SlideShare a Scribd company logo
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com36
f i g u r
FOTO-FOTO OLEH MUH ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH
BENDRI JAISYURRAHMAN
Pendiri Yayasan Sahabat Ayah
AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 37
biasa menerima tamu. Namun karena
saat itu pintu ruang kerjanya—masih di
gedungAQL—terkunciolehasistennya,
ia meminjam perpustakaan sejak siang.
“Saya booking (tempat) ini untuk
ruangan saya. Saya minta izin dan para
pengunjung pun keluar semua,” ujar
pria kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1981
ini.
Siapa Bendri kok “tega” meminta
ruangan itu dikosongkan? Ia
adalah konsultan spiritual masalah
keluarga, khususnya ayah atau suami.
Sebenarnya, selama Ramadhan 1436 H,
ia enggan melayani konsultasi di luar
jadwal karena mau fokus beribadah.
Namun, aku Direktur Kokoh
Keluarga Indonesia (KKI) AQL ini,
ada beberapa orang yang kondisinya
darurat, dan mesti dilayani. Seperti
halnya kedua tamunya itu. “Mereka
konsultasi masalah pasutri,” ujarnya
tanpa merinci.
Situasi darurat itu, jelas Bendri,
misalnya pasutri di ambang perceraian
atau problem rumah tangga lain yang
S
uasana di Ar­Rahman
Qur`anic Learning (AQL)
Islamic Center Library,
Tebet, Jakarta Selatan itu
agak lain dari hari biasa. Tak
ada aktivitas orang membaca atau
mencari buku di perpustakaan kecil itu.
Hanya tiga orang dewasa yang duduk
mengitari sebuah meja.
Dari luar ruangan yang berdinding
kaca bening itu, tampak seorang lelaki
berkacamata berbicara serius dengan
sepasang pria­wanita. Setelah sekitar
satu jam, pembicaraan tertutup pada
Kamis (25/6) sore itu berakhir.
Sang pria keluar ruangan dengan
wajah dingin, diiringi wanita berjilbab
yang tersenyum kecil. Keduanya adalah
pasangan suami­istri (pasutri) yang
baru saja berkonsultasi dengan Ustadz
Bendri Jaisyurrahman.
“Mereka dari Jakarta,” ujar
Bendri sedikit mengungkap perihal
tamunya, usai mempersilahkan Suara
Hidayatullah masuk ke perpustakaan.
Ini bukan kantor tempat Bendri
berdampak ke anak. “Menurut saya
itu (masalah) urgen,” ungkap alumnus
Universitas Indonesia yang saban hari
biasanya dikunjungi hingga 7 orang
tamu ini.
Bendri mulai tertarik dengan
dunia parenting saat masih di bangku
SMA. Kala itu, sekitar tahun 1997, ia
sudah jadi Kepala Madrasah Diniyah
Alternatif An­Nashr, Kalisari, Jakarta
Timur. Bendri pun aktif membina
anak­anak jalanan di Depok, Jawa
Barat. Tahun 2002, ia direkrut oleh Elly
Risman sebagai aktivis Yayasan Kita
dan Buah Hati (YKBH).
Dalam perjalanannya, ayah empat
anak ini mendirikan Yayasan Langkah
Kita bersama Irwan Rinaldi (juga
pendiri YKBH). Yayasan ini didirikan
menyikapi fenomena mulai hilangnya
peran ayah dari lingkungan keluarga di
Indonesia.
Padahal, menurut Bendri, tugas
seorang ayah tak cuma mencari nafkah.
Al­Qur`an, sebutnya, lebih banyak
membicarakan kepengasuhan anak
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com38
f i g u r
oleh ayah daripada ibu.
	Kata Bendri, konsep “ibu
madrasah pertama bagi anak” itu
betul. Namun harus dilengkapi bahwa
ayah adalah kepala sekolah (kepsek)nya
atau kepala madrasah. Sebagai “kepsek”,
menurutnya, banyak peran ayah dalam
mendidik anak.
	 Lalu, apa saja peran tersebut?
	 Untuk mengetahuinya, 8 Ra­ma­
dhan lalu, wartawan Suara Hida­
yatullah Muh. Abdus Syakur dan
Achmad Fazeri mewawancarai Bendri
Jaisyurahman di kawasan Tebet.
Perbincangan diiringi lantunan al-
Qur`an dari masjid yang berdempetan
dengan perpustakaan, serta diselingi
buka puasa bersama, shalat Maghrib
berjamaah, dan santap malam nasi
kebuli.
	 Majalah ini juga mendatangi
Bendri di apartemen Puri Casablanca,
Kuningan, Jakarta Selatan, di sela-sela
aktivitasnya sebagai ustadz. Berikut
petikan wawancaranya.
***
	 Apa yang melatarbelakangi Anda
fokusmengkajitemakeayahandalam
berdakwah?
	 Sejak mahasiswa (tahun 2000-an),
bahkan waktu SMA saya sudah aktif
dalam pembinaan anak-anak. Waktu
SMA saya pernah diangkat sebagai
Kepala Sekolah Madrasah Diniyah
Alternatif An-Nashr di daerah Kalisari.
Karena saat itu jenggot saya lebat, orang
tidak tahu kalau saya masih SMA. Wali
murid juga tidak ada  yang tahu. Nah,
murid-murid baru tahu kalau saya
masih SMA, saat saya kepergok ganti
baju di kamar mandi sekolah. Begitu
ganti baju, saya lupa mengunci pintu,
saat itu ada anak yang buka pintu dan
kaget melihat saya pakai seragam SMA.
Anak-anak langsung bertanya, kakak
masih SMA ya? Saya mengelak dengan
mengatakan ya kakak itu senang
belajar sampai kapan pun waktunya.
Alhamdulillah pandangan anak-anak
tidak berubah ke saya sebagai kepala
sekolah.
	 Namun, begitu pengambilan rapot
ada wali murid yang nyeletuk, “Kata anak
saya Bapak masih SMA.” Wali murid
lain juga bilang begitu hingga akhirnya
jadi pembicaraan. Lalu saya akui jika
saya memang masih SMA. Karena saya
merasa mereka belum siap jika saya jadi
kepala sekolah bagi anak-anaknya, saya
putuskan untuk mundur. Apalagi guru
lain ada yang mahasiswa, bahkan sudah
lulus kuliah. Ini sekitar tahun 1997.
 
	 Kabarnya Anda pernah direkrut
Ely Risman dari Yayasan Anak dan
Buah Hati?
	 Bu Ely membuat divisi baru yang
namanya konselor remaja. Saya diminta
lebih banyak turun ke lapangan.
Saya menangani anak-anak pecandu
pornografi. Di antara kasus yang saya
tangani ada anak sejak kelas 4 SD sudah
melihat majalah porno bahkan onani.
	 Menurut Bu Ely, kasus-kasus itu
muncul karena rumah tangga yang
rusak. Ketika anak-anak diserang media
pornografi dan tayangan media yang
merusak, orangtua hanya memberikan
aspek fisiknya, tapi sisi spiritualitasnya
kosong karena bermula dari orangtua
yang tidak siap. Ayah-ibu mereka
hanya bermodalkan materi, tidak
bermodalkan ilmu. Menurut Bu Ely,
ada yang hilang dalam rumah tangga
sekarang, yaitu peran ayah. Anak-anak
yang rusak karena pornografi adalah
anak-anak yang tidak memiliki  teladan
sosok ayah. Dari kajian itulah akhirnya
saya berpikir, oh... iya, ini kajian yang
menarik.
	 Cuma saat itu saya masih remaja
dan belum menikah, saya belum
berani. Minat saya semakin kuat ketika
bertemu dengan kawan yang saya
anggap ayah dan guru. Namanya Irwan
Rinaldi, asisten atau pendiri Yayasan
Kita dan Buah Hati bersama Bu Ely.
	 Tahun 2007 saya membentuk
Yayasan Langkah Kita bersama Ayah
Irwan. Tugas saya salah satunya
membentuk divisi namanya Sahabat
Ayah, nah itu awal mulanya.
 
