-semester-1 - sman9teboschid - maryanto
 
peluang.pptx
peluang.pptxpeluang.pptx
peluang.pptx
 
MATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptx
MATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptxMATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptx
MATERI 2_PENGANTAR ILMU PlENGUKURAN.pptx
 
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptxBab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
Bab 2 materi peluang (materi kelas XII).pptx
 
peluang
peluangpeluang
peluang
 
Uji Kesesuaian Sebaran Statistika Matematika
Uji Kesesuaian Sebaran Statistika MatematikaUji Kesesuaian Sebaran Statistika Matematika
Uji Kesesuaian Sebaran Statistika Matematika
 
teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...
teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...
teori peluang (2)_file_2013-04-15_090241_mukhamad_taufik_hidayat_se._m.si__ak...
 
MODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI
MODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRIMODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI
MODEL SEM UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI
 
Dasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik PerhitunganDasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik Perhitungan
 
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdfPRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
PRK - Pertemuan 3-4 - Distributed.pdf
 
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
 
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
 
2023.07.31_Sesi #1.pptx
2023.07.31_Sesi #1.pptx2023.07.31_Sesi #1.pptx
2023.07.31_Sesi #1.pptx
 

Simulasi2

  • 3. Materi Kuliah Sistem, model dan simulasi; Dasar-dasar analisis Simulasi; Pemodelan dan pemrograman Simulasi; Aplikasi dalam bidang sains, manajemen dan pengambilan keputusan
  • 4. Penilaian • Ujian Akhir 40% • Ujian Sisipan 35% • Tugas 25% - Tahap I dikumpulkan saat US - Tahap II dikumpulkan saat UA
  • 5. Buku Teks dan Referensi Hoover & Perry (1989). Simulation, A Problem Solving Approach. Addison-Wesley Pub. Co. Averil M. Law & W. David Kelton (1991). Simulation Modeling and Analysis. Mc. Graw-Hill Khoshnevis (1994). Discrete Systems Simulation. McGraw-Hill Intl. Ed. Krahl (2002). The Extend Simulation Environment. Proceedings of the 2002 Winter Simulation Conference.
  • 6. Program • EXCEL • EXTEND - Download di http://info.ugm.ac.id/simulasi - Official Webpage: http://www.imaginethatinc.com/ • GPSS World - Download di http://info.ugm.ac.id/simulasi - Official Webpage: http://www.minutemansoftware.com/ • Pascal, C, FORTRAN dan R
  • 7. Perkembangan Simulasi • Diawali dari "Monte Carlo" • Berkembang pesat seiring dengan perkembangan komputer dan semakin kompleksnya masalah • Bidang terkait: - Pemodelan - Probabilitas dan Statistika - Pemerogaman Komputer - Metode heuristik
  • 8. Simulasi dan Pemodelan Definisi Simulasi Proses merancang model (matematika atau logika) dari suatu sistem dan kemudian menjalankannya untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan menduga (memprediksi) tingkah laku (karakteristik dinamis) sistem.
  • 9. Simulasi dan Pemodelan Klasifikasi Model • preskriptif – deskriptif • diskret – kontinu • probabilistik – deterministik • statik – dinamik • loop terbuka – tertutup
  • 10. Simulasi sebagai Alat Pemecahan Masalah Fungsional • Analisis Inventori • Sistem Distribusi • Penjadualan • Sistem Antrian • Perencanaan • Sistem Penanganan Material • Permainan Setting • Pabrik • Kesehatan • Pemerintahan • Administrasi Publik • Pendidikan • Industri
  • 11. Keuntungan dan Kerugian Model Analitik Model Simulasi Keuntungan • keringkasan dan closed-form • kemudahan evaluasi menuju solusi optimal • relatif mudah untuk sistem yg kompleks • sarana pelatihan Kerugian • asumsi tidak realistis • formula yang kompleks • tidak ada (sulit) mencari solusi optimal • model simulasi yang baik mungkin mahal
  • 12. Elemen Analisis Simulasi • Formulasi Masalah • Pengumpulan Data dan Analisis • Pengembangan Model • Verifikasi dan Validasi Model • Eksperimentasi dan Optimisasi • Implementasi
  • 13. Elemen Analisis Simulasi Formulasi Masalah Pengumpulan Data dan Analisis Pengembangan Model Verifikasi dan Validasi Eksperimentasi dan Optimisasi Implementasi
  • 14. Formulasi Masalah • mengidentifikasi variabel keputusan dan variabel tak- terkendali (uncontrollable) • menspesifikasikan variabel kendala (constraint) pada variabel keputusan • menentukan ukuran performansi sistem dan fungsi obyektif • mengembangan model awal
  • 15. Pengumpulan Data dan Analisis • Pengumpulan data pada sistem yang diamati - Rancangan - Teknis (manual, otomatis) • Mencari model (probabilitas) yang sesuai dengan sistem
  • 16. Pengembangan Model • Memahami sistem • Konstruksi model - Diagram alur (flowchart) - Pemilihan bahasa pemrograman - Bilangan random dan statistik - Pemrograman dan debugging
  • 17. Verifikasi dan Validasi Model • Model: konseptual, logika, komputer • Verifikasi: internal model (debugging) • Validasi: kecocokan model dengan sistem (kenyataan)
  • 18. Eksperimentasi dan Optimisasi • "What-if" experimentation • Rancangan percobaan • Analisis output
  • 19. Implementasi • Penggunaan model simulasi untuk pemecahan masalah pada sistem yang dimodelkan • Komunikasi antara pengguna dan analis
  • 21. Simulasi Sistem Dinamik • Discrete-event (kejadian diskret) • Sistem stokastik • Contoh: ◮ Antrian (di bank, pompa bensin, supermarket, dst.) ◮ inventori (di pabrik) ◮ Antrian sistem jaringan komputer
  • 22. Representasi Kejadian Event graph i Kejadian i Hubungan tak bersyarat ∼ Hubungan bersyarat
  • 23. Representasi Kejadian Contoh: Kejadian i akan menuju ke kejadian j, dalam waktu t, asalkan kondisi C1 dipenuhi. j i C1 t ∼
  • 24. Antrian Layanan Tunggal Variabel status n : banyaknya pengunjung dalam sistem (yang sedang menunggu maupun dilayani) Kejadian 1 : kedatangan pengunjung 2 : pelayanan dimulai 3 : pelayanan selesai Kondisi C1 : n = 0 C2 : n > 0 Tundaan (durasi, interval waktu dari satu kejadian ke kejadian yang lain) ta : waktu antar kejadian ts : lama (durasi) pelayanan 3 2 1ta ∼ C1 ts C2 ∼
  • 25. Antrian Layanan Tunggal peng- antri (Ai) waktu ke- datangan durasi antar ke- datangan durasi pelayan- an A1 4 6 3 A2 10 3 5 A3 13 6 6 A4 19 1 4 A5 20 9 7 A6 29 2 3 A7 31 3 6 waktu kejadian n 0 inisialisasi 0 4 A1: datang 1 4 A1: pelayanan mulai 1 7 A1: pelayanan selesai 0 10 A2: datang 1 10 A2: pelayanan mulai 1 13 A3: datang 2 15 A2: pelayanan selesai 1 15 A3: pelayanan mulai 1 19 A4: datang 2 20 A5: datang 3 . . . dst. . . .
