SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
RINGKASAN UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2004
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Dosen Pembimbing: Tashadi Tarmizi, SE, M.Si, Ak.
Disusun oleh Kelompok 1
Kelas 2B ASP
Arya Suteja (4201314029)
Asana (4201314052)
Azmala Putri Harditiara (4201314017)
Bayu Rifqy Yarangga (4201314033)
Dini Audi (4201314051)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2013/2014
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah salah satu dari sejumlah undang-undang yang ditandatangani Presiden
Megawati Soekarnoputri pada awal Oktober 2004, menjelang masa jabatannya berakhir.
Dalam undang-undang tersebut dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi
“Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional didefinisikan sebagai satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencna pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.”
UNDANG – UNDANG TENTANG SISTEM PERANCANGAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
Pasal 1
1. Membahas Definisi Perancangan
2. Membahas definisi pembangunan Nasional
3. Definisi Sistem Perancangan Nasional
4. Rencana pembangunan jangka panjang untuk periode 20 tahun.
5. Rencana pembangunan jangka menengah untuk periode 5 tahun
6. rencana pembangunan menengah lembaga untuk periode 5 tahun
7. Rencana pembangunan jangka menengah satuan kerja untuk periode 5 tahun
8. Rencana kerja pemerintah untuk periode 1 tahun
9. Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) untuk periode 1 tahun
10. Rencana Kerja Kementrian untuk periode 1 tahun
11. (Renja-SKPD) untuk peride kerja 1 tahun
12. Definisi Visi
13. Definisi Misi
14. Definisi Strategi
15. Definisi kebijakan
16. Definisi Program
17. Definisi Lembaga
18. Definisi Program kementrian
19. Definisi Program lintas kementrian
20. Program kewilayahan dan lintas wilayah
21. Musyawarah Perencanaan pembangunan (Musrenbang)
22. Definisi mentri
23. Tanggung jawad Kepala satuan kerja perangkat daerah terhadap perencanaan
pembangunan
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
kebersamaan, berkeadilan,berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
2. Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
3. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan Asas Umum
Penyelenggaraan Negara.
4. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
dan pengawasan;
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.
RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Pasal 3
1. Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro
semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun
secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
3. Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan:
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dalam dimensi waktu 20 tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk periode 5 tahun, serta Rencana
Pembangunan Tahunan (RKP), baik pada tingkat nasional, daerah, maupun
Kementerian/Lembaga (Pasal 3 sampai dengan 7).
Pasal 4
1. RPJP Nasional merupakan penjabaran tujuan pemerintah
2. RPJM Nasional merupakan Visi ,Misi dan program presiden
3. RKP merupakan penjabaran dari RPJM
Pasal 5
1. RPJP daerah merupakan visi,misi dan arah pembangunan daerah
2. Tujuan Dari RPJM daerah
3. Membahas rencana kerja dan pendanaan dari RKPD maupun RPJM
Pasal 6
1. Visi , misi ,tujuan , strategi , kebijakan program dan kegiatan Renstra-KL
2. Susunan Renstra-KL
Pasal 7
1. Visi , misi ,tujuan , strategi , kebijakan program dan kegiatan Renstra-SKPD
2. Susunan Renstra-SKPD
TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Pasal 8
Tahap Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi : Penyusunan rencana , Penetapan
rencana , Pengendalian pelaksanaan rencana dan evalasi pelaksanaan rencana.
Pasal 9
1. Penyusunan urutan RPJP
2. Urutan kegiatan RPJM
PENYUSUNAN DNA PENETAPAN RENCANA
Bagian Pertama
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Pasal 10
1. Persiapan mentri terhadap Rancangan RPJP Nasional
2. Persiapan Kepala Bappeda terhadap rancangan RPJP daerah
3. Rencana RPJP yang berkaitan dengan ayat 1 dan 2
Pasal 11
1. Penyelenggaraan Musrenbang terkait RPJP
2. Musrenbang yang diselenggarakan mentri jangka panjang nasional
3. Musrenbang yang diselenggarakan kepala Bappeda jangka panjang daerah
4. Maksud dari Musrenbang terkait ayat 2 dan 3
Pasal 12
1. Rencana akhir RPJP yang disusun mentri
2. Rencana RPJP yang disusun Kepala Bappeda dari hasil Musrenbang
Pasal 13
1. Penetapan RPJP Nasional dengan undang-undang
2. Penetapan RPJP Daerah dengan Peraturan daerah
Bagian Kedua
Rencana Pembangunan Jangka menengah
Pasal 14
1. Rencana awal RPJM Nasional yang disiapkan mentri
2. Rencana awal RPJM daerah yang disiapkan krtua Bappeda
Pasal 15
1. Renstra –KL yang disiapkan mentri yang berpedoman pada rencana awal RPJM nasional
sesuai pasal 14 ayat 1
2. RPJM yang dirancang mentri menggunakan rancangan Rensta-KL dan berpedoman pada
RJPM nasional
3. Renstra-SKPD direncanakan Kepala satuan kerja perangkat daerah berpedoman pada
rancangan awal RPJM daerah
Pasal 16
1. Rencana RPJM yang terkait Pasal 15 ayat 2 dan Pasan 15 ayat 4
2. Penyelenggaraan Musrenbang terkait RPJM
3. Musrenbang jangka menengah Nasional yang diselenggarakan mentri
4. Musrenbang jangka menengah daerah yang diselenggarakan kepala Bappeda
Pasal 17
1. Maksud dari Musranbang jangka menengah Nasional yang terkait Pasal 16 ayat 3 paling
lambat 2 bulan setelah presiden dilantik
2. Maksud dari Musranbang jangka menengah Daerah yang terkait Pasal 16 ayat 3 paling
lambat 2 bulan setelah Kepala daerah dilantik
Pasal 18
1. Rancangan akhir RPJM Nasional disusun mentri berdasarkan hasil Musrenbang jangka