	Selama ini yang dipahami
masyarakat peran ayah adalah
mencari nafkah sedangkan ibu
mengasuh anak. Bagaimana
tanggapan Anda?
	 Pemahaman itu hanya berdasarkan
tradisiataubudaya.Jikamelihatliteratur
Islam justru banyak disebutkan tokoh
ayah yang mengasuh anak, artinya
mereka peduli dengan anaknya.
	 Bahkan dalam tesis karya Sarah
binti Halil bin Dakhilallah al-Muthirin
ditemukan bahwa al-Qur’an memuat
17 dialog kepengasuhan yang terdapat
pada 9 surat. Di mana dalam 14 dialog
tersebut terdapat dialog antara ayah
dengan anak seperti Nabi Ibrahim
dengan Nabi Ismail, Syuaib dengan
anak perempuannya, Daud dengan
Sulaiman, Zakaria dengan Yahya.
	Pandangan Islam sendiri
bagaimana?
	 Al-Qur’an lebih banyak bicara
tentang ayah. Itu dalil pertama,
menunjukkan bahwa ayah tidak bisa
lepas dari tanggung jawab mengurus
anak. Makanya kenapa anak memiliki
nasab dengan ayah melalui sebutan
bin. Karena di situ ada pertanggung
jawaban.
	 Ibnu Qayyim dalam kitab Tuhfatul
Maudud bi Ahkamil Maulud menje­
laskan, kerusakan terjadi pada anak-
anak dengan penyebab utamanya
adalah ayah. Maksudnya, dari sisi ini
memang ayah yang bertanggung jawab.
Saatini,sudahtelanjurtertanamkonsep
‘al-umu madrasatul ula’ (ibu madrasah
pertama bagi anak). Itu memang betul,
tapi harus dilengkapi menjadi ‘al-ummu
madrasatul ula wal abu mudziruha’
(ibu madrasah pertama bagi anak dan
ayah adalah kepala madrasahnya). Nah,
sekarang yang hilang pemahaman ayah
sebagai seorang kepala madrasah bagi
anaknya.
	 Jadi, kalau dikembalikan kepada
pandangan Islam, justru kita akan
menemukan riwayat ayah-ayah zaman
dulu konsen terhadap anaknya. Kita
bisa lihat dalam kitab Siyar a’lam an-
Nubala, para ulama-ulama Hadits
dulu yang mengantarnya ke majelis
ilmu itu ayahnya, bukan ibunya.
Ayah yang mendidik, menasihati,
menyimak muraja’ah hafalan anak dan
lain sebagainya. Umar bin Abdul Aziz
punya majelis khusus untuk keluarga,
dan anak-anaknya memuraja’ah hafalan
dengannya.
	 Secara psikologis, jika ayah hanya
mencari nafkah dampaknya anak akan
merasa kehilangan sosok ayah. Itu
banyak dibahas oleh pakar parenting,
dengan gejala yang disebut ‘father
hunger’ (lapar ayah, red). Sehingga,
sekarang muncul anak lelaki yang
kebanci-bancian, atau anak perempuan
yang agak tomboy (bersifat kelaki-
lakian).
AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 39
seperti memasukan air ke dalam botol
yang bergoyang.
 
	 Jikamelihatpraktiknyadimasyara­
kat, menurut Anda seperti apa?
	 Pertama, kebanyakan masyarakat
modern kuat dalam kebutuhan materi.
Sehingga, banyak yang menerapkan
sistem kepengasuhan delegasi. Artinya,
lebih banyak menyerahkan masalah
kepengasuhan anak kepada orang lain,
seperti penitipan anak, pembantu dan
sebagainya.
	 Maka, banyak istri bekerja di luar
rumah dengan berbagai macam alasan.
Misalnya, ingin membantu suami
menyokong pembiayaan kebutuhan
keluarga. Mau tidak mau istri harus
meninggalkan tugas kepengasuhan
anak-anaknya. Padahal, pada saat anak-
anakusiagoldenage(usiadini)itusangat
butuh kehadiran ibu untuk menjalin
hubungan batin. Tetapi, sekarang justru
anak-anak banyak yang dipaksa untuk
berinteraksi dengan pembantu atau
orang lain. Akhirnya, peran ibu dalam
mengasuh anak hilang. Itulah yang
disebut dengan gejala rumah tangga
modern.
	 Kedua, masih banyak yang salah
memahami jika peran ayah hanya
mencari nafkah, mencukupi semua
kebutuhan keluarga tanpa mau
mempedulikan peran kepengasuhan
terhadap anak-anak maupun membuat
nyaman istri. Padahal jelas, itu hanya
tradisi yang turun temurun dari kaidah
yang tidak benar.
 
	 Apa yang harus dilakukan ayah
dalam mengasuh anak?
	 Ada dua macam, yaitu dimensi
persepsi dan stimulan. Dimensi
persepsi adalah apa yang ada di benak
anak tentang sosok ayahnya. Kalau
anak merasa ayahnya sosok yang
care (peduli), bertanggung jawab,
berprestasi, dan sebagainya. Itu berarti
dari segi persepsi, kepengasuhan ayah
sudah selamat. Tetapi, jika di benak
anak yang muncul kebalikan dari itu,
misalnya suka bohong, mudah marah,
dan sebagainya. Itu berarti dari segi
persepsi, kepengasuhan ayah gagal.
Dari situlah kerusakan pada anak
dimulai, sebab kerusakan anak ditandai
dengan persepsi buruk anak terhadap
orangtua, khususnya ayah.Bendri melayani konsultasi pasangan suami istri di kantor AQL Jakarta
 	 Anda punya pengalaman menarik
soal itu?
	 Saya pernah menangani komunitas
gay. Dari beberapa gay yang pernah
saya tanya kenapa mereka menjadi gay,
ternyata jawabannya karena mereka
merasa tidak punya sosok ayah.
 
