Pemurtadan berkedok pernikahan merupakan modus lama yang digunakan misionaris Kristen untuk mengkristenkan Muslimah. Mereka menikahi Muslimah dengan berpura-pura memeluk Islam, lalu setelah menikah mulai mendoktrin istri dan anak-anaknya untuk masuk Kristen. Kasus ini masih sering terjadi dan menimbulkan banyak korban.
Catatan harian ini diterjemahkan dari versi bahasa Inggris tulisan Malala di BBC Urdu. Semoga bermanfaat. Diterjemahkan sebagai bagian dari tulisan ini: http://kaki-kata.blogspot.com/2012/10/menulis-adalah-keberanian.html
Catatan harian ini diterjemahkan dari versi bahasa Inggris tulisan Malala di BBC Urdu. Semoga bermanfaat. Diterjemahkan sebagai bagian dari tulisan ini: http://kaki-kata.blogspot.com/2012/10/menulis-adalah-keberanian.html
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Dakwah Islam penyambung Silaturrahmi antara Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan Donatur/Muzaki yang memuat beragam informasi, edukasi dan Progrest Report BMH sebagai Amil Zakat Nasional
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Dakwah Islam penyambung Silaturrahmi antara Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan Donatur/Muzaki yang memuat beragam informasi, edukasi dan Progrest Report BMH sebagai Amil Zakat Nasional
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
1. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 21
Kristenisasi
Berkedok Pernikahan
P
emurtadan berkedok pernikahan merupakan
salah satu dari banyak program Kristenisasi
di Tanah Air. Mereka menyiapkan pemuda-
pemuda terlatih untuk melancarkan aksinya.
Mereka mengincar Muslimah. Awalnya
dipacari, lalu dinikahi dengan cara pura-pura menjadi
muallaf. Setelah mempunyai anak, lalu si suami kembali
masuk Kristen dengan mengajak paksa istrinya menga
nut agama Kristen.
Modus ini sudah terjadi sejak akhir tahun 80-an, te
tapi belakangan ini kembali marak. Tentunya, Muslimah
harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam masalah ini.
Seberapa parahnya kasus ini terjadi di Indonesia, dan
bagaimana cara umat menghadapinya? Simak Laporan
Utama Suara Hidayatullah edisi kali ini.
laporan utama
TIM LAPORAN
UTAMA
PENANGGUNG JAWAB/
KOORDINATOR
Niesky Hafur Permana
REPORTER
Abu Gaza, Ainuddin Chalik,
Ibnu Syafaat, Dodi Nurja,
Ngadiman Djojonegoro,
Samsul Bahri
EDITOR
Dadang Kusmayadi
2. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com22
Pemurtadan Berujung Ancaman Nyawa
Awalnya pura-pura memeluk
Islam, lalu berbalik memaksa
istri untuk murtad. Bahkan
taruhannya nyawa.
S
enin, 4 Mei 2009, hati Rini
Fitriana (30) berbunga-
bunga. Hari itu, Rini
melangsungkan pernikahan
dengan lelaki bernama
Yung Indrajaya Kosasih alias
Ayung. Pernikahan mereka tercatat
di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Cigugur, Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat.
Hati Rini bertambah senang
ketika pria dambaan hatinya itu,
yang semula beragama Kristen mau
diajak masuk Islam. Ayah Rini, Yoyo
Halim Mulyana, memang memberi
syarat kepada Ayung, jika ingin
menikahi anaknya, maka harus
memeluk Islam.
Bulan madu pun direngkuh
bersama. Karena tidak ingin
merepotkan orangtua maupun
mertua, Rini memutuskan membeli
rumah di Cirebon, Jawa Barat
dengan cara mencicil.
Bahtera rumah tangga Rini
awalnya berjalan baik, tapi beberapa
bulan setelah menikah petaka itu
datang. Ayung mulai menampakkan
aslinya. Ayung tidak mau diajak
shalat dan belajar Islam.
