SlideShare a Scribd company logo
Serikat Pekerja
dan Organisasi
Pengusaha di
Indonesia
SPI pada dasarnya muncul
sebagai alat perjuangan
kemerdekaan terhadap penjajah
Belanda dengan bekerja sama
atau mengikatkan diri kepada
partai politik. Setelah kemerdekaan,
organisasi tersebut tidak
menyesuaikan diri menjadi sosial
ekonomi melainkan tetap menjadi
organisasi sosial ekonomi.
Kemudian pada tahun 1961, dalam rangka memupuk kerjasama kaum pekerja, maka
dibentuklah Serikat Buruh bernama SOBSI dibawah parati politik induk PKI. Akan tetapi
pada tahun 1965 dibubarkan sehubungan dengan gencarnya upaya pemberantasan PKI.
Selanjutnya, dibentuk Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI) yang pada ahirnya berubah
menjadi Permusyawaratan Buruh Indonesia (MPBI) yang beranggotakan Serikat BUruh
Vaksentral dan 15 BUruh non-vaksentral. Dalam bentuk kerjasama ini, kebebasan dan
kedaulatran masih tetap berada di tangan masing-masing buruh dan pekerja, dan sebagian besar
anggota serikat pekerja masih terikat kepada parpol tertentu.
Perubahan fundamental pada serikat buruh baru terjadi pada tahun 1973 dengan
didirikannya Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI). Tujuannya menitikberatkan pada aspek
sosial ekonomi pekerja, bukan aspek politik. Serikat pekerja ini disusun berdasarkan lapangan
kerja atau profesi seperti Serikat Buruh Pertanian dan Perkebunan (SBPP), Serikat Buruh Rokok
dan Tembakau (SBRT), Serikat Buruh Kesehatan (SBK), Perhimpunan Guru Indonesia (PGI),
dan lain-lain. Golongan pegawai negeri dan ABRI tidak diperkenankan menjadi pengurus dari
FBSI atau suatu SBLP(Serikat BUruh LApangan Pekerjaan).
Organisasi pengusaha sendiri di Indonesia teah terbentuk sejak tahun 1952 bernama
Industriele Bond yang beranggotakan perusahaan-perusahaan Belanda dan Central Stichtung
Werkgevers Overleg (CSWO) yang beranggotakan campuran perusahaan-perusahaan asing
Amerika, Inggris, dan Belanda. Kemudian pada tahun 1975 sehubungan dengan aksi
pembebasan Irian Barat, pemerintah mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda sehingga
organisasi pengusaha ini akhirnya bubar kecuali CSWO yang tetap terus berdiri. CSWO
kemudian ikut membubarkan diri pada tahun 1963 dan untuk mengisi kekososngan tersebut
maka didirikanlah Yayasan Permusyawaratan Urusan Sosial Pengusaha di Indonesia (PUSPI).
Pada Maret 1969 PUSPI berubah bentuk dari yayasan menjadi organisasi dan pada bulan
mei merubah namanya menjadi Permusyawaratan Urusan Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh
Indonesia. Dalam kongresnya bulan Februari 1985, organisasi ini berubah nama kembali menjadi
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Disamping APINDO atau PUSPI, pengusah-
pengusaha di Indonesia juga tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Kadin lebih
menitikberatkan aspek ekonomi perusahaan dan PUSPI lebih menitikberatkan aspek
kesejahteraan sosial pengusaha.
Pengaruh Upah Minimal dalm Pasar Kerja
Dalam pembahasan pasar kerja, selalu diasumsikan terdapat keseimbangan antar
permintaan dengan penawaran tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dengan jumlah tenaga
kerja tertentu. Namun pada kenyataannya keseimbangan ini tidak selamanya menunjukkan
tingkat upah yang terjadi di pasar kerja, khususnya bila ada campur tangan pemerintah ataupun
desakan serikat pekerja untuk menentukan upah minimum. Dalam teori mengenai pasar kerja
yang ditandai dengan persaingan, diperkirakan pengenaan upah minimal yang efektif akan
mempengaruhoi jumlah tenaga kerja.
Upah
D
S
Um
a
b
Ue
TKm
Jumlah Tenaga Kerja
0
TKe
Gambar : Pengaruh upah minimal dalam pasar persaingan sempurna
Kurva permintaan tenaga kerja (D) dan kurva penawarannya (S) bertemu dan
menunjukkan keseimbangan upah pada Ue dan banykanya tenaga kerja yang dipekerjakan TKe.
Apabila ditetapkan upah minimum sebesar Um yang berada diatas upah riil yang terjadi di pasar
Ue, maka jumlah tenaga kerja yang dikerjakan akan berkurang dari TK eke titik TKm.
Pengurangan pekerja sebesar TKe – TKm ini lebih kecil dari kelebihan penawaran tenaga kerja
akibat penetapan upah minimum. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya orang yang ingin
masuk pasar kerja bila mendengar upah dinaikkan, namun harapan mereka ini tampak sia-sia
belaka, karena gambar tersebut menunjukkan bila upah dinaikkan maka pengusaha akan
berusaha mengurangi pekerjanya. Sehingga orang-orang yang ingin bekerja dengan tingkat upah
yang baru tersebut(Um), tidak dipekerjakan. Keadaan ini menyebabkan sebagian orang
kehilangan pekerjaannya. Garis ab, dan yang lain mungkin bekerja dengan tingkat upah yang
lebih rendah dari Um, seperti ditunjukkan dengan garis bc. Ukuran dari kedua komponen ini, dan
bc sangat tergantung pada kemiringan kurva penawaran dan permintaan tenaga kerja.
Analisa semacam ini akan berguna dalam keadaan terdapat informasi yang sempurna baik