menengah nasional
2. Rancangan akhir RPJM Daerah disusun Kepala Bappeda berdasarkan hasil Musrenbang
jangka menengah daerah
Pasal 19
1. Penetapan RPJM nasional oleh presiden
2. Penetapan Renstra-KL sesuai RPJM
3. Penetapan RPJM paling lambat 3 bulan setelah kepala daerah dilantik
4. Penetapan Rensra-SKPD sesuai dengan RPJM daerah
Bagian Ketiga
Rencana Pembanguan Tahunan
Pasal 20
1. Rencana awal RKP dan RKJM disiapkan oleh mentri
2. Rencana awal RKPD disiapkan Oleh kepala Bappeda
Pasal 21
1. Pimpinan KL yang mengacu pada awal RPK sesuai pasal 20 ayat 1 dan berpedoman pada
Rensta-KL pasal 19 ayat 1
2. Mentri Mengkoordinasikan rencana RKP
3. Kepala SKPD menyiapkan Renja-SKPD
4. Kepala Bappeda menyiapkan Rencaran RKPD
Pasal 22
1. Maksud rencana RKPD dalam pasal 21 ayat 2 dan pasal 21 ayat 4
2. Penyusunan RKP dan RKPD oleh Musrenbang
3. Musrenbang RKP yg diselenggarakan mentri
4. Musrenbang penyusunan RKPD yang diselenggarakan kepala Bappeda
Pasal 23
1. Penyususan RKP oleh Musrenbang sesuai pasal 22 ayat 3
2. Penyusunan RKPD olh musrenbang sesuai pasa 22 ayat 4
Pasal 24
1. Rancangan akhir RKP yang disususn mentri
2. RKPD yang disusun Kepala bappeda
Pasal 25
1. RKP sebagai pedoman menyusun RAPBN
2. RKPD sebagai pedoman menyusun RAPBD
Pasal 26
1. RKP yang ditetapkan oleh peraturan presiden
2. Penetapan RKPD dengan peraturan pemerintah daerah
Pasal 27
1. Tata cara menyusun RPJP
2. Ketentuan mengenai tata cara penyusunan RPJP
Passal 28
1. Yang bertugas dalam pengendalian rencana pembangunan
2. Yang mengatasai hasil pemantauan pelaksaan rencana pembangunan
Pasal 29
1. Evaluasi kinerja yg dilakukan pimpinan KL
2. Evaluasi kinerja yang dilakukan Pimpinan SKPD
3. Evaluasi rencana pembangunan daerah disusun oleh Mentri/Kepala Bappeda
4. Hasil evaluasi menjadi bahasan bagi penyusun rencana
Pasal 30
Kketentuan lanjutan mengenai perecanaan pembangunan
Pasal 31
Perencanan pembangunan yang berdasarkan data dan informasi
Pasal 32
1. Penelenggaraan dan tanggung jawab presiden terhadap perencanaan pembangunan
nasional
2. Penyelenggaraan pemabangunan nasional ,presiden dibant mentri
3. Pimpinan KL menyelenggarakan perencanaan pembangunan sesuai dengan tugas
4. Gubernur mengkoordinasi perencanaan pembangunan serta menentukan tugas pembantu
Pasal 33
1. Tanggung jawap kepala daerah terhadap rencana pembangunan daerah
2. Dalam melaksanakan tugas,pemerintah daerah dibantu kepala bappeda
3. Pimpinan SKPD menyelenggarankan perencanaan pembangunan sesuai aturan
4. Peranan gubernur
Pasal 34
1. RPJM mnasional mengikuti RPJP nasional sebelum ditentukan sesuai pasal 4 ayat 2
2. RPJP yang berkaitan dengan pasal 2 ayat 1
3. RPJM daerah mengikuti RPJMp daerah sebelum ketentuan sesuai pasal 5 ayat 2
Pasal 35
Penetapan RPJP nasional RPJM nasional setelah 6 bulan undang – undang ditetapkan
Peraturan undang-undang dibuat dan ditetapkan paling lambat setelah 1 tahunsetelah
peraturan diundangkan
Tidak dapat dimungkiri bahwa produk merupakan hal yang sangat penting, namun hal yang
tidak dapat diabaikan adalah kualitas proses dalam mencapai dokumen tersebut. Hal terakhir
inilah yang hampir-hampir tidak disentuh dalam UU No 25/2004, hanya ditegaskan tentang
keharusan adanya kelembagaan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
dalam penyusunan rencana.
Memang hal tersebut sejatinya akan diturunkan dalam suatu Peraturan Pemerintah, namun
perlu dicatat bahwa Undang-Undang 25/2004 hanya menyebut permukaannya saja (Pasal 10
ayat 3; Pasal 11 ayat 1; dan Pasal 12 ayat 1), tidak seperti pada Pasal-pasal tentang Produk
(Dokumen) yang dijelaskan dengan sangat rinci.
10/3 : Rancangan RPJP Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) “Menteri
menyiapkan rancangan RPJP Nasional.” dan rancangan RPJP Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah.”
menjadi bahan utama bagi Musrenbang.
11/1 : Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh unsur-
unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan masyarakat.
12/1 : Menteri menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil Musrenbang
Jangka Panjang Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4)
“Musrenbang Jangka Panjang Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) “Menteri
menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional.” dan Musrenbang Jangka
Panjang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) “Kepala Bappeda
menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah.” dilaksanakan paling lambat
1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode RPJP yang sedang berjalan.
Makna Musrenbang tidak ditegaskan dengan jelas, padahal di sinilah sebenarnya letak kunci
bagi paradigma baru perencanaan. Hal tersebut mencerminkan masih adanya 'jurang' (gap)
antara tujuan UU 25/2004 dengan kandungannya, dimana isi kurang mencerminkan jiwa serta
semangatnya.
Interaksi Kontinu
Pada hakikatnya perencanaan publik adalah suatu proses interaksi timbal balik antara
lembaga perencanaan (dan perencana) dengan publik yang sangat pluralistik, baik sebagai
subjek ataupun objek perencanaan.
Di dalam proses tersebut hampir dapat dipastikan terkandung unsur-unsur kepentingan
(interest) yang mungkin bertentangan (conflicting) satu dengan lainnya, baik politik, ekonomi
maupun lainnya. Dalam kondisi yang sangat sarat dengan perubahan interaksi inipun harus
bersifat dinamik dan kontinu.
Makna wacana top-down dan bottom-up adalah sesuatu yang berpasangan, karena satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Memang di masa yang lalu unsur top-down sangat
kental, sehingga tidak ada ruang bagi masyarakat selaku subjek maupun objek pembangunan
untuk beraspirasi atau berimajinasi, karena birokrasi sangat menentukan.