Hingga pada suatu hari, Ayung
berterus terang mengatakan kepada
Rini bahwa ia kembali memeluk
agama Kristen. Rini terkejut
mendengar pengakuan Ayung.
Arogansi Ayung semakin
menjadi saat hadirnya Jansen, buah
hati hasil pernikahan dengan Rini.
Ayung mengubah status agama Rini
di Kartu Tanda Penduduk (KTP)
dan Kartu Keluarga (KK) dengan
agama Kristen. Bukan hanya itu,
Ayung melarang Rini mengajarkan
Islam kepada Jansen.
Bahkan, Ayung marah besar jika
Jansen dipakaikan atribut-atribut
keislaman, seperti kopiah dan
baju koko. “Awas ya kamu ngajar-
ngajarin Jansen Islam!” kata Rini
meniru ancaman Ayung.
Percekcokan tidak terhindarkan.
Atas masukan sang ayah, akhirnya
Rini memutuskan pisah ranjang.
Sementara Ayung menyampaikan
ke Yoyo bahwa dirinya telah ber
cerai dengan Rini. Namun, Ayung
kemudian
meminta izin
ke Yoyo untuk
rujuk dengan
Rini.
Kontan saja
permintaan
Ayung ini
ditolak Yoyo.
“Bapak takut
LAPORAN UTAMA
Suasana di persidangan Ayung
3. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 23
dosa menikahkan kalian,” kata
Rini meniru pesan sang ayah.
muRKa aYunG
Sikap Yoyo ini membuat
Ayung gelap mata. Puncak
kemarahan Ayung terjadi
pada 23 Mei 2013. Malam
itu hujan tidak begitu lebat.
Kedua orangtua Rini tengah
berkunjung ke rumah Rini
di Cirebon. Meski telah
pisah ranjang, Ayung sering
berkunjung ke rumah Rini
dengan alasan menjenguk
Jansen.
Kunjungan orangtua
Rini rupanya semakin
membuat Ayung marah
besar. Selepas menjemput
Rini dari tempat kerjanya,
Ayung bergegas masuk
ke rumah melalui pintu
belakang. Ayung tidak menjawab
ketika ayahnya Rini menyapa.
Dengan langkah bergegas,
Ayung mengambil sebuah botol
bekas air mineral ukuran 1,5
liter berisi bensin yang berada
di mobil boks-nya. Ayung lantas
menyiramkan bensin tersebut ke
tubuh Yoyo.
Beberapa detik kemudian
Ayung menyalakan korek api dan
melemparkan ke tubuh Yoyo.
Dengan terus mengerang kesakitan,
Yoyo berlari keluar rumah dan
berusaha memadamkan api yang
membakar tubuhnya dengan air
hujan.
Yoyo terus berlari menuju
rumah tetangga terdekat. Tapi,
Ayung tidak tinggal diam, ia terus
memburunya dan menyiramkan
sisa bensin ke tubuh Yoyo.
Melihat peristiwa itu, Rini lantas
menghalang-halangi Ayung agar
menghentikan aksinya, hingga
Ayung dan Rini pun ikut terbakar.
Api bisa dipadamkan setelah
warga berdatangan. Yoyo, Rini,
dan Ayung akhirnya dirawat di
Rumah Sakit Sumber Kasih. Takdir
berkehendak lain. Pada 31 Mei
2013, Yoyo menghembuskan napas
terakhir setelah dirawat di rumah
sakit selama sepekan.
Kini, atas perbuatannya itu,
Ayung divonis penjara seumur
hidup oleh Pengadilan Negeri
Cirebon, pada 25 November 2013
silam.
DipaCaRi, DiHamiLi, Dan
DimuRtaDKan
Pada kisah lain, Nurmala (33),
Muslimah asal Desa Situ Wetan
Plered, Cirebon, Jawa Barat me-
nyesal dengan keputusan yang ia
lakukan 13 tahun silam. Petaka itu
berawal saat ia bekerja di Jakarta
dan bertemu Stefanus, pemuda
asal Flores, Nusa Tenggara Timur
(NTT). Karena sering bertemu,
Stefanus dan Nurmala memutuskan
berpacaran.
