Teknik-teknik PNF merangkum berbagai metode fasilitasi gerakan yang digunakan dalam terapi latihan untuk meningkatkan fungsi dan struktur tubuh serta aktivitas harian. Beberapa teknik utama meliputi rhythmic initiation, agonistic reversal, contract-relax, dan hold-relax yang melibatkan kontraksi otot agonis dan antagonis untuk memperpanjang otot dan meningkatkan rentang gerak sendi.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
Makalah ini membahas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastik quadriplegik. Secara ringkas, makalah ini menjelaskan definisi cerebral palsy dan anatomi serta fisiologi otak, kemudian menjelaskan penatalaksanaan fisioterapi untuk gangguan gerak, postur, dan ambulasi yang dialami pasien cerebral palsy spastik quadriplegik.
DMP adalah penyakit otot progresif yang diturunkan secara genetik yang menyebabkan melemahnya otot secara bertahap. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen distrofin yang mengakibatkan kerusakan otot. Gejala awalnya berupa kesulitan berjalan dan kelemahan otot ekstremitas bawah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tujuan pengobatan adalah memperlambat perburukan dengan terapi fis
Teks tersebut membahas tentang ultrasound therapy, termasuk penjelasan tentang gelombang suara, propagasi gelombang melalui medium, efek termal dan non-termal, serta dosimetri penggunaan ultrasound.
Dokumen tersebut memberikan prosedur pengujian otot leher, bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan menggunakan skala grading 1-5 dengan manual muscle testing. Terdapat enam belas tes otot yang mencakup fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi dan lainnya untuk setiap bagian tubuh.
Teknik-teknik PNF merangkum berbagai metode fasilitasi gerakan yang digunakan dalam terapi latihan untuk meningkatkan fungsi dan struktur tubuh serta aktivitas harian. Beberapa teknik utama meliputi rhythmic initiation, agonistic reversal, contract-relax, dan hold-relax yang melibatkan kontraksi otot agonis dan antagonis untuk memperpanjang otot dan meningkatkan rentang gerak sendi.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
Makalah ini membahas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastik quadriplegik. Secara ringkas, makalah ini menjelaskan definisi cerebral palsy dan anatomi serta fisiologi otak, kemudian menjelaskan penatalaksanaan fisioterapi untuk gangguan gerak, postur, dan ambulasi yang dialami pasien cerebral palsy spastik quadriplegik.
DMP adalah penyakit otot progresif yang diturunkan secara genetik yang menyebabkan melemahnya otot secara bertahap. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen distrofin yang mengakibatkan kerusakan otot. Gejala awalnya berupa kesulitan berjalan dan kelemahan otot ekstremitas bawah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tujuan pengobatan adalah memperlambat perburukan dengan terapi fis
Teks tersebut membahas tentang ultrasound therapy, termasuk penjelasan tentang gelombang suara, propagasi gelombang melalui medium, efek termal dan non-termal, serta dosimetri penggunaan ultrasound.
Dokumen tersebut memberikan prosedur pengujian otot leher, bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan menggunakan skala grading 1-5 dengan manual muscle testing. Terdapat enam belas tes otot yang mencakup fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi dan lainnya untuk setiap bagian tubuh.
Elektrisitas sangat sering di deskripsikan oleh kekuatan arus, frekuensi arus, kuatnya voltase dan tahanan. Terdapat hubungan erat antara arus, voltase dan tahanan sebagaimana ditunjukkan pada hukum “Ohm”
1. Arus berbanding sama/proporsional terhadap voltase, meningkatknya voltase ketika tahanan menetap konstan akan meningkat pula kekuatan arusnya
2. Arus berbanding terbalik terhadap tahanan, meningkatnya tahanan ketika voltase menetap/konstan akan menurunkan kekuatan arus
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cervical root syndrome di Klinik Asya Mojokerto meliputi pemberian TENS, mobilisasi saraf, dan dry needling untuk meringankan nyeri dan spasme otot serta meningkatkan fungsi gerak.
