Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan sastra Melayu Islam sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-20 M yang dibagi menjadi empat periode yaitu zaman awal, zaman peralihan, zaman klasik, dan zaman akhir. Pada zaman awal muncul terjemahan karya agama dari bahasa Arab dan Persia ke bahasa Melayu, sedangkan pada zaman klasik berkembang karya-karya orisinal bercorak sufistik
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan.
Phytagoras lahir pada tahun 580 SM di pulau Samos di daerah Ionia. Phytagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “ Bapak bilangan”, dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke- 6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan dirinya.
Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai AlirannyaAinina Sa'id
Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan.
Phytagoras lahir pada tahun 580 SM di pulau Samos di daerah Ionia. Phytagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “ Bapak bilangan”, dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke- 6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan dirinya.
Pandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera IslamKOSPATI UKM
Kolokium Siswazah dan Prasiswazah Pengajian Arab dan Tamadun Islam (e-KOSPATI 3.0) 2021
7-9 Julai 2021; SlideShare.net & Channel YouTube
Pembentang: Farisya Farhana Mahamud & Zulkarnain Mohamed
Anjuran:
1. Program Pengajian Arab dan Tamadun Islam (PPATI), FPI, UKM
2. Pusat Kajian Bahasa Arab dan Tamadun Islam (ArabIC), FPI, UKM
3. Duta Pembelajaran Aktif @PPATI-ArabIC, FPI, UKM
4. Kluster Peradaban dan Kepelbagaian Budaya, FPI, UKM
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Sastra islam melayu
1. Nama : Hikmah Siti Nazwah
NPM : 13.110.0003
Kelas : 1A
Sastra Islam Melayu Indonesia
Dr.Abdul Hadi WM
Sastra Islam di Indonesia muncul mula-mula dalam bahasa Melayu pada abad ke-14 – 15 M
bersamaan dengan luasnya penyebaran agama ini di kepulauan Melayu. Awal kemunculannya dalam
bahasa Melayu ini dimungkinkan karena bahasa inilah yang mula-mula sekali digunakan sebagai media
penyebaran Islam dan bahasa pengantar dilembaga-lembaga pendidikan Islam. Derasnya proses islamisasi
kepulauan Nusantara pada abad ke-16 M membuat bahasa Melayu naik perannya menjadi bahasa
keilmuan dan keagamaan terpenting di kawasan ini, dan karena itu pula memiliki kedudukan istimewa di
tengah bahasa-bahasa etnik Nusantara yang lain. Begitu pula kesusastraammya.
Walaupun pada abad-abad berikutnya karya-karya keislaman juga muncul dalam bahasa
Nusantara lain seperti Jawa, Bugis, Sunda, dan Madura, namun karya-karya Melayu tetap memiliki
kedudukan istimewa sebagai wadah ekspresi estetik Islam. Pada akhir abad ke-16 M, dan terutama sekali
pada awal abad ke-17 M, ketika Islam telah tersebar luas ke hampir seluruh pelosok kepulauan ini, sastra
Melayu mulai pula menapak puncak perkembangannya. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh besar seperti
Hamzah Fansuri, Bukhari al-Jauhari, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin al-Raniri, dan lain-lain. Pada
umumnya adalah ulama dan ahli tasawuf terkemuka, yang juga giat menulis karya-karya keilmuan dan
kitab agama.
Pada masa keemasan ini berbagai genre yang membentuk keseluruhan tradisi sastra Melayu,
muncul secara bersamaan. Suburnya kegiatan penulisan sastra pada abad ini didorong pula oleh
pandangan Islam yang melihat alam semesta ini sebagai kitab agung yang ditulis oleh Tuhan dengan
kalamnya di atas lembaran yang benar-benar terpelihara (lawh al-mahfudz). Dalam kitab agung-Nya itu
sang Khaliq menebarkan ayat-ayat atau tanda-tanda keberadaan-Nya, yang wajib dibaca, direnungi dan
ditafsirkan oleh mereka yang terpelajar.
Pada tahun 1928 bahasa Melayu dipilih menjadi bahasa nasional. Ini menjadikan sastra Melayu
dapat melanjutkan esksistensinya hingga sekarang. Apa yang disebut sebagai sastra Indonesia modern
tidak lain adalah kelanjutan dari sastra Melayu yang telah berkembang berabad-abad sebelumnya.
Derasnya pengaruh Barat berlangsung sejak sastra baru ini muncul, memang kerap memberi kesan bahwa
ia telah terpotong dari akarnya. Namun dalam kenyataan,
Islam dan tradisi estetiknya tetap memberikan pengaruh, yang bahkan semakin kuat pada dekade
1970an. Khususnya dengan munculnya gerakan sastra sufistik, yang berkembang bersamaan
dengan bangkitnya kembali minat terhadap tasawuf di kalangan luas masyarakat Muslim kota dalam
dekade yang sama.
