sim. Hapzi Ali, Ricky Setiawan, , 43116110348, Pengelolaan data manual vs database
1. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah paduan dari berbagai resources baik hardware, software, netware,
brainware, dan data. Dalam sistem informasi juga ada input, model, proses, output,
penyimpanan dan control, sehingga sistem informasi dapat digunakan untuk merencanakan,
mengolah, mengendalikan serta meracik data dalam suatu organisasi berdasarkan critical
sukses untuk menentukan keberhasilan perusahaan. Sistem informasi merupakan
tanggungjawab dari seluruh komponen organisasi. Sistem informasi juga dapat berperan
dalam bisnis menejemen dan untuk pengambilan keputusan serta memungkinkan suatu
bisnis dapat berkembang. Termasuk dalam komponen sistem informasi adalah perangkat
keras (hardware), perangkat lunak (software), prosedur, orang, basis data (database) dan
jaringan komputer dan komunikasi data. Komponen sistem informasi tersebut digambarkan
sebagai berikut :
Sistem informasi seyogyanya mendukung strategi bisnis organisasi, proses bisnis, struktur
dan budaya organisasi dalam meningkatkan nilai bisnis dari organisasi khususnya dalam
lingkungan bisnis yang dinamis (Silver, M,. Lyne Markus and Cynthia M.B., 1995). Fungsi
sistem informasi setidaknya mencakup :
1) Mendukung kesuksesan berbagai fungsi utama bisnis seperti akuntansi, finance,
manajemen operasi, pemasaran dan manajemen sumberdaya manusia;
2) Kontributor utama dalam mendukung efisiensi kegiatan operasional, produktivitas dan
moral SDM, pemberian layanan prima pada customer dan kepuasan customer;
3) Sumber informasi utama bagi manajer dalam mendukung proses pengambilan
keputusan yang efektif;
4) Bagian yang penting dari upaya pengembangan produk dan jasa yang kompetitif,
sehingga dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi dalam persaingan global;
5) Bagian utama dari sumberdaya organisasi dan biayanya dalam menjalankan bisnis,
sehingga memerlukan pengelolaan sumberdaya yang prima; dan
6) Kesempatan pengembangan karier yang dinamis dan menantang bagi jutaan pria dan
wanita.
Oleh karena itu terdapat 4 (empat) komponen utama dalam mengatur sistem informasi
yaitu :
1. Teknologi yang menyediakan infrastruktur elektronik dan informasi untuk perusahaan.
2. 2. Pekerja informasi dalam suatu perusahaan yang menjalankan teknologi informasi untuk
mencapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi pengembangan dan pengiriman sistem yang mendukung teknologi dan user
untuk bekerjasama.
4. Manajemen fungsi sistem informasi yaitu seluruh tanggung jawab dalam memanfaatkan
teknologi informasi untuk meningkatkan performance pekerja dan perusahaan.
Pengembangan Sistem Informasi di Perusahaan
Beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan penerapan sistem informasi dalam
suatu perusahaan atau organisasi adalah adanya keterlibatan end user, dukungan
manajemen eksekutif, adanya kejelasan pernyataan kebutuhan, perencanaan yang matang
dan tepat serta harapan yang realistik terhadap penyusunan sistem informasi tersebut
(Rosemary Cafasso dalam O’Brien, 2005). Jika ditinjau dari perspektif usaha dan
manajemen, sistem informasi adalah merupakan solusi manajemen yang di dukung oleh
teknologi informasi untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam lingkungan
organisasi. Oleh karena itu seorang pemimpin organisasi harus mengetahui keseluruhan
mengenai organisasi, manajemen dan dimensi teknologi informasi serta mempergunakan
peranan mereka dalam menyediakan solusi permasalahan.
