SlideShare a Scribd company logo
RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT
Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc
Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia
email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com
December 30, 2006
Pada saat membahas metode Euler untuk penyelesaian persamaan diferensial, kita telah sampai
pada kesimpulan bahwa truncation error metode Euler terus membesar seiring dengan bertam-
bahnya iterasi. Dikaitkan dengan hal tersebut, metode Runge-Kutta Orde Empat menawarkan
penyelesaian persamaan diferensial dengan pertumbuhan truncation error yang jauh lebih kecil.
Persamaan-persamaan yang menyusun metode Runge-Kutta Orde Empat adalah
w0 = α
k1 = hf(ti, wi) (1)
k2 = hf(ti +
h
2
, wi +
1
2
k1) (2)
k3 = hf(ti +
h
2
, wi +
1
2
k2) (3)
k4 = hf(ti+1, wi + k3) (4)
wi+1 = wi +
1
6
(k1 + 2k2 + 2k3 + k4) (5)
Contoh
Diketahui persamaan diferensial
y′
= y − t2
+ 1, 0 ≤ t ≤ 2, y(0) = 0, 5
dengan mengganti y menjadi w, kita bisa nyatakan f(ti, wi) sebagai
f(ti, wi) = wi − t2
i + 1
1
Jika N = 10, maka
h =
b − a
N
=
2 − 0
10
= 0, 2
dan
ti = a + ih = 0 + i(0, 2) → ti = 0, 2i
serta
w0 = 0, 5
Sekarang mari kita demonstrasikan metode Runge-Kutta Orde Empat ini. Untuk menghitung
w1, tahap-tahap perhitungannya dimulai dari menghitung k1
k1 = hf(t0, w0)
= h(w0 − t2
0 + 1)
= 0, 2((0, 5) − (0, 0)2
+ 1)
= 0, 3
lalu menghitung k2
k2 = hf(t0 +
h
2
, w0 +
k1
2
)
= h[(w0 +
k1
2
) − (t0 +
h
2
)2
+ 1)]
= 0, 2[(0, 5 +
0, 3
2
) − (0, 0 +
0, 2
2
)2
+ 1)]
= 0, 328
dilanjutkan dengan k3
k3 = hf(t0 +
h
2
, w0 +
k2
2
)
= h[(w0 +
k2
2
) − (t0 +
h
2
)2
+ 1)]
= 0, 2[(0, 5 +
0, 328
2
) − (0, 0 +
0, 2
2
)2
+ 1)]
= 0, 3308
kemudian k4
k4 = hf(t1, w0 + k3)
= h[(w0 + k3) − t2
1 + 1]
= 0, 2[(0, 5 + 0, 3308) − (0, 2)2
+ 1]
= 0, 35816
2
akhirnya diperoleh w1
w1 = w0 +
1
6
(k1 + 2k2 + 2k3 + k4)
= 0, 5 +
1
6
(0, 3 + 2(0, 328) + 2(0, 3308) + 0, 35816)
= 0, 5 +
1
6
(0, 3 + 0, 656 + 0, 6616 + 0, 35816)
= 0, 8292933
Dengan cara yang sama, w2, w3, w4 dan seterusnya dapat dihitung. Tabel berikut menunjukkan
hasil perhitungannya.
i ti wi yi = y(ti) |wi − yi|
0 0,0 0,5000000 0,5000000 0,0000000
1 0,2 0,8292933 0,8292986 0,0000053
2 0,4 1,2140762 1,2140877 0,0000114
3 0,6 1,6489220 1,6489406 0,0000186
4 0,8 2,1272027 2,1272295 0,0000269
5 1,0 2,6408227 2,6408591 0,0000364
6 1,2 3,1799942 3,1799415 0,0000474
7 1,4 3,7323401 3,7324000 0,0000599
8 1,6 4,2834095 4,2834838 0,0000743
9 1,8 4,8150857 4,8151763 0,0000906