2. Pembabakan
Perkembangan sastra Melayu Islam sejak awal kemunculannya hingga akhir zaman
klasiknya dapat dibagi menjadi empat periodisasi: (1) Zaman Awal, pada abad ke-14 – 15 M; (2) Zaman
Peralihan, dari akhir abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16 M; (3) Zaman Klasik, dari akhir abad ke-
16 hingga awal abad ke-18 M; (4) Zaman Akhir, dari pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-20 M.
Zaman Awal ditandai dengan munculnya terjemahan dan saduran karya-karya Arab dan Persia ke
dalam bahasa Melayu. Babakan ini bersamaan dengan munculnya dua kerajaan Islam awal yaitu Samudra
Pasai (1270-1516 M) dan Malaka (1400-1511 M). Karya-karya saduran dan terjemahan itu pada
umumnya ditulis untuk kepentingan pengajaran dan penyebaran agama. Terutama epos Arab Persia
seperti Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Ali
Hanafiya; kisah-kisah para nabi (Qisas al-Anbiya`), termasuk Nabi Muhammad s.a.w., dan cerita
berbingkai sepertiHikayat Bayan Budiman dan Hikayat Seribu Satu Malam. Pada masa ini puisi beberapa
penyair seperti Ma`arri, Umar Khayyam, `Attar, Sa`di, dan Rumi juga telah muncul terjemahannya dalam
bahasa Melayu.
Zaman Peralihan berlangsung beramaan dengan masa akhir kejayaan Malaka dan munculnya
kesultanan Aceh Darussalam (1516-1700 M). Zaman ini ditandai dengan usaha Melayunisasi hikayat-hikayat
Arab dan Persia, pengislaman kisah-kisah warisan zaman Hindu, dan penulisan epos lokal serta
historiografi. Syair-syair tasawuf, agiografi sufi, dan alegori-alegori mistik mulai ditulis pada zaman ini.
Di antara alegori mistik terkenal ialah Hikayat Burung Pingai, yang merupakan versi Melayu dari Mantiq
al-Tayr (Musyawarah Burung) karangan penyair sufi Persia Farid al-Din al-`Attar (w. 1220 M).
Zaman Klasik sastra Melayu berlangsung dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-18 M.
Periode ini ditandai dengan kesadaran pengarang Melayu untuk membubuhkan nama diri dalam karangan
yang ditulisnya. Syair-syair tasawuf dan karya bercorak sufistik lain kian banyak dilahirkan dalam
periode ini, begitu juga epos, karya sejarah, dan roman yang lebih orisinal. Keorisinalan karya penulis
Melayu pada periode ini tampak terutama dalam syair-syair tasawuf Hamzah Fansuri yang indah dan
begitu mendalam isinya.
Dalam menulis karya-karya mereka, penulis-penulis Melayu pada umumnya bertolak dari dua
wawasan estetika yang popular di dunia Islam. Pertama, wawasan etsteika yag diasaskan para filosof dan
teoritikus peripatetik (mashsha`iya) seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan Abdul Qahir al-Jurjani, yang
memandang sastra sebagai karya imaginatif (mutakhayyil). Keimaginatifan sebuah karya bisa tercapai jika
pengarang menggunakan bahasa figuratif (majaz) seintensif dan semaksimal mungkin. Wawasan estetik
ini merupakan sinthesa pandangan Plato dan Aristoteles. Kedua, wawasan estetika yang diasaskan para
sufi seperti Imam al-Ghazali, Ibn `Arabi, `Attar, Rumi, dan Jami. Bagi mereka karya sastra adalah
representasi simbolik dari gagasan dan pengalaman keruhanian.
Zaman Akhir membentang dari awal abad ke-18 hingga akhir abad ke-19 M. Pada periode ini
karya-karya keislaman ditulis di berbagai pusat kebudayaan Islam baru seperti Palembang, Banjarmasin,
Patani, Johor, Riau, Kelantan, dan tempat-tempat lain di kepulauan Melayu. Sekalipun sejak akhir abad
ke-18 kerajaan-kerajaan Islam ini sudah jatuh ke tangan penguasa kolonial seperti Belanda dan Inggris,
namun kegiatan penulisan sastra Islam masih terus berlanjut hingga awal abad ke-20 M. Tidak banyak
pembaruan dilakukan pada zaman ini. Namun zaman ini melahirkan penulis-penulis kitab keagamaan dan
historiografi terkemuka seperti Abdul Samad al-Falimbangi, Arsyad al-Banjari, Kimas Fakhrudin, Sultan
Badruddin, Nawawi al- Bantani, Raja Ali Haji, dan lain-lain.
