Teks tersebut membahas jejak keberadaan umat Islam di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Meski mayoritas penduduknya beragama Kristen, Islam merupakan agama pertama yang masuk ke wilayah ini sejak abad ke-15 melalui Kesultanan Bacan. Umat Islam di Raja Ampat berusaha melestarikan dan memakmurkan masjid serta pendidikan anak, meski menghadapi tantangan karena jumlahnya yang relatif sedikit.
Walisongo : Sunan Ampel ( Sejarah Kelas X )Khansha Hanak
Berikut adalah presentasi tentang Sunan Ampel. Sunan yang dikenal dengan Pesantren beliau bernama Ampel Denta. Beliau dijuluki Sunan Ampel karena menetap dan berdakwah di daerah Ampel, Surabaya.
Sejarah Walisanga : Sunan kalijaga ( Sejarah Kelas x )Khansha Hanak
Sunan Kalijaga adalah salah satu walisanga yang terkenal dengan hasil karya seninya berupa wayang, lagu dandanggula, ilir-ilir dan lain-lain. Beliau dikenal mempunyai kharisma tersendiri diantara walisanga yang lain.
Walisongo : Sunan Ampel ( Sejarah Kelas X )Khansha Hanak
Berikut adalah presentasi tentang Sunan Ampel. Sunan yang dikenal dengan Pesantren beliau bernama Ampel Denta. Beliau dijuluki Sunan Ampel karena menetap dan berdakwah di daerah Ampel, Surabaya.
Sejarah Walisanga : Sunan kalijaga ( Sejarah Kelas x )Khansha Hanak
Sunan Kalijaga adalah salah satu walisanga yang terkenal dengan hasil karya seninya berupa wayang, lagu dandanggula, ilir-ilir dan lain-lain. Beliau dikenal mempunyai kharisma tersendiri diantara walisanga yang lain.
Walisongo : Sunan kudus ( Sejarah Kelas x )Khansha Hanak
Berikuta adalah presentasi tentang Sunan Kudus. Sesuai dengan namanya Beliau berdakwah di daerah Kudus Jawa Tengah. Beliau adalah keponakan Sunan Bonang.
wali song adalah sebutan untuk 9 orang yang sangat berjasa dalam penyebaran agama islam di nusantara.
maka dari itu, sangat penting untuk kita mengetahui tentang mereka
PDF ini tersusun secara rapi dan menarik juga menjelaskan secara lengkap mulai dari tanggal lahir, tempt penyebaran, metode penyebara, meninggal, hingga peninggalan apa sajt dari ke 9 wali songo tersebut
semoga bermanfaat!
1.Nama aslinya adalah Syech Syarief Hidayatulloh yang dilahirkan Tahun 1448 Masehi. Beliau dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479.
2.Ayahandanya adalah Syarief Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Mesir keturunan ke 17 Rosulullah SAW, bergelar Sultan Maulana Muhamad, Ibundanya yaitu Nyai Rara Santang dan setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Muda’im. Beliau adalah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran.
3.Memasuki usia dewasa sekitar tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I
4.Kharomah
Sunan Gunung Jati dapat memindahkan Istana kerajan Hindu Pakuan ke alam gaib.
Dalam peprangan pasukan Demak dan Majapahit sunan Gunung Jati mengeluarkan surban dan setelah dikibaskan muncul bala tentara tikus yang tak terbilang banyaknya.
5.Pada saat ia singgah ke negeri Cina untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Nan king 1479 dengan membuka pengobatan sehingga rakyat Cina yang sakit banyak tersembuhkan dan akhirnya banyak rakyat Cina yang masuk Islam.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
6.AJARAN SUNAN GUNUNG JATI
"Gegunem sifat kang pinuji. Aja ilok gawe lara ati ing wong. Ake lara ati ing wong, namung saking duriat. Aja ilok hawe kaniaya ing makhluk. Aja ngagungaken ing salira. Aja ujub ria suma takabur. Aja duwe ati ngunek."
7. (Milikilah sifat terpuji. Jangan suka menyakiti hati orang lain. Lalu, jika sering disakiti orang lain, hadapilah dengan cinta,jangan dengan aniaya. Pokoknya,jangan membuat aniaya pada makhluk. Jangan pula mengagungkan diri sendiri. Jangan sombong dan takabur. Jangan memiliki sifat dendam)
8."Den hormat ing wong tua. Den hormat ing leluhur. Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka. Den welas asih ing sapapada. Mulyaken ing tetamu."(Bersifat hormatlah kepada orangtua. Hormati pula leluhur kalian. Lalu, hormat,sayangi dan mulyakan pusaka. Jadilah orang yang saling menyayangi sesama manusia. Dan,hormatilah tamu)
9.Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean.
Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
Dengan segala jasanya umat islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.
C:\fakepath\ski wali songo power-pointKhusnul huda
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha
Walisongo : Sunan kudus ( Sejarah Kelas x )Khansha Hanak
Berikuta adalah presentasi tentang Sunan Kudus. Sesuai dengan namanya Beliau berdakwah di daerah Kudus Jawa Tengah. Beliau adalah keponakan Sunan Bonang.
wali song adalah sebutan untuk 9 orang yang sangat berjasa dalam penyebaran agama islam di nusantara.
maka dari itu, sangat penting untuk kita mengetahui tentang mereka
PDF ini tersusun secara rapi dan menarik juga menjelaskan secara lengkap mulai dari tanggal lahir, tempt penyebaran, metode penyebara, meninggal, hingga peninggalan apa sajt dari ke 9 wali songo tersebut
semoga bermanfaat!
1.Nama aslinya adalah Syech Syarief Hidayatulloh yang dilahirkan Tahun 1448 Masehi. Beliau dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479.
2.Ayahandanya adalah Syarief Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Mesir keturunan ke 17 Rosulullah SAW, bergelar Sultan Maulana Muhamad, Ibundanya yaitu Nyai Rara Santang dan setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Muda’im. Beliau adalah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran.
3.Memasuki usia dewasa sekitar tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I
4.Kharomah
Sunan Gunung Jati dapat memindahkan Istana kerajan Hindu Pakuan ke alam gaib.
Dalam peprangan pasukan Demak dan Majapahit sunan Gunung Jati mengeluarkan surban dan setelah dikibaskan muncul bala tentara tikus yang tak terbilang banyaknya.
5.Pada saat ia singgah ke negeri Cina untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Nan king 1479 dengan membuka pengobatan sehingga rakyat Cina yang sakit banyak tersembuhkan dan akhirnya banyak rakyat Cina yang masuk Islam.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
6.AJARAN SUNAN GUNUNG JATI
"Gegunem sifat kang pinuji. Aja ilok gawe lara ati ing wong. Ake lara ati ing wong, namung saking duriat. Aja ilok hawe kaniaya ing makhluk. Aja ngagungaken ing salira. Aja ujub ria suma takabur. Aja duwe ati ngunek."
7. (Milikilah sifat terpuji. Jangan suka menyakiti hati orang lain. Lalu, jika sering disakiti orang lain, hadapilah dengan cinta,jangan dengan aniaya. Pokoknya,jangan membuat aniaya pada makhluk. Jangan pula mengagungkan diri sendiri. Jangan sombong dan takabur. Jangan memiliki sifat dendam)
8."Den hormat ing wong tua. Den hormat ing leluhur. Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka. Den welas asih ing sapapada. Mulyaken ing tetamu."(Bersifat hormatlah kepada orangtua. Hormati pula leluhur kalian. Lalu, hormat,sayangi dan mulyakan pusaka. Jadilah orang yang saling menyayangi sesama manusia. Dan,hormatilah tamu)
9.Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean.
Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
Dengan segala jasanya umat islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.
C:\fakepath\ski wali songo power-pointKhusnul huda
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Islam hadir ke Nusantara sejak abad ke 7-8 M. Menyebar dari Madura, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa tenggara hingga Papua. Menyebar melalui jalur perdagangan, pengiriman Da'i dan kultural.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Dakwah Islam penyambung Silaturrahmi antara Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan Donatur/Muzaki yang memuat beragam informasi, edukasi dan Progrest Report BMH sebagai Amil Zakat Nasional
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Sebuah Rubrik Jendela Keluarga yang merupakan kumpulan rubrik bertema khusus pembinaan Keluarga Islami : ada USRAH, MAR'AH, KONSULTASI KELUARGA SAKINAH, PROFIL KELUARGA dan KOLOM PARENTING oleh FAUZIL ADHIM
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
1. JULI 2016/SYAWAL 1437 51
I H W A L
FEBRUARI 2016/RABIUL AKHIR 1437 51
ini seorang Muslim. Raja Ampat
menjadi kabupaten/kota kedua di
Papua Barat yang dipimpin seorang
Muslim. Kabupaten pertama adalah
Fakfak.