Sebaliknya, dewasa ini dalam suasana yang masih euforia, banyak perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan masyarakat yang dilakukan sendiri-sendiri bahkan ditunjang oleh
berbagai donor baik luar maupun dalam negeri, tidak terkait satu dengan lainnya, bahkan
saling bertentangan, yang pada gilirannya bisa menuju situasi yang kacau (chaotic).
Ini memang suatu keadaan transisional dan perlu dipandang sebagai suatu dinamika atau
konteks di mana perencanaan publik berada. Dalam kaitan ini tuntutan utama adalah
lembaga-lembaga formal (birokrasi) peren-canan seperti Bappenas maupun Bappeda harus
cukup tanggap, mampu menyesuaikan diri dan mengakui bahwa dinamika tersebut harus
diitegrasikan dalam proses perencanaan.
Tentu saja hal ini akan berdampak pada perubahan yang mendasar dalam pola pikir (mindset)
dan pola tindak lembaga-lembaga perencanaan tersebut, yang dalam istilah popular dikenal
sebagai perencanaan partisipatif.
Hal inilah yang seharusnya menjadi makna 'Musrenbang' (Musyawarah Perencanaan
Pembangunan) seperti yag dimaksud dengan UU 25/2004 tersebut. Perlu dicatat bahwa pada
masa orde baru pun telah dikenal istilah tersebut melalui Pedoman Penyusunan Perencanaan
dan Pengendalian Daerah (P5D) yang dikelola oleh Departemen Dalam Negeri (Permendagri
No 9 Tahun 1982), dengan ketentuan teknis yang sangat rinci.
Falsafahnya adalah menjaring aspirasi masyarakat, mulai dari tingkat desa, kecamatan, untuk
dibawa ke tingkat pusat melalui serangkaian forum-forum pertemuan dan konsultasi. Namun
dalam kenyataannya sangat sedikit, bila tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali, usulan-
usulan pembangunan dari tingkat desa yang dimasukkan dalam agenda pembangunan
Provinsi dan Nasional, karena 'dimanipulasi' untuk kepentingan tertentu.
Dengan kata lain P5D waktu itu hanyalah suatu bagian dari perangkat birokrasi untuk
legitimasi perencanaan. Seyogyanya 'Musrenbang' menurut UU 25/2004 tidak seperti itu lagi,
namun benar-benar menjadi arena komunikasi timbal balik antara lembaga perencanaan
dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menetapkan keputusan kolektif.
Diantisipasi bahwa prosesnya akan sangat panjang dan melelahkan, namun itulah tantangan
untuk mewujudkan perencanaan yang lebih partisipatif.
Issues
Pada masyarakat di negara yang telah berkembang, pengertian perencanaan publik sudah
pasti partisipatif, karena kalau tidak hal tersebut bukanlah perencanaan publik.
Dalam masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari atau menggunakan hak, kewajiban
dan kepeduliannya dalam pembangunan, perencanaan partisipatif menghadapi berbagai hal
yang perlu diperhatikan.
Pertama, identifikasi siapa pemangku kepentingan perencanaan tersebut, yang tentunya
sangat berbeda pada tingkat (level) perencanaan yang berbeda. Pada tingkat nasional
misalnya, adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk mengundang seluruh kelompok
masyarakat se-Indonesia untuk berbondong-bondong ke Jakarta.
Kedua, apa peran kewajiban dan haknya. Hal tersebut akan berujung pada pertanyaan tentang
keterwakilan masyarakat (representativeness). Tanpa ada sesuatu pedoman akan hal-hal
tersebut, kemungkinan 'perencanaan partisipatif' malah akan menjadi masalah baru
ketimbang menjadi mekanisme perencanaan yang lebih demokratis dan terdesentralisasi.
Ketiga, bagaimana usulan-usulan program pembanguman dari tingkat bawah (grass roots)
dapat secara konsisten diusung dan dikawal ke tingkat yang lebih atas. Diharapkan dalam
penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) sebagai tidak lanjut UU No 25/ 2004, hal-hal tersebut
menjadi bahan pertimbangan utama.
Dalam kondisi seperti itu, tampaknya kini lembaga perencanaan seperti Bappenas dan
Bappeda, di samping melaksanakan fungsinya sebagai lembaga yang menyiapkan rencana-
rencana pembangunan seperti yang diamanatkan oleh UU 25/ 2004, juga harus melakukan
upaya pengembangan kelembagaan agar mampu melaksanakan perencanaan yang
partisipatif, serta sekaligus menumbuhkan budaya perencanaan dengan pelibatan masyarakat
secara lebih intensif.
Tentu saja hal itu tidak mungkin dilaksanakan oleh Bappenas serta Bappeda secara sendiri.
Peran masyarakat (LSM), perguruan tinggi, asosiasi-asosiasi profesi dan lainnya sangat
diperlukan, namun inisiasi lembaga perencanaan dalam melakukan 'reformasi' perencana- an
sesuai dengan dinamika sosial-ekonomi dan politik di masyarakat dan kondisi global sangat
penting ada-nya.
Merekalah yang memiliki legitimasi, kemampuan teknis dan sumberdaya yang mungkin
untuk memulai hal tersebut. Inilah salah satu ciri perbedaan utama fungsi lembaga
perencanaan publik di masa orde baru dan saat kini.
Bila tidak hati-hati apa yang diamanatkan dalam UU 25/2004 dapat mengulang kesalahan
lama, yaitu bahwa perencanaan dipandang sebagai dokumen dan Blueprint yang disusun
secara mekanistik, yang seringkali merupakan formalitas (keharusan memiliki), dan hanya
merupakan hiasan meja.
Sesuatu yang perlu disadari bahwa perencanaan publik merupakan suatu proses interaksi
antara birokrasi perencanaan dan publik yang bersifat majemuk. Proses ini harus terjadi
secara terus menerus sesuai dengan dinamika sosial-ekonomi dan politik masyarakat.
Sesuai dengan UU 25/2004, adalah tugas badan perencanaan (baca: Bappenas dan Bappeda)
untuk menyiapkan dokumen rencana, namun kini mereka dituntut juga untuk
mengembangakan proses serta kelembagaan perencanaan.
Memberdayakan masyarakat untuk lebih menyadari hak dan kewajibannya dalam proses
pembangunan kini merupakan salah satu tantangan utama dan sekaligus program kerja bagi
Bappenas dan Bappeda di Indonesia, yang kini eksistensinya telah dilegitimasi oleh UU 25/
2004.