Perancangan, penerapan dan pengoperasian sistem informasi adalah merupakan suatu
pekerjaan yang tidak mudah. Tetapi penyusunan sistem informasi sangat diperlukan oleh
perusahaan karena antara lain bahwa manajer harus berhadapan dengan lingkungan bisnis
yang semakin rumit. Hal ini dikarenakan oleh semakin meningkatnya persaingan dan
munculnya berbagai peraturan dari pemerintah yang harus ditaati.
Keterlibatan pihak manajemen sebagai end user mutlak dilakukan dalam penyusunan
sistem informasi sebagai solusi permasalahan perusahaan. Selain itu, masalah perencanaan
dan kebijakan yang tepat dalam mengimplementasikan sistem informasi juga harus
diperhatikan karena sistem informasi bagi perusahaan sangat rentan terhadap suatu
keputusan yang diambil dalam pengimplementasiannya. Perusahaan harus menyadari
bahwa keinginan yang realistis dan cermat dalam merancang dan menerapkan sistem
informasi serta penentuan batas biaya yang wajar dari manfaat yang akan diperoleh, maka
sistem informasi yang dihasilkannya akan memberikan keuntungan.
Hal penting yang dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya informasi adalah bagaimana
mengembangkan sistem informasi. Pengembangan sistem informasi adalah menyusun
sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
3. memperbaiki sistem yang telah ada. Penggantian atau perbaikan ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain :
1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul pada sistem yang lama atau pada
sistem yang lama timbul ketidakberesan dan pertumbuhan organisasi. Ketidakberesan
sistem lama menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang
diharapkan sehingga kebenaran data kurang terjamin. Sedangkan pertumbuhan organisasi
adalah kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data yang semakin
meningkat, dan adanya perubahan prinsip baru sebagai akibat sistem lama yang tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan. Dalam persaingan pasar yang semakin ketat,
kecepatan informasi sangat menentukan keberhasilan strategi dan rencana yang disusun
untuk meraih kesempatan dan peluang pasar sehingga teknologi informasi perlu digunakan
untuk meningkatkan penyediaan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh manajemen.
3. Adanya instruksi dari pimpinan atau dari luar organisasi, misalnya dari pemerintah.
Terdapat berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam proses pengembangan
sistem informasi antara lain :
1. System Development Life Cycle (SDLC), yaitu pengembangan suatu sistem dimulai dari
proses pembuatan rencana kerja yang akan dilakukan, analisis terhadap rencana sistem
yang akan dibuat, mendesain sistem dan mengimplementasikan sistem yang telah dibuat
dan melakukan evaluasi terhadap jalannya sistem yang dibuat.
2. Prototyping, sistem dikembangkan lebih sempurna karena adanya hubungan kerjasama
yang erat antara analis dengan end user. Kelemahan teknik ini adalah tidak mudah untuk
melaksanakan pada sistem yang relatif besar.
3. Rapid Application Development, adalah pendekatan pengembangan dengan
mengikutsertakan user dalam proses desain sehingga mudah untuk melakukan
implementasi. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah sistem mungkin terlalu sulit dibuat
dalam waktu yang tidak terlalu lama yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kualitas
sistem yang dihasilkan menjadi rendah.
4. Object Oriented Analysis and Development, yaitu mengintegrasikan data dan
pemrosesan selama dalam proses desain sistem yang akan menghasilkan sistem yang
kualitasnya lebih baik dan mudah di modifikasi.
4. Selain itu menurut Satzinger, 2007 menambahkan bahwa pada saat ini pengembangan
sistem dapat dikatagorikan ke dalam 2 (dua) pendekatan pengembangan yaitu
pengembangan secara terstruktur dan pengembangan secaraobject oriented.