Hubungan mereka terlampau
jauh. Dengan bujuk rayu, akhirnya
Stefanus menghamili Nurmala.
Kabar ini diketahui oleh orangtua
Nurmala di Cirebon. Nurmala
lantas diminta orangtuanya untuk
pulang. Ia diwanti-wanti agar tidak
berhubungan lagi dengan Stefanus.
Namun, selang beberapa hari
Stefanus menyusul Nurmala ke
Cirebon. Stefanus minta ke Nurmala
agar mau menyerahkan anaknya jika
sudah melahirkan. Jika tidak menuruti
kemauannya, Stefanus mengancam
akan membelah perut Nurmala
dengan pedang. Mendapat ancaman
itu, keluarga Nurmala tertekan. Sang
ayah lantas memberi pilihan, Stefanus
boleh menikahi Nurmala asal terlebih
dahulu memeluk Islam.
Stefanus menyanggupinya.
Sepekan sebelum menikahi
Nurmala, Stefanus mengucapkan
dua kalimat Syahadat. Beberapa
jam setelah akad nikah, Stefanus
meminta izin membawa pergi
Nurmala ke Flores. Karena Nurmala
sudah menjadi tanggung jawab
Stefanus, maka orangtua NurmalaNurmala
4. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com24
LAPORAN UTAMA
mengizinkannya.
“Di Flores, Agustus 2000,
saya dimasukan Stefanus bekerja
di SMA Katolik sebagai tata usaha.
Awal saya bekerja di sana, mereka
memperlakukan saya dengan baik,”
kenang Nurmala dengan linangan
air mata.
Tetapi, petaka itu datang.
Nurmala mulai didoktrin. Ia dipaksa
keluarga Stefanus untuk memeluk
Katolik. Ia juga meminta Nurmala
untuk menikah secara Katolik.
“Akhirnya dengan sangat
terpaksa, pada 2 Agustus 2002, saya
dinikahkan kembali dengan cara
Katolik di Gereja Katedral, Ende.
Stefanus bilang, ‘waktu itu aku
sudah menuruti kemauan keluarga
kamu menikah secara Islam,
maka sekarang kamu harus ikuti
kemauan keluarga saya, menikah
secara Katolik’,” ujar Nurmala ketika
ditemui Suara Hidayatullah, di
Attaqwa Islamic Center Cirebon,
akhir November 2013.
Setelah dinikahi secara Katolik,
Nurmala mendapat nama baptis
Theresia Nurmala. Meski telah
dipaksa masuk Katolik, Nurmala me
ngaku tetap menjalankan shalat lima
waktu. Inilah yang membuat Stefanus
naik pitam. Nurmala kerap mendapat
intimidasi dan ancaman dari Stefanus
maupun keluarga besarnya.
Tidak tahan dengan penderitaan
yang dialaminya, Nurmala sempat
beberapa kali mencoba kabur. “Saya
pernah mencoba kabur bersama
anak saya. Sempat sampai di
pelabuhan dan bersiap-siap naik
kapal, tetapi tertangkap lagi oleh
keluarga Stefanus.”
Agar tidak kabur lagi, Nurmala
selalu dicekoki obat tidur. Selama
bertahun-tahun Nurmala hidup
dengan pengaruh obat tidur. Ka
tanya, ia tidak pernah mencerita
kan penderitaan yang dialami ke
orangtuanya, karena tidak mau
mereka ikut menderita memikirkan
anaknya. Apalagi Flores yang sangat
jauh dari Cirebon. Sementara
orangtuanya berasal dari keluarga
tidak mampu.
