SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Jendela
Keluarga
Dukungan di Saat Sulit

foto: muh abdus syakur/suara hidayatullah

S

eorang anak gadis berusia
22 tahun merasa putus asa.
Hanya dalam semalam ia
merasakan dunianya yang
se­mula luar bia­sa menjadi be­
rantakan. Ia men­ apat informasi bah­
d
wa tu­na­ngan­nya berkhianat. Pa­dahal,
tinggal be­ e­a­ a minggu lagi mereka
b r p
akan menjalani pro­sesi per­ni­ka­han.
Ia berada dalam kondisi yang sa­
ngat mem­rihatinkan. Terbaring le­
p
mah di tem­ at tidurnya tanpa gairah
p
hi­ up. Ia tak mau makan dan minum,
d
bahkan tak mau membuka pintunya.
Tidak ada se­ rang pun yang dapat
o
mem­ antu dia ke­ dari problem
b
luar
besar yang sedang di­ a­ apinya.
h d
Ayahnya kurang berkomunikasi,
namun ia paham apa yang sedang
terjadi dengan putri bungsunya itu. Ia sa­gat ingin
n
membantu meski ke­ gu­
bi­ ngan bagaimana cara
n
memulainya. Ini tentu tidak akan me­ ye­ angkan. Ia ber­
n n
usaha memberi dukungan untuk masa depan anak­ ya
n
tapi dengan cara yang tidak me­ ying­ ung pe­ a­ aan­ ya.
n
g
r s n
Sang ayah mengambil cuti satu hari dan mencoba
menjalankan rencananya. Pagi hari sang ayah menyiapkan
baki berisi sarapan kesukaan putrinya, dan majalah fa­ o­
v
ritnya di depan pintu kamarnya. Ia mengetuk pintu de­
ngan nada riang seolah tak ada masalah.
Ketika pintu tak juga dibuka, ia menyetel lagu ke­ u­
s
kaan anak gadisnya saat SMA yang dulu sering ia suruh
ma­ikan. Sang anak penasaran, akhirnya ia me­ gin­ip
t
n t
dari balik pintu, dan menolaknya de­ gan ala­an tidak
n
s
lapar.
Sang ayah lalu mencoba cara lain. Ia dengan ramah
meminta ijin untuk memeriksa air conditionair-nya. Pu­
tri­ya tak bisa menolak. Setelah memeriksa alat yang
n
tak ada masalah itu, sang ayah mulai mengajaknya ber­
ca­­
kap-cakap. “Sayang, aku sangat sedih dengan apa
yang menimpamu. Aku berharap bisa me­ dungimu
lin­

JULI 2013/SYABAN 1434

dari dunia dan meng­i­­
h langkan rasa
sakitmu. Aku hanya ingin kamu tahu,
aku di sini untukmu, ka­lau-kalau kamu
mem­butuhkan aku.”
Kata-kata ayahnya itu mem­ uat­
b
nya luruh dan menangis. Sang ayah
pun memeluknya. Ia mencurahkan
se­
gala kesedihannya. Sebelumnya
me­­ ka tak pernah sedekat itu. Ayah­
re­
nya bertukar cerita tentang masa
la­nya yang pernah patah hati
lu­­
sebe­
lum menikahi ibunya. Ia juga
menceritakan liku-liku sebelum men­
ja­ i pengusaha yang sukses.
d
Kisah-kisah yang diceritakan ter­
­
sebut membuat anaknya me­sa
ra­
lebih baik dan bisa berpikir jer­ ih. La­
n
lu, anaknya dengan tegas mem­ a­ al­
b t
kan pernikahannya. Ia memutuskan
untuk kuliah dan ber­ sa­ a meraih cita-citanya.
u h
Beberapa tahun kemudian ia berhasil meraih gelar
sarjana dari sebuah universitas dengan predikat sangat
memuaskan. Pada pidato singkatnya ia menuturkan,
“Aku rasa, cinta ayahkulah yang ada untukku selama
keterpurukan diriku yang membantu menuntun aku
pada kesuksesan ini. Terimakasih dan aku mencintaimu,
Ayah, dari lubuk hati yang terdalam.”
Kisah itu diceritakan dalam sebuah buku yang ditulis
oleh seorang ibu dan anak perempuannya, tentang ba­
gai­­ na pentingnya dukungan di saat-saat yang sulit
ma­
bagi anak. Jika sang ayah membiarkan anaknya di saat
yang menentukan itu mungkin keadaannya akan lain.
Tapi yang dilakukannya justru berempati dan mendu­
kung­nya, juga meyakinkan bahwa dirinya sangat men­cin­
tai­ ya. Itulah yang membuat anaknya mampu memilih
n
keputusan yang tepat untuk masa depannya.
senantiasa memberikan bim­ i­
b
Semoga Allah
ngan kepada kita dalam menjalankan amanah sebagai
orang­tua.
Penulis buku “Mendidik Karakter dengan
Karakter”

celah

Oleh Ida S. Widayanti*

67
usrah

Mencairkan
Kebekuan dengan
Makan Bersama
Oleh ABDUL GHOFAR HADI*

Dapat dijadikan sarana
membahas persoalan
keluarga

K

ini, tradisi makan bersama
keluarga rasanya sudah
jarang ditemukan, meskipun
di pedesaan. Orang lebih
asyik dengan televisi,
anak-anak main game dan handphonenya, yang remaja sudah keluar rumah
bersama teman-temannya. Bahkan,
sangat sulit untuk mencari kesempatan
guna menghabiskan waktu dengan
seluruh anggota keluarga secara
bersama-sama.
Belakangan, muncul budaya baru
di kalangan menengah ke atas, yaitu
‘wisata kuliner’. Budaya ini merebak di
kota-kota dan tempat wisata untuk
menikmati aneka ragam makanan.
Bahkan ada sebagian orang yang punya
hobi wisata kuliner.
Setiap ada informasi warung baru,
dengan menu masakan berbeda,
tanpa mempertimbangkan harga,
maka mereka segra berburu untuk
mendatanginya. Setiap saat, makanan
menjadi topik pembicaraan dalam
hidupnya. Ada sensasi dan kebanggaan

68

yang dikejar kalau sudah mencicipi
banyak jenis makanan.
Sebenarnya tak ada yang salah
dengan kuliner, karena terkait
kebutuhan hidup manusia terhadap
makanan. Di samping itu, ia menjadi
bisnis yang menggoda dan membuka
banyak lowongan pekerjaan.
Alhasil, bisnis makanan menjamur
di mana-mana. Dari warung kecil, kaki
lima, restoran, depot, kafe dipadati
antrian pengunjung. Sejak pagi hingga
malam selalu saja ada warung yang
menyediakan berbagai jenis makanan.
Jika keliru, gaya hidup kuliner
dapat memantik masalah tersendiri
dalam kehidupan rumah tangga.
Budaya kuliner bisa merenggangkan
keharmonisan hubungan suami istri
serta mengesampingkan pertumbuhan
mental anak-anak. Secara tidak sadar,
jiwa konsumerisme dan pemborosan
tumbuh dalam kepribadian anak.
Belum lagi ancaman kesehatan yang
riskan dari makanan yang tidak
diketahui bahan dan cara memasaknya.
Bukan Sekadar Tradisi
Mengganggap remeh serta
kesibukan yang padat, seringkali

menjadi alasan keluarga modern
menolak “tradisi” makan bersama di
keluarganya. Tak sedikit pula yang
menganggap buang-buang waktu
saja. Padahal banyak hal yang bisa
didapatkan dari kebiasaan tersebut.
Pertama, menjalin ikatan
emosional antar anggota keluarga. Di
meja makan, masing-masing anggota
keluarga bisa saling melontarkan
obrolan-obrolan ringan atau berbagi
cerita tentang kegiatan harian. Selain
mengenyangkan perut, makan bersama
juga bisa mengenyangkan jiwa. Energi
positif lalu tumbuh dalam keluarga
karena ada interaksi yang erat dan
harmonis sesama anggota keluarga.
Kedua, sebagai wahana diskusi
membicarakan berbagai hal serius
dalam keluarga, misalnya membahas
perilaku anak. Teknologi komunikasi
tidak bisa menggantikan pertemuan
fisik. Saat makan bersama bisa menjadi
sarana yang tepat untuk bicara dari hati
ke hati antar keluarga. Sehingga makan
bersama menjadi media pembelajaran
mentransfer pengetahuan dan rapat
non formal keluarga.
Ketiga, menjernihkan suasana.
Suasana hati yang santai saat makan
membuat otak bisa berpikir dengan

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
FOTo: datastorerediff

Jendela keluarga

jernih sehingga rasa emosional bisa
dihilangkan. Inilah seninya makan
bersama keluarga, semua hal bisa
diungkapkan dengan hati terbuka
karena semua rileks.
Keempat, mengontrol pola dan
porsi makan yang standar. Salah satu
faktor munculnya penyakit adalah pola
makan yang tidak jelas waktunya dan
porsi makan tidak terkontrol. Adanya
kegiatan makan bersama bisa menjadi
latihan kedisiplinan dari anggota
keluarga untuk belajar berkomitmen.
Kelima, melatih kemandirian dan
menghindari pemborosan. Secara
tidak sadar, memasak sendiri di dapur
menjadi sarana belajar mandiri dan
melatih keahlian memasak kepada
anak-anak. Dijamin, makan bersama
juga jelas lebih hemat daripada kuliner
di luar rumah.
Keenam, jaminan keberkahan dari
Allah saat makan bersama. Dari Wahsyi
bin Harb, “Sesungguhnya para Sahabat
Rasulullah
pernah mengadu, ‘Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami makan
namun tidak merasa kenyang.’ Nabi
bersabda, ‘Mungkin kalian makan
sendiri-sendiri?” “Betul”, kata para
Sahabat. Nabi lalu bersabda, ‘Makanlah
bersama-sama dan sebutlah nama
Allah sebelumnya tentu makanan
tersebut akan diberkahi.” (Riwayat Abu
Daud no. 3764 dan dinilai shahih oleh
al-Albani).
Dalam Hadits yang lain,
“Berkumpullah ketika makan dan

JULI 2013/SYABAN 1434

“Berkumpullah
ketika makan
dan bacalah
nama Allah,
maka Allah akan
memberkati
kalian dalam
makanan itu.”
(Riwayat Abu Daud dan Ahmad).

bacalah nama Allah, maka Allah akan
memberkati kalian dalam makanan
itu.” (Riwayat Abu Daud dan Ahmad).
Tips Memulai Makan Bersama
Berikut ini beberapa langkah untuk
menjadikan makan bersama di rumah
sebagai tradisi. Pertama, komitmen
dan konsisten dari seluruh anggota
keluarga yang tentu dikomandani oleh
ayah dan ibu. Komitmen sebagai awal
kesepakatan penting bagi keluarga
besar. Jumlah anggota keluarga yang
tidak sedikit tentu berbeda dengan
keluarga kecil, yang relatif lebih mudah
mengaturnya. Komitmen untuk makan
bersama pada hari-hari yang disepakati,

tentu lebih baik jika memang tidak bisa
berkumpul setiap hari. Manfaatnya
kian terasa jika jadwalnya disusun
teratur dan bukan hanya sekali seumur
hidup.
Kedua, komunikasi efektif. Apalah
arti makan bersama jika ternyata
suasana hanya diam dan kaku.
Makanan selezat apapun jadinya tidak
terasa nikmat. Dibutuhkan suasana
kebersamaan yang utuh, tidak sekadar
fisik saja. Tapi fikiran dan konsentrasi
hendaknya menyatu semua saat makan
bersama. Kalau perlu tidak ada yang
pegang HP, mengobrol sendiri, televisi
dimatikan, tidak main game, atau
terlambat datang.
Ketiga, kompetensi istri dalam
memasak dan menghidangkan
makanan yang bergizi dan bervariasi.
Inilah kemampuan dasar dari
seorang ibu rumah tangga untuk bisa
merangsang anggota keluarganya
menjadi penikmat kuliner di rumah,
tidak di warung, atau rumah makan.
Mungkin bagi wanita karir,
berpendidikan dan kemampuan
ekonomi menengah ke atas bisa
terbantu dengan adanya pembantu.
Tapi pasti ada perbedaan tersendiri
ketika saat-saat tertentu seorang
ibu memasak dan menghidangkan
makanan untuk anggota keluarganya.
Sisi positif dari gaya hidup kuliner
bisa memperkaya kemampuan seorang
ibu rumah tangga dalam memasak
makanan dengan variasi yang lebih
banyak. Citra rasa makanan yang sedap
tentu semakin mengakrabkan suasana.
Sesekali ada kejutan dengan menu
yang berbeda. Kuliner bukan sekedar
konsumtif atau menjadi komentator
masakan ini dan itu.
Sebagai penutup, Nabi Muhammad
sebagai panutan kita ternyata juga
punya kebiasaan makan bersama.
Abdullah bin Sa’ad menceritakan, “Aku
bertanya kepada Nabi
tentang
menemani makan istri yang haidh, Nabi
bersabda, ‘Temanilah makan istri yang
sedang haid.” (Riwayat at-Turmudzi,
Abu Daud, dan Ibn Majah, hadits
hasan). Dosen tinggal di Balikpapan

69
mar’ah

Ketika  Istri Harus

Memilih Bekerja 
Oleh SHOLIH HASYIM*

Islam membolehkan istri
bekerja asal memenuhi
syarat.