10 2,0 5,3054720 5,3053630 0,0001089
Dibandingkan dengan metode Euler, tingkat pertumbuhan truncation error, pada kolom |wi−yi|,
jauh lebih rendah sehingga metode Runge-Kutta Orde Empat lebih disukai untuk membantu
menyelesaikan persamaan-diferensial-biasa.
Contoh tadi tampaknya dapat memberikan gambaran yang jelas bahwa metode Runge-Kutta
Orde Empat dapat menyelesaikan persamaan diferensial biasa dengan tingkat akurasi yang lebih
tinggi. Namun, kalau anda jeli, ada suatu pertanyaan cukup serius yaitu apakah metode ini
dapat digunakan bila pada persamaan diferensialnya tidak ada variabel t ? Misalnya pada kasus
berikut ini
Sebuah kapasitor yang tidak bermuatan dihubungkan secara seri dengan sebuah resistor dan
baterry (Figure 1). Diketahui ǫ = 12 volt, C = 5,00 µF dan R = 8,00 ×105
Ω. Saat saklar
3
Figure 1: Rangkaian RC
dihubungkan (t=0), muatan belum ada (q=0).
dq
dt
=
ǫ
R
−
q
RC
(6)
Solusi exact persamaan (6) adalah
qexact = q(t) = Cǫ 1 − e−t/RC
(7)
Anda bisa lihat semua suku di ruas kanan persamaan (6) tidak mengandung variabel t. Padahal
persamaan-persamaan penyusun metode Runge-Kutta selalu mencantumkan variabel t. Apakah
persamaan (6) tidak bisa diselesaikan dengan metode Runge-Kutta? Belum tentu.
Sekarang, kita coba selesaikan, pertama kita nyatakan
m1 =
ǫ
R
= 1, 5 × 10−5
m2 =
1
RC
= 0, 25
sehingga persamaan (6) dimodifikasi menjadi
dq
dt
= f(qi) = m1 − qim2
ti = a + ih
Jika t0 = 0, maka a = 0, dan pada saat itu (secara fisis) diketahui q0 = 0, 0. Lalu jika ditetapkan
h = 0, 1 maka t1 = 0, 1 dan kita bisa mulai menghitung k1 dengan menggunakan q0 = 0, 0,
4
walaupun t1 tidak dilibatkan dalam perhitungan ini
k1 = hf(q0)
= h(m1 − q0m2)
= 0, 1((1, 5 × 10−5
) − (0, 0)(0, 25))
= 0, 150 × 10−5
lalu menghitung k2
k2 = hf(q0 +
k1
2
)
= h[(m1 − (q0 +
k1
2
)m2)]
= 0, 1[(1, 5 × 10−5
− ((0, 0) +
0, 15 × 10−5
2
)(0, 25)]
= 0, 14813 × 10−5
dilanjutkan dengan k3
k3 = hf(q0 +
k2
2
)
= h[(m1 − (q0 +
k2
2
)m2)]
= 0, 1[(1, 5 × 10−5
− ((0, 0) +
0, 14813 × 10−5
2
)(0, 25)]
= 0, 14815 × 10−5
kemudian k4
k4 = hf(q0 + k3)
= h[(m1 − (q0 + k3)m2)]
= 0, 1[(1, 5 × 10−5
− ((0, 0) + 0, 14815 × 10−5
)(0, 25)]
= 0, 14630 × 10−5
akhirnya diperoleh q1
q1 = q0 +
1
6
(k1 + 2k2 + 2k3 + k4)
= 0, 0 +
1
6
(0, 150 + 2(0, 14813) + 2(0, 14815) + 0, 14630) × 10−5
= 0, 14814 × 10−5
5
Selanjutnya q2 dihitung. Tentu saja pada saat t2, dimana t2 = 0, 2, namun sekali lagi, t2 tidak
terlibat dalam perhitungan ini. Dimulai menghitung k1 kembali
k1 = hf(q1)
= h(m1 − q1m2)
= 0, 1((1, 5 × 10−5