More Related Content

What's hot

Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Dadang Solihin
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004Dadang Solihin
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Dadang Solihin
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD Dadang Solihin
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalDadang Solihin
 
Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010
Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010 Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010
Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010 Dadang Solihin
 
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...Jonh Boekorsjom
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Joy Irman
 
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanAnggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanDadang Solihin
 
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah Dadang Solihin
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanDadang Solihin
 
Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalSri Wahyuni
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahRandy Wrihatnolo
 
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan DesaPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan DesaFormasi Org
 
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis KinerjaPenyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis KinerjaDadang Solihin
 
Penyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRAPenyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRA93220872
 

What's hot (20)

Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010
Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010 Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010
Teori dan Praktek Penyusunan Renstra dan Renja SKPD sesuai Permendagri 54/2010
 
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanAnggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
 
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan
 
Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi Lokal
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan DesaPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
 
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis KinerjaPenyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
 
Penyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRAPenyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRA
 

Similar to Ringkasan uu 25 tahun 2004

1.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 20081.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 2008bappedameme
 
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Deki Zulkarnain
 
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Deki Zulkarnain
 
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISPP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISAchmad Wahid
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalPenataan Ruang
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan NasionalJoy Irman
 
Permen no.72 th_2013
Permen no.72 th_2013Permen no.72 th_2013
Permen no.72 th_2013davidfirdha
 
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pdP mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pdMikhail Rasyid
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...Dadang Solihin
 
0 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 20040 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 2004bappedameme
 
Salinan perpres nomor 109 tahun 2020
Salinan perpres nomor 109 tahun 2020Salinan perpres nomor 109 tahun 2020
Salinan perpres nomor 109 tahun 2020ZulfiSuhendra
 