bagi pengusaha maupun pekerja serta terdapatnya mobilitas yang sempurna pula bagi para
pekerja itu sendiri. Selain itu, perlu diperhatikan pula factor-faktor lain diluar upah yang akan
mempengaruhi tingkat keseimbangan tersebut.
Penetapan upah minimal oleh pemerintah seperti pada kasus tersebut akan sam
dampaknya bila serikat pekerja di negara-negara yang menganut system ekonomi liberal
berusaha menaikkan tingkat upah. Di negar-negar ini peranan serikat pekerja begitu penting
sehingga mempengaruhi alokasi sumberdaya yang ada.
Dampak Adanya Serikat Pekerja Pada Alokasi Sumber Daya
Dalam upaya serikat pekerja untuk merubah pendapatan pekerja, secara tidak langsung
juga mempengaruhi alokasi pekerja dalam berbagai sector ekonomi dan mungkin juga
menyebabkan timbul hilangnya kesejahteraan umum (welfare losses) ataupun kerugian dalm
total output sebagai akibat kesalahan alokasi pekerja (missallocation of labor).
Upah
S
Ds
Dts
Dk
Us
Ue
a
b
Uts
d
c
TK so
TK ts1
0
Jumlah TK
TK s1
TK tso
Gambar : Dampak perbedaan upah akibat adanya Serikat pekerja pada alokasi sumber
daya
Keterangan pada kurva tersebut diatas menjelaskan, misalkna pad perekonomian terdapat
tenaga kerja yang seragam dan tetap pada kurva S1, sehingga tidak terpengaruh oleh tingkat
upah. Perekonomian ini terbagi atas sektor S dan TS yang pada awalnya keduanya tidak
memilikiserikat pekerja. Permintaan tenaga kerja pada kedua sektor ini diwakili oleh garis-garis
parallel Ds dan D ts, yang penjumlahannya secara horizontal adalah Dk yang menunjukkan
jumlah keseluruhan permintaan tenaga kerja. Pada mulanya tingkatbupah terjadi secara
competitive pada tingkat Ue untuk kedua sektor ini. Jumlah pekerja sebanyak TK so untuk sektor
S dan TK tso bagi sektor TS, kemudian S memilki serikat pekerja yang setelah melalui proses
tawar-mew=nawar dengan pihak pengusaha berhasil menaikkan upah menjadi ke tingkat Us.
Akibatnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sektor S berkurang sebesar OTK s1 saja, jika
diasumsikan pekerja yang kehilangan pekerjaannya ini berpindah bekerja pada sektor yang tidak
memilki serikat pekerja, yaitu sektor T. agar bias tetap menghidupi keluarganya maka jumlah
pekerja yang ingin bekerja pada sektor TS meningkat dari semula hanya OTK tso menjadi OTK
ts1. Sebagai akibatnya, ceteris paribus, ditingkat upah yang terjadi pada sektor TS ini turun dari
titik Ue kea rah titik U ts.
Dalam hubungan ini tampak sektor S yang memiliki serikat pekerja menjadi kurang padat
karya, sementara sektor TS yang tetap tanpa ada serikat pekerja lebih banyak bias menyerap
tenaga kerja. Apabila diperhitungkan bagian bawah masing-masing kurva permintaan pekerja
merupakan “total product” dari sektor yang bersangkutan, denga asumsi kurva permintaan
pekerja berdasar pada nilai dari produk marginal, maka bias diperhitungkan kerugian yang
diderita perekonomian akibat keadaan di atas.
TK so
TK ts1
0
Jumlah TK
TK s1
TK tso
Gambar : Dampak perbedaan upah akibat adanya Serikat pekerja pada alokasi sumber
daya
Keterangan pada kurva tersebut diatas menjelaskan, misalkna pad perekonomian terdapat
tenaga kerja yang seragam dan tetap pada kurva S1, sehingga tidak terpengaruh oleh tingkat
upah. Perekonomian ini terbagi atas sektor S dan TS yang pada awalnya keduanya tidak
memilikiserikat pekerja. Permintaan tenaga kerja pada kedua sektor ini diwakili oleh garis-garis
parallel Ds dan D ts, yang penjumlahannya secara horizontal adalah Dk yang menunjukkan
jumlah keseluruhan permintaan tenaga kerja. Pada mulanya tingkatbupah terjadi secara
competitive pada tingkat Ue untuk kedua sektor ini. Jumlah pekerja sebanyak TK so untuk sektor
S dan TK tso bagi sektor TS, kemudian S memilki serikat pekerja yang setelah melalui proses
tawar-mew=nawar dengan pihak pengusaha berhasil menaikkan upah menjadi ke tingkat Us.
Akibatnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sektor S berkurang sebesar OTK s1 saja, jika
diasumsikan pekerja yang kehilangan pekerjaannya ini berpindah bekerja pada sektor yang tidak
memilki serikat pekerja, yaitu sektor T. agar bias tetap menghidupi keluarganya maka jumlah
pekerja yang ingin bekerja pada sektor TS meningkat dari semula hanya OTK tso menjadi OTK
ts1. Sebagai akibatnya, ceteris paribus, ditingkat upah yang terjadi pada sektor TS ini turun dari
titik Ue kea rah titik U ts.
Dalam hubungan ini tampak sektor S yang memiliki serikat pekerja menjadi kurang padat
karya, sementara sektor TS yang tetap tanpa ada serikat pekerja lebih banyak bias menyerap
tenaga kerja. Apabila diperhitungkan bagian bawah masing-masing kurva permintaan pekerja
merupakan “total product” dari sektor yang bersangkutan, denga asumsi kurva permintaan
pekerja berdasar pada nilai dari produk marginal, maka bias diperhitungkan kerugian yang
diderita perekonomian akibat keadaan di atas.