Dalam pengembangan sistem tersebut perlu diperhatikan bagaimana dan apa yang
dibutuhkan dalam mendesain sistem, yaitu bagaimana mendefinisikan event, usecase, dan
event table sebelum memulai pengembangan sistem yang akan di pilih, lalu bagaimana
menentukan things sebagai dasar dari pengembangan sistem, baru kemudian memilih
pendekatan pengembangan sistem mana yang akan digunakan. Alur logika pengembangan
sistem tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Model Pendekatan Pengembangan Sistem Informasi
Insourcing
Insourcing adalah mengoptimalkan karyawan dalam perusahaan untuk diperkerjakan di luar
perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh
Perusahaannya secara fulltime, fifty-fifty, atau temporary. Kompensasi yang diterima juga
mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan yang
menggunakannya, atau sharing dengan perusahaan asalnya atau perusahaan asal hanya
menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009).
Insourcing dapat juga diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya yang terdapat didalam
suatu organisasi atau suatu perusahaan, seperti sumberdaya manusia, sumberdaya
teknologi, sumberdaya sistem informasi, sumberdaya hardware, sumberdaya software,
sumberdaya jaringan, sumberdaya data, sumberdaya ekonomi, yang diubah melalui
berbagai proses bisnis menjadi barang atau jasa. Dalam kaitannya dengan sistem informasi,
insourcing dapat diartikan sebagai model pengembangan sistem informasi yang hanya
melibatkan sumberdaya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan. Dalam
mekanisme insourcing, perusahaan mempertahankan dan mengelola semua peralatan IT
secara langsung dan in-house.
Insourcing merupakan kebalikan dari Outsourcing, perusahaan bukan menyerahkan
pekerjaan kepada perusahaan lain yang lebih kompeten, akan tetapi justru mengambil atau
menerima pekerjaan dari perusahaan lain. Umumnya pekerja akan lebih memilih model ini
karena dianggap lebih berpihak kepada mereka. Menurut Mia dalam blognya,insourcing
adalah suatu usaha pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi dalam
perusahaan yang hanya melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu
perusahaan dengan membentuk divisi khusus yang berkompeten di bidangnya, seperti
5. departemen EDP (Electronic Data Processing).Insourcing merupakan model pengembangan
dan dukungan sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh para pekerja di suatu area
fungsional dalam organisasi (misalnya akunting, keuangan, dan produksi) dengan sedikit
bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali. Model ini dikenal juga
dengan istilahend-user computing atau end-user development.
Outsourcing
Outsourcing terdiri dari dua suku kata, yaitu out dan sourcing. Outsourcing dapat diartikan
sebagai pengalihan kerja atau tanggung jawab kepada pihak lain.Outsourcing digunakan
agar perusahaan dapat lebih fokus pada core bisnis perusahaannya. Biasanya bagian
pekerjaan yang di-outsourcing-kan merupakan pekerjaan yang sifatnya non-core atau
penunjang.
Pengembangan sistem informasi juga tidak terlepas dari outsourcing. Terdapat berbagai
definisi outsourcing yang berkaitan dengan teknologi informasi. Dibawah ini adalah berbagai
definisi outsourcing yang berkaitan dengan teknologi informasi yang dikutip oleh Diah (2008)
dari berbagai sumber :
1. IT outsourcing adalah mensubkontrakkan sebuah fungsi IT dari suatu perusahaan pada
vendor eksternal
2. IT outsourcing didefinisikan sebagai “kontrak jangka panjang dimana satu atau lebih
service provider ditugaskan untuk bertanggung jawab mengatur satu atau lebih operasi dan
infrastruktur IS klien”.
3. “Offshore outsourcing” adalah pekerjaan outsourcing pada vendor yang berlokasi di
benua yang berbeda dengan klien.
4. IT outsourcing berkembang menjadi IS outsourcing. Definisi IS outsourcingadalah
“pemberian tanggung jawab kepada pihak ketiga berhubungan dengan seluruh atau
beberapa komponen spesifik (fisik maupun sumber daya manusia) dalam IT infrastruktur
organisasi”.