Strength Duration Curve (SDC) adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara amplitudo dan durasi stimulasi listrik terhadap eksitabilitas serat saraf. SDC digunakan untuk mengetahui kondisi inervasi otot dengan melihat nilai-nilai seperti rheobase, chronaxie, dan accommodation quotient. Nilai-nilai tersebut bergeser jika terjadi gangguan inervasi otot.
Konsep pemberian efek thermal pada jaringan dalam yang tidak dapat dijangkau oleh infrared dan modalitas lain dapat dilakukan oleh modalitas yang memiliki arus dengan frekuensi tinggi dalam satuan Megacycle, modalitas arus frekuensi tinggi yang sering dipakai dalam praktik klinis fisioterapi adalah Short Wave Diathermy (SWD) dan Micro Wave Diathermy (MWD).
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)aditya romadhon
PNF adalah konsep terapi yang memberikan fasilitasi sistem neuromuscular melalui proprioceptive untuk memperbaiki fungsi motorik. PNF melibatkan stimulasi saraf sensoris proprioceptive dengan pemberian tahanan, traksi, atau aproksimasi untuk memfasilitasi kontraksi otot dan memperbaiki pola gerakan normal. PNF juga melibatkan irradiation untuk memfasilitasi kontraksi otot yang terkait.
Dokumen ini membahas tentang modalitas mekanik dalam fisioterapi. Modalitas mekanik meliputi teknik kompresi, traksi, dan intervensi manual yang menghasilkan efek mekanik seperti myofascial release dan mobilisasi saraf untuk tujuan menurunkan nyeri, meningkatkan pergerakan sendi, dan memperbaiki sirkulasi darah.
Dokumen tersebut membahas tentang hidroterapi yang merupakan salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan zat cair sebagai sarana pengobatan. Terdapat berbagai metode hidroterapi seperti kompres, cryotherapy, rendaman, douches, whirl pool bath, dan pool therapy yang masing-masing memiliki cara pelaksanaan dan indikasi penggunaannya.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Low back pain adalah nyeri punggung bawah yang umumnya terjadi pada diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1.
2. Terdapat berbagai penyebab low back pain seperti degenerasi, inflamasi, osteoporosis, dan faktor psikologis.
3. Diagnosis low back pain didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti ront
Cedera tulang belakang umumnya disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan. Laminektomi merupakan tindakan bedah untuk mengangkat sebagian lamina tulang belakang guna memperbaiki cedera pada tulang belakang dan mencegah gangguan saraf. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan lokasi dan besarnya cedera, sementara penatalaksanaannya meliputi imobilisasi, tindakan bedah jika diperlukan
1. Dokumen tersebut membahas kontraindikasi dan indikasi terapi TENS, infrared, ultrasound, dan MWD. Kontraindikasi umum meliputi kelainan kulit, tumor, dan gangguan sirkulasi darah. Indikasi terapinya meliputi pengobatan nyeri, kekakuan otot, dan peradangan.
Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, mulai dari definisi, proses pembentukan tulang, klasifikasi, etiologi, hingga asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis. Secara ringkas, osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan penurunan massa dan kerapuhan tulang, yang dapat terjadi akibat faktor usia, hormon, atau penyakit lain.
Uji jalan 6 menit digunakan untuk menilai keterbatasan fungsi kardiorespirasi dan tingkat kebugaran seseorang dengan meminta pasien berjalan sejauh mungkin dalam waktu 6 menit untuk mengukur jarak yang ditempuh. Uji ini dapat digunakan untuk berbagai kelompok pasien dan merupakan tes submaksimal yang aman bagi kebanyakan orang.
1. Bunyi adalah gelombang longitudinal yang menyebar melalui medium dengan frekuensi bervariasi.
2. Gelombang ultrasonik digunakan untuk diagnosis dan terapi medis dengan berbagai frekuensi dan intensitas.
3. Sifat gelombang suara terbentuk dari gelombang longitudinal dan memerlukan medium elastis untuk menyebarkan gelombang.
Modul ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pemenuhan aktivitas, meliputi tujuan pembelajaran umum dan khusus, kegiatan belajar seperti memberikan latihan range of movement (ROM) dan melatih berjalan pasien."