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...Dadang Solihin
 

Similar to Ringkasan uu 25 tahun 2004 (20)

1.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 20081.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 2008
 
PP8 2008-penyusunan rpjmd
PP8 2008-penyusunan rpjmdPP8 2008-penyusunan rpjmd
PP8 2008-penyusunan rpjmd
 
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
 
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
 
Uu 25 2004
Uu 25 2004Uu 25 2004
Uu 25 2004
 
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGISPP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PP No 46/2016 : TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
 
Pp no 46__2016
Pp no 46__2016Pp no 46__2016
Pp no 46__2016
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Uu252004
Uu252004Uu252004
Uu252004
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
 
UU Nomor 25 Tahun 2004
UU Nomor 25 Tahun 2004UU Nomor 25 Tahun 2004
UU Nomor 25 Tahun 2004
 
Permen no.72 th_2013
Permen no.72 th_2013Permen no.72 th_2013
Permen no.72 th_2013
 
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pdP mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
 
0 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 20040 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 2004
 
Salinan perpres nomor 109 tahun 2020
Salinan perpres nomor 109 tahun 2020Salinan perpres nomor 109 tahun 2020
Salinan perpres nomor 109 tahun 2020
 
Uu no 25_2004
Uu no 25_2004Uu no 25_2004
Uu no 25_2004
 
Pp no 40_th_2006
Pp no 40_th_2006Pp no 40_th_2006
Pp no 40_th_2006
 
Sppn
SppnSppn
Sppn
 
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
Implementasi UU 25/2004 tentang SPPN dalam Kerangka Efektivitas Perencanaan D...
 

More from Dini Audi

Makalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan NilaiMakalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan NilaiDini Audi
 
Biografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul TanjungBiografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul TanjungDini Audi
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakDini Audi
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaDini Audi
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaDini Audi
 
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan IndonesiaMakalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan IndonesiaDini Audi
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaHak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaDini Audi
 
Adjectives and Adverbs
Adjectives and AdverbsAdjectives and Adverbs
Adjectives and AdverbsDini Audi
 

More from Dini Audi (9)

Makalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan NilaiMakalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan Nilai
 
Biografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul TanjungBiografi Chairul Tanjung
Biografi Chairul Tanjung
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint Akhlak
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan IndonesiaMakalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaHak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
 
Adjectives and Adverbs
Adjectives and AdverbsAdjectives and Adverbs
Adjectives and Adverbs
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 