Selain itu, sejarah masuknya
Islam ke tanah Papua tak bisa dile
pas dari kabupaten yang terletak di
bagian kepala burung ini. Bahkan,
jejak Muslim di Raja Ampat telah ada
sejak pertengahan abad 15 silam.
Inilah jejak kaum Muslim di Raja
Ampat. Inilah potret Muslim di
pulau Papua.
M
enyebut Papua,
yang terbayang
bukan para
wanita yang
mengenakan
hijab, atau kaum pria yang ber
kopiah. Menyebut Papua, yang
terbayang adalah penduduk dengan
kulit hitam dan rambut keriting.
Tapi benarkah kaum Muslim tak
menggeliat di wilayah paling timur
Indonesia ini? Benarkah Papua
identik dengan kaum Kristen, ter
utama Protestan?
Akhir Mei lalu, wartawan
Suara Hidayatullah, Mahladi,
berkesempatan memotret kehidu
pan kaum Muslim di Raja Ampat,
salah satu kabupaten di Papua Barat,
atas undang Komunitas Muslimah
untuk Kajian Islam (KMKI) dan Al
Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN).
Mengapa Raja Ampat? Sebab,
kabupaten ini dihuni hanya oleh
35 persen Muslim. Selebihnya,
62 persen Kristen Protestan, dan
sisanya penganut agama lain.
Namun, bupati di kabupaten
Jejak Muslim
di Raja Ampat
FOTO-FOTO: MAHLADI/SUARA HIDAYATULLAH
2. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com52
I H W A L
G
ambar Buya Hamka
tertempel di dinding
papan sebuah sekolah
dasar di Dusun
Warengkris, Distrik
(Kecamatan) Mayalibit, Kabupaten
Raja Ampat, Papua Barat. Gambar
tersebut tanpa bingkai. Hanya kertas
tebal berukuran A4, atau 21 x 30 cm.
Bukan hanya gambar Buya
Hamka yang tertempel di dinding
sekolah itu. Juga ada gambar sejum
terbuat dari papan yang disusun
bertingkat. Tak ada daun jendela.
Sedang lantainya terbuat dari
semen kasar dan berdebu. Masing-
masing kelas hanya ada 4 meja dan 4
bangku agak panjang. Itupun sudah
amat rapuh. Beberapa meja bahkan
hanya disanggah oleh tiga tiang.
Yang keempat patah.
Alat tulisnya masih mengguna
kan kapur. Sedang media tulisnya
berupa papan hitam yang tertempel
mendirikannya.
Namun Fadzlan menduga,
masyarakat di distrik tersebut tak
terbiasa sekolah di mushalla. Apala
gi guru dari kalangan Muslim belum
ada yang sanggup mengajar mereka.
Maklum, sekolah itu amat terpencil.
Ia berada di ujung sebuah pulau
yang tak begitu luas. Rumah-rumah
penduduk masih jarang. Satu-satunya
jalan menuju sekolah itu buntu.
Bila mushalla tak biasa dijadikan
lah pahlawan nasional lain seperti
Donald Isaac Panjaitan, Wage Rudolf
Supratman, dan Sisingamangaraja.
Semua tanpa bingkai. Hanya
tertempel begitu saja di dinding.
Sebanyak 22 bocah belajar di
sekolah itu. Semangat juang para
pahlawan yang tertempel di sana
rupanya ingin diwariskan kepada
mereka. Bocah-bocah itu harus
rela menuntut ilmu di sekolah yang
sebetulnya kurang layak untuk
tempat belajar.
Bayangkan, hanya ada tiga kelas
di sekolah itu. Masing-masing
kelas hanya berukuran 3 x 3 meter
persegi. Dinding dan pintunga
di dinding depan dengan warna
yang mulai memudar.
Deni, satu dari 22 bocah yang
belajar di sekolah itu, mengaku
baru beberapa bulan belajar di sana.
Sebelumnya, selama lima tahun
belajar di sebuah gereja yang berdiri
tak jauh dari sekolah itu. Padahal,
Deni seorang Muslim. Begitu juga
bocah-bocah lainnya.