5. Konsep BPO merupakan perkembangan dari IS outsourcing. Perbedaan antara BPO
dan IS outsourcing adalah pada kasus BPO, provider melakukan kontrol pada keseluruhan
baik proses bisnis, sumber daya manusia, dan teknologi .
6. Business process outsourcing (BPO) didefinisikan sebagai perluasan IToutsourcing,
dimana dalam BPO pihak ketiga bertanggung jawab dalam melaksanakan beberapa proses
bisnis (misal: call center).
6. 7. Offshore software development dalam dunia teknologi informasi sering dideskripsikan
sebagai outsourcing pembuatan software dan layanan teknis kepada kontraktor atau fasilitas
yang dimiliki sendiri yang berlokasi di negara dengan standar gaji lebih rendah.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan mengenai jenis-jenis outsourcing. Menurut
Tauban (2007) jenis-jenis outsourcing terdiri dari:
1). Total Outsourcing, yaitu penyerahan tanggung jawab sepenuhnya pada layanan tertentu
dalam perusahaan, dalam bidang teknologi informasi, vendor menyediakan personel,
hardware dan software.
2) Selective Outsourcing, yaitu penyerahan tanggung jawab pada bagian tertentu pada
layanan tertentu dalam perusahaan, disesuaikan dengan bidang keahlian vendor. Misalnya
SAP menyediakan software dan IBM menyediakan hardware.
3) De facto sourcing, yaitu penyerahan tanggung jawab pada pihak luar dikarenakan
adanya latar belakang sejarah atau politik, dibandingkan dengan hasil evaluasi objektif.
Misalnya dikarenakan salah seorang eksekutif memiliki perusahaan teknologi informasi
diluar jabatannya, maka perusahaan diarahkan untuk melakukan outsource pada
perusahaan IT miliknya.
Ketika perusahaan melakukan outsourcing teknologi informasi strategi, praktik bisnis
perusahaan mandat yang mempertimbangkan layanan penyedia layanan yang dapat
menunjukkan sebagai berikut:
Eksekutif manajemen yang kuat
Pemahaman tentang ruang lingkup layanan yang dibutuhkan
Sebuah catatan terbukti terkait kinerja dalam memenuhi ruang lingkup tanggung jawab
Kedalaman dan stabilitas keuangan
Kedalaman jasa untuk memenuhi jumlah kebutuhan terbesar sebagai sumber tunggal.
Teknis dan sumber daya manusia yang dapat dibawa ke beruang ketika perubahan
pelanggan atau tumbuh usaha
Ke-enam faktor penentu keberhasilan memberikan pemahaman tentang jenis kebutuhan
outsource perusahaan saat ini dan masa depan kepada penyedia jasa untuk outsourcing
teknologi informasi. Masing-masing sama pentingnya dengan dampak bisnis secara
keseluruhan dan kualitas layanan yang diberikan. Banyak perusahaan biasanya hanya
memeriksa beberapa ukuran kuantitatif seperti return-on-investation (ROI), payback, tingkat-
internal-kembali (IRR), return-on-aset (ROA), atau nilai tambah ekonomi (EVA) – dan
memang seharusnya begitu, karena ini penting pengukuran untuk evaluasi. Namun,
penilaian yang paling baik dan cenderung sudah terbukti ialah mengintegrasikan faktor-faktor
yang tercantum di atas ke dalam evaluasi vendor analisis untuk memastikan hasil yang
sukses hubungan outsourcing.
7. Implementasi Insourcing
Pengembangan sistem informasi secara insourcing dilakukan oleh perusahaan apabila tidak
merasa puas dengan kinerja pengembangan sistem informasi secara outsourcing. Hal ini
didasari dari usaha untuk mengurangi biaya tenaga kerja, dan pajak. Berikutnya, alasan lain
mengembangkan sistem informasi secara insourcing adalah karena dengan cara ini
perusahaan merasa memiliki control penuh atas sistem yang dijalankan. Berdasarkan
(Zilmahram, 2009), Insourcing dapat terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut:
1. Kompetensi karyawan yang tidak optimal dimanfaatkan di dalam perusahaan.
2. Terjadinya perubahan yang mengakibatkan beberapa kompetensi tertentu tidak
dibutuhkan lagi di dalam perusahaan.