B

iaya hidup untuk memenuhi
beragam kebutuhan saat ini
kian tahun selalu meningkat.
Karena alasan inilah banyak
istri turut membantu suami
mencari nafkah.
Berkaitan dengan hal ini kemudian
muncul pertanyaan, apakah Islam
membolehkannya?
Islam tidak melarang seorang istri
be­ erja. Bukankah putri Rasulullah
k
, Fa­ imah, mendapatkan upah dari
t
hasil menumbuk gandum? Kisah istri
Nabi Ayub
yang bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga ketika
Nabi Ayub
tengah sakit, juga
contoh bagaimana istri mengambil
peran dalam memenuhi kebutuhan
keluarga.
Namun tentunya Islam sebagai
agama yang sempurna dan komplit
memberikan petunjuk dan arahan apa
dan bagaimana sebaiknya Muslimah
bekerja. Tidak hanya batasan mengenai
pekerjaan apa yang baik dan apa
yang harus dihindari, tetapi Islam
pun memberikan panduan tentang
penghasilan serta harta seorang
Muslimah yang bekerja.
Tugas atau peran utama yang harus
dijalankan oleh seorang Muslimah

70

yang telah menjadi istri dan ibu
adalah mengurus rumah tangga,
mendidik anak, menjaga harta suami,
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
rumah yang tak kalah beratnya dari
pekerjaan suami.
Seorang istri tidak memiliki
kewajiban mencari nafkah, karena
kewajiban ini telah dibebankan kepada
suami.
“Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf.” (Al-Baqarah
[2] : 233)
Yang berkewajiban memberikan
nafkah kepada istri dan anak-anak
seperti yang diperintahkan dalam ayat
di atas adalah suami. Dan kewajiban
tersebut tetap berlaku meski suami
miskin atau istri dalam keadaan kaya/
berkecukupan.
 “Hendaklah orang yang
mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekadar apa yang Allah “
berikan kepadanya. “Allah kelak akan
memberikan kelapangan sesudah
kesempitan.” (Ath-Thalaq [65] :7)
Mengenai besaran nafkah yang
harus diberikan suami untuk keluarga,
menurut beberapa ulama disesuaikan
dengan kebutuhan, kondisi dan

kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Hal ini sesuai dengan Hadits, “Ambilah
nafkah yang mencukupimu dan
anakmu dengan cara yang baik.”
(Riwayat Bukhari)
Standar minimal bagi seorang
suami dalam memberikan nafkah
kepada keluarga adalah batas
kecukupan. Tidak ada jumlah yang
pasti untuk nafkah karena perbedaan
waktu, kebiasaan, murah dan mahalnya
barang kebutuhan.
Jika istri terbiasa dengan
adanya khadimah (pembantu rumah
tangga), suami pun dianjurkan untuk
dapat memenuhinya. Namun hal ini
tentu kembali kepada kemampuan dari
suami.
“Orang yang mampu menurut
kemampuannya dan orang miskin
menurut kemampuannya (pula).” (AlBaqarah [2]: 236)
Boleh Bekerja, Asal…
Para ulama berpendapat bahwa
melakukan pekerjaan rumah bukan
kewajiban istri. Namun, hal itu
dianjurkan sebagaimana kebiasaan
yang berlaku dan istri mendapat pahala
dengan mengerjakan pekerjaan rumah
secara ikhlas.
Muslimah, ketika telah berkeluarga,
tugas utamanya adalah melayani
suami, melahirkan dan merawat serta
mendidik anak-anak, dan menjaga

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
Jendela keluarga
rumah, harta dan kehormatan suami.
Namun dalam kondisi tertentu,
Islam tidak melarang seorang
istri untuk bekerja di luar rumah.
yang terpenting, seorang istri
yang memutuskan bekerja di luar
bukan untuk mengejar karir. Sebab
bila tujuannya ini, dampak yang
ditimbulkan tidak kecil. Biasanya,
karena salah niat maka sebuah keluarga
akan berantakan karena istri bekerja di
luar.
Sebelum seorang istri memutuskan
untuk bekerja di luar rumah, ada
baiknya melihat beberapa faktor yang
dibolehkan syar’i.
Pertama, suami kesulitan memberi
nafkah istri dan keluarganya. dalam
hal ini syariat memberi pilihan bagi
istri antara mengajukan fasakh atau
tetap bertahan. Jika ingin bertahan, istri
boleh membantu suaminya bekerja.
Kedua, istri memiliki utang yang harus
dilunasi sehingga ia dibolehkan bekerja
untuk menutupi utang tersebut.
Selain kedua hal tersebut, ada
kaidah­kaidah bagi seorang istri yang
perlu diperhatikan ketika bekerja
di luar rumah untuk menghindari
berbagai sisi negatif. di antara kaidah
tersebut yaitu, mengenakan pakaian
syar’i dan tidak berbaur dengan
kaum lelaki yang bisa menimbulkan
kerusakan. Suami juga tahu tempat
kerja istrinya dan telah memberikan
izin. Terlebih ketika suami tergolong
kaya dan mampu memberi nafkah.
Lain soal ketika suami miskin dan tidak
mampu memberi nafkah, maka suami

tidak boleh melarang istrinya bekerja.
Selain itu, seorang Muslimah yang
bekerja harus mengindahkan etika­
etika islami dalam berinteraksi dengan
orang lain. Misalnya menjawab salam,
menundukkan pandangan, tidak
menggunjing orang lain, menghindari
berduaan dengan lelaki yang bukan
mahram. Juga saat bicara harus tegas
tanpa dibuat­buat atau dengan tutur
kata lembut saat berbicara dengan
lelaki.
Selain itu, sebelum keluar
meninggalkan rumah harus
memastikan makanan untuk anak­
anak dan penjaga mereka. Misalnya,
dititipkan pada keluarga atau orang
yang bisa dipastikan anak­anak aman
selama si ibu bekerja. Atau dititipkan
pada pembantu dengan catatan si
pembantu bisa dipercaya dan amanah.
Bisa juga menitipkan ke lembaga
pendidikan dan tempat­tempat
pengasuhan anak yang terpercaya.
Hal tersebut untuk menghindari
apa yang dikatakan rasulullah ,
“Cukuplah dosa bagi seseorang dengan
menyia­nyiakan orang yang menjadi
tanggungannya.”
Meski bekerja, istri harus
menunaikan hak suami di rumah.
Bekerja di luar tidak boleh membuat

istri lalai dalam menunaikan hak suami,
misalnya tidak pulang dalam jangka
waktu lama saat suami berada di
rumah. Khususnya ketika suami sangat
memerlukan keberadaannya. dan yang
tak kalah penting, tetap bertakwa
dalam melakukan
kepada Allah
pekerjaan dengan menunaikannya
secara baik karena pekerjaan yang
ditugaskan merupakan amanat.
Jika syarat­syarat yang disebutkan
di atas telah terpenuhi, maka sah­sah
saja seorang istri bekerja di luar rumah
tanpa risiko apapun. dan jika ada
kesepakatan antara suami­istri untuk
turut bersama memenuhi kebutuhan
keluarga di atas, prinsip saling kasih
sayang (tawashau bil marhamah)
adalah solusi yang terbaik.
Penting diperhatikan bagi seorang
istri yaitu mengutamakan pemenuhan
kebutuhan keluarga dan rumah tangga,
bukan hanya menuntut nafkah kepada
suami untuk hal­hal yang sifatnya cuma
pelengkap dan untuk penampilan atau
kesenangan semata. Wallahu a’lam.
Dai, pengasuh pesantren, tinggal di
Kudus

“Dan kewajiban ayah
memberi makan dan
pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf.”
(Al­Baqarah [2] : 233)

JUlI 2013/SyaBan 1434

71
tarbiyah

Memupuk
Percaya Diri
Anak
Oleh KARTIKA TRIMARTI*

Mulanya dari mau
menerima dan menghargai,
lalu berlanjut pada
membangkitkan mimpi.

R

emaja kelas tiga Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
itu diam. Fasilitator materi
yang berdiri di hadapannya
menatap seolah tak percaya.
Dengan bahu yang bersandar, remaja
itu menatap ke arah lain. Mungkin
karena merasa tak nyaman dengan
kebekuan yang diciptakannya, murid
sebuah sekolah ternama itu kemudian
berkata, “Bener deh Kak... saya nggak
tahu apa kelebihan saya.”
Belum sempat fasilitator itu
menjawab, tawa pecah membahana
di dalam ruang pelatihan tersebut.
Ternyata ada murid lain tak sengaja
menjatuhkan handphone (hp)
miliknya. Bukan jatuhnya hp itu yang
membuat teman-temannya tertawa
riuh-rendah, melainkan hp itu ternyata
adalah sebuah hp cdma tanpa kamera
bermodel jadul (jaman dahulu). Maka,
jadilah murid ber-hp jadul itu menjadi
bahan olok-olok teman-temannya.
Sang fasilitator tercenung,
menghadapi kondisi yang di luar
dugaannya tersebut. Kenyataan
tentang seorang murid yang tak tahu

72

apa yang dapat dibanggakan dari
dirinya, meski ia bersekolah di sekolah
swasta ternama. Hingga mereka yang
menertawai ramai-ramai temannya
yang membawa hp yang menurut
mereka nggak keren. Padahal, sejatinya
mereka adalah aset umat yang akan
menjadi “hari esok” bagi Din ini.
Mereka yang dengan segala kelebihan
finansial mampu mendapatkan apa
yang mereka inginkan.
Mempesona Bak Mush’ab
Namun, Islam memang tidak
pernah mencatat sejarah orangorang yang “besar maknanya” hanya
karena kaya. Bahkan mereka yang
kaya pun tidak lantas menjadi orang
dan Rasul-Nya
yang dicintai Allah
hanya karena harta. Mereka justru
menemukan kepercayaan diri dan
kebanggaan ketika mereka dapat
melepaskan diri dari kungkungan harta.
Tengoklah catatan sejarah tentang
seorang anak muda bernama Mush’ab
bin Umair. Pemuda Quraisy yang besar
dalam limpahan harta. Yang membuat
setiap pemuda Makkah bermimpi
untuk dapat hidup sepertinya. Dialah
pemuda yang menjadi buah bibir
semua orang karena kecerdasannya,
kemuliaan di mata kaumnya,
ketampanan, dan keanggunannya.
Namun, demi iman pada Allah
dan Rasul-Nya, Mush’ab dengan

mudah meninggalkan semua itu dan
memilih untuk berhijrah ke Habasyah.
Saat ia kembali dari Habasyah dan
berkumpul kembali dengan Rasulullah
, para sahabat tak kuasa menanahan
tangis karena haru. Anak muda yang
sebelumnya dikenal sebagai pujaan
kota Makkah, yang selalu tampil necis
dan mempesona, sekarang hanya
mengenakan kain kasar yang penuh
tambalan dan berdebu.
Namun, dia tetaplah Mush’ab yang
cerdas dan menawan. Dengan jiwa
yang telah bertambah matang dan
langkahnya yang semakin tegap karena
iman, ia pun tampil sebagai duta
Rasulullah
untuk menyampaikan
Islam kepada penduduk Yatsrib.
Menghadapi para pembesar Yatsrib.
Meski banyak di antara para sahabat
yang lebih senior dan berasal dari
keluarga Rasulullah , Mush’ab
tetaplah yang terpilih untuk menjadi
duta Rasulullah , di negeri yang
diprospek sebagai tempat tumbuh
suburnya Islam. Dengan penampilan
dan kekayaan yang sangat bersahaja,
Mush’ab justru menjelma menjadi
orang yang besar dalam sejarah
manusia.
Kenali Fungsi Orangtua
Maka, karena tak diizinkan untuk
berandai-andai, sekaranglah tugas
kita untuk mempersiapkan generasi

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
FOTo: DADANG KUSMAYADI/SUARA HIDAYATULLAH