Beberapa tahun kemudian,
Nurmala diboyong oleh Stefanus
pindah rumah ke Perumahan Grand
Kahuripan Cileungsi, Jawa Barat. Di
sana ia tinggal di perumahan baru
yang mayoritas tetangganya dari
Flores. Selama tinggal di Cileungsi,
Nurmala tidur di samping golok dan
pedang. “Saya selalu diancam. Kalau
berani lari, saya mau dibunuh,” kata
Nurmala.
Saat menjalankan shalatnya,
ia selalu berharap kepada Allah
SWT agar dapat keluar dari pen
deritaan yang dialaminya. Suatu
ketika Stefanus berhenti bekerja
dan memilih berdagang. Stefanus
berdagang hingga ke Flores. Kesem
patan ini ia gunakan untuk kabur.
“Saat Stefanus sedang ke Flores, saya
kabur dibantu oleh tetangga saya
yang Muslim. Saya bawa barang-
barang saya dan anak-anak saya ke
Cirebon,” katanya.
Fenomena Gunung Es
Ketua Gerakan Anti Pemurtadan
dan Aliran Sesat (GAPAS) Cirebon,
Andi Mulya mengatakan, selain
kasus pemurtadan berkedok per
nikahan dengan korban Rini dan
Nurmala, GAPAS juga menerima
aduan dari korban-korban lainnya.
Setelah kasus Rini terekspos
ke media, banyak pengaduan
kasus-kasus serupa yang masuk
ke GAPAS. “Semuanya adalah
perempuan. Para korban itu ada
yang perawat dan juga guru,” kata
Andi kepada Suara Hidayatullah.
Menurut Andi, banyaknya
laporan pengaduan ini membukti
kan bahwa pemurtadan berkedok
pernikahan merupakan fenomena
gunung es.
Menurut Kristolog Abu Deedat
Syihabuddin, pemurtadan berkedok
pernikahan merupakan cara lama
yang dilakukan misionaris. Modus
pemurtadan lewat pernikahan
relatif mudah dilakukan dan banyak
yang berhasil. Kata Abu Deedat, si
lelaki Kristen tinggal berpura-pura
masuk Islam, lalu menikah dengan
Muslimah. Setelah beberapa lama
menikah kemudian murtad, dan
mengajak anak-istrinya masuk
Kristen. “Pemurtadan dengan cara
ini banyak yang berhasil,” katanya.
Abu Deedat mengatakan,
Muslimah yang dijadikan sasaran
target pemurtadan berkedok
pernikahan berasal dari berbagai
golongan. “Tim Fakta menangani
banyak kasus Muslimah yang jadi
korban pemurtadan berkedok
pernikahan. Ada orang biasa, artis,
juga ada anak pejabat yang kasusnya
kami tangani,” jelasnya.
Menurutnya, pihak gereja
memberi restu pemurtadan dengan
cara ini. Dalam Hukum Gereja
Kemudian demi
kepentingan
misi, gereja memberkati
pernikahan campur
mereka, setelah pihak
yang bukan Protestan
membuat pernyataan
bahwa ia bersedia ikut
agama Kristen Protestan
dan anak-anaknya harus
dididik dan dibaptis
secara Protestan,”
Abu Deedat Syihabuddin
Kristolog
5. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 25
Kanon 1086 dijelaskan, seorang
Katolik diperbolehkan setelah
mendapat dispensasi dari pejabat
gereja untuk menikah dengan bukan
pemeluk Katolik.
Pembolehan ini tentu dengan
syarat, yakni si Katolik tetap
memegang teguh ajaran Katolik dan
berusaha mengajak dan mendidik
anak-anaknya dengan cara Katolik.
Tidak jauh berbeda dengan Katolik,
Kristen Protestan pun memiliki
aturan yang sama.