More Related Content

What's hot

pembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahpembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerah
Gilang Jupriono
 
Media Pembelajaran Tugas 4 bahan ajar
Media Pembelajaran Tugas 4 bahan ajarMedia Pembelajaran Tugas 4 bahan ajar
Media Pembelajaran Tugas 4 bahan ajar
Ade Cintia Aulia
 
Tenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguranTenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguranSri Win
 
Makalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Makalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHMakalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Makalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHOnal Lensun
 
Beatrice
BeatriceBeatrice
Beatrice
Edda Raden
 
ketenagakerjaan - ekonomi
ketenagakerjaan - ekonomi ketenagakerjaan - ekonomi
ketenagakerjaan - ekonomi
Dian Dwiyanti
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
Ketenagakerjaan
Kasmadi Rais
 
Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)Tri Yani
 
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-maWeek 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-ma
Yusinadia Sekar Sari
 
Kritik darurat ketimpangan ekonomi
Kritik darurat ketimpangan ekonomiKritik darurat ketimpangan ekonomi
Kritik darurat ketimpangan ekonomi
Eka Wahyuliana
 
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
KETENAGAKERJAAN INDONESIAKETENAGAKERJAAN INDONESIA
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
93220872
 
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1Gandis Kharis
 
Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)
Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)
Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)
Jogo Hera
 