Ringkasan uu 25 tahun 2004

  • 1. RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dosen Pembimbing: Tashadi Tarmizi, SE, M.Si, Ak. Disusun oleh Kelompok 1 Kelas 2B ASP Arya Suteja (4201314029) Asana (4201314052) Azmala Putri Harditiara (4201314017) Bayu Rifqy Yarangga (4201314033) Dini Audi (4201314051) AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK TAHUN AJARAN 2013/2014
  • 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah salah satu dari sejumlah undang-undang yang ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri pada awal Oktober 2004, menjelang masa jabatannya berakhir. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi “Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional didefinisikan sebagai satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencna pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.” UNDANG – UNDANG TENTANG SISTEM PERANCANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL Pasal 1 1. Membahas Definisi Perancangan 2. Membahas definisi pembangunan Nasional 3. Definisi Sistem Perancangan Nasional 4. Rencana pembangunan jangka panjang untuk periode 20 tahun. 5. Rencana pembangunan jangka menengah untuk periode 5 tahun 6. rencana pembangunan menengah lembaga untuk periode 5 tahun 7. Rencana pembangunan jangka menengah satuan kerja untuk periode 5 tahun 8. Rencana kerja pemerintah untuk periode 1 tahun 9. Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) untuk periode 1 tahun 10. Rencana Kerja Kementrian untuk periode 1 tahun 11. (Renja-SKPD) untuk peride kerja 1 tahun 12. Definisi Visi 13. Definisi Misi 14. Definisi Strategi 15. Definisi kebijakan 16. Definisi Program 17. Definisi Lembaga 18. Definisi Program kementrian 19. Definisi Program lintas kementrian 20. Program kewilayahan dan lintas wilayah 21. Musyawarah Perencanaan pembangunan (Musrenbang) 22. Definisi mentri
  • 3. 23. Tanggung jawad Kepala satuan kerja perangkat daerah terhadap perencanaan pembangunan ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. 2. Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. 3. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara. 4. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk: a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Pasal 3 1. Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. 2. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. 3. Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan: Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dalam dimensi waktu 20 tahun
  • 4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk periode 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan (RKP), baik pada tingkat nasional, daerah, maupun Kementerian/Lembaga (Pasal 3 sampai dengan 7). Pasal 4 1. RPJP Nasional merupakan penjabaran tujuan pemerintah 2. RPJM Nasional merupakan Visi ,Misi dan program presiden 3. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Pasal 5 1. RPJP daerah merupakan visi,misi dan arah pembangunan daerah 2. Tujuan Dari RPJM daerah 3. Membahas rencana kerja dan pendanaan dari RKPD maupun RPJM Pasal 6 1. Visi , misi ,tujuan , strategi , kebijakan program dan kegiatan Renstra-KL 2. Susunan Renstra-KL Pasal 7 1. Visi , misi ,tujuan , strategi , kebijakan program dan kegiatan Renstra-SKPD 2. Susunan Renstra-SKPD TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Pasal 8 Tahap Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi : Penyusunan rencana , Penetapan rencana , Pengendalian pelaksanaan rencana dan evalasi pelaksanaan rencana. Pasal 9 1. Penyusunan urutan RPJP 2. Urutan kegiatan RPJM PENYUSUNAN DNA PENETAPAN RENCANA Bagian Pertama Rencana Pembangunan Jangka Panjang
  • 5. Pasal 10 1. Persiapan mentri terhadap Rancangan RPJP Nasional 2. Persiapan Kepala Bappeda terhadap rancangan RPJP daerah 3. Rencana RPJP yang berkaitan dengan ayat 1 dan 2 Pasal 11 1. Penyelenggaraan Musrenbang terkait RPJP 2. Musrenbang yang diselenggarakan mentri jangka panjang nasional 3. Musrenbang yang diselenggarakan kepala Bappeda jangka panjang daerah 4. Maksud dari Musrenbang terkait ayat 2 dan 3 Pasal 12 1. Rencana akhir RPJP yang disusun mentri 2. Rencana RPJP yang disusun Kepala Bappeda dari hasil Musrenbang Pasal 13 1. Penetapan RPJP Nasional dengan undang-undang 2. Penetapan RPJP Daerah dengan Peraturan daerah Bagian Kedua Rencana Pembangunan Jangka menengah Pasal 14 1. Rencana awal RPJM Nasional yang disiapkan mentri 2. Rencana awal RPJM daerah yang disiapkan krtua Bappeda Pasal 15 1. Renstra –KL yang disiapkan mentri yang berpedoman pada rencana awal RPJM nasional sesuai pasal 14 ayat 1 2. RPJM yang dirancang mentri menggunakan rancangan Rensta-KL dan berpedoman pada RJPM nasional 3. Renstra-SKPD direncanakan Kepala satuan kerja perangkat daerah berpedoman pada rancangan awal RPJM daerah Pasal 16
  • 6. 1. Rencana RPJM yang terkait Pasal 15 ayat 2 dan Pasan 15 ayat 4 2. Penyelenggaraan Musrenbang terkait RPJM 3. Musrenbang jangka menengah Nasional yang diselenggarakan mentri 4. Musrenbang jangka menengah daerah yang diselenggarakan kepala Bappeda Pasal 17 1. Maksud dari Musranbang jangka menengah Nasional yang terkait Pasal 16 ayat 3 paling lambat 2 bulan setelah presiden dilantik 2. Maksud dari Musranbang jangka menengah Daerah yang terkait Pasal 16 ayat 3 paling lambat 2 bulan setelah Kepala daerah dilantik Pasal 18 1. Rancangan akhir RPJM Nasional disusun mentri berdasarkan hasil Musrenbang jangka menengah nasional 2. Rancangan akhir RPJM Daerah disusun Kepala Bappeda berdasarkan hasil Musrenbang jangka menengah daerah Pasal 19 1. Penetapan RPJM nasional oleh presiden 2. Penetapan Renstra-KL sesuai RPJM 3. Penetapan RPJM paling lambat 3 bulan setelah kepala daerah dilantik 4. Penetapan Rensra-SKPD sesuai dengan RPJM daerah Bagian Ketiga Rencana Pembanguan Tahunan Pasal 20 1. Rencana awal RKP dan RKJM disiapkan oleh mentri 2. Rencana awal RKPD disiapkan Oleh kepala Bappeda Pasal 21 1. Pimpinan KL yang mengacu pada awal RPK sesuai pasal 20 ayat 1 dan berpedoman pada Rensta-KL pasal 19 ayat 1 2. Mentri Mengkoordinasikan rencana RKP 3. Kepala SKPD menyiapkan Renja-SKPD