	 Ibu madrasah pertama bagi anak,
dan ayah sebagai kepala madrasah,
maksudnya?
	 Artinya, ibu sebagai madrasah bagi
anaknya itu di bawah tanggung jawab
seorang ayah. Peran ayah sebagai kepala
madrasah inilah yang sekarang banyak
menghilang di dalam keluarga.
	 Kepala madrasah memang tidak
selalu hadir dan stand by di sekolah dan
biasa keluar. Tetapi, kepala madrasah
punya empat peran, yaitu membuat
nyaman suasana madrasah, di sini yang
dimaksudadalahgurumadrasah.Sebab,
emosional ibu akan mempengaruhi
kulaitas anak. Keayahan itu bermula
menjadi suami yang baik. Maka, rumus
yang pertama menjadi ayah adalah
membahagiakan istrinya.
	 Kedua, harus punya visi, misi, dan
indikatornya. Maksudnya, anaknya
ingindididikmenjadiapa?NabiIbrahim
itu punya visi dan misi dalam mendidik
anaknya. Itu termaktub dalam surat
Ibrahim [14] ayat 35, 36, dan 37.
	Ketiga, melakukan evaluasi,
sebagaimana dalam surat al-Baqarah [2]
ayat 133, Ya’qub mengevaluasi anaknya.
Keempat, harus bisa menegakkan
aturan.
	 Empat peran dasar itulah yang
harus dikerjakan oleh seorang ayah.
Untuk lainnya ayah bisa berperan
sebagai guru, konselor, kawan dan
sebagainya.
	 Lantas peran ibu sebagai guru
madrasah bagaimana?
	 Pertama, tugas ibu sebagai guru
madrasah memberikan kenyamanan
bagi anaknya. Anak-anak sekarang jauh
dari ayahnya karena ibu mengambil
peran ayah dalam menegakkan
aturan. Ibu terlalu bawel, melarang
anak tak boleh begini dan begitu.
Padahal, seharusnya ibulah yang
banyak memeluk anak ketika ayah
marah. Tetapi, sekarang justru terbalik,
sehingga anak tak mau dekat dengan
ibunya. Itulah petaka kepengasuhan
ketika ibu sudah tak lagi dirindukan
anaknya. Karena ibu dominan dalam
menegakkan aturan.
	 Kedua, ibu harus memiliki daya
tarik dengan beberapa skill yang harus
dikuasai seperti memasak dan memijat.
Kenapa anak rindu sama rumah, salah
satunya karena kangen masakan dan
pijitanibu.Ketikaibumaumemijatanak
tanpa sadar anak akan bercerita tentang
masalah-masalahnya. Tanpa sadar
memijat itu bisa memotivasi untuk
bercerita. Jangan sampai yang memasak
dan memijat anak itu pembantu, karena
ibu tidak bisa melakukan keduanya.
	 Ketiga, peran ibu dalam mendidik
anak-anak. Jangan mendidik sebelum
anak merasa nyaman terlebih dahulu
karena anak akan banyak menolak.
Sebab, mendidik tanpa rasa nyaman
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com40
FIGUR
Orangtua yang mengajak anak-
anaknya berlibur setiap hari libur,
itu biasa. Bagaimana kalau ajakan
itu pada hari sekolah? Kebiasaan yang tidak
lumrah ini berlaku bagi keluarga Bendri
Jaisyurrahman.
	 Suami dari Rr Anita Widayanti (38) ini
dikarunia empat buah hati; Muhammad
Al-Fatih (15), Faris Wafi Amna (6), Aisyah
Fakhira Halwa (4), dan Aqila Farhana
Cendekia (1).
	 Pada Jumat pagi awal Juli lalu, misalnya,
Faris dan Halwa semestinya masuk sekolah.
Namun, keduanya malah dibawa jalan-
jalan sama ayah-ibunya ke Taman Impian
Jaya Ancol, Jakarta Utara. Di sini, selain
berlibur, juga dimanfaatkan Bendri untuk
sesi pemotretan keluarga oleh Suara
Hidayatullah.
Menangis karena
Ayahnya Minta Maaf
	 Sebenarnyapemotretaninidiagendakan
berlangsung di kediamannya, Bambu
Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Agenda ini
pun sudah dijanjikan Bendri kepada anak-
anaknya. Namun, ada jadwal mendadak
Bendri mengisi kajian acara kemuslimahan
di sebuah hotel di kawasan Ancol, Jumat
siang itu.
	 Untuk menyiasati janjinya, ia pun
memboyong keluarganya –termasuk
ibunya serta seorang keponakan– ke Ancol.
“Kecuali Fatih, dia pergi daftar sekolah,” ujar
Bendri saat berjumpa fotografer majalah
ini di taman playground depan Gelanggang
Samudera Ancol.
	 Kebiasaan “meliburkan sekolah” itu bu­
kan tanpa alasan. Setiap Sabtu dan Ahad ia
mengakutakbisaberkumpulbersamakeluarga.
Sebab banyak panggilan dakwah di luar rumah.
Sebagaigantinya,iameluangkanwaktubersama
keluarga di luar hari Sabtu-Ahad.
	 “Saya lebih banyak mengambil libur
Senin. Minta izin sama sekolah, anak saya
tidak sekolah bukan sekadar main-main
sama saya,” ujarnya.
	 Saat pemotretan itu, sambil bermain,
ia mengajak anak-anaknya belajar mencari
sejumlah kata dalam sebuah majalah Islam.
“Saya berharap jangan sampai anak berhenti
belajar,” ujar Bendri yang berprinsip,
pendidikan anak sejatinya tanggung jawab
orangtua.
	 Ada kebiasan lain yang dibangunnya
dalam keluarga. Pengamatan Suara
Hidayatullah kala itu, Bendri tampak
sering mengalah alias tidak memaksakan
kehendaknya kepada anak.
	 Misalnya, saat ia meminta Faris berfoto
dengannya di permainan sepeda. Anak
keduanya ini enggan, malah minta ditemani
sang ayah di permainan angkat beban.
Dipanggil beberapa kali, Faris bersikukuh.
Akhirnya Bendri menghampiri Faris. Bukan
marah, melainkan melayani permintaan
sang anak.
	Kemudian dimensi stimulan,
yaitu bagaimana waktu ayah
bersama anak selalu bernilai. Misal­
nya, saat sedang bersama anak, selalu
memberi pesan. Contohnya lagi mene­
mani anak belajar, mengantar anak ke
sekolah.
	 Nah, khusus untuk stimulan ini
sebisa mungkin ayah memanfaatkan
golden moment. Maksudnya, kalau saat
golden moment ayah hadir, ayah bakal
benar-benar menjadi sosok super hero
bagi anak. Jika anak lagi sedih, jangan
sampai ayah absen sebab ia butuh
sandaran jiwa. Ayah harus hadir dan
duduk di sampingnya untuk menghibur.
	 Kedua, ayah harus hadir saat anak
sedang sakit. Ketiga, ayah harus hadir
saat anak sedang berprestasi. Misal,
anak sedang pentas di panggung,
usahakan ayah datang. Anak tidak
butuh tepuk tangan guru dan temannya,
tapi anak butuh tepuk tangan ayahnya.
	 Rumusnya begini, “ayah memang
tidak selalu hadir setiap saat untuk
anak, tapi ayah selalu hadir di saat anak
membutuhkan.”
	 Salah satu indikator ayah sudah
masukkedalamjiwaanak,ketikaapayang
dilakukan ayah juga ingin anak lakukan.
Misal, ayahnya dokter, anaknya juga ingin
jadi dokter. Jika anak menghindari seperti
ayahnya, itu warning.
Bendri mengisi kajian keluarga di RSUD Sawangan, Depok, Jawa BaratBendri bersama ibu, istri dan anak-anaknya
AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 41
	“Ya udah, Abi ke sini dulu,” ujarnya
lembut, lantas mengangkat beban mainan
bersama Faris yang tampak senang.
	 Bendri mengaku, sikap mengalahnya
kepada anak dilakukan dalam konteks meng­
asah keterampilan (skill). “Untuk eks­plorasi
skill kita tidak usah ngotot. Beda kalau urusan
aqidah, ibadah, dan akhlak,” ujarnya.
	 Terkait sikap mengalah dan prinsip
dalam aqidah, anak dari (almarhum) Masri-
Nurmalis ini punya kesan khusus terhadap
ayahnya. Apa itu?
 
	 Anda sendiri bagaimana berinteraksi
dengan istri dan anak?
	 Bagi saya keluarga itu lebih utama. Dalam
hal ini yang paling penting adalah istri. Jika
istri nyaman, secara psikogis pengasuhan pun
mudah karena pusat emosi keluarga ada di
istri. Istri nyaman dan bahagia berpengaruh
terhadap pengasuhan anak. Saya pakai
rumusnya navigasi di pesawat, “selamatkan
yang dewasa dulu baru anaknya.” Jadi,
sebelum ke anak, saya lebih banyak kepada
hubungan saya dengan istri.
 
	 Bagaimana Anda membagi waktu
antara keluarga dan dakwah?
	 Saya membagi waktu untuk istri ada
empat, walaupun praktiknya tidak semulus
itu. Pertama, saya berikan istri hak midtime,
yaitu waktu dia untuk menyendiri dan
bersenang-senang. Misal, dia mau ke salon,
beli buku cerita untuk anak, belanja dan
sebagainya. Kedua, couple time, yaitu waktu
istri bersama saya tanpa anak. Tidak harus
di kamar. Bisa saja makan bersama di luar
atau istri belajar mobil saya dampingi, meski
istri juga sudah belajar di tempat kursus.
Ketiga, family time, waktu untuk bersama-
sama dengan anak dan istri. Dalam sebulan
minimal ada waktu family time. Keempat,
sosial time, waktu untuk berinteraksi sosial.
Entah mau ngajar, ngaji, bertemu dengan
teman, sahabat lama, itu silakan dalam
rangka dinamisasi emosi istri.
 