Ekonomi Tenaga Kerja Lengkap
Ekonomi Tenaga Kerja LengkapEkonomi Tenaga Kerja Lengkap
Ekonomi Tenaga Kerja Lengkap
Marwah Nur Azizah
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati Hasan
 

What's hot (20)

pembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahpembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerah
 
Bab 6.ekonomi
Bab 6.ekonomiBab 6.ekonomi
Bab 6.ekonomi
 
Media Pembelajaran Tugas 4 bahan ajar
Media Pembelajaran Tugas 4 bahan ajarMedia Pembelajaran Tugas 4 bahan ajar
Media Pembelajaran Tugas 4 bahan ajar
 
Tenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguranTenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguran
 
Makalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Makalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHMakalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Makalah PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
 
Beatrice
BeatriceBeatrice
Beatrice
 
ketenagakerjaan
ketenagakerjaanketenagakerjaan
ketenagakerjaan
 
ketenagakerjaan - ekonomi
ketenagakerjaan - ekonomi ketenagakerjaan - ekonomi
ketenagakerjaan - ekonomi
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
Ketenagakerjaan
 
Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)
 
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-maWeek 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-ma
 
Contoh tulisan resume
Contoh tulisan resumeContoh tulisan resume
Contoh tulisan resume
 
Bab 1 permintaan tenaga kerja
Bab  1 permintaan tenaga kerjaBab  1 permintaan tenaga kerja
Bab 1 permintaan tenaga kerja
 
Kritik darurat ketimpangan ekonomi
Kritik darurat ketimpangan ekonomiKritik darurat ketimpangan ekonomi
Kritik darurat ketimpangan ekonomi
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
KETENAGAKERJAAN INDONESIAKETENAGAKERJAAN INDONESIA
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
 
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI KLASIK (ekonomi kelas 11 ips) smt.1
 
Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)
Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)
Pembangunan Ekonomi (Bahan Ajar Ekonomi Berdasarkan K-13)
 
Ekonomi Tenaga Kerja Lengkap
Ekonomi Tenaga Kerja LengkapEkonomi Tenaga Kerja Lengkap
Ekonomi Tenaga Kerja Lengkap
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
 

More from PPG di Universitas Negeri Malang

Prinsip transaksi mato di rumah makan padang
Prinsip transaksi mato di rumah makan padangPrinsip transaksi mato di rumah makan padang
Prinsip transaksi mato di rumah makan padang
PPG di Universitas Negeri Malang
 
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan hargaPermintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
PPG di Universitas Negeri Malang
 
Pajak
PajakPajak
Lampiran 40
Lampiran 40Lampiran 40
Lampiran 37
Lampiran 37Lampiran 37
Lampiran 39
Lampiran 39Lampiran 39
Lampiran 36
Lampiran 36Lampiran 36
Lampiran 38
Lampiran 38Lampiran 38
Lampiran 18
Lampiran 18Lampiran 18
Lampiran 31
Lampiran 31Lampiran 31
Lampiran 19
Lampiran 19Lampiran 19
Lampiran 17
Lampiran 17Lampiran 17
Lampiran 14 16
Lampiran 14 16Lampiran 14 16
Lampiran 11 20
Lampiran 11 20Lampiran 11 20
Lampiran 9 10
Lampiran 9 10Lampiran 9 10
Lampiran 8
Lampiran 8Lampiran 8
Lampiran 1 7
Lampiran 1 7Lampiran 1 7
Soal kosongan 1 50 ekonomi x
Soal kosongan 1   50 ekonomi xSoal kosongan 1   50 ekonomi x
Soal kosongan 1 50 ekonomi x
PPG di Universitas Negeri Malang
 
Soal ekonomi Ulangan harian Ekonomi X KD 3
Soal ekonomi  Ulangan harian Ekonomi X KD 3Soal ekonomi  Ulangan harian Ekonomi X KD 3
Soal ekonomi Ulangan harian Ekonomi X KD 3
PPG di Universitas Negeri Malang
 
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurnaPasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
PPG di Universitas Negeri Malang
 

More from PPG di Universitas Negeri Malang (20)

Prinsip transaksi mato di rumah makan padang
Prinsip transaksi mato di rumah makan padangPrinsip transaksi mato di rumah makan padang
Prinsip transaksi mato di rumah makan padang
 
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan hargaPermintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Lampiran 40
Lampiran 40Lampiran 40
Lampiran 40
 