  • 7. 4. Kepala Bappeda menyiapkan Rencaran RKPD Pasal 22 1. Maksud rencana RKPD dalam pasal 21 ayat 2 dan pasal 21 ayat 4 2. Penyusunan RKP dan RKPD oleh Musrenbang 3. Musrenbang RKP yg diselenggarakan mentri 4. Musrenbang penyusunan RKPD yang diselenggarakan kepala Bappeda Pasal 23 1. Penyususan RKP oleh Musrenbang sesuai pasal 22 ayat 3 2. Penyusunan RKPD olh musrenbang sesuai pasa 22 ayat 4 Pasal 24 1. Rancangan akhir RKP yang disususn mentri 2. RKPD yang disusun Kepala bappeda Pasal 25 1. RKP sebagai pedoman menyusun RAPBN 2. RKPD sebagai pedoman menyusun RAPBD Pasal 26 1. RKP yang ditetapkan oleh peraturan presiden 2. Penetapan RKPD dengan peraturan pemerintah daerah Pasal 27 1. Tata cara menyusun RPJP 2. Ketentuan mengenai tata cara penyusunan RPJP Passal 28 1. Yang bertugas dalam pengendalian rencana pembangunan 2. Yang mengatasai hasil pemantauan pelaksaan rencana pembangunan Pasal 29 1. Evaluasi kinerja yg dilakukan pimpinan KL
  • 8. 2. Evaluasi kinerja yang dilakukan Pimpinan SKPD 3. Evaluasi rencana pembangunan daerah disusun oleh Mentri/Kepala Bappeda 4. Hasil evaluasi menjadi bahasan bagi penyusun rencana Pasal 30 Kketentuan lanjutan mengenai perecanaan pembangunan Pasal 31 Perencanan pembangunan yang berdasarkan data dan informasi Pasal 32 1. Penelenggaraan dan tanggung jawab presiden terhadap perencanaan pembangunan nasional 2. Penyelenggaraan pemabangunan nasional ,presiden dibant mentri 3. Pimpinan KL menyelenggarakan perencanaan pembangunan sesuai dengan tugas 4. Gubernur mengkoordinasi perencanaan pembangunan serta menentukan tugas pembantu Pasal 33 1. Tanggung jawap kepala daerah terhadap rencana pembangunan daerah 2. Dalam melaksanakan tugas,pemerintah daerah dibantu kepala bappeda 3. Pimpinan SKPD menyelenggarankan perencanaan pembangunan sesuai aturan 4. Peranan gubernur Pasal 34 1. RPJM mnasional mengikuti RPJP nasional sebelum ditentukan sesuai pasal 4 ayat 2 2. RPJP yang berkaitan dengan pasal 2 ayat 1 3. RPJM daerah mengikuti RPJMp daerah sebelum ketentuan sesuai pasal 5 ayat 2 Pasal 35 Penetapan RPJP nasional RPJM nasional setelah 6 bulan undang – undang ditetapkan Peraturan undang-undang dibuat dan ditetapkan paling lambat setelah 1 tahunsetelah peraturan diundangkan
  • 9. Tidak dapat dimungkiri bahwa produk merupakan hal yang sangat penting, namun hal yang tidak dapat diabaikan adalah kualitas proses dalam mencapai dokumen tersebut. Hal terakhir inilah yang hampir-hampir tidak disentuh dalam UU No 25/2004, hanya ditegaskan tentang keharusan adanya kelembagaan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) dalam penyusunan rencana. Memang hal tersebut sejatinya akan diturunkan dalam suatu Peraturan Pemerintah, namun perlu dicatat bahwa Undang-Undang 25/2004 hanya menyebut permukaannya saja (Pasal 10 ayat 3; Pasal 11 ayat 1; dan Pasal 12 ayat 1), tidak seperti pada Pasal-pasal tentang Produk (Dokumen) yang dijelaskan dengan sangat rinci. 10/3 : Rancangan RPJP Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) “Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional.” dan rancangan RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah.” menjadi bahan utama bagi Musrenbang. 11/1 : Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh unsur- unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan masyarakat. 12/1 : Menteri menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) “Musrenbang Jangka Panjang Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) “Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional.” dan Musrenbang Jangka Panjang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah.” dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode RPJP yang sedang berjalan. Makna Musrenbang tidak ditegaskan dengan jelas, padahal di sinilah sebenarnya letak kunci bagi paradigma baru perencanaan. Hal tersebut mencerminkan masih adanya 'jurang' (gap) antara tujuan UU 25/2004 dengan kandungannya, dimana isi kurang mencerminkan jiwa serta semangatnya. Interaksi Kontinu Pada hakikatnya perencanaan publik adalah suatu proses interaksi timbal balik antara lembaga perencanaan (dan perencana) dengan publik yang sangat pluralistik, baik sebagai subjek ataupun objek perencanaan.