  • 26. Antrian Layanan Tunggal 0 10 20 30 40 50 60 waktu (t) n(t) 1 2 3
  • 27. Antrian Layanan Tunggal Ukuran performansi sistem antrian ¯n = 1 T T 0 n(t)dt ¯W = 1 k T 0 n(t)dt ¯n mean banyaknya pengantri dalam sistem ¯W mean durasi pengantri dalam sistem n(t) banyaknya pengantri dalam sistem k banyaknya kedatangan
  • 28. Model Inventori S Tingkat inventori Inv
  • 29. Model Inventori Variabel status Inv : Tingkat inventori O : status penempatan pesanan 1 = pesanan sudah datang 0 = pesanan belum datang Kejadian 1 : permintaan barang 2 : pemesanan barang 3 : barang pesanan datang Kondisi C1 : Inv < S dan O = 0 Tundaan tpesan : lama waktu pesanan datang 3 2 1 t = 1 ∼ C1 tpesan
  • 30. Model Inventori Variabel Keputusan S : batas inventori dimana perlu pemesanan kembali Q : Banyaknya barang yang dipesan Kriteria (fungsi obyektif) Meminimumkan Ci : biaya inventori CR : biaya pemesanan Cp : biaya penalti
  • 31. Model Inventori Hari Inventori Permintaan Catatan 1 20 5 Hari ke-1 (Senin) 2 15 3 3 12 2 Pesan 30 unit 4 10 4 5 6 1 6 5 0 Sabtu 7 5 0 Minggu 8 5 2 9 3 2 10 1 3 Permintaan tdk dipenuhi 11 30 2 Pesanan datang 12 28 1 13 27 0 Sabtu 14 27 0 Minggu 15 27 3 16 24 5 17 19 4 18 15 2 19 13 4
  • 32. Model Inventori rata-rata inventori = 1 T T 0 inv(t)dt 5 10 15 0 5 10 15 20 25 30 waktu inv
  • 34. Peluang dan Variabel Random Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi.
  • 35. Peluang dan Variabel Random Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi. tidak mungkin sangat tidak mungkin mungkin ya mungkin tidak sangat mungkin pasti
  • 36. Peluang dan Variabel Random Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi. 0 1 tidak mungkin sangat tidak mungkin mungkin ya mungkin tidak sangat mungkin pasti
  • 37. Peluang dan Variabel Random Eksperimen (percobaan, trial): Prosedur yang dijalankan pada kondisi yang sama dan dapat diamati hasilnya (outcome). Ruang sampel (semesta, universe: Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu eksperimen. Peristiwa (kejadian, event): Himpunan bagian dari suatu ruang sampel.
  • 38. Peluang dan Variabel Random Contoh Eksperimen : Pelemparan sebuah mata uang logam dua kali Hasil : Sisi mata uang yang tampak Ruang sampel : S = {MM,MB,BM,BB} dengan M: sisi muka dan B: sisi belakang Peristiwa : A = paling sedikit muncul satu belakang = {MB,BM,BB} B = muncul sisi yang sama = {MM,BB}
  • 39. Peluang dan Variabel Random Peluang Suatu Peristiwa Definisi klasik, dengan menganggap tiap-tiap elemen ruang sampel S mempunyai peluang yang sama untuk terjadi. Peluang terjadinya peristiwa A, P(A) = n(A) n(S) dengan n(A) = banyaknya anggota dalam peristiwa A, dan n(S) = banyaknya anggota ruang sampel
  • 40. Peluang dan Variabel Random Peluang Suatu Peristiwa Beberapa ketentuan: • 0 ≤ P(A) ≤ 1 • P(S) = 1 (peluang dari ruang sampel) • P(∅) = 0 (peluang dari peristiwa yang tidak akan pernah terjadi) • P(A) = 1 − P(Ac) (aturan komplemen) • P(A ∪ B) = P(A) + P(B) − P(A ∩ B) (aturan penjumlahan) Bila A dan B adalah kejadian yang saling asing, A ∩ B = ∅, maka P(A ∪ B) = P(A) + P(B) • P(B) = P(A ∩ B) + P(Ac ∩ B) A ∩ B dan Ac ∩ B saling asing
  • 41. Peluang dan Variabel Random Peluang Suatu Peristiwa Contoh Sebuah dadu dilempar sekali. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan n(S) = 6. Misal didefinisikan A : muncul mata dadu 3 dan B : muncul mata dadu bilangan prima A = {3} dan n(A) = 1 ; B = {2, 3, 5} dan n(B) = 3 dan P(A) = n(A) n(S) = 1 6 dan P(B) = n(B) n(S) = 3 6 = 1 2
  • 42. Peluang dan Variabel Random Variabel Random Variabel random adalah suatu cara memberi harga angka kepada setiap elemen ruang sampel, atau suatu fungsi bernilai real yang harganya ditentukan oleh setiap elemen dalam ruang sampel Contoh Eksperimen (proses random) melemparkan uang logam tiga kali, S = {BBB, BBM, BMB, MBB, BMM, MBM, MMB, MMM}. Didefinisikan variabel random X : banyak M (muka) muncul dalam pelemparan uang logam tiga kali.
  • 43. Peluang dan Variabel Random Contoh (variabel random) S R BBB BBM BMB MBB BMM MBM MMB MMM 0 1 2 3
  • 44. Peluang dan Variabel Random Contoh (variabel random) S R X : S → R BBB BBM BMB MBB BMM MBM MMB MMM 0 1 2 3
  • 45. Peluang dan Variabel Random Contoh (variabel random) S R X : S → R BBB BBM BMB MBB BMM MBM MMB MMM 0 1 2 3
  • 46. Peluang dan Variabel Random Contoh (variabel random) S R X : S → R BBB BBM BMB MBB BMM MBM MMB MMM 0 1 2 3
  • 47. Peluang dan Variabel Random Contoh (variabel random) S R X : S → R BBB BBM BMB MBB BMM MBM MMB MMM 0 1 2 3
  • 48. Peluang dan Variabel Random Contoh (variabel random) S R X : S → R BBB BBM BMB MBB BMM MBM MMB MMM 0 1 2 3
  • 49. Peluang dan Variabel Random Variabel random diskret: Suatu variabel random yang hanya dapat menjalani harga-harga yang berbeda yang berhingga banyaknya (sama banyaknya dengan bilangan bulat) Variabel random kontinu: Suatu variabel random yang dapat menjalani setiap harga dalam suatu interval (tak berhingga banyaknya) Distribusi Peluang: Model matematik yang menghubungkan semua nilai variabel random dengan peluang terjadinya nilai tersebut dalam ruang sampel. Distribusi peluang dapat direpresentasikan dalam bentuk fungsi, tabel, atau grafik. Distribusi peluang dapat dianggap sebagai frekuensi relatif jangka panjang.
  • 50. Peluang dan Variabel Random Distribusi Peluang Diskret Fungsi f(x) disebut sebagai fungsi peluang dari variabel random diskret X, jika untuk setiap harga x yang mungkin : 1. f(x) ≥ 0 2. x f(x) = 1 Peluang untuk nilai x tertentu: P(X = x) = f(x) Distribusi kumulatif F(x) F(x) = P(X ≤ x) = t≤x f(t)
  • 51. Peluang dan Variabel Random Distribusi Peluang Diskret Distribusi peluang X dalam bentuk tabel: Harga X P(X = x) = f(x) x1 P1 x2 P2 . . . . . . xk Pk
  • 52. Peluang dan Variabel Random Distribusi Peluang Diskret Contoh Distribusi banyaknya sisi muka yang muncul dalam pelemparan mata uang logam tiga kali. Harga X P(X = x) = f(x) 0 1/8 1 3/8 2 3/8 3 1/8 P(x) = 1
  • 53. Peluang dan Variabel Random Distribusi Peluang Kontinu (Fungsi Densitas) Distribusi peluang untuk variabel random kontinu. Fungsi f(x) disebut sebagai fungsi densitas peluang dari variabel random kontinu X, jika untuk setiap harga x yang mungkin : 1. f(x) ≥ 0 2. ∞ −∞ f(x)dx = 1 Nilai peluang untuk interval tertentu P(a ≤ X ≤ b) = b a f(x)dx Distribusi kumulatif F(x) F(x) = P(X ≤ x) = x −∞ f(u)du
  • 54. Peluang dan Variabel Random Distribusi Peluang Kontinu (Fungsi Densitas) Contoh Fungsi densitas suatu variabel random X f(x) = x 2 untuk 0 < x < 2 0 untuk x yang lain
  • 55. Distribusi Bernoulli Eksperimen Bernoulli Eksperimen dengan hanya dua hasil yang mungkin Contoh • melempar mata uang logam satu kali • suatu barang rusak atau tidak • telepon ke suatu nomor, sibuk atau tidak
  • 56. Distribusi Bernoulli • tiap usaha (trial) menghasilkan satu dari dua hasil yang mungkin, dinamakan sukses (S) dan gagal (G); • peluang sukses, P(S) = p dan peluang gagal P(G) = 1 − p, atau P(G) = q; • usaha-usaha tersebut independen f(x) = px (1 − p)1−x , dengan X = 0, 1 (gagal, sukses) dan p adalah peluang mendapatkan hasil sukses.