Lampiran 37
Lampiran 37Lampiran 37
Lampiran 37
 
Lampiran 39
Lampiran 39Lampiran 39
Lampiran 39
 
Lampiran 36
Lampiran 36Lampiran 36
Lampiran 36
 
Lampiran 38
Lampiran 38Lampiran 38
Lampiran 38
 
Lampiran 18
Lampiran 18Lampiran 18
Lampiran 18
 
Lampiran 31
Lampiran 31Lampiran 31
Lampiran 31
 
Lampiran 19
Lampiran 19Lampiran 19
Lampiran 19
 
Lampiran 17
Lampiran 17Lampiran 17
Lampiran 17
 
Lampiran 14 16
Lampiran 14 16Lampiran 14 16
Lampiran 14 16
 
Lampiran 11 20
Lampiran 11 20Lampiran 11 20
Lampiran 11 20
 
Lampiran 9 10
Lampiran 9 10Lampiran 9 10
Lampiran 9 10
 
Lampiran 8
Lampiran 8Lampiran 8
Lampiran 8
 
Lampiran 1 7
Lampiran 1 7Lampiran 1 7
Lampiran 1 7
 
Soal kosongan 1 50 ekonomi x
Soal kosongan 1   50 ekonomi xSoal kosongan 1   50 ekonomi x
Soal kosongan 1 50 ekonomi x
 
Soal ekonomi Ulangan harian Ekonomi X KD 3
Soal ekonomi  Ulangan harian Ekonomi X KD 3Soal ekonomi  Ulangan harian Ekonomi X KD 3
Soal ekonomi Ulangan harian Ekonomi X KD 3
 
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurnaPasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
 

Recently uploaded

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
EkaPuspita67
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 