3. Sebagai persiapan karyawan untuk menempuh karir baru di luar perusahaan.
Dengan menerapkan sistem informasi secara insourcing, perusahaan memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut:
Perusahaan memiliki kendali yang besar terhadap sistem informasi.
Mengurangi biaya tenaga kerja karena biaya untuk pekerja dalam perusahaan biasanya lebih
kecil daripada biaya yang dikeluarkan untuk pekerja outsource.
Menyalurkan pemanfaatan kompetensi perusahaan secara optimal.
Memiliki kemampuan untuk melihat keseluruhan proses pengembangan sistem informasi.
Sistem Informasi yang dibuat dapat direncanakan secara terstruktur sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem
informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh internal perusahaan tersebut.
Lebih mudah dalam mengintegrasikan sistem informasi yang dikembangkan oleh
perusahaan dengan sistem yang sudah ada.
Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dimodifikasi serta dikontrol keamanan
aksesnya.
Dapat dijadikan sebagai keunggulan perusahaan dibandingkan pesaing.
Selain dari kuntungan, terdapat pula kelemahan mengembangkan sistem informasi secara
insourcing sebagai berikut:
Membutuhkan investasi yang tinggi karena biaya pembuatan sistem harganya sangat mahal.
Pengembangan sistem informasi dapat memakan waktu yang lama karena harus
merancangnya dari awal.
Adanya communication gap antara IT Specialist dan user.
8. Kesulitan dalam menyatakan kebutuhan users sehingga menyulitkan spesialis teknologi
infpormasi dalam memahaminya dan seringkali hal ini menyebabkan sistem informasi yang
dibuat kurang memenuhi kebutuhan user.
Adanya resiko yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan jika terjadi masalah atau
kesalahan dalam pendefinisian kebutuhan data dan informasi.
Kurangnya tenaga ahli di bidang sistem informasi yang kompeten dan memilikiskill yang
memadai dapat menyebabkan kesalahan/resiko yang harus ditanggung sendiri oleh
perusahaan.
Perusahaan belum tentu mampu melakukan adaptasi dengan perkembangan teknologi
informasi yang sangat pesat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan kurang up to
date.
Implementasi Outsourcing
Pengembangan sistem informasi secara outsourcing dilakukan oleh perusahaan untuk dapat
merasakan manfaat langsung seperti penghamatan beban biaya, dan dalam waktu yang
bersamaan lebih fokus terhadap bisnis inti yang dijalankan oleh perusahaan tersebut
(Rahardjo, 2006). Selain memberikan penghematan biaya, pengembangan sistem informasi
secara outsourcing memberikan pelayan yang baik, serta membantu perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya, waktu, dan infrastruktur dengan lebih baik.
Berdasarkan Pasaribu (2010), Hal-hal yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam
memilih outsourcing adalah: harga, reputasi yang baik dari pihak provider outsourcing,
tenaga kerja yang dimiliki oleh pihak provider outsourcing, pengetahuan pihak provider
mengenai bentuk dari kegiatan bisnis perusahaan, pengalaman pihak provider outsource,
eksistensinya, dan lain-lain. Dengan menerapkan sistem informasi secaraoutsourcing,
perusahaan memiliki keuntungan sebagai berikut:
Biaya menjadi lebih murah karena perusahaan tidak perlu membangun sendiri fasilitas
sistem informasi.
Memiliki akses ke jaringan para ahli dan profesional dalam bidang sistem informasi.
Perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis
intinya, karena bisnis non-inti telah didelegasikan pengerjaannya melalui outsourcing.
Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian dari perusahaan outsource dalam
mengembangkan produk yang diinginkan perusahaan.