Jendela keluarga
semenawan Mush’ab bin Umair.
Langkah pertama adalah mengenali diri
kita sendiri sebagai orangtua.
Masih dalam suasana pelatihan
di SMP ternama tadi, sang fasilitator
sempat bertanya pada para peserta
pelatihan, dengan siapa mereka biasa
belajar di rumah. Si fasilitator bertanya,
apakah mereka belajar dengan
guru privat, sebagian menjawab iya.
Sebagian diam. Ketika ditanya, apakah
mereka belajar dengan orangtua?
Maka, jawabannya pun kompak, tidak.
Ternyata, ketidakhadiran orangtua
terutama ibu sebagai madrasah
pertama bagi anak ini pun tak hanya
datang dari faktor orangtua tetapi
sekarang didukung oleh sebuah
program sekolah: “Tak Perlu Dibantu Di
Rumah”. Dan, salah satu sekolah yang
mendidik anak-anak usia dini ini pun
dengan bangga menyatakan, program
itu dicanangkan berdasarkan fenomena
bahwa orangtua seringkali tidak sabar
menghadapi anak karena “kesibukan”.
Lalu siapa yang sebenarnya disebut
sebagai orangtua?
Padahal anak lahir dengan berjuta
keajaiban yang dibekalkan Allah

JULI 2013/SYABAN 1434

kepada mereka. Mereka sangat
antusias, percaya diri, dan tak kenal
lelah untuk belajar. Hati mereka
penuh dengan cita-cita, keinginan,
dan kegembiraan. Hanya saja
terkadang, kitalah yang tak mengenali
keistimewaan yang diberikan Allah
kepada kita. Keistimewaan sebagai
orang yang paling memahami anak kita
dan – sebenarnya – sebagai orang yang
paling mau menerima anak-anak kita
apa-adanya. Namun, karena mendengar
kata orang, maka kita pun berubah
menjadi orangtua yang ingin anak kita
menjadi “mereka”.
Kenalilah diri kita saat ini sebagai
orangtua. Maka, anak-anak kita pun
akan tumbuh mengenali diri mereka
sebagai ciptaan terbaik-Nya dengan
berbagai kelebihan. Kenalilah diri kita
sebagai orangtua Muslim yang harus
mencukupkan diri dengan kebanggaan
mendidik mereka dengan cara-cara
Islam. Maka, anak-anak kita pun akan
tumbuh menjadi pemuda-pemuda
yang dadanya penuh dengan ruh
kebanggaan mereka menjadi Muslim.
Pemuda yang potensinya dibaktikan
bagi kemaslahatan, sekaligus tunduk

kepada kehendak Pencipta-Nya. Maka,
cukupkanlah diri kita hanya sebagai
orangtua Muslim yang mencukupkan
Islam saja sebagai barometer kehidupan
kita dan anak-anak kita.
Wasiat Rasulullah
Ingatlah wasiat Rasulullah SAW
yang mulia, bahwa menjadi Muslim
atau tidak anak-anak kita kelak, di
tangan kitalah awalnya. “Tidaklah
setiap anak yang lahir kecuali
dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Maka kedua orangtuanyalah yang
akan menjadikannya sebagai Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan
melahirkan anaknya yang sempurna,
apakah kalian melihat darinya buntung
(pada telinga)?” (Riwayat Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad,
dan Imam Malik).
Selanjutnya, bangunlah
kepercayaan diri mereka dengan
mimpi-mimpi karena Ilaahi. Layaknya
seorang Muhammad Al-Fatih II yang
semenjak dini telah bermimpi untuk
menghancurkan Konstantinopel.
Kakeknyalah yang telah melakukan
itu semenjak Al-Fatih masih
dalam gendongannya. Setiap hari,
kakeknyalah yang membisikkan bahwa
suatu hari kelak, Al-Fatih-lah yang
akan menghancurkan benteng ibukota
imperium Romawi tersebut. Impian
itu kelak terwujud di kemudian hari
dengan strategi yang belum pernah
terpikirkan oleh siapapun sebelumnya.
Hanya orang-orang dengan iman
penuh dan kepercayaan diri luarbiasalah yang dapat menemukan cara
brilian untuk mewujukan mimpinya.
Maka, kerja besar itupun dimulai
dari sekarang. Dari sejauhmana kita
mau mengenali anugerah amanah
kita saat ini sebagai orangtua, hingga
anak-anak kita mengenali berbagai
kebaikan dan kelebihan mereka. Lalu,
setulus apa kita bangkitkan mimpimimpi terindah mereka agar terwujud
menjadi persembahan terbaik pada
Rabbnya. Ibu rumah tangga tinggal di
Bekasi, Jawa Barat

73
kolom parenting

Segenggam Iman
Anak Kita
Oleh FaUZIl adhIM | FOtO MUh. aBdUS SyaKUR

A

pakah yang dapat
kita renungkan dari
kisah Nabi Nuh dan
Nabi Luth ‘ ? Ke­
duanya adalah nabi
yang Allah Ta’ala
berikan kemuliaan amat tinggi. Ke­
duanya adalah rasul, orang yang diutus
Allah ‘ untuk menyampaikan risalah
agar orang­orang yang ingkar kepada
Allah Ta’ala menjadi manusia beriman.
dan seorang nabi, akhlaknya pasti
terjaga, imannya sudah jelas luar biasa
dan ibadahnya tak perlu kita ragukan.
Mereka berdua adalah manusia
pilihan sepanjang zaman. Jangan tanya
kesungguhan keduanya bermunajat
kepada Allah. Tetapi itu semua tak
mencukupi untuk mengantarkan anak­
anak agar menjadi manusia beriman.
Kita belajar dari sejarah agama ini
betapa putra kedua nabi ini justru
termasuk ahli neraka dengan siksa yang
kekal. Na’udzubillahi min dzaalik.
Mengapa bisa demikian? Mari
sejenak kita renungi firman Allah,
“Allah membuat istri Nuh dan istri
Luth perumpamaan bagi orang-orang
kafir. Keduanya berada di bawah
pengawasan dua orang hamba
yang saleh di antara hamba-hamba
Kami; lalu kedua istri itu berkhianat
kepada kedua suaminya, maka kedua
suaminya itu tiada dapat membantu
mereka sedikit pun dari (siksa) Allah;
dan dikatakan (kepada keduanya);
‘Masuklah ke neraka bersama orang-

74

orang yang masuk (neraka)’.” (At­
Tahriim [66]: 10)
Apa yang dapat kita renungkan dari
ayat ini? Ada beberapa hal. Sebagian
di antaranya betapa kita amat perlu
bersungguh­sungguh mendidik
anak­anak kita dan menghindarkan
mereka sejauh­jauhnya dari siksa
neraka. Jika hari ini kita tak tega
melihat penderitaan mereka di dunia,
lalu merasa amat khawatir dengan
“masa depan mereka” sesudah dewasa
nanti, maka tegakah kita membiarkan
wajahnya melepuh dibakar api neraka?
Sedangkan seorang nabi pun tak
sanggup mengelakkan anaknya dari
siksa neraka jika tak ada iman di hati
orang yang amat dicintai tersebut.
Ayat ini secara jelas menunjukkan
kepada kita betapa khianatnya seorang
istri akan meruntuhkan bangunan iman
di rumah kita, meski kita tak putus
berdakwah dan tak lelah menyampai­
kan risalah­Nya. Segenggam iman anak
kita akan terlepas begitu saja jika istri
tak satu kata dengan suami. Ayahnya
memang beriman, tapi ibu yang setiap
saat mendekap dan mengasuhnya
terlepas dari iman, sehingga anak pun
tak sanggup menggenggam iman
kepada Allah Ta’ala.
Jelas, ketika ayah dan ibu sudah
tidak sejalan, maka segenggam iman di
hati anak tak dapat tumbuh mengakar
dengan kuat. Maka, apakah yang dapat
kita renungkan untuk kita hari ini?
Apakah yang dapat kita renungkan

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
Jendela keluarga
tentang anak­anak kita?
Cara paling aman yang dapat
kita lakukan agar anak tak terpapar
pengaruh dari luar adalah mendidik
sendiri anak kita di rumah. Tidak
mengirim mereka ke sekolah. Tetapi
ada syaratnya.
Pertama, kita memang harus be­
nar­benar mengilmui apa yang kita
akan ajarkan sekaligus mengilmui ba­
gaimana mengajarkannya kepada anak.
Kedua, kita harus dapat menjamin
bahwa orang­orang yang tinggal
serumah dengan kita juga harus sejalan
dan sepaham dengan kita.
Ketiga, kita mendidik
mereka secara total sehingga
anak­anak memperoleh bekal
yang mencukupi.
Nah,
pertanyaannya,
siapkah kita
untuk itu

JUlI 2013/SyaBan 1434

semua? Jika tidak, maka pilihan kita
adalah secara sengaja mengizinkan
orang lain mempengaruhi anak kita
melalui sekolah. Merekalah guru­guru
yang memang secara khusus belajar
bagaimana mendidik anak. Tetapi ini
pun tidak cukup. Jika guru hanya me­
ngajarkan materi pelajaran, sementara
mereka tak punya komitmen yang
tinggi dan kepedulian terhadap iman
anak­anak kita, maka jangan terkejut
jika anak­anak fasih berbicara tetapi
hampa imannya. Mereka pandai
berbicara tentang agama, tapi tak
meyakininya sepenuh jiwa.
Selain guru, ada sumber pengaruh
lainnya yang potensial. Anak pasti akan
bergaul dengan teman­temannya.
Mereka berasal dari latar belakang
keluarga yang berbeda­beda. Maka
ketika datang ke sekolah, mereka
juga membawa kebiasaan, budaya,
cara pandang, dan bahkan keyakinan
keluarga ke sekolah. Nilai­nilai yang
mereka dapatkan dari rumah, akan
mereka tawarkan kepada teman­
temannya di sekolah. Saling pengaruh
akan terjadi. Pertanyaannya, kita­kira
anak kita termasuk yang mudah
terpengaruh ataukah yang paling
banyak mempengaruhi temannya?
Kira­kira, pengaruh baik ataukah
buruk?
Pergaulan anak dengan temannya
boleh jadi menguatkan atau sebaliknya
melemahkan nilai­nilai yang kita
tanamkan dari rumah maupun yang
dibekalkan oleh guru di kelas. Kita
dapat menyalahkan teman­temannya,
bahkan orangtua mereka, manakala
anak kita menjadi buruk setelah
bergaul dengan teman­temannya. Tapi
ada satu pertanyaan yang perlu kita
jawab dengan pikiran jernih dan hati
yang bersih, mengapa teman­temannya
dapat meruntuhkan apa yang telah kita
tanamkan? Apakah yang menyebabkan
anak lebih mempercayai temannya?
dan apa pula yang menjadikan
perkataan kita lebih dipegangi dengan
penuh rasa hormat.
Secara sederhana, jika anak­anak
memiliki kedekatan emosi yang kuat

dengan kita dan melihat kita sebagai
sosok yang jujur, maka anak akan lebih
mendengar perkataan kita. Nasehat
kita akan mereka perhatikan. Bahkan
jika anak melihat orangtua sebagai
sosok yang mengagumkan, mereka
akan berusaha meniru dan menjadikan
kita sebagai panutan. Pun demikian
dengan guru, jika anak melihat guru
sebagai figur yang layak dipercaya dan
dihormati, pengaruh guru akan kuat.
Karenanya, orangtua dan guru memiliki
tugas untuk saling menguatkan
kepercayaan anak terhadap keduanya.
orangtua menumbuhkan kepercayaan,
penghormatan dan ikatan emosi
anak terhadap guru. Sementara
guru semenjak awal menanamkan
kepercayaan, kecintaan dan keinginan
untuk senantiasa berbuat kebajikan
kepada kedua orangtua (birrul
walidain).
Ada tiga kebutuhan psikis anak
yang harus kita perhatikan. Jika
kebutuhan ini tak terpenuhi, maka
temannya akan lebih berpengaruh
daripada orangtua maupun guru. Jika
kebutuhan tersebut hanya terpenuhi di
rumah, maka orangtua akan menjadi
figur yang berpengaruh, tetapi anak
masih cukup mengkhawatirkan di
sekolah. Pengaruh orangtua akan
melekat lebih kuat jika mampu
membangun kedekatan emosi
yang kuat sekaligus memenuhi tiga
kebutuhan anak tersebut.
Sebaliknya, jika anak tak
memperoleh pemenuhan atas
kebutuhannya di sekolah saja, maka
guru akan berperan sangat penting
dalam membentuk kepribadian anak.
Lalu apa tiga kebutuhan yang perlu
kita perhatikan tersebut? Pertama,
anak perlu menyadari dan meyakini
bahwa ia memiliki kemampuan yang
bermanfaat. Kedua, anak mampu
menjalin hubungan yang nyaman
dan bermartabat dengan orangtua
dan/atau guru. Ketiga, anak memiliki
kebutuhan untuk memiliki peran atau
sumbangsih yang berharga, baik di
rumah maupun di sekolah.
Nah. Wallahu a’lam bish-shawab.

75
profil

Cigdem Topcuoglu

Ridha
Suami
di Mavi
Marmara
“Saat Anda berbaring
dirawat, saya dan jenazah
suami saya tepat di bawah
kaki Anda,” kata Cigdem
Topcuoglu, janda dari
Cetin Topcuoglu, salah satu
syuhada Mavi Marmara yang
diserang komando Angkatan
Laut Zionis Israel pada 31
Mei 2010.