  • 57. Distribusi Binomial Eksperimen Bernoulli dengan n usaha dan X : banyaknya sukses dalam n usaha tersebut. f(x) = n x px (1 − p)n−x , x = 0, 1, 2, . . . , n Mean dan variansi E(X) = np; Var(X) = np(1 − p)
  • 58. Distribusi Binomial Contoh Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut. Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan p = 1/2 dengan distribusi peluang: P(X = x; 4, 1 2 ) = 4 x 1 2 x (1 − 1 2 )4−x , x = 0, 1, 2, 3, 4
  • 59. Distribusi Binomial Contoh Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut. Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan p = 1/2 dengan distribusi peluang: P(X = x; 4, 1 2 ) = 4 x 1 2 x (1 − 1 2 )4−x , x = 0, 1, 2, 3, 4 Peluang muka muncul dua kali, X = 2 P(X = 2; 4, 1 2 ) = 4 2 1 2 2 (1 − 1 2 )4−2 = 3 8
  • 60. Distribusi Binomial Contoh Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut. Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan p = 1/2 dengan distribusi peluang: P(X = x; 4, 1 2 ) = 4 x 1 2 x (1 − 1 2 )4−x , x = 0, 1, 2, 3, 4 Peluang muka muncul paling tidak dua kali, X ≥ 2 P(X ≥ 2; 4, 1 2 ) = P(X = 2) + P(X = 3) + P(X = 4) = 11 16
  • 61. Distribusi Binomial Binomial dengan n = 6, p = 0, 5 0 1 2 3 4 5 6 0.000.100.200.30
  • 62. Distribusi Binomial Binomial dengan n = 6, p = 0, 2 0 1 2 3 4 5 6 0.00.10.20.3
  • 63. Distribusi Binomial Binomial dengan n = 6, p = 0, 8 0 1 2 3 4 5 6 0.00.10.20.3
  • 64. Distribusi Poisson Sifat-sifat eksperimen Poisson: • banyaknya sukses terjadi dalam suatu selang waktu atau daerah tertentu tidak terpengaruh (bebas) dari apa yang terjadi pada interval waktu atau daerah yang lain, • peluang terjadinya sukses dalam interval waktu yang singkat atau daerah yang sempit sebanding dengan panjang interval waktu, atau luas daerah dan tidak tergantung pada banyaknya sukses yang terjadi di luar interval waktu atau daerah tersebut, • peluang terjadinya lebih dari satu sukses dalam interval waktu yang singkat atau daerah yang sempit tersebut dapat diabaikan.
  • 65. Distribusi Poisson X adalah banyaknya sukses dalam eksperimen Poisson, yang mempunyai distribusi probabilitas f(x) = e−λλx x! , x = 0, 1, 2, . . . Mean dan Variansi E(X) = λ ; Var(X) = λ
  • 66. Distribusi Poisson Contoh Rata-rata banyaknya partikel radioaktif yang melewati suatu counter selama 1 milidetik dalam suatu percobaan di laboratorium adalah 4. Peluang 6 partikel melewati counter dalam suatu milidetik tertentu adalah P(X = 6; λ = 4) = e−44x 6! = 0, 1042
  • 67. Distribusi Poisson Poisson dengan λ = 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.000.050.100.150.200.25
  • 68. Distribusi Poisson Poisson dengan λ = 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 13 15 0.000.050.100.15
  • 69. Distribusi Poisson Poisson dengan λ = 8 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0.000.020.040.060.080.100.12
  • 70. Distribusi Geometrik X adalah banyaknya usaha sampai suatu peristiwa terjadi untuk pertama kalinya. f(x) = (1 − p)x−1 p, x = 1, 2, . . . Mean dan Variansi, E(X) = 1/p ; Var(X) = (1 − p)/p2
  • 71. Distribusi Geometrik Contoh Seorang salesman mobil berusaha menjual mobil. Banyaknya orang (pelanggan) yang dia temui sampai terjadi penjualan yang pertama kali dapat dimodelkan dengan distribusi Geometrik.
  • 72. Distribusi Uniform Digunakan untuk memodelkan proses dimana hasil (outcome) nya mempunyai peluang yang sama untuk terjadi dalam interval waktu a dan b f(x) = 1 b − a , a ≤ x ≤ b Mean dan variansi, E(X) = a+b 2 ; Var(X) = (b−a)2 12
  • 73. Distribusi Normal Distribusi Normal dengan mean E(X) = µ dan variansi Var(X) = σ2 (ditulis N(µ, σ2)) mempunyai fungsi peluang, f(x; µ, σ2 ) = 1 √ 2πσ2 e− (x−µ)2 2σ2 , −∞ < x < ∞ dengan −∞ < µ < ∞, σ2 > 0, π = 3, 141593 . . . dan e = 2, 718282 . . . Distribusi Normal standar: distribusi Normal dengan mean 0 dan variansi 1, ditulis N(0, 1)
  • 74. Distribusi Normal Kurva Normal -∞ ∞ Sumbu x : −∞ < x < ∞
  • 75. Distribusi Normal Kurva Normal -∞ ∞ Sumbu x : −∞ < x < ∞ Fungsi peluang (sumbu y): f(x; µ, σ2 ) = 1 √ 2πσ2 e− (x−µ)2 2σ2 , −∞ < x < ∞
  • 77. Distribusi Normal Kurva Normal -∞ ∞µ Sifat-sifat: • simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
  • 78. Distribusi Normal Kurva Normal -∞ ∞-∞ ∞ Sifat-sifat: • simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ, • memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
  • 79. Distribusi Normal Kurva Normal -∞ ∞µ Sifat-sifat: • simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ, • memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis, • harga modus (maksimum) terletak pada x = µ,
  • 80. Distribusi Normal Kurva Normal -∞ ∞µµ − σ µ + σ Sifat-sifat: • simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ, • memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis, • harga modus (maksimum) terletak pada x = µ, • mempunyai titik belok pada x = µ ± σ,
  • 81. Distribusi Normal Kurva Normal -∞ ∞µ Sifat-sifat: • simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ, • memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis, • harga modus (maksimum) terletak pada x = µ, • mempunyai titik belok pada x = µ ± σ, • luas kurva Normal sama dengan 1.