Mempersingkat waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih sekaligus untuk
saling bekerja sama menyediakan layanan yang dibutuhkan perusahaan.
Fleksibel dalam merespon perubahan sistem infromasi yang cepat sehingga perubahan
arsitektur sistem informasi berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan karena
perusahaan outsource sistem informasi pasti memiliki pekerja yang kompeten dan memiliki
skill yang tinggi, serta penerapan teknologi terbaru dapat menjadi competitive advantage
bagi perusahaan outsource.
9. Pengelolaan Data Manual vs Database
Pengelolaan Data Manual vs Database
Secara umum pengelolaan data secara manual hanya cocok untuk mengelola data dalam
jumlah kecil dan informasi yang diharapkan terhadap data tersebut bersifat monoton dan
tidak banyak berulang. Kelemahan yang terdapat dalam pengelolaan data secara manual
adalah :
a. Duplikasi data Duplikasi data terjadi karena masing-masing bagian mengelola data secara
sendiri-sendiri. Sehingga data yang sama tersimpan pada berbagai tempat.Misalnya :
Bagian kemahasiswaan telah menyimpan dan mengelola data mahasiswa untuk
kepentingannya, tapi di bagian jurusan juga menyimpan dan mengelola data mahasiswa
sesuai dengan kepentingannya juga.
b. Terbatasnya berbagi data Hal inilah yang menyebabkan terjadi duplikasi data, karena
antara satu bagian dengan bagian lainnya tidak saling berhubungan atau berdiri sendiri.
c. Ketidakonsistennya data
Ketidakkonsistennya data terjadi karena terjadipenyimpanan dan pengelolaan data yang
sama di berbagai tempat. Misalnya : Si Dodi adalah mahasiswa jurusan manajemen, pada
semester 3 Dodipindah ke jurusan akuntansi. Bagian kemahasiswaan telah mencatat dan
menyimpan data Dodi sebagai mahasiswa jurusan akuntansi. Tapi di bagian jurusan
manajemen, karena tidak adanya informasi, maka si Dodi tetap tercatat sebagai mahasiswa
jurusan manajemen. Tentu hal seperti ini akan berakibat fatal, bukan !
d. Kurangnya integritas data
Karena adanya ketidakkonsistenan data mengakibatkan kurangnya Integritas terhadap data.
Integritas menyangkut dalam hal kevalidan data.
e. Kesulitan dalam mendapatkan informasi
Misalnya pada suatu saat, kepala akademik menginginkan data mahasiswa dengan IPK
diatas 3.00. Maka tentu hal ini akan menghabiskan waktu yang lama untuk memprosesnya,
apalagi kalau jumlah data yang diolah sudah mencapai lebih dari ribuan record.
f. Ketidakluwesan
10. Kurangnya respon dalam hal menghadapi perubahan dan pengembangan atas informasi
yang diinginkan. Misalnya, kalau terjadiperubahan terhadap data yang diinginkan, maka
haruslah diulang dari awal lagi. Begitu juga halnya dengan tingkat kompatibilitas dengan
perkembangan perangkat lunak di masa depan.
Semua kelemahan-kelemahan dalam pengelolaan data secara manual diatas dapat diatasi
dengan pengelolaan data dalam suatu sistem database. Berikut keuntungan menggunakan
database dalam mengelola suatu sistem informasi ;
a. Duplikasi data dapat diminimalkan.