	 Bagaimana dengan anak?
	 Bagi tugas. Kalau urusan pendidikan
dan spiritualitas saya yang tanggung jawab.
Mulai dari tilawah, hafalannya, pengajaran
nilai dan aqidahnya. Itu saya manfaatkan di
waktu-waktu golden moment.
	 Malam hari menjelang tidur, itu waktu
penting khususnya bagi anak saya di bawah
10 tahun. Dia tidak boleh tidur tanpa
pendampingan. Saya lebih sering mengambil
alih tugas di waktu malam jika di rumah.
Biasanya saya membacakan cerita, sharing
	Saya tidak langsung memberi
hukuman. Hukuman itu saya berikan kalau
memang sudah berkali-kali melanggar.
Tetapi hukuman yang tepat menurut saya
menunda kesenangan anak.
 
	Maksudnya?
	 Misalnya, kalau jadwal anak seharusnya
main,tapikemudiansayagantidenganharus
membacabuku,belajar,dansebagainya.Saya
juga tidak pernah mengatakan alasannya
kenapa saya memberikan hukuman sampai
anak mencari tahu sendiri.
 
	 Soal orangtua, apakah ada yang
paling berkesan dari pengasuhan mereka?
	 Paling berkesan dari almarhum ayah.
Beliau selalu memposisikan saya sebagai
orangdewasadariawal.Sayapernahberbeda
pandangan dengan ayah, dalam banyak hal.
Mungkin ini akibat semangat saya terhadap
Islam, dan ayah belum siap. Tetapi yang
menarik, ayah tak pernah menolak dan
selalu mendukung. Ketika lulus SMA saya
izin untuk menikah. Waktu itu hanya tes saja,
sejauh mana ayah memandang saya. Saya
menduga, sebagaimana orangtua yang lain,
pasti kaget dan marah. Tetapi saat itu ayah
bilang “Alhamdulillah, kamu sudah berpikir
dewasa.” Cuma saat ditanya mana calonnya,
nah, itu yang belum dapat. Tetapi poinnya
ketika ayah memberikan izin menikah, itu
luar biasa. Itu sekitar tahun 1992.
	 Kedua, yang paling berkesan saat
saya berbeda pendapat dengan ayah soal
penyakitnya. Ayah percaya omongan
saudara untuk mendatangi dukun. Saya
bersikeras menolak, dan berdebat dengan
ayah. Menarik ketika ayah datang ke kamar
untuk meminta maaf, tidak malu beliau
mengatakan “Tidak selamanya ayah tahu
yang namanya ilmu. Saya pikir kamu lebih
benar.” Kemudian ayah mengulurkan
tangannya ke saya. Dan, saat itulah saya
nangis, karena tidak pantas ayah meminta
maaf kepada saya.
	 Apa pesan Anda untuk para ayah?
	 Ayah harus tahu bahwa peran menjadi
ayah itu akan dihisab oleh Allah. Semua
yang kita lakukan tidak akan berarti apa-
apa jika tanggung jawab sebagai ayah kita
abaikan. Ayah harus bersungguh-sungguh
menjalankan perannya, bisa melalui banyak
belajar mengenai peran ayah, dan tidak malu
untuk berdiskusi. Kelelahan ayah dalam
menjalankan perannya itu akan dibalas oleh
Allah di akhirat dengan surga. Jadi buat para
ayah, nikmati kelelahan itu.
atau anak menceritakan aktivitas seharian.
 
	 Apa yang Anda harapkan dari anak-
anak?
	 Cita-cita saya masuk surga bareng.
Makanya target saya lebih banyak akhirat.
Itu juga yang berkesan dari ayah saya. Ayah
saya pernah menyampaikan kalimat kepada
ibu sebelum wafat, “Didik anakmu jadi
orang saleh, bukan orang kaya.” Diulang
lagi sama ayah, “Didik anakmu jadi orang
saleh, bukan orang kaya”. Itu pula yang selalu
saya bilang kepada anak-anak, khususnya
anak laki-laki, “Nanti kalau Abi mati, Abi
mau yang menjadi imam shalat jenazahnya
anak Abi, karena anak Abi itu jagoannya
Abi.” Makanya anak saya waktu di TK tak
ragu saat ditanya apa cita-citanya. Gurunya
kaget, saat semua anak menjawab pilot,
astronot, polisi, dokter, anak saya menjawab
jadi ustadz. Saya tanya kenapa, karena ingin
kayak Abi.
 
	 Bagaimana Anda mendidik anak-
anak?
	 Prioritas saya akhlak, sesuai dengan
tugas nabi yaitu menyempurnakan akhlak.
Sebagai orangtua saya hanya meneruskan
tugas nabi itu.   Caranya, saya sering
melibatkannya dalam aktivitas saya. Misal,
saat rapat atau ceramah, biar mereka tahu.
Bagaimana saya ketemu pengemis, ketemu
tetangga dan lainnya. Jadi, menurut saya
dengan keteladanan itu supaya menjadi
sesuatu yang menohok ke dalam jiwanya.
	 Kalau ibadah, saya membuat waktu
khusus yang namanya Qur’an time. Minimal
ba’da maghrib sampai isyak tidak boleh
ada aktivitas selain berinteraksi dengan
al-Qur’an, setiap hari. Saya kasih pilihan
empat: baca al-Qur’an, dengerin, muraja’ah
atau mau menambah hafalan. Jika hari ini
mau dengerin, berarti besoknya tidak boleh
dengerin lagi, pilihannya tinggal tiga.
	 Di luar itu saya banyak mananamkan
akidah, utamanya tentang keesaan Allah.
Bahkan diskusi-diskusi di dalam mobil lebih
banyak membahas tentang Allah. Sebelum
melepas anak sekolah, saya meminta berdoa
bersama, dan membisikkan ke mereka,
“Ingat ya nak, Allah selalu mengawasimu,
selalu melihatmu, makanya harus selalu
berbuat baik.” Saya harap itu menjadi
habitnya di manapun dia berada bahwa
Allah selalu mengawasi. Ini saya lakukan
setiap Senin sampai Jumat.
	 Pernah memberi hukuman pada
anak?

More Related Content

Viewers also liked

Lecture 5 reusability
Lecture 5 reusabilityLecture 5 reusability
Lecture 5 reusability
Muhammad Tahir Mehmood
 
MANDALES (grafies) a dues tres mans
MANDALES (grafies) a dues tres mansMANDALES (grafies) a dues tres mans
MANDALES (grafies) a dues tres manshome
 
BT Baby Monitor 300 User Guide
BT Baby Monitor 300 User GuideBT Baby Monitor 300 User Guide
BT Baby Monitor 300 User Guide
Telephones Online
 
Neoclassicismo realismo pintura de genero
Neoclassicismo realismo pintura de generoNeoclassicismo realismo pintura de genero
Neoclassicismo realismo pintura de genero
Fabiana Alexandre
 
Pernikahan Tanpa Restu Orang Tua
Pernikahan Tanpa Restu Orang TuaPernikahan Tanpa Restu Orang Tua
Pernikahan Tanpa Restu Orang Tua
Ega Anistia
 
Recent advances epilepsy
Recent advances epilepsyRecent advances epilepsy
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH
 

Viewers also liked (10)

Lecture 5 reusability
Lecture 5 reusabilityLecture 5 reusability
Lecture 5 reusability
 
151104-open-data-as-OER
151104-open-data-as-OER151104-open-data-as-OER
151104-open-data-as-OER
 
MANDALES (grafies) a dues tres mans
MANDALES (grafies) a dues tres mansMANDALES (grafies) a dues tres mans
MANDALES (grafies) a dues tres mans
 
BT Baby Monitor 300 User Guide
BT Baby Monitor 300 User GuideBT Baby Monitor 300 User Guide
BT Baby Monitor 300 User Guide
 
cv.compressed
cv.compressedcv.compressed
cv.compressed
 
Neoclassicismo realismo pintura de genero
Neoclassicismo realismo pintura de generoNeoclassicismo realismo pintura de genero
Neoclassicismo realismo pintura de genero
 
cd150603
cd150603cd150603
cd150603
 
Pernikahan Tanpa Restu Orang Tua
Pernikahan Tanpa Restu Orang TuaPernikahan Tanpa Restu Orang Tua
Pernikahan Tanpa Restu Orang Tua
 