  • 82. Distribusi Eksponensial Banyak digunakan dalam model antrian. Jika banyaknya kedatangan berdistribusi Poisson, maka waktu antar kedatangan nya akan berdistribusi Eksponensial. f(x) = 1 θ e−x/θ , x > 0 Mean dan variansi E(X) = θ ; Var(X) = θ2, sering juga ditulis sebagai E(X) = 1/λ ; Var(X) = 1/λ2
  • 83. Distribusi Eksponensial Eksponensial dengan λ = 1 0 2 4 6 8 0.00.20.40.60.81.0 x f(x)
  • 84. Distribusi Gamma Fungsi densitas distribusi Gamma f(x) = xα−1ex/β βαΓ(α) , X > 0 bila α integer α = (α − 1)! Mean dan variansi, E(X) = αβ ; Var(X) = αβ2
  • 85. Distribusi Gamma Beberapa fenomena yang dapat dimodelkan dengan distribusi Gamma • Durasi (lama waktu) sebuah pekerjaan manual • Penjualan bulanan sebuah barang • Durasi yang diperlukan sebuah proses dalam CPU
  • 86. Distribusi Weibull Fungsi densitas distribusi Weibull f(x) = α(x − δ)α−1 exp(−(x−δ) β ) βα , X > δ Mean dan Variansi E(X) = δ + βΓ(1 + 1/α) ; Var(X) = β2(Γ(1 + 2/α) − Γ2(1 + 1/α))
  • 87. Distribusi Lognormal Distribusi ini dapat diturunkan dari distribusi Normal Y ∼ N(µ, σ2) dan mendefinisikan X = log Y , fungsi densitasnya f(x) = 1 √ 2πσ exp(− log(x − µ)2 /2σ2 ), X > 0 Mean dan variansi E(X) = exp(µ + σ2/2); Var(X) = exp(2µ + σ2)(exp(σ2) − 1)
  • 88. Distribusi Beta Fungsi densitas distribusi Beta, f(x) = Γ(α + β)xα−1(1 − x)β−1 Γ(α)Γ(β) , 0 ≤ x ≤ 1 Mean dan variansi E(X) = α/(α + β); Var(X) = αβ (α+β)2(α+β+1)
  • 89. Identifikasi Model Probabilitas Langkah-langkah identifikasi distribusi: 1. Hitung statistik deskriptif data (mean, median, modus, deviasi standar, dst.) dan gambarkan bentuk distrtibusinya dengan histogram, boxplot, stemleaf diagram 2. Berdasarkan statistik deskriptif tersebut dan pengetahuan tentang proses pada sistem tersebut, ajukan suatu dugaan tentang model probabilitas teoritis data tersebut 3. Ujilah dugaan (hipotesis) tersebut dengan uji goodness of fit, misalnya dengan Chi-square atau Kolmogorov-Smirnov test.
  • 90. Histogram Data Misalkan X adalah waktu antar kedatangan dalam suatu unit waktu. waktu antar kedatangan frekuensirelatif 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 0.00.51.01.52.0
  • 91. Histogram Data Misalkan X adalah waktu antar kedatangan dalam suatu unit waktu. waktu antar kedatangan frekuensirelatif 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 0.00.51.01.52.0
  • 92. Uji Independensi Suatu model simulasi akan dikembangkan untuk sebuah sistem rumah sakit. Model tersebut akan digunakan untuk memprediksi pengaruh pola atau kenis kasus-kasus pasien terhadap beban kerja laboran. Diperoleh data 300 pasien yang diperoleh secara random dari rekam medis rumah sakit meliputi jenis kasusnya dan tes laboratoriumnya. Kategori Banyaknya tes laboratorium Pasien 0 1-3 4-6 7-10 10+ Total Umum 14 29 55 31 21 140 Bedah 8 10 18 27 7 70 Pediatri 10 16 14 8 2 50 Obstetrik 8 15 13 4 0 40 Total 40 60 100 70 30 300
  • 93. Uji Independensi Hipotesisnya: H0 : banyaknya tes independen terhadap kategori pasien H1 : banyaknya tes dependen terhadap kategori pasien Menggunakan statistik Chi-square W, W = b i=1 k j=1 (Oij − Eij)2 Eij , dengan b banyaknya baris, k banyaknya kolom, Oij obervasi pada tiap-tiap sel i, j dan Eij harga harapan pada tiap-tiap sel i, j. Statistik W berdistribusi χ2 (b−1)(k−1) Eij = Ni·N·j/N, Ni· total baris i, N·j total kolom j, dan N total observasi
  • 94. Uji Independensi Hasil hitungan W = 4 i=1 5 j=1 (Oij − Eij)2 Eij = 36, 34 Untuk menentukan apakah data mendukung H0 atau tidak W dibandingkan dengan tabel χ2 (b−1)(k−1) atau dengan menghitung P(X > W) (p-value). Dengan tabel diperoleh χ2 0,9;(b−1)(k−1) = χ2 12 = 21, 0. Karena W > 21, 0 ⇒ data tidak mendukung H0 (H0 ditolak) Dengan p-value diperoleh P(X > W) = 0, 00029 (relatif cukup kecil) ⇒ data tidak mendukung H0
  • 95. Uji Kerandoman • Runs Test: Untuk outcome yang kategorik • Runs Up and Run Down Test: Untuk outcome yang kontinu
  • 96. Uji Kerandoman Untuk keperluan suatu simulasi lalu lintas udara, dikumpulkan data 50 kedatangan pesawat yang dapat diklasifikasikan menjadi C (commercial) atau P (private), sbb. CCPCPPCCCPCPPCCPCCCCPCCPPPPC CCCCCPPPCCPPCCPPCCCCPC Hipotesis H0 : Kedatangan pesawat apakah itu komersial atau pribadi independen dari kedatangan sebelumnya H1 : Kedatangan pesawat apakah itu komersial atau pribadi independen dari kedatangan sebelumnya Hipotesis Karena data tersebut berupa kategori (outcome kategori) maka digunakan Runs Test.
  • 99. Uji Kerandoman Data CCPCPPCCCPCPPCCPCCCCPCCPPPPC CCCCCPPPCCPPCCPPCCCCPC n1 = 30, banyaknya elemen C dalam sampel n2 = 20, banyaknya elemen P dalam sampel
  • 100. Uji Kerandoman Data CC P C PP CCC P C PP CC P CCCC P CC PPPP CCCCCC PPP CC PP CC PP CCCC P C n1 = 30, banyaknya elemen C dalam sampel n2 = 20, banyaknya elemen P dalam sampel R = 23, banyaknya run, baik tunggal maupun berurutan, baik dari C maupun P Statistik nya adalah Z = R−E(R) σR , dengan E(R) = 2n1n2 (n1+n2) + 1 dan σ2 R = 2n1n2(2n1n2−n1−n2) (n1+n2)2(n1+n2−1) Z ∼ N(0, 1) (jika n1, n2 > 10 )
  • 101. Uji Kerandoman Hasil Hitungan E(R) = 25, σR = 3, 36 sehingga Z = R − E(R) σR = 23 − 25 3, 36 = −0, 6 Dibandinglan dengan nilai distribusi Normal standar Z0,025 = −1, 96, disimpulkan data tidak mendukung penolakan H0, atau kedatangan pesawat baik itu komersial atau pribadi independen terhadap kedatangan sebelumnya.
  • 102. Uji Kerandoman Data 25 lama proses manual di pabrik dalam suatu unit waktu adalah 10,0 10,1 10,5 10,9 11,0 10,5 10,4 10,6 10,3 10,2 9,0 9,4 9,5 9,6 10,1 10,2 10,1 10,0 9,6 9,7 10,2 10,5 10,8 9,9 9,6 Hipotesis H0 : lama proses manual tersebut random (independen) H1 : lama proses manual tersebut tidak random Karena data tersebut berupa bilangan kontinu (outcome kontinu) maka digunakan Runs Up and Runs Down Test.
  • 103. Uji Kerandoman Menentukan tanda naik (+) atau turun (−) 10,0 +10,1 +10,5 +10,9 +11,0 −10,5 −10,4 +10,6 −10,3 −10,2 −9,0 +9,4 +9,5 +9,6 +10,1 +10,2 −10,1 −10,0 −9,6 + 9,7 +10,2 +10,5 +10,8 −9,9 −9,6 diperoleh: ++++ −− + −−− +++++ −−− ++++ −− R = 8 run Statistik yang digunakan adalah Z = R−E(R) σR , dengan E(R) = (2n − 1)/3 dan σ2 R = (16n − 29)/90, dengan Z ∼ N(0, 1) jika n cukup besar.
  • 104. Uji Kerandoman Hasil Hitungan E(R) = 16, 33 dan σR = 4, 12, sehingga Z = R−E(R) σR = (8 − 16, 33)/2, 03 = −4, 11 Dibandingkan dengan nilai Z0,025 = −1.96, dapat disimpulkan bahwa data mendukung penolakan H0, jadi lama proses manual tidak random, bergantung pada proses sebelumnya.