76

H

al itu diutarakan
Cigdem saat
mengawali wawancara
dengan Surya fachrizal,
wartawan Suara
Hidayatullah yang berkesempatan hadir
untuk bersaksi dan meliput sidang
ketiga kasus serangan Mavi Marmara di
Istanbul, Turki, 20 ­ 21 Mei 2013 lalu.
Jika Surya mendapat satu peluru
di dada kanan, Cetin tertembus tiga
peluru. Satu di kepala, satu di badan,
dan satu di perut. Berikut kisahnya
untuk Anda.
di persidangan itu Cigdem berkata
tegas kepada hakim, “Pak Hakim,
sekarang Anda kapten kapalnya.”
Cigdem menjelaskan, kalimat itu
menegaskan kepada hakim bahwa
tanggung jawab membebaskan Gaza

dari blokade Zionis kini ada padanya.
“Apakah dia akan mengarahkan
kapal tersebut (pengadilan) ke tujuan
yang semestinya: kebebasan bagi rakyat
Gaza, atau tidak,” jelas Cigdem yang
bersama suaminya semasa hidup,
adalah atlet dan pelatih tim nasional
taekwondo Turki. Bisa jadi, mental
sebagai atlet taekwondo ini yang
membuatnya bisa berkata tegar di muka
hakim dan membuat sang hakim serius
mendengarkan kesaksiannya. Bukan
cuma mental, ingatan Cigdem juga
kuat. Buktinya, dia mampu mengingat
dengan detil serangan brutal Israel
di Laut Tengah tiga tahun lalu itu,
termasuk mengingat wajah Surya.
Meski demikian, Cigdem yang juara
Kejuaran Taekwondo Eropa 2008 ini
tetaplah istri yang berusaha taat kepada

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
Jendela keluarga
suaminya. Kata Cigdem, sebelum
suaminya ditolong relawan lain di kapal
Mavi Marmara, dialah yang pertama kali
menemukan Cetin terkapar tak bergerak
usai menolong aktivis­aktivis lain yang
terluka. dia bahkan sempat melakukan
bantuan nafas buatan atau CPr.
“Saat melakukan CPr kedua, saya
merasakan sesuatu di tangan saya. Ter­
nyata ada peluru yang menembus kepa­
lanya. Setelah itu darah keluar dari mulut
dan hidungnya,” tutur ibu satu putra ini.
Karena Cetin masih bernafas, dia
meminta dokter memberikan oksigen
kepadanya. Namun Cigdem juga sadar,
peluang selamat untuk Cetin sangat
tipis karena tiga peluru telah menembus
tubuhnya.
“Cetin, tolong katakan kata­kata
terakhir untukku. Aku tahu kau akan
meninggalkan kami,” katanya sambil
berdoa kepada Allah
agar suaminya
bisa menjawabnya.
Kemudian, kata Cigdem, suaminya
bergumam, “Aku ridha kepadamu, dan
semoga Allah juga ridha kepadamu. Aku
telah memaafkan semua kesalahan yang
mungkin telah kau lakukan.”
Kata Cigdem, hal terakhir yang
dia katakan ke Cetin adalah minta
dititipkan salam kepada Nabi
Muhammad . “Kemudian saya tutup
matanya dan pergi,” tutur Cigdem.

foTo : ISTIMEWA

peMiMpin relaWan pereMpuan
Secara terpisah, Santi Soekanto,
wartawan senior asal Indonesia yang
bergabung dalam misi Gaza freedom
flotilla mengatakan, Cigdem adalah

Cigdem bersama anak dan suaminya (alm)

JUlI 2013/SyaBan 1434

koordinator para aktivis perempuan di
kapal Mavi Marmara. Santi menggam­
barkan Cigdem sebagai perempuan
paruh baya dengan alis tebal yang men­
jadi “induk” bagi semua perempuan di
atas Mavi Marmara.
“di bawah kepemimpinannya, dek
perempuan Mavi Marmara berubah
menjadi ‘pesantren putri’ yang setiap
santriwatinya mendapatkan tugas
dan kewajiban masing­masing,” kata
Santi yang juga aktif sebagai pengurus
organisasi Sahabat Al Aqsha ini.
Kata Santi, selama menjadi koor­
dinator perempuan di kapal, Cigdem
terlihat nyaris tak pernah istirahat. Saat
kapal diserang, Cigdem sibuk mondar­
mandir meneriaki semua anak buahnya
untuk memakai pelampung dan segera
berlindung ke dek perempuan.
Cigdem sendiri mengatakan, “Saat
serangan itu saya menutup pintu besi
dek perempuan dan melarang mereka
keluar dari dek tersebut.” Karena Cigdem
mendapati Santi di luar dek perempuan,
Santi pun kena labrak. Tetapi akhirnya
Cigdem bisa memahami kerja jurnalistik
Santi bersama dzikrullah, suaminya.
Santi menceritakan, saat kapal
sepenuhnya dikuasai serdadu bajak laut
Zionis, dia melihat Cigdem bersimpuh
di dekat jenazah suaminya yang sudah
dirapikan dan diselimuti oleh para
relawan lainnya. “dia membelai wajah
dan rambut sang suami dan menyeka
airmatanya sendiri,” cerita Santi.
Kata Santi, beberapa aktivis putri
menceritakan kepadanya, Cigdem tidak
mau berlama­lama menerima ucapan
belasungkawa. “Saya menyaksikan
sendiri betapa justru kemudian dia
sibuk merawat puluhan relawan lainnya
yang luka­luka,” aku Santi.
Saat dipenjara, Santi menambahkan,
bersama ratusan aktivis lainnya di
Bersheva, Cigdem diinterogasi dan
diintimidasi. Cigdem juga sempat
mogok makan dan menolak dideportasi
oleh Zionis ke Turki untuk menuntut
pengembalian jenazah suaminya. Pada
akhirnya Zionis memenuhi tuntutan
Cigdem.
ditanya soal kompensasi, Cigdem

menjawab tidak akan mau menerima
uang kompensasi dari Israel atas
pembunuhan suaminya itu. dia juga
bilang, kalau Israel lebih dulu memberi
kompensasi atas seluruh orang Palestina
yang mereka bunuh sejak proklamasi
Israel tahun 1948, baru dia berpikir
untuk menerimanya.
juara TaekWondo
Cigdem dilahirkan tahun 1965 di
Provinsi Adana, kota terbesar keempat
di selatan Turki. dia juara taekwondo
tingkat nasional tahun 2011, juara dunia
pada tahun 2008, juga pernah menjadi
juara Eropa dua kali. dia juga aktif
sebagai pelatih taekwondo di universtas
Cukurova, di Adana.
dia bergabung dengan misi Gaza
freedom flotilla bersama suaminya,
Cetin Topcuoglu, kelahiran 1956, yang
juga atlet sekaligus pelatih tim nasional
taekwondo Turki. Cigdem dan Cetin
dikaruniai seorang putra bernama Aytek
Topcuoglu, kelahiran 1984, yang juga
juara ketiga nasional olah raga Kick
Boxing.
“Saat ini Aytek menjadi tenaga
keamanan khusus untuk Presiden IHH,
Bulent yildirim,” kata Cigdem.
IHH adalah singkatan dari Insani
Hak ve Huriyetlere Insani yardim Vakfi,
lembaga kemanusiaan terbesar di Turki
yang mengorganisir misi Gaza freedom
flotilla.
Cigdem mengatakan kehidupannya
saat ini membaik. “Kami baik­baik saja,”
kata Cigdem. Hanya saja, aktivitasnya
melatih taekwondo di universitas Cuku­
rova dihentikan tanpa alasan yang jelas.
Saat ini, Cigdem mengurus yayasan
bantuan sosial dan mengelola klub olah
raga sekaligus melatih taekwondo di
klub itu.
dia juga pemegang danlima
Taekwondo, dansatu Kick Boxing,
dansatu Whusu, serta dansatu Thai
Boxing.
Sekelumit pengalamannya saat
ditangkap Israel ia bertutur, “Saya
dipukuli,” katanya sambil tersenyum.
Surya Fachrizal/Suara Hidayatullah

77
konsultasi keluarga
Diasuh oleh : Ustadz Hamim Thohari

Waliyullah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Sebulan yang lalu tetangga saya meningggal
dunia. Sepanjang pengamatan saya, almarhum bia­
sa-biasa saja. Ibadahnya juga tidak terlalu istimewa.
Sesekali saya melihatnya ke masjid, tapi masih ba­
nyak jamaah lain yang lebih rajin dibanding de­
ngannya. Justru yang mengherankan saya, banyak
orang yang menganggapnya sebagai waliyullah. Di
tempat saya tinggal almarhum dikenal memiliki ba­
nyak kelebihan, semacam karamah. Bagaimana me­
nu­rut Ustadz?
DH
Di Makasar
Jawab
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh.
Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa waliyullah
adalah setiap Muslim yang beriman, bertakwa, se­
nantiasa merasa bahwa setiap gerak geriknya di­
awa­i oleh Allah
s
, serta menjalankan perintah
dan menjauhi larangannya. Semua orang Muslim
yang telah memenuhi kriteria tersebut di atas, me­
nu­ ut petunjuk ini disebut waliyullah.
r
“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa
takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
(yaitu) orang-orang yang beriman, dan senantiasa
ber­ak­ a. Bagi mereka berita gembira dalam ke­
t w
hi­ upan di dunia dan di akhirat. Tidak ada pe­
d
ru­ahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah
b
kemenangan yang agung. (Yunus [10]: 62–64)
”
Sebutan wali atau jama’nya auliya, yang dikenal
oleh masyarakat kita biasanya selalu dikaitkan de­
ngan kesaktian atau biasa disebut karamah. Mereka
yang bisa mengobati orang yang sakit dengan jampijampi, meramal masa depan, mengetahui pikiran
orang lain, atau bisa berjalan di atas air sering di­ e­
s
but sebagai wali. Padahal semua perbuatan itu bisa
di­ akukan oleh dukun, bahkan tukang sihir.
l
Jadi, sebutan wali itu harus dikembalikan pada

78

ketentuan Allah
. Jangan membuat ketentuan
sendiri. Apa yang ditetapkan Allah itulah yang
paling benar.
Terhadap ilmu ghaib kita tidak boleh mengirangira sendiri, kecuali atas petunjuk-Nya yang
pasti. Akhir hayat seseorang, apakah beriman
atau kafir, apakah termasuk khusnul khatimah
atau su’ul khatimah, apakah masuk surga atau
ne­ aka adalah rahasia Allah. Kita hanya bisa me­
r
nge­ ahui tanda-tanda yang telah dijelaskan Allah
t
dan Rasul-Nya.
Berikut sebuah Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari. Ada seorang wanita ber­ a­
n
ma Ummul ‘Ala, ia termasuk wanita yang per­
nah berbaiat kepada Rasulullah SAW. Ia ber­
kisah, “Saat dibagikan undian untuk melayani
kaum Muhajirin, saya mendapatkan Usman bin
Mazhun. Lalu saya tempatkan di rumah saya. Sa­
yang­nya, ia menderita sakit yang me­nye­bab­­kan
ke­ a­iannya. Di hari wafatnya, setelah di­ an­
m t
m ­
dikan lalu dikafani, Rasulullah masuk, saya pun
mengatakan, ‘Rahmat Allah atas diri­mu wahai Abu
Saib (Usman bin Mazhun). Per­ ak­­ kan terhadap
s si­
dirimu bahwa Allah telah me­u­kanmu.’
m lia­
Terhadap peristiwa itu serta merta Rasulullah
bersabda, ‘Dari mana ka­ u tahu bahwa Allah
m
telah memuliakannya?’ Saya mengatakan, ‘Ayah
saya sebagai taruhan atas kebenaran ucapan saya,
ya Rasulullah , lalu siapa yang Allah muliakan?’
Rasulullah
menjawab, ‘Adapun dia, maka telah
datang ke­ a­ nya. Demi Allah, aku benarm tian­
benar ber­ a­ap untuknya kebaikan. Aku sendiri
h r
tidak tahu, padahal aku ini utusan Allah. (Aku juga
ti­ ak tahu) apa yang nantinya akan diperlakukan
d
ter­ a­ ap diriku.’ Ummu ‘Ala mengatakan, ‘Demi
h d
Allah, saya tidak lagi memberikan takziyah (per­
sak­ ian baik) setelah itu selama-lamanya.’
s
Semoga jawaban ini dapat mencerahkan
Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Wallahu
a’lam bish-shawab.