Duplikasi data dapat diminimalkan, dan biasanya data yang duplikat tersebut merupakan
field kunci. Hal ini memang tidak bisa di hindari, karena field kunci ini digunakan nantinya
sebagai key untuk hubungan antar tabel dan menyangkut integritas serta independensi data.
b. Integritas data tinggi
Tingkat kevalidan data tinggi, karena data yang sama saling berelasi, sehingga apabila ada
perubahan pada suatu data, maka data yang sama difile yang lain otomatis juga berubah.
c. Independensi data
Tingkat ketergantungan data sangat tinggi, dimana anda tidak bisa melakukan perubahan
terhadap suatu data, jika data tersebut sedang dipakai oleh file lain. Misalnya ; Anda tidak
dapat menghapus data matakuliah tertentu pada file matakuliah, kalau matakuliah tersebut
sedang diambil oleh mahasiswa pada file KRS misalnya.
d. Konsistensi data tinggi
Ini berhubungan dengan independensi data, sehingga tingkat konsistensi data jadi tinggi.
e. Dapat berbagi (sharing) data
Ini merupakan salah satu keunggulan dari pengelolaan data dengan sistem database,
dimana anda dapat saling berbagi dalam penggunaan file, baik bersifat jaringan maupun
client server.
f. Tingkat keamanan tinggi
Adanya pemberian password dan hak akses pada suatu file mengakibatkan hanya orang
yang berhak saja yang bisa mengakses file tersebut. Sehingga lebih aman.
g. Mudahnya mendapatkan data
11. Proses mendapatkan data dan informasi pada database dapat dilakukan dengan mudah,
terutama menggunakan Structure Query Language (SQL), yang merupakan bahasa standar
dalam DBMS.
software pesanan melalui konsuktan IT (outsourcing) lebih mahal dari software jadi yang
ada di pasaran software aplikasi karena
• Memiliki akses ke jaringan para ahli dan profesional dalam bidang sistem informasi.
• Perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri dalam menjalankan dan mengembangkan
bisnis intinya, karena bisnis non-inti telah didelegasikan pengerjaannya melalui outsourcing.
• Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian dari perusahaan outsource dalam
mengembangkan produk yang diinginkan perusahaan.
• Mempersingkat waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih sekaligus untuk
saling bekerja sama menyediakan layanan yang dibutuhkan perusahaan.
Fleksibel dalam merespon perubahan sistem infromasi yang cepat sehingga perubahan
arsitektur sistem informasi berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan karena
perusahaan outsource sistem informasi pasti memiliki pekerja yang kompeten dan memiliki
skill yang tinggi, serta penerapan teknologi terbaru dapat menjadi competitive advantage
bagi perusahaan outsource.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cafasso, Rosemary dalam O’Brien, J. A. 1999. Management Information Systems. 4 th.
Ed. Irwin Inc., Boston.
2. Diah, 2008. Studi pada Information sharing dalam offshore IT outsourcing (Studi kasus
pada tiga perusahaan vendor IT di indonesia)
3. Jhon W.Satzinger., Robert B.Jackson., StephenD.Burd. System Analys and Design in a
ChangingWord, fourth edition. New York : Thomson CourseTechnology, 2007.
4. O’Brien, J. A. 2005. Pengantar Sistem Informasi, Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi
12. Terjemahan: Introduction to Information Systems, 12th Ed. Dewi F. dan Deny A. K.
(penerjemah). Palupi W. (editor). Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
12. 5. Pasaribu, F.T.P. 2010. Outsourcing, Insourcing, dan Selfsourcing. http://ferry1002.blog.
binusian.org/?p=128.
6. Rahardjo, B. 2006. Kesulitan Outsourcing di Indonesia. http://rahard.wordpress.com/2006/
02/25/kesulitan-outsourcing-di-indonesia/
7. Silver, M,. Lyne Markus and Cynthia M.B., 1995. The IT Interaction Model; an Overview.
Vol. 19. No. 3. University of Minnesota.
8. Zilmarham, T. 2009. Outsourcing dan Insourcing dalamhttp://habahate.blogspot.com.
[Diakses pada 6 Januari 2015].
9. Anonim http://bubun54e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/01/10/perbandingan-
pengembangan-sistem-informasi-menggunakan-pendekatan-insourcing-atau-outsourcing-di-
perusahaan/ (sabtu 30 september 2017)