Sebanarnya, Deni bukan tak
punya pilihan tempat belajar. Sebab,
kata Fadzlan Garamatan, ketua Al-
Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN),
lembaga Islam yang bergerak di
bidang sosial di Papua, dekat gereja
itu ada mushalla. AFKN yang
tempat belajar, lain halnya dengan ge
reja. Menurut Fadzlan, gereja bisa de
ngan mudah disulap menjadi sekolah.
Apalagi di gereja tersebut ada guru
yang siap mengajar anak-anak itu.
Orang tua Deni tak merasa
khawatir menyekolahkan anaknya
ke gereja. Yang khawatir justru
Fadzlan. “Aqidah anak-anak ini
lama-lama bisa rusak,” katanya.
Karena itulah, beberapa bulan lalu,
AFKN berupaya menghimpun dana
untuk mendirikan sekolah amat
sederhana di sana.
Setelah sekolah itu berdiri, Deni
dan teman-temannya pindah belajar
ke sana. Bahkan, beberapa anak non
Gema Itu Terdengar,
Tapi Belum Membahana
3. JULI 2016/SYAWAL 1437 53
Muslim juga ikut pindah ke sekolah
itu. Untunglah ada seorang guru
yang rela mendedikasikan waktunya
untuk mengajar anak-anak tersebut.
AJAK MEMAKMURKAN MASJID
Sekitar 20 km dari Dusun
Warengkris —tempat sekolah itu
berdiri— ada sebuah masjid agak
besar. Namanya Masjid Al-Ikhlas.
Kapasitasnya sekitar 500 jamaah.
Menurut Hidayat, penjaga
masjid, ketika ditemui akhir Mei
lalu, di sana telah digelar shalat
Jumat. Bahkan, selama Ramadhan,
masjid tersebut selalu menggelar
shalat Taraweh.
Tapi sayang, cerita laki-laki
paruh baya asal Sukabumi, Jawa
Barat, yang telah empat tahun
pinsi Papua Barat pada 2014 silam.
Kapasitasnya sekitar seribu jamaah.
Namun, nasibnya tak terlalu jauh
berbeda dengan Masjid Al-Ikhlas:
sepi dari jamaah ketika waktu shalat
fardhu tiba. Wajarlah bila Sekretaris
Daerah Kabupaten Raja Ampat, Dr
Yusuf Salim, berkata bahwa tugas
para dai di Raja Ampat tidak ringan.
“Meskipun beberapa masjid
besar telah berdiri di Raja Ampat,
dan bupatinya seorang Muslim,
bukan berarti tugas dakwah
menjadi ringan di sini,” kata Yusuf di
hadapan ibu-ibu majelis taklim yang
berkumpul di Masjid Agung Waisai
pada Kamis (19/5/2016) malam.
Yusuf menambahkan, masih
banyak pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan di Raja Ampat.
Kabupaten Raja Ampat
sebenarnya terdiri atas banyak
pulau. Jumlahnya sekitar 1,8 ribuan,
baik berpenghuni maupun tidak.
Sedang luas keseluruhan mencapai
4,5 juta hektar.
Masyarakat Raja Ampat
membagi wilayah mereka menjadi
dua, yakni utara dan selatan. Di
bagian utara, ada satu pulau besar
bernama Waigeo. Di pulau inilah
Waisai, ibu kota kabupaten berada.
Selain Waigeo, ada tiga pulau besar
lainnya, yakni Batanta, Salawati,
dan Misool. Pulau yang terakhir ini
berada di wilayah selatan.
Kabupaten Raja Ampat memiliki
24 distrik (kecamatan). Setiap
distrik memiliki beberapa desa atau
kampung. Salah satu kampung yang
diberi amanah menjaga dan
memakmurkan masjid tersebut,
setiap datang waktu shalat fardhu,
masjid tersebut sepi. Hanya
beberapa orang saja yang ikut shalat
berjamaah.
“Paling cuma dua atau tiga
orang saja. Kalau magrib, sedikit
lebih banyak,” kata Hidayat dengan
logat Sunda yang sudah mulai
menghilang.
Di pusat kota Waisai, ibu kota
Kabupaten Raja Ampat, juga ada
masjid besar. Namanya Masjid
Agung Waisai. Masjid ini pernah
dipakai sebagai tempat Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat pro
Misalnya, mengajak kaum Muslim
agar gemar memakmurkan masjid,
terutama saat shalat lima waktu
telah tiba.
“Di masjid Agung ini saja, ketika
datang waktunya shalat fardhu, masih
sedikit sekali masyarakat yang mau
shalat berjamaah,” tutur Yusuf lagi.