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com

More Related Content

Viewers also liked

PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullahRubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk AnakMetode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk AnakGuru Online
 
P ph+orang+pribadi
P ph+orang+pribadiP ph+orang+pribadi
P ph+orang+pribadidianmollucas
 
Praktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-medidu
Praktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-mediduPraktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-medidu
Praktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-mediduSigit Sedayu
 
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-mediduKomunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-mediduSigit Sedayu
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Membangun keluarga islam
Membangun keluarga islamMembangun keluarga islam
Membangun keluarga islamCintia Clarissa
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Wasiat dan kabar gembira buat istri
Wasiat dan kabar gembira buat istriWasiat dan kabar gembira buat istri
Wasiat dan kabar gembira buat istriRahmat Hidayat
 

Viewers also liked (15)

PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullahRubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk AnakMetode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
 
P ph+orang+pribadi
P ph+orang+pribadiP ph+orang+pribadi
P ph+orang+pribadi
 
Praktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-medidu
Praktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-mediduPraktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-medidu
Praktek perencanaan keuangan islami febiola aryanti-online courses-medidu
 
Kerja dalam islam
Kerja dalam islamKerja dalam islam
Kerja dalam islam
 
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-mediduKomunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-medidu
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
 
Membangun keluarga islam
Membangun keluarga islamMembangun keluarga islam
Membangun keluarga islam
 
PPH DAN PPN
PPH DAN PPNPPH DAN PPN
PPH DAN PPN
 
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Wasiat dan kabar gembira buat istri
Wasiat dan kabar gembira buat istriWasiat dan kabar gembira buat istri
Wasiat dan kabar gembira buat istri
 

Similar to Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dll
51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dll51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dll
51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dllSto Pa
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
buletin IFL Mei-Juni'13
buletin IFL Mei-Juni'13buletin IFL Mei-Juni'13
buletin IFL Mei-Juni'13ifutureleaders
 
Sikap ibu bapa dan masyarakat
Sikap ibu bapa dan masyarakatSikap ibu bapa dan masyarakat
Sikap ibu bapa dan masyarakatAspasia Robin
 
Peran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari Narkoba
Peran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari NarkobaPeran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari Narkoba
Peran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari NarkobaNovy Khayra
 
Pengaruh kejiwaan anak akibat broken home
Pengaruh kejiwaan anak akibat broken homePengaruh kejiwaan anak akibat broken home
Pengaruh kejiwaan anak akibat broken homeArvin Saptyan
 
Makalah seks bebas
Makalah seks bebasMakalah seks bebas
Makalah seks bebasDwi Wati
 
Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)
Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)
Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)Marzura Abu Bakar
 
Implementasi Pendidikan Karakter
Implementasi Pendidikan KarakterImplementasi Pendidikan Karakter
Implementasi Pendidikan KarakterNyoman Sumantra
 
Buku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.doc
Buku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.docBuku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.doc
Buku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.docQurniaSari1
 
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptxPPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptxintan19951
 

Similar to Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah (20)

Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dll
51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dll51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dll
51814316 32807005-koleksi-tazkirah-pendek-untuk-guru-agama-pegawai-ppd-jpn-dll
 
B3 d2e1
B3 d2e1B3 d2e1
B3 d2e1
 
Askep gerkel
Askep gerkelAskep gerkel
Askep gerkel
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
buletin IFL Mei-Juni'13
buletin IFL Mei-Juni'13buletin IFL Mei-Juni'13
buletin IFL Mei-Juni'13
 
Sikap ibu bapa dan masyarakat
Sikap ibu bapa dan masyarakatSikap ibu bapa dan masyarakat
Sikap ibu bapa dan masyarakat
 
Peran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari Narkoba
Peran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari NarkobaPeran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari Narkoba
Peran ibu dalam membentengi Anak Negeri dari Narkoba
 
Pengaruh kejiwaan anak akibat broken home
Pengaruh kejiwaan anak akibat broken homePengaruh kejiwaan anak akibat broken home
Pengaruh kejiwaan anak akibat broken home
 
Askeb komunitas kejiwan
Askeb komunitas kejiwanAskeb komunitas kejiwan
Askeb komunitas kejiwan
 
Askeb komunitas kejiwan
Askeb komunitas kejiwanAskeb komunitas kejiwan
Askeb komunitas kejiwan
 
Makalah seks bebas
Makalah seks bebasMakalah seks bebas
Makalah seks bebas
 
Pkm with puspa
Pkm with puspaPkm with puspa
Pkm with puspa
 
Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)
Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)
Peranan keluarga dalam menangani gejala (pidato)
 
Ppt skill lab yang dipakai
Ppt skill lab yang dipakaiPpt skill lab yang dipakai
Ppt skill lab yang dipakai
 
Implementasi Pendidikan Karakter
Implementasi Pendidikan KarakterImplementasi Pendidikan Karakter
Implementasi Pendidikan Karakter
 
Buku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.doc
Buku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.docBuku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.doc
Buku_Parenting_Buku_Mendidik_Anak_Buku_P.doc
 
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptxPPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH

Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama MAJALAH HIDAYATULLAH
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH (20)

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
 
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015 KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Kajian utama
 

Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

  • 1.
  • 2. Jendela Keluarga Dukungan di Saat Sulit foto: muh abdus syakur/suara hidayatullah S eorang anak gadis berusia 22 tahun merasa putus asa. Hanya dalam semalam ia merasakan dunianya yang se­mula luar bia­sa menjadi be­ rantakan. Ia men­ apat informasi bah­ d wa tu­na­ngan­nya berkhianat. Pa­dahal, tinggal be­ e­a­ a minggu lagi mereka b r p akan menjalani pro­sesi per­ni­ka­han. Ia berada dalam kondisi yang sa­ ngat mem­rihatinkan. Terbaring le­ p mah di tem­ at tidurnya tanpa gairah p hi­ up. Ia tak mau makan dan minum, d bahkan tak mau membuka pintunya. Tidak ada se­ rang pun yang dapat o mem­ antu dia ke­ dari problem b luar besar yang sedang di­ a­ apinya. h d Ayahnya kurang berkomunikasi, namun ia paham apa yang sedang terjadi dengan putri bungsunya itu. Ia sa­gat ingin n membantu meski ke­ gu­ bi­ ngan bagaimana cara n memulainya. Ini tentu tidak akan me­ ye­ angkan. Ia ber­ n n usaha memberi dukungan untuk masa depan anak­ ya n tapi dengan cara yang tidak me­ ying­ ung pe­ a­ aan­ ya. n g r s n Sang ayah mengambil cuti satu hari dan mencoba menjalankan rencananya. Pagi hari sang ayah menyiapkan baki berisi sarapan kesukaan putrinya, dan majalah fa­ o­ v ritnya di depan pintu kamarnya. Ia mengetuk pintu de­ ngan nada riang seolah tak ada masalah. Ketika pintu tak juga dibuka, ia menyetel lagu ke­ u­ s kaan anak gadisnya saat SMA yang dulu sering ia suruh ma­ikan. Sang anak penasaran, akhirnya ia me­ gin­ip t n t dari balik pintu, dan menolaknya de­ gan ala­an tidak n s lapar. Sang ayah lalu mencoba cara lain. Ia dengan ramah meminta ijin untuk memeriksa air conditionair-nya. Pu­ tri­ya tak bisa menolak. Setelah memeriksa alat yang n tak ada masalah itu, sang ayah mulai mengajaknya ber­ ca­­ kap-cakap. “Sayang, aku sangat sedih dengan apa yang menimpamu. Aku berharap bisa me­ dungimu lin­ JULI 2013/SYABAN 1434 dari dunia dan meng­i­­ h langkan rasa sakitmu. Aku hanya ingin kamu tahu, aku di sini untukmu, ka­lau-kalau kamu mem­butuhkan aku.” Kata-kata ayahnya itu mem­ uat­ b nya luruh dan menangis. Sang ayah pun memeluknya. Ia mencurahkan se­ gala kesedihannya. Sebelumnya me­­ ka tak pernah sedekat itu. Ayah­ re­ nya bertukar cerita tentang masa la­nya yang pernah patah hati lu­­ sebe­ lum menikahi ibunya. Ia juga menceritakan liku-liku sebelum men­ ja­ i pengusaha yang sukses. d Kisah-kisah yang diceritakan ter­ ­ sebut membuat anaknya me­sa ra­ lebih baik dan bisa berpikir jer­ ih. La­ n lu, anaknya dengan tegas mem­ a­ al­ b t kan pernikahannya. Ia memutuskan untuk kuliah dan ber­ sa­ a meraih cita-citanya. u h Beberapa tahun kemudian ia berhasil meraih gelar sarjana dari sebuah universitas dengan predikat sangat memuaskan. Pada pidato singkatnya ia menuturkan, “Aku rasa, cinta ayahkulah yang ada untukku selama keterpurukan diriku yang membantu menuntun aku pada kesuksesan ini. Terimakasih dan aku mencintaimu, Ayah, dari lubuk hati yang terdalam.” Kisah itu diceritakan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang ibu dan anak perempuannya, tentang ba­ gai­­ na pentingnya dukungan di saat-saat yang sulit ma­ bagi anak. Jika sang ayah membiarkan anaknya di saat yang menentukan itu mungkin keadaannya akan lain. Tapi yang dilakukannya justru berempati dan mendu­ kung­nya, juga meyakinkan bahwa dirinya sangat men­cin­ tai­ ya. Itulah yang membuat anaknya mampu memilih n keputusan yang tepat untuk masa depannya. senantiasa memberikan bim­ i­ b Semoga Allah ngan kepada kita dalam menjalankan amanah sebagai orang­tua. Penulis buku “Mendidik Karakter dengan Karakter” celah Oleh Ida S. Widayanti* 67
  • 3. usrah Mencairkan Kebekuan dengan Makan Bersama Oleh ABDUL GHOFAR HADI* Dapat dijadikan sarana membahas persoalan keluarga K ini, tradisi makan bersama keluarga rasanya sudah jarang ditemukan, meskipun di pedesaan. Orang lebih asyik dengan televisi, anak-anak main game dan handphonenya, yang remaja sudah keluar rumah bersama teman-temannya. Bahkan, sangat sulit untuk mencari kesempatan guna menghabiskan waktu dengan seluruh anggota keluarga secara bersama-sama. Belakangan, muncul budaya baru di kalangan menengah ke atas, yaitu ‘wisata kuliner’. Budaya ini merebak di kota-kota dan tempat wisata untuk menikmati aneka ragam makanan. Bahkan ada sebagian orang yang punya hobi wisata kuliner. Setiap ada informasi warung baru, dengan menu masakan berbeda, tanpa mempertimbangkan harga, maka mereka segra berburu untuk mendatanginya. Setiap saat, makanan menjadi topik pembicaraan dalam hidupnya. Ada sensasi dan kebanggaan 68 yang dikejar kalau sudah mencicipi banyak jenis makanan. Sebenarnya tak ada yang salah dengan kuliner, karena terkait kebutuhan hidup manusia terhadap makanan. Di samping itu, ia menjadi bisnis yang menggoda dan membuka banyak lowongan pekerjaan. Alhasil, bisnis makanan menjamur di mana-mana. Dari warung kecil, kaki lima, restoran, depot, kafe dipadati antrian pengunjung. Sejak pagi hingga malam selalu saja ada warung yang menyediakan berbagai jenis makanan. Jika keliru, gaya hidup kuliner dapat memantik masalah tersendiri dalam kehidupan rumah tangga. Budaya kuliner bisa merenggangkan keharmonisan hubungan suami istri serta mengesampingkan pertumbuhan mental anak-anak. Secara tidak sadar, jiwa konsumerisme dan pemborosan tumbuh dalam kepribadian anak. Belum lagi ancaman kesehatan yang riskan dari makanan yang tidak diketahui bahan dan cara memasaknya. Bukan Sekadar Tradisi Mengganggap remeh serta kesibukan yang padat, seringkali menjadi alasan keluarga modern menolak “tradisi” makan bersama di keluarganya. Tak sedikit pula yang menganggap buang-buang waktu saja. Padahal banyak hal yang bisa didapatkan dari kebiasaan tersebut. Pertama, menjalin ikatan emosional antar anggota keluarga. Di meja makan, masing-masing anggota keluarga bisa saling melontarkan obrolan-obrolan ringan atau berbagi cerita tentang kegiatan harian. Selain mengenyangkan perut, makan bersama juga bisa mengenyangkan jiwa. Energi positif lalu tumbuh dalam keluarga karena ada interaksi yang erat dan harmonis sesama anggota keluarga. Kedua, sebagai wahana diskusi membicarakan berbagai hal serius dalam keluarga, misalnya membahas perilaku anak. Teknologi komunikasi tidak bisa menggantikan pertemuan fisik. Saat makan bersama bisa menjadi sarana yang tepat untuk bicara dari hati ke hati antar keluarga. Sehingga makan bersama menjadi media pembelajaran mentransfer pengetahuan dan rapat non formal keluarga. Ketiga, menjernihkan suasana. Suasana hati yang santai saat makan membuat otak bisa berpikir dengan SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
  • 4. FOTo: datastorerediff Jendela keluarga jernih sehingga rasa emosional bisa dihilangkan. Inilah seninya makan bersama keluarga, semua hal bisa diungkapkan dengan hati terbuka karena semua rileks. Keempat, mengontrol pola dan porsi makan yang standar. Salah satu faktor munculnya penyakit adalah pola makan yang tidak jelas waktunya dan porsi makan tidak terkontrol. Adanya kegiatan makan bersama bisa menjadi latihan kedisiplinan dari anggota keluarga untuk belajar berkomitmen. Kelima, melatih kemandirian dan menghindari pemborosan. Secara tidak sadar, memasak sendiri di dapur menjadi sarana belajar mandiri dan melatih keahlian memasak kepada anak-anak. Dijamin, makan bersama juga jelas lebih hemat daripada kuliner di luar rumah. Keenam, jaminan keberkahan dari Allah saat makan bersama. Dari Wahsyi bin Harb, “Sesungguhnya para Sahabat Rasulullah pernah mengadu, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan namun tidak merasa kenyang.’ Nabi bersabda, ‘Mungkin kalian makan sendiri-sendiri?” “Betul”, kata para Sahabat. Nabi lalu bersabda, ‘Makanlah bersama-sama dan sebutlah nama Allah sebelumnya tentu makanan tersebut akan diberkahi.” (Riwayat Abu Daud no. 3764 dan dinilai shahih oleh al-Albani). Dalam Hadits yang lain, “Berkumpullah ketika makan dan JULI 2013/SYABAN 1434 “Berkumpullah ketika makan dan bacalah nama Allah, maka Allah akan memberkati kalian dalam makanan itu.” (Riwayat Abu Daud dan Ahmad). bacalah nama Allah, maka Allah akan memberkati kalian dalam makanan itu.” (Riwayat Abu Daud dan Ahmad). Tips Memulai Makan Bersama Berikut ini beberapa langkah untuk menjadikan makan bersama di rumah sebagai tradisi. Pertama, komitmen dan konsisten dari seluruh anggota keluarga yang tentu dikomandani oleh ayah dan ibu. Komitmen sebagai awal kesepakatan penting bagi keluarga besar. Jumlah anggota keluarga yang tidak sedikit tentu berbeda dengan keluarga kecil, yang relatif lebih mudah mengaturnya. Komitmen untuk makan bersama pada hari-hari yang disepakati, tentu lebih baik jika memang tidak bisa berkumpul setiap hari. Manfaatnya kian terasa jika jadwalnya disusun teratur dan bukan hanya sekali seumur hidup. Kedua, komunikasi efektif. Apalah arti makan bersama jika ternyata suasana hanya diam dan kaku. Makanan selezat apapun jadinya tidak terasa nikmat. Dibutuhkan suasana kebersamaan yang utuh, tidak sekadar fisik saja. Tapi fikiran dan konsentrasi hendaknya menyatu semua saat makan bersama. Kalau perlu tidak ada yang pegang HP, mengobrol sendiri, televisi dimatikan, tidak main game, atau terlambat datang. Ketiga, kompetensi istri dalam memasak dan menghidangkan makanan yang bergizi dan bervariasi. Inilah kemampuan dasar dari seorang ibu rumah tangga untuk bisa merangsang anggota keluarganya menjadi penikmat kuliner di rumah, tidak di warung, atau rumah makan. Mungkin bagi wanita karir, berpendidikan dan kemampuan ekonomi menengah ke atas bisa terbantu dengan adanya pembantu. Tapi pasti ada perbedaan tersendiri ketika saat-saat tertentu seorang ibu memasak dan menghidangkan makanan untuk anggota keluarganya. Sisi positif dari gaya hidup kuliner bisa memperkaya kemampuan seorang ibu rumah tangga dalam memasak makanan dengan variasi yang lebih banyak. Citra rasa makanan yang sedap tentu semakin mengakrabkan suasana. Sesekali ada kejutan dengan menu yang berbeda. Kuliner bukan sekedar konsumtif atau menjadi komentator masakan ini dan itu. Sebagai penutup, Nabi Muhammad sebagai panutan kita ternyata juga punya kebiasaan makan bersama. Abdullah bin Sa’ad menceritakan, “Aku bertanya kepada Nabi tentang menemani makan istri yang haidh, Nabi bersabda, ‘Temanilah makan istri yang sedang haid.” (Riwayat at-Turmudzi, Abu Daud, dan Ibn Majah, hadits hasan). Dosen tinggal di Balikpapan 69
  • 5. mar’ah Ketika  Istri Harus Memilih Bekerja  Oleh SHOLIH HASYIM* Islam membolehkan istri bekerja asal memenuhi syarat. B iaya hidup untuk memenuhi beragam kebutuhan saat ini kian tahun selalu meningkat. Karena alasan inilah banyak istri turut membantu suami mencari nafkah. Berkaitan dengan hal ini kemudian muncul pertanyaan, apakah Islam membolehkannya? Islam tidak melarang seorang istri be­ erja. Bukankah putri Rasulullah k , Fa­ imah, mendapatkan upah dari t hasil menumbuk gandum? Kisah istri Nabi Ayub yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga ketika Nabi Ayub tengah sakit, juga contoh bagaimana istri mengambil peran dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Namun tentunya Islam sebagai agama yang sempurna dan komplit memberikan petunjuk dan arahan apa dan bagaimana sebaiknya Muslimah bekerja. Tidak hanya batasan mengenai pekerjaan apa yang baik dan apa yang harus dihindari, tetapi Islam pun memberikan panduan tentang penghasilan serta harta seorang Muslimah yang bekerja. Tugas atau peran utama yang harus dijalankan oleh seorang Muslimah 70 yang telah menjadi istri dan ibu adalah mengurus rumah tangga, mendidik anak, menjaga harta suami, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tak kalah beratnya dari pekerjaan suami. Seorang istri tidak memiliki kewajiban mencari nafkah, karena kewajiban ini telah dibebankan kepada suami. “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.” (Al-Baqarah [2] : 233) Yang berkewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak seperti yang diperintahkan dalam ayat di atas adalah suami. Dan kewajiban tersebut tetap berlaku meski suami miskin atau istri dalam keadaan kaya/ berkecukupan.  “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah “ berikan kepadanya. “Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaq [65] :7) Mengenai besaran nafkah yang harus diberikan suami untuk keluarga, menurut beberapa ulama disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Hal ini sesuai dengan Hadits, “Ambilah nafkah yang mencukupimu dan anakmu dengan cara yang baik.” (Riwayat Bukhari) Standar minimal bagi seorang suami dalam memberikan nafkah kepada keluarga adalah batas kecukupan. Tidak ada jumlah yang pasti untuk nafkah karena perbedaan waktu, kebiasaan, murah dan mahalnya barang kebutuhan. Jika istri terbiasa dengan adanya khadimah (pembantu rumah tangga), suami pun dianjurkan untuk dapat memenuhinya. Namun hal ini tentu kembali kepada kemampuan dari suami. “Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang miskin menurut kemampuannya (pula).” (AlBaqarah [2]: 236) Boleh Bekerja, Asal… Para ulama berpendapat bahwa melakukan pekerjaan rumah bukan kewajiban istri. Namun, hal itu dianjurkan sebagaimana kebiasaan yang berlaku dan istri mendapat pahala dengan mengerjakan pekerjaan rumah secara ikhlas. Muslimah, ketika telah berkeluarga, tugas utamanya adalah melayani suami, melahirkan dan merawat serta mendidik anak-anak, dan menjaga SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