Kata Abu Deedat, mengutip
Pendeta Fridolin Ukur, jika pemeluk
Protestan menikah dengan pemeluk
agama lain, maka mereka dianjurkan
untuk menikah secara sipil di mana
kedua belah pihak tetap menganut
agama masing-masing. “Kemudian
demi kepentingan misi, gereja
Waspadai Program Kristenisasi
memberkati pernikahan campur
mereka, setelah pihak yang bukan
Protestan membuat pernyataan
bahwa ia bersedia ikut agama
Kristen Protestan dan anak-anaknya
harus dididik dan dibaptis secara
Protestan,” jelas Abu Deedat.
Suara Hidayatullah sempat
menghubungi Ketua Umum Persa
tuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt.
Andreas A Yewangoe dan Sekretaris
Eksekutif Bidang Marturia PGI,
Favor Adelaide Bancin, terkait hu
kum gereja tersebut, namun kedua
nya enggan memberikan tanggapan.
“Baiknya tanya kepada Kon
ferensi Wali Gereja Indonesia.
Mereka lebih tahu tentang hukum
Kanon. Terima kasih,” kata Pdt.
Andreas melalui pesan singkat
kepada Suara Hidayatullah, awal
Desember lalu.
Namun, ketika Suara
Hidayatullah beberapa kali
menghubungi saluran kontak resmi
Konferensi Wali Gereja Indonesia,
juga tak diangkat. Surat elektronik
yang dikirim pun, hingga berita ini
ditulis belum juga ditanggapi.
Kasus Muslimah yang menjadi
korban pemurtadan disertai
ancaman dan kekerasan ini
mendapat perhatian dari LSM
Banati, Cirebon. “Agar kasus-
kasus ini tidak terulang kembali,
maka saya menyarankan agar para
Muslimah tidak menikah dengan
laki-laki yang tidak seiman. Ini
penting untuk kesamaan visi dalam
mendidik anak,” kata Ketua Sub
Bidang Perlindungan Perempuan
LSM Banati, Euis Suhartati.
Agar berhasil mendapat
korban, berbagai cara
dilakukan. Diantaranya
dengan hipnotis.
U
mat Islam di
Padang, Sumatera
Barat gempar, tidak
terkecuali Majelis
Ulama Indonesia
(MUI) Sumatera Barat. Penyebab
nya, dari pedalaman Sumatera
Barat terendus kasus murtadnya
seorang Muslimah Minang.
Ketua Paga Nagari, Ibnu Aqil D.
Gani langsung mencari kebenaran
kabar itu ke Kampung Kapalo Koto,
Nagari Halaban, Kabupaten Lima
Puluh Kota, Padang.
Jarak yang ditempuh untuk
sampai ke kabupaten di bagian
timur wilayah Provinsi Sumatera
Barat itu cukup jauh, hampir 150
km dari Kota Padang. Ketika sampai
di dusun tersebut, Ibnu Aqil baru
percaya bahwa kabar miris itu
bukan bohong.
“Ternyata benar, sudah
bertambah lagi kasus urang awak
yang dimurtadkan,” ujar Ibnu
Aqil kepada Suara Hidayatullah,
Desember lalu.
Desa tersebut, kata Ibnu Aqil,
cukup terpencil. Suasananya sepi,
penduduknya juga tidak terlalu
banyak. Muslimah bernama Yeni
Mariati itu baru diketahui telah
murtad pada bulan Juli 2013.
Kejadian bermula pada tahun
2009. Yeni adalah seorang janda
yang mengurus kedua anaknya
seorang diri. Lantaran faktor
ekonomi, wanita berusia 33 tahun
itu memutuskan untuk merantau
ke Jambi. Di sana, ia berkenalan
dengan Lumba Sihombing, pria
asal Medan, Sumatera Utara.
Dari perkenalan itulah keduanya
akhirnya menikah. Namun
pernikahan dilakukan tidak dengan
tata cara Islam, sebab pernikahan
dilangsungkan di sebuah gereja di
Medan. Masyarakat di kampungnya
dan orangtuanya tidak ada yang
tahu kalau Yeni telah murtad.