Padahal, Rasulullah SAW kerap
mengingatkan umatnya bahwa
hanya orang-orang munafik yang
sanggup meninggalkan shalat
berjamaah di masjid. Dan, setiap
langkah kaum Muslim menuju
masjid untuk menunaikan shalat
berjamaah, dosanya akan diampuni
dan derajatnya akan dinaikkan.
menarik kita tengok adalah Saonek.
Kampung ini terletak di distrik
Waigeo Selatan. Letaknya hanya 45
menit perjalanan menggunakan pe
rahu motor ke arah selatan Waisai.
Dari kejauhan, ketika perahu
belum menyentuh pantai, Anda
akan melihat puncak menara Masjid
Hidayatullah, satu-satunya masjid
yang ada di kampung ini.
Mesjid ini berkapasitas seki
tar 200 orang, berdiri di tengah-
tengah kampung Saonek. “Mas
jid ini dibangun tahun 2011 oleh
masyarakat atas bantuan pemerintah
dan orang-orang luar Saonek,’’ jelas
Husain Namratu, Kepala Dusun
4. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com54
I H W A L
Saonek, saat
berbincang-
bincang di
dekat Masjid
Hidayatullah
menjelang
digelarnya
shalat Jumat
pada 20 Mei
lalu.
Ketika
azan berkumandang dari pengeras
suara masjid, shaf pertama belum
terisi penuh. Hanya ada beberapa
orang yang duduk saling berjauhan.
Saat khatib sudah naik mimbar,
dua shaf baru terisi, namun tidak
rapat. Beberapa orang malah duduk
di shaf belakang. Ketika saat shalat
Jumat digelar, jumlah shaf yang
terisi hanya tiga baris. Itu pun
didominasi oleh anak-anak dan
orang-orang tua. Ke mana perginya
anak-anak muda? Entahlah! Padahal,
kata Husain, 80 persen penduduk
Saonek —dari total 140 kepala
keluarga atau 548 jiwa— beragama
Islam. Dan, jumlah masjid di
pulau itu hanya satu. Ya… masjid
Hidayatullah itu tadi.
Husein juga menjelaskan bahwa
Saonek dulunya dinobatkan sebagai
ibukota Raja Ampat. Namun,
setelah Raja Ampat menjadi
Kabupaten sendiri pada 2003,
terpisah dari Sorong, ibu kota
kabupaten dipindah ke Waisai.
Penduduk asli Saonek, sejak
turun temurun telah beragama
Islam. Kalau pun di sana ada
pemeluk Kristen, kata Husain,
kebanyakan mereka pendatang.
Kegiatan pengajian di dusun ini
bukan tak ada. Saban sore, anak-
anak belajar mengaji. Sebagian
anak-anak sudah hafal surat-surat
pendek al-Qur’an. Namun, kata
Husein lagi, orang dewasa tak ba
nyak yang pandai mengaji. Husein
menebak, paling hanya 12 persen
saja yang bisa baca al-Qur’an.
Inilah jejak-jejak Islam yang
kini bisa kita dapati di Kabupaten
Raja Ampat. Ibarat gema, ia telah
lama terdengar, namun belum
membahana. Jika gema itu dibiarkan
pelan, lama-lama bisa padam, dan
Islam akan kembali hening di tanah
Nuuwar. Mahladi/Suara Hida
yatullah alkfj
B
ila bicara Islam jangan
samakan Raja Ampat de
ngan wilayah lain di tanah
Papua. “Mereka berbeda,”
jelas Ketua Departe
men Dakwah dan Penyiaran Dewan
Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah,
Shohibul Anwar, awal Juni lalu.
Perbedaan utama, kata Shohibul,
“Islam telah lama masuk ke Raja
Ampat, bahkan jauh sebelum
agama-agama lain.”
Sejarah memang mencatat, meski
penduduk Raja Ampat didominasi oleh
penganut Kristen Protestan, namun
Islam-lah agama pertama yang dianut
oleh penduduk kabupaten ini.
Bukti tersebut bisa dilihat dalam
catatan perjalanan Miguel Roxo
de Brito yang menjelajah ke Raja
Ampat tahun 1581 (The Report of
Miguel Roxo de Brito in His Voyage
in 1581-1582 To the Raja Ampat,
the MacClur Gulf and Seram, JHF
Sollewijn Gelpke, BKI Vol 150 No: 1
Leiden, 1994).