3. Dalam sastra Melayu semua karya berbentuk prosa pada umumnya disebut hikayat, dari kata-kata
Arab yang arti literalnya ialah kisah atau cerita. Berdasarkan pokok pembahasan dan corak penyajiannya,
keseluruhan hikayat Melayu lazim dibagi ke dalam delapan jenis:
(1) Hikayat Para Nabi, biasa disebut Surat Anbiya’. Mengisahkan kehidupan para nabi sebelum Nabi
Muhammad, termasuk Nabi Adam, Idris, Nuh, Ibrahim, Musa, Ayub, Yusuf, Daud, Sulaiman, Isa
Almasih, dan lain sebagainya. Yang paling populer ialah Hikayat Nabi Musa, Hikayat Nabi Sulaiman,
Hikayat Yusuf dan Zuleikha, dan Isa Almasih.
(2) Kisah-kisah yang berhubungan dengan kehidupan Nabi Muhammad.
Termasuk Hikayat Kejadian Nur Muhammad, Hikayat Nabi Mikraj, Hikayat Seribu Satu Masalah,
Hikayat Nabi dan Iblis, Hikayat Nabi dan Orang Miskin, Hikayat Nabi Mengajar Ali, dan lain
sebagainya.
(3) Kisah Sahabat dan Kerabat Nabi. Menceritakan kehidupan dan perjuangan sahabat-sahabat Nabi
Muhammad seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hikayat Raja
Handak, Hikayat Salman al-Farisi, Hikayat Hasan dan Husein, dan lain sebagainya.
(4) Hikayat Para Wali Sufi. Misalnya Hikayat Rabi`ah al-Adawiyah,
Hikayat Ibrahim Adham, Hikayat Bayazid Bhistami, Hikayat Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Hikayat Syekh
Saman, Hikayat Syamsi Tabriz, dan lain-lain.
(5) Hikayat Pahlawan atau epos. Misalnya yang paling populer dan dijumpai dalam berbagai versi
ialah Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Muhammad Ali Hanafiya.
(6) Hikayat Para Bangsawan. Misalnya Hikayat Johar Manik, Hikayat Syamsul Anwar, Hikayat Kamaruz
Zaman, Hikayat Sultan Bustaman, Hikayat Siti Hasanah, Hikayat Siti Zubaidah Perang Dengan
Pendekar Cina, Hikayat Syekh Mardan dan lain sebagainya. Hikayat jenis ini paling banyak dijumpai
dalam sastra Melayu. Yang diceritakan biasanya adalah petualangan, percintaan, dan perjuangan tokoh
membela negeri atau martabat keluarga. Jadi termasuk ke dalam jenis roman.
(7) Perumpamaan atau Alegori Sufi. Pada umumnya alegori sufi digubah berdasarkan roman yang
popular, tetapi disajikan secara simbolik sebagai kisah perjalanan kerohanian. Yang terkenal di antaranya
ialah Hikayat Syekh Mardan, Hikayat Inderaputra, Hikayat Burung Pingai, dan lain-lain.
(8) Cerita Berbingkai. Sebagian besar kisah berbingkai dalam sastra Melayu merupakan saduran dari
cerita berbingkai Arab dan Persia. Yang terkenal selain Kisah Seribu Satu Malam adalah Hikayat Bayan
Budiman, Hikayat Maharaja Ali, Hikayat Bachtiar, Hikayat Khalilah dan Dimnah, dan lain-lain. Di
antara cerita terbingkai ini termasuk fabel, yaitu Hikayat Bayan Budiman dan Hikayat Khalilah dan
Dimnah. Sebelum hadirnya versi Arab Persia, telah hadir versi India dalam sastra Jawa dengan
judulTantri Kamandaka, yang merupakan saduran dari Panchatantra. Fabel asli Melayu yang terkenal
ialah Kisah Pelanduk Jenaka
(9). Kisah Jenaka. Yang terkenal Hikayat Abu Nuwas, Hikayat Nasrudin Affandi. Kisah Jenaka asli
Melayu yang terkenal di antaranya ialah Hikayat Pak Belalang.
(10) Karya bercorak sejarah atau historiografi. Karya semacam ini sering pula
disebutsalasilah. Khazanahnya tergolong banyak dalam sastra Melayu. Yang terkenal ialah Hikayat Raja-raja
Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Aceh, dan lain-lain.