) − (0, 14814 × 10−5
)(0, 25))
= 0, 14630 × 10−5
lalu menghitung k2
k2 = hf(q1 +
k1
2
)
= h[(m1 − (q1 +
k1
2
)m2)]
= 0, 1[(1, 5 × 10−5
− ((0, 14814 × 10−5
) +
0, 14630 × 10−5
2
)(0, 25)]
= 0, 14447 × 10−5
dilanjutkan dengan k3
k3 = hf(q1 +
k2
2
)
= h[(m1 − (q1 +
k2
2
)m2)]
= 0, 1[(1, 5 × 10−5
− ((0, 14814 × 10−5
) +
0, 14447 × 10−5
2
)(0, 25)]
= 0, 14449 × 10−5
kemudian k4
k4 = hf(q1 + k3)
= h[(m1 − (q1 + k3)m2)]
= 0, 1[(1, 5 × 10−5
− ((0, 14814 × 10−5
) + 0, 14449 × 10−5
)(0, 25)]
= 0, 14268 × 10−5
akhirnya diperoleh q2
q2 = q1 +
1
6
(k1 + 2k2 + 2k3 + k4)
= 0, 14814 × 10−5
+
1
6
(0, 14630 + 2(0, 14447) + 2(0, 14449) + 0, 14268) × 10−5
= 0, 29262 × 10−5
6
i ti qi qexact = q(ti) |qi − qexact|
0 0,0 0,00000×10−5
0,00000×10−5
0,00000
1 0,1 0,14814×10−5
0,14814×10−5
0,00000
2 0,2 0,29262×10−5
0,29262×10−5
0,00000
3 0,3 0,43354×10−5
0,43354×10−5
0,00000
4 0,4 0,57098×10−5
0,57098×10−5
0,00000
5 0,5 0,70502×10−5
0,70502×10−5
0,00000
6 0,6 0,83575×10−5
0,83575×10−5
0,00000
7 0,7 0,96326×10−5
0,96326×10−5
0,00000
8 0,8 1,0876×10−5
1,0876×10−5
0,00000
9 0,9 1,2089×10−5
1,2089×10−5
0,00000
10 1,0 1,3272×10−5
1,3272×10−5
0,00000
Dengan cara yang sama, q3, q4, q5 dan seterusnya dapat dihitung. Tabel di atas menunjukkan
hasil perhitungannya. Kolom qexact diperoleh dari persamaan (7).
Luar biasa!! Tak ada error sama sekali. Mungkin, kalau kita buat 7 angka dibelakang koma,
errornya akan terlihat. Tapi kalau anda cukup puas dengan 5 angka dibelakang koma, hasil ini
sangat memuaskan. Figure 2 memperlihatkan kurva penumpukan muatan q terhadap waktu t.
Berikut ini adalah script dalam matlab yang dipakai untuk menghitung q
clear all
clc
E=12;
R=800000;
C=5e-6;
m1=E/R;
m2=1/(R*C);
b=20.0;
a=0.0;
h=0.1;
n=(b-a)/h;
q0=0.0;
t0=0.0;
for i=1:n
7
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0
2
4
6
x 10
−5
Figure 2: Kurva muatan q terhadap waktu t
t(i)=a+i*h;
end
for i=1:n
if i==1
k1=h*(m1-(m2*q0));
k2=h*(m1-(m2*(q0+(k1/2))));
k3=h*(m1-(m2*(q0+(k2/2))));
k4=h*(m1-(m2*(q0+k3)));
q(i)=q0+(k1+(2*k2)+(2*k3)+k4)/6;
else
k1=h*(m1-(m2*q(i-1)));
k2=h*(m1-(m2*(q(i-1)+(k1/2))));
k3=h*(m1-(m2*(q(i-1)+(k2/2))));
k4=h*(m1-(m2*(q(i-1)+k3)));
q(i)=q(i-1)+(k1+(2*k2)+(2*k3)+k4)/6;
end
8
end
q
Sampai disini mudah-mudahan jelas dan bisa dimengerti. Silakan anda coba untuk kasus yang
lain, misalnya proses pembuangan (discharging) q pada rangkaian yang sama, atau bisa juga
anda berlatih dengan rangkaian RL dan RLC. Saya akhiri dulu uraian saya sampai disini.
9