Dalam catatan tersebut diketahui
bahwa Raja
Waigeo
–Waigeo
adalah
salah satu
dari empat
pulau besar
di Raja
Ampat—
telah
memeluk
Islam.
Lantas, dari mana Islam masuk ke
Papua lewat pintu Raja Ampat ini?
Catatan tersebut juga
menjelaskan bahwa Islam dibawa
oleh masyarakat Kesultanan Bacan,
salah satu dari empat kesultanan
besar di Maluku, pada pertengahan
abad ke 15. Sejarah pernah mencatat
bahwa Maluku, ketika itu, memiliki
empat kesultanan besar: Bacan,
Jailolo, Ternate, dan Tidore.
Bukti lainnya bisa terlihat dari
nama-nama gelar di kepulauan ter
sebut. Gelar kaicil, misalnya, adalah
gelar anak laki-laki Sultan Maluku.
Dalam catatan Museum
Memorial Kesultanan Tidore,
Sonyine Malige, disebutkan bahwa
Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore
X) pernah berkunjung ke Papua
dengan satu armada kora-kora.
Ekspedisi ini menyusuri Pulau
Waigeo, Batanta, Salawati, dan
Misool di Raja Ampat.
Di wilayah Misool, Ibnu Mansur,
yang sering disebut Sultan Papua
I, mengangkat Kaicil Patra War,
putra Sultan Bacan, dengan gelar
Komalo Gurabesi. Kaicil Patra War
kemudian dinikahkan dengan putri
Sultan Ibnu Mansur, yaitu Boki
Thayyibah. Dari penikahan inilah
Kesultanan Tidore memperluas
pengaruhnya hingga ke Raja Ampat.
Di Waigama, salah satu
kampung di Pulau Misool, cerita
Shohibul mengutip kisah para tetua
di sana, Islam pernah dijalankan
secara baik. Syariat dipatuhi, syiar
Islam semarak. Para wanita telah
terbiasa mengenakan dua sarung;
pertama untuk menutup bagian
Islam Pernah Hilang di Waigama
5. JULI 2016/SYAWAL 1437 55
kepala, dan kedua untuk menutupi
bagian badan hingga kaki.
Di sana juga ada kerajaan Islam.
Namanya, Kerajan Waigama. Raja
terakhir di kerajaan ini bernama
Samsuddin Tafalas. Ia memerintah
sampai tahun 1954. Cucunya berna
ma Said Tafalas, yang kini memimpin
Pesantren Hidayatullah di Waigama.
Saat ini, Islam tak tampak
lagi di Waigama. Tak tampak lagi
masyarakat yang berbondong-
bondong pergi ke masjid ketika
waktu shalat fardhu tiba. Bahkan,
ketika shalat Subuh di masjid
terbesar di kampung ini tahun lalu,
Shohibul hanya mendapati seorang
imam dan beberapa anak kecil
sebagai makmum. Padahal masjid di
sana besar. Kapasitasnya bisa lebih
dari 500 orang. Kubah masjid telah
terlihat sebelum perahu menyentuh
pelabuhan.
“Islam telah hilang di Waigama,”
kata Shohibul.
Mungkinkah Waigama menjadi
potret Islam di Raja Ampat? Sho
hibul menduga, keadaan kaum
Muslim di daerah lain di Raja
Ampat sama: kurang terbina dengan
baik. Hal ini juga diakui oleh Rita
Soebagyo, Sekretaris Jenderal Ko
munitas Muslimah untuk Kajian
Islam (KMKI) yang Mei lalu sempat
berkunjung ke Raja Ampat, “Me
mang benar bahwa masyarakat Raja
Ampat sekarang ini baru menjadi
Muslim, belum Mukmin,” katanya
awal Juni lalu.
Beberapa Muslim di Raja Ampat
sudah tak malu mengenakan
atribut-atribut Islam seperti ko
piah atau jilbab. Tapi, kata Rita,
pemahaman mereka tentang itu
belum sampai pada batas-batas yang
disyariatkan.
Mereka juga tahu bahwa shalat
itu wajib, tapi belum sampai pada
kesadaran bahwa shalat berjamaah
di masjid adalah penting dan utama
bagi laki-laki.
“Apalagi bila diajak bicara soal
arus liberalisasi dan sekulerisasi yang
merusak kaum Muslim di Indonesia,
mereka benar-benar belum berpikir
sampai ke situ,” kata Rita.