  • 6. Jendela keluarga rumah, harta dan kehormatan suami. Namun dalam kondisi tertentu, Islam tidak melarang seorang istri untuk bekerja di luar rumah. yang terpenting, seorang istri yang memutuskan bekerja di luar bukan untuk mengejar karir. Sebab bila tujuannya ini, dampak yang ditimbulkan tidak kecil. Biasanya, karena salah niat maka sebuah keluarga akan berantakan karena istri bekerja di luar. Sebelum seorang istri memutuskan untuk bekerja di luar rumah, ada baiknya melihat beberapa faktor yang dibolehkan syar’i. Pertama, suami kesulitan memberi nafkah istri dan keluarganya. dalam hal ini syariat memberi pilihan bagi istri antara mengajukan fasakh atau tetap bertahan. Jika ingin bertahan, istri boleh membantu suaminya bekerja. Kedua, istri memiliki utang yang harus dilunasi sehingga ia dibolehkan bekerja untuk menutupi utang tersebut. Selain kedua hal tersebut, ada kaidah­kaidah bagi seorang istri yang perlu diperhatikan ketika bekerja di luar rumah untuk menghindari berbagai sisi negatif. di antara kaidah tersebut yaitu, mengenakan pakaian syar’i dan tidak berbaur dengan kaum lelaki yang bisa menimbulkan kerusakan. Suami juga tahu tempat kerja istrinya dan telah memberikan izin. Terlebih ketika suami tergolong kaya dan mampu memberi nafkah. Lain soal ketika suami miskin dan tidak mampu memberi nafkah, maka suami tidak boleh melarang istrinya bekerja. Selain itu, seorang Muslimah yang bekerja harus mengindahkan etika­ etika islami dalam berinteraksi dengan orang lain. Misalnya menjawab salam, menundukkan pandangan, tidak menggunjing orang lain, menghindari berduaan dengan lelaki yang bukan mahram. Juga saat bicara harus tegas tanpa dibuat­buat atau dengan tutur kata lembut saat berbicara dengan lelaki. Selain itu, sebelum keluar meninggalkan rumah harus memastikan makanan untuk anak­ anak dan penjaga mereka. Misalnya, dititipkan pada keluarga atau orang yang bisa dipastikan anak­anak aman selama si ibu bekerja. Atau dititipkan pada pembantu dengan catatan si pembantu bisa dipercaya dan amanah. Bisa juga menitipkan ke lembaga pendidikan dan tempat­tempat pengasuhan anak yang terpercaya. Hal tersebut untuk menghindari apa yang dikatakan rasulullah , “Cukuplah dosa bagi seseorang dengan menyia­nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” Meski bekerja, istri harus menunaikan hak suami di rumah. Bekerja di luar tidak boleh membuat istri lalai dalam menunaikan hak suami, misalnya tidak pulang dalam jangka waktu lama saat suami berada di rumah. Khususnya ketika suami sangat memerlukan keberadaannya. dan yang tak kalah penting, tetap bertakwa dalam melakukan kepada Allah pekerjaan dengan menunaikannya secara baik karena pekerjaan yang ditugaskan merupakan amanat. Jika syarat­syarat yang disebutkan di atas telah terpenuhi, maka sah­sah saja seorang istri bekerja di luar rumah tanpa risiko apapun. dan jika ada kesepakatan antara suami­istri untuk turut bersama memenuhi kebutuhan keluarga di atas, prinsip saling kasih sayang (tawashau bil marhamah) adalah solusi yang terbaik. Penting diperhatikan bagi seorang istri yaitu mengutamakan pemenuhan kebutuhan keluarga dan rumah tangga, bukan hanya menuntut nafkah kepada suami untuk hal­hal yang sifatnya cuma pelengkap dan untuk penampilan atau kesenangan semata. Wallahu a’lam. Dai, pengasuh pesantren, tinggal di Kudus “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.” (Al­Baqarah [2] : 233) JUlI 2013/SyaBan 1434 71
  • 7. tarbiyah Memupuk Percaya Diri Anak Oleh KARTIKA TRIMARTI* Mulanya dari mau menerima dan menghargai, lalu berlanjut pada membangkitkan mimpi. R emaja kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu diam. Fasilitator materi yang berdiri di hadapannya menatap seolah tak percaya. Dengan bahu yang bersandar, remaja itu menatap ke arah lain. Mungkin karena merasa tak nyaman dengan kebekuan yang diciptakannya, murid sebuah sekolah ternama itu kemudian berkata, “Bener deh Kak... saya nggak tahu apa kelebihan saya.” Belum sempat fasilitator itu menjawab, tawa pecah membahana di dalam ruang pelatihan tersebut. Ternyata ada murid lain tak sengaja menjatuhkan handphone (hp) miliknya. Bukan jatuhnya hp itu yang membuat teman-temannya tertawa riuh-rendah, melainkan hp itu ternyata adalah sebuah hp cdma tanpa kamera bermodel jadul (jaman dahulu). Maka, jadilah murid ber-hp jadul itu menjadi bahan olok-olok teman-temannya. Sang fasilitator tercenung, menghadapi kondisi yang di luar dugaannya tersebut. Kenyataan tentang seorang murid yang tak tahu 72 apa yang dapat dibanggakan dari dirinya, meski ia bersekolah di sekolah swasta ternama. Hingga mereka yang menertawai ramai-ramai temannya yang membawa hp yang menurut mereka nggak keren. Padahal, sejatinya mereka adalah aset umat yang akan menjadi “hari esok” bagi Din ini. Mereka yang dengan segala kelebihan finansial mampu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mempesona Bak Mush’ab Namun, Islam memang tidak pernah mencatat sejarah orangorang yang “besar maknanya” hanya karena kaya. Bahkan mereka yang kaya pun tidak lantas menjadi orang dan Rasul-Nya yang dicintai Allah hanya karena harta. Mereka justru menemukan kepercayaan diri dan kebanggaan ketika mereka dapat melepaskan diri dari kungkungan harta. Tengoklah catatan sejarah tentang seorang anak muda bernama Mush’ab bin Umair. Pemuda Quraisy yang besar dalam limpahan harta. Yang membuat setiap pemuda Makkah bermimpi untuk dapat hidup sepertinya. Dialah pemuda yang menjadi buah bibir semua orang karena kecerdasannya, kemuliaan di mata kaumnya, ketampanan, dan keanggunannya. Namun, demi iman pada Allah dan Rasul-Nya, Mush’ab dengan mudah meninggalkan semua itu dan memilih untuk berhijrah ke Habasyah. Saat ia kembali dari Habasyah dan berkumpul kembali dengan Rasulullah , para sahabat tak kuasa menanahan tangis karena haru. Anak muda yang sebelumnya dikenal sebagai pujaan kota Makkah, yang selalu tampil necis dan mempesona, sekarang hanya mengenakan kain kasar yang penuh tambalan dan berdebu. Namun, dia tetaplah Mush’ab yang cerdas dan menawan. Dengan jiwa yang telah bertambah matang dan langkahnya yang semakin tegap karena iman, ia pun tampil sebagai duta Rasulullah untuk menyampaikan Islam kepada penduduk Yatsrib. Menghadapi para pembesar Yatsrib. Meski banyak di antara para sahabat yang lebih senior dan berasal dari keluarga Rasulullah , Mush’ab tetaplah yang terpilih untuk menjadi duta Rasulullah , di negeri yang diprospek sebagai tempat tumbuh suburnya Islam. Dengan penampilan dan kekayaan yang sangat bersahaja, Mush’ab justru menjelma menjadi orang yang besar dalam sejarah manusia. Kenali Fungsi Orangtua Maka, karena tak diizinkan untuk berandai-andai, sekaranglah tugas kita untuk mempersiapkan generasi SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
  • 8. FOTo: DADANG KUSMAYADI/SUARA HIDAYATULLAH Jendela keluarga semenawan Mush’ab bin Umair. Langkah pertama adalah mengenali diri kita sendiri sebagai orangtua. Masih dalam suasana pelatihan di SMP ternama tadi, sang fasilitator sempat bertanya pada para peserta pelatihan, dengan siapa mereka biasa belajar di rumah. Si fasilitator bertanya, apakah mereka belajar dengan guru privat, sebagian menjawab iya. Sebagian diam. Ketika ditanya, apakah mereka belajar dengan orangtua? Maka, jawabannya pun kompak, tidak. Ternyata, ketidakhadiran orangtua terutama ibu sebagai madrasah pertama bagi anak ini pun tak hanya datang dari faktor orangtua tetapi sekarang didukung oleh sebuah program sekolah: “Tak Perlu Dibantu Di Rumah”. Dan, salah satu sekolah yang mendidik anak-anak usia dini ini pun dengan bangga menyatakan, program itu dicanangkan berdasarkan fenomena bahwa orangtua seringkali tidak sabar menghadapi anak karena “kesibukan”. Lalu siapa yang sebenarnya disebut sebagai orangtua? Padahal anak lahir dengan berjuta keajaiban yang dibekalkan Allah JULI 2013/SYABAN 1434 kepada mereka. Mereka sangat antusias, percaya diri, dan tak kenal lelah untuk belajar. Hati mereka penuh dengan cita-cita, keinginan, dan kegembiraan. Hanya saja terkadang, kitalah yang tak mengenali keistimewaan yang diberikan Allah kepada kita. Keistimewaan sebagai orang yang paling memahami anak kita dan – sebenarnya – sebagai orang yang paling mau menerima anak-anak kita apa-adanya. Namun, karena mendengar kata orang, maka kita pun berubah menjadi orangtua yang ingin anak kita menjadi “mereka”. Kenalilah diri kita saat ini sebagai orangtua. Maka, anak-anak kita pun akan tumbuh mengenali diri mereka sebagai ciptaan terbaik-Nya dengan berbagai kelebihan. Kenalilah diri kita sebagai orangtua Muslim yang harus mencukupkan diri dengan kebanggaan mendidik mereka dengan cara-cara Islam. Maka, anak-anak kita pun akan tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang dadanya penuh dengan ruh kebanggaan mereka menjadi Muslim. Pemuda yang potensinya dibaktikan bagi kemaslahatan, sekaligus tunduk kepada kehendak Pencipta-Nya. Maka, cukupkanlah diri kita hanya sebagai orangtua Muslim yang mencukupkan Islam saja sebagai barometer kehidupan kita dan anak-anak kita. Wasiat Rasulullah Ingatlah wasiat Rasulullah SAW yang mulia, bahwa menjadi Muslim atau tidak anak-anak kita kelak, di tangan kitalah awalnya. “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (Riwayat Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Imam Malik). Selanjutnya, bangunlah kepercayaan diri mereka dengan mimpi-mimpi karena Ilaahi. Layaknya seorang Muhammad Al-Fatih II yang semenjak dini telah bermimpi untuk menghancurkan Konstantinopel. Kakeknyalah yang telah melakukan itu semenjak Al-Fatih masih dalam gendongannya. Setiap hari, kakeknyalah yang membisikkan bahwa suatu hari kelak, Al-Fatih-lah yang akan menghancurkan benteng ibukota imperium Romawi tersebut. Impian itu kelak terwujud di kemudian hari dengan strategi yang belum pernah terpikirkan oleh siapapun sebelumnya. Hanya orang-orang dengan iman penuh dan kepercayaan diri luarbiasalah yang dapat menemukan cara brilian untuk mewujukan mimpinya. Maka, kerja besar itupun dimulai dari sekarang. Dari sejauhmana kita mau mengenali anugerah amanah kita saat ini sebagai orangtua, hingga anak-anak kita mengenali berbagai kebaikan dan kelebihan mereka. Lalu, setulus apa kita bangkitkan mimpimimpi terindah mereka agar terwujud menjadi persembahan terbaik pada Rabbnya. Ibu rumah tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat 73
  • 9. kolom parenting Segenggam Iman Anak Kita Oleh FaUZIl adhIM | FOtO MUh. aBdUS SyaKUR A pakah yang dapat kita renungkan dari kisah Nabi Nuh dan Nabi Luth ‘ ? Ke­ duanya adalah nabi yang Allah Ta’ala berikan kemuliaan amat tinggi. Ke­ duanya adalah rasul, orang yang diutus Allah ‘ untuk menyampaikan risalah agar orang­orang yang ingkar kepada Allah Ta’ala menjadi manusia beriman. dan seorang nabi, akhlaknya pasti terjaga, imannya sudah jelas luar biasa dan ibadahnya tak perlu kita ragukan. Mereka berdua adalah manusia pilihan sepanjang zaman. Jangan tanya kesungguhan keduanya bermunajat kepada Allah. Tetapi itu semua tak mencukupi untuk mengantarkan anak­ anak agar menjadi manusia beriman. Kita belajar dari sejarah agama ini betapa putra kedua nabi ini justru termasuk ahli neraka dengan siksa yang kekal. Na’udzubillahi min dzaalik. Mengapa bisa demikian? Mari sejenak kita renungi firman Allah, “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); ‘Masuklah ke neraka bersama orang- 74 orang yang masuk (neraka)’.” (At­ Tahriim [66]: 10) Apa yang dapat kita renungkan dari ayat ini? Ada beberapa hal. Sebagian di antaranya betapa kita amat perlu bersungguh­sungguh mendidik anak­anak kita dan menghindarkan mereka sejauh­jauhnya dari siksa neraka. Jika hari ini kita tak tega melihat penderitaan mereka di dunia, lalu merasa amat khawatir dengan “masa depan mereka” sesudah dewasa nanti, maka tegakah kita membiarkan wajahnya melepuh dibakar api neraka? Sedangkan seorang nabi pun tak sanggup mengelakkan anaknya dari siksa neraka jika tak ada iman di hati orang yang amat dicintai tersebut. Ayat ini secara jelas menunjukkan kepada kita betapa khianatnya seorang istri akan meruntuhkan bangunan iman di rumah kita, meski kita tak putus berdakwah dan tak lelah menyampai­ kan risalah­Nya. Segenggam iman anak kita akan terlepas begitu saja jika istri tak satu kata dengan suami. Ayahnya memang beriman, tapi ibu yang setiap saat mendekap dan mengasuhnya terlepas dari iman, sehingga anak pun tak sanggup menggenggam iman kepada Allah Ta’ala. Jelas, ketika ayah dan ibu sudah tidak sejalan, maka segenggam iman di hati anak tak dapat tumbuh mengakar dengan kuat. Maka, apakah yang dapat kita renungkan untuk kita hari ini? Apakah yang dapat kita renungkan SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