More Related Content

What's hot

2 deret fourier
2 deret fourier2 deret fourier
2 deret fourier
Simon Patabang
 
Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Khubab Basari
 
koordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bolakoordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bola
linda_rosalina
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
PT.surga firdaus
 
Matematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pdMatematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pd
el sucahyo
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
RochimatulLaili
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
Edhy Suadnyanayasa
 
Bilangan euler
Bilangan euler Bilangan euler
Bilangan euler
rukmono budi utomo
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanFahrul Razi
 
Integral Garis
Integral GarisIntegral Garis
Integral Garis
Kelinci Coklat
 
Bab 8 persamaan differensial-biasa
Bab 8 persamaan differensial-biasaBab 8 persamaan differensial-biasa
Bab 8 persamaan differensial-biasa
Kelinci Coklat
 
Koefisien binomial
Koefisien binomialKoefisien binomial
Koefisien binomial
oilandgas24
 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Mono Manullang
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)
Heni Widayani
 
persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iiFaried Doank
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
liabika
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
Simon Patabang
 

What's hot (20)

2 deret fourier
2 deret fourier2 deret fourier
2 deret fourier
 
Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)
 
koordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bolakoordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bola
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Matematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pdMatematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pd
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
Pdp jadi
Pdp jadiPdp jadi
Pdp jadi
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Bilangan euler
Bilangan euler Bilangan euler
Bilangan euler
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi Boolean
 
Integral Garis
Integral GarisIntegral Garis
Integral Garis
 
Bab 8 persamaan differensial-biasa
Bab 8 persamaan differensial-biasaBab 8 persamaan differensial-biasa
Bab 8 persamaan differensial-biasa
 
Koefisien binomial
Koefisien binomialKoefisien binomial
Koefisien binomial
 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)
 
persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-ii
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
 

Viewers also liked

Dasar control system dengan matlab
Dasar control system dengan matlabDasar control system dengan matlab
Dasar control system dengan matlabadi_yus
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhir
dmaylina
 
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
Fauzan Fauziansyah
 
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Gumilar Aditya
 
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...Diaz Zulkipli
 

Viewers also liked (6)

PID Tuning Rules
PID Tuning RulesPID Tuning Rules
PID Tuning Rules
 
Dasar control system dengan matlab
Dasar control system dengan matlabDasar control system dengan matlab
Dasar control system dengan matlab
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhir
 
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
 
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
 
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
 

Similar to Runge kutta new

Komputasi Numerik
Komputasi NumerikKomputasi Numerik
Komputasi Numerik
petrus fendiyanto
 
Presentasi method secant group 1
Presentasi method secant group 1Presentasi method secant group 1
Presentasi method secant group 1
Arthur Putra
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
Dyah Rahmawati
 
Contoh Soal Matematika Terapan
Contoh Soal Matematika TerapanContoh Soal Matematika Terapan
Contoh Soal Matematika Terapan
Relein Januarsie
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi LaplaceYosefh Gultom
 
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlmTop sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Nur Huda
 
PPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkaranPPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkaran
trisno direction
 
Newton gregory mundur
Newton gregory mundurNewton gregory mundur
Newton gregory mundur
Adi Moel
 
Pt 7 p-diffaplikasi-d4
Pt 7 p-diffaplikasi-d4Pt 7 p-diffaplikasi-d4
Pt 7 p-diffaplikasi-d4
parulian
 
Deret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinDeret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurin
Moch Hasanudin
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
fondaessa
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
fitrohandini
 
PPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptx
PPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptxPPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptx
PPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptx
Antasaputra2
 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
sandiperlang
 

Similar to Runge kutta new (20)

Komputasi Numerik
Komputasi NumerikKomputasi Numerik
Komputasi Numerik
 
Presentasi method secant group 1
Presentasi method secant group 1Presentasi method secant group 1
Presentasi method secant group 1
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
 
Contoh Soal Matematika Terapan
Contoh Soal Matematika TerapanContoh Soal Matematika Terapan
Contoh Soal Matematika Terapan
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi Laplace
 
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlmTop sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
 
PPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkaranPPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkaran
 
Newton gregory mundur
Newton gregory mundurNewton gregory mundur
Newton gregory mundur
 
Pt 7 p-diffaplikasi-d4
Pt 7 p-diffaplikasi-d4Pt 7 p-diffaplikasi-d4
Pt 7 p-diffaplikasi-d4
 