  • 105. Goodness of fit Test • Untuk menguji apakah suatu data mempunyai distribusi tertentu • Metode: ◦ Pearson’s Chi-square ◦ Kolmogorov-Smirnov
  • 106. Goodness of fit Test Misal diketahui data penjualan perhari selama 50 hari 8 6 4 2 4 5 6 7 6 11 0 5 5 4 7 7 5 4 3 9 6 8 5 6 1 7 6 3 4 5 4 4 7 3 3 5 8 6 4 8 3 6 4 5 3 2 3 2 1 3 Ujilah apakah data tersebut berdistribusi Poisson?
  • 107. Goodness of fit Test H0: data berdistribusi Poisson f(x) = λxe−λ x! , x = 0, 1, 2, . . . Menggunakan Pearson’c Chi-square. Dihitung mean data ¯X = 4, 9 sebagai penduga untuk λ. Interval Obs. (Oi) Prob. Harapan (Ei) (Oi − Ei)2 /Ei 0 − 2 6 0,1332 6,6 0,055 3 8 0,1460 7,3 0,067 4 9 0,1788 8,9 0,001 5 8 0,1752 8,8 0,073 6 8 0,1430 7,2 0,089 7 atau lebih 11 0,2238 11,2 0,004 0,289
  • 108. Goodness of fit Test Diperoleh Nilai W = 0, 289 Kriteria yang digunakan H0 ditolak jika W > χ2 1−α/2,db, dengan derajad bebas, db = k − 1− (banyak parameter yang diestimasi dari data) dan k adalah banyaknya interval (kategori). Karena W < χ2 4 = 9, 49, H0 diterima: data berasal dari distribusi Poisson.
  • 110. Metode Pembangkitan Bilangan Random Uniform Kriteria 1. Secara statistik sama seperti mengambil sampel dari distribusi uniform f(x) = 1 0 ≤ u ≤ 1 0 u yang lain 2. Dapat direproduksi 3. Efisien dalam komputasi
  • 111. Metode Pembangkitan Bilangan Random Uniform • Metode Linear Congruential • Feedback Shift Register • Coupled Generator
  • 112. Metode Linear Congruential Menggunakan formula rekursif Zi = (AZi−1 + C) mod M Zi dapat dinormalisasi dalam interval (0, 1) dengan transformasi Ui = Zi/M Nilai Z0 disebut sebagai seed dari bilangan random.
  • 113. Metode Linear Congruential Beberapa Nilai A, M dan C Generator A M C RANF (CDC 60000 FTN compiler) 44485709377909 248 0 GGUBS ( IMSL routine) 75 231 0 RANDU ( IBM Scientific subroutine) 216 + 3 231 0 GGL (IBM subroutine Lib. Math) 75 231 0 DEC (VAX compiler) 69069 232 1 GLIM 8404997 235 1 MATLAB (fungsi rand) 75 231 − 1 0
  • 114. Metode Pembangkitan Bilangan Random Non-Uniform 1. Metode Inverse 2. Metode Acceptance/Rejection 3. Metode Komposisi 4. Metode Konvolusi
  • 115. Metode Pembangkitan Bilangan Random Non-Uniform Kriteria: 1. Akurasi a. Akurasi Teoritis b. Akurasi aritmetis dalam algoritma 2. Kecepatan 3. Implementasi mudah a. Pengkodean b. Rutin-rutin yang diperlukan 4. Portabilitas 5. Memori yang diperlukan
  • 116. Metode Inverse Bila F(x) adalah fungsi distribusi (distribusi kumulatif) dari fungsi probabilitas f(x), maka F(x) = u, dengan u ∼ U(0, 1) sehingga x = F−1 (u) adalah variabel random dengan fungsi distribusi F(x). Algoritma: S1: bangkitkan u S2: x ← F−1(u)
  • 117. Metode Inverse F(x) = u 1 0 x = F−1(u)
  • 118. Metode Inverse F(x) = u 1 0 x = F−1(u) u0
  • 119. Metode Inverse F(x) = u 1 0 x = F−1(u) u0 x0 = F−1(u0)
  • 120. Metode Acceptance/Rejection Didefinisikan fungsi g(x) sedemikian sehingga g(x) > f(x), −∞ < x < ∞ g(x) disebut sebagai fungsi majorizing (yang lebih besar dari f(x)) dan tidak harus fungsi probabilitas. Misalkan fungsi probabilitas h(x) h(x) = g(x) ∞ −∞ g(y)dy , −∞ < x < ∞ mudah diperoleh bilangan randomnya. Maka sampel random X dari f(x) dapat diperoleh melalui sampel random yang diperoleh dari h(x).
  • 121. Metode Acceptance/Rejection Algoritma: S1: Bangkitkan y dari h(x) S2: Bangkitkan bilangan random uniform u S3: Jika u ≤ f(y)/g(y), terima X = y sebagai sampel dari f(x). Jika tidak demikian, kembali ke S1
  • 122. Metode Komposisi Bila f(x) dapat di-dekomposisi-kan sebagai jumlahan terbobot dair k distribusi probabilitas yang lain f(x) = p1f1(x) + p2f2(x) + . . . + pkfk(x) maka sampel x dari f(x) dapat dibangkitkan dari jumlahan k variabel random tersebut.
  • 123. Metode Konvolusi Variabel random seperti Normal, Binomial, Poisson, Gamma dapat didekati dengan kombinasi linear dari variabel random lain. x = b1x1 + b2x2 + . . . + bkxk
  • 124. Distribusi Uniform Diskret f(x) = 1 b − a + 1 , x = a, a + 1, . . . , b Algoritma S1: u ← U(0, 1) S2: x ← a + (b − a + 1)u dengan k adalah truncation operator S3: Hasilkan x
  • 125. Distribusi Uniform Diskret Contoh: f(x) = 1 6 , x = 1, 2, . . . , 6 Algoritma S1: u ← U(0, 1), u = 0, 3453 S2: x ← a + (b − a + 1)u x ← 3, 0718 S3: Hasilkan x = 3
  • 126. Distribusi Binomial f(x | n, p) = n x px (1 − p)n−x , x = 0, 1, . . . , n Algoritma 1 Menggunakan metode konvolusi dari n variabel random Bernoulli S1: x ← 0; i ← 1 S2: u ← U(0, 1) S3: jika u < p maka x ← x + 1 S4: i ← i + 1 S5: jika i < n ke S2, jika tidak, hasilkan x
  • 127. Distribusi Binomial f(x | n, p) = n x px (1 − p)n−x , x = 0, 1, . . . , n Algoritma 2 Menggunakan metode inversi dengan memanfaatkan bentuk rekursif dari distribusi Binomial, f(x + 1) = f(x) (n − x + 1) x p 1 − p F(x + 1) = F(x) + f(x)(n − x + 1) x p 1 − p
  • 128. Distribusi Binomial Algoritma 2 S1: f ← (1 − p)n; F ← f; x ← 0 S2: u ← U(0, 1) S3: jika u ≤ F hasilkan x jika tidak x ← x + 1; f ← fp(n − x + 1)/(1 − p)x S4: F ← F + f S5: ke S3
  • 129. Distribusi Binomial f(x | n, p) = n x px (1 − p)n−x , x = 0, 1, . . . , n Algoritma 3 Menggunakan pendekatan Normal untuk Binomial, S1: bangkitkan z ← N(0, 1) S2: v ← np + z np(1 − p) S3: jika v > np, x ← min( x + 1/2 , n) jika tidak, x ← max( x − 1/2 , 0) S4: hasilkan x
  • 130. Distribusi Poisson f(x) = λxe−λ x! , x = 0, 1, 2, . . . Algoritma 1 Memanfaatkan hubungan antara Poisson dengan eksponensial X XX X X X XXX . . . . . .