  • 10. Di dalam proses tersebut hampir dapat dipastikan terkandung unsur-unsur kepentingan (interest) yang mungkin bertentangan (conflicting) satu dengan lainnya, baik politik, ekonomi maupun lainnya. Dalam kondisi yang sangat sarat dengan perubahan interaksi inipun harus bersifat dinamik dan kontinu. Makna wacana top-down dan bottom-up adalah sesuatu yang berpasangan, karena satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Memang di masa yang lalu unsur top-down sangat kental, sehingga tidak ada ruang bagi masyarakat selaku subjek maupun objek pembangunan untuk beraspirasi atau berimajinasi, karena birokrasi sangat menentukan. Sebaliknya, dewasa ini dalam suasana yang masih euforia, banyak perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat yang dilakukan sendiri-sendiri bahkan ditunjang oleh berbagai donor baik luar maupun dalam negeri, tidak terkait satu dengan lainnya, bahkan saling bertentangan, yang pada gilirannya bisa menuju situasi yang kacau (chaotic). Ini memang suatu keadaan transisional dan perlu dipandang sebagai suatu dinamika atau konteks di mana perencanaan publik berada. Dalam kaitan ini tuntutan utama adalah lembaga-lembaga formal (birokrasi) peren-canan seperti Bappenas maupun Bappeda harus cukup tanggap, mampu menyesuaikan diri dan mengakui bahwa dinamika tersebut harus diitegrasikan dalam proses perencanaan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada perubahan yang mendasar dalam pola pikir (mindset) dan pola tindak lembaga-lembaga perencanaan tersebut, yang dalam istilah popular dikenal sebagai perencanaan partisipatif. Hal inilah yang seharusnya menjadi makna 'Musrenbang' (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) seperti yag dimaksud dengan UU 25/2004 tersebut. Perlu dicatat bahwa pada masa orde baru pun telah dikenal istilah tersebut melalui Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Daerah (P5D) yang dikelola oleh Departemen Dalam Negeri (Permendagri No 9 Tahun 1982), dengan ketentuan teknis yang sangat rinci. Falsafahnya adalah menjaring aspirasi masyarakat, mulai dari tingkat desa, kecamatan, untuk dibawa ke tingkat pusat melalui serangkaian forum-forum pertemuan dan konsultasi. Namun
  • 11. dalam kenyataannya sangat sedikit, bila tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali, usulan- usulan pembangunan dari tingkat desa yang dimasukkan dalam agenda pembangunan Provinsi dan Nasional, karena 'dimanipulasi' untuk kepentingan tertentu. Dengan kata lain P5D waktu itu hanyalah suatu bagian dari perangkat birokrasi untuk legitimasi perencanaan. Seyogyanya 'Musrenbang' menurut UU 25/2004 tidak seperti itu lagi, namun benar-benar menjadi arena komunikasi timbal balik antara lembaga perencanaan dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menetapkan keputusan kolektif. Diantisipasi bahwa prosesnya akan sangat panjang dan melelahkan, namun itulah tantangan untuk mewujudkan perencanaan yang lebih partisipatif. Issues Pada masyarakat di negara yang telah berkembang, pengertian perencanaan publik sudah pasti partisipatif, karena kalau tidak hal tersebut bukanlah perencanaan publik. Dalam masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari atau menggunakan hak, kewajiban dan kepeduliannya dalam pembangunan, perencanaan partisipatif menghadapi berbagai hal yang perlu diperhatikan. Pertama, identifikasi siapa pemangku kepentingan perencanaan tersebut, yang tentunya sangat berbeda pada tingkat (level) perencanaan yang berbeda. Pada tingkat nasional misalnya, adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk mengundang seluruh kelompok masyarakat se-Indonesia untuk berbondong-bondong ke Jakarta. Kedua, apa peran kewajiban dan haknya. Hal tersebut akan berujung pada pertanyaan tentang keterwakilan masyarakat (representativeness). Tanpa ada sesuatu pedoman akan hal-hal tersebut, kemungkinan 'perencanaan partisipatif' malah akan menjadi masalah baru ketimbang menjadi mekanisme perencanaan yang lebih demokratis dan terdesentralisasi. Ketiga, bagaimana usulan-usulan program pembanguman dari tingkat bawah (grass roots) dapat secara konsisten diusung dan dikawal ke tingkat yang lebih atas. Diharapkan dalam penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) sebagai tidak lanjut UU No 25/ 2004, hal-hal tersebut menjadi bahan pertimbangan utama.
  • 12. Dalam kondisi seperti itu, tampaknya kini lembaga perencanaan seperti Bappenas dan Bappeda, di samping melaksanakan fungsinya sebagai lembaga yang menyiapkan rencana- rencana pembangunan seperti yang diamanatkan oleh UU 25/ 2004, juga harus melakukan upaya pengembangan kelembagaan agar mampu melaksanakan perencanaan yang partisipatif, serta sekaligus menumbuhkan budaya perencanaan dengan pelibatan masyarakat secara lebih intensif. Tentu saja hal itu tidak mungkin dilaksanakan oleh Bappenas serta Bappeda secara sendiri. Peran masyarakat (LSM), perguruan tinggi, asosiasi-asosiasi profesi dan lainnya sangat diperlukan, namun inisiasi lembaga perencanaan dalam melakukan 'reformasi' perencana- an sesuai dengan dinamika sosial-ekonomi dan politik di masyarakat dan kondisi global sangat penting ada-nya. Merekalah yang memiliki legitimasi, kemampuan teknis dan sumberdaya yang mungkin untuk memulai hal tersebut. Inilah salah satu ciri perbedaan utama fungsi lembaga perencanaan publik di masa orde baru dan saat kini. Bila tidak hati-hati apa yang diamanatkan dalam UU 25/2004 dapat mengulang kesalahan lama, yaitu bahwa perencanaan dipandang sebagai dokumen dan Blueprint yang disusun secara mekanistik, yang seringkali merupakan formalitas (keharusan memiliki), dan hanya merupakan hiasan meja. Sesuatu yang perlu disadari bahwa perencanaan publik merupakan suatu proses interaksi antara birokrasi perencanaan dan publik yang bersifat majemuk. Proses ini harus terjadi secara terus menerus sesuai dengan dinamika sosial-ekonomi dan politik masyarakat. Sesuai dengan UU 25/2004, adalah tugas badan perencanaan (baca: Bappenas dan Bappeda) untuk menyiapkan dokumen rencana, namun kini mereka dituntut juga untuk mengembangakan proses serta kelembagaan perencanaan. Memberdayakan masyarakat untuk lebih menyadari hak dan kewajibannya dalam proses pembangunan kini merupakan salah satu tantangan utama dan sekaligus program kerja bagi Bappenas dan Bappeda di Indonesia, yang kini eksistensinya telah dilegitimasi oleh UU 25/ 2004.