“Saya sudah melihat surat
pembabtisannya. Ini merupakan
tamparan bagi masyarakat Minang
yang dikenal memegang teguh
filosofi Adat Basandi Syara’ dan
Syara’ Basandi Kitabullah,” kata
Ibnu Aqil.
Dari pernikahan dengan pria
Kristen itu, Yeni telah dikaruniai
dua orang anak. Tokoh agama,
masyarakat, dan ulama di Sumatera
Barat tidak tinggal diam. Akhirnya,
ketika Yeni balik ke kampungnya,
ia terus dinasehati dan dibimbing
hingga akhirnya menyesali
perbuatannya. Pada Agustus 2013
lalu, ia kembali disyahadatkan dan
bertobat.
Sejak itu, kata Ibnu Aqil, ada
kesepakatan dengan Yeni, bahwa dia
tidak diperbolehkan kembali pada
suaminya. Bila mantan suaminya itu
datang untuk melihat, maka tidak
boleh masuk ke rumah. Jika ingin
kembali juga, mantan suaminya itu
harus memeluk Islam dengan penuh
6. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com26
LAPORAN UTAMA
kesadaran sendiri dan mereka
dinikahkan kembali secara
Islam.
Program Terencana
Pendiri dan Pembina Advokasi
Rehabilitasi Imunisasi Aqidah
Terpadu Efektif & Aktual
(ARIMATEA), Diki Candra
mengatakan, cara pemurtadan
berkedok nikah merupakan agenda
yang tersusun dan sudah menjadi
program Kristen.
Kata Diki, ARIMATEA sudah
mempelajari modus ini sejak lama.
Gerakan ini telah dirumuskan sejak
1984 di Jawa Timur. “Namanya
gerakan rahasia sandi ‘Airmata’,” kata
Diki kepada Suara Hidayatullah di
Bekasi, Desember lalu.
Menurutnya, target operasi ini
adalah Muslimah dan untuk men
dapatkan anak sebanyak-banyak
nya. Jika Muslimah yang dihamili
itu mau masuk Kristen, maka itu
prestasi besar. Tapi jika tidak, maka
anaknya yang dilahirkan akan di
ambil paksa untuk ikut ayahnya dan
dibesarkan dalam iman Kristiani.
Lebih lanjut Diki mengatakan,
sandi ‘Airmata’ ini adalah singkatan
dari “Akhlak, Iman, Remaja Muslim
Akan Tetap ter-Ambil”. Ini adalah
gerakan untuk menculik remaja-
remaja Islam. Pelakunya anak-anak
muda Kristen yang telah dididik dan
memahami tujuan gerakan. Mereka
mampu merahasiakan misinya.
Sandi ini berasal dari Daniel
Sukarno, dari Sekolah Theologia
Etheos Solo, Jawa Tengah. Gerakan
ini pada akhir tahun 1987 (malam
tahun baru 1988) melepas sejumlah
anak-anak muda Kristen ke tempat-
tempat hiburan. Misi mereka
mengincar remaja Muslimah dari
kalangan biasa hingga terpandang,
seperti anak tokoh berpengaruh,
atau anak kiai.
Diki mengatakan, semua data
yang dibeberkannya berdasarkan
dari aduan kasus yang ditanganinya,
pengakuan dari mantan pengurus
Laskar Kristus yang telah masuk
Islam dan investigasi di lapangan.
“Saya jamin ini benar seratus
persen,” ucapnya tegas.
Bahkan, Diki mengaku pernah
menangani kasus putri seorang
kiai pemilik sebuah pesantren.
Kata Diki, modusnya, mengakrabi
calon korban hingga kemudian
mau diajak ke vila, atau hotel untuk
dihamili. “Semua ongkos vila, motel,
atau hotel dibayar oleh komandan
lapangannya masing-masing.”
Jika korbannya sudah hamil,
harus dijaga agar tidak melakukan
aborsi. Ketika usia kehamilannya
menginjak bulan keempat, korban
dipaksa agar masuk Kristen.