Deret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinDeret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurin
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
 
Presentation aljabar bismillah
Presentation aljabar bismillahPresentation aljabar bismillah
Presentation aljabar bismillah
 
Presentation aljabar bismillah
Presentation aljabar bismillahPresentation aljabar bismillah
Presentation aljabar bismillah
 
PPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptx
PPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptxPPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptx
PPT KEL 2 METODE NUMERIK.pptx
 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
 

Recently uploaded

Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
nadiafebianti2
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
ssuser2537c0
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
AdityaWahyuDewangga1
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 

Recently uploaded (11)

Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 

Runge kutta new

  • 1. RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email: supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com December 30, 2006 Pada saat membahas metode Euler untuk penyelesaian persamaan diferensial, kita telah sampai pada kesimpulan bahwa truncation error metode Euler terus membesar seiring dengan bertam- bahnya iterasi. Dikaitkan dengan hal tersebut, metode Runge-Kutta Orde Empat menawarkan penyelesaian persamaan diferensial dengan pertumbuhan truncation error yang jauh lebih kecil. Persamaan-persamaan yang menyusun metode Runge-Kutta Orde Empat adalah w0 = α k1 = hf(ti, wi) (1) k2 = hf(ti + h 2 , wi + 1 2 k1) (2) k3 = hf(ti + h 2 , wi + 1 2 k2) (3) k4 = hf(ti+1, wi + k3) (4) wi+1 = wi + 1 6 (k1 + 2k2 + 2k3 + k4) (5) Contoh Diketahui persamaan diferensial y′ = y − t2 + 1, 0 ≤ t ≤ 2, y(0) = 0, 5 dengan mengganti y menjadi w, kita bisa nyatakan f(ti, wi) sebagai f(ti, wi) = wi − t2 i + 1 1
  • 2. Jika N = 10, maka h = b − a N = 2 − 0 10 = 0, 2 dan ti = a + ih = 0 + i(0, 2) → ti = 0, 2i serta w0 = 0, 5 Sekarang mari kita demonstrasikan metode Runge-Kutta Orde Empat ini. Untuk menghitung w1, tahap-tahap perhitungannya dimulai dari menghitung k1 k1 = hf(t0, w0) = h(w0 − t2 0 + 1) = 0, 2((0, 5) − (0, 0)2 + 1) = 0, 3 lalu menghitung k2 k2 = hf(t0 + h 2 , w0 + k1 2 ) = h[(w0 + k1 2 ) − (t0 + h 2 )2 + 1)] = 0, 2[(0, 5 + 0, 3 2 ) − (0, 0 + 0, 2 2 )2 + 1)] = 0, 328 dilanjutkan dengan k3 k3 = hf(t0 + h 2 , w0 + k2 2 ) = h[(w0 + k2 2 ) − (t0 + h 2 )2 + 1)] = 0, 2[(0, 5 + 0, 328 2 ) − (0, 0 + 0, 2 2 )2 + 1)] = 0, 3308 kemudian k4 k4 = hf(t1, w0 + k3) = h[(w0 + k3) − t2 1 + 1] = 0, 2[(0, 5 + 0, 3308) − (0, 2)2 + 1] = 0, 35816 2
