Pada Transformasi Laplace bag. kedua, sifat-sifat transformasi laplace yang lebih mendalam dan khusus akan dipelajari. Sifat-sifat ini akan banyak digunakan dalam penerapan metode transformasi laplade dalam menyelesaikan masalah nilai awal dengan persamaan diferensial yang yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tangga (piecewise function)
Pada Transformasi Laplace bag. kedua, sifat-sifat transformasi laplace yang lebih mendalam dan khusus akan dipelajari. Sifat-sifat ini akan banyak digunakan dalam penerapan metode transformasi laplade dalam menyelesaikan masalah nilai awal dengan persamaan diferensial yang yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tangga (piecewise function)
Sistem kendali debit air adalah salah satu sistem kendali yang digunakan di berbagai industri. Pada industri, sistem kendali debit air biasa digunakan untuk pengolahan limbah, pertumbuhan ikan pada air deras, pengendali kran air, pembangkit listrik, dan sebagainya.
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
Runge kutta new
1. RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT
Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc
Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia
email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com
December 30, 2006
Pada saat membahas metode Euler untuk penyelesaian persamaan diferensial, kita telah sampai
pada kesimpulan bahwa truncation error metode Euler terus membesar seiring dengan bertam-
bahnya iterasi. Dikaitkan dengan hal tersebut, metode Runge-Kutta Orde Empat menawarkan
penyelesaian persamaan diferensial dengan pertumbuhan truncation error yang jauh lebih kecil.
Persamaan-persamaan yang menyusun metode Runge-Kutta Orde Empat adalah
w0 = α
k1 = hf(ti, wi) (1)
k2 = hf(ti +
h
2
, wi +
1
2
k1) (2)
k3 = hf(ti +
h
2
, wi +
1
2
k2) (3)
k4 = hf(ti+1, wi + k3) (4)
wi+1 = wi +
1
6
(k1 + 2k2 + 2k3 + k4) (5)
Contoh
Diketahui persamaan diferensial
y′
= y − t2
+ 1, 0 ≤ t ≤ 2, y(0) = 0, 5
dengan mengganti y menjadi w, kita bisa nyatakan f(ti, wi) sebagai
f(ti, wi) = wi − t2
i + 1
1
2. Jika N = 10, maka
h =
b − a
N
=
2 − 0
10
= 0, 2
dan
ti = a + ih = 0 + i(0, 2) → ti = 0, 2i
serta
w0 = 0, 5
Sekarang mari kita demonstrasikan metode Runge-Kutta Orde Empat ini. Untuk menghitung
w1, tahap-tahap perhitungannya dimulai dari menghitung k1
k1 = hf(t0, w0)
= h(w0 − t2
0 + 1)
= 0, 2((0, 5) − (0, 0)2
+ 1)
= 0, 3
lalu menghitung k2
k2 = hf(t0 +
h
2
, w0 +
k1
2
)
= h[(w0 +
k1
2
) − (t0 +
h
2
)2
+ 1)]
= 0, 2[(0, 5 +
0, 3
2
) − (0, 0 +
0, 2
2
)2
+ 1)]
= 0, 328
dilanjutkan dengan k3
k3 = hf(t0 +
h
2
, w0 +
k2
2
)
= h[(w0 +
k2
2
) − (t0 +
h
2
)2
+ 1)]
= 0, 2[(0, 5 +
0, 328
2
) − (0, 0 +
0, 2
2
)2
+ 1)]
= 0, 3308
kemudian k4
k4 = hf(t1, w0 + k3)
= h[(w0 + k3) − t2
1 + 1]
= 0, 2[(0, 5 + 0, 3308) − (0, 2)2
+ 1]
= 0, 35816
2
3. akhirnya diperoleh w1
w1 = w0 +
1
6
(k1 + 2k2 + 2k3 + k4)
= 0, 5 +
1
6
(0, 3 + 2(0, 328) + 2(0, 3308) + 0, 35816)
= 0, 5 +
1
6
(0, 3 + 0, 656 + 0, 6616 + 0, 35816)
= 0, 8292933
Dengan cara yang sama, w2, w3, w4 dan seterusnya dapat dihitung. Tabel berikut menunjukkan
hasil perhitungannya.
i ti wi yi = y(ti) |wi − yi|
0 0,0 0,5000000 0,5000000 0,0000000
1 0,2 0,8292933 0,8292986 0,0000053
2 0,4 1,2140762 1,2140877 0,0000114
3 0,6 1,6489220 1,6489406 0,0000186
4 0,8 2,1272027 2,1272295 0,0000269
5 1,0 2,6408227 2,6408591 0,0000364
6 1,2 3,1799942 3,1799415 0,0000474
7 1,4 3,7323401 3,7324000 0,0000599
8 1,6 4,2834095 4,2834838 0,0000743
9 1,8 4,8150857 4,8151763 0,0000906
10 2,0 5,3054720 5,3053630 0,0001089
Dibandingkan dengan metode Euler, tingkat pertumbuhan truncation error, pada kolom |wi−yi|,
jauh lebih rendah sehingga metode Runge-Kutta Orde Empat lebih disukai untuk membantu
menyelesaikan persamaan-diferensial-biasa.