Kata Diki, menurut kesaksian
mantan Pendeta Ev. Andronikus
MH Kaparang, gerakan ini cukup
berhasil. Ada anggota Laskar Kristus
yang “berhasil” mempunyai anak
belasan hingga puluhan. Seperti
penginjil Yulianto, asal Blitar, Jawa
Timur. Dia berhasil mempunyai
19 anak dari gadis-gadis Islam
yang dihamilinya. Kini, Yulianto
sudah hidup enak karena berbagai
fasilitas yang diberikan gereja.
Dia dipandang cukup berprestasi.
Sedang anak-anaknya ditampung
di panti asuhan dan gadis-gadis
Islam yang telah dihamili itu ada
yang akhirnya masuk Kristen, ada
pula yang kembali ke Islam tanpa
membawa anaknya.
Sementara itu, menurut pakar
Kristologi dari Abdullah Wasian
Foundation (AWF), Masyhud M.S,
kasus yang terjadi di Cirebon bukan
yang pertama dan terakhir. Itu
akan terus berlanjut sampai mereka
berhasil menjalankan misinya. Bagi
seorang Kristen, kata Masyhud, apa
pun langkah hidupnya pasti mem
bawa misi. Karena hal itu amanat
dari Yesus untuk membaptis semua
orang di dunia. “Jika pernikahan
terjadi antara Muslim dan Kristen,
dari pihak Islam murni hanya
cinta, tapi dari pihak Kristen pasti
memiliki misi,” tutur Masyhud.
Hipnotis
Di Bandung, Jawa Barat, ada
cara lain untuk memurtadkan
Muslimah, yakni dengan hipnotis.
Hari Nugraha, pengurus Komite
Peduli Umat Bandung (KPUB)
menceritakan pengalamannya saat
menangani kasus hipnotis yang
menimpa seorang Muslimah.
Seorang mahasiswi yang masih
kuliah di salah satu perguruan
tinggi negeri di Bandung itu hendak
dilamar seorang pemuda Kristen.
Namun karena beda agama, ia
menolaknya. Si pemuda Kristen
tidak putus asa. Dalam suatu
kesempatan, ia mendatangi tempat
kost sang Muslimah. Dengan
mengaku sebagai kakaknya, ia
berhasil mengelabui si pemilik
kost dan masuk ke kamar sang
Muslimah.
nIESKIH.PERMANA/SUARAHIDAYATULLAH
Target operasi ini adalah
Muslimah dan untuk
mendapatkan anak
sebanyak-banyaknya. Jika
Muslimah yang dihamili
itu mau masuk Kristen,
maka itu prestasi besar
Diki Candra
Pendiri dan Pembina ARIMATEA
7. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 27
“Entah apa yang dilakukan
pemuda tersebut. Sang Muslimah
yang awalnya sangat benci malah
berbalik arah mengejar-ngejar si
pemuda. Bahkan, orangtua gadis
tersebut sangat terpukul, mengapa
itu bisa terjadi dan secepat itu
perubahannya,” jelas Hari.
Ragam cara telah diupayakan
agar dua sejoli ini dapat dipisahkan.
Namun tak jua membuahkan hasil.
Akhirnya, orangtua si Muslimah
menyerah dan menikahkan
keduanya dengan cara Islam, karena
si pemuda bersedia memeluk Islam.
Namun menurut Hari, setelah
itu, masih ada upaya-upaya untuk
mengkristenkan keluarga tersebut
dengan berbagai cara, termasuk
hipnotis dan ancaman.
Kata Hari, pihaknya juga
menangani kasus pemuda Islam
yang menikah dengan gadis
Kristen. Awalnya, si pemuda sudah
diingatkan bahwa langkah tersebut
berisiko secara aqidah. Tapi,
pemuda itu tetap nekad menikahi
sang gadis.