  • 131. Distribusi Poisson Algoritma 1 S1: u ← 0; w ← 0 S2: bangkitkan y ← eksponensial(1/λ) S3: w ← w + y S4: jika w ≥ 1, hasilkan x jika tidak x ← x + 1 S5: ke S2
  • 132. Distribusi Poisson f(x) = λxe−λ x! , x = 0, 1, 2, . . . Algoritma 2 Memanfaatkan bentuk rekursif distribusi Poisson f(x + 1) = f(x) λ (x + 1) , x = 0, 1, 2, . . . F(x + 1) = F(x) + f(x) λ (x + 1) , x = 0, 1, 2, . . .
  • 133. Distribusi Poisson Algoritma 2 S1: x ← 0; f ← e−λ; F = f S2: u ← U(0, 1) S3: jika u < F, hasilkan x jika tidak x ← x + 1; f ← fλ/x S4: F ← F + f S5: ke S3
  • 134. Distribusi Diskret Empiris Distribusi untuk diskret empiris (discrete empirical distribution) berupa tabel distribusi probabilitas untuk tiap-tiap variabel random X. Algoritma Menggunakan metode inversi dengan melihat tabel F(x) empiris S1: u ← U(0, 1): i ← 1 S2: jika u ≤ F(xi), hasilkan xi jika tidak i ← i + 1 S3: ke S2
  • 135. Distribusi Uniform Kontinu f(x) = 1 b − a , a < x < b Algoritma S1: u ← U(0, 1) S2: x ← a + (b − 1)u S3: hasilkan x
  • 136. Distribusi Normal f(x; µ, σ2 ) = 1 √ 2πσ2 e− (x−µ)2 2σ2 , −∞ < x < ∞ Metode pembangkitan dilakukan melalui Normal Standar (Normal dengan µ = 0 dan σ2 = 1), kemudian di-transformasikan ke N(µ, σ2) dengan X = µ + Zσ Algoritma 1 Menggunakan distribusi Normal bivariat dan metode inversi. Dengan metode ini satu kali pembangkitan dua variabel random normal dapat diperoleh.
  • 137. Distribusi Normal Algoritma 1 S1: u1 ← U(0, 1); u2 ← U(0, 1) S2: r ← −2 loge u1 S3: a ← 2πu2 S4: x1 ← r sin a x2 ← r cos a S5: hasilkan x1, x2
  • 138. Distribusi Normal Algoritma 2 Menggunakan teorema limit sentral. Distribusi Normal Standar dapat didekati dengan konvolusi variabel random Uniform. S1: u ← 0; x ← 0 S2: u ← U(0, 1) S3: x ← x + u S4: i ← i + 1 S5: jika i < 12 ke S2 jika tidak S6: x ← x − 6 S7: hasilkan x
  • 139. Distribusi Eksponensial f(x; θ) = 1 θ e−x/θ , x > 0 Algoritma Menggunakan metode inversi, F(x) = 1 − e−x/θ, sehingga u = 1 − e−x/θ dan diperoleh x = −θ loge(1 − u). Karena 1 − u juga merupakan variabel random, x = −θ loge u S1: u ← U(0, 1) S2: x ← −θ loge(u) S3: hasilkan x
  • 141. Pemodelan Simulasi Hal-hal yang perlu diperhatikan: • Mekanisme pengaturan waktu (simulasi): fix-step atau next-event • Perubahan event pada sistem: diskret atau kontinu • Sifat perubahan: probabilistik (stokastik) atau deterministik
  • 142. Mekanisme Pengaturan Waktu Next-event time (event scheduling) Perubahan waktu berdasarkan kejadian.
  • 143. Mekanisme Pengaturan Waktu Fix-time step Perubahan atau penambahan waktu tetap
  • 144. Mekanisme Pengaturan Waktu Perbandingan Event-Scheduling dengan Fix-time
  • 145. Mekanisme Pengaturan Waktu Perbandingan Event-Scheduling dengan Fix-time X X X X X X X X
  • 146. Event Scheduling: Antrian Layanan Tunggal N ← 0; TN ← 0; K ← 0; T ← 0; bangkitkan Ta T ≥ Tmax Ta < Ts T TN ← TN + (Ta − T) ∗ N T ← Ta; N ← N + 1; K ← K + 1 Ta ← T + bangkitkan Ta kedatangan Y N = 1 Ts ← T + bangkitkan Ts Y ¯n ← TN/T ¯W ← TN/K Y TN ← TN + (Ts − T) ∗ N T ← Ts; N ← N + 1 pelayanan T N = 0 Ts ← T + bangkitkan Ts T Stop Y T
  • 147. Fixed-Time: Antrian Layanan Tunggal TN ← 0; K ← 0 T ← 0; SN ← 0 T ≥ Tmax TN = 0 S ← bangkitkan Ns|T N TN ← TN − S SN ← SN + S N ← bangkitkan Na TN ← TN + N K ← K + N S ← bangkitkan Ns|T N TN ← TN − S SN ← SN + S T ← T + ∆T ¯na ← K/T ¯ns ← SN/T Stop Y T YT
  • 148. Perubahan Sistem Discrete Event Simulation. Hanya diamati perubahan yang diskret dan berhingga. Continuous Event Simulation. Perubahan yang diamati kontinu (banyaknya event tak berhingga).
  • 149. Pemerograman Simulasi • Bahasa Khusus Simulasi (Simulation Language) ◦ EXTEND ◦ GPSS ◦ SIMAN ◦ SIMULA ◦ SIMNET ◦ DYNAMO • Bahasa Pemerograman Umum (General Purpose Language) ◦ Pascal ◦ FORTRAN ◦ BASIC ◦ C
  • 150. Pemerograman Simulasi Bahasa Khusus Simulasi Bahasa Pemerograman Umum Tidak mudah diperoleh Mudah diperoleh Pembuatan Program sederhana Pembuatan program lebih rumit Tidak mudah dimodifikasi Fleksibel, mudah dimodifikasi Waktu running lebih lama Waktu running lebih cepat
  • 151. Pemerograman Simulasi Kemampuan Standar Bahasa Simulasi: • Pembuatan kode program (code development) • Debugging • Fungsi (prosedur) pembangkitan bilangan random • Fungsi (prosedur) Statistik • Desain Eksperimen • Output yang informatif (grafik, tabel)
  • 152. Mengenal GPSS • Geoffrey Gordon (1961) • General Purpose Simulation System • Prinsip simulasi: process-interaction atau transaction-flow-oriented language • GPSS World Student Version 4.3.5
  • 153. Mengenal GPSS Entitas: • Basic ◦ Transaction ◦ Blocks • Equipment ◦ Facilities ◦ Storages ◦ Logic switches • Statistical ◦ Queues ◦ Distribution tables • Computational ◦ Arithmetic variables ◦ Boolean variables ◦ Functions • Reference ◦ Savevalues ◦ Matrices • Chain ◦ System Chains ◦ User Chains
  • 154. Mengenal GPSS Entitas Basic Transactions. Obyek yang mengalir dalam program (waktu) Blocks. Elemen yang mengalir pada transaction. Jenis blok dalam GPSS: • GENERATE • TERMINATE • SEIZE • RELEASE • ADVANCE • QUEUE • DEPART • Control statements: SIMULATE, START, END.