Contoh tadi tampaknya dapat memberikan gambaran yang jelas bahwa metode Runge-Kutta
Orde Empat dapat menyelesaikan persamaan diferensial biasa dengan tingkat akurasi yang lebih
tinggi. Namun, kalau anda jeli, ada suatu pertanyaan cukup serius yaitu apakah metode ini
dapat digunakan bila pada persamaan diferensialnya tidak ada variabel t ? Misalnya pada kasus
berikut ini
Sebuah kapasitor yang tidak bermuatan dihubungkan secara seri dengan sebuah resistor dan
baterry (Figure 1). Diketahui ǫ = 12 volt, C = 5,00 µF dan R = 8,00 ×105
Ω. Saat saklar
3
4. Figure 1: Rangkaian RC
dihubungkan (t=0), muatan belum ada (q=0).
dq
dt
=
ǫ
R
−
q
RC
(6)
Solusi exact persamaan (6) adalah
qexact = q(t) = Cǫ 1 − e−t/RC
(7)
Anda bisa lihat semua suku di ruas kanan persamaan (6) tidak mengandung variabel t. Padahal
persamaan-persamaan penyusun metode Runge-Kutta selalu mencantumkan variabel t. Apakah
persamaan (6) tidak bisa diselesaikan dengan metode Runge-Kutta? Belum tentu.
Sekarang, kita coba selesaikan, pertama kita nyatakan
m1 =
ǫ
R
= 1, 5 × 10−5
m2 =
1
RC
= 0, 25
sehingga persamaan (6) dimodifikasi menjadi
dq
dt
= f(qi) = m1 − qim2
ti = a + ih
Jika t0 = 0, maka a = 0, dan pada saat itu (secara fisis) diketahui q0 = 0, 0. Lalu jika ditetapkan
h = 0, 1 maka t1 = 0, 1 dan kita bisa mulai menghitung k1 dengan menggunakan q0 = 0, 0,
4
7. i ti qi qexact = q(ti) |qi − qexact|
0 0,0 0,00000×10−5
0,00000×10−5
0,00000
1 0,1 0,14814×10−5
0,14814×10−5
0,00000
2 0,2 0,29262×10−5
0,29262×10−5
0,00000
3 0,3 0,43354×10−5
0,43354×10−5
0,00000
4 0,4 0,57098×10−5
0,57098×10−5
0,00000
5 0,5 0,70502×10−5
0,70502×10−5
0,00000
6 0,6 0,83575×10−5
0,83575×10−5
0,00000
7 0,7 0,96326×10−5
0,96326×10−5
0,00000
8 0,8 1,0876×10−5
1,0876×10−5
0,00000
9 0,9 1,2089×10−5
1,2089×10−5
0,00000
10 1,0 1,3272×10−5
1,3272×10−5
0,00000
Dengan cara yang sama, q3, q4, q5 dan seterusnya dapat dihitung. Tabel di atas menunjukkan
hasil perhitungannya. Kolom qexact diperoleh dari persamaan (7).
Luar biasa!! Tak ada error sama sekali. Mungkin, kalau kita buat 7 angka dibelakang koma,
errornya akan terlihat. Tapi kalau anda cukup puas dengan 5 angka dibelakang koma, hasil ini
sangat memuaskan. Figure 2 memperlihatkan kurva penumpukan muatan q terhadap waktu t.
Berikut ini adalah script dalam matlab yang dipakai untuk menghitung q
clear all
clc
E=12;
R=800000;
C=5e-6;
m1=E/R;
m2=1/(R*C);
b=20.0;
a=0.0;
h=0.1;
n=(b-a)/h;
q0=0.0;
t0=0.0;
for i=1:n
7
8. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0
2
4
6
x 10
−5
Figure 2: Kurva muatan q terhadap waktu t
t(i)=a+i*h;
end
for i=1:n
if i==1
k1=h*(m1-(m2*q0));
k2=h*(m1-(m2*(q0+(k1/2))));
k3=h*(m1-(m2*(q0+(k2/2))));
k4=h*(m1-(m2*(q0+k3)));
q(i)=q0+(k1+(2*k2)+(2*k3)+k4)/6;
else
k1=h*(m1-(m2*q(i-1)));
k2=h*(m1-(m2*(q(i-1)+(k1/2))));
k3=h*(m1-(m2*(q(i-1)+(k2/2))));
k4=h*(m1-(m2*(q(i-1)+k3)));
q(i)=q(i-1)+(k1+(2*k2)+(2*k3)+k4)/6;
end
8
9. end
q
Sampai disini mudah-mudahan jelas dan bisa dimengerti. Silakan anda coba untuk kasus yang
lain, misalnya proses pembuangan (discharging) q pada rangkaian yang sama, atau bisa juga
anda berlatih dengan rangkaian RL dan RLC. Saya akhiri dulu uraian saya sampai disini.
9