1. Intervensi keperawatan perioperatif untuk mencegah infeksi dan komplikasi pada pasien gangguan muskuloskeletal meliputi pemberian edukasi kesehatan, latihan pra-operasi, pencegahan infeksi, dan rehabilitasi pasca-operasi seperti latihan otot.
2. Tindakan spesifik untuk mencegah pembengkakan darah vena pasca bedah ortopedi adalah memperhatikan posisi pasien, pencegahan infeksi, memberikan edukasi kese
Elektrisitas sangat sering di deskripsikan oleh kekuatan arus, frekuensi arus, kuatnya voltase dan tahanan. Terdapat hubungan erat antara arus, voltase dan tahanan sebagaimana ditunjukkan pada hukum “Ohm”
1. Arus berbanding sama/proporsional terhadap voltase, meningkatknya voltase ketika tahanan menetap konstan akan meningkat pula kekuatan arusnya
2. Arus berbanding terbalik terhadap tahanan, meningkatnya tahanan ketika voltase menetap/konstan akan menurunkan kekuatan arus
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cervical root syndrome di Klinik Asya Mojokerto meliputi pemberian TENS, mobilisasi saraf, dan dry needling untuk meringankan nyeri dan spasme otot serta meningkatkan fungsi gerak.
Strength Duration Curve (SDC) adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara amplitudo dan durasi stimulasi listrik terhadap eksitabilitas serat saraf. SDC digunakan untuk mengetahui kondisi inervasi otot dengan melihat nilai-nilai seperti rheobase, chronaxie, dan accommodation quotient. Nilai-nilai tersebut bergeser jika terjadi gangguan inervasi otot.
Konsep pemberian efek thermal pada jaringan dalam yang tidak dapat dijangkau oleh infrared dan modalitas lain dapat dilakukan oleh modalitas yang memiliki arus dengan frekuensi tinggi dalam satuan Megacycle, modalitas arus frekuensi tinggi yang sering dipakai dalam praktik klinis fisioterapi adalah Short Wave Diathermy (SWD) dan Micro Wave Diathermy (MWD).
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)aditya romadhon
PNF adalah konsep terapi yang memberikan fasilitasi sistem neuromuscular melalui proprioceptive untuk memperbaiki fungsi motorik. PNF melibatkan stimulasi saraf sensoris proprioceptive dengan pemberian tahanan, traksi, atau aproksimasi untuk memfasilitasi kontraksi otot dan memperbaiki pola gerakan normal. PNF juga melibatkan irradiation untuk memfasilitasi kontraksi otot yang terkait.
Dokumen ini membahas tentang modalitas mekanik dalam fisioterapi. Modalitas mekanik meliputi teknik kompresi, traksi, dan intervensi manual yang menghasilkan efek mekanik seperti myofascial release dan mobilisasi saraf untuk tujuan menurunkan nyeri, meningkatkan pergerakan sendi, dan memperbaiki sirkulasi darah.
Dokumen tersebut membahas tentang hidroterapi yang merupakan salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan zat cair sebagai sarana pengobatan. Terdapat berbagai metode hidroterapi seperti kompres, cryotherapy, rendaman, douches, whirl pool bath, dan pool therapy yang masing-masing memiliki cara pelaksanaan dan indikasi penggunaannya.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Low back pain adalah nyeri punggung bawah yang umumnya terjadi pada diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1.
2. Terdapat berbagai penyebab low back pain seperti degenerasi, inflamasi, osteoporosis, dan faktor psikologis.
3. Diagnosis low back pain didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti ront
Cedera tulang belakang umumnya disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan. Laminektomi merupakan tindakan bedah untuk mengangkat sebagian lamina tulang belakang guna memperbaiki cedera pada tulang belakang dan mencegah gangguan saraf. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan lokasi dan besarnya cedera, sementara penatalaksanaannya meliputi imobilisasi, tindakan bedah jika diperlukan
1. Dokumen tersebut membahas kontraindikasi dan indikasi terapi TENS, infrared, ultrasound, dan MWD. Kontraindikasi umum meliputi kelainan kulit, tumor, dan gangguan sirkulasi darah. Indikasi terapinya meliputi pengobatan nyeri, kekakuan otot, dan peradangan.
Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, mulai dari definisi, proses pembentukan tulang, klasifikasi, etiologi, hingga asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis. Secara ringkas, osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan penurunan massa dan kerapuhan tulang, yang dapat terjadi akibat faktor usia, hormon, atau penyakit lain.
Uji jalan 6 menit digunakan untuk menilai keterbatasan fungsi kardiorespirasi dan tingkat kebugaran seseorang dengan meminta pasien berjalan sejauh mungkin dalam waktu 6 menit untuk mengukur jarak yang ditempuh. Uji ini dapat digunakan untuk berbagai kelompok pasien dan merupakan tes submaksimal yang aman bagi kebanyakan orang.
1. Bunyi adalah gelombang longitudinal yang menyebar melalui medium dengan frekuensi bervariasi.
2. Gelombang ultrasonik digunakan untuk diagnosis dan terapi medis dengan berbagai frekuensi dan intensitas.
3. Sifat gelombang suara terbentuk dari gelombang longitudinal dan memerlukan medium elastis untuk menyebarkan gelombang.
Modul ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pemenuhan aktivitas, meliputi tujuan pembelajaran umum dan khusus, kegiatan belajar seperti memberikan latihan range of movement (ROM) dan melatih berjalan pasien."
1. Intervensi keperawatan perioperatif untuk mencegah infeksi dan komplikasi pada pasien gangguan muskuloskeletal meliputi pemberian edukasi kesehatan, latihan pra-operasi, pencegahan infeksi, dan rehabilitasi pasca-operasi seperti latihan otot.
2. Tindakan spesifik untuk mencegah pembengkakan darah vena pasca bedah ortopedi adalah memperhatikan posisi pasien, pencegahan infeksi, memberikan edukasi kese
Dokumen tersebut membahas tentang mekanika tubuh dan ambulasi, yang mencakup pergerakan dasar tubuh seperti berjalan, berjongkok, menarik, dan mengangkat. Juga dibahas posisi-posisi pasien di rumah sakit seperti Fowler, Sim, dan Trendelenburg. Prinsip ambulasi pasien harus memperhatikan keselamatan dengan bantuan yang memadai dan menjaga postur tubuh yang benar.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas pjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas, meliputi pengertian aktivitas dan faktor yang mempengaruhinya, proses pengkajian, diagnosa keperawatan terkait seperti intoleransi aktivitas, dan intervensi keperawatan seperti monitoring dan latihan aktivitas.
Case report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralisKharima SD
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi medis pada kasus malunion fraktur condylus lateral humerus dextra. Terdapat penjelasan mengenai anatomi, mekanisme cedera, diagnosis, penatalaksanaan, dan tahapan rehabilitasi pasien setelah operasi.
Dokumen tersebut membahas tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Latihan Range of Motion (ROM) untuk memelihara fungsi sendi dan mencegah kemunduran dengan melakukan berbagai gerakan seperti fleksi, ekstensi, rotasi, dan lainnya pada berbagai bagian tubuh seperti bahu, tangan, panggul, kaki secara perlahan dan diulang minimal 3 kali. Latihan ROM bertujuan untuk memelihara pergerakan dan sirkulasi
Dokumen tersebut berisi analisis beban kerja dari beberapa jabatan perawat di Puskesmas Tigo Baleh. Mencakup tugas pokok dan penunjang masing-masing jabatan seperti perawat JFU, perawat terampil, perawat mahir, dan perawat penyelia. Juga menyertakan hasil, waktu penyelesaian, beban kerja, dan pegawai yang dibutuhkan untuk masing-masing tugas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) dokumen tersebut merupakan rancangan satuan acara penyuluhan tentang reumatoid artritis yang akan dilaksanakan di Desa Labone, (2) penyuluhan akan memberikan penjelasan tentang pengertian, penyebab, gejala, dan senam untuk reumatoid artritis, (3) penyuluhan akan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi untuk memberikan pemahaman kepada peserta.