Padahal, bahaya liberalisasi dan
sekulerisasi mengancam mereka.
Apalagi tayangan televisi sudah
bisa dilihat dengan menggunakan
parabola, internet juga sudah bisa
diakses di beberapa pulau, dan
pelancong bebas hilir mudik di
kampung-kampung di Raja Ampat.
Shohibul membenarkan
adanya bahaya arus liberalisasi
dan sekulerisasi yang mengancam
penduduk Raja Ampat, utamanya
pemuda. Bahkan, Shohibul
menduga arus inilah yang membuat
Islam pernah hilang di Waigama.
“Keinginan anak-anak muda
untuk merantau ke kota begitu
besar,” kata Shohibul. Anak-anak
muda itu melanjutkan sekolah atau
bekerja di Sorong dan Monokwari.
Sebagian merantau juga ke luar
Papua seperti Makassar, Sulawesi
Selatan. Di kota ini, mereka
bukannya membaik, malah
membawa pulang budaya bebas
yang membahayakan.
Tak heran bila sekarang
Waigama telah dilanda persoalan
sosial. Mirisnya, yang menonjol
adalah hamil di luar nikah. “Dalam
setahun bisa ada 4 kasus hamil di
luar nikah,” kata Shohibul. Padahal
dulu, pergaulan antar muda-mudi
sangat dijaga.
HARUS TERINTEGRASI
Bila merujuk data Biro Pusat
Statistik Kabupaten Raja Ampat yang
dikeluarkan tahun 2011, komposisi
penduduk di kabupaten ini memang
didominasi oleh usia muda.
Kelompok umur 0 hingga 4 tahun
hanya 12,5 persen, sedangkan usia
75 tahun ke atas hanya 0,31 persen.
Itu berarti, jumlah kelompok umur
4 hingga 75 tahun sebesar 87 persen.
Adapun penduduk usia 15 hingga 55
tahun mencapai sekitar 70 persen.
Rita menambahkan bahwa
anak-anak dan remaja Muslim Raja
Ampat sebenarnya sudah pandai
mengaji dan hafal surat-surat pen
dek al-Qur’an. Mereka tahu rukun
iman dan rukun Islam. Itu berarti
mereka belajar Islam. “Kita punya
harapan besar kepada anak-anak
ini,” kata Rita.
Namun, Shohibul mengingatkan,
jika anak-anak tersebut tidak terus
dibimbing dan diarahkan, mereka
pun akan “tersesat” sebagaimana
kebanyakan anak-anak muda. Bila
mereka hendak meneruskan sekolah
ke luar Raja Ampat, sebaiknya
masukkan mereka ke pesantren atau
sekolah-sekolah Islam.
Persoalan lain yang ikut
mempengaruhi “hilangnya” Islam di
Waigama —juga Raja Ampat— kata
Shohibul, kondisi perekonomian
masyarakat yang masih lemah.
Ini juga diakui oleh Ketua Al-Fatih
Kaaffah Nusantara (AFKN), Fadzlan
Garamatan. Menurutnya, distrik-
distrik di Raja Ampat yang dipisahkan
oleh laut menyebabkan transportasi
sulit. Akibatnya, barang kebutuhan
pokok juga sulit didapat. Harga-harga
barang tinggi, lapangan kerja terbatas,
dan modal usaha tak ada.
Oleh karena itu, kata Fadzlan,
solusi untuk mengatasi semua ini
adalah kerja yang terintegrasi. Para
mubaligh jelas dibutuhkan oleh
penduduk Raja Ampat. Mereka harus
tinggal bersama masyarakat, bukan
sekadar datang sewaktu-waktu saja.
Sarana pendidikan yang aman
juga mereka perlukan. Setidaknya,
6. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com56
I H W A L
kesadaran masyarakat agar
tidak ceroboh memasukkan
anak-anaknya ke lembaga
pendidikan yang bisa merusak
aqidah perlu ditumbuhkan.
Namun, kata Fadzlan lagi,
penduduk Raja Ampat juga perlu
kejayaan Islam di Raja Ampat.
Jangan biarkan Islam hanya seperti
buih di atas ombak. Penganutnya
banyak tapi sesungguhnya mereka
jauh dari nilai-nilai Islam,” kata
Fadzlan. Mahladi/Suara Hida
yatullah
diberikan jalan keluar dari persoalan
ekonomi yang menghimpit. Mereka
perlu modal dan kecakapan untuk
mengolah sumberdaya yang ada.