Recent advances epilepsy
Recent advances epilepsyRecent advances epilepsy
Recent advances epilepsy
 
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
 

Similar to MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH

RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Laporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembanganLaporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembangan
irinanuar
 
Mendidik anak hafal al quran wirianingsih&ula
Mendidik anak hafal al quran wirianingsih&ulaMendidik anak hafal al quran wirianingsih&ula
Mendidik anak hafal al quran wirianingsih&ulaErfiadi Fahmi
 
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non FiksiBahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
Dayana Florencia
 
materi presentasi Fathering oleh seno .pptx
materi presentasi Fathering oleh seno .pptxmateri presentasi Fathering oleh seno .pptx
materi presentasi Fathering oleh seno .pptx
ssuser5591be
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Firman Pratama
 
Peranan ibu bapa dalam pendidikan seks
Peranan ibu bapa dalam pendidikan seksPeranan ibu bapa dalam pendidikan seks
Peranan ibu bapa dalam pendidikan seksSharifah Mohd Zain
 
Jurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anakJurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anak
Ilham Ismail
 
2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx
2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx
2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx
sriwulanalvionita11
 
Hadits mendidk anak
Hadits mendidk anakHadits mendidk anak
Hadits mendidk anakRaushan Fikr
 
Proposal muslimat nahdlatul ulama2018
Proposal muslimat nahdlatul ulama2018Proposal muslimat nahdlatul ulama2018
Proposal muslimat nahdlatul ulama2018
Irma Miyanti
 
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional SurabayaJazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Masyrifah Jazm
 
Mempersiapkan SDM sejak Kanak-kanak
Mempersiapkan SDM sejak Kanak-kanakMempersiapkan SDM sejak Kanak-kanak
Mempersiapkan SDM sejak Kanak-kanak
Shobrie Hardhi, SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
 
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatigaSekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatigaMuhsin Hariyanto
 
Tulisan ibu berprestasi
Tulisan ibu berprestasiTulisan ibu berprestasi
Tulisan ibu berprestasi
Ian Pj
 

Similar to MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH (20)

RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Essai Diri Ovi.docx
Essai Diri Ovi.docxEssai Diri Ovi.docx
Essai Diri Ovi.docx
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
 
Laporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembanganLaporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembangan
 
Mendidik anak hafal al quran wirianingsih&ula
Mendidik anak hafal al quran wirianingsih&ulaMendidik anak hafal al quran wirianingsih&ula
Mendidik anak hafal al quran wirianingsih&ula
 
SOS Desa Taruna
SOS Desa TarunaSOS Desa Taruna
SOS Desa Taruna
 
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non FiksiBahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
 
materi presentasi Fathering oleh seno .pptx
materi presentasi Fathering oleh seno .pptxmateri presentasi Fathering oleh seno .pptx
materi presentasi Fathering oleh seno .pptx
 
Wawancara ii
Wawancara iiWawancara ii
Wawancara ii
 
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Maret 2016
 
Peranan ibu bapa dalam pendidikan seks
Peranan ibu bapa dalam pendidikan seksPeranan ibu bapa dalam pendidikan seks
Peranan ibu bapa dalam pendidikan seks
 
Jurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anakJurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anak
 
2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx
2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx
2. SLIDE PPt DAN ICE BREAKING - PERNIKAHAN DI USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA.pptx
 
Hadits mendidk anak
Hadits mendidk anakHadits mendidk anak
Hadits mendidk anak
 
Proposal muslimat nahdlatul ulama2018
Proposal muslimat nahdlatul ulama2018Proposal muslimat nahdlatul ulama2018
Proposal muslimat nahdlatul ulama2018
 
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional SurabayaJazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
Jazmedia - Diskas Home Education Ibu Profesional Surabaya
 
Mempersiapkan SDM sejak Kanak-kanak
Mempersiapkan SDM sejak Kanak-kanakMempersiapkan SDM sejak Kanak-kanak
Mempersiapkan SDM sejak Kanak-kanak
 
Dari icuzzz
Dari icuzzzDari icuzzz
Dari icuzzz
 
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatigaSekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
 
Tulisan ibu berprestasi
Tulisan ibu berprestasiTulisan ibu berprestasi
Tulisan ibu berprestasi
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015 KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH (20)

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
 
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015 KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 

MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH

  • 1. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com36 f i g u r FOTO-FOTO OLEH MUH ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH BENDRI JAISYURRAHMAN Pendiri Yayasan Sahabat Ayah
  • 2. AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 37 biasa menerima tamu. Namun karena saat itu pintu ruang kerjanya—masih di gedungAQL—terkunciolehasistennya, ia meminjam perpustakaan sejak siang. “Saya booking (tempat) ini untuk ruangan saya. Saya minta izin dan para pengunjung pun keluar semua,” ujar pria kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1981 ini. Siapa Bendri kok “tega” meminta ruangan itu dikosongkan? Ia adalah konsultan spiritual masalah keluarga, khususnya ayah atau suami. Sebenarnya, selama Ramadhan 1436 H, ia enggan melayani konsultasi di luar jadwal karena mau fokus beribadah. Namun, aku Direktur Kokoh Keluarga Indonesia (KKI) AQL ini, ada beberapa orang yang kondisinya darurat, dan mesti dilayani. Seperti halnya kedua tamunya itu. “Mereka konsultasi masalah pasutri,” ujarnya tanpa merinci. Situasi darurat itu, jelas Bendri, misalnya pasutri di ambang perceraian atau problem rumah tangga lain yang S uasana di Ar­Rahman Qur`anic Learning (AQL) Islamic Center Library, Tebet, Jakarta Selatan itu agak lain dari hari biasa. Tak ada aktivitas orang membaca atau mencari buku di perpustakaan kecil itu. Hanya tiga orang dewasa yang duduk mengitari sebuah meja. Dari luar ruangan yang berdinding kaca bening itu, tampak seorang lelaki berkacamata berbicara serius dengan sepasang pria­wanita. Setelah sekitar satu jam, pembicaraan tertutup pada Kamis (25/6) sore itu berakhir. Sang pria keluar ruangan dengan wajah dingin, diiringi wanita berjilbab yang tersenyum kecil. Keduanya adalah pasangan suami­istri (pasutri) yang baru saja berkonsultasi dengan Ustadz Bendri Jaisyurrahman. “Mereka dari Jakarta,” ujar Bendri sedikit mengungkap perihal tamunya, usai mempersilahkan Suara Hidayatullah masuk ke perpustakaan. Ini bukan kantor tempat Bendri berdampak ke anak. “Menurut saya itu (masalah) urgen,” ungkap alumnus Universitas Indonesia yang saban hari biasanya dikunjungi hingga 7 orang tamu ini. Bendri mulai tertarik dengan dunia parenting saat masih di bangku SMA. Kala itu, sekitar tahun 1997, ia sudah jadi Kepala Madrasah Diniyah Alternatif An­Nashr, Kalisari, Jakarta Timur. Bendri pun aktif membina anak­anak jalanan di Depok, Jawa Barat. Tahun 2002, ia direkrut oleh Elly Risman sebagai aktivis Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH). Dalam perjalanannya, ayah empat anak ini mendirikan Yayasan Langkah Kita bersama Irwan Rinaldi (juga pendiri YKBH). Yayasan ini didirikan menyikapi fenomena mulai hilangnya peran ayah dari lingkungan keluarga di Indonesia. Padahal, menurut Bendri, tugas seorang ayah tak cuma mencari nafkah. Al­Qur`an, sebutnya, lebih banyak membicarakan kepengasuhan anak
  • 3. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com38 f i g u r oleh ayah daripada ibu. Kata Bendri, konsep “ibu madrasah pertama bagi anak” itu betul. Namun harus dilengkapi bahwa ayah adalah kepala sekolah (kepsek)nya atau kepala madrasah. Sebagai “kepsek”, menurutnya, banyak peran ayah dalam mendidik anak. Lalu, apa saja peran tersebut? Untuk mengetahuinya, 8 Ra­ma­ dhan lalu, wartawan Suara Hida­ yatullah Muh. Abdus Syakur dan Achmad Fazeri mewawancarai Bendri Jaisyurahman di kawasan Tebet. Perbincangan diiringi lantunan al- Qur`an dari masjid yang berdempetan dengan perpustakaan, serta diselingi buka puasa bersama, shalat Maghrib berjamaah, dan santap malam nasi kebuli. Majalah ini juga mendatangi Bendri di apartemen Puri Casablanca, Kuningan, Jakarta Selatan, di sela-sela aktivitasnya sebagai ustadz. Berikut petikan wawancaranya. *** Apa yang melatarbelakangi Anda fokusmengkajitemakeayahandalam berdakwah? Sejak mahasiswa (tahun 2000-an), bahkan waktu SMA saya sudah aktif dalam pembinaan anak-anak. Waktu SMA saya pernah diangkat sebagai Kepala Sekolah Madrasah Diniyah Alternatif An-Nashr di daerah Kalisari. Karena saat itu jenggot saya lebat, orang tidak tahu kalau saya masih SMA. Wali murid juga tidak ada  yang tahu. Nah, murid-murid baru tahu kalau saya masih SMA, saat saya kepergok ganti baju di kamar mandi sekolah. Begitu ganti baju, saya lupa mengunci pintu, saat itu ada anak yang buka pintu dan kaget melihat saya pakai seragam SMA. Anak-anak langsung bertanya, kakak masih SMA ya? Saya mengelak dengan mengatakan ya kakak itu senang belajar sampai kapan pun waktunya. Alhamdulillah pandangan anak-anak tidak berubah ke saya sebagai kepala sekolah. Namun, begitu pengambilan rapot ada wali murid yang nyeletuk, “Kata anak saya Bapak masih SMA.” Wali murid lain juga bilang begitu hingga akhirnya jadi pembicaraan. Lalu saya akui jika saya memang masih SMA. Karena saya merasa mereka belum siap jika saya jadi kepala sekolah bagi anak-anaknya, saya putuskan untuk mundur. Apalagi guru lain ada yang mahasiswa, bahkan sudah lulus kuliah. Ini sekitar tahun 1997.   Kabarnya Anda pernah direkrut Ely Risman dari Yayasan Anak dan Buah Hati? Bu Ely membuat divisi baru yang namanya konselor remaja. Saya diminta lebih banyak turun ke lapangan. Saya menangani anak-anak pecandu pornografi. Di antara kasus yang saya tangani ada anak sejak kelas 4 SD sudah melihat majalah porno bahkan onani. Menurut Bu Ely, kasus-kasus itu muncul karena rumah tangga yang rusak. Ketika anak-anak diserang media pornografi dan tayangan media yang merusak, orangtua hanya memberikan aspek fisiknya, tapi sisi spiritualitasnya kosong karena bermula dari orangtua yang tidak siap. Ayah-ibu mereka hanya bermodalkan materi, tidak bermodalkan ilmu. Menurut Bu Ely, ada yang hilang dalam rumah tangga sekarang, yaitu peran ayah. Anak-anak yang rusak karena pornografi adalah anak-anak yang tidak memiliki  teladan sosok ayah. Dari kajian itulah akhirnya saya berpikir, oh... iya, ini kajian yang menarik. Cuma saat itu saya masih remaja dan belum menikah, saya belum berani. Minat saya semakin kuat ketika bertemu dengan kawan yang saya anggap ayah dan guru. Namanya Irwan Rinaldi, asisten atau pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati bersama Bu Ely. Tahun 2007 saya membentuk Yayasan Langkah Kita bersama Ayah Irwan. Tugas saya salah satunya membentuk divisi namanya Sahabat Ayah, nah itu awal mulanya.   Selama ini yang dipahami masyarakat peran ayah adalah mencari nafkah sedangkan ibu mengasuh anak. Bagaimana tanggapan Anda? Pemahaman itu hanya berdasarkan tradisiataubudaya.Jikamelihatliteratur Islam justru banyak disebutkan tokoh ayah yang mengasuh anak, artinya mereka peduli dengan anaknya. Bahkan dalam tesis karya Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthirin ditemukan bahwa al-Qur’an memuat 17 dialog kepengasuhan yang terdapat pada 9 surat. Di mana dalam 14 dialog tersebut terdapat dialog antara ayah dengan anak seperti Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail, Syuaib dengan anak perempuannya, Daud dengan Sulaiman, Zakaria dengan Yahya. Pandangan Islam sendiri bagaimana? Al-Qur’an lebih banyak bicara tentang ayah. Itu dalil pertama, menunjukkan bahwa ayah tidak bisa lepas dari tanggung jawab mengurus anak. Makanya kenapa anak memiliki nasab dengan ayah melalui sebutan bin. Karena di situ ada pertanggung jawaban. Ibnu Qayyim dalam kitab Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud menje­ laskan, kerusakan terjadi pada anak- anak dengan penyebab utamanya adalah ayah. Maksudnya, dari sisi ini memang ayah yang bertanggung jawab. Saatini,sudahtelanjurtertanamkonsep ‘al-umu madrasatul ula’ (ibu madrasah pertama bagi anak). Itu memang betul, tapi harus dilengkapi menjadi ‘al-ummu madrasatul ula wal abu mudziruha’ (ibu madrasah pertama bagi anak dan ayah adalah kepala madrasahnya). Nah, sekarang yang hilang pemahaman ayah sebagai seorang kepala madrasah bagi anaknya. Jadi, kalau dikembalikan kepada pandangan Islam, justru kita akan menemukan riwayat ayah-ayah zaman dulu konsen terhadap anaknya. Kita bisa lihat dalam kitab Siyar a’lam an- Nubala, para ulama-ulama Hadits dulu yang mengantarnya ke majelis ilmu itu ayahnya, bukan ibunya. Ayah yang mendidik, menasihati, menyimak muraja’ah hafalan anak dan lain sebagainya. Umar bin Abdul Aziz punya majelis khusus untuk keluarga, dan anak-anaknya memuraja’ah hafalan dengannya. Secara psikologis, jika ayah hanya mencari nafkah dampaknya anak akan merasa kehilangan sosok ayah. Itu banyak dibahas oleh pakar parenting, dengan gejala yang disebut ‘father hunger’ (lapar ayah, red). Sehingga, sekarang muncul anak lelaki yang kebanci-bancian, atau anak perempuan yang agak tomboy (bersifat kelaki- lakian).