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletalpjj_kemenkes
Modul ini membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskuluskeletal seperti rheumatoid arthtritis (RA) dan osteoarthtritis (OA). Terdapat penjelasan mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan untuk kedua kondisi tersebut. Modul ini juga menjelaskan proses pengkajian data keperawatan, penetapan diagnosa, dan perencanaan tindakan yang
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN CEDERA ROTATOR CUFFKELOMPOK 9:
Dian Diningrum T. P.
(11-04)
Rizqi Fauziyah R. (11-09)
Ria Rohmawati
(11-15)
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
2. PENDAHULUAN
• Rotator cuff adalah tendon yang mengelilingi sendi bahu.
Istilah rotator cuff dipergunakan untuk jaringan ikat
fibrosa yang mengelilingi bagian atas tulang humerus
• Rotator cuff terdiri dari 4 otot yaitu M.Supraspinatus,
M.Infraspinatus, M.Subsacpularis,dan M.Teres minor
• Fungsi dari ke-4 otot ini adalah untuk menstabilisasi sendi
glenohumeral dengan menarik humerus ke arah skapula
untuk gerakan-gerakan sendi glenohumeral seperti
abduksi-adduksi, rotasi, fleksi-ekstensi
3.
4. •Cedera rotator cuff : cedera yang
terjadi pada bahu yang timbul
akibat kerusakan atau lesi dari
rotator cuff, trauma, dan
degenerasi
6. Patofisiologi
• Tendon m.supraspinatus melekat pada tuberositas mayor
humeri harus melewati ligamen coracoacromialis dan
berada di bawah “atap” acromion.
• biasanya terjadi tarikan secara tiba-tiba,
misalnya, jatuh dengan tangan lurus atau abduksi
yang tiba-tiba melawan beban berat yang
dipegang dengan tangan. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya “jepitan” yang apabila
terjadi trauma mekanik terus-menerus
menimbulkan inflamasi pada daerah tendon
m.supraspinatus
8. Manifestasi klinis
•Gejala tergantung pada
cedera/robeknya rotator cuff biasanya
hanya bersifat ringan pada awalnya.
•Nyeri hebat pada saat digunakan
beraktifitas, nyeri dirasakan didaerah
bahu
9. Pemeriksaan diagnostik
• Pemeriksaan X-Ray pada bahu akan dilakukan jika
terdapat dugaan terjadinya cedera/kerobekan pada
rotator cuff
• Pameriksaan MRI sangat membantu karena dapat
menunjukkan cedera rotator cuff secara keseluruhan dan
cedera rotator cuff parsial/sebagian.
11. Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengkajian meliputi :
• Kaji tempat cedera untuk nyeri, pembengkakan, warna
kulit dan status neurovaskularisasi
• Kaji penyebab cedera
• Kaji perlunya penghilang rasa sakit
• Kaji penyembuhan luka
• Kaji integeritas gips
• Kaji status hidrasi
• Kaji adanya tanda-tanda kompllikasi
• Kaji kemampuan klien untuk mematuhi program
pengobatan
12. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan otot
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
cedera/robekan yang terjadi pada insersi rotator cuff ke
tulang.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya
kemampuan menjalankan aktivitas kehidupan sehari-
hari.
13. Intervensi diagnosa 1:
• Tujuan: tingkat nyeri pasien minimal atau hilang
• Kriteria Hasil: pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan dirinya dan mengatakan tidak nyeri lagi
• Intervensi:
1. Pantau dan dokumentasikan kondisi dan penyebab cedera
2. Pasang bebat atau balutan (mitella) pada ekstremitas yang
terkena untuk mengatasi rasa nyeri dan mencegah terjadinya
cedera yang lebih lanjut
3. Fleksikan dan dirotasikan ke medial dan lateral secara
berulang-ulang sehingga dapat mengenali sulkus di antara
kedua tuberositas.