“Problematika ini menjadi
tugas seluruh kaum Muslim untuk
mengatasinya. Ayo kita kembalikan
B
agaimana pola dakwah
yang efektif untuk
masyarakat Raja
Ampat?
Kita tahu bahwa
Islam telah lama masuk ke Raja Am
pat. Sejarah mencatat bahwa dulu
Islam telah dibawa oleh masyarakat
Ternate dan Tidore (Maluku).
Namun sekarang ini dakwah
tidak berkembaang di Raja Ampat.
Meskipun Raja Ampat telah menjadi
kabupaten sendiri, terpisah dari
Sorong, namun dakwah tetap tidak
jalan.
Padahal, dibanding masyarakat
Papua di wilayah pengunungan,
masyarakat Raja Ampat lebih maju.
Mereka lebih mudah menerima
informasi. Sementara masyarakat
Papua wilayah pegunungan, seolah-
olah dibiarkan bodoh. Mereka telah
dikorbankan oleh pemerintah.
Jadi, dakwah kepada masyarakat
Raja Ampat sebenarnya lebih
mudah. Sayangnya, sedikit sekali
mubaligh yang mau membina
saudaraa-saudara kita di sana.
Apa tantangan terberat bagi para
dai di Raja Ampat?
Sebenarnya, di manapun dakwah
selalu ada tantangan. Jangan
beranggapan bahwa tantangan
dakwah hanya ada di daerah-
daaerah terpencil seperti Raja
Ampat atau Papua.
Namun fakta memang
menyatakan, jumlah dai yang
mau ditugaskan ke daerah-daerah
terpencil sedikit sekali. Ini bukan
hanya dialami oleh Raja Ampat
dan Papua, tapi juga daerah-daerah
terpencil lainnya di Indonesia.
Jadi, ini masalah nasional,
bukan hanya Papua. Salah satu
penyebabnya, keberpihakan
pemerintah terhadap dakwah
kurang. Apalagi bila pemerintah
dikuasai oleh non-Muslim. Mereka
tak akan peduli pada syiar Islam.
Untunglah saat ini telah ada
beberapa lembaga Islam yang mau
menerjunkan dainya ke Papua.
Mereka berdakwah atas biaya
sendiri, atau dibantu masyarakat,
bukan pemerintah.
AFKN sendiri, misalnya, saat ini
telah mengirimkan dai-dai terdidik
ke Papua, khususnya Raja Ampat.
Kebanyakan mereka berasal dari
Papua itu sendiri. Mereka dididik
di pesantren AFKN di Bekasi, Jawa
Barat, sebelum diterjunkan kembali
ke Papua. Dai-dai tersebut harus
menginap di sana, berbaur dengan
masyarakat, dan memberikan
solusi atas persoalan yang dialami
masyarakat.
Pekerjaan seperti ini tentu saja
tak mudah. Kami harus berusaha
menyadarkan para orangtua agar
mau mengikhlaskan anaknya dididik
oleh kami supaya kelak menjadi dai
yang tangguh. Ini pekerjaan sulit.
Jadi, apakah dakwah ini harus
dimulai dari anak-anak muda?
Ya, kami melakukan hal
itu. Setiap tahun kami melatih
anak-anak muda Papua. Kami
ambil mereka dari pedalaman.
Kami bina agamanya, kami asah
keterampilannya, lalu kami
kembalikan mereka ke Papua.
Tahun ini saja kami meluluskan 100
santri.
Kami berharap mereka kelak
akan melakukan perubahan.
Merekalah yang paling tahu Papua.
Merekalah yang bisa mengubah
daerahnya sendiri.
Tapi harus kami akui, jumlah
anak-anak muda yang mau kami
bina masih sangat sedikit, masih
jauh dari ideal. Kami punya
keterbatasan dana, sebagaimana
dialami juga oleh lembaga-lembaga
dakwah lain yang berkiprah di
Papua.
Tapi saya optimis, jika kita se
mua bersatu, persoalan dakwah di
Raja Ampat, dan Papua umumnya,
bisa kita atasi. Mahladi/Suara
Hidayatullah
FADZLAN GARAMATAN,
Ketua Al-Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN)
Dakwah di Raja
Ampat Sebenarnya
Lebih Mudah