  • 4. AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 39 seperti memasukan air ke dalam botol yang bergoyang.   Jikamelihatpraktiknyadimasyara­ kat, menurut Anda seperti apa? Pertama, kebanyakan masyarakat modern kuat dalam kebutuhan materi. Sehingga, banyak yang menerapkan sistem kepengasuhan delegasi. Artinya, lebih banyak menyerahkan masalah kepengasuhan anak kepada orang lain, seperti penitipan anak, pembantu dan sebagainya. Maka, banyak istri bekerja di luar rumah dengan berbagai macam alasan. Misalnya, ingin membantu suami menyokong pembiayaan kebutuhan keluarga. Mau tidak mau istri harus meninggalkan tugas kepengasuhan anak-anaknya. Padahal, pada saat anak- anakusiagoldenage(usiadini)itusangat butuh kehadiran ibu untuk menjalin hubungan batin. Tetapi, sekarang justru anak-anak banyak yang dipaksa untuk berinteraksi dengan pembantu atau orang lain. Akhirnya, peran ibu dalam mengasuh anak hilang. Itulah yang disebut dengan gejala rumah tangga modern. Kedua, masih banyak yang salah memahami jika peran ayah hanya mencari nafkah, mencukupi semua kebutuhan keluarga tanpa mau mempedulikan peran kepengasuhan terhadap anak-anak maupun membuat nyaman istri. Padahal jelas, itu hanya tradisi yang turun temurun dari kaidah yang tidak benar.   Apa yang harus dilakukan ayah dalam mengasuh anak? Ada dua macam, yaitu dimensi persepsi dan stimulan. Dimensi persepsi adalah apa yang ada di benak anak tentang sosok ayahnya. Kalau anak merasa ayahnya sosok yang care (peduli), bertanggung jawab, berprestasi, dan sebagainya. Itu berarti dari segi persepsi, kepengasuhan ayah sudah selamat. Tetapi, jika di benak anak yang muncul kebalikan dari itu, misalnya suka bohong, mudah marah, dan sebagainya. Itu berarti dari segi persepsi, kepengasuhan ayah gagal. Dari situlah kerusakan pada anak dimulai, sebab kerusakan anak ditandai dengan persepsi buruk anak terhadap orangtua, khususnya ayah.Bendri melayani konsultasi pasangan suami istri di kantor AQL Jakarta   Anda punya pengalaman menarik soal itu? Saya pernah menangani komunitas gay. Dari beberapa gay yang pernah saya tanya kenapa mereka menjadi gay, ternyata jawabannya karena mereka merasa tidak punya sosok ayah.   Ibu madrasah pertama bagi anak, dan ayah sebagai kepala madrasah, maksudnya? Artinya, ibu sebagai madrasah bagi anaknya itu di bawah tanggung jawab seorang ayah. Peran ayah sebagai kepala madrasah inilah yang sekarang banyak menghilang di dalam keluarga. Kepala madrasah memang tidak selalu hadir dan stand by di sekolah dan biasa keluar. Tetapi, kepala madrasah punya empat peran, yaitu membuat nyaman suasana madrasah, di sini yang dimaksudadalahgurumadrasah.Sebab, emosional ibu akan mempengaruhi kulaitas anak. Keayahan itu bermula menjadi suami yang baik. Maka, rumus yang pertama menjadi ayah adalah membahagiakan istrinya. Kedua, harus punya visi, misi, dan indikatornya. Maksudnya, anaknya ingindididikmenjadiapa?NabiIbrahim itu punya visi dan misi dalam mendidik anaknya. Itu termaktub dalam surat Ibrahim [14] ayat 35, 36, dan 37. Ketiga, melakukan evaluasi, sebagaimana dalam surat al-Baqarah [2] ayat 133, Ya’qub mengevaluasi anaknya. Keempat, harus bisa menegakkan aturan. Empat peran dasar itulah yang harus dikerjakan oleh seorang ayah. Untuk lainnya ayah bisa berperan sebagai guru, konselor, kawan dan sebagainya. Lantas peran ibu sebagai guru madrasah bagaimana? Pertama, tugas ibu sebagai guru madrasah memberikan kenyamanan bagi anaknya. Anak-anak sekarang jauh dari ayahnya karena ibu mengambil peran ayah dalam menegakkan aturan. Ibu terlalu bawel, melarang anak tak boleh begini dan begitu. Padahal, seharusnya ibulah yang banyak memeluk anak ketika ayah marah. Tetapi, sekarang justru terbalik, sehingga anak tak mau dekat dengan ibunya. Itulah petaka kepengasuhan ketika ibu sudah tak lagi dirindukan anaknya. Karena ibu dominan dalam menegakkan aturan. Kedua, ibu harus memiliki daya tarik dengan beberapa skill yang harus dikuasai seperti memasak dan memijat. Kenapa anak rindu sama rumah, salah satunya karena kangen masakan dan pijitanibu.Ketikaibumaumemijatanak tanpa sadar anak akan bercerita tentang masalah-masalahnya. Tanpa sadar memijat itu bisa memotivasi untuk bercerita. Jangan sampai yang memasak dan memijat anak itu pembantu, karena ibu tidak bisa melakukan keduanya. Ketiga, peran ibu dalam mendidik anak-anak. Jangan mendidik sebelum anak merasa nyaman terlebih dahulu karena anak akan banyak menolak. Sebab, mendidik tanpa rasa nyaman
  • 5. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com40 FIGUR Orangtua yang mengajak anak- anaknya berlibur setiap hari libur, itu biasa. Bagaimana kalau ajakan itu pada hari sekolah? Kebiasaan yang tidak lumrah ini berlaku bagi keluarga Bendri Jaisyurrahman. Suami dari Rr Anita Widayanti (38) ini dikarunia empat buah hati; Muhammad Al-Fatih (15), Faris Wafi Amna (6), Aisyah Fakhira Halwa (4), dan Aqila Farhana Cendekia (1). Pada Jumat pagi awal Juli lalu, misalnya, Faris dan Halwa semestinya masuk sekolah. Namun, keduanya malah dibawa jalan- jalan sama ayah-ibunya ke Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Di sini, selain berlibur, juga dimanfaatkan Bendri untuk sesi pemotretan keluarga oleh Suara Hidayatullah. Menangis karena Ayahnya Minta Maaf Sebenarnyapemotretaninidiagendakan berlangsung di kediamannya, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Agenda ini pun sudah dijanjikan Bendri kepada anak- anaknya. Namun, ada jadwal mendadak Bendri mengisi kajian acara kemuslimahan di sebuah hotel di kawasan Ancol, Jumat siang itu. Untuk menyiasati janjinya, ia pun memboyong keluarganya –termasuk ibunya serta seorang keponakan– ke Ancol. “Kecuali Fatih, dia pergi daftar sekolah,” ujar Bendri saat berjumpa fotografer majalah ini di taman playground depan Gelanggang Samudera Ancol. Kebiasaan “meliburkan sekolah” itu bu­ kan tanpa alasan. Setiap Sabtu dan Ahad ia mengakutakbisaberkumpulbersamakeluarga. Sebab banyak panggilan dakwah di luar rumah. Sebagaigantinya,iameluangkanwaktubersama keluarga di luar hari Sabtu-Ahad. “Saya lebih banyak mengambil libur Senin. Minta izin sama sekolah, anak saya tidak sekolah bukan sekadar main-main sama saya,” ujarnya. Saat pemotretan itu, sambil bermain, ia mengajak anak-anaknya belajar mencari sejumlah kata dalam sebuah majalah Islam. “Saya berharap jangan sampai anak berhenti belajar,” ujar Bendri yang berprinsip, pendidikan anak sejatinya tanggung jawab orangtua. Ada kebiasan lain yang dibangunnya dalam keluarga. Pengamatan Suara Hidayatullah kala itu, Bendri tampak sering mengalah alias tidak memaksakan kehendaknya kepada anak. Misalnya, saat ia meminta Faris berfoto dengannya di permainan sepeda. Anak keduanya ini enggan, malah minta ditemani sang ayah di permainan angkat beban. Dipanggil beberapa kali, Faris bersikukuh. Akhirnya Bendri