Pada awal tahun pernikahannya,
mereka masih rukun dan bahagia
karena sang istri bersedia memeluk
Islam. Namun, beberapa bulan lalu
Hari menyambangi pasutri tersebut,
keadaannya justru terbalik, sang
suami malah murtad.
“Keluarganya melapor ke kami
dan berdasarkan investigasi, anak
itu sekarang sudah pindah rumah
dan menjadi penginjil. Sesekali
masih suka datang ke keluarganya
namun dengan membawa misi
Kristen,” ujar Hari yang juga Humas
Forum Islami (FIS) Jawa Barat.
Menurut Hari, kasus-kasus
Kristenisasi yang terus marak,
selain faktor internal umat Islam
yang lemah, juga sisi penegakan
hukum yang masih lemah. Terbukti,
tidak ada satu pun pasal KUHP
yang mengatur dan dapat menjerat
pelaku pemurtadan.
Jika demikian, pesan Hari, maka
jalan terakhir umat harus melawan
dengan gigih terhadap program-
program Kristenisasi.
nIESKIH.PERMANA/SUARAHIDAYATULLAH
Agar memperdalam Islam,
minimal setahun baru diberi
izin menikah.
P
ertengahan November
lalu, berbagai
media massa ramai
memberitakan kasus
penistaan agama yang
dilakukan oleh aktor sinetron.
Penodaan tersebut menyangkut
murtadnya kembali sang artis
setelah dirinya mengaku Muslim.
Ketua DPW Front Pembela
Islam (FPI) Depok, Habib Idrus Al-
Ghadri mengecam dan melaporkan
aktor itu ke polisi. Tidak hanya
FPI, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Pusat juga mengecam
ulah pasangan artis yang hendak
menikah itu.
Ketua MUI Pusat, KH Amidhan
mengatakan, bisa jadi yang
dilakukan aktor tersebut adalah
modus untuk mengajak sang istri
masuk Kristen, namun hal itu
telanjur muncul ke publik. “Bisa
jadi ada motivasi begitu walaupun
tidak terbuka. Nampak dari
kesimpangsiuran pernyataannya di
media,” kata Amidhan.
Selang dua pekan setelah
laporan tersebut, akhirnya sang
artis membatalkan pernikahannya.
Bagi Muslimah yang belum
menikah, Diki menyarankan
agar berhati-hati jika tidak ingin
menjadi korban Kristenisasi
berkedok pernikahan. Ia berpesan
kepada para orangtua, jangan
mudah percaya dengan pria yang
baru memeluk Islam (muallaf).
“Setiap orang yang baru
memeluk Islam perlu ada filter yang
kuat, jangan begitu saja percaya,”
imbuhnya.
Kata Diki, untuk lebih
mempercayainya, lihat keseharian
muallaf tersebut, apakah taat
belajar tentang Islam dan sudah
berapa lama masuk Islamnya.
“Jangan baru tiga bulan masuk
Islam sudah percaya,” tegas Diki.
Umat harus hati-hati terhadap
muallaf. Namun, himbau Diki,
jangan juga memvonis muallaf
gadungan, karena banyak juga
muallaf yang tulus dan benar.
Kristolog Abu Deedat
mengatakan hal serupa. Salah
satu penyebab maraknya kasus
ini karena kelonggaran orangtua
dalam memberikan izin. Untuk itu,
ia menyarankan agar para orangtua
tidak mudah memberikan izin jika
ada pria non Muslim yang ingin
menikahi anak perempuannya.
Jika pun mengizinkan, maka
si pria harus terlebih dahulu
mendalami Islam minimal satu
tahun. “Jadi, begitu masuk Islam,
jangan langsung dinikahkan dengan
anak gadisnya. Suruh dia perdalam
Islam dulu, kalau perlu ngaji
dengan saya. Paling tidak selama
setahun. Dari situ kita bisa lihat
motivasinya,” tegasnya.
Waspadai Muallaf Gadungan