  • 156. Model Analitik Model Analitik Model Simulasi Keuntungan • keringkasan dan closed-form • kemudahan evaluasi menuju solusi optimal • relatif mudah untuk sistem yg kompleks • sarana pelatihan Kerugian • asumsi tidak realistis • formula yang kompleks • tidak ada (sulit) mencari solusi optimal • model simulasi yang baik mungkin mahal
  • 157. Rantai Markov Untuk memodelkan perubahan status atau transisi dari suatu sistem (analytic state-change models) Contoh transisi status: Sistem Status Elevator gedung bertingkat Tingkat (nomor lantai) Sistem inventori Banyaknya unit inventori Sistem komputer Banyaknya proses yang aktif Epidemik Banyaknya yang terinfeksi Pasar bebas Pilihan pelanggan Rumah sakit Banyaknya bangsal yang terisi
  • 158. Rantai Markov Proses random atau proses stokastik adalah himpunan dari variabel random {X(t); t ∈ T}, dimana • T adalah himpunan indeks (index set) atau waktu, • X(t) adalah status pada saat t, • X(t) dapat mengambil nilai (values) dalam himpunan status (state space) S. Stokastik (stochastic), dari bahasa Yunani yang berarti "menuju ke" atau "mengincar dengan anak panah"
  • 159. Rantai Markov Contoh: Satu elevator gedung bertingkat 5 dapat dipandang sebagai suatu proses stokastik {X(t); t ∈ T} dengan T adalah waktu dan X(t) adalah status elevator pada saat tertentu dan S = {0, 1, 2, 3, 4, 5}
  • 160. Rantai Markov Contoh: Untuk meningkatkan penjualan produknya perusahaan A melakukan promosi baru yang diharapkan dapat menurunkan kemungkinan pelanggan pindah ke produk lain, sekaligus meningkatkan kemungkinan pembeli produk lain akan beralih ke produk perusahaan A. Kompetitor produk A adalah B dan C. Untuk satu orang pelanggan atau pembeli, sistem ini dapat dipandang sebagai suatu proses stokastik {X(t); t ∈ T} dengan T adalah waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari tertentu dan S = {A, B, C}
  • 161. Rantai Markov Rantai Markov adalah suatu proses stokastik {X(tn); n = 0, 1, 2, . . .} yang mempunyai sifat P[X(tn+1) = s1 | X(tn), X(tn−1), . . . , X(t0)] = P[X(tn+1) = si | X(tn)] dengan si adalah status dari sistem, S = {s1, s2, . . .}
  • 162. Rantai Markov Probabilitas transisi pjk = P[X(tn+1) = sk | X(tn) = sj] dan pm jk = P[X(tn+m) = sk | X(tn) = sj]
  • 163. Rantai Markov Jika banyaknya status dalam sistem berhingga (finite) maka dapat didefinisikan matriks transisi: P =       p11 p12 . . . p1c p21 p22 . . . p2n ... . . . pr1 pr2 . . . prc      
  • 164. Rantai Markov Probabilitas suatu proses berada dalam status tertentu dari S = {s1, s2, . . . , sp} setelah b transisi, πb = P[X(tb) = s1, X(tb) = s2, . . . , X(tb) = sp] = (πb 1, πb 2, . . . , πb p) Probabilitas setelah b + 1 transisi πb+1 = πb P dan πb = π0 Pb , dimana Pb = P × P . . . × P b suku
  • 165. Rantai Markov Contoh: Market share Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari tertentu dan S = {A, B, C} Persentase preferensi pembelian (persen baris): preferensi berikut A B C Total preferensi A 60 20 20 100% sekarang B 40 30 30 100% C 40 30 30 100% Bagaimana persentase pembeli produk A, B dan C setelah jangka waktu tertentu (100 hari misalnya)?
  • 166. Rantai Markov Contoh: Market share Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari tertentu dan S = {A, B, C} Matriks transisi:    0, 6 0, 2 0, 2 0, 4 0, 3 0, 3 0, 4 0, 3 0, 3   
  • 167. Rantai Markov Contoh: Market share Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari tertentu dan S = {A, B, C} Penyelesaian Analitis. Diasumsikan π0 = (1/3 1/3 1/3) dan dalam suatu periode tertentu (100 hari misalnya) pelanggan akan membeli sebanyak 3 kali π3 = π0 P3 = (0, 499 0, 251 0, 251)
  • 168. Rantai Markov Contoh: Market share Suatu Rantai Markov {X(t); t ∈ T} dengan T = t0, t1, . . . adalah waktu dalam hari, X(t) adalah preferensi pembeli pada hari tertentu dan S = {A, B, C} Penyelesaian dengan simulasi. Disimulasikan seorang pembeli dengan status preferensi produk tertentu (A, B, atau C). Diasumsikan distribusi waktu antar pembelian dari masing-masing produk TA ∼ Uniform(25,45), TB ∼ Uniform(28,38) dan TC ∼ Uniform(20,30).
  • 169. Sistem Antrian (Kongesti) Elemen sistem antrian • proses kedatangan • proses pelayanan • disiplin antrian
  • 170. Sistem Antrian (Kongesti) Intensitas kedatangan ρ, ρ = tingkat kedatangan tingkat pelayanan ρ = mean waktu pelayanan mean waktu antar kedatangan(c) ρ = tingkat kedatangan tingkat pelayanan(c) dengan c adalah banyaknya server (fasilitas pelayanan).
  • 171. Sistem Antrian (Kongesti) Notasi Kendall A/B/s : K/E dengan A proses kedatangan, B proses pelayanan, s banyaknya server, K banyaknya pelanggan yang dapat masuk ke dalam sistem dan E disiplin antrian. M: distribusi eksponensial D: konstant pelayanan atau kedatangan Ek: distribusi Erlangk G : distribusi pelayanan atau kedatangan umum FIFO: first-in-first-out queue discipline SIRO: serve in random-order queue discipline PRI: priority queue discipline GD: general queue discipline
  • 172. Sistem Antrian (Kongesti) Ukuran performansi sistem antrian: Ls : Harga harapan banyaknya pelanggan dalam sistem Lq : Harga harapan banyaknya pelanggan dalam antrian Ws : Harga harapan lama pelanggan berada dalam sistem Wq : Harga harapan lama pelanggan menunggu pelayanan Pi : Probabilitas tepat i pelanggan berada dalam sistem, i = 0, 1, . . . Pn(t) : Probabilitas tepat n pelanggan berada dalam sistem saat t P(Wq > t) : Probabilitas pelanggan menunggu selama t atau lebih
  • 173. Sistem Antrian (Kongesti) Untuk waktu antar kedatangan dan pelayanan yang berdistribusi eksponensial, P(satu kedatangan dalam interval t, t + ∆t) = λ∆t P(satu pelayanan selesai dalam interval t, t + ∆t) = µ∆t dimana 1/λ adalah mean antar kedatangan 1/µ adalah mean lama pelayanan atau λ adalah tingkat (rate) kedatangan µ adalah tingkat (rate) pelayanan
  • 174. Sistem Antrian (Kongesti) Sistem Non Steady-State (time-dependent). Solusi dari persamaan diferensial dP0(t) dt = −λP0(t) + µP1(t) dPn(t) dt = λPn−1(t) − (λ + µ)Pn(t) + µPn+1(t) untuk n = 1, 2, . . .
  • 175. Sistem Antrian (Kongesti) Model M/M/s Steady-State Sistem antrian dikatakan steady-state jika Pn(t) dt = 0 Solusi dari persamaan λ0P0 = µ1P1 (λn + µn)Pn = λn−1Pn−1 + µn+1Pn+1 untuk n = 1, 2, . . .
  • 176. Sistem Antrian (Kongesti) Model M/M/1 Ukuran performansi: ρ = λ µ Pn = (1 − ρ)ρn , n = 0, 1, . . . Ls = ρ (1 − ρ) Lq = Ls − ρ = ρ2 (1 − ρ) Wq = ρ µ(1 − ρ)
  • 177. Sistem Antrian (Kongesti) Contoh: Sebuah bank menempatkan sebuah ATM dalam sebuah kantor dimana banyak nasabah menggunakan ATM tersebut. Mean lama pelayanan adalah 50 detik dan mean banyaknya nasabah yang ingin menggunakan ATM tersebut adalah 60 nasabah per jam. Banyak nasabah yang complain bahwa waktu tunggu mereka terlalu lama dan mengusulkan satu ATM baru. Diasumsikan waktu antar kedatangan dan lama pelayanan berdistribusi Eksponensial. Untuk menentukan apakah tambahan satu ATM perlu, pihak bank ingin mengetahui probabilitas seorang nasabah harus menunggu dan lama waktu tunggunya.