Serikat pekerja dan organisasi pengusaha di indonesia

  • 1. Serikat Pekerja dan Organisasi Pengusaha di Indonesia SPI pada dasarnya muncul sebagai alat perjuangan kemerdekaan terhadap penjajah Belanda dengan bekerja sama atau mengikatkan diri kepada partai politik. Setelah kemerdekaan, organisasi tersebut tidak menyesuaikan diri menjadi sosial ekonomi melainkan tetap menjadi organisasi sosial ekonomi. Kemudian pada tahun 1961, dalam rangka memupuk kerjasama kaum pekerja, maka dibentuklah Serikat Buruh bernama SOBSI dibawah parati politik induk PKI. Akan tetapi pada tahun 1965 dibubarkan sehubungan dengan gencarnya upaya pemberantasan PKI. Selanjutnya, dibentuk Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI) yang pada ahirnya berubah menjadi Permusyawaratan Buruh Indonesia (MPBI) yang beranggotakan Serikat BUruh Vaksentral dan 15 BUruh non-vaksentral. Dalam bentuk kerjasama ini, kebebasan dan kedaulatran masih tetap berada di tangan masing-masing buruh dan pekerja, dan sebagian besar anggota serikat pekerja masih terikat kepada parpol tertentu. Perubahan fundamental pada serikat buruh baru terjadi pada tahun 1973 dengan didirikannya Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI). Tujuannya menitikberatkan pada aspek sosial ekonomi pekerja, bukan aspek politik. Serikat pekerja ini disusun berdasarkan lapangan kerja atau profesi seperti Serikat Buruh Pertanian dan Perkebunan (SBPP), Serikat Buruh Rokok dan Tembakau (SBRT), Serikat Buruh Kesehatan (SBK), Perhimpunan Guru Indonesia (PGI), dan lain-lain. Golongan pegawai negeri dan ABRI tidak diperkenankan menjadi pengurus dari FBSI atau suatu SBLP(Serikat BUruh LApangan Pekerjaan). Organisasi pengusaha sendiri di Indonesia teah terbentuk sejak tahun 1952 bernama Industriele Bond yang beranggotakan perusahaan-perusahaan Belanda dan Central Stichtung Werkgevers Overleg (CSWO) yang beranggotakan campuran perusahaan-perusahaan asing Amerika, Inggris, dan Belanda. Kemudian pada tahun 1975 sehubungan dengan aksi pembebasan Irian Barat, pemerintah mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda sehingga organisasi pengusaha ini akhirnya bubar kecuali CSWO yang tetap terus berdiri. CSWO kemudian ikut membubarkan diri pada tahun 1963 dan untuk mengisi kekososngan tersebut maka didirikanlah Yayasan Permusyawaratan Urusan Sosial Pengusaha di Indonesia (PUSPI).
  • 2. Pada Maret 1969 PUSPI berubah bentuk dari yayasan menjadi organisasi dan pada bulan mei merubah namanya menjadi Permusyawaratan Urusan Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia. Dalam kongresnya bulan Februari 1985, organisasi ini berubah nama kembali menjadi Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Disamping APINDO atau PUSPI, pengusah- pengusaha di Indonesia juga tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Kadin lebih menitikberatkan aspek ekonomi perusahaan dan PUSPI lebih menitikberatkan aspek kesejahteraan sosial pengusaha. Pengaruh Upah Minimal dalm Pasar Kerja Dalam pembahasan pasar kerja, selalu diasumsikan terdapat keseimbangan antar permintaan dengan penawaran tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dengan jumlah tenaga kerja tertentu. Namun pada kenyataannya keseimbangan ini tidak selamanya menunjukkan tingkat upah yang terjadi di pasar kerja, khususnya bila ada campur tangan pemerintah ataupun desakan serikat pekerja untuk menentukan upah minimum. Dalam teori mengenai pasar kerja yang ditandai dengan persaingan, diperkirakan pengenaan upah minimal yang efektif akan mempengaruhoi jumlah tenaga kerja. Upah D S Um a b Ue TKm
  • 3. Jumlah Tenaga Kerja 0 TKe Gambar : Pengaruh upah minimal dalam pasar persaingan sempurna Kurva permintaan tenaga kerja (D) dan kurva penawarannya (S) bertemu dan menunjukkan keseimbangan upah pada Ue dan banykanya tenaga kerja yang dipekerjakan TKe. Apabila ditetapkan upah minimum sebesar Um yang berada diatas upah riil yang terjadi di pasar Ue, maka jumlah tenaga kerja yang dikerjakan akan berkurang dari TK eke titik TKm. Pengurangan pekerja sebesar TKe – TKm ini lebih kecil dari kelebihan penawaran tenaga kerja akibat penetapan upah minimum. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya orang yang ingin masuk pasar kerja bila mendengar upah dinaikkan, namun harapan mereka ini tampak sia-sia belaka, karena gambar tersebut menunjukkan bila upah dinaikkan maka pengusaha akan berusaha mengurangi pekerjanya. Sehingga orang-orang yang ingin bekerja dengan tingkat upah yang baru tersebut(Um), tidak dipekerjakan. Keadaan ini menyebabkan sebagian orang kehilangan pekerjaannya. Garis ab, dan yang lain mungkin bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah dari Um, seperti ditunjukkan dengan garis bc. Ukuran dari kedua komponen ini, dan bc sangat tergantung pada kemiringan kurva penawaran dan permintaan tenaga kerja. Analisa semacam ini akan berguna dalam keadaan