  • 3. akhirnya diperoleh w1 w1 = w0 + 1 6 (k1 + 2k2 + 2k3 + k4) = 0, 5 + 1 6 (0, 3 + 2(0, 328) + 2(0, 3308) + 0, 35816) = 0, 5 + 1 6 (0, 3 + 0, 656 + 0, 6616 + 0, 35816) = 0, 8292933 Dengan cara yang sama, w2, w3, w4 dan seterusnya dapat dihitung. Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungannya. i ti wi yi = y(ti) |wi − yi| 0 0,0 0,5000000 0,5000000 0,0000000 1 0,2 0,8292933 0,8292986 0,0000053 2 0,4 1,2140762 1,2140877 0,0000114 3 0,6 1,6489220 1,6489406 0,0000186 4 0,8 2,1272027 2,1272295 0,0000269 5 1,0 2,6408227 2,6408591 0,0000364 6 1,2 3,1799942 3,1799415 0,0000474 7 1,4 3,7323401 3,7324000 0,0000599 8 1,6 4,2834095 4,2834838 0,0000743 9 1,8 4,8150857 4,8151763 0,0000906 10 2,0 5,3054720 5,3053630 0,0001089 Dibandingkan dengan metode Euler, tingkat pertumbuhan truncation error, pada kolom |wi−yi|, jauh lebih rendah sehingga metode Runge-Kutta Orde Empat lebih disukai untuk membantu menyelesaikan persamaan-diferensial-biasa. Contoh tadi tampaknya dapat memberikan gambaran yang jelas bahwa metode Runge-Kutta Orde Empat dapat menyelesaikan persamaan diferensial biasa dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Namun, kalau anda jeli, ada suatu pertanyaan cukup serius yaitu apakah metode ini dapat digunakan bila pada persamaan diferensialnya tidak ada variabel t ? Misalnya pada kasus berikut ini Sebuah kapasitor yang tidak bermuatan dihubungkan secara seri dengan sebuah resistor dan baterry (Figure 1). Diketahui ǫ = 12 volt, C = 5,00 µF dan R = 8,00 ×105 Ω. Saat saklar 3
  • 4. Figure 1: Rangkaian RC dihubungkan (t=0), muatan belum ada (q=0). dq dt = ǫ R − q RC (6) Solusi exact persamaan (6) adalah qexact = q(t) = Cǫ 1 − e−t/RC (7) Anda bisa lihat semua suku di ruas kanan persamaan (6) tidak mengandung variabel t. Padahal persamaan-persamaan penyusun metode Runge-Kutta selalu mencantumkan variabel t. Apakah persamaan (6) tidak bisa diselesaikan dengan metode Runge-Kutta? Belum tentu. Sekarang, kita coba selesaikan, pertama kita nyatakan m1 = ǫ R = 1, 5 × 10−5 m2 = 1 RC = 0, 25 sehingga persamaan (6) dimodifikasi menjadi dq dt = f(qi) = m1 − qim2 ti = a + ih Jika t0 = 0, maka a = 0, dan pada saat itu (secara fisis) diketahui q0 = 0, 0. Lalu jika ditetapkan h = 0, 1 maka t1 = 0, 1 dan kita bisa mulai menghitung k1 dengan menggunakan q0 = 0, 0, 4
  • 5. walaupun t1 tidak dilibatkan dalam perhitungan ini k1 = hf(q0) = h(m1 − q0m2) = 0, 1((1, 5 × 10−5 ) − (0, 0)(0, 25)) = 0, 150 × 10−5 lalu menghitung k2 k2 = hf(q0 + k1 2 ) = h[(m1 − (q0 + k1 2 )m2)] = 0, 1[(1, 5 × 10−5 − ((0, 0) + 0, 15 × 10−5 2 )(0, 25)] = 0, 14813 × 10−5 dilanjutkan dengan k3 k3 = hf(q0 + k2 2 ) = h[(m1 − (q0 + k2 2 )m2)] = 0, 1[(1, 5 × 10−5 − ((0, 0) + 0, 14813 × 10−5 2 )(0, 25)] = 0, 14815 × 10−5 kemudian k4 k4 = hf(q0 + k3) = h[(m1 − (q0 + k3)m2)] = 0, 1[(1, 5 × 10−5 − ((0, 0) + 0, 14815 × 10−5 )(0, 25)] = 0, 14630 × 10−5 akhirnya diperoleh q1 q1 = q0 + 1 6 (k1 + 2k2 + 2k3 + k4) = 0, 0 + 1 6 (0, 150 + 2(0, 14813) + 2(0, 14815) + 0, 14630) × 10−5 = 0, 14814 × 10−5 5