  • 10. Jendela keluarga tentang anak­anak kita? Cara paling aman yang dapat kita lakukan agar anak tak terpapar pengaruh dari luar adalah mendidik sendiri anak kita di rumah. Tidak mengirim mereka ke sekolah. Tetapi ada syaratnya. Pertama, kita memang harus be­ nar­benar mengilmui apa yang kita akan ajarkan sekaligus mengilmui ba­ gaimana mengajarkannya kepada anak. Kedua, kita harus dapat menjamin bahwa orang­orang yang tinggal serumah dengan kita juga harus sejalan dan sepaham dengan kita. Ketiga, kita mendidik mereka secara total sehingga anak­anak memperoleh bekal yang mencukupi. Nah, pertanyaannya, siapkah kita untuk itu JUlI 2013/SyaBan 1434 semua? Jika tidak, maka pilihan kita adalah secara sengaja mengizinkan orang lain mempengaruhi anak kita melalui sekolah. Merekalah guru­guru yang memang secara khusus belajar bagaimana mendidik anak. Tetapi ini pun tidak cukup. Jika guru hanya me­ ngajarkan materi pelajaran, sementara mereka tak punya komitmen yang tinggi dan kepedulian terhadap iman anak­anak kita, maka jangan terkejut jika anak­anak fasih berbicara tetapi hampa imannya. Mereka pandai berbicara tentang agama, tapi tak meyakininya sepenuh jiwa. Selain guru, ada sumber pengaruh lainnya yang potensial. Anak pasti akan bergaul dengan teman­temannya. Mereka berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda­beda. Maka ketika datang ke sekolah, mereka juga membawa kebiasaan, budaya, cara pandang, dan bahkan keyakinan keluarga ke sekolah. Nilai­nilai yang mereka dapatkan dari rumah, akan mereka tawarkan kepada teman­ temannya di sekolah. Saling pengaruh akan terjadi. Pertanyaannya, kita­kira anak kita termasuk yang mudah terpengaruh ataukah yang paling banyak mempengaruhi temannya? Kira­kira, pengaruh baik ataukah buruk? Pergaulan anak dengan temannya boleh jadi menguatkan atau sebaliknya melemahkan nilai­nilai yang kita tanamkan dari rumah maupun yang dibekalkan oleh guru di kelas. Kita dapat menyalahkan teman­temannya, bahkan orangtua mereka, manakala anak kita menjadi buruk setelah bergaul dengan teman­temannya. Tapi ada satu pertanyaan yang perlu kita jawab dengan pikiran jernih dan hati yang bersih, mengapa teman­temannya dapat meruntuhkan apa yang telah kita tanamkan? Apakah yang menyebabkan anak lebih mempercayai temannya? dan apa pula yang menjadikan perkataan kita lebih dipegangi dengan penuh rasa hormat. Secara sederhana, jika anak­anak memiliki kedekatan emosi yang kuat dengan kita dan melihat kita sebagai sosok yang jujur, maka anak akan lebih mendengar perkataan kita. Nasehat kita akan mereka perhatikan. Bahkan jika anak melihat orangtua sebagai sosok yang mengagumkan, mereka akan berusaha meniru dan menjadikan kita sebagai panutan. Pun demikian dengan guru, jika anak melihat guru sebagai figur yang layak dipercaya dan dihormati, pengaruh guru akan kuat. Karenanya, orangtua dan guru memiliki tugas untuk saling menguatkan kepercayaan anak terhadap keduanya. orangtua menumbuhkan kepercayaan, penghormatan dan ikatan emosi anak terhadap guru. Sementara guru semenjak awal menanamkan kepercayaan, kecintaan dan keinginan untuk senantiasa berbuat kebajikan kepada kedua orangtua (birrul walidain). Ada tiga kebutuhan psikis anak yang harus kita perhatikan. Jika kebutuhan ini tak terpenuhi, maka temannya akan lebih berpengaruh daripada orangtua maupun guru. Jika kebutuhan tersebut hanya terpenuhi di rumah, maka orangtua akan menjadi figur yang berpengaruh, tetapi anak masih cukup mengkhawatirkan di sekolah. Pengaruh orangtua akan melekat lebih kuat jika mampu membangun kedekatan emosi yang kuat sekaligus memenuhi tiga kebutuhan anak tersebut. Sebaliknya, jika anak tak memperoleh pemenuhan atas kebutuhannya di sekolah saja, maka guru akan berperan sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Lalu apa tiga kebutuhan yang perlu kita perhatikan tersebut? Pertama, anak perlu menyadari dan meyakini bahwa ia memiliki kemampuan yang bermanfaat. Kedua, anak mampu menjalin hubungan yang nyaman dan bermartabat dengan orangtua dan/atau guru. Ketiga, anak memiliki kebutuhan untuk memiliki peran atau sumbangsih yang berharga, baik di rumah maupun di sekolah. Nah. Wallahu a’lam bish-shawab. 75
  • 11. profil Cigdem Topcuoglu Ridha Suami di Mavi Marmara “Saat Anda berbaring dirawat, saya dan jenazah suami saya tepat di bawah kaki Anda,” kata Cigdem Topcuoglu, janda dari Cetin Topcuoglu, salah satu syuhada Mavi Marmara yang diserang komando Angkatan Laut Zionis Israel pada 31 Mei 2010. 76 H al itu diutarakan Cigdem saat mengawali wawancara dengan Surya fachrizal, wartawan Suara Hidayatullah yang berkesempatan hadir untuk bersaksi dan meliput sidang ketiga kasus serangan Mavi Marmara di Istanbul, Turki, 20 ­ 21 Mei 2013 lalu. Jika Surya mendapat satu peluru di dada kanan, Cetin tertembus tiga peluru. Satu di kepala, satu di badan, dan satu di perut. Berikut kisahnya untuk Anda. di persidangan itu Cigdem berkata tegas kepada hakim, “Pak Hakim, sekarang Anda kapten kapalnya.” Cigdem menjelaskan, kalimat itu menegaskan kepada hakim bahwa tanggung jawab membebaskan Gaza dari blokade Zionis kini ada padanya. “Apakah dia akan mengarahkan kapal tersebut (pengadilan) ke tujuan yang semestinya: kebebasan bagi rakyat Gaza, atau tidak,” jelas Cigdem yang bersama suaminya semasa hidup, adalah atlet dan pelatih tim nasional taekwondo Turki. Bisa jadi, mental sebagai atlet taekwondo ini yang membuatnya bisa berkata tegar di muka hakim dan membuat sang hakim serius mendengarkan kesaksiannya. Bukan cuma mental, ingatan Cigdem juga kuat. Buktinya, dia mampu mengingat dengan detil serangan brutal Israel di Laut Tengah tiga tahun lalu itu, termasuk mengingat wajah Surya. Meski demikian, Cigdem yang juara Kejuaran Taekwondo Eropa 2008 ini tetaplah istri yang berusaha taat kepada SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
  • 12. Jendela keluarga suaminya. Kata Cigdem, sebelum suaminya ditolong relawan lain di kapal Mavi Marmara, dialah yang pertama kali menemukan Cetin terkapar tak bergerak usai menolong aktivis­aktivis lain yang terluka. dia bahkan sempat melakukan bantuan nafas buatan atau CPr. “Saat melakukan CPr kedua, saya merasakan sesuatu di tangan saya. Ter­ nyata ada peluru yang menembus kepa­ lanya. Setelah itu darah keluar dari mulut dan hidungnya,” tutur ibu satu putra ini. Karena Cetin masih bernafas, dia meminta dokter memberikan oksigen kepadanya. Namun Cigdem juga sadar, peluang selamat untuk Cetin sangat tipis karena tiga peluru telah menembus tubuhnya. “Cetin, tolong katakan kata­kata terakhir untukku. Aku tahu kau akan meninggalkan kami,” katanya sambil berdoa kepada Allah agar suaminya bisa menjawabnya. Kemudian, kata Cigdem, suaminya bergumam, “Aku ridha kepadamu, dan semoga Allah juga ridha kepadamu. Aku telah memaafkan semua kesalahan yang mungkin telah kau lakukan.” Kata Cigdem, hal terakhir yang dia katakan ke Cetin adalah minta dititipkan salam kepada Nabi Muhammad . “Kemudian saya tutup matanya dan pergi,” tutur Cigdem. foTo : ISTIMEWA peMiMpin relaWan pereMpuan Secara terpisah, Santi Soekanto, wartawan senior asal Indonesia yang bergabung dalam misi Gaza freedom flotilla mengatakan, Cigdem adalah Cigdem bersama anak dan suaminya (alm) JUlI 2013/SyaBan 1434 koordinator para aktivis perempuan di kapal Mavi Marmara. Santi menggam­ barkan Cigdem sebagai perempuan paruh baya dengan alis tebal yang men­ jadi “induk” bagi semua perempuan di atas Mavi Marmara. “di bawah kepemimpinannya, dek perempuan Mavi Marmara berubah menjadi ‘pesantren putri’ yang setiap santriwatinya mendapatkan tugas dan kewajiban masing­masing,” kata Santi yang juga aktif sebagai pengurus organisasi Sahabat Al Aqsha ini. Kata Santi, selama menjadi koor­ dinator perempuan di kapal, Cigdem terlihat nyaris tak pernah istirahat. Saat kapal diserang, Cigdem sibuk mondar­ mandir meneriaki semua anak buahnya untuk memakai pelampung dan segera berlindung ke dek perempuan. Cigdem sendiri mengatakan, “Saat serangan itu saya menutup pintu besi dek perempuan dan melarang mereka keluar dari dek tersebut.” Karena Cigdem mendapati Santi di luar dek perempuan, Santi pun kena labrak. Tetapi akhirnya Cigdem bisa memahami kerja jurnalistik Santi bersama dzikrullah, suaminya. Santi menceritakan, saat kapal sepenuhnya dikuasai serdadu bajak laut Zionis, dia melihat Cigdem bersimpuh di dekat jenazah suaminya yang sudah dirapikan dan diselimuti oleh para relawan lainnya. “dia membelai wajah dan rambut sang suami dan menyeka airmatanya sendiri,” cerita Santi. Kata Santi, beberapa aktivis putri menceritakan kepadanya, Cigdem tidak mau berlama­lama menerima ucapan belasungkawa. “Saya menyaksikan sendiri betapa justru kemudian dia sibuk merawat puluhan relawan lainnya yang luka­luka,” aku Santi. Saat dipenjara, Santi menambahkan, bersama ratusan aktivis lainnya di Bersheva, Cigdem diinterogasi dan diintimidasi. Cigdem juga sempat mogok makan dan menolak dideportasi oleh Zionis ke Turki untuk menuntut pengembalian jenazah suaminya. Pada akhirnya Zionis memenuhi tuntutan Cigdem. ditanya soal kompensasi, Cigdem menjawab tidak akan mau menerima uang kompensasi dari Israel atas pembunuhan suaminya itu. dia juga bilang, kalau Israel lebih dulu memberi kompensasi atas seluruh orang Palestina yang mereka bunuh sejak proklamasi Israel tahun 1948, baru dia berpikir untuk menerimanya. juara TaekWondo Cigdem dilahirkan tahun 1965 di Provinsi Adana, kota terbesar keempat di selatan Turki. dia juara taekwondo tingkat nasional tahun 2011, juara dunia pada tahun 2008, juga pernah menjadi juara Eropa dua kali. dia juga aktif sebagai pelatih taekwondo di universtas Cukurova, di Adana. dia bergabung dengan misi Gaza freedom flotilla bersama suaminya, Cetin Topcuoglu, kelahiran 1956, yang juga atlet sekaligus pelatih tim nasional taekwondo Turki. Cigdem dan Cetin dikaruniai seorang putra bernama Aytek Topcuoglu, kelahiran 1984, yang juga juara ketiga nasional olah raga Kick Boxing. “Saat ini Aytek menjadi tenaga keamanan khusus untuk Presiden IHH, Bulent yildirim,” kata Cigdem. IHH adalah singkatan dari Insani Hak ve Huriyetlere Insani yardim Vakfi, lembaga kemanusiaan terbesar di Turki yang mengorganisir misi Gaza freedom flotilla. Cigdem mengatakan kehidupannya saat ini membaik. “Kami baik­baik saja,” kata Cigdem. Hanya saja, aktivitasnya melatih taekwondo di universitas Cuku­ rova dihentikan tanpa alasan yang jelas. Saat ini, Cigdem mengurus yayasan bantuan sosial dan mengelola klub olah raga sekaligus melatih taekwondo di klub itu. dia juga pemegang danlima Taekwondo, dansatu Kick Boxing, dansatu Whusu, serta dansatu Thai Boxing. Sekelumit pengalamannya saat ditangkap Israel ia bertutur, “Saya dipukuli,” katanya sambil tersenyum. Surya Fachrizal/Suara Hidayatullah 77
  • 13. konsultasi keluarga Diasuh oleh : Ustadz Hamim Thohari Waliyullah Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Sebulan yang lalu tetangga saya meningggal dunia. Sepanjang pengamatan saya, almarhum bia­ sa-biasa saja. Ibadahnya juga tidak terlalu istimewa. Sesekali saya melihatnya ke masjid, tapi masih ba­ nyak jamaah lain yang lebih rajin dibanding de­ ngannya. Justru yang mengherankan saya, banyak orang yang menganggapnya sebagai waliyullah. Di tempat saya tinggal almarhum dikenal memiliki ba­ nyak kelebihan, semacam karamah. Bagaimana me­ nu­rut Ustadz? DH Di Makasar Jawab Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa waliyullah adalah setiap Muslim yang beriman, bertakwa, se­ nantiasa merasa bahwa setiap gerak geriknya di­ awa­i oleh Allah s , serta menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Semua orang Muslim yang telah memenuhi kriteria tersebut di atas, me­ nu­ ut petunjuk ini disebut waliyullah. r “Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman, dan senantiasa ber­ak­ a. Bagi mereka berita gembira dalam ke­ t w hi­ upan di dunia dan di akhirat. Tidak ada pe­ d ru­ahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah b kemenangan yang agung. (Yunus [10]: 62–64) ” Sebutan wali atau jama’nya auliya, yang dikenal oleh masyarakat kita biasanya selalu dikaitkan de­ ngan kesaktian atau biasa disebut karamah. Mereka yang bisa mengobati orang yang sakit dengan jampijampi, meramal masa depan, mengetahui pikiran orang lain, atau bisa berjalan di atas air sering di­ e­ s but sebagai wali. Padahal semua perbuatan itu bisa di­ akukan oleh dukun, bahkan tukang sihir. l Jadi, sebutan wali itu harus dikembalikan pada 78 ketentuan Allah . Jangan membuat ketentuan sendiri. Apa yang ditetapkan Allah itulah yang paling benar. Terhadap ilmu ghaib kita tidak boleh mengirangira sendiri, kecuali atas petunjuk-Nya yang pasti. Akhir hayat seseorang, apakah beriman atau kafir, apakah termasuk khusnul khatimah atau su’ul khatimah, apakah masuk surga atau ne­ aka adalah rahasia Allah. Kita hanya bisa me­ r nge­ ahui tanda-tanda yang telah dijelaskan Allah t dan Rasul-Nya. Berikut sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ada seorang wanita ber­ a­ n ma Ummul ‘Ala, ia termasuk wanita yang per­ nah berbaiat kepada Rasulullah SAW. Ia ber­ kisah, “Saat dibagikan undian untuk melayani kaum Muhajirin, saya mendapatkan Usman bin Mazhun. Lalu saya tempatkan di rumah saya. Sa­ yang­nya, ia menderita sakit yang me­nye­bab­­kan ke­ a­iannya. Di hari wafatnya, setelah di­ an­ m t m ­ dikan lalu dikafani, Rasulullah masuk, saya pun mengatakan, ‘Rahmat Allah atas diri­mu wahai Abu Saib (Usman bin Mazhun). Per­ ak­­ kan terhadap s si­ dirimu bahwa Allah telah me­u­kanmu.’ m lia­ Terhadap peristiwa itu serta merta Rasulullah bersabda, ‘Dari mana ka­ u tahu bahwa Allah m telah memuliakannya?’ Saya mengatakan, ‘Ayah saya sebagai taruhan atas kebenaran ucapan saya, ya Rasulullah , lalu siapa yang Allah muliakan?’ Rasulullah menjawab, ‘Adapun dia, maka telah datang ke­ a­ nya. Demi Allah, aku benarm tian­ benar ber­ a­ap untuknya kebaikan. Aku sendiri h r tidak tahu, padahal aku ini utusan Allah. (Aku juga ti­ ak tahu) apa yang nantinya akan diperlakukan d ter­ a­ ap diriku.’ Ummu ‘Ala mengatakan, ‘Demi h d Allah, saya tidak lagi memberikan takziyah (per­ sak­ ian baik) setelah itu selama-lamanya.’ s Semoga jawaban ini dapat mencerahkan Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Wallahu a’lam bish-shawab. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com