terdapat informasi yang sempurna baik bagi pengusaha maupun pekerja serta terdapatnya mobilitas yang sempurna pula bagi para pekerja itu sendiri. Selain itu, perlu diperhatikan pula factor-faktor lain diluar upah yang akan mempengaruhi tingkat keseimbangan tersebut. Penetapan upah minimal oleh pemerintah seperti pada kasus tersebut akan sam dampaknya bila serikat pekerja di negara-negara yang menganut system ekonomi liberal berusaha menaikkan tingkat upah. Di negar-negar ini peranan serikat pekerja begitu penting sehingga mempengaruhi alokasi sumberdaya yang ada. Dampak Adanya Serikat Pekerja Pada Alokasi Sumber Daya Dalam upaya serikat pekerja untuk merubah pendapatan pekerja, secara tidak langsung juga mempengaruhi alokasi pekerja dalam berbagai sector ekonomi dan mungkin juga
  • 4. menyebabkan timbul hilangnya kesejahteraan umum (welfare losses) ataupun kerugian dalm total output sebagai akibat kesalahan alokasi pekerja (missallocation of labor). Upah S Ds Dts Dk Us Ue a b Uts d c
  • 5. TK so TK ts1 0 Jumlah TK TK s1 TK tso Gambar : Dampak perbedaan upah akibat adanya Serikat pekerja pada alokasi sumber daya Keterangan pada kurva tersebut diatas menjelaskan, misalkna pad perekonomian terdapat tenaga kerja yang seragam dan tetap pada kurva S1, sehingga tidak terpengaruh oleh tingkat upah. Perekonomian ini terbagi atas sektor S dan TS yang pada awalnya keduanya tidak memilikiserikat pekerja. Permintaan tenaga kerja pada kedua sektor ini diwakili oleh garis-garis parallel Ds dan D ts, yang penjumlahannya secara horizontal adalah Dk yang menunjukkan jumlah keseluruhan permintaan tenaga kerja. Pada mulanya tingkatbupah terjadi secara competitive pada tingkat Ue untuk kedua sektor ini. Jumlah pekerja sebanyak TK so untuk sektor S dan TK tso bagi sektor TS, kemudian S memilki serikat pekerja yang setelah melalui proses tawar-mew=nawar dengan pihak pengusaha berhasil menaikkan upah menjadi ke tingkat Us. Akibatnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sektor S berkurang sebesar OTK s1 saja, jika diasumsikan pekerja yang kehilangan pekerjaannya ini berpindah bekerja pada sektor yang tidak memilki serikat pekerja, yaitu sektor T. agar bias tetap menghidupi keluarganya maka jumlah pekerja yang ingin bekerja pada sektor TS meningkat dari semula hanya OTK tso menjadi OTK ts1. Sebagai akibatnya, ceteris paribus, ditingkat upah yang terjadi pada sektor TS ini turun dari titik Ue kea rah titik U ts. Dalam hubungan ini tampak sektor S yang memiliki serikat pekerja menjadi kurang padat karya, sementara sektor TS yang tetap tanpa ada serikat pekerja lebih banyak bias menyerap tenaga kerja. Apabila diperhitungkan bagian bawah masing-masing kurva permintaan pekerja merupakan “total product” dari sektor yang bersangkutan, denga asumsi kurva permintaan pekerja berdasar pada nilai dari produk marginal, maka bias diperhitungkan kerugian yang diderita perekonomian akibat keadaan di atas.
  • 6. TK so TK ts1 0 Jumlah TK TK s1 TK tso Gambar : Dampak perbedaan upah akibat adanya Serikat pekerja pada alokasi sumber daya Keterangan pada kurva tersebut diatas menjelaskan, misalkna pad perekonomian terdapat tenaga kerja yang seragam dan tetap pada kurva S1, sehingga tidak terpengaruh oleh tingkat upah. Perekonomian ini terbagi atas sektor S dan TS yang pada awalnya keduanya tidak memilikiserikat pekerja. Permintaan tenaga kerja pada kedua sektor ini diwakili oleh garis-garis parallel Ds dan D ts, yang penjumlahannya secara horizontal adalah Dk yang menunjukkan jumlah keseluruhan permintaan tenaga kerja. Pada mulanya tingkatbupah terjadi secara competitive pada tingkat Ue untuk kedua sektor ini. Jumlah pekerja sebanyak TK so untuk sektor S dan TK tso bagi sektor TS, kemudian S memilki serikat pekerja yang setelah melalui proses tawar-mew=nawar dengan pihak pengusaha berhasil menaikkan upah menjadi ke tingkat Us. Akibatnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sektor S berkurang sebesar OTK s1 saja, jika diasumsikan pekerja yang kehilangan pekerjaannya ini berpindah bekerja pada sektor yang tidak memilki serikat pekerja, yaitu sektor T. agar bias tetap menghidupi keluarganya maka jumlah pekerja yang ingin bekerja pada sektor TS meningkat dari semula hanya OTK tso menjadi OTK ts1. Sebagai akibatnya, ceteris paribus, ditingkat upah yang terjadi pada sektor TS ini turun dari titik Ue kea rah titik U ts. Dalam hubungan ini tampak sektor S yang memiliki serikat pekerja menjadi kurang padat karya, sementara sektor TS yang tetap tanpa ada serikat pekerja lebih banyak bias menyerap tenaga kerja. Apabila diperhitungkan bagian bawah masing-masing kurva permintaan pekerja merupakan “total product” dari sektor yang bersangkutan, denga asumsi kurva permintaan pekerja berdasar pada nilai dari produk marginal, maka bias diperhitungkan kerugian yang diderita perekonomian akibat keadaan di atas.