4. Cegah komplikasi pada ekstremitas yang sakit, berikan latihan
tiap hari
14. Implementasi
1. Telah dilakukan pemantauan dan dokumentasi kondisi
dan penyebab cedera
2. Telah dilakukan pemasangan bebat atau balutan
(mitella) pada ekstremitas yang terkena untuk
mengatasi rasa nyeri dan mencegah terjadinya cedera
yang lebih lanjut
3. Telah difleksikan dan dirotasikan ke medial dan lateral
secara berulang-ulang sehingga dapat mengenali
sulkus di antara kedua tuberositas.
4. Telah dilakukan pencegahan komplikasi pada
ekstremitas yang sakit, dengan memberikan latihan tiap
hari
15. Intervensi Diagnosa 2:
• Tujuan : Pasien memperlihatkan peningkatan kekuatan dan
fungsi dalam melakukan aktivitas fisik, dengan kriteria hasil :
1. Peningkatan kekuatan otot
2. Bergerak dengan aktif tanpa nyeri
3. Tidak adanya keterbatasan gerakan.
• Intervensi :
1. Kaji tingkat atau kemampuan untuk beraktifitas
2. Berikan lingkungan yang aman.
3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif secara bertahap.
4. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi, bantu pasien
untuk bergerak di tempat tidur.
5. Konsul dengan ahli terapi fisik/fisioterapi.
16. Implementasi
1. Telah dilakukan pengkajian tingkat atau kemampuan
untuk beraktifitas
2. Telah diberikan lingkungan yang aman
3. Telah diberikan bantuan dengan rentang gerak
aktif/pasif secara bertahap
4. Telah dilakukan pengubahan posisi pada pasien, dan
telah diberikan bantuan pada pasien untuk bergerak di
tempat tidur.
5. Telah dikonsultasikan dengan ahli terapi fisik/fisioterapi
tentang kondisi klien.
17. Intervensi Diagnosis 3:
• Tujuan : Pasien memperlihatkan kemampuan untuk melakukan personal
higiene secra mandiri, dengan kriteria hasil personal higiene pasien
terpenuhi.
• Intervensi:
1. Dorong pasien mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan cedera dan
masalah yang berhubungan dengan cara aktif. Dengarkan secara aktif
2. Motivasi penggunaan mekanisme penyelesaian masalah secara adaptif.
3. Libatkan orang terdekat pasien dan berikan dukungan jika diperlukan.
4. Modifikasi lingkungan rumah jika diperlukan.
5. Dorong klien berpartisipasi dalam pengembangan program terapi.
6. Jelaskan berbagai program terapi.
7. Dorong partisipasi aktivitas sehari-hari dalam batasan terapeutik.
8. Ajarkan penggunaan modalitas terapi dan bantuan mobilisasi secara aman
dan lakukan supervisi agar pemakaiannya terjamin.
9. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dirumah;
merencanakan regimen terapi, mengenali risiko masalah, mengenali situasi
yang tidak aman, dan meneruskan supervisi kesehatan.
18. Implementasi
1. Telah dilakukan bantuan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikan cedera serta masalah yang berhubungan dengan cara aktif
antara perawat dengan pasien. Dengarkan secara aktif
2. Telah dilakukan motivasi penggunaan mekanisme penyelesaian masalah
secara adaptif.
3. Telah meibatkan orang terdekat pasien dan telah diberikan dukungan jika
diperlukan.
4. Telah dilakukan modifikasi lingkungan rumah jika diperlukan.
5. Telah dilakukan support pada klien untuk berpartisipasi dalam
pengembangan program terapi.
6. Telah dilakukan penjelasan tentang berbagai program terapi.
7. Telah diberikan support partisipasi aktivitas sehari-hari dalam batasan
terapeutik.
8. Telah diajarkan penggunaan modalitas terapi dan bantuan mobilisasi secara
amandan Telah dilakukan supervisi agar pemakaiannya terjamin.
9. Telah dilakukan evaluasi kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri
dirumah; merencanakan regimen terapi, mengenali risiko masalah,
mengenali situasi yang tidak aman, dan meneruskan supervisi kesehatan.