  • 178. Sistem Antrian (Kongesti) Contoh: (lanjutan, sistem ATM) Untuk sistem ini tingkat kedatangannya adalah λ = 60/jam dan tingkat pelayanannya adalah µ = 1/50 detik = 72/jam Intensitas trafiknya adalah ρ = λ/µ = 60/72 = 0, 8333
  • 179. Sistem Antrian (Kongesti) Contoh: (lanjutan, sistem ATM) Harga harapan nasabah menunggu pelayanan Wq = ρ µ(1 − ρ) = 60/72 72(1 − 60/72) = 0, 0694 jam = 4, 167 menit Harga harapan panjang antrian Lq = ρ2 (1 − ρ) = 4, 2 nasabah
  • 180. Sistem Antrian (Kongesti) Model M/M/s Ukuran performansi: ρ = λ sµ P0 = 1/ s−1 r=1 (sρ)i i! + (sρ)s c!(1 − ρ) P(n ≥ s) = (sρ)sP0 s!(1 − ρ) Ls = sρ + (sρ)s+1P0 s(s!)(1 − ρ)2 Lq = P0(ss+1ρs+1/s) s!(1 − ρ)2 Ws = Ls/λ Wq = Lq/λ
  • 181. Sistem Antrian (Kongesti) Contoh: Suatu supermarket dirancang dengan 4 kasa. Saat sibuk diasumsikan pelanggan akan datang dengan tingkat kedatangan 100 per jam dan mean lama pelayanan di kasa untuk seorang pelanggan 2 menit. Perancang sistem supermarket ini ingin mengetahui mean lama tunggu pelanggan dan probabilitas bahwa seorang pelanggan tidak perlu harus menunggu.
  • 182. Sistem Antrian (Kongesti) Contoh:(lanjutan supermarket) Model M/M/4 λ = 100 pelanggan/jam µ = 30 pelanggan per jam per server ρ = λ/(sµ) = 0, 8333 Lq = 3, 29 P(seorang pelanggan tidak perlu harus menunggu) = 1 − P(n ≥ 4) = 0, 658
  • 183. Model Inventori Elemen sistem inventori Inventori merupakan fungsi dari • parameter biaya (cost) • variabel tak terkontrol eksternal • Inventory policy
  • 184. Model Inventori Parameter Biaya C: Harga pembelian per unit dari barang yang disimpan CH: Biaya menyimpan satu unit barang untuk satu unit waktu CR: Biaya pemesanan kembali CP : Biaya penalti karena tidak tersedianya barang CS: Pemasukan dari barang yang tidak terjual Variabel tak terkontrol D: Permintaan pembeli L: Waktu yang diperlukan sampai pesanan datang Inventory policy Q: Kuantitas barang yang dipesan kembali Aturan kapan harus memesan kembali
  • 185. Model Inventori Model Inventori Dinamis Kontinu Dalam model ini inventori di-review secara kontinu. Variabel keputusannya adalah Q dan reorder point Rp. Jika inventori berada di bawah Rp, kuantitas sebanyak Q dipesan. Total biaya untuk sistem seperti ini adalah Total biaya tahunan = CHCQ/2 + CRD/Q, dimana D adalah tingkat permintaan tahunan. Nilai optimal untuk Q adalah Q = 2DCR/CHC Reorder point adalah L × D, dengan L adalah lama pesanan datang.
  • 186. Model Inventori Contoh: Seorang supplier barang-barang elektronik mempunyai inventori suatu barang yang mempunyai permintaan 10.000 unit per tahun. Tiap unit berharga 1 unit uang dan biaya pertahun untuk inventori adalah 12% dari harga beli. Biaya pemesanan sebesar 10 unit uang. Lama pesanan datang 10 hari. Saat ini supplier itu memesan 2000 unit. Supplier itu ingin mengetahui berapa kuantitas optimal dari pemesanan. Total biaya tahunan = CHCQ/2 + CRD/Q = (0, 12)(1)(2000/2) + (10)(10.000/2000) = 170 unit uang
  • 187. Model Inventori Kuantitas optimal pemesanan: Q = 2DCR/CHC = 2(10.000)(10)/(0, 12)(1) = 1290 unit barang Biaya dari optimal inventory policy: Total biaya tahunan = CHCQ/2 + CRD/Q = (0, 12)(1)(1290/2) + (10)(10.000/1290) = 154, 92 unit uang dengan re-order point: Rp = L × D = 10 × (10.000/365) = 274 unit
  • 189. Analisis Output • Melakukan analisis atau interpretasi hasil keluaran (output) model simulasi sehingga dapat diperoleh informasi tentang sistem maupun model simulasinya yang berguna khususnya untuk menentukan nilai dari variabel keputusan • Dasar analisis output adalah inferensi statistika (estimasi dan uji hipotesis) dan pengetahuan tentang jenis-jenis (karakteristik) sistem. • Analisis sistem simulasi dinamik
  • 190. Analisis Output Karakteristik data model simulasi dinamis • Observasi tidak independen • Observasi tidak stasioner
  • 191. Analisis Output Karakteristik (jenis) sistem • Sistem Terminating Sistem ini akan berhenti pada suatu waktu yang tertentu. Contoh: Bank: Mulai buka pukul 08:00 - 16:00. Dimulai dari keadaan tidak ada pengunjung dan diakhiri dengan tidak ada pengunjung. Statistik yang diperlukan untuk sistem ini misalnya waktu tunggu pengunjung bank Contoh lain: lab. komputasi, supermarket
  • 192. Analisis Output Karakteristik (jenis) sistem (lanjutan:) • Sistem Non-terminating Sistem yang tidak dapat ditentukan kapan akan berhenti. Contoh: Bandara (internasional): Selama 24 jam pesawat terbang datang dan pergi ke dan dari bandara dan tidak dapat ditentukan kapan sistem ini akan berhenti. Statistik yang diperlukan untuk sistem ini misalnya rata-rata kedatangan pesawat, rata-rata banyak pesawat yang menunggu di landasan. Contoh lain: pabrik, rumah sakit
  • 193. Analisis Output Karakteristik (jenis) sistem (lanjutan:) Misalkan X(t) adalah status sistem pada saat t dan P(X(t)) = s adalah probabilitas bahwa sistem tersebut berada dalam status s pada saat t • Sistem Steady state Bila waktu tidak berpengaruh lagi terhadap sistem atau, dP(X(t) = s) dt = 0 • Sistem Transient Bila waktu berpengaruh terhadap sistem (atau jika persamaan di atas tidak berlaku)
  • 195. Analisis Output Metode • Replikasi Observasi diperoleh dari runtun (run) yang terpisah. Untuk memperoleh n observasi diperlukan n runtun • Subinterval Observasi diperoleh dari satu runtun tunggal yang dibagi menjadi n sub-interval dengan lebar tiap-tiap interval sama • Regeneratif Untuk mendapatkan n observasi, satu runtun tunggal dibagi menjadi daur-daur (cycle) berdasarkan status regeneratif
  • 196. Analisis Output Metode (lanjutan) • Runtun Waktu Analisis menggunakan suatu model parametrik runtun waktu observasi • Analisis Spektral Dilakukan estimasi autokovariansi dari observasi, yang kemudian digunakan dalam analsisi spektral.
  • 197. Analisis Output Contoh: Antrian Layanan Tunggal 0 10 20 30 40 50 60 waktu (t) n(t) 1 2 3
  • 198. Analisis Output Ukuran performansi sistem antrian ¯n = 1 T T 0 n(t)dt ¯W = 1 k T 0 n(t)dt ¯n mean banyaknya pengantri dalam sistem ¯W mean durasi pengantri dalam sistem n(t) banyaknya pengantri dalam sistem pada saat t k banyaknya kedatangan T panjang simulasi
  • 199. Analisis Output Replikasi 5 10 15 20 1 2 3 4 waktu t n(t)
  • 200. Analisis Output Subinterval 5 10 15 20 1 2 3 4 waktu t n(t)
  • 201. Analisis Output Regeneratif 5 10 15 20 1 2 3 4 waktu t n(t)