menghampiri Faris. Bukan marah, melainkan melayani permintaan sang anak. Kemudian dimensi stimulan, yaitu bagaimana waktu ayah bersama anak selalu bernilai. Misal­ nya, saat sedang bersama anak, selalu memberi pesan. Contohnya lagi mene­ mani anak belajar, mengantar anak ke sekolah. Nah, khusus untuk stimulan ini sebisa mungkin ayah memanfaatkan golden moment. Maksudnya, kalau saat golden moment ayah hadir, ayah bakal benar-benar menjadi sosok super hero bagi anak. Jika anak lagi sedih, jangan sampai ayah absen sebab ia butuh sandaran jiwa. Ayah harus hadir dan duduk di sampingnya untuk menghibur. Kedua, ayah harus hadir saat anak sedang sakit. Ketiga, ayah harus hadir saat anak sedang berprestasi. Misal, anak sedang pentas di panggung, usahakan ayah datang. Anak tidak butuh tepuk tangan guru dan temannya, tapi anak butuh tepuk tangan ayahnya. Rumusnya begini, “ayah memang tidak selalu hadir setiap saat untuk anak, tapi ayah selalu hadir di saat anak membutuhkan.” Salah satu indikator ayah sudah masukkedalamjiwaanak,ketikaapayang dilakukan ayah juga ingin anak lakukan. Misal, ayahnya dokter, anaknya juga ingin jadi dokter. Jika anak menghindari seperti ayahnya, itu warning. Bendri mengisi kajian keluarga di RSUD Sawangan, Depok, Jawa BaratBendri bersama ibu, istri dan anak-anaknya
  • 6. AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 41 “Ya udah, Abi ke sini dulu,” ujarnya lembut, lantas mengangkat beban mainan bersama Faris yang tampak senang. Bendri mengaku, sikap mengalahnya kepada anak dilakukan dalam konteks meng­ asah keterampilan (skill). “Untuk eks­plorasi skill kita tidak usah ngotot. Beda kalau urusan aqidah, ibadah, dan akhlak,” ujarnya. Terkait sikap mengalah dan prinsip dalam aqidah, anak dari (almarhum) Masri- Nurmalis ini punya kesan khusus terhadap ayahnya. Apa itu?   Anda sendiri bagaimana berinteraksi dengan istri dan anak? Bagi saya keluarga itu lebih utama. Dalam hal ini yang paling penting adalah istri. Jika istri nyaman, secara psikogis pengasuhan pun mudah karena pusat emosi keluarga ada di istri. Istri nyaman dan bahagia berpengaruh terhadap pengasuhan anak. Saya pakai rumusnya navigasi di pesawat, “selamatkan yang dewasa dulu baru anaknya.” Jadi, sebelum ke anak, saya lebih banyak kepada hubungan saya dengan istri.   Bagaimana Anda membagi waktu antara keluarga dan dakwah? Saya membagi waktu untuk istri ada empat, walaupun praktiknya tidak semulus itu. Pertama, saya berikan istri hak midtime, yaitu waktu dia untuk menyendiri dan bersenang-senang. Misal, dia mau ke salon, beli buku cerita untuk anak, belanja dan sebagainya. Kedua, couple time, yaitu waktu istri bersama saya tanpa anak. Tidak harus di kamar. Bisa saja makan bersama di luar atau istri belajar mobil saya dampingi, meski istri juga sudah belajar di tempat kursus. Ketiga, family time, waktu untuk bersama- sama dengan anak dan istri. Dalam sebulan minimal ada waktu family time. Keempat, sosial time, waktu untuk berinteraksi sosial. Entah mau ngajar, ngaji, bertemu dengan teman, sahabat lama, itu silakan dalam rangka dinamisasi emosi istri.   Bagaimana dengan anak? Bagi tugas. Kalau urusan pendidikan dan spiritualitas saya yang tanggung jawab. Mulai dari tilawah, hafalannya, pengajaran nilai dan aqidahnya. Itu saya manfaatkan di waktu-waktu golden moment. Malam hari menjelang tidur, itu waktu penting khususnya bagi anak saya di bawah 10 tahun. Dia tidak boleh tidur tanpa pendampingan. Saya lebih sering mengambil alih tugas di waktu malam jika di rumah. Biasanya saya membacakan cerita, sharing Saya tidak langsung memberi hukuman. Hukuman itu saya berikan kalau memang sudah berkali-kali melanggar. Tetapi hukuman yang tepat menurut saya menunda kesenangan anak.   Maksudnya? Misalnya, kalau jadwal anak seharusnya main,tapikemudiansayagantidenganharus membacabuku,belajar,dansebagainya.Saya juga tidak pernah mengatakan alasannya kenapa saya memberikan hukuman sampai anak mencari tahu sendiri.   Soal orangtua, apakah ada yang paling berkesan dari pengasuhan mereka? Paling berkesan dari almarhum ayah. Beliau selalu memposisikan saya sebagai orangdewasadariawal.Sayapernahberbeda pandangan dengan ayah, dalam banyak hal. Mungkin ini akibat semangat saya terhadap Islam, dan ayah belum siap. Tetapi yang menarik, ayah tak pernah menolak dan selalu mendukung. Ketika lulus SMA saya izin untuk menikah. Waktu itu hanya tes saja, sejauh mana ayah memandang saya. Saya menduga, sebagaimana orangtua yang lain, pasti kaget dan marah. Tetapi saat itu ayah bilang “Alhamdulillah, kamu sudah berpikir dewasa.” Cuma saat ditanya mana calonnya, nah, itu yang belum dapat. Tetapi poinnya ketika ayah memberikan izin menikah, itu luar biasa. Itu sekitar tahun 1992. Kedua, yang paling berkesan saat saya berbeda pendapat dengan ayah soal penyakitnya. Ayah percaya omongan saudara untuk mendatangi dukun. Saya bersikeras menolak, dan berdebat dengan ayah. Menarik ketika ayah datang ke kamar untuk meminta maaf, tidak malu beliau mengatakan “Tidak selamanya ayah tahu yang namanya ilmu. Saya pikir kamu lebih benar.” Kemudian ayah mengulurkan tangannya ke saya. Dan, saat itulah saya nangis, karena tidak pantas ayah meminta maaf kepada saya. Apa pesan Anda untuk para ayah? Ayah harus tahu bahwa peran menjadi ayah itu akan dihisab oleh Allah. Semua yang kita lakukan tidak akan berarti apa- apa jika tanggung jawab sebagai ayah kita abaikan. Ayah harus bersungguh-sungguh menjalankan perannya, bisa melalui banyak belajar mengenai peran ayah, dan tidak malu untuk berdiskusi. Kelelahan ayah dalam menjalankan perannya itu akan dibalas oleh Allah di akhirat dengan surga. Jadi buat para ayah, nikmati kelelahan itu. atau anak menceritakan aktivitas seharian.   Apa yang Anda harapkan dari anak- anak? Cita-cita saya masuk surga bareng. Makanya target saya lebih banyak akhirat. Itu juga yang berkesan dari ayah saya. Ayah saya pernah menyampaikan kalimat kepada ibu sebelum wafat, “Didik anakmu jadi orang saleh, bukan orang kaya.” Diulang lagi sama ayah, “Didik anakmu jadi orang saleh, bukan orang kaya”. Itu pula yang selalu saya bilang kepada anak-anak, khususnya anak laki-laki, “Nanti kalau Abi mati, Abi mau yang menjadi imam shalat jenazahnya anak Abi, karena anak Abi itu jagoannya Abi.” Makanya anak saya waktu di TK tak ragu saat ditanya apa cita-citanya. Gurunya kaget, saat semua anak menjawab pilot, astronot, polisi, dokter, anak saya menjawab jadi ustadz. Saya tanya kenapa, karena ingin kayak Abi.   Bagaimana Anda mendidik anak- anak? Prioritas saya akhlak, sesuai dengan tugas nabi yaitu menyempurnakan akhlak. Sebagai orangtua saya hanya meneruskan tugas nabi itu.   Caranya, saya sering melibatkannya dalam aktivitas saya. Misal, saat rapat atau ceramah, biar mereka tahu. Bagaimana saya ketemu pengemis, ketemu tetangga dan lainnya. Jadi, menurut saya dengan keteladanan itu supaya menjadi sesuatu yang menohok ke dalam jiwanya. Kalau ibadah, saya membuat waktu khusus yang namanya Qur’an time. Minimal ba’da maghrib sampai isyak tidak boleh ada aktivitas selain berinteraksi dengan al-Qur’an, setiap hari. Saya kasih pilihan empat: baca al-Qur’an, dengerin, muraja’ah atau mau menambah hafalan. Jika hari ini mau dengerin, berarti besoknya tidak boleh dengerin lagi, pilihannya tinggal tiga. Di luar itu saya banyak mananamkan akidah, utamanya tentang keesaan Allah. Bahkan diskusi-diskusi di dalam mobil lebih banyak membahas tentang Allah. Sebelum melepas anak sekolah, saya meminta berdoa bersama, dan membisikkan ke mereka, “Ingat ya nak, Allah selalu mengawasimu, selalu melihatmu, makanya harus selalu berbuat baik.” Saya harap itu menjadi habitnya di manapun dia berada bahwa Allah selalu mengawasi. Ini saya lakukan setiap Senin sampai Jumat. Pernah memberi hukuman pada anak?