  • 6. Selanjutnya q2 dihitung. Tentu saja pada saat t2, dimana t2 = 0, 2, namun sekali lagi, t2 tidak terlibat dalam perhitungan ini. Dimulai menghitung k1 kembali k1 = hf(q1) = h(m1 − q1m2) = 0, 1((1, 5 × 10−5 ) − (0, 14814 × 10−5 )(0, 25)) = 0, 14630 × 10−5 lalu menghitung k2 k2 = hf(q1 + k1 2 ) = h[(m1 − (q1 + k1 2 )m2)] = 0, 1[(1, 5 × 10−5 − ((0, 14814 × 10−5 ) + 0, 14630 × 10−5 2 )(0, 25)] = 0, 14447 × 10−5 dilanjutkan dengan k3 k3 = hf(q1 + k2 2 ) = h[(m1 − (q1 + k2 2 )m2)] = 0, 1[(1, 5 × 10−5 − ((0, 14814 × 10−5 ) + 0, 14447 × 10−5 2 )(0, 25)] = 0, 14449 × 10−5 kemudian k4 k4 = hf(q1 + k3) = h[(m1 − (q1 + k3)m2)] = 0, 1[(1, 5 × 10−5 − ((0, 14814 × 10−5 ) + 0, 14449 × 10−5 )(0, 25)] = 0, 14268 × 10−5 akhirnya diperoleh q2 q2 = q1 + 1 6 (k1 + 2k2 + 2k3 + k4) = 0, 14814 × 10−5 + 1 6 (0, 14630 + 2(0, 14447) + 2(0, 14449) + 0, 14268) × 10−5 = 0, 29262 × 10−5 6
  • 7. i ti qi qexact = q(ti) |qi − qexact| 0 0,0 0,00000×10−5 0,00000×10−5 0,00000 1 0,1 0,14814×10−5 0,14814×10−5 0,00000 2 0,2 0,29262×10−5 0,29262×10−5 0,00000 3 0,3 0,43354×10−5 0,43354×10−5 0,00000 4 0,4 0,57098×10−5 0,57098×10−5 0,00000 5 0,5 0,70502×10−5 0,70502×10−5 0,00000 6 0,6 0,83575×10−5 0,83575×10−5 0,00000 7 0,7 0,96326×10−5 0,96326×10−5 0,00000 8 0,8 1,0876×10−5 1,0876×10−5 0,00000 9 0,9 1,2089×10−5 1,2089×10−5 0,00000 10 1,0 1,3272×10−5 1,3272×10−5 0,00000 Dengan cara yang sama, q3, q4, q5 dan seterusnya dapat dihitung. Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungannya. Kolom qexact diperoleh dari persamaan (7). Luar biasa!! Tak ada error sama sekali. Mungkin, kalau kita buat 7 angka dibelakang koma, errornya akan terlihat. Tapi kalau anda cukup puas dengan 5 angka dibelakang koma, hasil ini sangat memuaskan. Figure 2 memperlihatkan kurva penumpukan muatan q terhadap waktu t. Berikut ini adalah script dalam matlab yang dipakai untuk menghitung q clear all clc E=12; R=800000; C=5e-6; m1=E/R; m2=1/(R*C); b=20.0; a=0.0; h=0.1; n=(b-a)/h; q0=0.0; t0=0.0; for i=1:n 7
  • 8. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 2 4 6 x 10 −5 Figure 2: Kurva muatan q terhadap waktu t t(i)=a+i*h; end for i=1:n if i==1 k1=h*(m1-(m2*q0)); k2=h*(m1-(m2*(q0+(k1/2)))); k3=h*(m1-(m2*(q0+(k2/2)))); k4=h*(m1-(m2*(q0+k3))); q(i)=q0+(k1+(2*k2)+(2*k3)+k4)/6; else k1=h*(m1-(m2*q(i-1))); k2=h*(m1-(m2*(q(i-1)+(k1/2)))); k3=h*(m1-(m2*(q(i-1)+(k2/2)))); k4=h*(m1-(m2*(q(i-1)+k3))); q(i)=q(i-1)+(k1+(2*k2)+(2*k3)+k4)/6; end 8
  • 9. end q Sampai disini mudah-mudahan jelas dan bisa dimengerti. Silakan anda coba untuk kasus yang lain, misalnya proses pembuangan (discharging) q pada rangkaian yang sama, atau bisa juga anda berlatih dengan rangkaian RL dan RLC. Saya akhiri dulu uraian saya sampai disini. 9